Anda di halaman 1dari 23

ABSTRAK

Pendahuluan : Nyeri post operasi merupakan komplikasi bermakna pada sebagian


besar pasien. Definisi dari nyeri adalah pengalaman sensorik dan motorik yang tidak
menyenangkan, yang berhubungan dengan kerusakan jaringan dan bersifat sangat
subyektif, sehingga gejala-gejala yang berupa kenaikan tekanan darah, kenaikan laju
jantung, dan mengerang kesakitan dipakai untuk indikator nyeri. Metode : Pencarian artikel
jurnal dilakukan secara elektronik dengan menggunakan beberapa database menggunakan
keyword di atas dengan karger, Science Direct, dan Google Scholar, dari Januari 2010 sampai
April 2019. Keyword yang digunakan adalah “Teknik Relaksasi non Farmakologi dan Post
Operasi” Pencarian menggunakan keyword di atas dengan karger, Science Direct, dan
Google Scholar sehingga didapatkan 18 artikel untuk di-review. Hasil: Intervensi
keperawatan teknik non farmakologi dapat dikategorikan sebagai intervensi yang aman dan
cukup efektif dalam mengurangi nyeri pada pasien post operasi Pembahasan : Penggunaan
metode keperawatan non farmakologi efektif dalam mengurangi nyeri pada pasien post
operasi yang belum memerlukan antiemetik. Metode keperawatan non farmakologi
penggunaannya harus lebih dipromosikan dan diimplementasikan sebagai rutinitas pada
penanganan pada pasien post operasi yang mengalami nyeri. Kesimpulan: teknik non
farmakologi pada pasien post operasi dapat mengatasi nyeri.
PENDAHULUAN

Nyeri post operasi merupakan komplikasi bermakna pada sebagian besar pasien.
Definisi dari nyeri adalah pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan dan bersifat sangat subyektif, sehingga gejala-
gejala yang berupa kenaikan tekanan darah, kenaikan laju jantung, dan mengerang
kesakitan dipakai untuk indikator nyeri (dwi kusuma, 2013)

Cara penilaian nyeri secara subyektif umumnya memakai Visual Analog Scale,
walaupun ada beberapa cara lain. Sedangkan penilaian nyeri dengan pemeriksaan kadar
kortisol dan prostaglandin yang akhir-akhir ini sering digunakan lebih bersifat obyektif (dwi
kusuma, 2013)

Menurut Dwi Kusuma (2013) Penanggulangan nyeri pasca bedah yang efektif
merupakan salah satu hal yang penting dan menjadi problema bagi ahli anestesi. Hal
tersebut dikarenakan berbagai hal sebagai berikut:

- Nyeri pasca bedah sangat bersifat individual, tindakan yang sama pada pasien yang
kurang lebih sama keadaan umumnya tidak selalu mengakibatkan nyeri pasca bedah
yang sama. Pengalaman penderita terhadap derajat atau intensitas nyeri pasca
bedah sangat bervariasi.
- Banyak penderita yang kurang mendapat terapi yang adekuat untuk mengatasi nyeri
pasca bedah.
- Bebas nyeri dapat mengurangi komplikasi pasca bedah. Timbulnya nyeri, derajat
maupun lamanya pengelaman nyeri dari penderita setelah operasi yang berlainan
tidak dapat diketahui dengan pasti

Dari penelitian-penelitian yang dilakukan ternyata timbulnya, intensitas, dan


lamanya nyeri pasca bedah sangat bervariasi dari satu penderita ke penderita yang lain, dari
rumah sakit yang berbeda apalagi dari negara yang berbeda (Dwi Kusuma, 2013)

Menurut Dwi Kusuma (2013) Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kualitas,


intensitas dan lamanya nyeri pasca bedah dapat disebutkan sebagai berikut :
- Lokasi operasi, jenis operasi dan lamanya operasi serta berapa besar kerusakan
ringan akibat operasi tersebut.
- Persiapan operasi baik psychologik, fisik dan pharmakologik dari penderita oleh
anggota / team pembedahan atau dengan kata lain disebut pelaksanaan perioperatif
dan premedikasi.
- Adanya komplikasi yang erat hubungannya dengan pembedahan.
- Pengelolaaan anestasi baik sebelum, selama, sesudah pembedahan.
- Kualitas dari perawatan pasca bedah.
- Suku, ras, warna kulit, karakter dan sosiokultural penderita
- Jenis kelamin, perempuan lebihcepat merasakan nyeri
- Umur, ambang rangsang orang tua lebih tinggi.
- Kepribadian, pasien neurotik lebih merasakan nyeri bila dibandingkan dengan pasien
dengan kepribadian normal
- Pengalaman pembedahan sebelumnya, bila pembedahan di tempat yang sama rasa
nyeri tidak sehebat nyeri pembedahan sebelumnya.
- Keadaan psikologis dari penderita / pasien.

Dari segi pembedahan, lokasi nyeri pasca bedah yang paling sering terjadi dan sifat
nyerinya paling hebat (severe) adalah sebagai berikut :

- Operasi daerah thoracoabdominal

- Operasi ginjal

- Operasi columna vertebralis (spine)

- Operasi sendi besar

- Operasi tulang panjang di extremitas

Penderita setelah mengalami bedah thorax, abdomen maupun operasi ginjal, bila
penderita batuk, tarik nafas dalam atau gerakan tubuh yang berlebihan akan timbul nyeri
yang hebat.

Menurut Dwi Kusuma (2013) Macam luka pembedahan (incision) juga sangat
berperan dalam timbulnya nyeri pasca bedah, pada luka operasi atau insisi subcostal kurang
menimbulkan rasa nyeri pasca bedahnya dibandingkan luka operasi midline, pada insisi
abdomen arah transversal akan terjadi kerusakan syaraf intercostalis minimal. Pada
pembedahan yang letaknya di permukaan (superficial), daerah kepala, leher, extrimitas,
dinding thorax dan dinding abdomen rasa nyerinya sangat bervariasi :

- Nyeri hebat (severe) 5–15 %

- Nyeri yang sedang (moderate) 30–50 % dari penderita.

