Anda di halaman 1dari 15

TSCD3Kep Journal Vol.6 No.

1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437


eSSN: 2775-1163

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK MOZART TERHADAP PENURUNAN


NYERI RINGAN SAMPAI SEDANG PADA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH
SAKIT UMUM PERMATA BUNDA PURWODADI

Oleh;
Sulistiyarini , Nurulistyawan Tri Purnanto2)
1)

1)
Dosen Universitas An Nuur, email: sulistiyarini0@gmail.com
2)
Dosen Universitas An Nuur, email: nurulistyawan.tp@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Nyeri merupakan salah satu keluhan tersering pada pasien setelah
mengalami suatu tindakan pembedahan. Pembedahan merupakan suatu peristiwa yang
bersifat bifasik terhadap tubuh manusia yang berimplikasi pada pengelolaan nyeri. Lama
waktu pemulihan pasien post operasi normalnya terjadi hanya dalam satu sampai dua jam.
Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan dibidang kesehatan untuk
mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien. Secara garis besar ada dua manajemen untuk
mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi. Metode non
farmakologis salah satunya adalah Terapi Musik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian terapi musik mozart terhadap penurunan nyeri ringan sampai sedang
pada pasien post operasi di rumah sakit umum permata bunda purwodadi.
Metode: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment
dengan pendekatan Non Equivalent Control Group Design. Teknik sampling yang digunakan
adalah Accidental sampling dan didapatkan 46 responden.
Hasil: Berdasarkan hasil analisa data 1) tingkat nyeri responden sebelum pemberian terapi
musik Mozart, sebagian besar responden yang mengalami nyeri ringan sebesar 91,3%, 2)
tingkat nyeri responden setelah pemberian terapi musik Mozart, sebagian besar responden
yang mengalami nyeri ringan sebesar 76,1%. Hasil analisa data menggunakan Uji Wilcoxon
bahwa nilai Z (6,008) dan nilai p value (0,00) < a (0,05).
Kesimpulan: Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian
terapi musik mozart terhadap penurunan nyeri ringan sampai sedang pada pasien post operasi
di rumah sakit umum permata bunda purwodadi.

Kata kunci : Terapi Musik Mozart, Nyeri, Post Operasi.

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 1
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163

APLICATION INFLUENCE MOZART MUSIC THERAPY TO DECREASE PAIN


DEMULCENT UNTIL BE ON POST OPERATIVE PATIENT HADS OUT AT
PERMATA BUNDA PURWODADI GENERAL HOSPITAL

Oleh;
Sulistiyarini , Nurulistyawan Tri Purnanto2)
1)

1)
Lecturer of Umiversitas An Nuur, email: sulistiyarini0@gmail.com
2)
Lecturer of Universitas An Nuur, email: nurulistyawan.tp@gmail.com

ABSTRACT

Background: Pain constitutes one of complaint most frequent on afters patient experiences a
surgical action. Dissection constitutes a scene that gets character bifasik to human body that
gets implication on pain management. So long post's patient recovery time hads out its
normal just happen in one until two hours. Pain management to constitute one of the ways
which is utilized at health area to settle pain that experienced by patient. Marginally there is
two managements to settle aches which is pharmacology and management management non
pharmacology. Method non farmakologis one of it is Music Therapy. This research intent to
know influence aplication influence mozart music therapy to decrease pain demulcent until
be on post operative patient hads out at permata bunda purwodadi general hospital.
Method: Observational design that is utilized in this research is Quasi Eksperiment with
approaching Non Equivalent Control Design's Group . Sampling tech that is utilized is
Accidental Sampling and gotten 46 respondents.
Results: Base data analysis result 1) respondent pain zoom before application Mozart music
therapy, largely respondent one experiences demulcent ache as big as 91,3%, 2 ) respondent
pain zooms after applications Mozart music therapy, largely respondent one experiences
demulcent ache as big as 76,1%. Data analysis result utilizes Wilcoxon's quiz that point z.
(6,008) and point p value (0,00) < (0,05).
Conclusion: Base result Quiz Wilcoxon concluded that there is influence aplication influence
mozart music therapy to decrease pain demulcent until be on post operative patient hads out
at permata bunda purwodadi general hospital.

Keyword : Mozart Music Therapy, Pain, Post Operative.

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 2
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163

PENDAHULUAN sangat hebat (Apfelbaum et al, 2003).


