Variabel luar
Penelitian (moderator)
Variabel
pengganggu
(confounding)
Variabel luar
(moderator)
Populasi dan Sample Penelitian
Populasi
Sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu.
Karakteristik ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian.
•Populasi target: Populasi yang merupakan sasaran akhir
penerapan hasil penelitian (domain). Biasa ditandai dengan
karakteristik demografis (kelompok usia, jenis kelamin) dan
karakteristik klinis (sehat,osteoporosis, dsb). Misal: pasangan usia
subur
•Populasi terjangkau/sumber: Bagian populasi target yang dapat
dijangkau peneliti, dibatasi tempat dan waktu. Misal: pasangan
usia subur yang tinggal di kelurahan pondok pucung.
Sampel
•Bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga
dianggap dapat mewakili populasinya.
Probability Sampling
Simple random sampling Semua unsur dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama
Systematic random sampling Sampel pertama ditentukan secara acak
sedangkan sampel berikutnya berdasarkan
satu interval tertentu
Stratified random sampling Pengambilan sampel berdasarkan strata
Experimental Observasional
Pra- Quasi
Descriptive Analytic
experimental experimental
True Cross
Case report Case series Case control
experimental sectional
RELATIVE RISK
Interpretasi RP = OR = RR
SOAL NO 3
Seorang dokter ingin melakukan penelitian terkait hubungan kejadian Pelvic
Inflammatory Disease (PID) dengan penggunaan IUD. Peneliti kemudian
mengumpulkan data pasien PID dan menelusuri secara retrospective mengenai
riwayat pemakaian IUD.
Apakah desain penelitian yang sesuai untuk penelitian tersebut?
a. Case control
b. Cross sectional
c. Cohort prospektif
d. Cohort retrospektif
e. Randomized control trial
Uji Diagnostik
Test Disease/Gold Standard
(+) (-)
(+) a b
(-) c d
𝑎 𝑎
𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = Positive Predictve Value =
𝑎+𝑐 𝑎+𝑏
𝑑 𝑑
𝑆𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = Negative Predictve Value =
𝑏+𝑑 𝑐+𝑑
Definisi
Sensitif kemampuan alat memberikan hasil (+) pada
semua subjek yang sakit
Kategorikal (Nominal/
1 Ordinal)
Chi Square
Numerik T-test independent T-test dependent One way anova Repeated anova
Dasar
Imunisasi Rutin
Lanjutan
Tambahan
Khusus
Kejadian Epidemiologis
• Sporadik: kejadian penyakit tertentu di suatu daerah secara acak dan
tidak teratur. Contohnya: kejadian pneumonia di DKI Jakarta.
• Endemik: kejadian penyakit di suatu daerah yang jumlahnya lebih tinggi
dibanding daerah lain dan hal tersebut terjadi terus menerus. Contohnya:
Malaria endemis di Papua.
• Epidemik dan KLB: Epidemik dan KLB sebenarnya memiliki definisi serupa,
namun KLB terjadi pada wilayah yang lebih sempit (misalnya di satu
kecamatan saja). Indonesia memiliki kriteria KLB berdasarkan Permenkes
1501 tahun 2010 (di slide selanjutnya).
• Pandemik: merupakan epidemik yang terjadi lintas negara atau benua.
Contohnya: kejadian MERS-COV di dunia tahun 2014-2015
Kriteria KLB
• Penyakit menular baru
• Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu tertentu
• Peningkatan kejadian kesakitan >2 x dibandingkan dengan periode sebelumnya
• Jumlah penderita baru dalam periode 1 bulan meningkat >2x dibandingkan dengan angka
rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya
• Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 tahun meningkat >2x dibandingkan
dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya
• Case Fatality Rate dalam 1 kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan >50% dibanding
periode sebelumnya
• Proportional Rate penderita baru pada satu periode meningkat >2x dibanding satu periode
sebelumnya
Laporan Puskesmas ke Dinkes
Laporan W1(Laporan Wabah) Laporan W2
• Isi Laporan: Tempat KLB, Jumlah P/M, • Laporan mingguan KLB.
Gejala/tanda-tanda.
