Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI

PERBANDINGAN PEMERIKSAAN BASIL TAHAN ASAM (BTA) DAN


GENEXPERT DALAM MENDIAGNOSIS TB PARU

DISUSUN OLEH :
Siti Lingga Oktafiani H1AP15008
Tegar Rahman Yonanda H1AP20027
Daud Habinsaran Gultom H1AP20037
Naura Thania Salsabillah H1AP20050
Teren Nadya Putri H1AP20057
Wulan Okta Kumala H1AP20061

PEMBIMBING :
dr. Zayadi Zainuddin.,M.Pd.,Sp.KPR
dr. Erlina Panca Putri, MH

KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS


UPTD. PKM KAMPUNG BALI KOTA BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERANDAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
(MTB) adalah masalah kesehatan di seluruh dunia yang bersifat kronis dan menular. TB
ditularkan terutama melalui bersin dan batuk 1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 2019, terdapat 10.000.000 kasus baru TB secara global, dengan
kematian 1.240 di tahun 2018 2. Pakistan termasuk di antara 30 negara dengan angka kasus
TB tertinggi 2. Pada tahun 2018, Pakistan mendapatkan 562.000 kasus TB, 28.000 kasus
TB yang resistan terhadap obat dan 43.000 kematian akibat TB 2.

Diagnosis dini tuberkulosis sangat penting untuk menghentikan rantai penularan


penyakit tersebut 1. Pasien yang positif tuberkulosis merupakan sumber utama penyebaran
penyakit ini ke individu yang sehat saat individu yang sakit tersebut tidak diobati 1.
Frekuensi penyakit TB yang terus meningkat ini menjadi ancaman utama bagi kehidupan
manusia dan membutuhkan diagnosis awal yang sangat sensitif dan teknik khusus untuk
deteksi dini TB 1. Kultur mikobakteri merupakan standar emas untuk mendiagnosis TB, dan
dapat mendeteksi paling rendah 10 basil / ml specimen 1. Namun, kultur mikobakteri
memakan waktu dan membutuhkan keahlian khusus infrastruktur laboratorium. Uji
GeneXpert Mycobacterium tuberculosis / rifampicin (MTB / RIF) (tes amplifikasi asam
nukleat) adalah tes yang sensitif tetapi mahal untuk diagnosis TB 1.

Pada tahun 2010 WHO menyarankan pemeriksaan sputum Gen Xpert


Mycobacterium tuberculosis/Rifampicin (Xpert MTB/Rif) untuk mendiagnosis multidrug
resistant tuberculosis (MDR-TB) 3. Tes ini direkomendasikan pula sebagai pemeriksaan
koinfeksi TB-HIV. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang sama
tingginya bila dibandingkan dengan pemeriksaan kultur sputum 3. Pada penelitian lain lebih
memilih untuk menggunakan pemeriksaan Gold standar TB yaitu dengan menggunakan
pemeriksaan kultur mikrobakterium 1. Oleh sebab itu penulis merasa perlu membahas
pemeriksaan apa yang tepat untuk langkah awal diagnosis TB.
ILUSTRASI KASUS
Pasien wanita usia 55 tahun sejak 4 minggu yang lalu pasien mengeluh batuk isertai
dahak berwarna kuning kehijauan dan ter kadang disertai darah. Batuk dirasakan dengan
frekuensi jarang. Banyaknya dahak setiap kali batuk ± ¼ sendok makan. Pasien juga
mengeluhkan demam yang hilang timbul. Pasien mengalami penurunan nafsu makan
sehingga terjadi penurunan berat badan sebanyak ± 5 kg dalam 4 minggu terakhir.
2 hari sebelum ke puskesmas pasien mengeluhkan batuk berdahak semakin sering
dan disertai dengan bercak darah. Pasien juga mengeluhkan sesak napas yang tidak
dipengaruhi oleh aktivitas fisik, cuaca, emosi, makanan dan posisi. Sesak tidak disertai
nyeri dada. Karena keluhan tersebut pasien berobat ke praktek dokter umum dan disarankan
untuk dilakukan pemeriksaan sputum BTA da hasil pemeriksaan sputum BTA 2+.
Kemudian pasien datang ke puskesmas dengan membawa hasil pemerikaan sputum BTA
untuk mendapatkan obat rutin anti tuberkulosis.
Pasien memiliki riwayat hipertensi, tetapi tidak rutin memeriksa tekanan darah dan
tidak rutin mengonsumsi obat. Sehingga di puskesmas diberikkan edukasi dan pengobatan
pada pasien. Pasien tinggal di Bengkulu bersama suami, anak dan menantunya. Sekitar 2
bulan yang lalu pasien berpergian mengawasi perkebunannya di lintang. Pasien
menyebutkan ada riwayat kontak orang lain yang mempunyai keluhan sama saat di kebun.
Sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga dan sesekali pergi mengawasi perkebunannya
di lintang. Riwayat kontak dengan pasien terkonfirmasi covid-19 disangkal. Keluhan lain
seperti nyeri sendi, pilek, diare dan hilangnya pembauan tidak dialami pasien.

