Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga


komposisi darah dengan mencegah menumpuknya limbah dan
mengendalikan keseimbangan cairan dalam tubuh, menjaga level
elektrolit seperti sodium, potasium dan fosfat tetap stabil, serta
memproduksi hormon dan enzim yang membantu dalam mengendalikan
tekanan darah, membuat sel darah merah dan menjaga tulang tetap kuat.

Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan


masyarakat global dengan prevalens dan insidens gagal ginjal yang
meningkat, prognosis yang buruk dan biaya yang tinggi. Prevalensi PGK
meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan
kejadian penyakit diabetes melitus serta hipertensi. Sekitar 1 dari 10
populasi global mengalami PGK pada stadium tertentu. Hasil systematic
review dan metaanalysis yang dilakukan oleh Hill et al, 2016,
mendapatkan prevalensi global PGK sebesar 13,4%. Menurut hasil
Global Burden of Disease tahun 2010, PGK merupakan penyebab
kematian peringkat ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi
urutan ke-18 pada tahun 2010. Sedangkan di Indonesia, perawatan
penyakit ginjal merupakan ranking kedua pembiayaan terbesar dari BPJS
kesehatan setelah penyakit jantung.
Chronic Kidney Disease merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit

1
sehingga terjadi uremia. Diperkirakan hingga tahun 2015 Data WHO
dengan kenaikan dan tingkat persentase dari tahun 2009 sampai sekarang
2011 sebanyak 36 juta orang warga dunia meninggal dunia akibat
penyakit Cronic Kidney Disease (CKD).

Adapun data mengenai penyakit ginjal didapatkan dari hasil Riset


Kesehatan Dasar (Riskesdas), Indonesian Renal Registry (IRR), dan
sumber data lain. Riskesdas 2013 mengumpulkan data responden yang
didiagnosis dokter menderita penyakit gagal ginjal kronis, juga beberapa
faktor risiko penyakit ginjal yaitu hipertensi, diabetes melitus dan
obesitas.
Hasil Riskesdas 2013, populasi umur ≥ 15 tahun yang
terdiagnosis gagal ginjal kronis sebesar 0,2%. Angka ini lebih rendah
dibandingkan prevalensi PGK di negara-negara lain, juga hasil penelitian
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2006, yang
mendapatkan prevalensi PGK sebesar 12,5%. Hal ini karena Riskesdas
2013 hanya menangkap data orang yang terdiagnosis PGK sedangkan
sebagian besar PGK di Indonesia baru terdiagnosis pada tahap lanjut dan
akhir.

Hasil Riskesdas 2013 juga menunjukkan prevalensi meningkat


seiring dengan bertambahnya umur, dengan peningkatan tajam pada
kelompok umur 35-44 tahun dibandingkan kelompok umur 25-34 tahun.
Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%),
prevalensi lebih tinggi terjadi pada masyarakat perdesaan (0,3%), tidak
bersekolah (0,4%), pekerjaan wiraswasta, petani/nelayan/buruh (0,3%),
dan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah masing-
masing 0,3%. Sedangkan provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah
Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi
Utara masing-masing 0,4 %.

2
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada
tahun 2013, prevalensi penyakit gagal ginjal di Indonesia adalah 0,2%,
sedangkan di Jawa Barat memiliki prevalensi 0,3%. Adapun data dari
depkes (2014) prevalensi penderita gagal ginjal kronis nasional sebesar
0,2%. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka
terdapat 504.248 jiwa yang menderita gagal ginjal kronis (0,2% = 504.248
jiwa). Data dari Indonesia Renal Regestry (IRR) pada tahun 2014
menunjukkan bahwa pasien yang menjalani hemodialisa tertinggi berada
di Provinsi Jawa Barat, yaitu pasien yang baru menjalani hemodialisa
sebanyak 5.029 orang dan pasien aktif sebanyak 3.358 orang. Kemudian
di susul dengan Provinsi Jawa Timur dengan jumlah pasien baru 3.621
orang dan pasien aktif 2.787 orang, dan kemudian Provinsi Jawa Tengah
dengan pasien baru sebanyak 2.192 orang dan pasien aktif 1.171 orang.