Pasca pembedahan (pasca operasi) Menurut Grace (2007), yang
pasien merasakan nyeri hebat dan 75% menyatakan bahwa Indonesia terjadi
penderita mempunyai pengalaman yang peningkatan penyakit bedah dimana tahun
kurang menyenangkan akibat pengelolaan 2000 sebesar 47.22%, tahun 2001 sebesar
nyeri yang tidak adekuat (Novarizki, 45.19%, tahun 2002 sebesar 47.13%, tahun
2009). Hal tersebut merupakan stressor 2003 sebesar 46.87%, tahun 2004 sebesar
bagi pasien dan akan menambah 53.22%, tahun 2005 sebesar 51.59 %,
kecemasan serta keteganggan yang berarti tahun 2006 sebesar 53.68% dan tahun
pula menambah rasa nyeri karena rasa 2007 belum terdapat data yang signifikan.
nyeri menjadi pusat perhatiannya. Hal itu Penyakit bedah inilah yang selanjutnya
wajar, karena nyeri dapat menjadi dapat menimbulkan nyeri. Sebuah studi
pengalaman yang kurang menyenangkan menemukan bahwa pasien post operasi
akibat pengelolaan nyeri yang tidak bagian tubuh ekstremitas, perut, dan tulang
adekuat (Zulaik, 2008). Tingkat dan belakang menyatakan nyeri sedang sampai
keparahan nyeri pasca operatif tergantung berat. Di antara mereka 41 % menyatakan
pada fisiologis dan psikologis individu dan nyeri berat pada hari pada hari 1 sebesar 0,
toleransi yang ditimbulkan nyeri (Brunner 30 %, pada hari kedua sebesar 19 %, pada
& Suddart, 2002). Nyeri yang tidak hari ketiga sebesar 16 %, dan hari keempat
mendapat tindakan dengan baik akan sebesar 14 %. Prevalensi nyeri sedang atau
menimbulkan hipertensi, takikardia, berat pada kelompok post operasi adalah
kecemasan, depresi, insomnia, rasa marah, tinggi (30-55%) pada hari-hari pasca
dan ketakutan (Mariana, 2012). operasi 0 – 1 (Chanif et al, 2012).
Jumlah operasi bedah di dunia telah Berdasarkan data Rekam Medis
meningkat tajam 20 tahun terakhir. Jutaan Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
pasien di seluruh dunia menjalani operasi pada bulan Januari 2013 pasien Post
setiap tahun. Pada tahun 2004, hampir 35 Operasi sebanyak 120 pasien, sedangkan
juta pasien menjalani operasi di rumah pada bulan Februari tahun 2013 sebesar 74
sakit yang ada di Amerika Serikat. Nyeri pasien, dan pada bulan Maret tahun 2013
adalah umum, dan selalu timbul setelah sebesar 80 pasien (Rekam Medis Rumah
operasi. Data terakhir menunjukkan 80 % Sakit Permata Bunda Purwodadi).
mengalami nyeri pasien post operasi yaitu Faktor-faktor yang menyebabkan
antara 11 – 20 % mengalami nyeri yang timbulnya nyeri adalah usia, jenis kelamin,

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 3
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163

budaya, keluarga dan support sosial, Non Steroid (NSAID), (2) Analgesik
ansietas (cemas), pola koping, perhatian, narkotik atau Opiat dan (3) Obat tambahan
makna nyeri, pengalaman nyeri yang lalu, (adjuvant) atau koanalgesik yang diberikan
dan penatalaksanaan nyeri. Dalam hal dengan tujuan untuk meredakan nyeri dan
penatalaksanaan nyeri post operasi, memperbaiki kualitas hidup pasien
perawat mempunyai tugas dan (Smeltzer and Bare, 2002).
tanggungjawab yang paling dasar adalah Selain dengan menggunakan metode
melindungi klien dari bahaya yang salah farmakologis sebagai pereda nyeri, metode
satunya meningkatkan kenyamanan klien yang lain adalah dengan metode non
(Potter dan Perry, 2005). farmakologis biasanya mempunyai resiko
Manajemen nyeri merupakan salah yang sangat rendah bahkan tidak sama
satu cara yang digunakan dibidang sekali. Meskipun tindakan tersebut bukan
kesehatan untuk mengatasi nyeri yang merupakan pengganti untuk obat–obatan,
dialami oleh pasien. Manajemen nyeri tindakan tesebut mugkin diperlukan atau
yang tepat haruslah mencakup penanganan sesuai untuk mempersingkat episode nyeri
secara keseluruhan, tidak hanya terbatas yang berlangsung hanya beberapa detik
pada pendekatan farmakologi saja, karena atau menit. Metode non farmakologis
nyeri juga dipengaruhi oleh emosi dan antara lain adalah Relaxsasi, Distraksi,
tanggapan individu terhadap dirinya. Guided Imagery, Massase, dan Terapi
Secara garis besar ada dua manajemen Musik (Smeltzer and Bare, 2002).
untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen Distraksi merupakan metode untuk
farmakologi dan manajemen non menghilangkan nyeri dengan cara
farmakologi. mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal
Teknik farmakologi adalah cara yang lain sehingga pasien lupa terhadap nyeri
paling efektif untuk menghilangkan nyeri yang dialami pasien, misalnya pada pasien
terutama untuk nyeri yang sangat hebat post appendiktomi mungkin tidak
yang berlangsung selama berjam-jam atau merasakan nyeri saat perawat
bahkan berhari-hari salah satunya mengajaknya bercerita tentang hobbinya.
menggunakan Analgesic. Analgesic yang Relaksasi yaitu pengaturan posisi yang
dapat diberikan melalui rute parenteral, tepat, pikiran, beristirahat dan lingkungan
rute oral, rektal, transdermal, dan yang tenang.relaksasi otot skeletal dapat
intraspinal. Ada tiga jenis analgesic yakni menurunkan nyeri dengan merilakskan
(1) Non narkotik dan Obat Anti Inflamasi ketegangan otot yang menunjang nyeri.