PERTANYAAN KLINIS
Berdasarkan uraian kasus diatas pertanyaan klinis yang ditegakkan adalah apa uji
diagnostik TB Paru yang paling tepat?
Pertanyaan Terfokus 1 :
P : Pasien tuberkulosis dewasa
I : BTA Sputum Mikroskopis
C : Kultur Mycobacterim tuberculosis (MTB)
O : Diagnostik TB Paru
Pertanyaan Terfokus 2 :
P : Pasien tuberkulosis dewasa
I : GenExpert
C : Kultur Mycobacterim tuberculosis (MTB)
O: Diagnostik TB Paru

KATA KUNCI
Pencarian jurnal dilakukan dengan menggunakan PubMed dan Cochrane pada tanggal 30
April 2021 dengan menggunakan kata kunci :
((((tuberculosis OR mycobacterium tuberculosis) AND (GenExpert OR molecular
test)) AND (Acid-fast bacillus (AFB) OR Sputum Microscopy)) AND (Adult)) AND
(diagnostic OR spesifisitet OR sensitivity as OR accuracy)
KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI
Berikut adalah kriteria inklusi yang digunakan dalam EBCR ini :
1. Literatur yang berfokus berfokus membahas mengenai pemeriksaan sputum
mikrobiologi dan GeneExpert untuk diagnosis TB Paru
2. Literatur yang dapat diakses full text
3. Tahun penulisan dalam 10 tahun terakhir
4. Literatur yang menggunakan data primer
5. Literatur yang diterbitkan dalam bahasa Inggris
6. Literatur dengan responden penelitiannya pada usia dewasa atau rentang usia
Berikut adalah kriteria eksklusi yang digunakan dalam EBCR ini :
1. Literatur dengan tipe penelitian Meta-analysis, RCT, Case report, Sistematik
Review
2. Literatur yang membahas tentang TB ekstraparu
3. Literatur yang membahas tentang TB paru dengan penyakit penyerta
METODOLOGI
Pencarian artikel dilakukan pada tanggal 30 April 2021 pada dua database yaitu
PubMed Clinical Queries dan Cochrane Library. Pencarian artikel pada kedua database
menggunakan 11 kata kunci.

Records identified through database


on searching
(PUBMED)(n = 104)
(Cochrane Library) (n = 14)
ati
fic (n = 118)
nti
Ide Duplicate excluded
(n = 7)

Records screened (n =111)

Dokumen yang
dieklusi (n=108)
(n=15)
Kepustakaan tidak berfokus membahas mengenai
pemeriksaan sputum mikrobiologi dan
GeneExpert untuk diagnosis TB Paru
Bukan termasuk tipe penelitian Uji Diagnostik

ng
ni
ee
Scr Judul dan abstrak dinilai
kelayakannya (n=3)
y
ilit
gib
Eli
d
de
lu Studi yang termasuk dalam
Inc sintesis kuantatif (n = 3 )