Sumber Pusat Data dan Informaso Kementerian RI, 2017.

IRR adalah kegiatan pengumpulan data yang berkaitan dengan data


pasien yang menjalani dialisis, transplantasi ginjal serta data epidemiologi
penyakit ginjal dan hipertensi di Indonesia. IRR merupakan program
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) yang dimulai sejak tahun
2007. Data dikumpulkan dari seluruh fasilitas pelayanan dialisis di
Indonesia baik di dalam maupun di luar rumah sakit, baik pemerintah
maupun swasta. Pada tahun 2016 hingga Oktober terdapat 169 dari total
382 fasilitas pelayanan dialisis di Indonesia yang mengirimkan data
(44,2%).

Adapun RS PMI Kota Bogor memiliki 56 unit hemodialisa yang


melayani 289 pasien gagal ginjal dikota bogor tiap bulannya. Pasien gagal
ginjal dapat melakukan cuci darah 1-3 kali seminggu sesuai kebutuhan
pasien
Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di mana fungsi

3
ginjal menurun dari waktu ke waktu. CKD biasanya berkembang secara
perlahan dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien
sering tidak menyadari bahwa kondisi mereka telahn parah. Kondisi
fungsi ginjal memburuk, kemampuan untuk memproduksi erythropoietin
yang memadai terganggu, sehingga terjadi penurunan produksi baru sel-
sel darah merah dan akhirnya terjadi anemia. Dengan demikian, anemia
merupakan komplikasi yang sering terjadi pada CKD, dan sekitar 47%
pasien dengan CKD anemia (Denise, 2010).
Penyakit CKD merupakan penyakit yang memerlukan perawatan
dan penanganan seumur hidup. Fenomena yang terjadi banyak klien yang
keluar masuk Rumah Sakit untuk melakukan pengobatan dan dialisis.
Oleh karena itu peran perawat sangat penting dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien CKD, serta diharapkan tidak hanya terhadap
keadaan fisik klien tetapi juga psikologis klien.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan CKD?
2. Apa saja klasifikasi CKD?
3. Apa etiologi CKD?
4. Apa saja manifestasi klinis CKD?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang CKD?
6. Bagaimana patofisiologi CKD?
7. Bagaimana proses keperawatan pada klien dengan CKD?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran
mengenai Chronic Kidney Disease (CKD).

4
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan
diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan,
mampu melakukan perawatan dan mengevaluasi tindakan
keperawatan yang sudah diberikan pada pasien dengan CKD.

b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan


dapat mengatasi masalah keperawatan pada kasus CKD.
c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien dengan CKD.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep penyakit
1. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) yaitu ginjal kehilangan
kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan
tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya
dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut. Gagal ginjal kronik
merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat pada
setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak
reversibel), gagal ginjal akut seringkali berkaitan dengan penyakit kritis
berkembang cepat dalam hitungan beberapa hari ataupun minggu, dan
biasanya reversibel bila pasien dapat bertahan dengan penyakit kritisnya.
Sumber : Nurarif Amin dan Kusuma Hardi. 2015. Nanda nic noc jilid 2
Asuhan kep. Berdasarkan diagnosa medis. Mediaction. Jogjakarta :
Mediaction
Gagal ginjal kronis (GGK) adalah hasil dari perkembangan dari
ketidakmampuan kembalinya fungsi nefron. Gejala klinis yang serius
sering tidak terjadi sampai jumlah nefron yang berfungsi menjadi rusak
setidaknya 70-75% dibawah normal. Bahkan konsentrasi elektrolit darah
relatif normal dan volume cairan tubuh yang normal masih bisa
dikembalikan sampai jumlah nefron yang berfungsi menurun dibawah
20-25%. (Guyton and Hall, 2014)
Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang
menyebabkan fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya
tidak mampu melakukan fungsinya dengan baik. Gangguan fungsi ginjal
ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urine
dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Brunner & Suddarth, 2013).

