Anda di halaman 1dari 95

Essential Koass:

PEDIATRI 2
MEDIKO.ID made the med-easy!
TROPIK INFEKSI
Demam Berdarah Dengue
Virus Dengue
Infection Clinical Spectrum of Virus Dengue
Infection

Asymptomatic Symptomatic

Undifferentiated Dengue
febrile illness Fever Dengue Expanded
Haemorrhagic Fever Dengue
Syndrome

Without With
hemorrhage hemorrhage
DHF non- DHF with
shock shock (DSS)
Demam Berdarah Dengue
Grade Sign and Symptomps Laboratory

DF DHF without plasma leakage


I Fever with non-specific constitutional
symptoms; the only hemorrhagic
manifestation is a positive
tourniquet test &/or easy bruising
evidence of plasma leakage Thrombo
Kriteria WHO 1997
DH II DHF grade I + spontaneous bleeding cytopenia
(platelet count
F III Circulatory failure manifested by a  100,000/L)
rapid, weak pulse, narrowing of pulse
pressure, or hypotension, cold &
clammy skin, restlessness
IV Profound shock with undetectable
blood pressure
WHO Dengue Classification 1997
Diagnosa klinis demam dengue:
DF DHF demam + ≥ 2 tanda/ gejala lain
1. Demam 2 – 7 hari • Demam 2-7 hari, mendadak,
+ + tinggi, terus menerus, bifasik
2. Kecenderungan Perdarahan • Manifestasi perdarahan: spontan


Positive tourniquet test or
Perdarahan Spontan
+/- + maupun dibuat (uji tourniquet
positif)
3. Thrombocytopaenia • Nyeri kepala, mialgia, artralgia,
 ≤ 100,000/mm³ +/- + nyeri orbita
4. Plasma leakage • Kontak kasus DBD di sekolah,
Pleural effusion /ascites rumah
- +

/hypoproteinaemia • Leukopeni <4000/mm3
 ≥ 20% increase in HCT from baseline
• Trombositopenia <100.000/mm3
Tourniquet test
Manset 2/3 upper arm
Fixed between systolic & diastolic
Wait for 5 minutes
Do by your self!
Positive :
≥ 10 petechiae / inch or 2,5 cm2
TANDA BAHAYA • Klinis
– Demam turun tetapi kedaan anak memburuk
– Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
– Muntah menetap
– Letargi, gelisah
– Perdarahan mukosa
– Pembesaran Hati
– Akumulasi cairan
– Oliguria
• Laboratorium
– Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan
– Penurunan cepat jumlah trombosit
– Hematokrit awal tinggi
Grafik Demam dan
Hasil Serologi

IgM Ig G Interpretasi
(+) (-) Infeksi primer
(+) (+) Infeksi sekunder
(-) (+) Pernah terinfeksi
(-) (-) Tidak ada infeksi
Contoh Resep DBD
dr. Stephen Strange
Jl. Bleecker 177 A Contoh : Anak Ani 10 tahun dengan DHF grade
SIP. 190244582910 II (BB : 40 kg)
Semarang, 29 Agustus 2020
Catatan :
R/ Infus Ringer Laktat 500 cc fl No. I • Jumlah cairan bergantung pada derajat DHF
S .i.m.m • Sebisa mungkin disesuaikan dengan kasus  bila
R/ Infus Set pediatrik no. I butuh cepat  kanul intravena lebih besar yang
S .i.m.m digunakan (18G), atau bila butuh 2 jalur mina
R/ Kanul intravena 20 G no. I kanul IV sejumlah 2
S .i.m.m
R/ Paracetamol 500 mg tab no. X Terapi cairan inisial :
S 3 dd tab I p.r.n (bila demam > 38, 5) • Grade I dan II : 7 cc/ kgBB/ jam
• Grade III : 10 – 20 cc/ kgBB/ jam
• Grade IV : 20 cc/ kgBB (bolus)  2- 3 jalur
Pro : Ape
Usia : 18 tahun
Demam Tifoid
Infeksi Sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhii (Grup D Salmonella)

