Anda di halaman 1dari 47

GUALLAIN BARRE

SYNDROME Pembimbing :
dr.Luhu A Tapiheru, Sp.S

Oleh :
Yohana Aprilia Manurung
102121020
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
2022
PENDAHULUAN
Guallain Barre Syndrome (GBS) disebut juga atau acute ascending
paralysis atau Landry`s Paralysis Ascending
Secara historis, GBS adalah kelainan tunggal; namun praktik sekarang
membagi sindroma ini menjadi beberapa varian. Secara umum penyakit
ini tidak musiman dan tidak epidemik namun wabah musiman terisolasi
telah dilaporkan di desa di China setelah paparan C.jejuni yang terdapat
di feses ayam yang terdapat di tempat penyimpanan beras

GBS terdapat diseluruh dunia dan setiap musim, dan dapat menyerang semua
umur.
Insidensi GBS bervariasi antara 0,6 sampai 1,9 kasus per 100.000
GBS berhubungan dengan infeksi akut non spesifik 56%-80% yaitu 1-4 minggu
sebelum gejala neurologi timbul
Dapat menyebabkan kematian dikarenakan gagal napas
DEFINISI

Menurut Parry bahwa Guillain Bare Syndrome suatu polineuropati


yang bersifat asending dan akut yang sering terjadi 1 minggu -3
minggu setelah infeksi akut

Menurut Bosch Guillain Bare Syndrome merupakan sindrom klinis


yang ditandai dengan adanya paralisis flaksid yang terjadi secara
akut dan berhubungan dengan proses autoimun dimana
tergetnya adalah saraf perifer ,radiks, dan nervus kranialis
EPIDEMIOLOGI

Insidensi GBS tersering di negara Barat.


(0,89-1,89 kasus per 100.000).
Insidensi di Indonesia rata-rata 1-3/100.000
populasi

Laki-laki:perempuan 1:1,5
Indonesia insiden terbanyak usia <35 tahun

2/3 kasus didahului infeksi saluran pernapasan


dan diare akut

Insiden GBS diperkirakan 0,25-0,65 per 1000


kasus infeksi Campylobacter jejuni. 0,6-2,2 per
1000 kasus CMV
ETIOLOGI

Bakteri :

Virus :
Epstein Barr virus
Bakteri : Influenzavirus
Campylobacter jejuni pada entetritis Cytomegalovirus
Mycoplasma pneumoniae
Spirochaeta
Sallmonella
Mycobacterium tubercullosa
1. Acute Motor Sensory Axonal Neurophaty
KLASIFIKASI (AMSAN)
Degerasi akson dari serabut saraf sensorik
dan motorik yang berat.

2. Acute Motor-Axo nal Neurophaty


Pada biopsi menunjukan degerasi
wallerian like tanpa inflmasi limfositik

3. Miller Fisher Syndrome


4. Acute Inflammatory demyelinating
5 % dari GBS
polineuropathy
Sindroma ini terdiri dari ataksia,
optalmoplegia, dan arefleksia
PATOGENESIS
Proses demielinisasi saraf tepi pada Guillain
Barre Syndrome
1. Adanya antibodi dan respon kekebalan
seluler
2. Adanya autoantibodi terhadap sistem saraf
tepi
3. Penimbunan kompleks antigen antibodi

Makrofag menelan antigen Antibodi yang bersirkulasi dalam darah


(fagositosis) dikenalkan oleh limfosit T akan mencapai myelin serta
(imunitas seluler) aktif  pelepasan IL merusakanya akan mempengaruhi sel
2,TNF alfa schwan  produksi myelin turun
PATOGENESIS

Myelin yang menyelubungi akson rusak 


transmisi sinyal saraf yang melaluinya akan
Myelin menjadi target sistem imun karena terganggu atau melambat kelemahan
adanya virus atau bakteri  bakteri
Campylobacter jejuni mengandung protein
membran yang merupakan tiruan dari
gangliosid GM 1 yang mirip dengan gangliosid
dari tubuh manusia.

Aksonal rusak biasanya pada inflamasi


yang berat jika akson ini putus sinyal
saraf akan diblok kelemahan
MANIFESTASI KLINIS

GEJALA SENSORIK :
KELEMAHAN OTOT Mati rasa cenderung Dysethesias :
(ASENDEN) minimal Rasa terbakar,
SIMETRIS Dari ujung jari kaki kesemutan, shocklike

Perubahan Otonom:
NYERI: Disfungsi simpatis
SARAF KRANIAL 80% nyeri pada
NIV,NIII,NVII,NIX,NX parasimpatis
paha,pantat, bahu dengan Takikardi, facial
sedikit gerakan akan nyeri flushing, dll
PERJALANAN PENYAKIT
GBS

Fase Berlangsung 2-3 minggu dari gejala awal.


