Oleh :
Reni ( 1614201098 )
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
spesifik untuk SGB. Pengobatan secara simtomatis dan perawatan yang baik dapat
memperbaiki prognosisnya.
3
BAB II
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Guillain Bare Syndrom ( GBS) Adalah syndrom klinis yang ditunjukkan oleh
awutan akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf perifer dan kranial. Proses
penyakit mencakup demielinasi dan degenasi selaput myelin dari saratf perifer dan
kranial. Etiologinya tidak diketahui, tetapi respon alergi atau respon auto imun sangat
menpunyai asal virus, tetapi tidak ada virus yang dapat diisolasi sampai sejauh ini.
Guillain Bare terjadi dengan frekwensi yang sama pada kedua jenis kelamin dan
pada semua ras. Puncak yang agak tinggi terjadi pada kelompok usia 16-25 tahun,
tetapi mungkin bisa berkembang pada setiap golongan usia. Sekitar setengah dari
korban mempunyai penyalit febris ringan 2 sampai 3 minggu sebelum awitan, infeksi
mengikuti pola ascending (merambat ke atas) mengenai akar saraf-saraf spinal dan
memburuk secara progresif yang dapat mengarah pada kelumpuhan total, tatapi
B. ETIOLOGI
beberapa keadaan. Dapat terjadi setelah vaksinasi atau pembedaha. Ini juga dapat
4
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
terjadi dapat diakibatkan oleh infeksi virus primer, reaksi imun, cedera medula
Etiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti
mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya SGB, antara lain:
a. Infeksi
b. Vaksinasi
c. Pembedahan
d. Penyakit sistematik
e. Keganasan
g. Tiroiditis
h. Penyakit Addison
mengakibatkan tidak adanya pesan dari otak untuk melakukan gerakan yang dapat
diterima oleh otot yang terserang Karena banyak syaraf yang terserang termasuk
syaraf immune sistem maka sistem kekebalan tubuh kita pun akan kacau. Dengan
Hepatitis
Coxsackie
5
Echo
Pneumonia Chlamydia
Legionella
Listeria
C. PATOFISIOLOGI
beberapa nama lain yaitu, polineurutis akut, paralisis asenden Landry, dan
asendens secara primer dengan berbagai gangguan fungi sensorik. GBS adalah
gangguan neuron motorik bagian bawah dalam saraf primer, final common
Usaha untuk memisahkan agen penyebab infeksi tidak berhasil dan penyebabnya
tidak diketahui. Namun telah diketaui bahwa GBS bukan penyakit herediter atau
yang lengkap sering kali memperlihatkan suatu penyakit virus biasa yang terjadi 1
hingga 3 minggu sebelum awitan kelemahan motorik. Jenis penyakit lain yang
mendahului sidrom tersebut adalah infeksi pernapasan ringan atau infeksi GI.
jejuni yang secara khas memyebabkan penyakit GI swasirna yang ditandai dengan
6
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
Akibat tersering dari kejadian ini dalam petologi adalah bahwa kejadian
pencetus (virus atau proses inflamasi) merubah dalam sistem saraf sehingga sistem
imun mengenali sistem tersebut sebagai sel asing. Sesudah itu, limfosit T yang
tersensitisasi dan amkrofag akan menyerang mielin. Selain itu limfosit mengiduksi
konduksi impuls dalam saraf perifer yang terserang. (sebaliknya, demielinasi pasda
MS hanya terbatas pada sistem saraf pusat). Perubahan patologi mengikuti pola yang
tepat : infiltrasi limfosit terjadi dalam ruang perivaskular yang berdekatan dengan
negatif. Gejala positif adalah nyeri dan perestesia yang berasal dari aktivitas impuls
abnormal dalam serat sensoris atau cross-talk listrik antara akson abnormal yang
rusak. Gejala negatif adalah kelemahan atau paralisis otot, hilangnya refleks tendon,
dan menurunnya sensasi. Dua gejala negatif pertama tersebut disebabkan oleh
kerusakan akson motorik; yagn terakhir disebabkan oleh kerusakan serabut sensorik.
Pada GBS, gejala sensorik cenderung ringan dan dapat terdiri dari rasa nyeri,
geli, mati rasa, serta kelainan sensasi getar dan posisi. Namun, polineuropati
merupakan motorik dominan dan temuan klienis dapat bervarisasi mulai dari
ventilator. Kelemahan otot rangka sering kali sangat akut sehingga tidak terjadi atrofi
otot, namun tonus otot hilang dan mudah terdeteksi arefleksia. Kepekaan biasnya
dirangsang dengan tekanan yang kuat dan pemerasan pada otot. Lengan dapat menjdi
kurus atau otot lengan kurang lemah dibandingkan dengan otot tungkai. Gejala
autonom termasuk hipotensi postural, takikardi sinus, dan tidak kemampuan untuk
berkeringat. Bila saraf kranial terlibat, paralisis akan menyerang otot wajah, okular,
dan otot orofaringeal biasanya setelah keterlibatan lengan. Gejala saraf kranial adalah
7
palsi wajah dan kesulitan bicara, gangguan visual dan kesulitan menelan. Istilah palsi
bulbar kadang-kadang digunakan secara khusus untuk peralisis rahang, faring, dan
otot lidah yang disebabkan oleh kerusakan saraf kranial IX, X, dan XI, yang berasal
8
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
10
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
E. KOMPLIKASI
Komplikasi GBS yang paling berat adalah kematian, akibat kelemahan atau
paralisis pada otot-otot pernafasan. Tiga puluh persen% penderita ini membutuhkan
sembuh sempurna atau hanya menderita gejala sisa ringan, berupa kelemahan
ataupun sensasi abnormal, seperti halnya kesemutan atau baal. Lima sampai sepuluh
persen mengalami masalah sensasi dan koordinasi yang lebih serius dan permanen,
lebih modern, komplikasi yang lebih sering terjadi lebih diakibatkan oleh paralisis
b. Aspirasi
f. Aritmia jantung
g. Retensi urin
j. Ileus
F. PENATALAKSANAAN
11
Tujuan utama dapat merawat pasien dengan SGB adalah untuuk memberikan
pemeliharaan fungsi sistem tubuh. Dengan cepat mengatasi krisis-krisis yang
mengancam jiwa, mencegah infeksi dan komplikasi imobilitas, dan memberikan
dukungan psikologis untuk pasien dan keluarga.