• Isi laporan : jumlah penderita dan
• Dalam jangka waktu 24 jam setelah
mengetahui kepastian (hasil
kematian PMTKLB selama satu
pengecekan lapangan) adanya minggu yang tercatat di Puskesmas.
tersangka KLB. • Pembuatan laporan setiap
• Selain melalui pos, penyampaian isi minggu.
laporan dapat dilakukan dengan sarana • Pengiriman laporan : setiap
komunikasi cepat lainnya, sesuai situasi Senin/Selasa.
dan kondisi yang ada.
• Pembuat laporan: Kepala
• Pembuat laporan : Kepala
Puskesmas. Puskesmas.
Tipe Epidemik
Common source Propagated source
Epidemik yang biasanya Epidemik yang ditularkan/disebabkan
ditularkan/disebabkan oleh suatu perantara oleh manusia /hewan dengan cara kontak
(mis ; makanan, air atau fomite lain yang langsung akan tidak langsung kepada
digunakan oleh penderita) manusia/host lainnya
terjadi dalam waktu yang relatif singkat waktu lebih lama dan masa inkubasi yang
lebih lama
Dipengaruhi oleh paparan perantara dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta
penyebaran anggota masyarakat yang rentan
serta morbilitas dari penduduk setempat
Common source epidemic
Point source epidemic = bila pemaparan
penyakit bersumber tunggal dan waktunya
singkat, sehingga resultant/hasil dari
semua kasus/kejadian berkembang hanya
dalam satu masa inkubasi saja
1/3/2016
Surveilans DBD
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘 𝑛𝑦𝑎𝑚𝑢𝑘
H𝑜𝑢𝑠𝑒 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
VERTIKAL
HORIZONTAL
Rujukan Antar Dokter
Interval • Pelimpahan sepenuhnya kepada 1 dokter untuk jangka waktu
tertentu
• Selama jangka waktu itu dokter primer tidak ikut campur
Split • Pelimpahan sepenuhnya kepada beberapa dokter untuk jangka
waktu tertentu
• Selama jangka waktu itu dokter primer tidak ikut campur
Collateral • Menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penangannan
penderita hanya untuk satu masalah tertentu
Definisi Rumus
Incidence Rate Jumlah kasus baru yang terjadi di
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢
populasi berisiko selama periode
waktu tertentu 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜
Prevalence Rate Jumlah orang yang menderita 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑙𝑎𝑚𝑎 + 𝑏𝑎𝑟𝑢
penyakit di kalangan tertentu 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜
Attack Rate
= 8/10
Secondary
Attack Rate
= 3/8
Angka Mortalitas
Definisi Rumus
Case Fatality Rate Angka kematian akibat
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑡𝑡𝑡
penyakit tertentu 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑡𝑡𝑡
𝑥 100%
(kegawatan)
Crude Death Rate Angka kematian kasar 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛
1000 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
Infant Mortality Rate Angka kematian anak < 1 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 < 1 𝑡ℎ𝑛
𝑥 1000
tahun 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
Neonatal Mortality Rate Angka kematian anak < 1 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 < 1 𝑏𝑙
bulan 𝑥 1000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
Maternal Mortality Rate Angka kematian ibu yang 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢
𝑥 100.000
mati pada proses kehamilan 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
dan nifas
Family Tools Assessment
Family Genogram • Pola pewarisan
• Penyakit dalam Keluarga
• Hubungan dan anggota keluarga
Family lifecycle • Menggambarkan perubahan-perubahan dalam jumlah anggota,
komposisi, dan fungsi keluarga sepanjang hidup
• Gambaran rangkaian tahapan yang akan terjadi atau diprediksi
dialami banyak keluarga
APGAR Score Menilai fungsi keluarga (kasih saying, komunikasi, quality time keluarga,
dll)
SCREEM Menilai sumber daya keluarga dalam mengakses kesehatan
(Social, Culture, Religion, Economic, Education, Medical)
SOAL NO 15
Sebuah Posyandi di Desa Bangsri memiliki 7 orang kader dengan pencapaian
kinerja > 50%. Kegiatan dilakukan rutin setiap 1 bulan sekali. Posyandu tersebut
juga sudah mendapatkan dana sehat sebanyak 60%.