Timbul nyeri, kelemahan yang progesif, gangguan
Progesif sensorik.

Serangan telah berhenti , kelemahan tetap ada sampai dimulai


Fase Plateu fase penyembuhan.

Sistem imun berhenti memproduksi antibodi yang


Fase mengahancurkan myelin , dan gejala berlangsung
Penyembuhan menghilang.
KRITERIA DIAGNOSIS

Kriteria Diagnosis GBS National Institute of Neurological and Communicative Disorder


and Stroke (NINCDS)

1. Kelumpuhan progresif dari lengan dan tungkai.


Mungkin diawali oleh kelumpuhan di ekstremitas bawah saja, gejala kelemahan motorik berlangsung cepat,
maksimal dalam 4 minggu, 50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80% dalam 3 minggu dan 90% dalam 4
minggu.

2. Arefleksia

3. Ditemui hal-hal yang memperkuat prognosis:


KRITERIA DIAGNOSIS

Next

a. Progresif dari gejala dalam 4 minggu atau kurang


b. Gejala relatif simetris
c. Ada gejala sensoris yang ringan
d. Ada keterlibatan saraf kranial. Gejala saraf kranial ±50% terjadi paresis
nervus VII dan sering bilateral. Saraf otak lain dapat terkena khususnya yang
mempersarafi lidah dan otot-otot menelan.
e. Disfungsi otonom: takikardi, aritmia, hipotensi, hipertensi dan gejala
vasomotor
f. Nyeri biasanya sering terjadi
g. Terdapat protein dengan konsentrasi serebrospinal setelah 1 minggu gejala
h. Ada gambaran elektrodiagnosis
KRITERIA DIAGNOSIS

Kriteria diagnostik Guillain–Barré Syndrome menurut Gilroy & Meyer pada tahun 1979
 
1. Paralisis flaksid yang simetris dan difus bilateral.
2. Gejala sensorik subyektif, dengan tanda-tanda sensorik obyektif yang kurang nyata
dibanding paralisis motorik.
3. Penyembuhan sempurna terjadi dalam waktu enam bulan hampir pada semua
penderita.
4. Kenaikan kadar protein yang nyata dalam CSS mulai minggu ke dua dengan atau
tanpa pleositosis relative ringan.
5. Tanpa atau hanya sedikit demam pada saat mulai munculnya paralisis.
6. Jumlah leukosit normal atau limfositosis dengan atau tanpa kenaikan LED.
 
PEMERIKSAAN FISIK

1. Kelemahan otot yang bersifat difus dan paralisis

PEMERIKSAAN 2. Refleks tendon akan menurun atau bahkan


NEUROLOGI
menghilang

3. Batuk yang lemah dan aspirasi (tanda kelehaman

otot intercosta)
PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan LCS
Peningkatan jumlah protein dalam cairam serebrospinal
melebihi 45mg/dL (normal <40 mg/dl) puncaknya terjadi
4-5 minggu
Pemeriksaan
Penunjang 2. Pemeriksaan EMG
 Minggu ke 1 : adanya keterlambatan atau blok dalam
penghantaran implus (gelombang F memanjang)
Minggu ke 2 : penurunan potensial aksi, menurunnya
konduksi saraf motorik.
Diagnosis Banding

2. Myelitis
1. Hipokalemi Transversalis

3. Miopaty
PENATALAKSANAAN

1. Saraf Otonom :
(Observasi tanda-tanda vital : paralisis dapat mengenai
TUJUAN : mengurangi otot-otot pernapasan)

gejala, mengobati 2. Plasma Exchange Theraphy (PE)


Bertujuan untuk mengeluarkan faktor antibodi yang
komplikasi, mempercepat
beredar, (dalam 2 minggu setelah munculnya gejala)
penyembuhan dan 3. Imunoglobulin IV (dapat menetralisir autoantibodi
memperbaiki prognosis patologis yang ada atau menekan produksi
auntoantibodi)
4. Pengelolaan Nyeri :Karbamazepin 300 mg/hari.
Gabapentin 15 mg/kg bb/hari
5. Fisioterapi
KOMPLIKASI

• 1. Gagal Napas
• 2. Disfungsi otonom (overaktivitas
simpatis dan parasimpatis
• 3. 60-80 % pasien mengeluh
kelelahan setelah GBS
Prognosis