1. Dukungan pernafasan dan kardiovaskuler
Jika vaskulatur pernafasan terkena, maka mungkin dibutuhkan ventilasi
mekanik. Mungkin perlu dilakukan trakeostomi jika pasien tidak dapat disapih
dari ventilator dalam beberapa minggu. Gagal pernafasan harus diantisipasi
sampai kemajuan gangguan merata, karena tidak jelas sejauh apa paralisis akan
terjadi. Jika sistem saraf otonom yang terkena, maka akan terjadi perubahan
drastis dalam tekanan darah (hipotensi dan hipertensi) serta frekuensi jantung
akan terjadi dan pasien harus dipantau dengan ketat. Pemantauan jantung akan
memungkinkan disritmia teridentifikasi dan diobati dengan depat. Gangguan
sistem saraf otonom dapat dipicu oleh Valsava maneuver, batuk, suksioning, dan
perubahan posisi, sehingga aktivitas-aktivitas ini harus dilakukan dengan sangat
hati-hati.
2. Plasmaferesis
Plasmaferesis dapat digunakan baik untuk SGB maupun miastenia gravis
untuk menyingkirkan antibodi yang membahayakan dari plasma. Plasma pasien
dipisahkan secara selektif dari darah lengkap, dan bahan-bahan abnormal
dibersihkan atau plasma diganti dengan yang normal atau dengan pengganti
koloidal. Banyak pusat pelayanan kesehatan mulai melakukan penggantian
plasma ini jika didapati keadaan pasien memburuk dan akan kemungkinan tidak
akan dapat pulang kerumah dalam 2 minggu.
3. Penatalaksanaan nyeri
Penatalaksanaan nyeri dapat menjadi bagian dari perhatian pad pasien
dengan SGB. Nyeri otot hebat biasanya menghilang sejalan dengan pulihnya
kekuatan otot. Unit stimulasi listrik transkutan dapat berguna pada beberapa
orang. Setelah itu nyeri merupakan hiperestetik. Beberapa obat dapat
memberikan penyembuhan sementara. Nyeri biasanya memburuk antara pukul
10 malam dan 4 pagi, mencegah tidur, dan narkotik dapat saja digunakan secara
bebas pada malam hari jika pasien tidak mengkompensasi secara marginal
karena narkotik dapat meningkatkan gagal pernafasan. Dalam kasus ini, pasien
biasanya diintubasi dan kemudian diberikan narkotik.
4. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat harus dipertahankan. Jika pasien tidak mampu
untuk makan per oral, dapat dipasang selang peroral. Selang makan, bagaimana
pun, dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit, jadi dibutuhkan
pemantauan dengan cermat oleh dokter dan perawat.
12
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
5. Gangguan tidur.
Gangguan tidur dapat menjadi masalah berat untuk pasien dengan
gangguan ini,terutama karena nyeri tampak meningkat pada malam hari.
Tindakan yang memberikan kenyamanan, analgesic dan kontrol lingkungan
yang cermat (mis, mematikan lampu, memberikan suasana ruangan yang tenang)
dapat membantu untuk meningkatkan tidur dan istirahat. Juga harus selalu
diingat bahwa pasien yang mengalami paralise dan mungkin pada ventilasi
mekanik dapat sangat ketakutan sendiri pada malam hari, karena ketakutan tidak
mampu mendapat bantuan jika ia mendapat masalah. Harus disediakan cara atau
lampu pemanggil sehingga pasien mengetahui bahwa ia dapat meminta bantuan.
Membuat jadwal rutin pemeriksaan pasien juga dapat membantu mengatasi
ketakutan.
6. Dukungan emosional
Ketakutan, keputusasaan, dan ketidakberdayaan semua dapat terlihat
pada pasien dan keluarga sepanjang perjalanan terjadinya gangguan. Penjelasan
yang teratur tentang intervensi dan kemajuan dapat sangat berguna. Pasien harus
diperbolehkan untuk membuat keputusan sebanyak mungkin sepanjang
perjalanan pemulihan. Kadang pasien seperti sangat sulit untuk dirawat karena
mereka membutuhkan banyak waktu perawat. Mereka dapat menggunakan bel
pemanggil secara berlebihan jika merasa tidak aman. Perawat harus
mempertimbangkan untuk membiarkan keluarga menghabiskan sebagian waktu
lebih banyak bersama pasien. Dengan menyediakan perawat primer dapat
memberikan pasien dan keluarga rasa aman, mengetahui bahwa ada seseorang
yang dapat menjadi sumber informasi dengan konsisten. Pertemuan tim dengan
pasien dan keluarga harus dilakukan secara.
TERAPI FARMAKOLOGI
Sindroma Guillain-Barre dipertimbangkan sebagai kedaruratan medis dan
pasien diatasi di unit intensif care. Pasien yang mengalami masalah pernapasan
memerlukan ventilator yang kadang-kadang dalam waktu yang lama.
Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendiri. Pengobatan secara
umum bersifat simtomik. Meskipun dikatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh
sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup lama dan angka kecacatan
(gejala sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan. Tujuan terapi
khusus adalah mengurangi beratnya penyakit dan mempercepat penyembuhan
melalui sistem imunitas (imunoterapi).
1. Kortikosteroid
13
Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa penggunaan preparat steroid
tidak mempunyai nilai/tidak bermanfaat untuk terapi SGB.
2. Plasmaparesis
Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan
faktor autoantibodi yang beredar. Pemakain plasmaparesis pada SGB
memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih cepat,
penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama perawatan yang lebih
pendek. Pengobatan dilakukan dengan mengganti 200-250 ml plasma/kg BB
dalam 7-14 hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat awal onset
gejala (minggu pertama).
3. Pengobatan imunosupresan:
Imunoglobulin IV
Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan
dibandingkan plasmaparesis karena efek samping/komplikasi lebih ringan.
Dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis
maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.
Obat sitotoksik
Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:
- 6 merkaptopurin (6-MP)
- Azathioprine
- Cyclophosphamid
Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual dan sakit
kepala.
14
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
15
mengarah pada aspirasi. Keluhan kelemahan ekstremitas atas dan bawah
hampir sama seperti keluhan klien yang terdapat pada klien stroke. Keluhan
lainnya adalah kelainan dari fungsi kardiovaskular, yang mungkin
menyebabkan gangguan sistem saraf otonom pada klien GBS yang dapat
mengakibatkan disritmia jantung atau perubahan drastis yang mengancam
kehidupan dalam tanda-tanda vital.
- Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian psikologis klien GBS meliputi beberapa penilaian yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang
digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya
baik dalam keluarga ataupun masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul
pada klien, yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan
terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian mengenai
mekanisme koping yang secara sadar biasa digunakan klien selama masa stres
meliputi kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini
yang telah diketahui dan perubahan perilaku akibat stres.
Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini
memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan
16
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
b. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dengan
fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (brain) yang terarah dan
dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
Pada klien GBS biasanya didapatkan suhu tubuh normal. Penurunan
denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda penurunan curah jantung.
Peningkatan frekuensi pernapasan berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme umum dan adanya infeksi pada sistem pernapasan dan adanya
akumulasi sekret akibat insufisiensi pernapasan. TD didapatkan ortostatik
hipotensi atau TD meningkat (hipertensi transien) berhubungan dengan
penurunan reaksi saraf simpatis dan parasimpatis.
- B1 (Breathing)
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan
karena infeksi saluran pernapasan dan paling sering didapatkan pada klien
GBS adalah penurunan frekuensi pernapasan karena melemahnya fungsi
otot-otot pernapasan. Palpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan dan
kiri. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan
GBS berhubungan akumulasi sekret dari infeksi saluran napas.
- B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler pada klien GBS didapatkan
bradikardi yang berhubungan dengan penurunan perfusi perifer.Tekanan
darah didapatkan ortostatik Hipotensi atau TD meningkat ( hipertensi
17
transien ) berhubungan dengan penurunan reaksi saraf simpatis dan
parasimpatis.
- B3 (Brain)
Merupakan pengkajian focus meliputi :
a. Tingkat kesadaran
Pada klien GBS biasanya kesadaran compos mentis ( CM ). Apabila
klien mengalami penurunan tingkat kesadaran maka penilaian GCS
sangat penting untuk menilai dan sebagai bahan evaluasi untuk
monitoring pemberian asuhan keperawatan.
b. Fungsi serebri
Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai
gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas motorik
yang pada klien GBS tahap lanjut disertai penurunan tingkat kesadaran
biasanya status mental klien mengalam perubahan.
c. Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I. Biasanya pada klien GBS tidak ada kelainan dan fungsi
penciuman
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Saraf III, IV, dan VI. Penurunan kemampuan membuka dan menutup
kelopak mata, paralis ocular.
Saraf V. Pada klien GBS didapatkan paralis pada otot wajah sehingga
mengganggu proses mengunyah.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris
karena adanya paralisis unilateral.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X. paralisi otot orofaring, kesukaran berbicara, mengunyah,
dan menelan. Kamampuan menelan kurang baik sehngga
mengganggu pemenuhan nutrisi via oral.
Saraf XI. Tidak ada atrof otot sternokleinomastoideus dan
trapezius.kemampuan mobliisasi leher baik.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
d. System motorik
18
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
c. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis GBS sangat bergantung pada :
o Riwayat: penyakit dan perkembangan gejala-gejala klinik.
o Lumbal pungsi dapat menunjukkan kadar protein normal pada awalnya dengan
kenaikan pada mnggu ke-4 sampai ke-6. Cairan spinal memperlihatkan adanya
peningkatan konsentrasi protein dengan menghitung jumlah sel normal.
o Pemeriksaan konduksi saraf mencatat transmisi impuls sepanjang serabut saraf.
Pengujian elektrofisiologis diperlihatkan dalam bentuk lambatnya laju
konduksi saraf.
19
Sekitar 25% orang dengan penyakit ini mempunyai antibody baik
terhadap cytomegalovirus atau virus Epstein-Barr. Telah ditunjukkan bahwa
perubahan respons imun pada antigen saraf tepi menunjang perkembangan
gangguan.
Uji fungsi pulmonal dapat dilakukan jika GBS terduga, sehingga dapat
ditetapkan nilai dasar untuk perbandingan sebagai kemajuan penyakit.
