Oleh;
Sulistiyarini , Nurulistyawan Tri Purnanto2)
1)
1)
Dosen Universitas An Nuur, email: sulistiyarini0@gmail.com
2)
Dosen Universitas An Nuur, email: nurulistyawan.tp@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Nyeri merupakan salah satu keluhan tersering pada pasien setelah
mengalami suatu tindakan pembedahan. Pembedahan merupakan suatu peristiwa yang
bersifat bifasik terhadap tubuh manusia yang berimplikasi pada pengelolaan nyeri. Lama
waktu pemulihan pasien post operasi normalnya terjadi hanya dalam satu sampai dua jam.
Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan dibidang kesehatan untuk
mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien. Secara garis besar ada dua manajemen untuk
mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi. Metode non
farmakologis salah satunya adalah Terapi Musik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian terapi musik mozart terhadap penurunan nyeri ringan sampai sedang
pada pasien post operasi di rumah sakit umum permata bunda purwodadi.
Metode: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment
dengan pendekatan Non Equivalent Control Group Design. Teknik sampling yang digunakan
adalah Accidental sampling dan didapatkan 46 responden.
Hasil: Berdasarkan hasil analisa data 1) tingkat nyeri responden sebelum pemberian terapi
musik Mozart, sebagian besar responden yang mengalami nyeri ringan sebesar 91,3%, 2)
tingkat nyeri responden setelah pemberian terapi musik Mozart, sebagian besar responden
yang mengalami nyeri ringan sebesar 76,1%. Hasil analisa data menggunakan Uji Wilcoxon
bahwa nilai Z (6,008) dan nilai p value (0,00) < a (0,05).
Kesimpulan: Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian
terapi musik mozart terhadap penurunan nyeri ringan sampai sedang pada pasien post operasi
di rumah sakit umum permata bunda purwodadi.
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 1
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163
Oleh;
Sulistiyarini , Nurulistyawan Tri Purnanto2)
1)
1)
Lecturer of Umiversitas An Nuur, email: sulistiyarini0@gmail.com
2)
Lecturer of Universitas An Nuur, email: nurulistyawan.tp@gmail.com
ABSTRACT
Background: Pain constitutes one of complaint most frequent on afters patient experiences a
surgical action. Dissection constitutes a scene that gets character bifasik to human body that
gets implication on pain management. So long post's patient recovery time hads out its
normal just happen in one until two hours. Pain management to constitute one of the ways
which is utilized at health area to settle pain that experienced by patient. Marginally there is
two managements to settle aches which is pharmacology and management management non
pharmacology. Method non farmakologis one of it is Music Therapy. This research intent to
know influence aplication influence mozart music therapy to decrease pain demulcent until
be on post operative patient hads out at permata bunda purwodadi general hospital.
Method: Observational design that is utilized in this research is Quasi Eksperiment with
approaching Non Equivalent Control Design's Group . Sampling tech that is utilized is
Accidental Sampling and gotten 46 respondents.
Results: Base data analysis result 1) respondent pain zoom before application Mozart music
therapy, largely respondent one experiences demulcent ache as big as 91,3%, 2 ) respondent
pain zooms after applications Mozart music therapy, largely respondent one experiences
demulcent ache as big as 76,1%. Data analysis result utilizes Wilcoxon's quiz that point z.
(6,008) and point p value (0,00) < (0,05).
Conclusion: Base result Quiz Wilcoxon concluded that there is influence aplication influence
mozart music therapy to decrease pain demulcent until be on post operative patient hads out
at permata bunda purwodadi general hospital.
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 2
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 3
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163
budaya, keluarga dan support sosial, Non Steroid (NSAID), (2) Analgesik
ansietas (cemas), pola koping, perhatian, narkotik atau Opiat dan (3) Obat tambahan
makna nyeri, pengalaman nyeri yang lalu, (adjuvant) atau koanalgesik yang diberikan
dan penatalaksanaan nyeri. Dalam hal dengan tujuan untuk meredakan nyeri dan
penatalaksanaan nyeri post operasi, memperbaiki kualitas hidup pasien
perawat mempunyai tugas dan (Smeltzer and Bare, 2002).