Diagram 1. Alur Pencarian Artikel


TELAAH KRITIS
Penilaian kualitas kepustakaan yang dilakukan untuk melihat apakah kepustakaan
tersebut menggambarkan masalah klinis yang penting dan apakah pertanyaannya
dirumuskan dengan jelas. Penilaian kualitas (quality appraisal) kepustakaan terpilih
dilakukan dengan menggunakan daftar tilik yang dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini :
Tabel Tabel 1. Penilaian kualitas (quality appraisal) kepustakaan yang memenuhi kriteria inklusi.
√ = Ya; x = Tidak

Masab umair et al., 2020 [2]

Rasool et al., 2019 [1]


Abong et al., 2019 [4]
Apakah tes diagnostik dievaluasi agar
merepresentasikan semua pasien (seperti yang akan √ √ √
digunakan dalam praktik)?
Apakah standar referensi diterapkan tanpa
√ X √
memperhatikan uji indeksnya ?
Apakah independen dan perbandingan buta antara
√ X √
uji indeks dan standar emas diagnosis?
Apa yang dihitung ?
a. Sensitifitas
b. Spesifisitas GeneXpert:
GeneXpert: a. 82 %
a. 97,5 % BTA :
b.100 %
b.40,2 % a. 60 %
BTA :
b. 100 %
a. 0 %

b. 100 %

Apakah metode untuk melakukan tes dijelaskan


√ √ √
dengan cukup detail untuk memerikan jawaban?

HASIL
Berdasarkan hasil pencarian dengan menggunakan kata kunci tersebut didapatkan
total 118 artikel dengan 104 artikel berasal dari PubMed Clinical Queries dan 14 artikel
berasal dari Cochrane Library.
Terdapat 7 artikel yang merupakan duplikasi sehingga dieksklusi dan tersisa 111
artikel. Setelah dilakukan penyaringan didapatkan sebanyak 3 artikel yang memenuhi
kriteria inklusi dan 108 artikel yang dieksklusikan karena kepustakaan tidak berfokus
membahas mengenai pemeriksaan sputum mikrobiologi dan GeneExpert untuk diagnosis
TB Paru. Serta, bukan termasuk tipe penelitian uji diagnostik. Detail lebih lengkap
mengenai penyaringan pada masing-masing database dapat dilihat pada Diagram 1.
Setelah mempersempit literatur berdasarkan judul dan abstrak dengan pertanyaan
klinis, teks lengkap artikel yang memenuhi kriteria kelayakan dinilai secara kritis. Artikel
yang didapatkan merupakan suatu uji diagnostik. Jumlah sampel cukup untuk mewakili
pasien suspek TB Paru yang akan dilakukan uji diagnostic berupa GeneXpert, Sputum BTA
dan kultur sputum. Pada artikel Abong et al., 2019 membahas mengenai persentase
penderita suspek TB dengan BTA negatif yang akan dilakukan pemeriksaan ulang dengan
GeneXpert 4. Hasil pada jurnal ini menunjukkan hasil sensitivitas GeneXpert sebesar
(97,5%, 39/40), dan hasil spesifisitas yang rendah yaitu (40,2%, 35/87) 4.
Pada artikel Masab umair et al., 2020 membahas mengenai perbandingan akurasi
BTA sputum yang dibandingkan denganuji GeneXpert 2. Hasil pada jurnal ini menunjukkan
hasil senistivitas BTA sputum sebesar 60% dan spesifisitas 100% 2. Pada artikel Rasool et
al., 2019 membahas mengenai evaluasi kinerja uji GeneXpert MTB / RIF dan kultur MTB
untuk mendeteksi Mycobacterium tuberculosis (MTB) pada pasien suspekTB
parudenganhasil BTA sputum negatif 1. Hasil penelitian pada jurnal ini menunjukkan hasil
sensitivitas GeneXpert sebesar 82% dan spesifisitas sebesar 100%, sedangkan hasil
sensitivitas BTA sputum rendah yaitu sebesar 0% dan spesifisitas sebesar 100% 1.