Penurunan kapasitas pulmonal dapat menunjukkan kebutuhan akan ventilasi
mekanik.
d. Pengelompokan data
Data subjektif:
o Bangun tidur di pagi hari mengeluh tidak bisa berjalan
o Sebelumnya dia mengalami diare-diare dan demam kira-kira 1 minggu
sebelumnya
o Tidak mampu menelan air liurnya
o Sebelum sakit sangat aktif baik dalam pekerjaannya, olahraga lari pagi,
berkebun, mengendarai kendaraan dan merawat dirinya
Data Objektif:
o Hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda objektif yang
menunjukakan
stroke
o Kelemahan pada kedua ekstrmitas atasnya dan akhirnya menggunakan alat
bantu pernapasan (ventilator)
o Hasil lumbal pungsi cairan serebrospinal ditemukan protein tinggi dan
tekanan meningkat, leukositosis
e. Analisa Data
Data Masalah Etiologi
DS:
Tidak mampu menelan air liurnya
DO:
Pernapasan cepat , dangkal, dan ireguler
Bunyi paru wheezing +/+
20
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
C. RENCANA KEPERAWATAN
Dx 1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif b.d penurunan reflek menelan dan
peningkatan produksi saliva
Tujuan : Setelah dirawat sekret bersih, saliva bersih, stridor (-), sumbatan tidak terjadi
Intervensi:
o Lakukan perawatan EET setiap 2 jam
o Lakukan auskultasi sebelum dan setelah tindakan fisiotherapi dan suction
o Lakukan fisiotherapi nafas dan suction setiap 3 jam jika terdengar stridor atau
SpO2
< 95 %
o Monitor status hidrasi
o Monitor vital sign sebelum dan setelah tindakan
o Kolaborasi pemberian bisolvon 3 X 1 tab
21
Dx 2 Resiko terjadi ggn pertukaran gas b.d dengan adanya ggn fungsi paru
sebagai efek adanya atelektasis paru
Tujuan : Gangguan pertukaran tida terjadi selama 2x24 jam dengan kriteria hasil
o BGA dalam batas normal
o Wh -/-, Rh -/-, suara paru +/+
o Cyanosis (-), SpO2 > 95 %
Intervensi:
o Lakukan pemeriksaan BGA setiap 24 jam
o Monitor SpO2 setiap jam
o Monitor respirasi dan cyanosis
o Kolaborasi :
seting ventilator SIMV PS 15, PEEP +2, FiO2 40 %, I : E 1:2
Analisa hasil BGA
Dx 3 : Resiko tinggi terjado infeksi b.d pemakaian alat perawatan seperti kateter
dan infus
Tujuan : setelah 2x24 jam infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil:
o Tanda-tanda infeksi (-)
o leiko 3-5 X 10 4, Pada px urine ery (-),
o sylinder (-),
o Suhu tubuh 36,5-37 oC
o Tanda-tanda radang pada lokasi insersi alat perawatan (-)
Intervensi:
o Rawat ETT setiap hari
o Lakukan prinsip steril pada saat suction
o Rawat tempat insersi infus dan kateter setiap hari
o Ganti kateter setiap 72 jam
o Kolaborasi :
- Pengggantian ETT dengan Tracheostomi
- Penggantian insersi surflo dengan vanocath
- Pemeriksaan leuko
- Pemeriksaan albumin
- Urinalisa
22
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
Energy Management
o Tentukan pembatasan aktivitas fisik pada klien
o Tentukan persepsi klien dan perawat mengenai kelelahan.
o Tentukan penyebab kelelahan (perawatan, nyeri, pengobatan)
o Monitor efek dari pengobatan klien.
o Monitor intake nutrisi yang adekuat sebagai sumber energy.
o Anjurkan klien dan keluarga untuk mengenali tanda dan gejala kelelahan saat
aktivitas.
o Anjurkan klien untuk membatasi aktivitas yang cukup berat seperti berjalan jauh,
berlari, mengangkat beban berat, dll.
o Monitor respon terapi oksigen klien.
o Batasi stimuli lingkungan untuk relaksasi klien.
o Batasi jumlah pengunjung
24
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
BAB III
TINJAUAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. R Ruang Rawat : Ruang Neurologi
Umur : 23Thn No Rekam Medik :11 55 25
Pendidikan : SMA Tgl/jam masuk : 20-07-2017/08:30
Suku : Minang Tgl/jam pengkajian :20-07-2017/ 08:30
Agama : Islam Diagnosa Medis : SGB
Status Perkawinan : Kawin Informan : Pasien, Keluarga, Medical
record
...................................................
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama dan Riwayat Kesehatan Sekarang
1. FISIOLOGIS
27
OKSIGENASI DAN SIRKULASI Data Subjektif
Pernapasan :
Dispnea berhubungan dengan batuk/sputum :
Perokok : tidak ada , pak/hari - .lama dalam tahun: -
Riwayat Penyakit paru sebelumnya : tidak ada.
Sirkulasi :
Riwayat Hipertensi : Tidak ada masalah jantung : tidak ada
Demam rematik : - Edema mata kaki/kaki : -
Flebitis : - Penyembuhan lambat : -
Klaudikasi : -
Ekstremitas : Kesemutan : Ada . Kebas : Ada Akral hangat
Batuk/hemoptisis : -
Perubahan frekuensi/jumlah urin : tidak ada perubahan
Nyeri dada : tidak ada
28
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
Sirkulasi :
Bunyi jantung : BJ I & II normal
Frekuensi : 78x/menit Irama normal Kualitas terisi penuh
Tekanan Vena Jugularis : tidak kuat 4cm
Jantung (Palpasi) : Getaran : tidak ada getaran disaat sistole dan diastole Dorongan: kuat angkat
Hemodinamik : Nadi Karotis : .78 x/menit Irama nadi : regular
Nadi Jugularis : 76 x/menit Irama nadi : regular
Nadi Temporalis : 76 x/menit Irama nadi : regular
Nadi Radialis : .78 x/menit Irama nadi : regular
Nadi Femoralis : 76 x/menit Irama nadi : regular
Nadi Popliteal :74 x/menit Irama nadi : regular
Nadi Postibial : 72 x/menit Irama nadi : regular
Nadi Dorsalis Pedis : 72 x/menit Irama nadi : regular
TD Kanan Baring :110/70 mmHg, TD Kanan Duduk : 110/70 mmHg,
TD Kanan Berdiri :110/70mmHg, TD Kiri Baring :110/70 mmHg,
TD Kiri Duduk : 115/70 mmHg, TD Kiri Berdiri : 110/70.mmHg
Ekstremitas : Suhu :36.5 oC Warna :tidak anemis Akral : dingin
Pengisian Kapiler test allen negatif ( 4 detik) Varises : tidak ada.
