Anda di halaman 1dari 67

NEUROLOGI 2

Poliomyelitis (3B)

PEMERIKSAAN FISIK
Tatalaksana Polio
• No antivirals are effective against polioviruses.
• The treatment of poliomyelitis is mainly supportive.
• Analgesia
• Mechanical ventilation
• Tracheostomy care
• Physical therapy: active and passive motion exercises
• Frequent mobilization to avoid development of chronic decubitus ulcerations
• PENCEGAHAN: VAKSINASI (penting!)
Guillain-Barre Syndrome (3B)

• Didahului diare
: C.Jejuni
• Didahului ISPA
: H. Influenza
Guillain-Barre Syndrome (3B)
“Molecular Mimicry proses bakteri
menyerupai myelin”
Diagnosis Guillain-Barre Syndrome (3B)
• Ataxia
• Areflexia
• Ophtalmoplegia

Tatalaksana SGB
Imunoterapi paling baik dilakukan pada
2 minggu pertama
• Plasmaferesis 200-500ml/kgBB 5kali
dalam 2 minggu
• IVIg: 0,4 gr/kgBB/hari (1 vial 2,5
gr/50cc)
Diagnosis Banding Acute Flaccid Paralysis

DD lain:
• Mysatenia gravis
• Multiple
Sclerosis
• Periodic Paralysis
Myastenia Gravis (3B) KHAS
Kelemahan yang berfluktuasi pada otot rangka dan kelemahan ini
akan meningkat apabila sedang beraktivitas

Kelemahan yang diakibatkan oleh gangguan transmisi


sinyal pada neuromuscular junction  akibat Thymoma, salah satu etiologi
autoantibodi IgG pada pada Ach Receptor MG
Test untuk Myasthenia Gravis
Test Wartenberg Tes Tensilon Tes Prostigmin/Neostigmin
Pasien memandang objek di atas Pasien dengan MG akan mengalami Prostigmin 0,5-1,0 mg + 0,1 mg
bidang antara kedua bola mata perbaikan paska pemberian atropin sulfas IM/SC. Positif = gejala-
selama > 30 detik. edrophonium/tensilon IV. gejala menghilang dan tenaga
(+) : bila terjadi PTOSIS membaik
Elektromiografi
Repetitive Nerve Stimulation (RNS) dan Single Fiber Electromyography (SFEMG) SFEMG
adalah alat tes diagnosa yang paling sensitif

Tes serologis
• Mendeteksi antibodi pada reseptor asetilkolin (Achr-Ab) -> paling spesifik, tapi tidak
100% sensitif
• Untuk pasien MG Achr-Ab (-)/ seronegative Myasthenia Gravis (SNMG) -> tes antibodi
Anti-MuSK (muscle specific tyrosine kinase) dapat (+)
Myasthenic Crisis vs Cholinergic crisis
Tatalaksana MG
• Simptomatik dengan antikolinesterase inhibitor
• Pyridostigmine : Dosis awal pyiridostigmine pada orang dewasa berkisar antara 30-60 mg
tiap 4-8 jam.
• Neostigmine : Jarang digunakan

• Imunomodulator
• Kortikosteroid : kegagalan dengan antikolinesterase inhibitor atau persiapan timektomi.
Dengan Prednison 1,5-2 mg/kgBB per hari.
• Azathioprine : bekerja dengan cara menghambat ploriferasi sel T dimulai dengan dosis 50
mg/hari.

• Plasmapheresis dan IVIG


• Thymektomi : hindari dilakukan pada balita
Neuroinfeksi

Meningitis (3B) Ensephalitis (3B)

• Inflamasi meninges • Inflamasi parenkim otak


• Tidak ada defisit neurologis • Berkaitan dengan inflamasi
• Gejala: demam, nyeri meninges
kepala, kaku kuduk (tanda (meningoencephalitis) dan
rangsang meningeal (+)), medulla spinalis
dapat terjadi kejang (encephalomyelitis)
• Terdapat defisit neurologis
• Gejala: demam, penurunan
kesadaran, kejang
Meningeal Sign
Kernig’s sign
(+) -> spasme dan resistensi harmstring saat
dilakukan ektensi pada sendi lutut saat panggul
dan sendi lutut berada pada posisi fleksi 90
derajat