PEMBAHASAN
Tuberkulosis (TB) yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
(MTB) adalah penyakit menular yang bersifat kronis dan merupakan masalah kesehatan di
1,5,6
dunia yang sangat penting untuk diselesaikan . Penyakit TB ditularkan terutama melalui
bersin dan batuk, Penyakit ini mempengaruhi terutama pada organ paru-paru (TB paru)
tetapi juga dapat mempengaruhi organ atau jaringan tubuh lainnya (TB ekstrapulmoner)
1,5,6
. Studi juga melaporkan bahwa sekitar 17% dari penyakit TB disebabkan oleh pasien TB
3,6,7
Paru namun hasil BTA sputum negative . Telaah kritis terhadap penelitian yang
dilakukan dari ketiga jurnal yang diambil memiliki beberapa perbedaan dalam hasil
1,2,4
sensitiitas dan spesifisitas . Keterbatasan yang sama pada penelitian Abong et al. dan
Rasool et al. yaitu tidak menilai cost effectiveness, namun pada penelitian Masab umair et
1,2,4
al. membahas mengenai cost effectiveness . Dua hasil penelitian memiliki kesamaan
terhadap tes referensi atau uji baku emas namun tes indeksnya berbeda serta hasil dari
sensitivitas dan spesifisitas juga jauh berbeda, yaitu pada penelitian Abong et al. sensitivitas
dan spesifisitas dari GeneXpert adalah 97,5% dan 40,2% 4. Sedangkan, menurut Rasool et
al. hasil sensitivitas dan spesifisitas GeneXpert adalah 82% dan 100% serta hasil
shensitivitas dan spesifisitas BTA sputum adalah 0% dan 100% 1. Pada penelitian Masub
Umair et al. menggunakan tes referensi atau gold standard yaitu GeneXpert dan tes
indeksnya menggunakan BTA sputum, dengan hasil sensitivitas dan spesifisitas BTA
sputum sebesar 60% dan 100% 2. Berdasarkan hasil dari beberapa jurnal yang ditelaah,
GeneXpert memiliki sentivitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan BTA sputum,
1,4,8
namun masih kurang sensitive jika dibandingkan dengan tes gold standard yaitu kultur .
Pemeriksaan GeneXpert lebih unggul dibandingkan kultur sehingga GeneXpert lebih
efektif dalam deteksi dini TB paru serta GeneXpert dapat mendetiksi TB Paru dengan
1,4
resistensi obat . Berdasarkan studi kultur sputum membutuhkan waktu selama 8 minggu
untuk mendiagnosis TB Paru dan 4-6 minggu tambaham dalam mendiagnosis TB paru
dengan resistensi obat 1,4. Pemeriksaan GeneXpert lebih sensitif dibandingkan dengan BTA
Sputum, dikarenakan pada beberapa penelitian dimana pasien dengan BTA Sputum
negative ketika dilanjutkan dengan pemeriksaan ulang GeneXpert hasilnya menunjukkan
3
ada beberapa pasien yang menjadi positif . Pada kasus BTA negatif dapat menularkan
kepada populasi sehat sebesar 10-20%, sehingga akan mempengaruhi impikasi financial
2,3
yang lebih besar lagi . Namun dalam segi biaya BTA sputum lebih unggul dibandingkan
GeneXpert, karena biaya GeneXpert lebih mahal dibandingkan BTA sputum 2,3.

Pengkajian Masalah Kesehatan Keluarga

Life style :

- Aktivitas fisik/latihan jasmani kurang


- Kurangnya kesadaran untuk menjaga pola
makan sehat dan bergizi.