Kuku : Pengisian kapiler (CRT) 2dtk Penyebaran Rambut : rata
Warna : Mukosa Bibir : lembab , Punggung kuku : Merah muda tidak sianosis
Konjungtiva : tidak anemis, Sklera Tidak ikterik
Diaforesis : keringat normal
Penunjang :
Pemeriksaan Lab Nilai Normal Nilai Normal
Hemoglobin 13,8 13,2 17,3 g/dl
Leukosit 1,8 3,8-10,5 ribu
Eritrosit 4,62 4,5-5,8 juta
Hematokrit 44,2 37-47 %
Trombosit 185 150-400 ribu
29
Foto thoraks (tgl 21/7/2017) :
Kesan :
Cor : Bentuk dan letak normal
Pulmo : Corakan Meningkat
Bercak Parakardial kanan
Kedua sinus kostofrenikus lancip
Kesan :
Cor tak membesar
Infiltrate paru kanan
Ekhokardiografi:: -
Kesan :
Tdk diperiksa
EKG -
Kesan -
Masalah Keperawatan
Gangguan perfusi perifer
Data Subjektif
MAKANAN DAN CAIRAN
Diit biasa (tipe) : Makanan Biasa Jumlah makanan per hari: 1800 kkal
Makan terakhir /masukan : makan nasi biasa Pola diit : 3x/hari
Kehiangan selera makan : - Mual/muntah : ada muntah 1x
Nyeri uluhati : tidak ada
Disembuhkan oleh :
Alergi makanan : tidak ada
Gangguan menelan : tidak ada
Gigi lengkap
Berat badan biasa :55 kg perubahan berat badan 53 k
Penggunaan diuretic : tidak ada
Data Objektif :
BB :53 Kg TB :156 cm
Pemasangan NGT tidak ada
Lingkar perut : tidak diperiksa
Bentuk tubuh : ideal
Turgor kulit : baik
Edema : Umum : tidak ada dependen : tidak ada Periorbital : tidak ada
Asites : tidak ada Shifting dullness : tidak ada
Pembesaran tiroid : tidak ada hernia tidak ada Halitosis : tidak ada
Kondisi gigi/gusi : lengkap
Bising usus : normal
Nyeri tekan uluhati: tidak ada
Perkusi abdomen : tympani
30
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
Penunjang :
Lab :
Masalah Keperawatan :
-
31
ELIMINASI Data Subjektif :
Pola BAB : nomal 1x/ hari Penggunaan laksatif : tidak ada
Karakter feses : Lunak BAB terakhir : pagi jam 05:00 wib
Riwayat perdarahan Tidak ada Hemoroid : Tidak ada
Konstipasi : Tidak ada Diare : Tidak ada
Menggunakan ostomy : Tidak ada
Data objektif :
Abdomen : Nyeri tekan : Tidak ada lunak/keras : Lunak
Masa : Tidak ada masa Linggar perut :64cm
Bising usus : Normal
Hemoroid : Tidak ada
Cairan ostomy : Tidak ada
Konsistensi feses : Lunak warna feses : Kuning
Warna urine : Kuning jernih
Kateterisasi : Tidak pakai
Urostomy : Tidak
Dialisa : Tidak ada
Penunjang :
Laboratorium
Pemeriksaan Nilai Normal Nilai Normal
Lab
Ureum 0,66 0,62 1,1 mg/dL
Kreatinin 3,61 27 mg/dL
USG Ginjal
Kesan : tidak dilakukan
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
32
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
Penunjang :
Rontgen (tanggal : 21/7/2017)
Pemeriksaan Lainnya : _
Masalah Keperawatan :
Intoleransi aktivitas
Penunjang :
Rontgen (tanggal : )
Pemeriksaan Lainnya :
-
Masalah Keperawatan :
Intoleransi aktifitas
Gangguan mobilitas fisik
Defisit perawatan diri
Resiko disuse syndrome
33
PROTEKSI Data Subjektif :
Riwayat cedera : pernah terjatuh terduduk 2 bulan yang lalu
Riwayat hipertermi : tidak ada
Alergi : tidak ada
Data Objektif :
Kulit : Luka tida ada , karakteristik -
Inisial operasi tida ada , karakteristik -
Drainese baik, karakterisktik -
Lainnya, -
Rambut dan kuku : Bersih
Suhu : .36.5. 0C
Membran Mukosa : Lembab
Respon Inflamasi : kemarahan panas tidak ada
Integritas Kulit : baik
Luka Bakar : tidak ada
Tandai Lokasi :
Keadaan Luka :
Penunjang :
-
Masalah Keperawatan :
Resiko cedera
34
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
35
Skala Braden untuk Luka Tekan
Keterangan :
Resiko ringan jika skor 15-23
Resiko sedang jika skor 13-14
Resiko berat jika skor 10-12
Resiko sangat berat jika skor kurang dari 10
36
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
Keluhan : ada keluhan dominan pada area motorik diikuti gangguan area sensorik merupakan
karakteristik klinik dari gangguan lower motoe neuron (Lower motor neuron /LMN), merupakan
kumpulam saraf-saraf motoric yang berasal dari batang otal, menyalurkan impuls ke motoric
pada bagian perjalanan akhir ke sel otot skletal. Ciri-ciri klinik pada lesi LMN, yaitu :
Data Objektif :
Penglihatan : normal kacamata/lensa kontak tidak.katarak tidak ada .glaukoma Tidak ada
buta, ka/k Tidak ada
Pendengaran : Normal
Penghidu : Normal
Pengecap : Normal
Peraba : tangan sering kebas dan tidak berasa jika melakukan aktivitas ringan
Penunjang : tidak ada
Masalah keperawatan :
Perubahan sensori persepsi
Data Subjektif :
NEUROLOGI
37
Nervus Syaraf Kranialis :