Antigen :  Basil Gram negatif


 Somatik (O)oligosakarida  Berflagel
 Flagelar (H)protein  Kapsul (-)
 Envelope (K)Polisakarida  Spora (-)

• Kejadian >>> pada usia 3 – 19


tahun TRIAS TIPOID
• Penularan  sanitasi, hygiene
lingkungan dan pribadi buruk  Demam ≥ 7 hari
• Inkubasi : 7 – 14 hari
 Keluhan Gastrointestinal
 Vomiting
 Diarrhea (peas soup diarrhea) / obstipation
 Meteorismus (perut kembung)
 Delirium (penurunan kesadaran)
Demam Tifoid PEMERIKSAAN PENUNJANG :
• Darah rutin (Anemi, leukopeni,
Trombositopeni)
PEMERIKSAAN FISIK : • Hitung Jenis (Aneosinofilia,
• Tiphoid Tongue Limfositosis relatif)
• Rose spot • Kultur salmonella  Dx pasti
• Meteorismus • Kultur darah : minggu 1 – 2
• Hepatosplenomegali (+nyeri • Kultur urin : minggu 2 – 3
tekan) • Kultur Feses : minggu 2 – 3
• Penurunan kesadaran (stadium • Pemeriksaan Serologi 
lanjut) • IgM dan IgG salmonella
• Bradikardi relatif (Tidak (hari ke 4- 5)
terdapat peningkatan nadi ± 18 • Widal (dilakukan hari 5) 
x/ menit pada saat terdapat peningkatan > 4 x titer
peningkatan suhu 1 ̊ C) • Pemeriksaan Radiologi (bila ada
komplikasi)
• Pemeriksaan Enzym Liver
Tatalaksana Demam Tifoid
Terapi Suportif : TERAPI KAUSATIF:
• Cairan • First line drugs
• Rumatan  koreksi tiap kenaikan suhu • Chloramphenicol 100 mg/ kgBB/ hari IV/ PO
1 ̊C  ± 12% tiap 6 jam (max 2 g) (e.s. Anemia dan
• Koreksi asam basa leukopenia)
• Koreksi elektrolit • Ampicillin/ Amoxicillin (100 mg/kgBB/hari)
• Makanan/ diet  diet makanan lunak  10 hari
dan hindari tinggi serat (merangsang GI • Cotrimoxazole  6 mg/KgBB/ hari  10 hari
tract  perforasi) • Second line drugs
• Tirah baring • Ceftriaxone  80 mg/ kgBB/ hari (5 hari)
• Cefixime  15 mg/kgBB/hari (PO)
• Azithromycin  20 mg/kgBB/hari (PO)
• Floroquinolon  Tidak boleh untuk anak
(hambat sintesis DNA  gangguan tumbuh
kembang)
Komplikasi Demam Tifoid
Intraintestinal
Tatalaksana komplikasi
 Peritonitis
 Perdarahan  Encephalopaty
 Perforasi  Dexametason 1‐3 mg/ KgBB/hari,
3‐5 hari
Ekstraintestinal
 Restriksi cairan
 Encephalitis
 Koreksi elektrolit dan asam basa
 Pneumonia
 Peritonitis, intestinal hemorrhage
 Meningitis
 Puasa, nutrisi parenteral
 Osteomyelitis
 Antibiotik parenteral
 Hepatitis
Contoh Resep Demam Tifoid
dr. Stephen Strange
Jl. Bleecker 177 A
SIP. 190244582910 Misal : Anak Budi 2 tahun dengan BB 20 kg
Semarang, 29 Agustus 2020

R/ Kloramfenikol 250 mg caps


saccharin q.s. Dapat diganti dengan BSO suspensi
m.f. Pulv dtd no. XL • Kloramfenikol Susp. 125 mg/ 5 mL
S.0.6.h dd pulv I p.c. (dihabiskan)
R/ Paracetamol syr 60 mL fl No. I
S 3 dd Cth I prn (bila demam > 38,5 °C)

