Nyeri post operasi merupakan komplikasi bermakna pada sebagian besar pasien.
Definisi dari nyeri adalah pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan dan bersifat sangat subyektif, sehingga gejala-
gejala yang berupa kenaikan tekanan darah, kenaikan laju jantung, dan mengerang
kesakitan dipakai untuk indikator nyeri (dwi kusuma, 2013)
Cara penilaian nyeri secara subyektif umumnya memakai Visual Analog Scale,
walaupun ada beberapa cara lain. Sedangkan penilaian nyeri dengan pemeriksaan kadar
kortisol dan prostaglandin yang akhir-akhir ini sering digunakan lebih bersifat obyektif (dwi
kusuma, 2013)
Menurut Dwi Kusuma (2013) Penanggulangan nyeri pasca bedah yang efektif
merupakan salah satu hal yang penting dan menjadi problema bagi ahli anestesi. Hal
tersebut dikarenakan berbagai hal sebagai berikut:
- Nyeri pasca bedah sangat bersifat individual, tindakan yang sama pada pasien yang
kurang lebih sama keadaan umumnya tidak selalu mengakibatkan nyeri pasca bedah
yang sama. Pengalaman penderita terhadap derajat atau intensitas nyeri pasca
bedah sangat bervariasi.
- Banyak penderita yang kurang mendapat terapi yang adekuat untuk mengatasi nyeri
pasca bedah.
- Bebas nyeri dapat mengurangi komplikasi pasca bedah. Timbulnya nyeri, derajat
maupun lamanya pengelaman nyeri dari penderita setelah operasi yang berlainan
tidak dapat diketahui dengan pasti
Dari segi pembedahan, lokasi nyeri pasca bedah yang paling sering terjadi dan sifat
nyerinya paling hebat (severe) adalah sebagai berikut :
- Operasi ginjal
Penderita setelah mengalami bedah thorax, abdomen maupun operasi ginjal, bila
penderita batuk, tarik nafas dalam atau gerakan tubuh yang berlebihan akan timbul nyeri
yang hebat.
Menurut Dwi Kusuma (2013) Macam luka pembedahan (incision) juga sangat
berperan dalam timbulnya nyeri pasca bedah, pada luka operasi atau insisi subcostal kurang
menimbulkan rasa nyeri pasca bedahnya dibandingkan luka operasi midline, pada insisi
abdomen arah transversal akan terjadi kerusakan syaraf intercostalis minimal. Pada
pembedahan yang letaknya di permukaan (superficial), daerah kepala, leher, extrimitas,
dinding thorax dan dinding abdomen rasa nyerinya sangat bervariasi :
- Nyeri yang ringan atau tanpa nyeri : 50%, dimana penderita tidak memerlukan
analgetik narkotik.
Dari segi penderita, timbulnya dan beratnya rasa nyeri pasca bedah juga sangat
dipengaruhi fisik, psikis atau emosi, karakter individu dan sosiokultural maupun pengalaman
masa lalu terhadap rasa nyeri. Derajat kecemasan penderita pra bedah dan pasca bedah
juga mempunyai peranan penting. Penderita yang masuk rumah sakit akan timbul reaksi
cemas/strees. Dan keadaan ini membentuk pra kondisi nyeri pasca bedah. Keadaan tersebut
digolongkan “hospital stress”. Pada golongan penderita dengan hospital stress tinggi
cenderung mengalami nyeri lebih hebat daripada golongan hospital stress rendah (Dwi
Kusuma, 2013). Faktor-faktor hospital stress:
Faktor lain yang berperan dalam nyeri pasca bedah adalah pengelolaan baik
sebelum, sedang dan sesudah pembedahan dan tehnik anestesi yang dilakukan pada
penderita.
Selama ini manajemen nyeri yang digunakan di ruang tersebut hanya menggunakan
terapi farmakologis. Manajemen nyeri pasca operasi yang kurang baik sangat merugikan
penderita karena dapat memperpanjang lama perawatan, menambah beban biaya pengobatan
juga meningkatkan morbiditas dan mortalitas, sedangkan prosedur terbaik untuk manajemen
nyeri pasca operasi dalam kasus trauma bedah masih kontroversial (Machino et al, 2010).