No Nervus Pemeriksaan Data pengkajian
Kanan Kiri
1 N. I. Olfaktorius Daya penghidu N N
2 N. II. Optikus Daya penglihatan N N
Pengenalan warna N N
Lapang pandang N N
3 N. III. Okulomotor Ptosis
Gerakan mata ke medial N N
Gerakan mata ke atas N N
Gerakan mata ke bawah N N
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil Bulat Bulat
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya konsensual + +
4 N. IV. Troklearis Strabismus divergen
Gerakan mata ke lat-bwh
Strabismus konvergen
5 N. V. Trigeminus Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas muka
Refleks kornea N N
Trismus $
6 N. VI. Abdusen Gerakan mata ke lateral N N
Strabismus konvergen
7 N. VII. Fasialis Kedipan mata N N
Lipatan nasolabial Simetris Simetris
Sudut mulut Simetris Simetris
Mengerutkan dahi Simetris Simetris
Menutup mata N N
Meringis N N
Menggembungkan pipi N N
Daya kecap lidah 2/3 ant + +
8 N.VIII. Vestibulokoklearis Mendengar suara bisik + +
Mendengar bunyi arloji + +
Tes Rinne TDL TDL
Tes Schwabach TDL TDL
Tes Weber TDL TDL
9 N. IX. Glosofaringeus Arkus faring Simetris Simetris
Daya kecap lidah 1/3 post N
Refleks muntah N
10 N. X. Vagus Denyut nadi 80 x/menit
Arkus faring Simetris Simetris
Bersuara N
Menelan N
11 N. XI. Aksesorius Memalingkan kepala N N
Sikap bahu N N
Mengangkat bahu N N
Trofi otot bahu Eutrofi Eutrofi
12 N. XII. Hipoglossus Sikap lidah N
Artikulasi N
Menjulurkan lidah Simetris
Refleks :
Genggaman lepas : ka.ki.
Penunjang
CT Scan Kepala tidak ada
Masalah Keperawatan
Perubahan perfusi serebral
38
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
Data Penunjang
Labor
Nilai Lab Nilai Normal
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan di sistem endokrin
Data Objektif :
SEKSUALITAS
Wanita
Usia menarche : 14 th Lamanya siklus : 30 hari Durasi: 6 hari
Periode menstruasi terakhir : 10/ 7/2017 .menopause : -
Rabas Vaginal - Berdarah Antara Periodik :
Melakukan Pemeriksaan Payudara :mamogram - Sendiri: tdk ada benjolan
Pap smear terakhir tidak ada dilakukan
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah seksualitas
NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Data Subjektif
Lokasi ektremitas gerak bawah sampai ke pinggang Frekuensi 6 Kualitas berat Durasi jika
dibawa beraktifitas Penjalaran dari kaki bawah sampai menjalar ke pinggang Faktor Pencetus
Aktifitas berat
Data Objektif
Masalah Keperawatan :
Nyeri AKut
2. MODE KONSEP DIRI
39
KONSEP DIRI Data Subjektif
Sensasi tubuh : Klien merasakan penurunan fungsi ekstremitas bawah sampai ke ekstermitas atas
Citra Tubuh : Klien merasa kakinya bisa berfungsi
Konsistensi diri ...............................................................................................................................................
: Klien konsistensi terhadap pengobatan di rumah sakit
Ideal Diri : Klien berharap kaki tidak berat dibawa berjalan
Etik Spritual Diri : Klien selalu berdoa kepada Allah agar penyakitnya sembuh
Data Objektif
Status emosional
Tenang : Ada
Cemas : Tidak ada
Marah : Tidak ada
Menarik Diri : Tidak ada
Takut : Tidak ada .
Mudah tersinggung : Tidak ada
Tidak sabar : Sabar
Euphoria : Tidak
Respon fisiologis yang terobservasi : kemampuan beraktifitas kurang
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah konsep diri
4. MODE INTERDEPENDENSI
40
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
PERILAKU
Orang lain yang bermakna : Suami
Citra Tubuh : Klien tidak menarik diri dari lingkungan
Konsistensi diri : Klien konsistensi diri dengan pengobatan di RS
Ideal Diri : Klien tidak merasa rendah diri
Moral Etik Spritual Diri : Klien rajin beribadah
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
Discharge Planning :
Tanggal informasi didapatkan
1. Tanggal pulang yang diantisipasi : 30/07/2017
2. Sumber yang tersedia : Orang : suami Keuangan Klien seorang karyawan swasta dan suami PNS
3. Perubahan yang perlu diantisipasi dalam situasi kehidupan setelah pulang kurangi aktifitas berat
4. Area yang mungkin membutuhkan perubahan/bantuan : Ekstremitas bawah.
Penyiapan makanan : Makan biasa yang tinggi kalori Berbelanja :
Transportasi : kendaraan sendiri Ambulasi : tidak ada
Obat/terapi
Infus RL 10 tpm
Injeksi Piracetam 2 x 3 g
Injeksi Raitidin 2 x 1
Injeksi Ceftriaxon 2 x 1 gr
Injeksi Metilcobalamin 2 x 1
Metilprednisolon 4 x 125gr P.O
Meloxicam 1 x 16mg P.O
Flunarizim 2 x 5
Pengobtan : .