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 4
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163

Imajinasi terbimbing adalah menggunakan operasi belum tahu penatalaksanaan nyeri


imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dengan metode non farmakologis
dirancang secara khusus untuk mencapai khususnya terapi musik.
efek positf tertentu. Sebagai contoh, Pada dasarnya hampir semua jenis
imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan musik bisa digunakan untuk terapi musik.
meredakan nyeri dapat terdiri atas Namun kita harus tahu pengaruh setiap
menggabungkan suatu napas berirama jenis musik terhadap pikiran. Setiap nada,
lambat denfgan suatu bayangan mental melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan
relaksiasi dan kenyamanan. Massage gaya musik akan memberi pengaruh
adalah metode untuk menghilangkan nyeri berbeda kepada pikiran dan tubuh kita.
dengan cara memberikan pijatan pada Dalam terapi musik, komposisi musik
pasien sehingga nyeri pasien berkurang. disesuaikan dengan masalah atau tujuan
Terapi musik adalah usaha meningkatkan yang ingin kita capai. Terapi Musik yang
kualitas fisik dan mental dengan efektif menggunakan musik dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, komposisi yang tepat antara beat, ritme
ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya dan harmoni yang sesuaikan dengan tujuan
yang diorganisir sedemikian rupa hingga dilakukannya terapi musik. Jadi memang
tercipta musik yang bermanfaat untuk terapi musik yang efektif tidak bisa
kesehatan fisik dan mental sebagai contoh menggunakan sembarang musik (Erwin,
mendengarkan musik yang terdiri dari 2011). Jenis musik yang tepat untuk terapi
melodi, ritme, harmoni, timbre seperti mengurangi nyeri pada pasien post operasi
Musik Mozart. adalah musik Mozart.
Berdasarkan Studi Pendahuluan yang Musik Mozart dapat digunakan
dilakukan peneliti pada tanggal 7 Januari sebagai terapi karena memiliki tempo
2013, didapatkan data jumlah pasien Post sekitar 60 ketukan permenit yang bersifat
Operasi di Rumah Sakit Permata Bunda rileks. Musik ini dapat menimbulkan efek
Purwodadi sebanyak 12 pasien. Dan neuroendokrin yang berguna bagi pasien.
setelah dilakukan survei ternyata semua Menurut para ahli, musik Mozart dapat
pasien (12 pasien) mengeluh nyeri setelah mengalihkan pasien dari rasa nyeri. Selain
post operasi. Biasanya mereka dapat mengurangi rasa nyeri, music
mengatasinya nyeri dengan istirahat dan Mozart mempunyai banyak manfaat
hanya meminta obat kepada perawat ketika diantaranya adalah dapat meningkatkan
nyeri, karena sebagian besar pasien post IQ, serta mengurangi kepikunan (Andriani,

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 5
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163

2010). Menurut Penelitian yang dilakukan Tabel 1; Distribusi Pemberian Terapi


oleh Finnerty (2006), menyatakan bahwa Musik Mozart di RSPB Purwodadi
Status Pemberian
intervensi menggunakan terapi musik (n) (%)
Terapi
Mozart dapat mengubah persepsi nyeri Diberikan 46 100
pada pasien post operasi. Hal yang sama Tidak Diberikan 0 0
juga diungkapkan oleh Dolin dkk (2007), Total 46 100

dalam penelitiannya bahwa terapi musik


Mozart dapat menurunkan nyeri akut pada Tabel 2; Distribusi Tingkat Nyeri Post
pasien post operasi. Selain itu hal yang Operasi sebelum diberikan Terapi Musik
sama dikemukakan pula oleh Vadivelu Mozart di RSPB Purwodadi
Tingkat Nyeri (n) (%)
(2010), bahwa terapi musik Mozart dapat
Ringan 4 8,7
digunakan sebagai terapi alternative untuk Sedang 42 91,3
menurunkan nyeri post operasi. Total 46 100

Tabel 3; Distribusi Tingkat Nyeri Post


METODOLOGI
Operasi setalah diberikan Terapi Musik
Jenis penelitian ini quasi eksperiment Mozart di RSPB Purwodadi
dengan rancangan one group pre test post Tingkat Nyeri (n) (%)
test design dimana pada penelitian ini Ringan 35 76,1
Sedang 11 23,9
sampel di observasi terlebih dahulu
Total 46 100
sebelum diberi perlakuan kemudian setelah
diberikan perlakuan sampel tersebut di Tabel 5.9 Pengaruh Pemberian Terapi
observasi kembali (Notoatmodjo, 2012). Musik Mozart Terhadap Penurunan Nyeri
pada Pasien Post Operasi di RSPB
Populasi semua data angka pasien post
Purwodadi
operasi pada bulan Januari sampai Maret Sig. (2-
Variabel Z
tahun 2013 di Rumah Sakit Permata tailed)
Bunda Purwodadi yaitu 274 pasien. Sebelum Terapi Musik
Mozart*
Sampel 46 responden diambil secara 6,008 0.00
Sesudah Terapi Musik
accidental sampling. Analisis data Mozart
menggunakan uji Wilcoxon karena
distribusi data tidak normal. PEMBAHASAN
Status Pemberian Terapi Musik Mozart