Nyeri post operasi memerlukan tindakan yang tepat. Salah satu tenaga kesehatan yang
memiliki peran penting adalah perawat (Tamsuri, 2013). Peran perawat dalam
penatalaksanaan nyeri post operasi yaitu meliputi pengkajian nyeri, memberikan tindakan
mandiri perawat, kolaborasi dan evaluasi nyeri. Dalam pengkajian nyeri pasien post operasi
yang digunakan perawat yaitu mengkaji dengan instrumen OPQRSTUV (onset, proviking,
selanjutnya. Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan mengkaji nyeri pasien, mengobservasi
Bila nyeri tidak ditangani secara baik maka dapat menyebabkan kerusakan jaringan
lebih lanjut, karena terjadi perubahan ekspresi dari saraf saraf, yang merupakan permasalahan
Upaya- upaya yang dilakukan untuk menangani nyeri pasien pasca operasi yaitu secara
farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi meliputi obat analgesik seperti
golongan NSAID, narkotik. Terapi non farmakologi meliputi terapi meditasi, terapi musik,
Strategi yang digunakan dalam mencari artikel menggunakan bahasa inggris dan
bahasa indonesia yang relevan dengan topik. Pencarian dilakukan secara elektronik dengan
menggunakan beberapa database, antara lain karger, Science Direct, dan Google Scholar
dari Januari 2010 sampai April 2019.
Keyword yang digunakan adalah “Teknik Relaksasi non Farmakologi dan Post
Operasi” Pencarian menggunakan keyword di atas dengan karger, Science Direct, dan
Google Scholar. Hasil penelusuran pada Sage tidak diperoleh artikel, pada Science Direct
diperoleh 4 artikel, pada karger diperoleh 4 artikel, dan pada Google Scholar diperoleh 22
artikel. Artikel fulltext dan abstrak yang diperoleh, direview untuk memilih artikel yang
sesuai dengan kriteria inklusi berdasarkan PICO frame work (Patient, Intervention,
Comparison, Outcome. (P:pasien post operasi yang mengalami nyeri I: teknik non
farmakologi O: Nyeri berkurang/hilang).
HASIL
Artikel kedua adalah penelitian yang dilakukan di RSUD Soesilo Slawi Kabupaten
Tegal Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 10 pasien yang mengalami nyeri post
operasi Orif Ekstremitas. Kriteria inklusi pada penelitian adalah post operasi Orif pasien post
Ekstremitas yang mengalami nyeri ringan sampai nyeri berat, pasien post operasi 0 hari,
Sampel 8 operasi Orif pasien post Ekstremitas yang mengalami nyeri intervensi dengan
mendengarkan murottal Al quran intrumen kuesioner dan SOP (Standar Operasional
Prosedur) pemberian terapi murotal Al Quran. Penggunaan lembar kuesioner ini dengan
menanyakan identitas reponden yang berisi inisial responden, usia, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan sebagai identitas. Pengukuran nyeri fraktur yang digunakan adalah kuisioner
dengan skala nyeri Numeric Rating Scale yang terdiri dari 10 angka dengan 5 kategori yaitu 0
tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-9 nyeri berat dan 10 nyeri hebat. Hasil
penelitian pada artikel kedua menunjukkan terapi murottal terdapat pengaruh pemberian
terapi murotal Al Quran terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien post orif di RSUD
Soesilo Slawi. Terapi murotal Al Quran dapat diaplikasikan sebagai intervensi pemberian
asuhan keperawatan pada pasien post orif agar menurunkan tingkat nyeri
Artikel ketiga adalah penelitian yang dilakukan di ruang Kenanga RSUD dr. H.
Soewondo Kendal jumlah sampel 30 pasien yang mengalami nyeri post operasi hernia
inguinalis. Kriteria inklusi adalah post operasi operasi hernia inguinalis yang beragama islam
yang mengalami nyeri sedang sampai nyeri berat, pasien post operasi hari pertama.