Lingkungan Psiososial ekonomi


Perilaku kesehatan:
:
- Latihan jasmani kurang
- Suami pasien merokok.
- Kebersihan lingkungan kurang
- Keluarga mengerti pentingnya peran
dan dukungan keluarga dalam
kesembuhan pasien
Sistem Pelayanan FAMILY

kesehatan:

- Tidak memiliki Pekerjaan:


jaminan kesehatan Pasien :
wiraswasta
- Jarak antara rumah
Usia 55 tahun dengan
pasien ke puskesmas
Sekitar 1 km TB paru + Hipertensi

Lingkungan fisik:

Biologi Manusia: - Ventilasi dan


pencahayaan kurang baik
- Pasien dengan riwayat -Kebersihan rumah kurang
Hipertensi
- Keluarga belum memahami bersih
tentang penyakit TB paru

Berdasarkan pengkajian masalah diatas menunjukkan beberapa aspek pada pasien belum
baik yaitu pada aspek perilaku kesehatan, biologi, lingkungan fisik, sistem pelayanan kesehatan, life
style, dan lingkungan psikososial.

Tabel 2. Fungsi-fungsi dalam Keluarga


Kesimpulan pembina
Fungsi
Penilaian untuk fungsi keluarga
Keluarga
yang bersangkutan

Biologis Pasien memiliki riwayat hipertensi yang mengeluhkan batuk Berdasarkan penilaian
terus menerus sejak 4 minggu yang lalu. Keluarga kurang terhadap komponen
mengerti tentang penyakit yang diderita pasien, komplikasi pada keluarga, maka
dan tatalaksana penyakit tersebut, serta apa yang harus pembina dapat
diterapkan. menyimpulkan bahwa
fungsi biologis kurang
baik.
Psikologis Pasien memiliki anggota keluarga yang peduli dalam Berdasarkan penilaian
pengontrolan penyakit pasien. Keadaan pasien terhadap komponen
memerlukan dukungan dari keluarga. Komunikasi cukup pada keluarga, maka
dekat dengan keluarga. pembina dapat
menyimpulkan bahwa
fungsi psikologis
berjalan baik.
Sosial Hubungan dengan masyarakat terjalin cukup baik. Pasien Fungsi sosial berjalan
memiliki pekerjan dan memiliki banyak teman. Tetangga dengan baik.
sekitar selalu membantu pasien dalam kehidupan sehari-
hari.
Ekonomi & - Kebutuhan primer terutama papan terpenuhi, pasien Fungsi ekonomi kurang
Pemenuhan tinggal di rumah bersama suami, anak, dan menantu. baik

kebutuhan - Penghasilan total keluarga dianggap tidak menentu untuk


kebutuhan sehari-hari karena pekerjaan dari suami
pasien yaitu penyediaan jasa pangkas rambut.
- Alokasi dana khusus untuk kesehatan kurang baik karena
pasien tidak memiliki jaminan kesehatan.
Adaptif Keluarga kurang mengerti bagaimana kebersihan yang Fungsi adaptif keluarga
harus diterapkan dirumah. terhadap keadaan
pasien belum berjalan
dengan baik
Berdasarkan tabel fungsi keluarga, dari lima aspek fungsi keluarga terdapat tiga
aspek yang belum terlaksana dengan baik pada pada keluarga ini yaitu aspek biologi,
ekonomi dan pemenuhan kebutuhan, serta adaptif.

Data Risiko Internal Keluarga

Tabel 3. Perilaku Kesehatan Keluarga

Perilaku Sikap & perilaku keluarga yang Kesimpulan pembina


menggambarkan perilaku tersebut untuk perilaku yang
bersangkutan

Kebersihan pribadi  Penampilan keluarga bersih dan sederhana Kebersihan diri dan
dan lingkungan  Keluarga dan pasien mandi 2x/hari. Tata letak keluarga cukup baik.
barang-barang didalam rumah tidak teratur. Kebersihan lingkungan
 Pencahayaan dan ventilasi didalam rumah masih kurang.

masih kurang.
 Lingkungan sekitar adalah perumahan dengan
pemukiman yang padat penduduk.
 Rumah pasien memiliki jamban sendiri dan
layak pakai.
 Kamar mandi bersih.
 Rumah pasien memiliki septitank
Pencegahan spesifik  Pasien dan keluarga pergi ke pelayanan Perilaku pencegahan
kesehatan jika keadaan sudah cukup berat. spesifik keluarga terhadap
penyakit kurang baik.