• Pasien GBS bervariasi 

• 1. usia lanjut memiliki prognosis yang lebih buruk


• 2. Tingkat keparahan GBS
• 3. Dapat terjadi relaps
KESIMPULAN

GBS merupakan suatu sindroma klinis yang


ditandai adanya paralisis flasid simetris yang Adanya proses infeksi yang terjadi
bersifat asenden yang terjadi secara akut sebelum gejala GBS muncul.
berhubungan dengan proses autoimun
dimana targetnya adalah saraf perifer, saraf
otonom, hingga nervus kranialis.
Tujuan utama penatalaksanaan adalah
mengurangi gejala, mengobati komplikasi,
Manifestasinya dapat berupa nyeri, kelemahan
mempercepat penyembuhan dan
motorik, kelemahan sensorik hingga gangguan
memperbaiki prognosisnya.
otonom hingga dapat menyebabkan gagal nafas
Terapi yang paling efektif saat ini adalah
dari Plasma Exchange (PE) dan Intravenous
inffusion of human Immunoglobulin (IVIg).
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ashri Yudistira
Jenis Kelamin : Laki- laki
Usia : 18 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Honorer
Pendidikan : SMA
Alamat : Dusun XV Semar Saentis Deli Serdang
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 10 Juli 2022
No. RM : 380861
Anamnesis
Keluhan Utama
Lemah pada Kedua Kaki

Telaah
Sdr. A datang ke IGD ( 10 /07/ 2022 ) dalam keadaan sadar dengan keluhan lemas kedua kakinya. sdr. A
merasakan keluhan tungkai kedua kaki lemas sejak pagi sewaktu bekerja. Selain kedua kaki ,dirasakannya
kedua jari-jari tangan terasa kaku. Pasien juga tidak dapat merasakan sentuhan pada kedua kaki. Seperti
kesemutan dari bawah kaki sampai paha menjalar ke atas. Keluhan dirasakan secara tiba-tiba. Keluhan
dirasakan terus menerus, tidak berkurang dengan istirahat. Dua hari MRS ( 08/07/2022) mengeluh setiap
minum tersedak dan sedikit susah makan. Dan merasa lebih susah minum daripada makan. Pasien juga
mengeluh adanya pusing, mual, muntah, demam semingguan ini , sempat juga mengeluh pernah flu sekitar 2
minggu sbelum MRS. Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Flu 2 minggu SMRS

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus dalam keluarga disangkal.

RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT


Pasien lupa nama obat

RIWAYAT KEBIASAAN
Pasien tidak mengkonsumsi alkohol ataupun merokok.
ANAMNESA TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius : Hipertensi (-), DM (-)
Traktus Respiratorius : Sesak (+), Batuk (+)
Traktus Digestivus : Mual (+) Muntah (+)
Traktus Urogenitalis : BAB (+) Normal, BAK (+) Normal
Penyakit Terdahulu & Kecelakaan : Hipertensi (-), Trauma (-)
Intoksikasi & Obat-obatan : Pasien lupa nama obat

ANAMNESA SOSIAL
Kelahiran & Pertumbuhan : Normal
Imunisasi : Tidak jelas
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Honorer
Perkawinan & Anak : Belum Menikah
ANAMNESA KELUARGA
Faktor Herediter : Tidak ada
Faktor Familier : Tidak ada
Lain-Lain : Tidak ada
Pemeriksaan fisik
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 198 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 37,3°C
Kulit dan selaput lender: Ruam (-), konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Kelenjar getah bening : Dalam Batas Normal
Persendian : SDN

KEPALA DAN LEHER


Bentuk dan posisi : Normochepali
Pergerakan : Sulit dinilai
Kelainan Panca Indera : Sulit dinilai
Rongga Mulut dan Gigi : Sulit dinilai
Kelenjar Parotis : Sulit dinilai
Desah : Tidak Ada
Dan Lain-Lain : Tidak Ada
RONGGA DADA
Rongga Dada
Inspeksi : Normochest, Simetris kanan =kiri
Palpasi : Massa (-)
Perkusi : Sonor memendek di kedua lapang paru
Auskultasi : Bunyi Jantung 1 & 2 Reguler, Ronkhi dikedua lapang paru

RONGGA ABDOMEN
Inspeksi : Simetris, tak tampak lesi
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal

GENITALIA
Toucher : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sensorium : Composmentis (GCS E4, V5, M6) Perangsangan Meningeal
Kranium Kaku Kuduk : (-)
• Bentuk : Normocephali Kernig : <135°/ <135°
• Fontanella : Tertutup, Keras Laseque : <70°/ <70°
• Palpasi : TDP Brudzinksi I : (-)
• Perkusi : TDP Brudzinksi II : (-)
• Auskultasi : TDP Brudzinksi III : (-)
• Transluminasi : TDP Brudzinksi IV: (-)