HASIL Berdasarkan asil penelitian diketahui


responden yang diberikan terapi music

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 6
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163

Mozart sebesar 100%. Berdasarkan Studi lain adalah Relaxsasi, Distraksi, Guided
Pendahuluan yang dilakukan peneliti pada Imagery, Massase, dan Terapi Musik
tanggal 7 Januari 2013, didapatkan data (Smeltzer and Bare, 2002).
jumlah pasien Post Operasi di Rumah Manajemen nyeri merupakan salah
Sakit Permata Bunda Purwodadi sebanyak satu cara yang digunakan dibidang
12 pasien. Dan setelah dilakukan survei kesehatan untuk mengatasi nyeri yang
ternyata semua pasien (12 pasien) dialami oleh pasien. Manajemen nyeri
mengeluh nyeri setelah post operasi. yang tepat haruslah mencakup penanganan
Biasanya mereka mengatasinya nyeri secara keseluruhan, tidak hanya terbatas
dengan istirahat dan hanya meminta obat pada pendekatan farmakologi saja, karena
kepada perawat ketika nyeri, karena nyeri juga dipengaruhi oleh emosi dan
sebagian besar pasien post operasi belum tanggapan individu terhadap dirinya.
tahu penatalaksanaan nyeri dengan metode Secara garis besar ada dua manajemen
non farmakologis khususnya terapi musik. untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen
Berdasarkan studi pendahuluan farmakologi dan manajemen non
tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata farmakologi (Smeltzer and Bare, 2002).
pasien yang mengalami nyeri post operasi Pada dasarnya hampir semua jenis
diberikan obat anti nyeri atau analgesik. musik bisa digunakan untuk terapi musik.
Padahal, obat-obat secara farmakologis Namun kita harus tahu pengaruh setiap
mengandung efek samping yang berbahaya jenis musik terhadap pikiran. Setiap nada,
jika penggunaannya diberikan secara terus- melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan
menerus. Selain dengan menggunakan gaya musik akan memberi pengaruh
metode farmakologis sebagai pereda nyeri, berbeda kepada pikiran dan tubuh kita.
metode yang lain adalah dengan metode Dalam terapi musik, komposisi musik
non farmakologis biasanya mempunyai disesuaikan dengan masalah atau tujuan
resiko yang sangat rendah bahkan tidak yang ingin kita capai. Terapi Musik yang
sama sekali. Meskipun tindakan tersebut efektif menggunakan musik dengan
bukan merupakan pengganti untuk obat– komposisi yang tepat antara beat, ritme
obatan, tindakan tesebut mugkin dan harmoni yang sesuaikan dengan tujuan
diperlukan atau sesuai untuk dilakukannya terapi musik. Jadi memang
mempersingkat episode nyeri yang terapi musik yang efektif tidak bisa
berlangsung hanya beberapa detik atau menggunakan sembarang musik (Erwin,
menit. Metode non farmakologis antara 2011). Jenis musik yang tepat untuk terapi

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 7
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163

mengurangi nyeri pada pasien post operasi nyeri ringan sebanyak 4 responden (8,7%)
adalah musik Mozart. dan responden dengan nyeri sedang
Musik Mozart dapat digunakan sebanyak 42 (91,3%). Dari temuan
sebagai terapi karena memiliki tempo tersebut menunjukkan bahwa responden
sekitar 60 ketukan permenit yang bersifat sebagian besar memiliki tingkat nyeri
rileks. Musik ini dapat menimbulkan efek sedang sebesar 91,3% sebelum diberikan
neuroendokrin yang berguna bagi pasien. terapi music Mozart. Sama halnya hasil
Menurut para ahli, musik Mozart dapat penelitian yang dilakukan oleh Chanif et al
mengalihkan pasien dari rasa nyeri. Selain (2012), bahwa pasien post operasi
dapat mengurangi rasa nyeri, music menyatakan nyeri ringan sampai sedang.
Mozart mempunyai banyak manfaat Di antara mereka 41 % menyatakan nyeri
diantaranya adalah dapat meningkatkan sedang pada hari pada hari 1 sebesar 30 %,
IQ, serta mengurangi kepikunan (Andriani, pada hari kedua sebesar 19 %, pada hari
2010). Menurut Penelitian yang dilakukan ketiga sebesar 16 %, dan hari keempat
oleh Finnerty (2006), menyatakan bahwa sebesar 14 %. Prevalensi nyeri ringan pada
intervensi menggunakan terapi musik kelompok post operasi adalah 30% pada
Mozart dapat mengubah persepsi nyeri hari-hari pasca operasi 0 – 1.
pada pasien post operasi. Hal yang sama Nyeri merupakan salah satu keluhan
juga diungkapkan oleh Dolin dkk (2007), tersering pada pasien setelah mengalami
dalam penelitiannya bahwa terapi musik suatu tindakan pembedahan. Pembedahan
Mozart dapat menurunkan nyeri akut pada merupakan suatu peristiwa yang bersifat
pasien post operasi. Selain itu hal yang bifasik terhadap tubuh manusia yang
sama dikemukakan pula oleh Vadivelu berimplikasi pada pengelolaan nyeri. Lama
(2010), bahwa terapi musik Mozart dapat waktu pemulihan pasien post operasi
digunakan sebagai terapi alternative untuk normalnya terjadi hanya dalam satu
menurunkan nyeri pada pasien post sampai dua jam (Potter & Perry, 2005).
operasi. Pemulihan pasien post operasi
membutuhkan waktu rata-rata 72,45 menit,
Nyeri Pasien Post Operasi Sebelum sehingga pasien akan merasakan nyeri
Terapi Musik Mozart yang hebat rata-rata pada dua jam pertama
Berdasarkan hasil penelitian sesudah operasi karena pengaruh obat
diketahui responden sebelum diberikan anastesi sudah hilang, dan pasien sudah
terapi music Mozart, responden dengan keluar dari kamar sadar. Setelah 1 – 3 hari