- Nyeri yang ringan atau tanpa nyeri : 50%, dimana penderita tidak memerlukan
analgetik narkotik.

Dari segi penderita, timbulnya dan beratnya rasa nyeri pasca bedah juga sangat
dipengaruhi fisik, psikis atau emosi, karakter individu dan sosiokultural maupun pengalaman
masa lalu terhadap rasa nyeri. Derajat kecemasan penderita pra bedah dan pasca bedah
juga mempunyai peranan penting. Penderita yang masuk rumah sakit akan timbul reaksi
cemas/strees. Dan keadaan ini membentuk pra kondisi nyeri pasca bedah. Keadaan tersebut
digolongkan “hospital stress”. Pada golongan penderita dengan hospital stress tinggi
cenderung mengalami nyeri lebih hebat daripada golongan hospital stress rendah (Dwi
Kusuma, 2013). Faktor-faktor hospital stress:

- Rasa tidak bersahabat disekelilingnya.


- Pemisahan dengan keluarga, orang tua, suami/istri.
- Informasi yang kurang atau tidak jelas.
- Pengalaman masa lalu tentang penanggulan nyeri yang tidak adekuat.

Faktor lain yang berperan dalam nyeri pasca bedah adalah pengelolaan baik
sebelum, sedang dan sesudah pembedahan dan tehnik anestesi yang dilakukan pada
penderita.

Selama ini manajemen nyeri yang digunakan di ruang tersebut hanya menggunakan

terapi farmakologis. Manajemen nyeri pasca operasi yang kurang baik sangat merugikan

penderita karena dapat memperpanjang lama perawatan, menambah beban biaya pengobatan

juga meningkatkan morbiditas dan mortalitas, sedangkan prosedur terbaik untuk manajemen
nyeri pasca operasi dalam kasus trauma bedah masih kontroversial (Machino et al, 2010).

Nyeri post operasi memerlukan tindakan yang tepat. Salah satu tenaga kesehatan yang

memiliki peran penting adalah perawat (Tamsuri, 2013). Peran perawat dalam

penatalaksanaan nyeri post operasi yaitu meliputi pengkajian nyeri, memberikan tindakan

mandiri perawat, kolaborasi dan evaluasi nyeri. Dalam pengkajian nyeri pasien post operasi

yang digunakan perawat yaitu mengkaji dengan instrumen OPQRSTUV (onset, proviking,

quality, region, severity, treatment, understanding, value) (Tamsuri, 2013).

Pentingnya perawat melakukan pengkajian nyeri adalah untuk menentukan tindakan

selanjutnya. Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan mengkaji nyeri pasien, mengobservasi

reaksi nonverbal pasien, menggunakan teknik komunikasi terapeutik, mengontrol lingkungan

pasien (Nursing Intervention and Classification 2013; Sandika et al, 2015).

Bila nyeri tidak ditangani secara baik maka dapat menyebabkan kerusakan jaringan

lebih lanjut, karena terjadi perubahan ekspresi dari saraf saraf, yang merupakan permasalahan

besar sulit untuk ditangani (Morgan, 2013).

Upaya- upaya yang dilakukan untuk menangani nyeri pasien pasca operasi yaitu secara

farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi meliputi obat analgesik seperti

golongan NSAID, narkotik. Terapi non farmakologi meliputi terapi meditasi, terapi musik,

terapi dzikir, terapi nafas dalam, terapi relaksasi.

BAHAN DAN METODE

Strategi yang digunakan dalam mencari artikel menggunakan bahasa inggris dan
bahasa indonesia yang relevan dengan topik. Pencarian dilakukan secara elektronik dengan
menggunakan beberapa database, antara lain karger, Science Direct, dan Google Scholar
dari Januari 2010 sampai April 2019.

Keyword yang digunakan adalah “Teknik Relaksasi non Farmakologi dan Post
Operasi” Pencarian menggunakan keyword di atas dengan karger, Science Direct, dan
Google Scholar. Hasil penelusuran pada Sage tidak diperoleh artikel, pada Science Direct
diperoleh 4 artikel, pada karger diperoleh 4 artikel, dan pada Google Scholar diperoleh 22
artikel. Artikel fulltext dan abstrak yang diperoleh, direview untuk memilih artikel yang
sesuai dengan kriteria inklusi berdasarkan PICO frame work (Patient, Intervention,
Comparison, Outcome. (P:pasien post operasi yang mengalami nyeri I: teknik non
farmakologi O: Nyeri berkurang/hilang).

Artikel yang digunakan sebagai sampel selanjutnya diidentifikasi. Delapan belas


artikel yang sesuai, disajikan dalam tabel.

Artikel yang ditelaah terdiri atas: a) 11 artikel menggunakan kelompok perlakuan


dan kelompok kontrol terhadap responden. Pembagian 7 artikel tersebut; 1 dari 7 artikel
tersebut menggunakan kelompok kontrol serta placebo; dan a) 6 artikel lain tidak
menggunakan kelompok kontrol. Artikel tersebut selanjutnya akan di review dengan tema
penggunaan teknik non farmakologi pada pasien post operasi yang mengalami nyeri.

HASIL

Artikel pertama merupakan penelitian yang dilaksanakan di RS PKU Karanganyar


Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 8 pasien yang mengalami nyeri post operasi
Fraktur Ekstremitas Bawah. Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi
Fraktur Ekstremitas Bawah yang mengalami nyeri mulai dari nyeri sedang sampai nyeri
berat, pasien post operasi hari ke 1, intervensi dengan mendengarkan murottal Al quran
Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi skala nyeri, Bourbanis scale yaitu alat
untuk mengukur intensitas nyeri, headphone, murotal Q.S Ar-Rahman (55:1-78) dalam
bentuk Multimedia Player (MP3) dan handphone. Sampel 8 Fraktur Ekstremitas Bawah yang
mengalami nyeri. Intervensi yang diberikan memutarkan multimedia player (MP3) dan
handphone. Hasil penelitian pada artikel pertama menunjukkan terapi murottal Terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi fraktur
ekstremitas bawah hari 1 di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar. Penelitian ini dapat
diaplikasikan pada pasien yang mengalami nyeri post operasi.