Pro : An. Budi


Usia : 2 tahun
Fever With Rash
Morbili/Rubeola/Campak
Stadium Pre-erupsi
• Demam, catatarrhal symptoms (coryza,conjunctivitis), gejala respirasi (batuk)
Stadium Erupsi
• Tanda exanthema
 Ruam maculopapular: muncul 2-7 hari setelah onset
 Demam tinggi yang menetap
 Anoreksia dan iritabilitas
 Diare, pruritis, letargi, dan limfadenopati oksipital
Stadium Konvalesens;
• Ruam menghilang sama dengan urutan munculnya (muka lalu ke tubuh bagian bawah)
 membekas kecoklatan
• Demam akan perlahan menghilang saat erupsi di tangan dan kaki memudar
Pemberian Vitamin A
• 50.000 IU pada < 6 bulan (1/2 kap biru)
• 100.000 IU pada 6-11 bulan (1 kap biru)
• 200.000 pada 12 bulan hingga 5 tahun (1 kap merah)
• Pada gizi buruk diberikan 3 kali: hari 1, hari 2, dan 2-4
minggu setelah pemberian kedua
Komplikasi campak:
– Pneumonia
– Dehidrasi
– Gizi buruk
– Ensefalitis
– OMA
Contoh Resep Morbili
dr. Stephen Strange
Jl. Bleecker 177 A
SIP. 190244582910 Misal : Anak Fera 3 tahun dengan BB 12 kg
Semarang, 29 Agustus 2020

R/ Paracetamol syr 60 mL fl No. I


S 3 dd Cth I prn (bila demam > 38,5 °C)
R/ Vitamin A caps 200.000 U no. II
S 1 dd Caps I

Pro : An. Fera


Usia : 3 tahun
Rubella
• Masa prodromal (1-5 hari):
demam subfebris, malaise,
anoreksia, konjungtivitis
ringal, koriza, nyeri
tenggorokan, batuk,
limfadenopati.
• Gejala cepat menurun
setelah hari pertama
munculnya ruam
• Demam berkisar 38 – 38,7 C
dan menghilang bersamaan
dengan ruam kulit.
Scarlet Fever
Group A Streptococcus

Strawberry tongue
Sandpaper texture,
pastia line
Diagnosis dan Tatalaksana
• Diagnosis:
• Anamnesis dan
pemeriksaan fisik
• Kultur positif dari secret
nasofaring
• Serologis  peningkatan
kadar O pada ASTO
• Tatalaksana:
• Penisilin per oral / IV,
eritromisin, atau
sefalosporin
• Suportif
Eritema infectiosum

“Slapped cheek”