Disebut apakah posyandu tersebut?
a. Posyandu pratama
b. Posyandu mandiri
c. Posyandu madya
d. Posyandu purnama
e. Posyandu paripurna
SOAL NO 16
Seorang pasien usia 25 tahun datang ke Puskesmas Halmahera untuk
melakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin. Sementara pada saat ini
puskesmas tersebut tidak dapat melakukan pemeriksaan laboratorium karena
alat yang digunakan sedang rusak, sehingga pasien dirujuk ke Puskesmas
Gayamsari untuk melakukan pemeriksaan tersebut.
Apakah jenis rujukan yang dilakukan dokter puskesmas tersebut?
a. Rujukan Vertikal
b. Rujukan Horizontal
c. Rujukan Collateral
d. Rujukan Operasional
e. Rujukan Spesimen
SOAL NO 17
Pada bulan Januari 2020 terjadi suatu kejadian di Desa penari, dimana didapatkan jumlah
kelahiran 1000 bayi, tetapi angka kematian ibu didapatkan sebanyak 110 orang. Dari 110
kematian ibu tersebut, ternyata ada 10 ibu meninggal karena keguguran yang tiba-tiba, 35
ibu meninggal setelah melahirkan anaknya, 40 ibu meninggal saat bencana longsor, 25 ibu
meninggal secara misterius dan tidak diketahui penyebabnya.
Berdasarkan data tersebut, berapakah jumlah Angka Kematian Ibu di desa penari?
a. 110/1000
b. 65/110
c. 45/1000
d. 65/1000
e. 45/110
SOAL NO 18
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang dengan keluhan penurunan berat
badan, mudah lapar, dan sering BAK. Riwayat ibu pasien menderita DM dan
ayah pasien menderita HT. Kedua orang tua pasien telah bercerai. Ayah pasien
meninggal 1 tahun yang lalu karena stroke. Saat ini pasien memiliki 2 orang
anak.
Family assesment apa yang cocok pada kasus ini?
a. Family APGAR
b. Family SCREEM
c. Family Lifeline
d. Family Genogram
e. Family Life Cycle
BPJS
PHK dan Cacat Total Tetap Iuran Peserta BPJS Kesehatan
Askes
NHS NHI
England Taiwan
28 %
INA CBGs
76 % 67 %
56 %
Terhitung 1 Juli 2016, bagi yang menunggak iuran BPJS Kesehatan tidak akan ada denda keterlambatan
pembayaran iuran. Tapi kartu atau jaminan dihentikan sementara bila telat membayar iuran selama 1 bulan
sejak tanggal 10.
Namun, jika penunggak telah melunasi tunggakan iuran BPJS Kesehatannya, maka status kepesertaan akan
diaktifkan kembali oleh pihak BPJS Kesehatan.
Denda dapat berlaku bagi yang mengikuti/ peserta BPJS Kesehatan yang memperoleh rawat inap selama 45 hari
sejak status peserta BPJSnya aktif kembali, yakni denda 2,5% dari biaya rawat inap pelayanan kesehatan di kali
dengan lamanya tunggakan per bulannya, dengan ketentuan sebagai berikut:
• Bulan tertunggak iuran maksimal yaitu 12 bulan.
• Besaran denda yang dikenakan paling tinggi 30 Juta.
Kasus 1: Peserta Iuran Menunggak Hingga 4 Tahun
Apabila peserta menunggak hingga 4 tahun, maka total tagihan yang harus dibayar oleh peserta BPJS Kesehatan
adalah iuran dikali dengan 24 bulan
Jadi total iuran yang dibayar oleh peserta adalah Rp 51 Ribu x 24 = Rp 1.224.000
Kasus 3: Peserta Iuran Menunggak Selama 2 Bulan Berturut-turut dan Dirawat Inap Selama 7 Hari Setelah
Membayar Iuran
biaya rawat inap yang dikeluarkan selama 7 hari misalnya biaya rawat inapnya sebesar Rp 7.000.000,- selama 7
hari.