Artikel kedua adalah penelitian yang dilakukan di RSUD Soesilo Slawi Kabupaten
Tegal Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 10 pasien yang mengalami nyeri post
operasi Orif Ekstremitas. Kriteria inklusi pada penelitian adalah post operasi Orif pasien post
Ekstremitas yang mengalami nyeri ringan sampai nyeri berat, pasien post operasi 0 hari,
Sampel 8 operasi Orif pasien post Ekstremitas yang mengalami nyeri intervensi dengan
mendengarkan murottal Al quran intrumen kuesioner dan SOP (Standar Operasional
Prosedur) pemberian terapi murotal Al Quran. Penggunaan lembar kuesioner ini dengan
menanyakan identitas reponden yang berisi inisial responden, usia, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan sebagai identitas. Pengukuran nyeri fraktur yang digunakan adalah kuisioner
dengan skala nyeri Numeric Rating Scale yang terdiri dari 10 angka dengan 5 kategori yaitu 0
tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-9 nyeri berat dan 10 nyeri hebat. Hasil
penelitian pada artikel kedua menunjukkan terapi murottal terdapat pengaruh pemberian
terapi murotal Al Quran terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien post orif di RSUD
Soesilo Slawi. Terapi murotal Al Quran dapat diaplikasikan sebagai intervensi pemberian
asuhan keperawatan pada pasien post orif agar menurunkan tingkat nyeri

Artikel ketiga adalah penelitian yang dilakukan di ruang Kenanga RSUD dr. H.
Soewondo Kendal jumlah sampel 30 pasien yang mengalami nyeri post operasi hernia
inguinalis. Kriteria inklusi adalah post operasi operasi hernia inguinalis yang beragama islam
yang mengalami nyeri sedang sampai nyeri berat, pasien post operasi hari pertama.
Intervensi dengan mendengarkan murottal Al quran selama 15 menit, Instrument penelitian
ini menggunakan lembar observasi yang isinya data demografi pasien, tabel pre/post terapi
dan skala pengukuruan nyeri yang menggunakan skala NRS (Numeric Rating Scale). Hasil
penelitian pada artikel ketiga menunjukkan terapi murottal terdapat pengaruh pemberian
terapi murotal Al Quran terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi hernia
inguinalis. Terapi murotal Al Quran dapat diaplikasikan sebagai intervensi pemberian asuhan
keperawatan di ruang Kenanga RSUD dr. H. Soewondo Kendal pada pasien post operasi
hernia inguinalis agar menurunkan tingkat nyeri.

Artikel ke empat merupakan penelitian yang dilaksanakan di ruang perawatan bedah


RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 14 pasien
Tindakan pembedahan transurethral resection of the prostate (TURP). Kriteria inklusi pada
penelitian adalah pasien post operasi transurethral resection of the prostate (TURP) yang
mengalami nyeri mulai dari nyeri sedang sampai nyeri berat, pasien post operasi hari ke 2
Kesadaran compos mentis dan kooperatif, Usia diatas 40 tahun, Pasien mendapatkan terapi
analgesik, Bersedia melakukan Relaksasi Benson. Pengumpulan data dengan menggunakan
lembar skala pengukuran nyeri dengan Numeric Rating Scale (NRS). Pada kelompok
perlakuan intervensi dilakukan relaksasi benson dengan tahapan yaitu a) ambil posisi
senyaman mungkin, b) pejamkan mata, c) tenang dan relaksasikan tubuh, dari kepala
sampai kaki, d) napas dalam dengan menghirup dari hidung dan membuangnya melalui
mulut setiap menghembuskan napas, e) ucapkan ekspresi kata atas nama Tuhan atau kata-
kata yang menenangkan seperti dzikir untuk yang beragama islam secara berulang ulang, f)
lakukan selama 15 menit, dan setelahnya bisa membuka mata secara pelan-pelan dilakukan
2 kali dalam sehari selama 4 hari. Sedangkan kelompok kotrol diberikan obat analgesik saja,
yaitu jenis ketorolac dosis 30 mg/8 Setelah perlakuan selesai, dua kelompok dilakukan
pengukuran nyeri, Hasil penelitian pada artikel keempat menunjukkan Kombinasi terapi
relaksasi Benson dan pemberian analgesik dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien
paska operasi TURP secara bermakna dibandingkan pada pasien paska operasi TURP yang
hanya diberikan analgesik. Relaksasi Benson sangat mudah diaplikasikan, sehingga perawat
bisa menggunakannya sebagai salah satu standar operasional prosedur manajemen nyeri di
ruang perawatan bedah.

Artikel kelima merupakan penelitian yang dilaksanakan di di ruang Kamboja RSUD


Kabupaten Buleleng Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 11 pasien post operasi
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH). Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post
operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) yang mengalami nyeri sedang sampai berat,
pasien post operasi hari pertama. Sebelum diberikan terapi relaksasi benson pada klien post
operasi BPH di ruang Kamboja RSUD Kabupaten Buleleng, peneliti melakukan komunikasi
untuk menumbuhkan hubungan saling percaya antara responden dengan peneliti. Serta
melakukan penilaian terhadap intensitas nyeri yang klien alami dengan mengisi lembar
observasi Bourbanis. Intervensi system keyakinan individu atau faith factor (difokuskan pada
ungkapan tertentu berupa nama-nama Tuhan, atau kata yang memiliki makna
menenangkan bagi pasien itu sendiri) yang diucapkan berulang- ulang dengan ritme teratur
disertai sikap pasrah, dilakukan selama 10 menit 2 kali dalam sehari (pagi dan sore) selama
2-4 hari pada pasien post operasi BPH. Hasil penelitian pada artikel kelima didapatkan nilai p
value 0,000 dimana p ˂ α (0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian
terapi relaksasi benson terhadap intensitas nyeri pasien post operasi benigna prostat
hyperplasia.

Artikel keenam merupakan penelitian yang dilaksanakan di RSUD PORSEA Jumlah


sampel pada penelitian ini sebanyak 18 pasien post operasi Apendiktomy. Kriteria inklusi
pada penelitian adalah pasien post operasi Apendiktomy yang mengalami nyeri sedang
sampai berat, pasien post operasi hari pertama, Kesadaran compos mentis dan kooperatif,
pengukuran nyeri berupa lapor dari pasien dengan menggunakan skala Numeric Rating
Scale (NRS) dengan skala nyeri 0-10mm yang dilakukan sebelum terapi anlagesik. Intervensi
kelompok perlakuan menerima obat analgesik jenis nonsteroidol Antiinflammatory Drung
(NSAIDS) yaitu Ketesse (Dexketoprofen) kombinasi dengan terapi reaksasi benson di lakukan
durasi 15 menit setiap hari selama 2 hari, sedangakan kelompok kontrol diperlakukan sesuai
kebiasaan d ruangan atau dengan obat analgesik yakni Ketesse (Dexketoprofen). Hasil
penelitian pada artikel keenam menunjukkan bahwa pasien post operasi apendiktomi yang
menggunakan obat analgesik dan kombinasi terapi relaksasi benson lebih efektif
dibandingkan dengan pasien yang hanya memperoleh obat terapi analgesik saja.

Artikel ketujuh merupakan penelitian yang dilaksanakan di Suez Canal University


Hospital, Ismailia City mesir Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 100 pasien post
operasi ibu caesar. Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi ibu caesar
yang mengalami nyeri post operasi, usia mulaidari 21-35 tahun, jangka penuh, setelah 6 jam
operasi rata rata anastesi spinal dan tidak menderita masalah kesehatan medis atau
ginekologi, Kesadaran compos mentis dan kooperatif, pasien post operasi hari ke 1. Para
peneliti menggunakan tiga alat pengumpulan data yang terkait dengan sosio demografi,
riwayat kehamilan saat ini, dan penilaina nyeri. Pertanyaan mengenai data sosio demografi
termasuk usia ibu, tingkat pendiddikan, pekerjaan dan tempat tinggal pasien. Cara
menggukur nyeri mengunakan visual analog untuk menilai tingkat nyeri dan versi modifikasi
jihanson untuk mengukur intensitas komponen sensorik dan afektif nyeri. Intervensi
kelompok perlakuan menghirup 1cc minyak asensial lavender (diaplikasikan dengan kapas)
melalui masker wajah oksigen dan digunakan selama 3 menit. Sedangkan kelompok kontrol
diberi plasebo selama 3 menit kemudian tingkat rasa nyeri dinilai setelah setengan jam.
Hasil penelitian pada artikel ketujuh menunjukkan bahwa pasien post operasi caesar
menunjukkan bahwa, aromaterapi dengan minyak asensial lavender melalui oksigen
facemask efektif menghilangkan rasa nyeri pasca opersi caesar, dan perbedaan yang sangat
signifikan secara statistik dalam intensitas nyeri antara kelompok kelompok pengganti.

Artikel kedelapan merupakan penelitian yang dilaksanakan di rumah sakit regional di


taiwan selatan Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 100 pasien post operasi
artroskopy. Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi artroskopi pasien
yang mengalami nyeri sedang sampai berat, pasien post operasi hari pertama, Kesadaran
compos mentis dan kooperatif, kemampuan untuk berkomunikasi dengan para peneliti,
setelah baru baru menjalani operasi lutut artrhoskopy, tidak elergi terhadap lavender, dan
tidak menderita segala bentuk disfungsi hati atau ginjal dan memiliki fungsi penciuman yang
normal. Intervensi dipilih secara acak menjadi 2 kelompok, kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. Intervensi kelompok perlakuan diberikan kalung botol diisi dengan 0,5 ml
minyak asensial lavender 2% selama 15 menit selama 3 hari berturut turut, sedangkan
kelompok kontrol diberikan kalung kosong untuk di pakai. Pendekatan untuk post operasi
artroskopi pasca operasi tidak di anjurkan untuk efek langsung tetapi untuk penggunaan
jangka panjang (kira kira 72 jam setelah pemulihan dari anstesi). Hasil penelitian pada
artikel kedelapan menunjukkan bahwa pasien post operasi artroskopi menunjukkan bahwa
ada perbedaan dalam tingkat penurunan nyeri antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol, perbedaan nyeri kelompok perlakuan dan kontrol lebih signifikan lebih besar dari
pada kelompok kontrol. Skor nyeri kelompok perlakuan menurun dari 6,9 menjadi 1,8
sedangkan peringkat kelompok kontrol menurun menjadi 3,5 dari 6,4.

Artikel kesembilan merupakan penelitian yang dilaksanakan di rumah sakit isfahan


iran Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 48 pasien post operasi tonsilektomi.
Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi tonsilektomi pasien yang
mengalami nyeri ringan sampai berat, pasien post operasi hari pertama, Kesadaran compos
mentis dan kooperatif, berusia 6-12 tahun, dapat izin dari orang tua, tidak elergi dengan
aromaterapi minyak asensial lavender. Intervensi dipilih secara acak menjadi 2 kelompok,
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pengukuran nyeri menggunakan visual analog
scale (VAS) menunjukkan penampilan wajah yang berbeda dari 1-10. Intervensi kelompok
perlakuan diberikan obat analgesik acetaminophen (10-15mg/kg/dosis) nokturna setiap hari
selama 3 hari dan kombinasi dengan aroma terapi minyak asensial lavender, dengan cara
menyaring 4 tetesan minyak asensial lavender di telapak tangan pasien lalu menggosokkan
tangan pasien dan menghirupnya selama 3 menit, menghirup minyak asensial lavender
setiap 6 jam sekali. Kelompok kontrol diberikan obat analgesik acetaminophen (10-
15mg/kg/dosis) nokturna setiap hari selama 3 hari, kedua kelompok di ukur skala nyerinya.
Hasil penelitian pada artikel kesembilan menunjukkan bahwa pasien post operasi
tonsilektomi menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi aroma terapi minyak asensial
lavender pasien post operasi tonsilektomi lebih signifikan di bandingkan kelompok kontrol
yang hanya saja menerima obat analgesik acetaminophen (10-15mg/kg/dosis) nokturna.

Artikel kesepuluh merupakan penelitian yang dilaksanakan di rumah sakit Orthopedi


Prof. Dr. R.Soeharso Surakarta Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 44 pasien post
operasi bedah ORIF. Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi bedah ORIF
mengalami nyeri sedang sampai berat, pasien post operasi hari pertama, Kesadaran compos
mentis dan kooperatif, berusia 18-65 tahun, mau berpartisipasi. Pengelompokkan dengan
pengambilan sampel acak sederhana, yang memberikan nomor seri kedatangan yang sesuai
kemudian mengacak angka, yang keluar dalam perebutan antara kelompok kontrol dan
perlakuan. Intrumen penelitian ini mmenggunakan lembar observasi dalam bentuk Numeric
Rating Scale (NRS) yang dibuat sesuai dengan implementasi penelitian. Intervensi yang
kelompok perlakuan diberikan obat analgesik kombinasi dengan terapi dzikir yang durasinya
15 menit, terdiri dari 4 menit pengaturan fokus dan 11 menit untuk membaca dzikir dengan
kata-kata subhannaallah33x, walhamdulillah 33x walaillahaillahallah huakbar 33x, 2 kali
sehari selama 3 hari. Sedangkan kelompok kontrol diberiakan obat analgesik dari ruang
keperawatan. Hasil penelitian pada artikel kesepuluh menunjukkan bahwa pasien post
operasi bedah ORIF menunjukkan bahwa penggunaan relaksasi dzikir rata rata responden
pada kelompok perlakuan setelah post operasi bedah ORIF sebelum memberikan dzikir
yakni 5,18 dan tingkat nyeri setelah dzikir yakni 3,18, Sedangkan tingkat nyeri kelompok
kontrol 4,82 dan setelah dzikir 4,77. Maka ada pengaruh penurunan tingkat nyeri pada
kelompok perlakuan diberiakan obat analgesik kombinasi dengan terapi dzikir lebih
signifikan dari pada kelompok kontrol yang hanya diberikan terapi obat analgesik.

Artikel kesebelas merupakan penelitian yang dilaksanakan di rumah sakit regional


iran Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 40 pasien post operasi abdominal mayor.
Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi bedah abdominal mayor
mengalami nyeri sedang sampai berat, pasien usia 18-60 tahun, dijadwalkan untuk operasi
abdominal mayor , yang diharapkan menerima analgesik PCA yang mengendalikan rasa
nyeri, sepenuhnya sadar, berorientasi dengan baik dan mampu berkomunukasi.
Menggunakan desain acak terkontrol perlakuan dan kontrol, pretest posttest. Intervensi
yang kelompok perlakuan diberikan obat analgesik kombinasi dengan terapi dzikir yang
durasinya 20 menit, dengan membaca dzikir dengan kata-kata subhannaallah33x,
walhamdulillah 33x walaillahaillahallah huakbar 33x, 2 kali sehari selama 3 hari. Sedangakn
kelompok kontrol diberikan terapi obat analgesik. Hasil penelitian pada artikel kesebelas
menunjukkan bahwa pasien post operasi bedah abdominal mayor menunjukkan bahwa
penggunaan kombinasi meditasi dzikir pasien post operasi bedah abdominal mayor lebih
signifikan di bandingkan kelompok kontrol yang hanya saja menerima obat analgesik.

Artikel kedua belas merupakan penelitian yang dilaksanakan di rumah sakit RSUD RA.
Kartini Jepara Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 22 pasien post operasi Benigna
Prostat Hyperplasia (BPH). Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi
Benigna Prostat Hyperplasia mengalami nyeri sedang sampai berat, Responden yang
mengalami nyeri post operasi BPH pada 12-24 jam pertama, Mendapatkan analgesik dengan
jenis dan dosis yang sama setelah post operasi BPH di Instalasi Bedah Sentral, Bersedia
menjadi responden penelitian & Kondisi respondennya masih bisa diajak komunikasi dan
bersedia menjadi responden. Sedangkan untuk mengetahui hasil menggunakan Numerical
Rating Scale dengan ketentuan bila Tidak nyeri skor 0, nyeri ringan sekor 1-3 , nyeri sedang
4-6, nyeri berat 7-9 dan nyeri sangat berat sekor 10. Intervensi kelompok perlakuan
Berdzikir Menyebut nama Allah di sertai Sikap pasrah kepada-Nya dan memantapkan hati
denagn durasi 20 menit. Sedangkan kelompok kontrol diberiakn obat analgesik saja. Hasil
penelitian pada artikel kedua belas menunjukkan bahwa pasien post operasi Benigna
Prostat Hyperplasia (BPH). Hasil artikel keduabelas menunjukkan bahwa penggunaan
kombinasi meditasi dzikir pasien post operasi Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) diberikan
Terapi Dzikir sebelum perlakuan nyeri sedang yaitu (81,8%) dan nyeri ringan (18,8%),
sedangkan sesudah perlakuan mengalami nyeri sedang yaitu (63,6%) dan nyeri ringan yaitu
(8,4%). Untuk kelompok kontrol sebelum diberikan obat analgesik nyeri sedang yaitu
(72,7%) dan nyeri ringan (27,3%), sedangkan sesudah diberikan obat analgesik mengalami
nyeri sedang yaitu (51,8%) dan nyeri ringan yaitu (18,8%). Ada perbedaan yang signifikan
terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Benigna Prostat Hyperplasia sebelum dan
sesudah Terapi Dzikir.

Artikel ketiga belas merupakan penelitian yang dilaksanakan di rumah sakit


pangkalan angkatan udara wright-patterson Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 44
pasien post operasi rawat jalan kepala dan leher. Kriteria inklusi pada penelitian adalah
pasien post operasi rawat jalan kepala dan leher mengalami nyeri ringan sampai sedang,
mampu membaca dan memahami arah dalam bahasa inggis, persetujuan dalam partisipasi
dalam penelitian ini. Intervensi Kedua kelompok perlakuan dan kontrol menerima 28 menit
privasi, dimana subjek dalam kelompok perlakuan dipusatkan ke cakra gambar yang
dipandu , Pasien di tempatkan d tempat yang nyaman dan memfokuskan imajinasinya, tetapi
pasien kelompok kontrol tidak menerima intervensi. Hasil artikel ketigabelas menunjukkan
bahwa penggunaan kombinasi terapi guided imagery terdapat perbedaan yang signifikan
sebelum dan sesudah pemberian guided imaginary terhadap tingkat nyeri pasien post operasi.