Brudzinski’s sign
• Brudzinski’s neck sign (I)
• Bruszinski’s contralateral leg sign (II)
• Brudinski’s cheek sign (III)
• Brudzinski’s symphisis sign (IV)
Pungsi Lumbal
• Indikasi
• Curiga meningitis, subarachnoid hemorrhage
(SAH), meningitis, encephalitis dan SGB
• Kontraindikasi
• Absolute contraindications = the presence of
infected skin over the needle entry site and the
presence of unequal pressures between the
supratentorial and infratentorial compartments.
• Relative contraindications =
• Increased intracranial pressure (ICP)  dapat
diatasi dengan pemberian dexamethasone IV
• Coagulopathy
• Brain abscess
Hasil Pemeriksaan LCSa

PMN meningkat
pada bakterial
(neutrophil,
basophil dan
eosinophil) ,
xantochrome hanya
pada TB)
Penyebab Meningitis berdasarkan usia
Toxoplasmosis Cerebri

Standar terapi adalah kombinasi pirimetamin


dan sulfadiazin. Namun karena di Indonesia sulfadiazin tidak tersedia,
Congenital toxoplasmosis
kombinasi pilihan yaitu :
• Multiple calcification at periventricular area
• Fase akut (4-6 minggu):
and choroid plexus
 Pirimetamin loading 200 mg, lalu dilanjutkan, jika BB <50 kg:
• Toxoplasmosis HIV Nodular lesion ≥ 1 dengan
2x25
ring enhancement, pada ganglia basalis
mg per hari per oral dan jika BB >50 kg: 3x25 mg per hari per
oral
 Klindamisin 4x600 mg
Abses Serebri
Dapat ditemukan focus seperti otitis media,
sinusitis, endokarditis, pneumonia, selulitis .

CT Scan kepala dengan kontras: massa hipodens


dengan penyangatan cincin pada tepinya (ring
enhancement)

Terapi empirik:

• Sefalosporin generasi III intravena (Ceftriaxone 2 g/12 jam iv atau


• Cefotaxime 2 g/8 jam iv)
Metronidazole 500 mg/8 jam IV
Meningitis dan Ensefalitis Cryptococcal
Infeksi Cryptococcus neoformans pada SSP dan ditemukan
sering pada HIV stadium IV. Dan ditemukan dengan pengecatan
TINTA INDIA pada LCS.

Tatalaksana
Ampoterisin B 0,7-1 mg/KgBB/hari dalam infus
Dekstrose 5% dan diberikan 4-6 jam + Flukonazole
800mg/hari (PO)

Meningitis Tuberkulosa

• Funduskopi :
didapatkan tuberkel
• CT-scan
Rabies

• Ditularkan melalui gigitan hewan yang


terinfeksi (anjing, monyet, kelelawar, kucing,
serigala)
• Inkubasi virus : 2 minggu-2 tahun (umumnya 3-
8 minggu)
• Mortalitas mencapai 100% apabila virus telah
menginfeksi SSP -> Pencegahan penting
dilakukan
Luka resiko tinggi : Jilatan/luka pada mukosa,luka diatas daerah bahu (mukosa, leher, kepala), luka pada jari
tangan, kaki, genitalia, luka lebar/dalam dan luka yang banyak multiple wound)

Tatalaksana
• Fase awal: Luka gigitan harus segera dicuci dengan air sabun (detergen) 5- 10 menit kemudian dibilas
dengan air bersih, dilakukan debridement dan diberikan desinfektan seperti alkohol 40-70%.

• Pemberian Serum Anti Rabies (SAR) Bila serum heterolog (berasal dari
serum kuda) Dosis 40 IU/ kgBB disuntikkan infiltrasi pada luka sebanyak-banyaknya, sisanya
disuntikkan secara IM. Bila serum homolog (dari manusia) 20 IU/kgBB

• Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dalam waktu 10 hari infeksi yang dikenal sebagai post-exposure
prophylaxis atau “PEP”VAR secara IM pada otot deltoid atau anterolateral paha dengan dosis 0,5 ml
pada hari 0, 3, 7,14, 28 (regimen Essen atau rekomendasi WHO), atau pemberian VAR 0,5 ml pada
hari 0, 7, 21.
Nyeri Kepala

PRIMER SEKUNDER

• Tidak ada penyebab organik


underlying.