6
Sumber : Ali ARB. 2017. E-journal keperawatan https://media.neliti.com
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Chronic
kidney disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal sekitar 70-
75% yang dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat
menyebabkan uremia.

2. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG
(Laju Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125
ml/min/1,73m2 dengan rumus Kockroft – Gault sebagai berikut :

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

Sumber : Sudoyo. 2010. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

3. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi
tersering terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% .
Sedangkan glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi
nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan
penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak
sering terjadi yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya
sebesar 21 %. (US Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006).

7
Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia
tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan
prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus
dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan
8,46%, dan sebab lain dengan 13,65%.
1) Infeksi misalnya pielonefritis kronik (infeksi saluran kemih),
glomerulonefritis (penyakit peradangan).
Pielonefritis adalah proses infeksi peradangan yang biasa mulai di
renal pelvis, saluran ginjal yang menghubungkan kesakitan kencing
(ureter) dan parencyma ginjal atau jaringan ginjal. Glomerulonefritis
disebabkan oleh dari salah satu banyak penyakit yang merusak baik
glomelurus maupun tubulus. Pada tahap ini keseluruhan kemampuan
penyaringan ginjal sangat berkurang.
b. Penyakit metabolik misalnya (DM, gout, hiperparatiroidisme,
amiloidosis).
Penyebab terjadiya ini dimana kondisi genetik yang ditandai dengan
adanya kelainan dalam proses metabolisme dalam tubuh akibat
defisiensi hormon dan enzim.
c. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, penyebab
penyakit yang dapat dicegah bersifat reversibel, sehingga
penggunaan sebagai prosedur diagnostik.
d. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah :
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher
kandung kemih dan uretra.
e. Batu saluran kencing yang menyatakan hidrolityasis, merupakan
penyebab gagal ginjal dimana benda padat yang dibentuk oleh
presipitasi berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih.
f. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis. Disebabkan karena

8
terjadinya vaskularisasi diginjal oleh adanya peningkatan tekanan
darah akut dan kronik.
g. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik, asidosis tubulus ginjal.
Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kata multiple, bilateral
dan berekspansi yang lambat lain akan menggangu dan
menghancurkan paremkim ginjal normal akibat penekanan, semakin
lama ginjal tidak mampu mempertahankan fungsi ginjal sehingga
ginjal akan menjadi rusak.
Sumber : NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Defisiensi Dan
Klasifikasi 2015-2017. Edk 10. Jakarta : EGC

4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis mnurut (Nahas & Levin,2010) sebagai berikut:
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema
(kaki,tangan,sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial,
pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan
Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut,
anoreksia, mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran
gastrointestinal

9
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan
rapuh.
h. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler

Sumber : Nahas, Meguid El & Adeera Levin.Chronic Kidney


Disease: A Practical Guide toUnderstanding and Management .
USA: Oxford University Press. 2010

5. Komplikasi
Menurut Robinson (2013) dan Suharyanto dan Majdid (2009),
komplikasi CKD yang dapat terjadi antara lain :
a. Hipertensi
Pada saat penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi
pembentukan jaringan parut dan aliran darah ginjal akan
berkurang. Pelepasan rennin akan meningkat bersama dengan
kelebihan beban cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi.

b. Hiperkalemia

Hiperkalemia merupakan komplikasi yang palig serius,


karena bila K+ serum mencapai 7 mEq/L, dapat mengakibatkan
aritmia dan juga henti jantung.