Penyebab: Parvovirus B19


Hydrops fetalis Non Immune
Hand Foot Mouth Disease (HFMD)
• Etiologi : Coxsackievirus A 16
• Manifestasi klinis:
• Prodormal (1-2 hari sebelum
enantem): subfebris, anorksia,
malaise, nyeri tenggorokan
• Enantem
• Lesi vesikel  ulkus dasar eritem 
krusta. Lesi berada di mukosa bukal,
lidah, menyebar ke palatum uvula
• Lesi vesikel bergerombol dengan
dasar eritematous
• Eksantem: vesiko pustule putih
keabu-abuan di lengan, kaki termasuk
telapak.
• Diagnosis: Tzank Test
• Terapi: Simptomatis
Mumps
• Infeksi virus Mumps, gol. Paramoxyvirus
• Menyebar melalui airbone. Mudah menular.
• Transmisi & pathogenesis:
• Airbone masuk melalui hidung/mulut  replikasi di mukosa sal. napas atas
 kelenjar limfe regional  fase viremia 3-5 hari  menuju organ target:
PAROTIS, OVARIUM, PANKREAS, TIROID, GINJAL, JANTUNG, OTAK 
apoptosis sel
• Gejala klinis:
• Prodormal: malaise,nyeri otot daerah leher, nyeri kepala
• Pembengkakan kelenjar saliva parotis, submaksilaris
• Gejala klasik: sakit telinga saat mengunyah, nyeri jika
makan asam
• Diagnosis ditegakkan secara klinis.
• Terapi: self limiting disease
• Suportif hidrasi dan nutrisi yang cukup, analgesic untuk
mengurangi nyeri
• Komplikasi:
• SNHL
• Meningitis dan/atau encephalitis
• Orchitis – epididymitis  gejala klinis tersering kedua setelah
parotitis pada laki-laki dewasa
• Hepatitis, artritis
Trias Rubella Congenital
1. Sensory neural deafness (58% of
patients)
2. Eye abnormalities—
especially retinopathy, cataract and
microphtalmia (43% of patients)
3. Congenital heart disease
Sunset sign, macewen
sign(cracked pot sign)
Sifilis Kongenital
TANDA KLINIS :
• Sering mempunyai berat lahir rendah
• Telapak tangan dan kaki: ruam merah, grey patches, kulit melepuh atau
• mengelupas
• “Snuffles”: rinitis disertai dengan obstruksi nasal yang sangat infeksius.
• Distensi perut yang disebabkan oleh pembesaran hati dan limpa
• Ikterus
• Anemia
• Beberapa BBLSR yang mengalami sifilis mempunyai tanda-tanda sepsis
• berat, letargi, distres pernapasan, petekie kulit atau perdarahan
Sifilis Kongenital
Tatalaksana Sifilis Kongenital
• Bayi baru lahir tanpa gejala sipilis yang lahir dari wanita VDRL atau
RPR positif harus diberi benzathine benzyl penicillin 50 000 unit/kg
IM dosis tunggal.
• Bayi baru lahir dengan gejala, memerlukan pengobatan berikut:
• Prokain benzil penisilin 50 000 unit/kg satu kali sehari selama 10 hari atau
• Benzil penisilin 50 000 unit/kg IM atau IV setiap 12 jam selama 7 hari pertama
kehidupan dan kemudian setiap 8 jam selama 3 hari selanjutnya.
• Obati ibu dan pasangannya untuk sifilis dan cek infeksi penyakit
kelamin lainnya.
ENDOKRIN
DM Tipe 1
DM tipe-1 adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan metabolisme glukosa yang
ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas
baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan
terhenti.
Pengelolaan DM tipe 1
1. Pemberian insulin
2. Pengaturan makan
3. Olahraga
4. Edukasi
5. Pemantauan Mandiri

Dosis Insulin Pada Anak


Hipoglikemia
• Merupakan kondisi GLUKOSA PLASMA:
• <45 mg/dL pada bayi atau anak-anak dengan atau tanpa gejala
• <35 mg/dL pada neonates aterm <72 jam
• <25 mg/dL pada neonates premature dan KMK <1minggu
ACROMEGALY VS GIGANTISM
Dwarfism Cretinism

• hipopituitarism • Hipotiroidsm
• Penurunan GH • Penurunan T4 dan T3
• Proporsional, • Perawakan pendek,
perawakan pendek, bagian tubuh tidak
smart look proporsional,
• Normal IQ ekspresi datar, ugly
• Sexual infaltilsm look
• RM
• Sexual infantilism,
small gonad
Hipotiroid
• Tanda dan gejala: • Pemeriksaan Penunjang:
• Delayed bone age Pemeriksaan darah
• Peningkatan WHZ score TSH, fT4
• Kesulitan mengikuti Darah lengkap
pelajaran di sekolah Ibu:cek Ab
• Gejala mirip orang dewasa Radiologi
 konstipasi, intoleransi Bone age
Skintigrafi tiroid
dingin, puffy face
Screening fungsi tiroid
• Kadang disertai Screening usia 2-5hari atau 2-
pembesaran kelenjar 6 minggu
pituitary dan tiroid
Tanda dan gejala Skor
Kesulitan minum 1
Obstipasi 1
Kurang aktif/letargi 1
Hipotonia 1
Hernia umbilikalis 1
Macroglossia 1
Kulit burik (skin mottling) 1
Kulit kering dan kasar 1.5
Ubun-ubun belakang terbuka 1.5
Muka yang khas 3
Total 13
Bila skor > 4, periksa TSH dan T4
KARDIOLOGI
Penyakit Jantung Kongenital
Klasifikasi Penyakit Jantung Kongenital
• Right to left shunt (cyanosis)
BOOT SHAPED HEART EGG-SHAPED HEART
Ringkasan Terpenting
Kelainan Kongenital Jenis Bising
Ventricle Septal Defect Bising holosistolik linea sternalis kiri SIC 3-4
penjalaran ke arah precordial