Contoh :
TTH, migraine, Cluster type headache • Gejala muncul akibat adanya underlying
dsb. organic disease.
Migraine
Nyeri kepala primer dengan kualitas vaskular (berdenyut) , diawali unilateral yang
diikuti oleh mual, fotofobia, fonofobia, gangguan tidur dan depresi.
Migren klasik terdiri atas 4 fase:
1. fase prodromal
2. fase aura
3. fase nyeri kepala
4. fase postdromal
FAKTOR RESIKO
• Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/ perubahan hormonal.
• Puasa dan terlambat makan.
• Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju.
Cara membedakan cluster type headache dan migraine
adalah waktunya, cluster terjadi maksimal 3 jam
sedangkan migraine terjadi 4 sampai 72 jam.
Kriteria Diagnostik Migraine

Migren tanpa aura Migren dengan aura


(Common migrain) (Classic Migraine)
• Unilateral • Gambaran nyeri kepala menyerupai
• Berdenyut migren tanpa aura
• Intensitas sedang/berat • Timbul sesudah gejala aura (5-20 menit)
• Bertambah berat oleh aktivitas fisik
• Mual muntah Aura, berupa:
• Fotofobia dan fonofobia • Gangguan visual (bintik-bitnik, hilang
penglihatan)
• Gangguan sensorik (hilang rasa)
• Gangguan bicara (disfasia)
Tatalaksana
Terapi Abortif Terapi Profilaksis

• Analgesik : NSAID Diberikan jika serangan 2-3x/bulan atau terdapat


• Triptan : sumatriptan 2x50-100 mg/hari serangan berat.
• Ergot : Ergotamin 1 mg, ulangi tiap setengah jam,
maksimal 3 mg/hari, 6 mg/minggu • Beta blocker : propanolol 2x40 mg/hari.
• CCB : verapamil, flunarizine.
• SSRI : fluoxetine
• Antidepresan : dapat diberikan amitriptilin
Contoh Resep Migraine
dr. Mediko Contoh : Ane 25 tahun dengan Migraine tanpa
Jl. Tembalang aura
SIP. 190244582910
Semarang, 29 Agustus 2020 Edukasi :
• Hindari makanan pencetus (keju, coklat)
R/ Ergotamine 1 mg tab no. III • Hindari konsumsi alcohol
S 3 dd tab I • Kontrol 1 minggu

Pro : Ane
Usia : 25 tahun
Tension Type Headache • Peripheral
activation or
sensitization of
myofascial
nociceptors→episo
dic TTH
• Sensitization of
pain pathways in
the central nervous
system due to
prolonged
nociceptive stimuli
from pericranial
myofascial tissues
→ conversion of
episodic to chronic
TTH
• Episodik infrekuen paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata rata<1hr/bln (<12hr/thn), dan
memenuhi kriteria tertentu.
• Episodik frekuen bila terjadi sedikitnya 10 episode yang timbul selama 1–14 hari/bulan selama paling tidak 3
bulan (12 – 180 hari/tahun)
• Kronik bila nyeri kepala timbul > 15 hari per bulan,
berlangsung > 3 bulan (≥180 hari/tahun).
Tatalaksana
1. Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu, yaitu dengan:
Analgetik:
• Ibuprofen 800 mg/hari
• Asetaminofen 1000 mg/hari,
• NSAIDs (Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari, asam mefenamat, ibuprofen
800 mg/hari, diklofenak 50-100 mg/hari).
• Kafein (analgetik ajuvan) 65 mg.
• Kombinasi: 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein.

2. Profilaksis
• Antidepresan
Jenis trisiklik: amitriptiline, sebagai obat terapeutik maupun sebagai
pencegahan tension-type headache.
• Antiansietas
Golongan benzodiazepin . Kekurangan obat ini bersifat adiktif, dan sulit dikontrol sehingga
dapat memperburuk nyeri kepalanya.
Contoh Resep TTH Akut
dr. Mediko Contoh : Ane 25 tahun dengan TTH Akut
Jl. Tembalang
SIP. 190244582910
Semarang, 29 Agustus 2020