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 8
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163

pasien masih mengalami nyeri dari nyeri pada anak-anak dan lansia. Perbedaan
sedang dan nyeri ringan, tetapi nyeri perkembangan, yang ditemukan di antara
tergantung dari persepsi individu masing- kelompok usia ini dapat mempengaruhi
masing (Mulyono, 2008). bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi
Masih tingginya nyeri sedang yang terhadap nyeri. Usia juga berpengaruh
dialami pasien post operasi dipengaruhi terhadap persepsi seseorang terhadap
oleh berbagai factor. Factor yang nyeri. Anak-anak dan orang tua mungkin
mempengaruhi tingkat nyeri seseorang lebih merasakan nyeri dibandingkan orang
antara lain 1) Faktor presipitasi yaitu usia, dewasa muda karena mereka sering tidak
jenis kelamin, dan ansietas, 2) Faktor dapat mengkomunikasikan apa yang
presdiposisi yaitu arti nyeri, persepsi nyeri, dirasakannya. Sehingga kemungkinan
toleransi nyeri, reaksi terhadap nyeri, perawat tidak dapat melakukan
pengalaman masa lalu, budaya, keluarga pengukuran untuk menurunkan nyeri
dan support sosial. Merujuk dari distribusi secara adequate (Potter & Perry, 2005).
karakteristik reponden berdasarkan Namun tidak menutup kemungkinan orang
golongan umur, responden dengan umur < dewasa muda juga merasakan nyeri yang
20 tahun sebanyak 1 orang (2,2%), lebih, karena nyeri bersifat subyektif jadi
responden dengan umur 21 – 30 tahun tergantung persepsi seseorang terhadap
sebanyak 18 orang (39,1%), responden nyeri (Alimul, 2006).
dengan umur 31 – 40 tahun sebanyak 14 Selain factor usia, jenis kelamin juga
orang (30,4%), sedangkan untuk mempengaruhi tingkat nyeri. Berdasarkan
responden dengan umur 41 – 50 tahun hasil penelitian diketahui responden
sebanyak 13 orang (28,3%). Berdasarkan dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 27
hasil penelitian diketahui bahwa sebagian orang (58,7%) dan responden dengan jenis
besar responden yang berusia 21 – 30 kelamin perempuan sebanyak 29 orang
tahun menderita nyeri post operasi sebesar (41,3%). Sama halnya penelitian yang
39,1%. Sama halnya penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2008), bahwa
dilakukan oleh Purwanto (2008), bahwa sebagian besar responden memiliki jenis
sebagian besar responden yang berusia 21 kelamin perempuan yang mengalami nyeri
– 30 tahun yang mengalami nyeri post post operasi sebesar 60,0%. Jenis kelamin
operasi sebesar 33,3%. secara umum, pria dan wanita tidak
Usia merupakan variabel penting berbeda secara bermakna dalam berespons
yang mempengaruhi nyeri, khususnya terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 9
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163

jenis kelamin saja yang merupakan suatu nyeri yaitu berupa terapi musik Mozart.
faktor dalam pengekspresian nyeri. Dalam hal penatalaksanaan nyeri post
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi operasi, perawat mempunyai tugas dan
jenis kelamin. Misalnya, menganggap tanggungjawab yang paling dasar adalah
bahwa seorang anak laki-laki harus berani melindungi klien dari bahaya yang salah
dan tidak boleh menangis, sedangkan anak satunya meningkatkan kenyamanan klien
perempuan boleh menangis dalam situasi (Potter dan Perry, 2005).
yang sama (Potter & Perry, 2005). Manajemen nyeri merupakan salah
satu cara yang digunakan dibidang
Nyeri Pasien Post Operasi Setelah kesehatan untuk mengatasi nyeri yang
Terapi Musik Mozart dialami oleh pasien. Manajemen nyeri
Berdasarkan hasil penelitian yang tepat haruslah mencakup penanganan
diketahui responden setelah diberikan secara keseluruhan, tidak hanya terbatas
terapi music Mozart, responden dengan pada pendekatan farmakologi saja, karena
nyeri ringan sebanyak 35 responden nyeri juga dipengaruhi oleh emosi dan
(76,1%) dan responden dengan nyeri tanggapan individu terhadap dirinya.
sedang sebanyak 11 (23,9%). Dari temuan Secara garis besar ada dua manajemen
tersebut menunjukkan bahwa responden untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen
sebagian besar memiliki tingkat nyeri farmakologi dan manajemen non
ringan sebesar 76,1% setelah diberikan farmakologi (Smeltzer and Bare, 2002).
terapi music Mozart. Sama halnya hasil Selain dengan menggunakan metode
penelitian yang dilakukan oleh Wijanarko farmakologis sebagai pereda nyeri, metode
(2008), bahwa pasien post operasi setelah yang lain adalah dengan metode non
diberikan terapi musik mengalami farmakologis biasanya mempunyai resiko
penurunan tingkat nyeri. Di antara mereka yang sangat rendah bahkan tidak sama
19 % menyatakan nyeri sedang dan sekali. Meskipun tindakan tersebut bukan
responden yang menyatakan nyeri ringan merupakan pengganti untuk obat–obatan,
sebesar 81%. tindakan tesebut mugkin diperlukan atau
Penurunan tingkat nyeri yang sesuai untuk mempersingkat episode nyeri
ditunjukkan oleh sebagian besar responden yang berlangsung hanya beberapa detik
dikarenakan beberapa factor yang atau menit. Metode non farmakologis
berperan, yang dalam hal ini adalah antara lain adalah Relaxsasi, Distraksi,
penatalaksanaan nyeri atau manajemen