10
c. Anemia
Anemia pada gagal ginjal kronik diakibatkan karena
penurunan sekresi eritropoeitin oleh ginjal.
d. Asidosis
Asidosis adalah terlalu banyak asam dalam cairan tubuh.
Asidosis ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO3- plasma
turun dibawah angka 15 mEq/L. Biasanya asidosis berat akan
dikoreksi dengan pemberian Na HCO3- (natrium bikarbonat)
parenteral.
e. Hiperurisemia
Hiperurisemia adalah tingkat asam urat dalam darah yang
terlalu tinggi. Batas untuk wanita adalah 6 mg/dL, dan 6,8 mg/dL
untuk lakilaki.
f. Dehidrasi
Hilangnya fungsi ginjal biasanya menyebabbkan retensi
natrium dan air akibat hilangnya nefron. Ginjal tetap
mempertahankan filtrasi namun kehilangan fungus tubulus
sehingga mengekskresikan urin yang sangat encer yang
menyebabkan dehidrasi.
g. Gastrointestinal

Gejala mual, muntah, anoreksia, dan dada terasa terbakan


sering dirasakan pasien gagal ginjal kronik. Esofagitis,
angiodisplasia dan pancreatitis juga tinggi terjadi pada pasien
gagal ginjal kronik.

h. Endokrin
Pada pria, gagal ginjal kronik dapat menyebabkan
kehilangan libido, impotensi, dan penurunan jumlah serta
mortilitas sperma. Pada wanita, sering terjadi kehilangan libido,
berkurangnya ovulasi dan infertilitas.

11
i. Penyakit jantung
Perikarditis dapat terjadi dan lebih besar kemungkinan
terjadinya jika kadar ureum, fosfat tinggi atau terdapat
hiperparatiroidisme sekunder yang berat. Kelebihan cairan dan
hipertensi dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri atau
kardiomiopati dilatasi.

Sumber : Madjid dan Suharyanto. 2009. Asuhan Keperawatan


Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan/Toto
Suharyanto, Abdul Madjid; Copy Editor: Agung Wijaya, A.md-
Jakarta : TIM

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat
komplikasi ginjal.
1) Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran
ginjal dan adanya massa kista, obtruksi pada saluran
perkemihan bagianatas.
2) Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk
menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologis.
3) Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi
penurunan faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati
asam urat.

12
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal ,
anatomi sistem pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal,
kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler,
parenkhim) serta sisa fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi
metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri,
tanda-tanda perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit
(hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal
ginjal kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine
tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan
oleh pus / nanah,

13
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna
kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan
porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan
kerusakan tubular, amrasio urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin
10 mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolik

7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien CKD disesuaikan
dengan stadium penyakit pasien tersebut (National Kidney Foundation,
2010). Perencanaan tatalaksana pasien CKD dapat dilihat pada tabel
berikut ini:

14
Tabel 2.2. Rencana Tatalaksana CKD Sesuai Stadium.

GFR
Stadium Rencana Tatalaksana
2
(mL/menit/1,73m )

Observasi, kontrol tekanan


1 ≥ 90 darah

Observasi, kontrol tekanan


2 60 – 89 darah dan faktor risiko

3a 45 – 59 Observasi, kontrol tekanan

3b 30 – 44 darah dan faktor risiko

4 15 – 29 persiapan untuk RRT

5 < 15 RRT

8. Sumber: (Suwitra, 2009; The Renal Association, 2013)


9.
Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya paling tepat diberikan
sebelum terjadinya penurunan GFR sehingga tidak terjadi perburukan
fungsi ginjal. Selain itu, perlu juga dilakukan pencegahan dan terapi
terhadap kondisi komorbid dengan mengikuti dan mencatat penurunan
GFR yang terjadi. Perburukan fungsi ginjal dapat dicegah dengan
mengurangi hiperfiltrasi glomerulus, yaitu melalui pembatasan asupan
protein dan terapi farmakologis guna mengurangi hipertensi

15
intraglomerulus. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit
kardiovaskular merupakan hal yang penting mengingat 40-45 %
kematian pada CKD disebabkan oleh penyakit kardiovaskular ini.
Pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskular dapat dilakukan dengan
pengendalian diabetes, pengendalian hipertensi, pengendalian
dislipidemia dan sebagainya. Selain itu, perlu dilakukan pencegahan dan
terapi terhadap komplikasi yang mungkin muncul seperti anemia dan
osteodistrofi renal (Suwitra, 2009).
Sumber :
1. National Kidney Foundation, 2010. Chronic Kidney Disease (CKD).
Availablefrom:
http://www.kidney.org/kidneyDisease/ckd/index.cfm#what
2. Suwitra , K. (2009) Penyakit Gijal Kronis. Dalam A. W. Sudoyo, S.
Bambang, A. Idrus, K. Marcellus Simadibrata ,& S. Setiadi (Ed.) , Buku
Ajar IlmuPenyakitDalam . (pp. 1035-1040). Jakarta :Interna Publishing