Peningkatan Tekanan Intrakranial


Muntah : Ya
Mual : Ya
Nyeri kepala : Ya
Kejang : Tidak
Pemeriksaan
Neurologis
Saraf Otak/ Nervus Kranialis
Nervus I (Olfaktorius)
Meatus Nasi Dextra Meatus Nasi Sinistra

Normosmia
+ +
Anosmia
- -
Parosmia
- -
Hiposmia
- -
Nervus II (Opticus)
Oculi Dextra Oculi Sinistra
Visus
TDP TDP
Lapangan Pandang
- Normal
+ +
- Menyempit
- -
- Hemianopsia
- -
- Skotoma
- -
Refleks Ancam
- -
Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducent)
Oculi Dextra Oculi Sinistra
Gerakan Bola mata
Nistagmus Segala Arah Segalah Arah

Pupil - -

- Lebar Isokor Isokor

- Bentuk ± 3 mm ± 3 mm

- Refleks Cahaya Langsung Bulat Bulat

- Refleks Cahaya Tidak Langsung (+) (+)

Fenomena Doll’s Eye (-) (-)

Strabismus TDP TDP


Tidak Tidak
Nervus V (Trigeminal)
Kanan Kiri
Membuka dan menutup mulut
Palpasi otot masseter & temporalis + +

Kekuatan gigitan + +

Sensorik + +

Kulit
Selaput Lendir TDP TDP

Refleks Maseter TDP TDP

Refleks Bersin TDP TDP


TDP TDP
Nervus VII (Facialis)
Kanan Kiri
Motorik
Mimik
Simetris Simetris
Kerut Kening
- -
Kedipan mata
+ +
Menutup Mata
+ +
Menggembungkan Pipi
+ +
Meniup Sekuatnya
+ +
Memperlihatkan gigi
+ +
Tertawa
+ +
Bersiul
TDP TDP

Kanan Kiri
Sensorik Pengecapan 2/3 depan lidah
Produksi kelenjar ludah + +

Hiperakusis Normal Normal

Refleks Stapeidal - -
TDP TDP
Nervus VIII (Vestibulocochclearis)
Kanan Kiri

Auditorius
- Pendengaran
DBN DBN
- Tes Rinne
TDP TDP
- Tes Weber
TDP TDP
- Tes Swabach
TDP TDP
Vestibularis
Nervus IX, X (Glosopharyngeus, Vagus) - Nistagmus
- -
- Reaksi kalori
Pallatum mole Simetris TDP TDP
- Vertigo
Uvula Medial - -
- Tinitus
Disfagia - - -

Disatria -
Disfonia SDN
Refleks muntah TDP
Pengecapan 1/3 belakang lidah TDP
Nervus XI (Accessorius)
Kanan Kiri
Mengangkat Bahu
Otot sternokledomastoideus + +
+ +

Nervus XII (Hypoglossus)

Lidah
-
- Tremor
-
- Atrofi
-
- Fasikulasi
TDP
Ujung Lidah Saat Istirahat
TDP
Ujung Lidah Saat Dijulurkan
SISTEM MOTORIK
Kanan Kiri

Trofi Normotrofi Normotrofi


Tonus Otot Normotonus Normotonus

Gerakan Spontan Abnormal


Kanan Kiri
Tremor
Chorea - -
Ballismus - -
Mioklonus - -
Atetosis - -
Distonia - -
Spasme - -
Tic - -
Dll - -
Test Sensibilitas
Kanan Kiri
Eksteroseptif
Nyeri Superfisial + +

Raba + +

Suhu + +

Proprioseptif + +

Posisi + +

Gerak + +

Tekanan + +
+ +

Fungsi Kortikal untuk Sensibilitas

Steorognosis : Tidak Dilakukan Pemeriksaan


Pengenalan 2 titik : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Grafestesia : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
REFLEKS
Refleks Fisiologis Kanan Kiri