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 10
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163

Guided Imagery, Massase, dan Terapi dilakukannya terapi musik. Jadi memang
Musik (Smeltzer and Bare, 2002). terapi musik yang efektif tidak bisa
Terapi musik adalah usaha menggunakan sembarang musik (Erwin,
meningkatkan kualitas fisik dan mental 2011). Jenis musik yang tepat untuk terapi
dengan rangsangan suara yang terdiri dari mengurangi nyeri pada pasien post operasi
melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan adalah musik Mozart.
gaya yang diorganisir sedemikian rupa Musik Mozart dapat digunakan
hingga tercipta musik yang bermanfaat sebagai terapi karena memiliki tempo
untuk kesehatan fisik dan mental. Musik sekitar 60 ketukan permenit yang bersifat
memiliki kekuatan untuk mengobati rileks. Musik ini dapat menimbulkan efek
penyakit dan meningkatkan kemampuan neuroendokrin yang berguna bagi pasien.
pikiran seseorang. Ketika musik Menurut para ahli, musik Mozart dapat
diterapkan menjadi sebuah terapi, musik mengalihkan pasien dari rasa nyeri. Selain
dapat meningkatkan, memulihkan, dan dapat mengurangi rasa nyeri, music
memelihara kesehatan fisik, mental, Mozart mempunyai banyak manfaat
emosional, sosial dan spiritual. Hal ini diantaranya adalah dapat meningkatkan
disebabkan musik memiliki beberapa IQ, serta mengurangi kepikunan (Andriani,
kelebihan, yaitu karena musik bersifat 2010).
nyaman, menenangkan, membuat rileks, Menurut Penelitian yang dilakukan
berstruktur, dan universal (Erwin, 2011). oleh Finnerty (2006), menyatakan bahwa
Pada dasarnya hampir semua jenis intervensi menggunakan terapi musik
musik bisa digunakan untuk terapi musik. Mozart dapat mengubah persepsi nyeri
Namun kita harus tahu pengaruh setiap pada pasien post operasi. Hal yang sama
jenis musik terhadap pikiran. Setiap nada, juga diungkapkan oleh Dolin dkk (2007),
melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan dalam penelitiannya bahwa terapi musik
gaya musik akan memberi pengaruh Mozart dapat menurunkan nyeri akut pada
berbeda kepada pikiran dan tubuh kita. pasien post operasi. Selain itu hal yang
Dalam terapi musik, komposisi musik sama dikemukakan pula oleh Vadivelu
disesuaikan dengan masalah atau tujuan (2010), bahwa terapi musik Mozart dapat
yang ingin kita capai. Terapi Musik yang digunakan sebagai terapi alternative untuk
efektif menggunakan musik dengan menurunkan nyeri pada pasien post
komposisi yang tepat antara beat, ritme operasi.
dan harmoni yang sesuaikan dengan tujuan

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 11
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163