Denda yang harus dibayarkan peserta BPJS Kesehatan dalam kasus diatas: 2.5% x 7.000.000,- x 2 = Rp 350.000,-
Kenaikan Kelas Peserta BPJS
Kelas Keas yang Biaya Tambahan
Awal diinginkan
3 PBI Tidak bisa naik kelas
3 2 Selisih biaya tarif INA-CBG pada kelas rawat inap lebih tinggi
3 1 yang dipilih dengan tarif INA-CBG pada kelas rawat inap yang
2 1 sesuai hak peserta
2 dan 3 VIP (1 • Selisih tarif INA CBG kelas 1 dengan tarif INA CBG kelas sesuai haknya, dan
tingkat • Biaya tambahan maksimal 75% dari tarif INA CBG kelas 1
diatas kelas
1)
1 VIP Biaya tambahan maksimal 75% dari tarif INA CBG kelas 1
1,2, 3 Kelas diatas Selisih biaya tarif rumah sakit pada kelas yang dipilih dengan
VIP tarif INA CBG pada kelas yang menjadi haknya
SOAL NO 19
Seorang laki-laki diantar ke IGD RS karena mengalami kecelakan lalu lintas.
Pada pemeriksaan didapatkan fraktur tertutup femur dextra. Pasien
merupakan peserta asuransi JKN. Tetapi pihak pasien menolak untuk
membuat laporan kepolisian dan seluruh biaya ditanggung oleh yang
menabrak.
Apa sistem pembiayaan pada pasien tersebut?
a. Fee for service
b. Kapitasi
c. INA-CBGs
d. Reimbursment
e. Non Kapitasi Penggerakan
SOAL NO 20
Seorang pasien usia 70 tahun datang ke Puskesmas untuk melakukan
pemeriksaan. Pasien merupakan pensiunan PNS. Setelah dilakukan
pemeriksaan, Dokter merujuk pasien ke Rumah Sakit yang bekerjasama
dengan BPJS.
Apakah status kepesertaan BPJS pada pasien tersebut?
a. PBI daerah
b. Non PBI bukan pekerja
c. Non PBI penerima upah
d. Non PBI bukan penerima upah
e. PBI pusat
BIOETIKMEDIKOLEGAL
Autonomi
Respect the Protect Obtain consent
Tell the
privacy of confidential for interventions voluntary
truth others information with patients
KRITERIA
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien.
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif).
3. Berterus terang.
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien.
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri.
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi dalam mengambil keputusan termasuk keluarga sendiri
11. Tidak berbohong ke pasien
12. Menjaga hubungan (kontrak)
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
Non-Maleficence
Do not cause Do not deprive
Do not kill pain or Do not Do not cause others
incapacitate offense of the goods of
suffering life
• Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien: tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien;
minimalisasi akibat buruk
• Primum non nocere: First do no harm
• Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal:
– Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting dan dokter sanggup mencegah bahaya atau
kehilangan tersebut
– Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
– Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal)
– Norma tunggal, isinya larangan
• Contoh tindakan:
– Tidak melakukan malpraktik etik, baik sengaja atau tidak; seperti dokter tidak mempertahankan kemampuan ekspertisnya atau
menganggap pasien sebagai komoditi
– Menghentikan pengobatan yang sia-sia atau pengobatan luar biasa, yaitu pengobatan yang tidak biasa diperoleh atau digunakan
tanpa pengeluaran amat banyak, nyeri berlebihan, atau ketidaknyamanan lainnya
– Juga membiarkan mati (letting die), bunuh diri dibantu dokter, euthanasia, sengaja malpraktik etis
Justice
To each To each person To each person To each person To each person To each person
according to
person an according to according to according to according to freemarket
equal share need effort contribution merit exchanges
• Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness), yaitu:
– Memberi sumbangan dan menuntut pengorbanan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan dan kemampuan pasien
• Jenis keadilan:
– Komparatif (perbandingan antarkebutuhan penerima)
– Distributif (membagi sumber): sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani ; secara material kepada:
• Setiap orang andil yang sama
• Setiap orang sesuai kebutuhannya
• Setiap orang sesuai upayanya
• Setiap orang sesuai jasanya
– Sosial: kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bersama
• Utilitarian: memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi sosial dan memaksimalkan nikmat/
keuntungan bagi pasien
• Libertarian: menekankan hak kemerdekaan sosial-ekonomi (mementingkan prosedur adil > hasil
substansif atau materiil)
• Komunitarian: mementingkan tradisi komunitas tertentu
• Egalitarian: kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap individu rasional (sering
menerapkan kriteria material kebutuhan bersama)
Klasifikasi Medical Error
Tindakan yang melanggar hukum atau tidak tepat/layak
Malfeasance (unlawful atau improper), misalnya melakukan tindakan
(Comission) medis tanpa indikasi yang memadai.