tanggungjawab yang paling dasar adalah Selain dengan menggunakan metode
melindungi klien dari bahaya yang salah farmakologis sebagai pereda nyeri, metode
satunya meningkatkan kenyamanan klien yang lain adalah dengan metode non
(Potter dan Perry, 2005). farmakologis biasanya mempunyai resiko
Manajemen nyeri merupakan salah yang sangat rendah bahkan tidak sama
satu cara yang digunakan dibidang sekali. Meskipun tindakan tersebut bukan
kesehatan untuk mengatasi nyeri yang merupakan pengganti untuk obat–obatan,
dialami oleh pasien. Manajemen nyeri tindakan tesebut mugkin diperlukan atau
yang tepat haruslah mencakup penanganan sesuai untuk mempersingkat episode nyeri
secara keseluruhan, tidak hanya terbatas yang berlangsung hanya beberapa detik
pada pendekatan farmakologi saja, karena atau menit. Metode non farmakologis
nyeri juga dipengaruhi oleh emosi dan antara lain adalah Relaxsasi, Distraksi,
tanggapan individu terhadap dirinya. Guided Imagery, Massase, dan Terapi
Secara garis besar ada dua manajemen Musik (Smeltzer and Bare, 2002).
untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen Distraksi merupakan metode untuk
farmakologi dan manajemen non menghilangkan nyeri dengan cara
farmakologi. mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal
Teknik farmakologi adalah cara yang lain sehingga pasien lupa terhadap nyeri
paling efektif untuk menghilangkan nyeri yang dialami pasien, misalnya pada pasien
terutama untuk nyeri yang sangat hebat post appendiktomi mungkin tidak
yang berlangsung selama berjam-jam atau merasakan nyeri saat perawat
bahkan berhari-hari salah satunya mengajaknya bercerita tentang hobbinya.
menggunakan Analgesic. Analgesic yang Relaksasi yaitu pengaturan posisi yang
dapat diberikan melalui rute parenteral, tepat, pikiran, beristirahat dan lingkungan
rute oral, rektal, transdermal, dan yang tenang.relaksasi otot skeletal dapat
intraspinal. Ada tiga jenis analgesic yakni menurunkan nyeri dengan merilakskan
(1) Non narkotik dan Obat Anti Inflamasi ketegangan otot yang menunjang nyeri.
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 4
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 5
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 6
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163
Mozart sebesar 100%. Berdasarkan Studi lain adalah Relaxsasi, Distraksi, Guided
Pendahuluan yang dilakukan peneliti pada Imagery, Massase, dan Terapi Musik
tanggal 7 Januari 2013, didapatkan data (Smeltzer and Bare, 2002).
jumlah pasien Post Operasi di Rumah Manajemen nyeri merupakan salah
Sakit Permata Bunda Purwodadi sebanyak satu cara yang digunakan dibidang
12 pasien. Dan setelah dilakukan survei kesehatan untuk mengatasi nyeri yang
ternyata semua pasien (12 pasien) dialami oleh pasien. Manajemen nyeri
mengeluh nyeri setelah post operasi. yang tepat haruslah mencakup penanganan
Biasanya mereka mengatasinya nyeri secara keseluruhan, tidak hanya terbatas
dengan istirahat dan hanya meminta obat pada pendekatan farmakologi saja, karena
kepada perawat ketika nyeri, karena nyeri juga dipengaruhi oleh emosi dan
sebagian besar pasien post operasi belum tanggapan individu terhadap dirinya.
tahu penatalaksanaan nyeri dengan metode Secara garis besar ada dua manajemen
non farmakologis khususnya terapi musik. untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen
Berdasarkan studi pendahuluan farmakologi dan manajemen non
tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata farmakologi (Smeltzer and Bare, 2002).
pasien yang mengalami nyeri post operasi Pada dasarnya hampir semua jenis
diberikan obat anti nyeri atau analgesik. musik bisa digunakan untuk terapi musik.
Padahal, obat-obat secara farmakologis Namun kita harus tahu pengaruh setiap
mengandung efek samping yang berbahaya jenis musik terhadap pikiran. Setiap nada,
jika penggunaannya diberikan secara terus- melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan
menerus. Selain dengan menggunakan gaya musik akan memberi pengaruh
metode farmakologis sebagai pereda nyeri, berbeda kepada pikiran dan tubuh kita.