Artikel keempat belas merupakan penelitian yang dilaksanakan di rumah sakit RSUD
Sawerigading kota Palopo Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 20 pasien post
operasi apendiktomi. Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi apendiktomi
1) Durasi pemberian terapi setelah operasi yaitu 6 sampai 7 jam dan durasi waktu
pemberian terapi dilakukan setelah pemberian analgesik selama 2 sampai 4 jam. Pemberian
terapi dilakukan selama 15 menit setiap 2 kali sehari, 2) Pasien sadar (Compos mentis), 3)
Pasien tidak mengalami gangguan komunikasi, 4) Pasien tidak mengalami gangguan
pendengaran, 5) Pasien yang sudah tidak terpengaruh efek analgesic, 7) Pasien yang
bersedia menjadi responden. Untuk mengukur skala nyeri pasien, peneliti menggunakan
Numerical Rating Score (NRS) dikombinasikan dengan Face Pain Score yang merupakan
pengukuran nyeri dimana responden diminta untuk memberikan angka 1 sampai 10 dan
gambar yang berdasarkan ekspresi wajah pasien pada saat bertatap muka. Nol diartikan
tidak ada nyeri 1-3 nyeri ringan 4-6 nyeri sedang 7-9 nyeri hebat dan 10 diartikan nyeri
sangat berat. Intervensi Menciptakan kesan dalam pikiran responden, kemudian
berkonsentrasi, berimajinasi teralihkan dengan imajinasi yang menyenangkan dilakukan
selama 15 setiap 2x sehari. Hasil artikel keempat belas menunjukkan bahwa penggunaan
kombinasi terapi guided imagery bahwa ada pengaruh pemberian guided imagery terhadap
skala nyeri pada pasien post operasi appendiktomi.
Artikel kelima belas merupakan penelitian yang dilaksanakan di rumah sakit RSUD
DR. Moewardi Surakarta Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 16 pasien post operasi
Laparatomi. Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi Laparatomi yang
bersedia untuk diteliti dan mendapat ijin dari keluarga, pasien post operasi laparatomy hari
kedua, tidak dalam perawatan psikiater, mampu mengungkapkan perasaan nyerinya,
mampu menjawab pertanyaan dalam kuisioner, dirawat di bangsal Mawar II. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data demografi dan kuesioner skala
pengukuran nyeri. Data demografi terdiri dari umur, jenis kelamin, suku dan agama. Pada
kuesioner skala pengukuran intensitas nyeri menggunakan skala nyeri bourbanis. Terdiri dari
skor 1-3 (nyeri ringan), skor 4- 6 (nyeri sedang), skor 7-9 (nyeri berat), dan skor 10 (tidak
tertahankan). Intervensi menggunakan audio tape dengar music yang lembut atau suara-
suara alam sebagai background, waktu yang digunakan 10-20 menit. Hasil artikel kelima
belas menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi terapi guided imagery bahwa terdapat
perbedaan tingkat nyeri pasien post operasi laparatomy sebelum dan sesudah dilakukan
teknik guided imaginary. Hal ini ditunjukkan dengan nilai nilai t hitung sebesar 7,103
dengan signifikasi (p) sebesar 0,000. Nilai p <0,05 dan t hitung lebih besar dari t tabel (7,103
> 1,753) pada signifikan 95%. Dan penurunan intensitas nyeri sesudah dilakukan guided
imaginary dari 5,88 menjadi 3,56.

Artikel keenam belas merupakan penelitian yang dilaksanakan di rumah sakit


Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 55 pasien post operasi orthopedi. Kriteria
inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi orthopedi yang bersedia untuk diteliti dan
mendapat ijin dari keluarga dan mau berpartisipasi. Intervensi Memberikan pendengaran
musik 35 menit 3x per hari direkam sebelumnya pada masing masing CD player. Hasil
artikel keenam belas menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi terapi mendengarkan
musik bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah pemberian terapi
musik.

Artikel ketujuh belas merupakan penelitian yang dilaksanakan di rumah sakit Eulid
thaiwan Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 163 pasien post operasi orthopedi.
Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi orthopedi berusia 18 tahun, dapat
berpartisipasi, mampu berbicara, membaca dan menulis bahasa inggris. Intervensi Memberi
pendengaran musik selama 30 menit 2x sehari selama 3 hari lalu di ukur skala nyeri,
sedangankan kelompok kontrol tidak diberikan intervensi. Hasil artikel ketujuh belas
menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi terapi mendengarkan musik bahwa Terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap tingkat skala nyeri pasien.

Artikel kedelapan belas merupakan penelitian yang dilaksanakan di Universitas Ilmu


Kedokteran Ahvaz Jundishapur, Barat Daya Iran Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak
63 pasien post operasi pediatrik. Kriteria inklusi pada penelitian adalah pasien post operasi
pediatrik berusia 8-18 tahun, menjadi anestesi, tidak memiliki riwayat nyeri sebelumnya
yang tidak disebabkan oleh pembedahan, tidak meemiliki riwayat pembedahan besar
seperti dalam 6 bulan yang lalu, tidak memiliki riwayat penyakit yang mendasari seperti DM.
Intervensi kelompok perlakuan mendengarkan musik dengan durasi 20 menit menggunakan
MP3 player dan HP,kemudian di ukur skala nyeri dengan menggunakan skala numerik
setelah intervensi begitu juga dengan kelompok kontrol. Hasil artikel kedelapan belas
menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi terapi mendengarkan musik bahwa Ada
perbedaan sebelum dan sesudah pemberian terapi musik terhadap penururuan nyeri.