Kejadian Sentinel KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius
Klasifikasi Euthanasia
Berdasarkan Tindakan yang Dilakukan
•Euthanasia Pasif
•Mempercepat kematian dengan cara menolak memberikan atau mengambil tindakan pertolongan, dan
menghentikan pertolongan yang sedang berlangsung
•Contoh: Tidak memberikan antibiotic pada pasien dengan pneumonia berat
•Euthanasia Aktif
•Secara aktif memberikan tindakan yang baik secara langsung atau tidak langsung dapat mengakibatkan kematian
•Contoh: Memberikan tablet sianida pada pasien, menyuntikkan zat-zat yang dapat mematikan tubuh
Berdasarkan Kesukarelaan Penderita
• Euthanasia Voluntary
•Seseorang membuat keputusan sadar untuk mempercepat kematian dan meminta bantuan untuk melakukan hal ini
• Euthanasia Involuntary
•Mempercepat kematian tanpa persetujuan/permintaan pasien yang bertentangan dengan keinginan pasien
• Euthanasia Nonvoluntary
•Seseorang tidak mampu untuk memberikan persetujuan (misalnya: koma) dan orang lain mengambil keputusan atas
nama mereka. Sering karena orang yang sakit sebelumnya mengungkapkan keinginannya untuk hidup mereka akan
berakhir dalam keadaan seperti itu
SOAL NO 21
Seorang dokter kandungan di Rumah Sakit melakukan praktik melahirkan dalam
air (waterbirth), padahal teknik tersebut belum memiliki standar operasional
yang jelas. Pasien sebenarnya dapat melahirkan normal tetapi dokter tersebut
tetap melakukan waterbirth.
Apakah jenis malpraktek yang dilakukan ?
a. Misconduct
b. Malfeasance
c. Misfeasance
d. Negligence
e. Lack of skill
SOAL NO 22
Seorang perempuan 30 tahun datang ke praktek dokter. Sebelum memberi obat, dokter
menanyakan alergi pasien dan disangkal pasien kemudian dokter memberikan antibiotic dan
penurun demam. Keesokan harinya, pasien kembali datang karena kulit kemerahan dan
bengkak pada wajah.
Termasuk dalam kejadian apa tindakan yang dilkakukan dokter…
a. Near-miss
b. Exceptable
c. Malfeasance
d. Unforeseeable
e. Malpractice
SOAL NO 23
Wanita 23 tahun datang ke praktik dokter dalam keadan hamil 12 minggu. Ia mengaku
kehamilan ini akibat dari pemerkosaan, dan ia berniat meminta dokter untuk menggugurkan
kandungannya. Dokter menolak keinginan pasien.
Pertimbangan yang menjadi alasan dokter adalah ?
A. Beneficence
B. Non maleficence
C. Autonomy
D. Justice
E. Veracity
Bentuk Persetujuan
Bentuk PenyampaianPersetujuan Tindakan Kedokteran
Informed consent Keterangan
Presumed consent Dianggap setuju pada kasus emergensi, missal pasien tidak sadar
Informed Consent tidak berlaku dalam keadaan:
• Keadaan darurat medis
Pasien Kompeten • Ancaman terhadap kesehatan orang banyak.
• Pelepasan hak memberikan consent
• Clinical privilege (hanya dapat dilakukan oleh
pasien yang melepaskan haknya memberikan
consent.
• Pasien yang tidak competent memberikan
informed consent.
administration
Criminal Malpractice
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan tersebut
memenuhi rumusan delik pidana yakni:
• Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan tercela.
• Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan (intentional), kecerobohan
(recklessness) atau kealpaan (negligence).