Gizi keluarga  Kebutuhan pangan tercukupi. Kuantitas makanan


 Penyediaan makanan disediakan anak pasien keluarga cukup baik.
dengan menu yang kurang bervariasi dan Kualitas makanan kurang
tinggi garam. baik
 Pola makan biasanya 2-3x/hari.
Asah asih asuh  Hubungan antar anggota keluarga baik. Fungsi asah, asih, asuh
 Suami pasien peduli dengan pasien. dalam keluarga ini baik.

 Kegiatan keagamaan baik, pasien rajin


beribadah.
Kesehatan  Pasien sudah menikah. Kesehatan reproduksi
reproduksi tidak ada keluhan.
Latihan jasmani/  Pasien jarang berolahraga Aktivitas fisik dalam
aktivitas fisik  Aktivitas pasien pada pagi hari dan siang keluarga kurang baik.
harinya adalah di rumah.
Penggunaan  Pasien sering berobat ke puskesmas apabila Perilaku kesehatan
pelayanan kesehatan sakit. keluarga bersifat kuratif.
 Jarak rumah ke pelayanan kesehatan
(puskesmas) sekitar ± 1 km.

Kebiasaan / perilaku  Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk Perilaku kesehatan


lainnya yang buruk seperti merokok dan meminum alcohol pasien cukup baik
untuk kesehatan

Berdasarkan tabel perilaku kesehatan keluarga, dari delapan aspek perilaku


kesehatan keluarga terdapat lima aspek yang belum terlaksana dengan baik pada pada
keluarga ini yaitu aspek kebersihan, latihan aktivitas fisik atau jasmani, penggunaan
pelayanan kesehatan, gizi keluarga dan pencegahan spesifik.

Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Kehidupan Keluarga


Tabel 4. Faktor Pelayanan Kesehatan

Faktor Keterangan Kesimpulan pembina untuk


faktor pelayanan kesehatan
Pusat pelayanan Pasien berobat ke Puskesmas Secara umum baik, untuk
kesehatan yang Beringin Raya karena dekat rumah. pusat pelayanan kesehatan
digunakan oleh primer sendiri tidak terlalu
pasien dan jauh, hanya rumah sakit
keluarga. rujukan yang agak jauh.
Cara mencapai Pasien pergi ke puskesmas dengan Pasien merasakan adanya
pusat pelayanan mengendarai sepeda motor miliknya kesulitan dalam biaya
kesehatan tersebut. sendiri . berobat, dari segi pelayanan,
pasien merasa puas dengan
Tarif pelayanan Pasien merasakan adanya kesulitan pelayanan kesehatan yang
kesehatan tersebut dalam biaya berobat. didapat dan terdapat
dirasakan. pemeriksaan sputum BTA
Kualitas pelayanan Untuk kualitas pelayanan, pasien dan pemeriksaan GCU, tetapi
kesehatan tersebut merasa selalu dilayani dengan baik untuk GeneXpert tidak
dirasakan oleh petugas kesehatan setempat. tersedia dan hanya tersedia

Ketersediaan Untuk ketersediaan laboratorium pada rumah sakit rujukan.


pemeriksaan cukup baik, karena di puskesmas
laboratorium yang tersedia pemeriksaan sputum BTA
dibutuhkan pasien dan pemeriksaan GCU, tetapi untuk
GeneXpert tidak tersedia