Perawatan luka : - Peralatan : -
Bantuan perawatan diri : Bedrest
Gambaran fisik rumah : Permanen
Bantuan merapihkan/pemeliharaan rumah : Suami
Fasilitas kehidupan selain rumah (khusus) : Mobil
RENI 30/07/2017
41
Penatalaksanaan
Data fokus :
DS : - ektremitas bawah lemah
- kaki kesemutan
- Pinggang nyeri
- Nyeri pada kaki tangan akan terasa kebas-kebas jika mengerjakan aktivitas
ringan
- Tidak bisa berjalan
43
DO : - KU sedang
- Kesadaran Composmentis
- GCS E4V5M6
- TD 110/70 mmHg
- Nadi: 78x / menit
- Pernafasan 18x/menit
- Kelemahan pada tungakai bawah dan
- Hipestesi pada tungkai atas setinggi karpa dan tungkai bawah setinggi
genu
- Kurang merasakan sentuhan di telapak kaki
- Kekuatan otot 4 4
0 0
Analisa Data
No Data Etiologi (berdasarkan Masalah
patofisiologi) keperawatan
1 DS :
- Ekstremitas bawah Suplai darah ke Intoleransi aktivitas
lemah jaringan menurun
- Kaki kesemutan Kelemahan
- Pinggang nyeri Kontraksi otot menurun
- Nyeri pada kaki
- Tangan akan terasa
kebas-kebas jika
mengerjakan
aktivitas ringan
- Tidak bisa berjalan
DO :
- KU sedang
- Sadaran
composmentis
- GCS E4V5M6
44
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
- TD 110/70 mmHg
- Nadi: 78x / menit
- Pernafasan
18x/menit
- Kelemahan pada
tungakai bawah
- Hipestesi pada
tungkai atas
setinggi karpa dan
tungkai bawah
setinggi genu
- Kurang merasakan
sentuhan di telapak
kaki
- Kekuatan otot
4 4
0 0
DO :
- KU sedang
- Sadaran
45
composmentis
- GCS E4V5M6
- TD 110/70 mmHg
- Nadi: 78x / menit
- Pernafasan
18x/menit
- Kelemahan pada
tungakai bawah
- Hipestesi pada
tungkai atas
setinggi karpa dan
tungkai bawah
setinggi genu
- Kurang merasakan
sentuhan di telapak
kaki
- Kekuatan otot
4 4
0 0
DO :
46
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
- Kelemahan pada
tungakai bawah
- Hipestesi pada
tungkai atas
setinggi karpa dan
tungkai bawah
setinggi genu
- Kurang merasakan
sentuhan di telapak
kaki
- Kekuatan otot
4 4
0 0
Diagnosa keparawatan
1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidak seimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan tubuh (Nanda : 241)
2. Nyeri akut b/d agent cidera
3. Defisit perawatan diri b/d : penurunan atau , kerusakan muskuloskeletal, kerusakan
neuromuskular, nyeri, kerusakan persepsi/ kognitif, kecemasan, kelemahan dan
kelelahan.
Perencanaan
No Diagnosa NOC NIC Aktivitas Keperawatan
1 Tujuan : Setelah Activity Therapy Activity Therapy
dilakukan 1. Kolaborasi 1. Mengkaji setiap aspek
intervensi dengan tim klien terhadap terapi
selama 3 x24 kesehatan lain latihan yang
jam diharapkan untuk dierencanakan.
kondisi klien merencanakan ,
stabil saat monitoring
aktivitas dengan program aktivitasi
KH: klien. 2. Aktivitas yang teralau
2. Bantu klien berat dan tidak sesuai
Activity Tolerance memilih aktivitas dengan kondisi klian dapat
yang sesuai dengan memperburuk toleransi
Saturasi kondisi. terhadap latihan.
O2 saat 3. Melatih kekuatan dan
47
aktivitas 3. Bantu klien irama jantung selama
dalam batas untuk melakukan aktivitas.
normal (95- aktivitas/latihan
100%) fisik secara teratur. 4. Mengetahui setiap
Nadi 4. Monitor perkembangan yang
saat aktivitas status emosional, muncul segera setelah
dalam batas fisik dan social terapi aktivitas.
normal (60- serta spiritual klien
100x/mnt) terhadap
latihan/aktivitas. 5. EKG memberikan
RR saat 5. Monitor hasil gambaran yang akurat
aktivitas pemeriksaan EKG mengenai konduksi
dalam batas klien saat istirahat jantung selama istirahat
normal (12- dan aktivitas (bila maupun aktivitas.
20x/mnt) memungkinkan
dengan tes
Tekanan
toleransi latihan). 6. Pemberian obat
darah systole
6. Kolaborasi antihipertensi digunakan
saat aktivitas
pemberian obat untuk mengembalikan TD
dalam batas
antihipertensi, klien dbn, obat digitalis
normal (100-
obat-obatan untuk mengkoreksi
120mmHg)
digitalis, diuretic kegagalan kontraksi
Tekanan dan vasodilator. jantung pada gambaran
darah diastole EKG, diuretic dan
saat aktivitas vasodilator digunakan
dalam batas untuk mengeluarkan
normal (60- kelebihan cairan.