Ductus Arteriosus Persisten Bising kontinu pada linea parasternalis SIC


1-2 dijalarkan ke subklavikula

Tetralogy of fallot Bising ejeksi sistolik linea sternalis kiri SIC


1-2
Atrial septal defect Bising ejeksi sistolik

Asianotik Sianotik
• Ventricle Septal Defect • Tetralogy of Fallot
• Ductus arteriosus
persistent
• Atrial septal defect
NUTRISI PEDIATRI
Interpretasi Z-Score
Gizi Buruk
• Malnutrisi: Ketidakseimbangan seluler antara asupan dan
kebutuhan energi dan nutrien tubuh untuk tumbuh dan
mempertahankan fungsinya (WHO)
• Dibagi menjadi 3:
• Overnutrition (overweight, obesitas)
• Undernutrition (gizi kurang, gizi buruk)
• Defisiensi nutrien spesifik
• Malnutrisi energi protein (MEP):
• MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang)
• MEP derajat berat (gizi buruk)
• Malnutrisi energi protein berdasarkan klinis:
• Marasmus
• Kwashiorkor
• Marasmik-kwashiorkor
Gizi Buruk
Marasmus

Karbohidrat
Wajah Tulang rusuk
terlihat tua terlihat jelas
IGA GAMBANG
Pemecahan lemak dan
protein meningkat

Lemak subkutan
menurun
Baggy pants
Muscle wasting, kulit
keriput

Turgor kuli berkurang


Gizi Buruk Rambut kemerahan
Mudah tercabut
Kwarsiorkor

Protein menurun edema

Serum albumin menurun

Tekanan osmotic koloid


serum menurun
Crazy pavement dermatosis
Kelainan kulit berupa bercak merah
muda yang
Edema Meluas, berubah warna menjadi coklat
gelap dan
terkelupas
Antropometri dan Asuhan pediatri
• Jadwal pelaksanaan
• O – 1 tahun : 1 x / bulan
• 3 – 6 tahun : 1 x/ 6 bulan
• >6 tahun : 1x / 12 bulan
• Asesmen Nutrisi  plot menggunakan kurva
pertumbuhan
• < 5 tahun : kurva WHO
• > 5 tahun : kurva CDC
• Kebutuhan kalori
• Hitung kebutuhan kalori menggunakan BB ideal dari
kurva WHZ (menggunakan TB sebagai acuan) Tabel RDA
• Tentukan usia seharusnya dari TB kronologis
• Hitung jumlah kalori dengan menyesuaikan table RDA
Antropometri dan Asuhan pediatri
• Tentukan cara pemberian
• Oral
• Enteral (OGT/ NGT)
• Parenteral (Vena)
• Jenis nutrisi
• Fase stabilisasi : F75
• Fase transisi : F100
• Fase rehabilitasi : F100
• Monitoring :
• Akseptabilitas  mual/ muntah
• Toleransi  diare
• Efektivitas  kenaikan berat
badan dan monitoring
pertumbuhan
Hipoglikemia pada Gizi Buruk
• Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia
(<54 mg/dl)
• Jika tidak memungkinkan periksa GDS, maka semua
anak gizi buruk dianggap hipoglikemia
• Segera beri F-75 pertama, bila tidak dapat disediakan
dengan cepat, berikan 50 ml glukosa/ gula 10% (1
sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) oral/NGT.
• Jika anak tidak sadar  larutan glukosa 10% IV bolus 5
ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml
dengan NGT.
• Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2–3 jam, siang dan
malam selama minimal dua hari.
Hipotermia pada Gizi Buruk
• Suhu axillar <35,5C
• Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya).
Tutup dengan selimut hangat dan letakkan pemanas/
lampu di dekatnya, atau lakukan metode kanguru.
• Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam s.d suhu menjadi
36.5° C/lbh.
• Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam.
Hentikan pemanasan bila suhu mencapai 36.5° C
Dehidrasi pada Gizi Buruk
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus
dehidrasi berat dengan syok.

Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT


• Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
• Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10 ml/kgBB/jam berselang-
seling dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama
10 jam.
Infeksi pada Gizi Buruk
Anggap semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi saat mereka datang dan segera diberi antibiotik.

PILIHAN ANTIBIOTIK SPEKTRUM LUAS


• Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata Kotrimoksazol PO (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB/12 jam
selama 5 hari.
• Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau tampak sakit berat), atau jelas ada
infeksi
• Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV/6 jam selama 2 hari), dilanjutkan Amoksisilin PO (15 mg/kgBB/8 jam selama 5 hari)
ATAU Ampisilin PO (50 mg/kgBB/6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari, DITAMBAH Gentamisin (7.5
mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.
• Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25 mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam)
selama 5 hari.
• Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan obati dengan Kloramfenikol (25 mg/kg
setiap 6 jam) selama 10 hari.
Pemberian Mikronutrien pada Gizi Buruk
• Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1
mg/hari)
• Zinc (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
• Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
• Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik
(mulai fase rehabilitasi)

Vitamin A pada Gizi Buruk


• Vitamin A diberikan secara oral pada hari ke 1 dengan dosis:
<6 bulan  50.000 iu (½ kapsul biru)
6-12 bulan  100.000 iu (kapsul biru)
1-5 tahun  200.000 iu (kapsul merah)
• Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan
terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.
VAKSINASI PADA
ANAK
Imunisasi :

Imunitas upaya untuk menimbulkan/meningkatkan


kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit
Imunitas alami Imunitas buatan Terdapat 2 macam  program dan pilihan
Vaksin :
produk biologi yang berisi antigen berupa
mikroorganisme yang sudah mati atau
aktif pasif pasif aktif
masih hidup yang dilemahkan yang bila
diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara
Pasca antibodi Suntikan Pajanan dg aktif terhadap penyakit tertentu.
infeksi ibu di antibodi antigen
Imunisasi pasif Imunisasi aktif
transfer ke
janin (vaksinasi)
Vaksinasi
• Anamnesis : • Perhatian khusus :
• Umur  >3 bulan butuh vaksin BCG • Alergi / asma bukan karena vaksin
(lakukan di lengan kanan) dengan • Sakit ringan
sebelumnya tes mantoux/ tuberculin di • Riwayat keluarga
lengan kiri terlebih dahulu (nilai indurasi • Antibiotik
(+) > 10 mm) • Dugaan HIV tanpa tanda AIDS
• Sakit kronis
• Jarak vaksinasi (pentabio  1 bulan 
• BBLR / prematur  pada BB < 2000
namun bila terlambat  kejar 2 gram pemberian vaksinasi ditunda
minggu) hingga > 2000 gram
• Riwayat KIPI  sakit 1 bulan setelah • Gizi kurang
imunisasi (demam > 39,5° C hari ke 5 – 6 • Riwayat sakit kuning saat lahir
 selama 2 hari) • Demam > 40° C
• Riwayat kejang dan KIPI dalam
keluarga
Vaksinasi
Kontraindikasi Vaksinasi : (umum)
• Anafilaksis
• Sakit sedang – berat
• Ensefalopati dalam 7 hari pasca DtaP/ DTP