metode yang lain adalah dengan metode Dalam terapi musik, komposisi musik
non farmakologis biasanya mempunyai disesuaikan dengan masalah atau tujuan
resiko yang sangat rendah bahkan tidak yang ingin kita capai. Terapi Musik yang
sama sekali. Meskipun tindakan tersebut efektif menggunakan musik dengan
bukan merupakan pengganti untuk obat– komposisi yang tepat antara beat, ritme
obatan, tindakan tesebut mugkin dan harmoni yang sesuaikan dengan tujuan
diperlukan atau sesuai untuk dilakukannya terapi musik. Jadi memang
mempersingkat episode nyeri yang terapi musik yang efektif tidak bisa
berlangsung hanya beberapa detik atau menggunakan sembarang musik (Erwin,
menit. Metode non farmakologis antara 2011). Jenis musik yang tepat untuk terapi
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 7
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163
mengurangi nyeri pada pasien post operasi nyeri ringan sebanyak 4 responden (8,7%)
adalah musik Mozart. dan responden dengan nyeri sedang
Musik Mozart dapat digunakan sebanyak 42 (91,3%). Dari temuan
sebagai terapi karena memiliki tempo tersebut menunjukkan bahwa responden
sekitar 60 ketukan permenit yang bersifat sebagian besar memiliki tingkat nyeri
rileks. Musik ini dapat menimbulkan efek sedang sebesar 91,3% sebelum diberikan
neuroendokrin yang berguna bagi pasien. terapi music Mozart. Sama halnya hasil
Menurut para ahli, musik Mozart dapat penelitian yang dilakukan oleh Chanif et al
mengalihkan pasien dari rasa nyeri. Selain (2012), bahwa pasien post operasi
dapat mengurangi rasa nyeri, music menyatakan nyeri ringan sampai sedang.
Mozart mempunyai banyak manfaat Di antara mereka 41 % menyatakan nyeri
diantaranya adalah dapat meningkatkan sedang pada hari pada hari 1 sebesar 30 %,
IQ, serta mengurangi kepikunan (Andriani, pada hari kedua sebesar 19 %, pada hari
2010). Menurut Penelitian yang dilakukan ketiga sebesar 16 %, dan hari keempat
oleh Finnerty (2006), menyatakan bahwa sebesar 14 %. Prevalensi nyeri ringan pada
intervensi menggunakan terapi musik kelompok post operasi adalah 30% pada
Mozart dapat mengubah persepsi nyeri hari-hari pasca operasi 0 – 1.
pada pasien post operasi. Hal yang sama Nyeri merupakan salah satu keluhan
juga diungkapkan oleh Dolin dkk (2007), tersering pada pasien setelah mengalami
dalam penelitiannya bahwa terapi musik suatu tindakan pembedahan. Pembedahan
Mozart dapat menurunkan nyeri akut pada merupakan suatu peristiwa yang bersifat
pasien post operasi. Selain itu hal yang bifasik terhadap tubuh manusia yang
sama dikemukakan pula oleh Vadivelu berimplikasi pada pengelolaan nyeri. Lama
(2010), bahwa terapi musik Mozart dapat waktu pemulihan pasien post operasi
digunakan sebagai terapi alternative untuk normalnya terjadi hanya dalam satu
menurunkan nyeri pada pasien post sampai dua jam (Potter & Perry, 2005).
operasi. Pemulihan pasien post operasi
membutuhkan waktu rata-rata 72,45 menit,
Nyeri Pasien Post Operasi Sebelum sehingga pasien akan merasakan nyeri
Terapi Musik Mozart yang hebat rata-rata pada dua jam pertama
Berdasarkan hasil penelitian sesudah operasi karena pengaruh obat
diketahui responden sebelum diberikan anastesi sudah hilang, dan pasien sudah
terapi music Mozart, responden dengan keluar dari kamar sadar. Setelah 1 – 3 hari
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 8
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163
pasien masih mengalami nyeri dari nyeri pada anak-anak dan lansia. Perbedaan
sedang dan nyeri ringan, tetapi nyeri perkembangan, yang ditemukan di antara
tergantung dari persepsi individu masing- kelompok usia ini dapat mempengaruhi
masing (Mulyono, 2008). bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi
Masih tingginya nyeri sedang yang terhadap nyeri. Usia juga berpengaruh
dialami pasien post operasi dipengaruhi terhadap persepsi seseorang terhadap
oleh berbagai factor. Factor yang nyeri. Anak-anak dan orang tua mungkin
mempengaruhi tingkat nyeri seseorang lebih merasakan nyeri dibandingkan orang
antara lain 1) Faktor presipitasi yaitu usia, dewasa muda karena mereka sering tidak
jenis kelamin, dan ansietas, 2) Faktor dapat mengkomunikasikan apa yang
presdiposisi yaitu arti nyeri, persepsi nyeri, dirasakannya. Sehingga kemungkinan
toleransi nyeri, reaksi terhadap nyeri, perawat tidak dapat melakukan
pengalaman masa lalu, budaya, keluarga pengukuran untuk menurunkan nyeri
dan support sosial. Merujuk dari distribusi secara adequate (Potter & Perry, 2005).
