Poliomyelitis (3B)
PEMERIKSAAN FISIK
Tatalaksana Polio
• No antivirals are effective against polioviruses.
• The treatment of poliomyelitis is mainly supportive.
• Analgesia
• Mechanical ventilation
• Tracheostomy care
• Physical therapy: active and passive motion exercises
• Frequent mobilization to avoid development of chronic decubitus
ulcerations
• PENCEGAHAN: VAKSINASI (penting!)
Guillain-Barre Syndrome (3B)
Tatalaksana SGB
Diagnosis Banding Acute Flaccid Paralysis
Myastenia Gravis (3B) KHAS
Kelemahan yang berfluktuasi pada otot rangka dan
kelemahan ini akan meningkat apabila sedang
beraktivitas
Tes serologis
• Mendeteksi antibodi pada reseptor asetilkolin (Achr-Ab) -> paling spesifik, tapi tidak
100% sensitif
• Untuk pasien MG Achr-Ab (-)/ seronegative Myasthenia Gravis (SNMG) -> tes antibodi
Anti-MuSK (muscle specific tyrosine kinase) dapat (+)
Myasthenic Crisis vs Cholinergic crisis
Tatalaksana MG
• Imunomodulator
• Kortikosteroid : kegagalan dengan antikolinesterase inhibitor atau persiapan timektomi.
Dengan Prednison 1,5-2 mg/kgBB per hari.
• Azathioprine : bekerja dengan cara menghambat ploriferasi sel T dimulai dengan dosis
50 mg/hari.
Brudzinski’s sign
• Brudzinski’s neck sign (I)
• Bruszinski’s contralateral leg sign (II)
• Brudinski’s cheek sign (III)
• Brudzinski’s symphisis sign (IV)
Pungsi Lumbal • Indikasi
• Curiga meningitis, subarachnoid
hemorrhage (SAH), meningitis,
encephalitis dan SGB
• Kontraindikasi
• Absolute contraindications = the
presence of infected skin over
the needle entry site and the
presence of unequal pressures
between the supratentorial and
infratentorial compartments.
• Relative contraindications =
• Increased intracranial
pressure (ICP) dapat diatasi
dengan pemberian
dexamethasone IV
• Coagulopathy
• Brain abscess
Hasil Pemeriksaan LCS
Congenital toxoplasmosis
• Multiple calcification at periventricular area
and choroid plexus
• Toxoplasmosis HIV Nodular lesion ≥ 1 dengan
ring enhancement, pada ganglia basalis
Terapi empirik:
• Sefalosporin generasi III intravena (Ceftriaxone 2 g/12 jam iv atau
• Cefotaxime 2 g/8 jam iv)
Metronidazole 500 mg/8 jam IV
Meningitis dan Ensefalitis
Cryptococcal
Infeksi Cryptococcus neoformans pada SSP
dan ditemukan sering pada HIV stadium IV.
Dan ditemukan dengan pengecatan TINTA
INDIA pada LCS.
Tatalaksana
Ampoterisin B 0,7-1 mg/KgBB/hari
dalam infus Dekstrose 5% dan diberikan 4-
6 jam + Flukonazole 800mg/hari (PO)
Meningitis Tuberkulosa
• Funduskopi :
didapatkan tuberkel
• CT-scan
Rabies
• Ditularkan melalui gigitan
hewan yang terinfeksi (anjing,
monyet, kelelawar, kucing,
serigala)
• Inkubasi virus : 2 minggu-2
tahun (umumnya 3-8 minggu)
• Mortalitas mencapai 100%
apabila virus telah
menginfeksi SSP ->
Pencegahan penting dilakukan
Luka resiko tinggi : Jilatan/luka pada mukosa,luka diatas daerah bahu (mukosa,
leher, kepala), luka pada jari tangan, kaki, genitalia, luka lebar/dalam dan luka yang
banyak multiple wound)
Tatalaksana
• Fase awal: Luka gigitan harus segera dicuci dengan air sabun (detergen) 5- 10
menit kemudian dibilas dengan air bersih, dilakukan debridement dan
diberikan desinfektan seperti alkohol 40-70%.
• Pemberian Serum Anti Rabies (SAR) Bila serum heterolog (berasal dari
serum kuda) Dosis 40 IU/ kgBB disuntikkan infiltrasi pada luka sebanyak-
banyaknya, sisanya disuntikkan secara IM. Bila serum homolog (dari manusia)
20 IU/kgBB
• Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dalam waktu 10 hari infeksi yang dikenal sebagai
post-exposure prophylaxis atau “PEP”VAR secara IM pada otot deltoid atau
anterolateral paha dengan dosis 0,5 ml pada hari 0, 3, 7,14, 28 (regimen Essen atau
rekomendasi WHO), atau pemberian VAR 0,5 ml pada hari 0, 7, 21.
Nyeri Kepala
PRIMER
2. Profilaksis
• Antidepresan
Jenis trisiklik: amitriptiline, sebagai obat terapeutik maupun sebagai
pencegahan tension-type headache.
• Antiansietas
Golongan benzodiazepin . Kekurangan obat ini bersifat adiktif, dan suli
dikontrol sehingga dapat memperburuk nyeri kepalanya.
Cluster Type Headache
Minimal memenuhi kriteria berikut :
A. Nyeri hebat unilateral yang melibatkan
daerah supraorbital atau temporal yang
bertahan 15-180 menit.