R/ Ibuprofen 400 mg tab no. X


S 2 dd tab I

Pro : Ane
Usia : 25 tahun
Cluster Type Headache
Minimal memenuhi kriteria berikut :
A. Nyeri hebat unilateral yang melibatkan
daerah supraorbital atau temporal yang
bertahan 15-180 menit.
B. Nyeri kepala hebat disertai satu tanda
berikut :
1. Injeksi konjungtiva/lakrimasi ipsilateral.
2. Kongesti nasal ipsilateral dan rhinorrhea.
3. Edema orbita ipsilateral
4. Keringat pada daerah frontal dan
ipsilateral
5. Miosis atau ptosis pada ipsilateral.
C. Nyeri tidak disebabkan oleh hal yang lain
Trigeminal Autonomic
Cephalgias
Nyeri kepala yang
bersifat lateral dan
sering disertai dengan
gejala otonom
parasimpatis nervus
kranial
Tatalaksana
Pengobatan Akut Obat Pencegahan
1. Oksigen 12 L/menit gejala menghilang dalam 1. CCB : verapamil, diltiazem
waktu 15 menit. 2. Kortikosteroid
2. Dyhidroergotamine
3. Triptan (Sumatriptan)
3. Lithium carbonat
4. Ocreotide 4. Oxcarbazepin
5. Anestesi local 5. Magnesium sulfat
Neuralgia Trigeminal/
Tic douloureux

• Nyeri hebat paroksisimal seperti terbakar,


tertusuk, tajam pada salah satu cabang dari n.
trigeminus.
• Diperparah dengan mengunyah, berbicara,
dingin, angin, atau tersentuh (allodynia!)
• Etiologi :
• Akibat kimpresi dari nervus trigeminus.
• Demielinisasi pada n. trigeminus.
Tatalaksana
• Pemeriksaan lanjutan berupa CT-scan dan MRI untuk eksklusi
cerebello-pontine angle.
• Carbamazepine : dimulai dari dosis 100-200 mg 2-3x/hari
• Anti kejang lainya seperti phenytoin, oxcarbazepine,
lamotigrine.
• Block saraf
• Trigeminal ganglion block
• Decompresi microvascular
• Radiofrekuensi thermocoagulation
BELL’S PALSY
• Etiologi : idiopatik  hipotesa: polyneuritis akibat virus HSV-1/HZV,
autoimun, inflamasi, atau iskemik.
• Gejala:
• Kelumpuhan musculus fascialis
• Lagophtalmus
• Nyeri tajam pada telinga & mastoid
• Hiperakusis
• Gangguan pengecapan
• Peningkatan produksi salivasi
• Penurunan produksi air mata
• Prognosis: 80-90% perbaikan dalam 6 bulan
• Prognosis jelek: usia tua, DM, HT, House and Breckman VI
Lesi Nervus Fascialis Sentral vs Perifer
GRADING HOUSE & BRACKMANN
TATALAKSANA BELL’S PALSY

• Diberikan <72 jam pertama onset


1. Prednison: 60mg/hari atau 1 mg/kgBB selama 6 hari pertama 
turunkan 10 mg/ hari untuk 4 hari selanjutnya

2. Acyclovir
• HSV 5 x 400 mg / hari selama 10 hari
• HZV  5 x 800 mg/ hari selama 10 hari

3. Artificial tears pada pagi-siang, occluder pada malam hari


UGO FISCH SCORE
• Digunakan ntuk menilai kemajuan terapi pada pasien

POSISI NILAI PERSENTASE SKOR Penilaian persentase:


(%) • 0% (zero): asimetris komplit, tidak
0, 30, 70, 100 ada gerakan volunteer
Saat istirahat 20
• 30% (poor): simetris ringan,
Mengerutkan dahi 10
kesembuhan cenderung ke
Menutup mata 30 asimetris, ada Gerakan volunteer
Tersenyum 30
• 70% (fair): simetris sedang,
Bersiul 10 kesembuhan cenderung normal
TOTAL
• 100% (normal): simetris komplit
RESIDUAL EFFECTS BELLS PALSY
1. Sinkinesis otonom (Crocodile tears) : lakrimasi pada mata ipsilateral
Ketika mengunyah  aktivasi otot involunter Ketika ada aktivitas
otot volunteer