80mmHg) Energy Management
Energy 1. Mencegah
Hasil Management penggunaan energy yang
EKG dalam 1. Tentukan berlebihan karena dapat
batas normal pembatasan menimbulkan kelelahan.
aktivitas fisik 2. Memudahkan klien
pada klien untuk mengenali kelelahan
2. Tentukan dan waktu untuk istirahat.
Fatigue Level persepsi klien dan
perawat
mengenai
Tidak nampak
kelelahan.
tidak
kelelahan
Tidak nampak
tidak lesu
Tidak ada
penurunan 3. Mengetahui sumber
nafsu makan asupan energy klien.
3. Mengetahui etiologi
Tidak ada kelelahan, apakah
sakit kepala 3. Tentukan mungkin efek samping
penyebab obat atau tidak.
Kualitas tidur kelelahan
48
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
49
lamanya pengalaman nyeri
(onset) nyeri dan penerimaan
Klien dapat klien terhadap 4. Untuk mengetahui
menggambar respon nyeri apakah nyeri yang
kan faktor 4. Tentukan dirasakan klien
penyebab pengaruh berpengaruh terhadap
Klien dapat pengalaman nyeri yang lainnya
menggunaka terhadap kualitas
n teknik non hidup( napsu
farmakologis makan, tidur,
Klien aktivitas,mood, 5. Untuk mengurangi
menggunaka hubungan sosial) factor yang dapat
n analgesic 5. Tentukan memperburuk nyeri yang
sesuai faktor yang dapat dirasakan klien
instruksi memperburuk
Pain Level nyeri 6. Untuk mengetahui
Klien 6. Lakukan apakah terjadi
melaporkan evaluasi dengan pengurangan rasa nyeri
nyeri klien dan tim atau nyeri yang dirasakan
berkurang kesehatan lain klien bertambah.
Klien tidak tentang ukuran
tampak pengontrolan nyeri
mengeluh yang telah 7. Pemberian health
dan dilakukan education dapat
menangis 7. Berikan mengurangi tingkat
Ekspresi informasi tentang kecemasan dan membantu
wajah klien nyeri termasuk klien dalam membentuk
tidak penyebab nyeri, mekanisme koping
menunjukkan berapa lama nyeri terhadap rasa nyeri
nyeri akan hilang,
Klien tidak antisipasi terhadap 8. Untuk mengurangi
gelisah ketidaknyamanan tingkat ketidaknyamanan
dari prosedur yang dirasakan klien.
8. Control
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
respon ketidak 9. Agar nyeri yang
nyamanan klien dirasakan klien tidak
(suhu ruangan, bertambah.
cahaya dan suara)
9. Hilangkan
faktor presipitasi
yang dapat
meningkat kan
pengalaman nyeri 10. Agar klien mampu
klien (ketakutan, menggunakan teknik
kurang nonfarmakologi dalam
pengetahuan) memanagement nyeri
10. Ajarkan cara yang dirasakan.
penggunaan 11. Pemberian analgetik
50
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
51
melakukannya.
7. Berikan aktivitas 7. Menghilangkan kejenuhan
rutin sehari- hari pasien dari efek
sesuai hospitalisasi
kemampuan.
8. Pertimbangkan 8. Aktivitas sesuai dengan
usia klien jika usia dan kemampuan
mendorong
pelaksanaan
aktivitas sehari-
hari.
Implementasi
No Implementasi Respon Pasien
Diagnosa (Disertai Waktu)
1 21/07/2017 jam 10:00 Jam 14:00
1. Mengolaborasi dengan tim Tanda Vital dalam batas normal
kesehatan lain untuk
merencanakan , monitoring TD: 110/70 mmHg
program aktivitasi klien.
2. Membantu klien memilih
Nadi: 78x/ menit
aktivitas yang sesuai dengan
kondisi.
Tidak nampak tidak kelelahan
3. Membantu klien untuk
melakukan aktivitas/latihan fisik
secara teratur. Tidak nampak tidak lesu
Jam 12:00
SIMPULAN
Sindroma Guillain Barre (SGB) adalah suatu penyakit pada susunan saraf yang
terjadi secara akut dan menyeluruh, terutama mengenai radiks dan saraf tepi, kadang-
54
Panduan Profesi Ners KMB STIKes FDK
kadang mengenai saraf otak yang didahului oleh infeksi akut non spesifik seperti infeksi
saluran nafas dan saluran cerna. Penyebab infeksi yang paling sering adalah
Campylobacter jejuni. Adapun gejala utama dari SGB adalah kelemahan yang bersifat
progresif pada satu atau lebih ekstremitas dengan atau tanpa disertai ataxiadan
arefleksia atau hiporefleksia yang bersifat general.
Dari pemeriksaan LCS didapatkan peningkatan protein tanpa peningkatan
jumlah sel (MN < 10 /ul). Dari pemeriksaan elektrodiagnostik terlihat adanya
perlambatan atau blok pada konduksi impuls saraf. Diagnosa SGB terutama ditegakkan
secara klinis, yaitu dari kriteria diagnostik SGB menurut The National Institute of
Neurological and Communicative Disorders and Stroke ( NINCDS)
Sampai saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk SGB, pengobatan terutama
secara simptomatis. Pada umumnya penderita mempunyai prognosis yang baik, tetapi
pada sebagian kecil penderita dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa. Kematian
pada SGB disebabkan oleh gagal nafas dan aritmia.
DAFTAR PUSTAKA
Tanto,C, dkk, 2014 . Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-4.Jilid 1 FKUI, Jakarta:
Medica Aesculpalus.
55
Guillain-Barr Syndrome. Available from: http://www.medicinenet.com/guillain-
barre_syndrome/article.htmhttp://www.medicinenet.com/guillain-
barre_syndrome/article.htm. (diakses tanggal 26 Februari 2016).
56