Intervensi dengan mendengarkan murottal Al quran selama 15 menit, Instrument penelitian
ini menggunakan lembar observasi yang isinya data demografi pasien, tabel pre/post terapi
dan skala pengukuruan nyeri yang menggunakan skala NRS (Numeric Rating Scale). Hasil
penelitian pada artikel ketiga menunjukkan terapi murottal terdapat pengaruh pemberian
terapi murotal Al Quran terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi hernia
inguinalis. Terapi murotal Al Quran dapat diaplikasikan sebagai intervensi pemberian asuhan
keperawatan di ruang Kenanga RSUD dr. H. Soewondo Kendal pada pasien post operasi
hernia inguinalis agar menurunkan tingkat nyeri.
Artikel kedua belas merupakan penelitian yang dilaksanakan di rumah sakit RSUD RA.
Kartini Jepara Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 22 pasien post operasi Benigna
Prostat Hyperplasia (BPH). Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi
Benigna Prostat Hyperplasia mengalami nyeri sedang sampai berat, Responden yang
mengalami nyeri post operasi BPH pada 12-24 jam pertama, Mendapatkan analgesik dengan
jenis dan dosis yang sama setelah post operasi BPH di Instalasi Bedah Sentral, Bersedia
menjadi responden penelitian & Kondisi respondennya masih bisa diajak komunikasi dan
bersedia menjadi responden. Sedangkan untuk mengetahui hasil menggunakan Numerical
Rating Scale dengan ketentuan bila Tidak nyeri skor 0, nyeri ringan sekor 1-3 , nyeri sedang
4-6, nyeri berat 7-9 dan nyeri sangat berat sekor 10. Intervensi kelompok perlakuan
Berdzikir Menyebut nama Allah di sertai Sikap pasrah kepada-Nya dan memantapkan hati
denagn durasi 20 menit. Sedangkan kelompok kontrol diberiakn obat analgesik saja. Hasil
penelitian pada artikel kedua belas menunjukkan bahwa pasien post operasi Benigna
Prostat Hyperplasia (BPH). Hasil artikel keduabelas menunjukkan bahwa penggunaan
kombinasi meditasi dzikir pasien post operasi Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) diberikan
Terapi Dzikir sebelum perlakuan nyeri sedang yaitu (81,8%) dan nyeri ringan (18,8%),
sedangkan sesudah perlakuan mengalami nyeri sedang yaitu (63,6%) dan nyeri ringan yaitu
(8,4%). Untuk kelompok kontrol sebelum diberikan obat analgesik nyeri sedang yaitu
(72,7%) dan nyeri ringan (27,3%), sedangkan sesudah diberikan obat analgesik mengalami
nyeri sedang yaitu (51,8%) dan nyeri ringan yaitu (18,8%). Ada perbedaan yang signifikan
terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Benigna Prostat Hyperplasia sebelum dan
sesudah Terapi Dzikir.
Artikel keempat belas merupakan penelitian yang dilaksanakan di rumah sakit RSUD
Sawerigading kota Palopo Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 20 pasien post
operasi apendiktomi. Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi apendiktomi
1) Durasi pemberian terapi setelah operasi yaitu 6 sampai 7 jam dan durasi waktu
pemberian terapi dilakukan setelah pemberian analgesik selama 2 sampai 4 jam. Pemberian
terapi dilakukan selama 15 menit setiap 2 kali sehari, 2) Pasien sadar (Compos mentis), 3)
Pasien tidak mengalami gangguan komunikasi, 4) Pasien tidak mengalami gangguan
pendengaran, 5) Pasien yang sudah tidak terpengaruh efek analgesic, 7) Pasien yang
bersedia menjadi responden. Untuk mengukur skala nyeri pasien, peneliti menggunakan
Numerical Rating Score (NRS) dikombinasikan dengan Face Pain Score yang merupakan
pengukuran nyeri dimana responden diminta untuk memberikan angka 1 sampai 10 dan
gambar yang berdasarkan ekspresi wajah pasien pada saat bertatap muka. Nol diartikan
tidak ada nyeri 1-3 nyeri ringan 4-6 nyeri sedang 7-9 nyeri hebat dan 10 diartikan nyeri
sangat berat. Intervensi Menciptakan kesan dalam pikiran responden, kemudian
berkonsentrasi, berimajinasi teralihkan dengan imajinasi yang menyenangkan dilakukan
selama 15 setiap 2x sehari. Hasil artikel keempat belas menunjukkan bahwa penggunaan
kombinasi terapi guided imagery bahwa ada pengaruh pemberian guided imagery terhadap
skala nyeri pada pasien post operasi appendiktomi.