2. Sinkinesis motoric (Jaw-winking) : menutupnya kelopak mata


ipsilateral Ketika membuka rahang
3. Post-paralytic hemifacial spasm
4. Epiphora
Contoh Resep Bells Palsy
dr. Mediko
Jl. Tembalang Contoh : Ike 40 tahun, BB 50 kg dengan Bells
SIP. 190244582910 palsy dekstra
Semarang, 29 Agustus 2020
Edukasi :
R/ Prednisone 5 mg tab no. LX • Fisioterapi
S 2 dd tab V • Masase Wajah
R/ Acyclovir 400 mg tab no. L • Rutin menggunakan artificial tears pagi-siang
S 5 dd tab I • Edukasi untuk meenggunakan penutup mata saat
R/ Cendo Lyters fl. no II tidur di malam hari
S 2dd gtt II ods (pagi-siang)

Pro : Ike
Usia : 40 tahun
Space Occupying Lession
• Tanda peningkatan intracranial : nyeri kepala, muntah proyektil, papil oedema.
• Tanda klasik nyeri kepala akibat tumor : kronik progresif, memburuk pada pagi hari dan
manuver valsava)
• Nyeri kepala kronis yang tidak membaik dengan anti nyeri sederhana.

Tanda Lokal :
1. Lobus oksipital : defek pada lapangan pandang
2. Lobus frontal : anosmia, gangguan personal, hemiparesis
3. Lobus parietal : Astereognosis, apraxia dsb.
4. Pituitari : Hemianopsia bitemporal
Hernia Nervosus Pulposus
1. 95 % HNP terjadi di L4-5 dan L5-S1 dan dapat menekan radix saraf
dibawahnya. Misal HNP pada L5-S1 dapat menyebabkan
radikulopati S1.
2. Di daerah cervical, paling sering pada terkena diskus intervertebral
pada C6-C7 akan menekan radiks saraf pada level yang sama.

Lhermitte sign
HNP Lumbal
• Nyeri menjalar (nyeri radikuler) dari punggung hingga ke tungkai bawah atau kaki
(ischialgia).
• Nyeri diperberat dengan batuk, bersin, atau mengejan (valsava maneuver)
• Gerakan punggung terbatas (terutama antefleksi) karena nyeri
• Tanda-tanda tegangan radiks
• Straight leg raise (SLR = Lasegue test) (+) atau crossed SLR -> menandakan keterlibatan radiks
L5,S1
• Femoral strecth test -> menandakan keterlibatan radiks L2-L4
• Kelemahan motorik yang diikuti dengan penurunan refleks fisiologis patella dan Achilles
• Bila sudah berat, dapat disertai gangguan otonom seperti retensi urin
• Straight leg raise test (Lasegue) test
Pemeriksaan Fisik  mencari adanya ischialgia.
• (+)  nyeri radikular dan parestesia
sesuai distribusi nervus ischiadicus
pada 30-70o dengan lutut ekstensi.
• Test braggard
• Test Siccard
PEMERIKSAAN FISIK KASUS NYERI RADIKULAR
Pemeriksaan Interpretasi Hasil Positif
Cervikal
1. Manuver Valsava Eksaserbasi nyeri & parastesia menjalar pada leher
2. Tes Distraksi Leher Nyeri leher mereda
3. Lhermitte Parastesia menjalar sepanjang vertebra servikal
4. Spurling Peningkatan nyeri radikular
5. Shoulder abduction relief sign Gejala nyeri radikuler pada segmen servikal mereda
Lumbal
1. Straight leg Raising test (SLR)/ Laseque Nyeri pada ekstremitas bawah <70 derajat
2. Tes Modifikasi SLR Hasil sama dengan laseque
- Bonnet phenomenon
- Bragard- Sicard
- Hyndmann’s sign
3. Kernigue Nyeri menjalar pada ekstremitas bawah
4. Fajersztajn sign Nyeri ekstremitas kontralateral saat dilakukan tes laseque
Pemeriksaan Penunjang HNP
• Foto polos lumbosacral
Untuk eksklusi diagnosis banding seperti spondilosis, spondilolistesis, fraktur, keganasan,
infeksi, proses degenerasi, penyempitan disk space.
• CT SCAN
Dapat menilai struktur tulang jauh lebih baik dibandingkan MRI dan foto polos,
namun tidak bisa mengevaluasi radix saraf.
• MRI (Gold Standard)
Dapat menvisualisasi soft tissue lebih baik dan informatif dibandingkan CT SCAN.
CT myelografi
jarang diindikasikan karena invasif. Dapat menvisualisasi radiks saraf spinal.
Neuroimaging HNP

CT scan -> terdapat MRI -> terdapat HNP


Foto polos lumbosacral CT myelogram
spondylolysis L2-L3 pada disc L4-L5
Elektrodiagnosis

• Nerve Conduction Study (NCS) dan


elektromiografi(EMG)
• Digunakan apabila temuan
neuroimaging tidak konsisten
dengan presentasi klinis pasien
• NCS danEMG memiliki
diagnostikyang tinggi apabila
dilakukan pada radikulopati dengan
kelemahan otot yang sudah ada
minimal 3 minggu
• Pada radikulopati, NCS dan EMG
dapat melokaslisasi radiks nervi
spinal yang bermasalah
Tatalaksana HNP
• Konservatif
• Analgesik golongan NSAID
• Modifikasi aktivitas (kurangi duduk yang terlalu lama, membungkuk, mengangkat barang)
• Fisioterapi, program olahraga
• Collar neck atau korset lumbal sementara selama2 minggu
• Injeksi kortikosteroid epidural pada kasus nyeri radikular yang hebat di lumbal

• Indikasi Bedah
• Nyeri yang tidak tertahankan walaupun sudah menjalani terapi konservatif yang adekuat selama> 3
bulan
• Hasil EMG → terdapat kompresi radiks
• Defisit neurologis yang progresif
• Prosedur= discectomy anterior servikal atau laminektomi
Conus Medullaris Syndrome dan Cauda Equina
Syndrome
Saddle
Anesthesia

Perianal Anesthesia
Carpal Tunnel Syndrome
CTS merupakan kelainan neuropati perifer lokal yang
sering terjadi akibat tertekanya nervus medianus

GEJALA
1. Parestesia, nyeri dan tingling pada jari 1- sebagian jari 4.
2. Memburuk pada malam hari, membaik ketika tangan
dikibas-kibaskan (flick sign)
3. Apelike hand deformity
4. Atrofi pada daerah thenar

ETIOLOGI
1. Gerakan repetitive (eg mencuci, menjahit)
2. Obesitas
3. Kehamilan
4. DM dan sebagainya
Carpal Tunnel Test
INTERPRETASI HASIL POSITIF:

Nyeri menjalar atau kesemutan pada


daerah persyarafan n. Medianus.

Durkan Compression Test


• Nerve Conduction Velocity adalah GOLD STANDARD untuk pemeriksaan CTS.
• Electromyography (EMG) looks at the electrical activity of muscles, both at rest and
during contraction.
Terapi Konservatif
• Istirahatkan pergelangan tangan
• Obat antiinflamasi nonsteroid
• Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan.
Bidai dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam
hari selama 2-3 minggu
• lnjeksi steroid
• Vitamin B6 (piridoksin)

Terapi Operatif
Tindakan operasi pada CTS disebut neurolisis nervus medianus pada pergelangan tangan. Operasi hanya
dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau bila terjadi
gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar.
Guyon Tunnel Syndrome
• Merupakan kompresi dari nervus ulnaris saat
melewati guyon tunnel.
• Dapat juga terjadi pada cubital tunnel yang
disebut cubital tunnel syndrome

Tanda dan Gejala

1. Nyeri dan kesemutan pada jari 4 dan 5


2. Atrofi otot hipotenar
3. Atrofi pada m. adductor pollicis
4. Atrofi m. interosseus
5. Terdapat gambaran claw hand.

Atrofi hipotenar
Cubital Tunnel Syndrome
• Kompresi nervus ulnaris di dalam
cubital tunnel
• Gejala sama seperti guyon tunnel
syndrome

Jeanne’s sign, masse sign, pollock sign.


Tarsal Tunnel Syndrome
• Nyeri sensoris pada bagian plantar kaki, akibat kompresi dari n. tibialis pada posterior malleolus
medialis
• Kondisi diperberat dengan pembebanan tubuh, memberat saat malam hari, berjalan dengan
menumpu pada belakang kaki.
• Test : tinel test pada malleolus medialis dan dorsiflexion-eversion test.

Dorsiflexion-eversion test
Disebabkan oleh
pancoast tumour,
yaitu tumor apex
paru
Ptosis, Anhidrosis,
Miosis (PAM)

Anda mungkin juga menyukai