Berdasarkan pasien pada ilustrasi kasus, pasien terdiagnosis TB paru yang dengan
pemeriksaan BTA sputum. Hal ini dikarenakan berdasarkan faktor pelayanan kesehatan
menunjukkan untuk pemeriksan GeneXpert hanya tersedia di rumah sakit rujukkan dan tidak ada di
puskesmas. Pemeriksaan GenExpert di Indonesia saat ini masih terbatas, karena biaya pemeriksaan
yang masih sulit untuk diterapkan di negara berkembang. Selain itu, berdasarkan fungsi keluarga
dan perilaku kesehatan pada pasien masih banyak aspek yang belum terpenuhi dengan baik. Serta,
jika pasien ingin melakukan pemeriksaan pemeriksaan GenExpert secara mandiri tidak dilakukan
karena keterbatasan biaya yang dimiliki oleh pasien dan pekerjaan pasien sebagai ibu Rumah
Tangga dan suami pasien memiliki pendapatan harian yang tidak menentu sehingga masih perlu
pertimbangan dalam segi biaya untuk berobat. Namun pemeriksaan BTA sputum masih
memungkinkan untuk dilakukan pada pasien ini, karena sensitivitas dari BTA sputum masih cukup
baik karena diatas 50% dan pada hasil pemeriksaan pasien ini menunjukkan hasil yang positif
sehingga tidak menunjukkan hasil yang negative palsu yang mengkhawatirkan dapat menularkan
kepada individu yang sehat lainnya, kaena risiko penularan tertinggi dari TB paru paling banyak
1,5,6
dari pasien yang menderita TB paru namun hasil BTA sputum negative . Selain itu pada pasien
ini tidak memerlukan pemeriksaan GenExpert karena pasien belum pernah menderita TB Paru
sebelumnya sehingga kurang memungkinkan untuk mengalami resistensi obat yang harus
membutuhkan pemeriksaan GenExpert.

KESIMPULAN

Peningkatan risiko penularan TB Paru dapat meningkat pada pasien TB paru yang hasil
pemeriksaan BTA sputum negatif sehingga dibutuhkan deteksi dini yang lebih baik dalam
mendiagnosis TB paru. GeneXpert merupakan pemeriksaan yang tepat untuk deteksi dini karena
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik dan waktu pemeriksaan yang singkat ketika
dibandingkan dengan tes gold standard. Namun dalam segi biaya dan ketersediaan di faskes
pertama seperti puskesmas BTA sputum lebih unggul dibandingkan GeneXpert. Pada pasien di
ilustrasi kasus masih memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan BTA sputum, karena
ketersediaan pemeriksaan GenExpert yang ada di Bengkulu masih kurang, kemudian dari segi biaya
yang dimiliki pasien dan kemungkinan pasien mengalami resistensi obat tidak ada sehingga tidak
memerlukan pemeriksaan GenExpert.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasool, G., Khan, A. M., Mohy-Ud-Din, R. & Riaz, M. Detection of mycobacterium


tuberculosis in afb smear-negative sputum specimens through MTB culture and
GeneXpert® MTB/RIF assay. Int. J. Immunopathol. Pharmacol. 33, (2019).
2. Umair, M., Siddiqui, S. A. & Farooq, M. A. Diagnostic Accuracy of Sputum
Microscopy in Comparison With GeneXpert in Pulmonary Tuberculosis. Cureus 12,
8–13 (2020).
3. Mavenyengwa, R. T., Shaduka, E. & Maposa, I. Evaluation of the Xpert® MTB/RIF
assay and microscopy for the diagnosis of Mycobacterium tuberculosis in Namibia.
Infect. Dis. Poverty 6, 1–5 (2017).
4. Abong, J. et al. Use of GeneXpert and the role of an expert panel in improving
clinical diagnosis of smearnegative tuberculosis cases. PLoS One 14, 1–11 (2019).
5. Akram, Y. et al. Biochemical profiling of tuberculosis patients co-infected with
hepatitis C virus. Eur. J. Inflamm. 15, 42–45 (2017).
6. Frieden, T. R., Brudney, K. F. & Harries, A. Global tuberculosis: Perspectives,
prospects, and priorities. JAMA - Journal of the American Medical Association vol.
312 (2014).
7. Keflie, T. S. S. & Ameni, G. Microscopic examination and smear negative
pulmonary tuberculosis in ethiopia. Pan Afr. Med. J. 19, 1–10 (2014).
8. Geleta, D. A. et al. Xpert MTB/RIF assay for diagnosis of pulmonary tuberculosis in
sputum specimens in remote health care facility Clinical microbiology and vaccines.
BMC Microbiol. 15, 1–6 (2015).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai