Indikator yang sering digunakan untuk mengukur derajat nyeri tersebut adalah
dengan menggunakan visual analog scale (VAS), yaitu suatu metode yang dilakukan
dengan memberikan pertanyaan kepada pasien mengenai derajat nyeri yang diwakili
dengan angka 0 (tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri sangat hebat).
Parasetamol atau Acetaminophen (ACT) merupakan salah satu anti nyeri atau
analgesik yang telah digunakan secara global sejak 1955 dan dianggap sebagai
analgesik efektif yang aman (Bunchorntavakul and Reddy, 2013). Menurut penelitian
Mccrae et al parasetamol dapat menjadi pilihan dengan efek samping terendah yang
dapat digunakan sebagai analgesik lini pertama. Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti merasa perlu untuk menganalisis pengaruh pemberian parasetamol terhadap
penurunan angka kesakitan pasca operasi bedah minor.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan nilai VAS antara pasien yang diberikan dan tidak
diberikan parasetamol intravena pada luka setelah operasi?
2.2.2.Mekanisme Nyeri
Proses nyeri dimulai dengan stimulasi nosiseptor oleh stimulus noxious
sampai terjadinya pengalaman subjektif nyeri adalah suatu seri kejadian elektrik
dan kimia yang bisa dikelompokkan menjadi 4 proses, yaitu transduksi, transmisi,
modulasi dan persepsi (Sudoyo dkk., 2014). Stimulus dapat berupa fisik (tekanan),
suhu (panas) dan kimia (substansi nyeri) (Bahrudin, 2017).
2. Jenis kelamin
Pria dan wanita memiliki reaksi berbeda terhadap rasa sakit. Wanita
umumnya lebih sensitif terhadap sakit, hal tersebut juga dipengaruhi oleh hormon.
3. Psikologis
Rasa cemas dan ketakutan yang berlebih sebelum dilakukan tindakan
pembedahan dapat menyebabkan ambang batas nyeri lebih rendah sehingga
cenderung akan mengalami nyeri pasca operasi yang lebih hebat. Kecemasan
tersebut akan membentuk kondisi nyeri post operasi atau disebut “hospital stress”,
pasien dengan hospital stress yang tinggi biasanya memiliki ambang batas nyeri
lebih rendah sehingga akan mengalami nyeri post operasi yang lebih hebat.
Kondisi hospital stress dapat terjadi karena lingkungan sekitar yang kurang
bersahabat atau informed concent yang kurang jelas disampaikan.
4. Kebudayaan
Respon terhadap nyeri dapat diekspresikan berdasarkan latar belakang
budaya dan pendidikan. Nyeri dapat diekspresikan secara emosional seperti
meringis, menangis dan menjerit-jerit atau diekspresikan dengan lebih tenang
seperti diam dan menahan rasa nyeri.
5. Pengalaman nyeri sebelumnya
Pengalaman nyeri biasanya mempengaruhi kecemasan pada pasien sebelum
tindakan operasi dimulai. Hal tersebut berkolerasi terhadap perkembangan dari
nyeri akut yang lama dan menetap kemudian menjadi nyeri kronik apabila tidak
dikelola secara baik.
2.3. Visual Analog Scale
Kontrol nyeri pasca bedah adalah bagian penting dalam manajemen nyeri
karena hal ini yang menentukan penggunaan dan pemberian obat analgetik.
Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual. Kemungkinan yang
terjadi pada nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda pula. Oleh sebab itu digunakan alat pengukuran untuk menilai
derajat intensitas nyeri secara keseluruhan (Breivik dkk., 2008).
Visual analog scale (VAS) adalah cara untuk menilai nyeri yang paling
banyak digunakan. VAS merupakan skala linier yang menggambarkan secara
visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang rasa
nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm dengan atau tanpa adanya tanda pada
setiap sentimeter. Tanda di kedua ujung pada garis 10 cm tersebut dapat berupa
angka atau pernyataan deskriptif. Ujung satu mewakili tidak adanya rasa nyeri,
sedangkan ujung yang satu lagi mewakili rasa nyeri terparah yang dirasakan
pasien. Skala ini dapat dibuat dalam bentuk vertikal atau horizontal (Yudiyanta,
Khoirunnisa dan Novitasari, 2015).