16
8. Pathway

17
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Menurut Padila (2012), Anggraini & Putri (2016), Muttaqin & Sari
(2014) penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik
adalah :

1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama

Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai


dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual,
muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum) dan
gatal pada kulit.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran,


perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit,
adanya nafas berbau amonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi.
Serta tanyakan pada klien, sudah pernah berobat dimana dan
mendapat obat-obatan apa saja.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, ISK,


payah jantung, penggunaan obat-obatan nefrotoksik, BPH, dan
prostatektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih,
ISK yang berulang, penyakit DM, dan penyakit hipertensi pada
masa sebelumnya yang menjadi predisposisi/penyebab. Penting
untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu
dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.

18
e. Psikososial

Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya


tindakan dialisis akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan, gangguan konsep diri dan gangguan
peran pada keluarga.

f. Aktifitas / istirahat.
1) Gejala : kelelahan ekstrem, kelemahan malaise, ganggaun
tidur (insomnis/gelisah atau somnolen).
2) Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus,
penurunanrentang gerak
g. Sirkulasi
1) Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri
dada (angina).
2) Tanda : hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan
pitting pada kaki, telapak tangan,disritmia jantung, friction rub
pericardial, pucat pada kulit, kecenderungan perdarahan.
h. Integritas ego
1) Gejala : faktor stress contoh financial, hubungan dengan
orang lain, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekakuan perasaan.
2) Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian.
i. Eliminasi
1) Gejala : penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal
tahap lanjut), abdomen kembung,diare, atau konstipasi.
2) Tanda : perubahan warna urin, contoh : kuning pekat, merah,
coklat, berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.

19
j. Makanan/cairan
1) Gejala : peningkatan BB cepat (edema), penurunan
BB(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa
metalik tidak nyaman pada mulut (pernafasan ammonia).
2) Tanda : distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap
akhir), perubahan turgor kulit/kelembapan, edema
(umum/tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah,
penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan
tidak bertenaga.
k. Neurosensori
1) Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang,
rasa terbakar pada kaki, kebas/kesemutan dan kelemahan
khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer).
2) Tanda : ganggaun status mental, contohnya penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan konstentrasi, kehilangan
memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma,
kejang, faskulasi otot.
l. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki.
2) Tanda : perilaku berhati-hati, gelisah.
m. Pernafasan
1) Gejala : nafas pendek, dispea nocturnal paroksimal,
batukdengan atau tanpa sputum.
2) Tanda : takipnea, dispnea, penafasan kussmaul, batuk
produktif dengan sputum merah muda encer (
mendandakan adanya edema paru).
n. Seksualitas
1) Gejala : penurunan libido, amenorea, infertilitas.
o. Pengkajian balance cairan

Pemantauan status hidrasi pada pasien GGK meliputi


pemantauan intake output cairan selama 24 jam dengan

20
menggunakan chart intake output cairan untuk kemudian
dilakukan penghitungan balance cairan (balance positif
menunjukkan keadaan overload). Chart pemantauan intake
output cairan klien, tidak hanya diisi oleh mahasiswa saja,
namun juga diisi oleh klien. Hal tersebut bertujuan untuk
melatih klien dalam memantau asupan dan haluaran cairan,
sehingga pada saat pulang ke rumah klien sudah memiliki
keterampilan berupa modifikasi perilaku khususnya dalam
manajemen cairan. Keterampilan tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya overload cairan.pada klien, mengingat
jumlah asupan cairan klien bergantung kepada jumlah urin 24
jam.