Langkah Vaksinasi
1. Periksa tanggal kadaluarsa
2. Periksa Vaccine vial monitor (VVM)
3. Uji Kocok (vaksin simpan beku  Pentabio)
4. Lakukan tindakan septik dan antiseptic pada karet
vial/ leher ampul
5. Suntik sesuai dengan tempat suntikan
6. Buang spuit ke safety box
7. Catat di buku KIA  nama vaksin, no, bath, Tanggal
kadaluarsa, tempat suntik, nama penyuntik
JADWAL VAKSIN IDAI 2017
Vaksin Dosis dan keterangan
Hepatitis B •Hep B 1  didahului pemberian vit. K min 30 menit sebelumnya
•0,5cc IM
•Bayi dari ibu HbsAg  HbIg untuk cegah infeksi perinatal

Polio •Polio 0 (OPV) diberikan saat akan pulang dari RS atau saat
lahir
• 2 tetes peroral
•IPV  0,5 ml IM
BCG •Optimal diberikan usia 2 bulan.
•>3 bulan perlu uji tuberkulin
•0,05 ml intrakutan
DPT •DPT 1 paling cepat usia 6 minggu  2,3,4 bulan
•0,5 ml IM
•> tahun  booster TD diulang tiap 10 thn
Pneumokokkus •0,5 ml IM
(PCV) •Jika 7 -12 bln 2x vaksin interval 2 bln
•>12 bln  vaksin dan 1x booster (int 2 bln)
•>24 bln  1x vaksin
Rotavirus •Mulai usia 6-14 minggu
•Monovalen  2x interval 4 minggu optimal selesai <16 minggu tidak
melampaui 24 minggu
•Pentavalen  3x, interval 4-10minggu, tidak melampaui 32 minggu
Influenza •> 6 bulan, diulang 1x setiap tahun
•Pertama kali vaksin jika <9tahun, diberikan 2x interval 4 minggu
•6-35 bulan  0,25 ml IM
•≥ 3 tahun  0,5 ml IM
Campak •Campak kedua (18 bulan) tidak perlu diberikan bila sudah mendapat
MMR
•0,5 ml SC
MMR •0,5 ml SC
•Apabila sudah mendapatkan pada usia 9 bulan, maka diberikan pada
usia 15 bulan (jarak 6 bulan)
•12 bulan belum campak  MMR/MR

Varicella •Diberikan setelah 12 bulan  cukup 1 x (sebelum masuk SD)


•Jika diberikan >12 tahun  2x dengan interval 4 minggu
•0,5 ml SC
Vaksin Hepatitis B Pada Prematur dan BBLR
UPDATE!
2017 2020
Hepatitis B - Dosis pertama 12 jam setelah lahir - Dosis pertama: sebelum usia 24 jam. Jika berat lahir <
- 18 bulan tidak ada 2000 gram, runda sampai usia ≥ 1 bulan.
- Jika ibu hbsag (+), segera setelah lahir
- 18 bulan ada
IPV Minimal 1 kali IPV Minimal 2x IPV sebelum usia 1 tahun
BCG Sebelum 3 bulan, optimal 2 bulan Setelah lahir atau sebelum bayi 1 bulan

Booster DTP 5 tahun 5-7 tahun (BIAS 1 SD), 10-11 tahin (BIAS 5 SD),
18 tahun
Booster HIB 15-18 bulan 18 bulan

MR/MMR - Jika sudah vaksin campak 9 bulan, maka - 9 bulan vaksin MR


MMR/MR 15 bulan - 12 bulan belum MR dapat diberi MMR
- Booster 18 bulan dan usia 5-7 tahun
Varisela - Setelah 12 bulan terbaik sebelum SD - Usia 12-18 bulan 2 dosis
- > 13 tahun: 2 dosis, interval min 4 minggu - 1-12 tahun: interval 6 minggu – 3 bulan
- > 13 tahun: interval 4-6 minggu
2017 2020
Japanese - Mulai usia 12 bulan - Mulai usia 9 bulan (hanya pada daerah endemis)
ensefalitis