Pengaruh Terapi Musik Mozart menginterpretasi kualitas nyeri dan


Terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien memproses informasi tentang pengalaman
Post Operasi dan pengetahuan yang lalu serta assosiasi
Berdasarkan hasil penelitian kebudayaan dalam upaya mempersepsikan
diketahui hasil uji beda nyeri sebelum dan nyeri (Potter & Perry 2005).
sesudah diberikan terapi music Mozart Seseorang dapat mentoleransi,
diketahui nilai Z (6,008) dengan p-value menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat
(0.00) < sig (0,05). Dari hasil tersebut mengenali jumlah stimulus nyeri sebelum
dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat merasakan nyeri (pain threshold). Ada
perbedaan nyeri sebelum dan sesudah beberapa jenis stimulus nyeri menurut
diberikan terapi musik Mozart. Secara Alimul (2006), diantaranya adalah 1)
signifikansi perbedaan nyeri sebelum dan Trauma pada jaringan tubuh, misalnya
sesudah diberikan terapi musik Mozart karena bedah (operasi) akibat terjadinya
dapat dikatakan berarti. Signifikansi kerusakan jaringan dan iritasi secara
tersebut menggambarkan bahwa terjadinya langsung pada reseptor. 2) Gangguan pada
beda nyeri bukan semata-mata karena jaringan tubuh, misalnya karena edema
adanya faktor kebetulan akan tetapi oleh akibat terjadinya penekananpada reseptor
adanya intervensi yang dilakukan yaitu nyeri. 3) Tumor, dapat juga menekan pada
berupa pemberian terapi musik Mozart. reseptor nyeri. 4) Iskemia pada jaringan,
Nyeri merupakan campuran reaksi misalnya terjado blockade pada arteria
fisik, emosi, dan perilaku. Stimulus koronaria yang menstimulasi reseptor
penghasil-nyeri mengirimkan impuls nyeri akibat tertumpuknya asam laktat. 5)
melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.
memasuki medulla spinalis dan menjalani Faktor yang mempengaruhi tingkat
salah satu dari beberapa rute saraf dan nyeri seseorang antara lain 1) Faktor
akhirnya sampai di dalam massa berwarna presipitasi yaitu usia, jenis kelamin, dan
abu-abu di medulla spinalis. Terdapat ansietas, 2) Faktor presdiposisi yaitu arti
pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel- nyeri, persepsi nyeri, toleransi nyeri, reaksi
sel saraf inhibitor, mencegah stimulus terhadap nyeri, pengalaman masa lalu,
nyeri sehingga tidak mencapai otak atau budaya, keluarga dan support sosial. Jadi
ditransmisi tanpa hambatan ke korteks diperlukan manajemen nyeri yang baik
serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai untuk mengatasi ketidaknyamanan pada
korteks serebral, maka otak pasien (Alimul, 2006).

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 12
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163

Manajemen nyeri merupakan salah untuk kesehatan fisik dan mental. Musik
satu cara yang digunakan dibidang memiliki kekuatan untuk mengobati
kesehatan untuk mengatasi nyeri yang penyakit dan meningkatkan kemampuan
dialami oleh pasien. Manajemen nyeri pikiran seseorang. Ketika musik
yang tepat haruslah mencakup penanganan diterapkan menjadi sebuah terapi, musik
secara keseluruhan, tidak hanya terbatas dapat meningkatkan, memulihkan, dan
pada pendekatan farmakologi saja, karena memelihara kesehatan fisik, mental,
nyeri juga dipengaruhi oleh emosi dan emosional, sosial dan spiritual. Hal ini
tanggapan individu terhadap dirinya. disebabkan musik memiliki beberapa
Secara garis besar ada dua manajemen kelebihan, yaitu karena musik bersifat
untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen nyaman, menenangkan, membuat rileks,
farmakologi dan manajemen non berstruktur, dan universal (Erwin, 2011).
farmakologi (Smeltzer and Bare, 2002). Pada dasarnya hampir semua jenis
Selain dengan menggunakan metode musik bisa digunakan untuk terapi musik.
farmakologis sebagai pereda nyeri, metode Namun kita harus tahu pengaruh setiap
yang lain adalah dengan metode non jenis musik terhadap pikiran. Setiap nada,
farmakologis biasanya mempunyai resiko melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan
yang sangat rendah bahkan tidak sama gaya musik akan memberi pengaruh
sekali. Meskipun tindakan tersebut bukan berbeda kepada pikiran dan tubuh kita.
merupakan pengganti untuk obat–obatan, Dalam terapi musik, komposisi musik
tindakan tesebut mugkin diperlukan atau disesuaikan dengan masalah atau tujuan
sesuai untuk mempersingkat episode nyeri yang ingin kita capai. Terapi Musik yang
yang berlangsung hanya beberapa detik efektif menggunakan musik dengan
atau menit. Metode non farmakologis komposisi yang tepat antara beat, ritme
antara lain adalah Relaxsasi, Distraksi, dan harmoni yang sesuaikan dengan tujuan
Guided Imagery, Massase, dan Terapi dilakukannya terapi musik. Jadi memang
Musik (Smeltzer and Bare, 2002). terapi musik yang efektif tidak bisa
Terapi musik adalah usaha menggunakan sembarang musik (Erwin,
meningkatkan kualitas fisik dan mental 2011). Jenis musik yang tepat untuk terapi
dengan rangsangan suara yang terdiri dari mengurangi nyeri pada pasien post operasi
melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan adalah musik Mozart.
gaya yang diorganisir sedemikian rupa Musik Mozart dapat digunakan
hingga tercipta musik yang bermanfaat sebagai terapi karena memiliki tempo