karakteristik reponden berdasarkan Namun tidak menutup kemungkinan orang
golongan umur, responden dengan umur < dewasa muda juga merasakan nyeri yang
20 tahun sebanyak 1 orang (2,2%), lebih, karena nyeri bersifat subyektif jadi
responden dengan umur 21 – 30 tahun tergantung persepsi seseorang terhadap
sebanyak 18 orang (39,1%), responden nyeri (Alimul, 2006).
dengan umur 31 – 40 tahun sebanyak 14 Selain factor usia, jenis kelamin juga
orang (30,4%), sedangkan untuk mempengaruhi tingkat nyeri. Berdasarkan
responden dengan umur 41 – 50 tahun hasil penelitian diketahui responden
sebanyak 13 orang (28,3%). Berdasarkan dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 27
hasil penelitian diketahui bahwa sebagian orang (58,7%) dan responden dengan jenis
besar responden yang berusia 21 – 30 kelamin perempuan sebanyak 29 orang
tahun menderita nyeri post operasi sebesar (41,3%). Sama halnya penelitian yang
39,1%. Sama halnya penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2008), bahwa
dilakukan oleh Purwanto (2008), bahwa sebagian besar responden memiliki jenis
sebagian besar responden yang berusia 21 kelamin perempuan yang mengalami nyeri
– 30 tahun yang mengalami nyeri post post operasi sebesar 60,0%. Jenis kelamin
operasi sebesar 33,3%. secara umum, pria dan wanita tidak
Usia merupakan variabel penting berbeda secara bermakna dalam berespons
yang mempengaruhi nyeri, khususnya terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 9
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163
jenis kelamin saja yang merupakan suatu nyeri yaitu berupa terapi musik Mozart.
faktor dalam pengekspresian nyeri. Dalam hal penatalaksanaan nyeri post
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi operasi, perawat mempunyai tugas dan
jenis kelamin. Misalnya, menganggap tanggungjawab yang paling dasar adalah
bahwa seorang anak laki-laki harus berani melindungi klien dari bahaya yang salah
dan tidak boleh menangis, sedangkan anak satunya meningkatkan kenyamanan klien
perempuan boleh menangis dalam situasi (Potter dan Perry, 2005).
yang sama (Potter & Perry, 2005). Manajemen nyeri merupakan salah
satu cara yang digunakan dibidang
Nyeri Pasien Post Operasi Setelah kesehatan untuk mengatasi nyeri yang
Terapi Musik Mozart dialami oleh pasien. Manajemen nyeri
Berdasarkan hasil penelitian yang tepat haruslah mencakup penanganan
diketahui responden setelah diberikan secara keseluruhan, tidak hanya terbatas
terapi music Mozart, responden dengan pada pendekatan farmakologi saja, karena
nyeri ringan sebanyak 35 responden nyeri juga dipengaruhi oleh emosi dan
(76,1%) dan responden dengan nyeri tanggapan individu terhadap dirinya.
sedang sebanyak 11 (23,9%). Dari temuan Secara garis besar ada dua manajemen
tersebut menunjukkan bahwa responden untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen
sebagian besar memiliki tingkat nyeri farmakologi dan manajemen non
ringan sebesar 76,1% setelah diberikan farmakologi (Smeltzer and Bare, 2002).