Artikel kelima belas merupakan penelitian yang dilaksanakan di rumah sakit RSUD
DR. Moewardi Surakarta Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 16 pasien post operasi
Laparatomi. Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi Laparatomi yang
bersedia untuk diteliti dan mendapat ijin dari keluarga, pasien post operasi laparatomy hari
kedua, tidak dalam perawatan psikiater, mampu mengungkapkan perasaan nyerinya,
mampu menjawab pertanyaan dalam kuisioner, dirawat di bangsal Mawar II. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data demografi dan kuesioner skala
pengukuran nyeri. Data demografi terdiri dari umur, jenis kelamin, suku dan agama. Pada
kuesioner skala pengukuran intensitas nyeri menggunakan skala nyeri bourbanis. Terdiri dari
skor 1-3 (nyeri ringan), skor 4- 6 (nyeri sedang), skor 7-9 (nyeri berat), dan skor 10 (tidak
tertahankan). Intervensi menggunakan audio tape dengar music yang lembut atau suara-
suara alam sebagai background, waktu yang digunakan 10-20 menit. Hasil artikel kelima
belas menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi terapi guided imagery bahwa terdapat
perbedaan tingkat nyeri pasien post operasi laparatomy sebelum dan sesudah dilakukan
teknik guided imaginary. Hal ini ditunjukkan dengan nilai nilai t hitung sebesar 7,103
dengan signifikasi (p) sebesar 0,000. Nilai p <0,05 dan t hitung lebih besar dari t tabel (7,103
> 1,753) pada signifikan 95%. Dan penurunan intensitas nyeri sesudah dilakukan guided
imaginary dari 5,88 menjadi 3,56.
Artikel ketujuh belas merupakan penelitian yang dilaksanakan di rumah sakit Eulid
thaiwan Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 163 pasien post operasi orthopedi.
Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi orthopedi berusia 18 tahun, dapat
berpartisipasi, mampu berbicara, membaca dan menulis bahasa inggris. Intervensi Memberi
pendengaran musik selama 30 menit 2x sehari selama 3 hari lalu di ukur skala nyeri,
sedangankan kelompok kontrol tidak diberikan intervensi. Hasil artikel ketujuh belas
menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi terapi mendengarkan musik bahwa Terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap tingkat skala nyeri pasien.
PEMBAHASAN
2018
18 Controlling Acute Desain : quasy Mendengarkan kan Ada
Post-operative Pain Experimental musik perbedaan
in Iranian Children Sampel : 63 menggunakan MP3 sebelum dan
with using of Music Kel perlakuan N =32 player dan HP sesudah
Therapy Kel kontrol N=31 selama 20 menit pemberian
terapi musik
Miladinia. Mojtaba, Variabel ind : terhadap
et al Therapy Music penururuan
2016 Variabel dep : nyeri
Penurunan nyeri post P<0,05
op
Dari hasil literature review terhadap delapan belas artikel jurnal, dapat dijelaskan
bahwa intervensi keperawatan non farmakologi dapat dikategorikan sebagai intervensi yang
aman dan cukup efektif dalam mengurangi nyeri post operasi yang tidak mendapatkan
terapi medis lain yang digabungkan dalam proses terapi, dan apabila terapi non farmakologi
dilakukan selama 1 sampai 3 hari. Teknik non farmakologi dapat menghasilkan evaluasi
yang baik pada nyeri post operasi bila dilakukan pada pasien nyeri post operasi, nyeri pada
kategori ringan dan sedang dan berat.
Ada beberapa penelitian yang dikombinasikan dengan terapi yang lain, yaitu dengan
obat yang diberikan secara oral maupun cairan melalui vena. Dalam pengobatan non
farmakologi masih perlu mengkonsumsi obat-obatan, jamu, dan ramuan sebab dengan
terapi non farmakologi tubuh manusia masih memerlukan obat obatan farmakologi.
Simpulan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan oleh penulis, disimpulkan bahwa
penggunaan metode non farmakologi terhadap nyeri pasien post operasi efektif dalam
mengurangi nyeri yang belum memerlukan antiemetik dan dalam kategori nyeri ringan,
sedang dan berat.
Saran