PEMBAHASAN

Tabel 1. Tabel Literature Review

No Judul, Penulis, Metode Intervensi Hasil


Tahun (desain sampel,
variabel )
1 Pengaruh Terapi Desain : Pra- Memberikan Menunjukkan
Murottal Al-Qur’an Ekperimen pendengaran bahwa
Untuk Menurunkan murotal Al qur an terdapat
Nyeri Post Operasi Sampel: 8 perbedaan
Fraktur Ekstremitas N=8 skala nyeri
Bawah Hari Ke 1 yang
The Effect Of Variabel. ind: Murotal signifikan
“Murottal Al- sebelum dan
Qur’an” Therapy Variabel. Dep : sesudah
To Decrease Pain Penurunan Nyeri Post pemberian
Of Lower Extremity Op Fraktur Ektremitas terapi
Fracture Post murottal Al
Operation Day 1 quran
P<0.05
Susanti. Susi, et al
2019
2 Pengaruh Murotal Desain: metode Memberikan Terdapat
Al Qur’an Terhadap eksperimen semu pendengaran pengaruh
Tingkat Nyeri Pada (quasy experimental) murotal Al qur an yang
Pasien Post Orif signifikan
Ekstremitas di Sampel: 10 antara terapi
RSUD Soesilo N=10 murotal Al
Slawi Kabupaten Quran
Tegal Variabel. ind: murotal terhadap
perubahan
Yan Syah. Bahari, Variabel. dep: skala nyeri
et al Penurunan Nyeri Post P<0,05
2018 Op Orif Ekstremitas
3 pengaruh pemberian Desain: Pre- Diberikan terapi Ada
terapi murottal eksperimental murottal pengaruh
terhadap tingkat pemberian
nyeri pada pasien Sampel:30 terapi
pasca bedah hernia N=30 murottal
inguinalis terhadap
Variabel ind: Murottal tingkat nyeri
Suhartono. pasien
Muhamad, et al Variabel dep: P<0,05
2019 Penurunan Nyeri Post
Op Hernia Inguinalis

4 Relaksasi benson Desain; experiment Di berikan selama Terdapat


dapat menurunkan 15 menit 2x sehari perbedaan
nyeri pasca trans- Sampel:14 selama 4 hari yang
uretral resection of Kel perlakuan N=7 signifikan
the protate (TURP) Kel kontrol N =7 terhadap
tingkat skala
Sueb, et al Variabel ind: benson nyeri pasien
2016 P<0,02
Variabel dep :
Penurunan Nyeri Post
Op Prostat
5 Pengaruh terapi Desain: Pra- Di berikan selama Ada
relaksasi benson Eksperimental 10 menit 2 kali pengaruh
terhadap intensitas dalam sehari (pagi terapi
nyeri pasien pasca Sampel: 11 dan sore) selama 2- relaksasi
bedah benigna N=11 4 hari benson
prostat hyperplasia terhadap
intensitas
Sintya Dewi. Indah, Variabel ind:Terapi nyeri
et al Benson P<0,05
2018
Variabel dep:
Penurunan Nyeri
Pasca Bedah Prostat
6 Pengaruh teknik Desain : Quasy Memusatkan Ada
relaksasi benson exsperimen perhatian sehingga pengaruh
terhadap penurunan dapat memciptakan signifikan
skala nyeri post Sampel : 18 lingkungan yang teknik
apendiktomy di Kel perlakuan N=9 tenang relaksasi
RSUD porsea Kel kontrol N=9 benson
terhadap
Manurung. Melva, Variabel ind : relasasi penurunan
et al benson skala nyeri
2019 P<0,05
Variabel dep:
penurunan nyeri post
op apendixtomy
7 Effectiveness of Desain: quasi- Menghirup Terdapat
Aromatherapy with experimental aromaterapi selama pengaruh
Lavender Oil in 3 menit( lavender 1 yang
Relieving Post Sampel: 100 cc taruh di kapas signifikan
Caesarean Incision Kel perlakuan N=50 ke bagian dalam terdapat
Pain Kel kontrol N=50 masker wajah) penurunan
skala nyeri
Hamed Metawie. Variabel ind : P<0,05
Mohamed Abdel, et Relaksasi
al Aromatherapy
2015
Variabel dep:
Penurunan nyeri post
op seksio sesaria
8 The Effectiveness Desain: eksperimental Dengan cara Hasil
of Aromatherapy Menghirup aroma penelitian
with Lavender Sampel : 60 terapi minyak menunjukkan
Essential Oil in Kel perlakuan N=28 asensial(dengan ada pengaruh
Relieving Post Kel kontrol N= 32 megenakan kalung terapi
Arthroscopy Pain botol lavender aromaterapi
Variabel ind: setiap hari berturut terhadap
Su-Hui Huang1. Su- Relaksasi aromaterapi turut selama 3 hari penurunan
Hui, et al nyeri
2014 Varibale dep: P>0,05
Penurunan nyeri post
op Arthoscopi
9 Evaluasi of the Desain : Menghirup minyak Ada
effect of exsperimental asensial pengaruh
aromatherapy with lavender( minyak perbedaan
lavender assensial Sampel : 48 asensial lavender yang
oil on post Kel perlakuan N=24 di teteskan di signifikan
tonsillectomy pain Kel kontrol N=24 telapak tangan, terhadap
in pediatric patients menggosok tangan penurunan
Variabel ind : dan di hirup nyeri
Soltani. Rasool, et aromaterapi selama 3 menit P<0,05
al Variabel dep :
2013 penurunan nyeri post
op tonsillectomy
10 The effect of dzikir Desain : exsperimen Mengucapkan Ada
concerning to pain nama2 pengaruh
level after surgical Sampel : 44 Allah( membaca yang
operation reduction Kel perlakuan N=22 dzikir signifikan
internal Kel kontrol N=22 subhannaallah33x, sebelum dan
fixation( ORIF) walhamdulillah sesudah
Variabel ind : dzikir 33x pemberian
Misnawati. Wiwik, walaillahaillahallah terapi dzikir
et al Variabel dep : huakbar 33x terhadap
2015 penurunan nyeri post selama 15 menit penurunan
op operation reduction nyeri
internal fixation P<0,01
11 Effects of Zikr Desain : Experimental Meditasi berdzikir Terapi
Meditation and Jaw Sampel : 40 dengan menyebut meditasi
Relaxation on Kel perlakuan N=20 nama Allah pasien dzikir
Postoperative Pain, Kel kontrol N=20 mengatakan signifikan
Anxiety and subhannaallah33x, menurunkan
Physiologic Variabel ind : Dzikir walhamdulillah nyeri
Response of walaillahaillahallah P>0,05
Patients Undergoing Variabel dep : huakbar 33x
Abdominal Surgery Penurunan nyeri post dengan benar
op bedah perut selama 20 menit
Soliman. Hanan, et
al
2013
12 Pengaruh terapi Desain : quasy- Berdzikir Ada
dzikir terhadap experiment Menyebut nama perbedaan
tingkat nyeri pada (experiment semu) Allah di sertai yang
pasien post operasi Sampel : 22 Sikap pasrah signifikan
benigna prostat Kel perlakuan N=11 kepada-Nya dan terhadap
hyperplasia di Kel kontrol N=11 memantapkan hati. Tingkat
RSUD jepara Nyeri
kartini Variabel ind : Dzikir P< 0.05
Himawana. Rizka, Variabel dep :
et al Penurunan nyeri post
2019 op benigna prostat
13 Effeets of Guided Desain : quasy- Pasien di terdapat
Imagery on experiment tempatkan d perbedaan
Postoperative Sampel : 44 tempat yang yang
Outcomes in Kel perlakuan N= nyaman dan signifikan
Patients Undergoing Kel kontrol N= memfokuskan sebelum dan
Same-Day Surgical imajinasinya sesudah
Procedures: A Variabel ind : Guided pemberian
Randomized, Imagery guided
Single- Blind Study Variabel dep : imaginary
Penurunan nyeri post terhadap
Gomales. Maj Eric op tingkat nyeri
A, et al pasien post
2010 operasi
P=0,05
14 Pengaruh teknik Desain : one design Menggunakan terdapat
relaksasi guided pretest-postest audio tape dengar perbedaan
imaginary terhadap Sampel : 16 music yang lembut tingkat nyeri
intensitas nyeri N=16 atau suara- suara pasien post
pada pasien post alam sebagai operasi
operasi laparatomy Variabel ind : Guided background. laparatomy
di rs dr. Moewardi Imagery Waktu yang sebelum dan
surakarta Variabel dep : digunakan 10-20 sesudah
Penurunan nyeri post menit dilakukan
Rosida. Yuntafiur, op teknik guided
et al imaginary.
2014 P <0,05
15 Pengaruh Desain : quasy Menciptakan kesan Dapat
pemberian guided eksperimental dalam pikiran disimpulkan
imagery terhadap Sampel : 20 responden, bahwa ada
skala nyeri pada kemudian pengaruh
pasien post operasi Variabel ind : Guided berkonsentrasi, penurunan
appendisitis hari Imagery berimajinasi nyeri yang
pertama di rsud Variabel dep : teralihkan dengan signifikan
sawerigading kota Penurunan nyeri post imajinasi yang P < 0,05
palopo op appendisitis menyenangkan
dilakukan selama
Lolo. Lestari Lorna, 15 setiap 2x sehari
et al
2017
16 The Effect of Desain : quasy Memberikan Dapat
Listening to Music eksperimental pendengaran musik disimpulkan
on Postoperative Sampel : 55 35 menit 3x per bahwa
Pain in Adult N=55 hari terdapat
Orthopedic Patients perbedaan
Variabel ind : yang
Schneider. Melissa Listening to Music signifikan
A, et al Variabel dep : sebelum dan
2018 Penurunan nyeri post sesudah
op Orthopedic pemberian
terapi musik
P<O,O1
17 Impact of Music Desain : Experimental Memberi Terdapat
Therapy on Sampel : 163 pendengaran musik perbedaan
Hospitalized Kel perlakuan N= 84 selama 30 menit 2x yang
Patients Post- Kel kontrol N =79 sehari selama 3 signifikan
Elective hari terhadap
Orthopaedic Variabel ind : tingkat skala
Surgery Therapy Music nyeri pasien
Variabel dep : P<0,01
G allagher. Lisa M, Penurunan nyeri post
et al op Orthopedic