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 13
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163

sekitar 60 ketukan permenit yang bersifat responden yang mengalami nyeri


rileks. Musik ini dapat menimbulkan efek ringan sebesar 76,1%.
neuroendokrin yang berguna bagi pasien. 3. Ada perbedaan rata-rata pre dan post
Menurut para ahli, musik Mozart dapat pemberian terapi musik Mozart
mengalihkan pasien dari rasa nyeri. Selain terhadap penurunan tingkat nyeri
dapat mengurangi rasa nyeri, music dengan nilai Z (6,008) dengan p-value
Mozart mempunyai banyak manfaat (0.00) < sig (0,05).
diantaranya adalah dapat meningkatkan
IQ, serta mengurangi kepikunan (Andriani, DAFTAR PUSTAKA
2010). Andriani, Resi. 2010. Manfaat Musik
Mozart Untuk Kesehatan. Dari
Menurut Penelitian yang dilakukan
http://erabaru.com/manfaat-musik-
oleh Finnerty (2006), menyatakan bahwa mozart-untuk-kesehatan/2010/htm.
diperoleh tanggal 2 Februari 2013
intervensi menggunakan terapi musik
Mozart dapat mengubah persepsi nyeri Apfelbaum JL, Chen C, Mehta S, et al.
Postoperative pain experience:
pada pasien post operasi. Hal yang sama
results from a national survey
juga diungkapkan oleh Dolin dkk (2007), suggesting postoperative pain
continues to be undermanaged.
dalam penelitiannya bahwa terapi musik
Anesth Analg 2003:97:534-40.
Mozart dapat menurunkan nyeri akut pada
Dolin SJ, Cashman JN, Bland JM. 2002.
pasien post operasi. Selain itu hal yang
Effectiveness of acute postoperative
sama dikemukakan pula oleh Vadivelu pain management: 1. Evidence from
published data. Br J
(2010), bahwa terapi musik Mozart dapat
Anaesth;89(3):409-423.).
digunakan sebagai terapi alternative untuk
Endah. 2011. Terapi Musik Mozart. Dari
menurunkan nyeri pada pasien post
http://Musikterapi.com/terapi-musik-
operasi. mozart/2011/htm. diperoleh tanggal
2 Februari 2013

KESIMPULAN Erfandi. 2009. Penatalaksanaan Nyeri


menggunakan Terapi Musik. Dari
1. Tingkat nyeri responden sebelum
http://erfandi.blogspot.com/penatalak
terapi musik Mozart, adalah nyeri sanaan-nyeri-menggunakan-terapi-
musik/2011/htm. diperoleh tanggal
sedang 91,3% dan responden yang
17 Februari 2013
mengalami nyeri ringan sebesar 8,7%.
Erwin. 2011. Mengenal terapi Musik. Dari
2. Tingkat nyeri responden setelah
http://erabaru.com/mengenal-terapi-
pemberian terapi musik Mozart, adalah musik /2011/htm. diperoleh tanggal
15 Februari 2013
nyeri sedang sebesar 23,9% dan

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 14
TSCD3Kep Journal Vol.6 No.1 Tahun 2021 iSSN: 2503-2437
eSSN: 2775-1163

Finnerty, Rachael. 2006. Mozart Music Graha Ilmu, hal 127, 162-163, 183-
Therapy as an Intervention For Pain 184
Perception Sunny Brook Health
Sciences Centre, Toronto, Canada Sjamsuhidayat R dan Win de Jong. 2005.
Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2.
Harnawatiaj. 2008. Konsep Nyeri. Jakarta: EGC.
Diperoleh dari http://mariana
.blogspot.com/penatalaksanaan- Smeltzer, Suzanna C dan Bare, Brenda G.
nyeri/htm tanggal 10 Februari 2013 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, 43 Vol.1.
Mariana. 2012. Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Diperoleh dari http://mariana
.blogspot.com/penatalaksanaan- Stevens, Paul et all. 2005. Pengantar
nyeri/htm Riset: Pendekatan Ilmah untuk
Profesi Kesehatan. Jakarta: EGC, hal
Mubarak & Chayatin. 2007. Manajemen 146
Nyeri Post Operasi. Yogyakarta: CV
Finerta Sugiyono. 2007. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: CV Alfabeta,
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi hal 47-54, 79
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta, hal 72, 169 Suzan. 2007. Penatalaksanaan Nyeri Post
Operasi. Diperoleh dari
Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan http://postoperative.blogspot.com/pe
Metodologi Penelitian Ilmu natalaksanaan-nyeri-post-operasi/htm
Keperawatan. Jakarta: Salemba tanggal 10 Februari 2013
Medika. Tamsuri, Anas, 2007, Konsep &
Penatalaksanaan Nyeri, EGC,
Potter and Perry, 2006, Buku Ajar Jakarta.
Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses dan Praktek, Volume 2, Edisi Tarcy. 2008. Nyeri Post Operative.
4, EGC, Jakarta. Evidence from published data. Br J
Anaesth 2008;89(3):409-423.).
Rekam Medis Rumah Sakit Permata
Bunda Purwodadi. 2013. Prevalensi Taylor, C. (1997). Fundamental of
Penderita yang dilakukan operasi di nursing: the art sciences of nursing
ruang Operasi. Tidak dipublikasikan care. Philladepia: lippincott Raven
Publishers
Saryono. 2009. Metodologi Penelitian
Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Townsend. 2008. Perception Pain. Pain
Pemula. Yogjakarta: Mitra Cendekia Journal International. Vol 3, 24-26,
Press, hal 30, 63, 79, 85 Toronto, Canada

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan:


Riset Keperawatan. Yogyakarta:

http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/issue/archive 15

Anda mungkin juga menyukai