HepatitIs A Mulai usia 2 tahun, 2x, interval 6-12 bulan Mulai usia 1 tahun, 2x, interval 6-18 bulan

Dengue - Usia 9-16 tahun - Usia 9-16 tahun 3x, jarak 6 bulan dengan dengue
- Jadwal 0,6, 12 bulan seropositive
HPV Mulai 10 tahun, 3 kali - Anak perempuan usia 9-14 tahun: 2 kali, jarak 6-15
bulan (BIAS 5 dan 6 SD)
- > 15 tahun: 3 kali 0-1-6 bulan
PCV - Usia 7-12 bulan: 2 kali, interval 2 bulan - 7-12 bulan: PCV 2 kali, jarak minimal 1 bulan
- > 1 tahun: 1 kali, booster 2 bulan setelahnya - 1-2 tahun: 2 kali, jarak 2 bulan
- > 2 tahun: PCV 1 kali - 2-5 tahun: PCV10 2x jarak 2 bulan, PCV 13 1x
Rotavirus - Rotavirus monovalent: 2x, dosis pertama 6-14 - Rotavirus monovalent: 2x, dosis pertama mulai usia
minggu, tidak diberikan > 15 minggu 6 minggu, interval 4 minggu, selesai pada usia 24
- Rotavirus pentavalent: 3x, dosis pertama 6-14 minggu
minggu, tidak diberikan > 15 minggu - Rotavirus pentavalent: 3x, dosis pertama 6-12
minggu
Simulasi Kasus
Keluhan Utama: Demam
± 6 hari SMRS ±2 hari SMRS
• Pasien mual dan nyeri perut pada ulu hati
• Muntah (+) 1kali, berupa makanan yang baru saja
• Pasien mengalami demam biasanya muncul
dimakan
saat sore dan malam hari dan mereda saat
• Nafsu makan menurun.
pagi hari.
• Lidah pasien terlihat kotor ditutupi oleh selaput putih
• Demam mereda bila dikompres dan
ditengah, bagian ujung dan tepi lidah kemerahan.
diberikan obat penurun panas, tetapi
• Sering mengigau saat malam hari
keesokan harinya demam timbul lagi, serta
• Tidak ada riwayat gusi berdarah atau mimisan
suhunya lebih tinggi dari sebelumnya.
• BAB 3 hari yang lalu
• BAK tidak ada keluhan

• Hygiene anak buruk, sering beli jajan diluar


• RPD, RPK tidak ada masalah
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang


Kesadaran : komposmentis
Tanda Vital :
RR : 18x/menit
Nadi : 58x/menit
TD : 110/85 mmHg
T : 38 oC
Status generalis dbn
Terdapat lidah kotor
Diskusi Kasus
a. Hubungan anamnesis dan pemeriksaan fisik thd kemungkinan kasus
pasien
b. Pemeriksaan penunjang
c. Diagnosis dan Diagnosis banding
d. Tatalaksana
e. Edukasi
Keluhan Utama: Anak Kurus

• An. Dona, 4 tahun, BB 8 kg, TB 85 cm, lingkar lengan atas 9 cm datang


ke puskesmas dengan keluhan diare sejak 3 hari yang lalu.
• Pada pemeriksaan didapatkan suhu badan 37,3°C; GDS 81 mg/dL,
tanda vital lain dalam batas normal, mata cekung, mukosa mulut
kering, wajah seperti orang tua, kulit terasa longgar, iga gambang (+),
baggy pants (+), edema (-). Anak minum cukup namun masih merasa
haus.
Diskusi Kasus
a. Hubungan anamnesis dan pemeriksaan fisik thd kemungkinan kasus
pasien
b. Pemeriksaan penunjang
c. Diagnosis dan Diagnosis banding
d. Tatalaksana
e. Edukasi

Anda mungkin juga menyukai