Tabel 2.2 pengkajian balance cairan

Tanggal :

Berat Badan :

Waktu Cairan masuk ( intake ) Cairan keluar (ouput)

( WIB) makan minum Infus BAB Muntah IWL

07.00

08.00

09.00

10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

21
Subtotal

Dst

Total/24
jam

p. Observasi dan pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Head To Toe dengan pendekatan IPPA


(Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi). Data yangpaling
menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada thorax yang
meliputi jantung dan paru-paru yaitu :

1) Inspeksi : frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya


bernafas antara lain takipnea, dispnea progresif,
kussmaul, pernafasan dangkal.
2) Palpasi : adanya nyeri tekan, peningkatan fokal fremitus
pada daerah yang mengalami gangguan.
3) Perkusi : pekak apabila terisi cairan pada paru,
normalnya timpani (terisi udara) resonansi.
4) Auskultasi : terdapat suara nafas tambahan apabila paru-
paru terisi cairan, antara lain crackles, ronchi.

Sumber : Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal


Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika Muttaqin, A & Sari, K.
(2014). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: salemba Medika.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul menurut Padila (2012),


Muttaqin & Sari (2014), Suharyanto dan Madjid (2009) adalah :

22
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
hiperventilasi.
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi: penurunan volume urine, retensi cairan.
3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
preload.
4) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologi: anoreksi, mual muntah.
5) Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan.
6) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
status metabolik.

Sumber :

1. Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah.


Yogyakarta : Nuha Medika Muttaqin, A & Sari, K. (2014).
Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: salemba Medika.

2. Madjid dan Suharyanto. 2009. Asuhan Keperawatan Pada


Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan/Toto
Suharyanto, Abdul Madjid; Copy Editor: Agung Wijaya,
A.md-Jakarta : TIM

c. Intervensi keperawatan

1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi.

Tujuan : pola nafas dapat kembali efektif.

Kriteria hasil : klien tampak nyaman, ekspresi wajah tampak rileks,


RR norma : 16-24 x/ menit, klien tidak sesak nafas.

Intervensi :

23
a) Manajemen jalan nafas : penghisapan lendir pada jalan nafas
(bila ada lendir), manajemen jalan nafas buatan

b) Monitor pernafasan : monitor TTV, fisioterapi dada,


relaksasi otot progresif.

c) Jelaskan tentang relaksasi nafas dalam.

d) Kolaborasi : pemberian terapi oksigen, pemberian terapi


obat, nebulizer/ pemasangan alat bantu pernafasan.

2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan


mekanisme regulasi: penurunan volume urine, retensi.

Tujuan : Tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemik

Kriteria hasil : Tidak ada edema pada ekstremitas, tidak ada

pitting edema, BB dalam batas normal.

Intervensi :

a) Kaji adanya edema ekstremitas.

b) Kaji tekanan darah.

c) Ukur intake dan output (balance cairan) setiap hari.

d) Timbang berat badan setiap hari.

e) Jelaskan pada pasien alasan pembatasan cairan.

f) Kolaborasi : berikan diet tanpa garam, berikan diet rendah


protein tinggi kalori, berikan diuretik sesuai indikasi,
lakukan tindakan dialisis.

3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload.

Tujuan : dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat.

Kriteria hasil : TD dan HR dalam batas normal, nadi perifer kuat.

24
Intervensi :

a) Auskultasi bunyi jantung, evaluasi adanya dispnea, edema


perifer/kongesti vaskuler.

b) Kaji adanya hipertensi, monitor TD, perhatikan postural saat


berbaring, duduk dan berdiri.

c) Observasi EKG, frekuensi jantung.

d) Kaji adanya nyeri dada, lokasi, berat nyeri, apakah berkurang


dengan inspirasi dalam posisi terlentang.

e) Observasi warna kulit, membrane mukosa dan dasar kuku.

f) Jelaskan pada pasien untuk mempertahankan tirah baring

g) Kolaborasi : awasi hasil laboraturium: elektrolit ( Na, K, Ca,


Mg), BUN, creatinin, berikan oksigen dan terapi obat sesuai
indikasi, siapkan dialisis.

4) Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan faktor biologis: anoreksi, mual muntah.
Tujuan : mempertahankan nutrisi yang adekuat.

Kriteria hasil : BB dalam batas normal, Albumin dalam batas


normal, tidak terjadi penurunan BB.

Intervensi :

a) Kaji status nutrisi : perubahan BB, nila laboraturium (BUN,


kreatinin, protein, besi)

b) Kaji pola diet nutrisi : riwayat diet, makanan kesukaan.

c) Kaji faktor yang merubah dalam masukan nutrisi : mual,


muntah, anoreksi, diet yang tidak menyenangkan, depresi.

d) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu


makan.

25
e) Timbang berat badan setiap hari.

f) Jelaskan pada klien alasan pembatasan diet dan


hubungannya dengan penyakit ginjal dan peningkatan urea
dan kreatinin.

g) Kolaborasi : sediakan makanan kesukaan dalam batas-batas


diet.

5) Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan.

Tujuan : Klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang mampu


ditoleransi.

Kriteria hasil : pasien mampu mendemonstrasikan peningkatan


aktivitas yang dibuktikan dengan pengungkapan berkurangnya
kelemahan dan dapat beristirahat secara cukup dan mampu
melakukan kembali aktivitas sehari-hari yang memungkinkan.

Intervensi :

a) Kaji faktor yang menimbulkan keletihan : anemia,


ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, retensi produk
sampah urin.

b) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang


dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.

c) Anjurkan aktivitas alternative sambil istirahat.

d) Anjurkan untuk istirahat setelah dialisis.

e) Beri semangat untuk mencapai kemajuan aktivitas bertahap


yang dapat ditoleransi.

f) Kolaborasi : libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan


aktivitas klien sehari-hari.

26
6) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status
metabolik.
Tujuan : tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Kriteria hasil : kulit hangat, kuit tidak kering, hiperpigmentasi
berkurang, turgor kulit baik.
Intervensi :
a) Kaji kekeringan pada kulit, pruritis, ekskoriasi, dan infeksi.
b) Kaji adanya petekie dan purpura.
c) Monitor area lipatan kulit dan area yang edema.
d) Gunting kuku dan pertahankan kuku tetap pendek dan
bersih.
e) Kolaborasi : berikan terapi obat anti pruritis sesuai indikasi.

d. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan catatan tentang


tindakan yang diberikan kepada klien. Pencataan mencakup
tindakan keperawatan yang diberikan baik secara mandiri maupun
kolaboratif, serta pemenuhan kriteria hasil terhadap tindakan yang
diberikan kepada klien (Hutahean, 2010).

Sumber : Hutahaean, (2010). Konsep dan dokumentasi proses


keperawatan. jakarta: Trans Info Media

e. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang


sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012).

27
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Gol. Darah :-
Alamat : Parung
Diagnosa Medis : CKD
Tanggal Pengkajian : 25 November 2019
B. Riwayat HD
Keluhan Utama HD : Klien mengatakan badan terasa lemas,
pusing dan berat badan naik.
Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien tidak pernah menderita penyakit yang
sama sebelumnya.
BB kering : Observasi BB sekarang: 52 kg
Sarana Hubungan Sirkulasi : cimino kiri
Frekuensi HD : 3x seminggu
Lama HD : 4 jam
Heparinisasi :
1. Bolus Awal : 3000 iu
2. Kontinue : 500 iu/jam
3. Total : 4000 iu
Dialisat :
Keluhan Selama HD : Klien mengatakan mual saat proses dialisis
TD selama HD : 160/90
Transfusi Terakhir :-
C. Pemeriksaan Fisik (focus)
1. Pemeriksaan fisik:
a. Kepala & Wajah