Bisep + +
Trisep + +
Refleks Patologis Kanan Kiri APR + +
KPR + +
Babinski (-) (-)
Strumple + +
Oppenheim (-) (-)
Chaddock (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Hoffman-tromner (-) (-)
Klonus lutut (-) (-)
Klonus kaki (-) (-)
Refleks Primitif TDP TDP
Koordinasi
Lenggang : TDP
Bicara : Normal
Menulis : DBN
Percobaan apraksia : TDP
Tes telunjuk-telunjuk : TDP Vertebra
Tes telunjuk-hidung : TDP Bentuk
Diadokinesia : TDP - Normal : DBN
Test tumit–lutut : TDP - Scoliosis : (-)
Test Romberg : TDP - Hiperlordosis : (-)
Pergerakan
Vegetatif - Leher : SDN
Vasomotorik : SDN - Pinggang : SDN
Sudomotorik : SDN
Piloerektor : TDP
Miksi : (+) Normal Tanda Perangsangan Radikuler
Defekasi : (+) Normal Laseque : (-)
Porensi dan Libido : TDP Cros Laseque : (-)
Test Lhermitte : -
Test Nafziger :-
Fungsi Luhur
Kesadaran kualitatif : Composmentis
Ingatan baru : DBN
Gejala-Gejala Serebelar Ingatan lama : DBN
Ataksia :- Orientasi
Disartria :- - Diri : DBN
Tremor :- - Tempat : DBN
Nistagmus :- - Waktu : DBN
Fenomena rebound : - - Situasi : DBN
Vertigo :- Intelegensia : DBN
Dll :- Daya pertimbangan : TDP
Reaksi Emosi : SDN
Afasia
Gejala-Gejala Ekstrapiramidal - Ekspresif : DBN
Tremor :- - Represif : DBN
Rigiditas :- - Apraksia : DBN
Bradikinesia :- Agnosia
Dan lain-lain :- - Agnosia Visual :-
- Agnosia jari-jari :-
- Akalkulia :-
- Disorientasi Kanan-Kiri : -
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Elektrolit
Darah Lengkap Natrium 131 135 – 147 mEg/L
Hemoglobin 12.0 13--18 g/dL Kalium 6.30 3.5 – 5.0 mEg/L
Hematokrit 35.3 40-50 % Chlorida 97.00 95 – 100 mEg/L
Leukosit 10.80 4-11 ribu/m3
Trombosit 253 150 – 440 ribu/m3

Eritrosit 4.26 3.8 – 5.2 juta/m3


RDW 16.6 11.5-14.5 %
PDW 16.0 9-13 fL
MCH 28 26 - 34 pg
MCHC 34 32 - 36
Hitung Jenis
Basofil 0 0 – 1%
Eosinofil 0 1-3 %
Limfosit 8 20 – 45 %
Monosit 6 4–8%
Neutrofil Segmen 86 50-70 %
Kesimpulaan Pemeriksaan
Anamnesis
Keluhan Utama : Lemah Pada Kedua Kaki
Telaah :
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Haji dibawa oleh keluarganya dalam keadaan lemah pada kedua kakinya.Selain dikaki
terkadang pasien juga merasakan kedua jari jari terasa kaku,seperti kesemutan dari bawah kaki sampai paha menjalan keatas.

RPT : Flu 2 Minggu SMRS


RPO : Pasien lupa nama obat PEMERIKSAAN FISIK GENERALISATA
RPK : - Kepala Dan Leher : Normocephali
Rongga Dada : Simetris
Rongga Abdomen : Soepel, Timpani, Peristaltik (+) Normal

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
STATUS PRESENT Sensorium : CM (GCS E4, V5, M6)
Tekanan Darah : 120/70mmHg Kranium : Normocephali, Fontanella Tertutup, Keras
Nadi : 98 x/menit
Frekuensi Nafas : 24 x/menit
Temperatur : 37,3 C
Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Muntah (+), Mual (-), Nyeri Kepala (+), Kejang (-).
Nervus Cranialis
Nervus I : SDN
Nervus II : SDN SISTEM MOTORIK
Nervus III,IV,VI : SDN
Nervus V : SDN Kanan Kiri
Nervus VII : SDN
Nervus VIII : SDN Trofi
Nervus IX,X : SDN Normotrofi Normotrofi
Tonus Otot
Nervus XI : SDN Normotonus Normotonus
Kekuatan Otot
Nervus XII : SDN
- -

Sikap (duduk-berdiri-berbaring)
Refleks Berbaring Berbaring
Refleks Fisiologis : SDN
Refleks Patologis : SDN
DIAGNOSA
Diagnosa Fungsional : Gullain Bare Syndrome
Diagnosa Etiologik : Autoimun
Diagnosa Anatomik : Saraf Perifer
Diagnosa Kerja : Gullain Barre Syndrome
Diagnosa Banding
1. Hipokalemi
2. Miopaty
3. Myelitis Transversalis
PENATALAKSANAAN
- IVFD NaCl 0,9% 20gtt/i
- Inj.Metylprednisolon 125 mg / 8 Jam
- Methylcobalamin 1x1 tab
- Citicolin 250mg / 12 jam
- Paracetamol 500 mg 3x1

Anda mungkin juga menyukai