Penilaian nyeri merupakan hal yang sulit karena adanya ekspresi yang
beraneka ragam tentang afektif, kognitif, fisik, sensoris, perilaku, sosial budaya
dan perasaan subjektif. Terlepas dari keragaman ini, visual analoge scale banyak
digunakan dalam praktik klinis (Brokelman dkk., 2012). Dalam penggunaan VAS
terdapat beberapa keuntungan dan kerugian yang dapat diperoleh. Keuntungan
penggunaan VAS antara lain adalah metode pengukuran intensitas nyeri yang
paling sensitif, murah dan mudah dibuat. Namun kekurangan dari skala ini adalah
VAS memerlukan pengukuran yang lebih teliti dan sangat bergantung pada
pemahaman pasien terhadap alat ukur tersebut (Hawker dkk., 2011).
Gambar 4.2 Visual Analogue Scale
2.4 Parasetamol
Parasetamol pertama kali disintesis pada tahun 1878 oleh Morse, dan
diperkenalkan untuk penggunaan medis pada tahun 1883. Parasetamol digunakan
dalam pengobatan lini pertama untuk nyeri dan demam. Parasetamol memiliki profil
keamanan yang umumnya sangat baik kecuali dalam dosis yang berlebihan, dengan
sedikit interaksi obat. Pemberian oral dan rektal dapat menghasilkan efek analgesia
setelah 40 menit, dengan berefek maksimal setelah 1 jam, dengan bioavailabilitas
bervariasi sebesar (63 hingga 89% untuk oral, dan 24 hingga 98% secara rektal).
Pemberian secara intravena tidak hanya mengatasi masalah bioavailabilitas yang
membatasi kecepatan onsetnya, tetapi kemudahan penggunaannya ketika pemberian
oral tidak memungkinkan juga telah memperkuat posisinya dalam hampir setiap
rencana manajemen nyeri anestetik / peroperatif. Efek analgesik parasetamol
intravena mulai pada menit ke-5 dan puncak nya pada menit 40-60, dan berlangsung
selama 4-6 jam (Sharma et al., 2013).
2.4.1 Cara kerja
2.4.1.1 Penghambatan Prostaglandin
Prostaglandin H2 sintesis (PGHS) memiliki dua bagian aktif: Siklooksigenase
(COX) dan peroksidase (POX). Konversi dari asam arakidonat ke prostanoid terdiri
dari dua tahap, Pertama aktivasi dari COX untuk menghasilkan intermediate
hydroperoxide tidak stabil dan prostaglandin G2 (PGG2) yang kemudian dikonversi
menjadi prostaglandin H2 (PGH2) melalui POX. Aktivitas enzimatik COX
bergantung pada keberadaannya dalam bentuk teroksidasi. Parasetamol mengganggu
secara tidak langsung dengan cara bertindak sebagai substrat co-reduksi pada POX.
Dalam sel utuh, ketika kadar asam arakidonat rendah, parasetamol merupakan
inhibitor potensial sintesis prostagladin, dengan menghalangi regenerasi fisiologis
POX. Namun, dalam sel yang rusak, di mana konsentrasi hidroperoksida tinggi,
sintesis prostaglandin hanya dihambat secara lemah (Sharma et al., 2013).
( Zα + Zβ ) S 2
n1=n2=2 (
X 1−X 2 )
.....................................................................(3.1)
Keterangan:
n1 : Besar sampel kelompok 1 ( Subjek diberikan lidokain-prilokain)
n2 : Besar sampel kelompok 2 (Subjek tidak diberikan lidokain-prilokain)
Zα : Derivat baku alfa (1,96)
Zβ : Derivat baku beta (0,84)
S : Simpangan baku gabungan (1,60) (Qane dkk., 2012)
X1-X2 : Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna (3) (Caesarinka,
2015)
2
( 1,96+0,84 ) 1,60
n1=n2=2 ( 3 )
n1=n2=5
Melakukan pengukuran skala nyeri menggunakan Visual Analog Scale (VAS) pada
45 menit dan 90 menit setelah pemberian parasetamol intravena
Hasil
Analisis
Kesimpulan
1. Usia
a. Definisi Satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu benda atau makhluk, baik yang hidup
maupun yang mati sejak dilahirkan sampai dengan
sekarang (Depkes RI, 2015).
b. Cara ukur Wawancara
c. Alat ukur Wawancara dan pengisian lembar data subjek.
d. Hasil ukur Usia dalam tahun
e. Skala Numerik (Usia)
2. Riwayat Operasi
a. Definisi : Operasi sebelumnya yang pernah dijalani oleh pasien .
b. Cara ukur : Wawancara.
c. Alat ukur : Wawancara dan pengisian lembar data subjek.
d. Hasil ukur : 1 = pernah
2 = tidak pernah
e. Skala : Nominal