Kealpaan/kelalaian/negligence
Kesengajaan/dolus
/Culpa
Euthanasia (pasal 338 KUHP,
pasal 344 KUHP, pasal 345 Luka berat (pasal 360
KUHP) KUHP, pasal 90 KUHP)
Penanganan Pelanggaran
DISIPLIN
HUKUM (Aturan
(Aturan Hukum penetapan
Kedokteran) keilmuan
Kedokteran)
ETIKA
(Aturan Penerapan
Etika Kedokteran)
Etik, Disiplin, dan Hukum
ETIK DISIPLIN HUKUM
1. Dibuat dan disepakati oleh 1. Organisasi Profesi 1. Dibuat oleh Pemerintah dan
organisasi profesi (IDI) 2. Standar Profesi Dewan Perwakilan Rakyat
2. Kode Etik 3. Diatur, Norma Prilaku 2. UU, PP, Keppres, dsb
3. Diatur, norma prilaku pelaksana profesi 3. Diatur, norma prilaku manusia
pelaksanaan profesi 4. Sanksi moral psikologis dan pada umumnya
4. Sanksi, yaitu moral psikologis teguran / pencabutan 4. Untuk pidana: mati/ kunjungan,
5. Yang mengadili: Ikatan/ 5. Yang mengadili : MKDKI penjara, denda Untuk Perdata:
organisasi profesi terkait; ganti rugi Adm : teguran/
Majelis Kehormatan Etik pencabutan
Kedokteran (MKEK), Panitia 5. Yang mengadili: pengadilan
Pertimbangan dan Pembinaan
Etik Kedokteran (P3EK)
Norma Etika Kedokteran
Kewajiban
Umum
Kewajiban Kewajiban
Dokter
terhadap KODEKI Dokter
terhadap
Diri Sendiri Pasien
Kewajiban
Dokter
terhadap
teman
sejawat
Kewajiban Umum
Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji dokter.
Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara independen, dan mempertahankan
perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan
hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri .
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib
memperoleh persetujuan pasien/ keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.
Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan teknik
atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan
masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
Kewajiban Umum
Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan
penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan
sejawatnya pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang
melakukan penipuan atau penggelapan.
Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga
kepercayaan pasien.
Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif ), baik fisik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi sejati masyarakat.
Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di
bidang kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati.
Kewajiban Dokter terhadap Pasien
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan ketrampilannya
untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan,
atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian
untuk itu.
Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi dengan
keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.
Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusiaan, kecuali
bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawat
Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis.
Kewajiban Dokter terhadap Diri Sendiri
Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat
bekerja dengan baik.
Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan.
Norma Disiplin Profesi Kedokteran
1. Melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten
2. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lain yang memiliki kompetensi sesuai
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang tidak memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut.
Melanggar aturan yang
telah ditetapkan oleh KKI 4. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi dan kewenangan
(Bab 3 Keputusan Konsil yang sesuai, atau tidak melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut.
Kedokteran Indonesia
Nomor 5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental sedemikian rupa
17/KKI/Per/VIII/2006) sehingga tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien
6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar atau pemaaf yang
sah, sehingga dapat membahayakan pasien
7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien
8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate information) kepada pasien atau
keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran
9. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat atau wali
pengampunya
SOAL NO 24
Seorang dokter hendak melakukan pemeriksaan fisik dada terhadap seorang pasien laki-laki
yang datang dengan keluhan batuk dan sesak sejak 1 minggu lalu. Setelah dokter
mempersilahkan pasien ke ranjang pemeriksaan, pasien langsung berbaring dan membuka
bajunya.
Tindakan pasien tersebut merupakan bentuk dari consent?
a. Informed consent
b. Expressed consent
c. Implied consent
d. Presumed consent
e. Informed refusal
SOAL NO 25
Seorang dokter sedang menderita nyeri kepala yang sangat hebat, keluhan ini
dirasakan sejak 2 hari yang lalu dan meskipun minum obat keluhan belum
membaik. Namun, dokter tersebut tetap ke Rumah Sakit karena sudah janji
dengan banyak pasien.
Dokter tersebut melakukan pelanggaran?
A. Pelanggaran etika
B. Pelanggaran hukum pidana
C. Pelanggaran disiplin
D. Pelanggaran hukum perdata
E. Pelanggaran hukum administrasi