2018
18 Controlling Acute Desain : quasy Mendengarkan kan Ada
Post-operative Pain Experimental musik perbedaan
in Iranian Children Sampel : 63 menggunakan MP3 sebelum dan
with using of Music Kel perlakuan N =32 player dan HP sesudah
Therapy Kel kontrol N=31 selama 20 menit pemberian
terapi musik
Miladinia. Mojtaba, Variabel ind : terhadap
et al Therapy Music penururuan
2016 Variabel dep : nyeri
Penurunan nyeri post P<0,05
op

Dari hasil literature review terhadap delapan belas artikel jurnal, dapat dijelaskan
bahwa intervensi keperawatan non farmakologi dapat dikategorikan sebagai intervensi yang
aman dan cukup efektif dalam mengurangi nyeri post operasi yang tidak mendapatkan
terapi medis lain yang digabungkan dalam proses terapi, dan apabila terapi non farmakologi
dilakukan selama 1 sampai 3 hari. Teknik non farmakologi dapat menghasilkan evaluasi
yang baik pada nyeri post operasi bila dilakukan pada pasien nyeri post operasi, nyeri pada
kategori ringan dan sedang dan berat.

Ada beberapa penelitian yang dikombinasikan dengan terapi yang lain, yaitu dengan
obat yang diberikan secara oral maupun cairan melalui vena. Dalam pengobatan non
farmakologi masih perlu mengkonsumsi obat-obatan, jamu, dan ramuan sebab dengan
terapi non farmakologi tubuh manusia masih memerlukan obat obatan farmakologi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan oleh penulis, disimpulkan bahwa
penggunaan metode non farmakologi terhadap nyeri pasien post operasi efektif dalam
mengurangi nyeri yang belum memerlukan antiemetik dan dalam kategori nyeri ringan,
sedang dan berat.
Saran

Saran untuk pelaksanaan literature review selanjutnya diantaranya : a) sebaiknya


batasan tahun pencarian artikel dengan kata kunci yang ditetapkan adalah 5 tahun terakhir
agar artikel yang ditelaah lebih terkini, b) kata kunci yang digunakan untuk mencari artikel
lebih rinci agar literature review selanjutnya lebih fokus, dan c) database yang digunakan
lebih bervariasi agar didapatkan artikel yang lebih banyak.

Anda mungkin juga menyukai