terapi music Mozart. Sama halnya hasil Selain dengan menggunakan metode
penelitian yang dilakukan oleh Wijanarko farmakologis sebagai pereda nyeri, metode
(2008), bahwa pasien post operasi setelah yang lain adalah dengan metode non
diberikan terapi musik mengalami farmakologis biasanya mempunyai resiko
penurunan tingkat nyeri. Di antara mereka yang sangat rendah bahkan tidak sama
19 % menyatakan nyeri sedang dan sekali. Meskipun tindakan tersebut bukan
responden yang menyatakan nyeri ringan merupakan pengganti untuk obat–obatan,
sebesar 81%. tindakan tesebut mugkin diperlukan atau
Penurunan tingkat nyeri yang sesuai untuk mempersingkat episode nyeri
ditunjukkan oleh sebagian besar responden yang berlangsung hanya beberapa detik
dikarenakan beberapa factor yang atau menit. Metode non farmakologis
berperan, yang dalam hal ini adalah antara lain adalah Relaxsasi, Distraksi,
penatalaksanaan nyeri atau manajemen
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 10
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163
Guided Imagery, Massase, dan Terapi dilakukannya terapi musik. Jadi memang
Musik (Smeltzer and Bare, 2002). terapi musik yang efektif tidak bisa
Terapi musik adalah usaha menggunakan sembarang musik (Erwin,
meningkatkan kualitas fisik dan mental 2011). Jenis musik yang tepat untuk terapi
dengan rangsangan suara yang terdiri dari mengurangi nyeri pada pasien post operasi
melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan adalah musik Mozart.
gaya yang diorganisir sedemikian rupa Musik Mozart dapat digunakan
hingga tercipta musik yang bermanfaat sebagai terapi karena memiliki tempo
untuk kesehatan fisik dan mental. Musik sekitar 60 ketukan permenit yang bersifat
memiliki kekuatan untuk mengobati rileks. Musik ini dapat menimbulkan efek
penyakit dan meningkatkan kemampuan neuroendokrin yang berguna bagi pasien.
pikiran seseorang. Ketika musik Menurut para ahli, musik Mozart dapat
diterapkan menjadi sebuah terapi, musik mengalihkan pasien dari rasa nyeri. Selain
dapat meningkatkan, memulihkan, dan dapat mengurangi rasa nyeri, music
memelihara kesehatan fisik, mental, Mozart mempunyai banyak manfaat
emosional, sosial dan spiritual. Hal ini diantaranya adalah dapat meningkatkan
disebabkan musik memiliki beberapa IQ, serta mengurangi kepikunan (Andriani,
kelebihan, yaitu karena musik bersifat 2010).
nyaman, menenangkan, membuat rileks, Menurut Penelitian yang dilakukan
berstruktur, dan universal (Erwin, 2011). oleh Finnerty (2006), menyatakan bahwa
Pada dasarnya hampir semua jenis intervensi menggunakan terapi musik
musik bisa digunakan untuk terapi musik. Mozart dapat mengubah persepsi nyeri
Namun kita harus tahu pengaruh setiap pada pasien post operasi. Hal yang sama
jenis musik terhadap pikiran. Setiap nada, juga diungkapkan oleh Dolin dkk (2007),
melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan dalam penelitiannya bahwa terapi musik
gaya musik akan memberi pengaruh Mozart dapat menurunkan nyeri akut pada
berbeda kepada pikiran dan tubuh kita. pasien post operasi. Selain itu hal yang
Dalam terapi musik, komposisi musik sama dikemukakan pula oleh Vadivelu
disesuaikan dengan masalah atau tujuan (2010), bahwa terapi musik Mozart dapat
yang ingin kita capai. Terapi Musik yang digunakan sebagai terapi alternative untuk
efektif menggunakan musik dengan menurunkan nyeri pada pasien post
komposisi yang tepat antara beat, ritme operasi.
dan harmoni yang sesuaikan dengan tujuan
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 11
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 12
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163
Manajemen nyeri merupakan salah untuk kesehatan fisik dan mental. Musik
satu cara yang digunakan dibidang memiliki kekuatan untuk mengobati
kesehatan untuk mengatasi nyeri yang penyakit dan meningkatkan kemampuan
dialami oleh pasien. Manajemen nyeri pikiran seseorang. Ketika musik
yang tepat haruslah mencakup penanganan diterapkan menjadi sebuah terapi, musik
secara keseluruhan, tidak hanya terbatas dapat meningkatkan, memulihkan, dan
pada pendekatan farmakologi saja, karena memelihara kesehatan fisik, mental,
nyeri juga dipengaruhi oleh emosi dan emosional, sosial dan spiritual. Hal ini
tanggapan individu terhadap dirinya. disebabkan musik memiliki beberapa
Secara garis besar ada dua manajemen kelebihan, yaitu karena musik bersifat
untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen nyaman, menenangkan, membuat rileks,
farmakologi dan manajemen non berstruktur, dan universal (Erwin, 2011).