B. Nyeri kepala hebat disertai satu tanda
berikut :
1. Injeksi konjungtiva/lakrimasi ipsilateral.
2. Kongesti nasal ipsilateral dan rhinorrhea.
3. Edema orbita ipsilateral
4. Keringat pada daerah frontal dan
ipsilateral
5. Miosis atau ptosis pada ipsilateral.
C. Nyeri tidak disebabkan oleh hal yang lain
Trigeminal Autonomic Cephalgias
Nyeri kepala yang bersifat lateral dan sering disertai dengan gejala
otonom parasimpatis nervus kranial
Tatalaksana
Tanda Lokal :
1. Lobus oksipital : defek pada lapangan pandang
2. Lobus frontal : anosmia, gangguan personal, hemiparesis
3. Lobus parietal : Astereognosis, apraxia dsb.
4. Pituitari : Hemianopsia bitemporal
Hernia Nervosus Pulposus
1. 95 % HNP terjadi di L4-5 dan L5-S1 dan
dapat menekan radix saraf dibawahnya.
Misal HNP pada L5-S1 dapat
menyebabkan radikulopati S1.
2. Di daerah cervical, paling sering pada
terkena diskus intervertebral pada C6-C7
akan menekan radiks saraf pada level
yang sama.
Lhermitte sign
HNP Lumbal
• Nyeri menjalar (nyeri radikuler) dari punggung hingga ke tungkai
bawah atau kaki (ischialgia).
• Nyeri diperberat dengan batuk, bersin, atau mengejan (valsava
maneuver)
• Gerakan punggung terbatas (terutama antefleksi) karena nyeri
• Tanda-tanda tegangan radiks
• Straight leg raise (SLR = Lasegue test) (+) atau crossed SLR -> menandakan
keterlibatan radiks L5,S1
• Femoral strecth test -> menandakan keterlibatan radiks L2-L4
• Kelemahan motorik yang diikuti dengan penurunan refleks fisiologis
patella dan Achilles
• Bila sudah berat, dapat disertai gangguan otonom seperti retensi
urin
• Straight leg raise test (Lasegue)
Pemeriksaan Fisik test mencari adanya
ischialgia.
• (+) nyeri radikular dan
parestesia sesuai distribusi
nervus ischiadicus pada 30-70o
dengan lutut ekstensi.
• Test braggard
• Test Siccard
Pemeriksaan Penunjang HNP
• Foto polos lumbosacral
Untuk eksklusi diagnosis banding seperti spondilosis, spondilolistesis,
fraktur, keganasan, infeksi, proses degenerasi, penyempitan disk
space.
• CT SCAN
Dapat menilai struktur tulang jauh lebih baik dibandingkan MRI dan foto polos,
namun tidak bisa mengevaluasi radix saraf.
• MRI (Gold Standard)
Dapat menvisualisasi soft tissue lebih baik dan informatif
dibandingkan CT SCAN.
CT myelografi
jarang diindikasikan karena invasif. Dapat menvisualisasi radiks saraf
spinal.
Neuroimaging HNP
CT scan ->
Foto polos MRI -> terdapat
terdapat
lumbosacral HNP pada disc CT myelogram
spondylolysis
L4-L5
L2-L3
Elektrodiagnosis
• Nerve Conduction Study (NCS) dan elektromiografi(EMG)
• Digunakan apabila temuan neuroimaging tidak konsisten
dengan presentasi klinis pasien
• NCS danEMG memiliki diagnostikyang tinggi apabila dilakukan
pada radikulopati dengan kelemahan otot yang sudah ada
minimal 3 minggu
• Pada radikulopati, NCS dan EMG dapat melokaslisasi radiks
nervi spinal yang bermasalah
Tatalaksana HNP
• Konservatif
• Analgesik golongan NSAID
• Modifikasi aktivitas (kurangi duduk yang terlalu lama, membungkuk,
mengangkat barang)
• Fisioterapi, program olahraga
• Collar neck atau korset lumbal sementara selama2 minggu
• Injeksi kortikosteroid epidural pada kasus nyeri radikular yang hebat di lumbal
• Indikasi Bedah
• Nyeri yang tidak tertahankan walaupun sudah menjalani terapi konservatif
yang adekuat selama> 3 bulan
• Hasil EMG → terdapat kompresi radiks
• Defisit neurologis yang progresif
• Prosedur= discectomy anterior servikal atau laminektomi
Conus Medullaris Syndrome dan
Cauda Equina Syndrome
Carpal Tunnel Syndrome
CTS merupakan kelainan GEJALA
neuropati perifer lokal yang 1. Parestesia, nyeri dan tingling pada jari 1-
sering terjadi akibat sebagian jari 4.
tertekanya nervus medianus 2. Memburuk pada malam hari, membaik ketika
tangan dikibas-kibaskan (flick sign)
3. Apelike hand deformity
4. Atrofi pada daerah thenar
ETIOLOGI
1. Gerakan repetitive (eg mencuci, menjahit)
2. Obesitas
3. Kehamilan
4. DM dan sebagainya
Carpal Tunnel Test
Terapi Operatif
Tindakan operasi pada CTS disebut neurolisis nervus medianus pada pergelangan
tangan. Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan
terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi
otot-otot thenar.
Guyon Tunnel Syndrome
• Merupakan kompresi dari nervus
ulnaris saat melewati guyon tunnel.
• Dapat juga terjadi pada cubital
tunnel yang disebut cubital tunnel
syndrome
Atrofi hipotenar
Cubital Tunnel Syndrome
• Kompresi nervus ulnaris di dalam
cubital tunnel
• Gejala sama seperti guyon tunnel
syndrome
Dorsiflexion-eversion test
Disebabkan oleh pancoast tumour, yaitu
tumor apex paru
Ptosis, Anhidrosis, Miosis (PAM)