farmakologi (Smeltzer and Bare, 2002). Pada dasarnya hampir semua jenis
Selain dengan menggunakan metode musik bisa digunakan untuk terapi musik.
farmakologis sebagai pereda nyeri, metode Namun kita harus tahu pengaruh setiap
yang lain adalah dengan metode non jenis musik terhadap pikiran. Setiap nada,
farmakologis biasanya mempunyai resiko melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan
yang sangat rendah bahkan tidak sama gaya musik akan memberi pengaruh
sekali. Meskipun tindakan tersebut bukan berbeda kepada pikiran dan tubuh kita.
merupakan pengganti untuk obat–obatan, Dalam terapi musik, komposisi musik
tindakan tesebut mugkin diperlukan atau disesuaikan dengan masalah atau tujuan
sesuai untuk mempersingkat episode nyeri yang ingin kita capai. Terapi Musik yang
yang berlangsung hanya beberapa detik efektif menggunakan musik dengan
atau menit. Metode non farmakologis komposisi yang tepat antara beat, ritme
antara lain adalah Relaxsasi, Distraksi, dan harmoni yang sesuaikan dengan tujuan
Guided Imagery, Massase, dan Terapi dilakukannya terapi musik. Jadi memang
Musik (Smeltzer and Bare, 2002). terapi musik yang efektif tidak bisa
Terapi musik adalah usaha menggunakan sembarang musik (Erwin,
meningkatkan kualitas fisik dan mental 2011). Jenis musik yang tepat untuk terapi
dengan rangsangan suara yang terdiri dari mengurangi nyeri pada pasien post operasi
melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan adalah musik Mozart.
gaya yang diorganisir sedemikian rupa Musik Mozart dapat digunakan
hingga tercipta musik yang bermanfaat sebagai terapi karena memiliki tempo
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 13
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 14
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163
Finnerty, Rachael. 2006. Mozart Music Graha Ilmu, hal 127, 162-163, 183-
Therapy as an Intervention For Pain 184
Perception Sunny Brook Health
Sciences Centre, Toronto, Canada Sjamsuhidayat R dan Win de Jong. 2005.
Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2.
Harnawatiaj. 2008. Konsep Nyeri. Jakarta: EGC.
Diperoleh dari http://mariana
.blogspot.com/penatalaksanaan- Smeltzer, Suzanna C dan Bare, Brenda G.
nyeri/htm tanggal 10 Februari 2013 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, 43 Vol.1.
Mariana. 2012. Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Diperoleh dari http://mariana
.blogspot.com/penatalaksanaan- Stevens, Paul et all. 2005. Pengantar
nyeri/htm Riset: Pendekatan Ilmah untuk
Profesi Kesehatan. Jakarta: EGC, hal
Mubarak & Chayatin. 2007. Manajemen 146
Nyeri Post Operasi. Yogyakarta: CV
Finerta Sugiyono. 2007. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: CV Alfabeta,
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi hal 47-54, 79
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta, hal 72, 169 Suzan. 2007. Penatalaksanaan Nyeri Post
Operasi. Diperoleh dari
Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan http://postoperative.blogspot.com/pe
Metodologi Penelitian Ilmu natalaksanaan-nyeri-post-operasi/htm
Keperawatan. Jakarta: Salemba tanggal 10 Februari 2013
Medika. Tamsuri, Anas, 2007, Konsep &
Penatalaksanaan Nyeri, EGC,
Potter and Perry, 2006, Buku Ajar Jakarta.
Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses dan Praktek, Volume 2, Edisi Tarcy. 2008. Nyeri Post Operative.
4, EGC, Jakarta. Evidence from published data. Br J
Anaesth 2008;89(3):409-423.).
Rekam Medis Rumah Sakit Permata
Bunda Purwodadi. 2013. Prevalensi Taylor, C. (1997). Fundamental of
Penderita yang dilakukan operasi di nursing: the art sciences of nursing
ruang Operasi. Tidak dipublikasikan care. Philladepia: lippincott Raven
Publishers
Saryono. 2009. Metodologi Penelitian
Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Townsend. 2008. Perception Pain. Pain
Pemula. Yogjakarta: Mitra Cendekia Journal International. Vol 3, 24-26,
Press, hal 30, 63, 79, 85 Toronto, Canada
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 15