28
Inspeksi : Saat di inspeksi wajah terlihat lemas dan menahan mual,
kulit kepala terlihat kotor, persebaran rambut merata,
terlihat canities pada warna rambut
Palpasi : Saat di palpasi tidak ada pembesaran pada kepala, tidak
ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi : Saat di inspeksi bentuk mata simetris kanan dan kiri,
konjungtiva anemis, pupil isokor, sklera an ikterik.
Palpasi : Saat di palpasi tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
c. Mulut
Inspeksi : Saat di inspeksi mukosa bibir terlihat kering, tidak terdapat
stomatitis
Palpasi : Saat di palpasi tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
d. Abdomen
Inspeksi : Saat di inspeksi tidak ada jaringan parut, perut nampak
asites
Auskultasi : Saat di auskultasi Peristaltik usus 12x/menit
Perkusi : Saat di perkusi suara abdomen tymphani
Hati Pankreas Lambung
Usus besar Usus halus Usus halus
Palpasi : Saat di palpasi adanya nyeri tekan
e. Ekstermitas
Inspeksi : Saat di inspeksi kulit terlihat kehitaman di ekstermitas
bawah dan terdapat edema pada ekstermitas bawah,
terpasang cimino di ekstermitas atas sinistra
Palpasi : Saat di palpasi teraba benjolan dan nyeri tekan di
ekstermitas atas (cimino) dan terdapat benjolan di
ekstermitas bawah (edema), kulit ekstermitas bawah
teraba kasar
2. Kesadaran : compos mentis
3. TTV : TD : 160/90

29
N : 88
RR: 24x/ menit
S : 36 c
D. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (tanggal: 5 Desember 2018)
Hb : 6.0*
Leukosit : 8.25
Urea : 26.8*
Kreatinin : 2,2*
Natrium : 127
Kalium : 4.0

E. Terapi (tanggal: 25 Nov 2019 )


1. Neurobion IV

30
ANALISA DATA

Analisa Data Pre HD

Data Etiologi Masalah

DS : Klien mengatakan Vaskuler Kelebihan Volume


badan terasa lemas dan Cairan
Arteriosklerosis
pusing.
Suplay darah ginjal
turun
DO : BB: 52 kg
GFR turun
: Edema ekstremitas.
GGK
: turgor kulit>2 detik
Retensi Na
: Urea : 26.8*
Total CES naik
: Kreatinin : 2,2*
Tekanan kapiler naik

Volume interstisial naik

Edema

Pre load naik

Beban jantung naik

Hipertropi ventrikel kiri

Payah jantung kiri

COP turun

Aliran darah ginjal turun

RAA turun

31
Retensi Na dan H2O

Kelebihan volume
cairan

DS: klien mengatakan GGK Defisiensi pengetahuan


tidak tahu tentang
kondisi dan
penanganannya. Kurang pengetahuan

DO: klien masih minum Defisiensi pengetahuan


melebihi batas anjuran
(800 cc/ 24 jam), BB
meningkat, oedem pada
ekstremitas.

32
Analisa Data Intra HD

Data Etiologi Masalah

DS: Klien mengatakan Kecepatan pengeluaran Mual


mual darah dalam jumlah
banyak

Penurunan darah di
DO: nafsu makan klien
vaskuler
terlihat berkurang porsi
makan hanya 5 sendok, Penurunan volume darah
bau mulut (+) intravaskuler

Penurunan sirkulasi ke
cerebral

Hipoksia cerebral

Merangsang pusat mual


di hipotalamus

nausea

Analisa Data Post HD

Data Etiologi Masalah

DS: klien mengatakan Post HD Kerusakan integritas


kulit kering, dan gatal kulit
Adanya akses vaskuler
pada luka akibat punksi
Uremi frost

33
DO: terdapat luka akibat
punksi di tangan sebelah
Adanya luka akibat
kiri
punksi

Kerusakan integritas
kulit

DS: klien mengatakan Pre HD Risiko infeksi


tidak ada nyeri namun
terkadang gatal di area
bekas tusukan fistula Terdapat bekas luka
punksi pada akses
vaskuler
DO: terdapat bekas
tusukan fistula
Risiko infeksi
: TD: 160/90 mmHg

: N: 88x/mnt

: S: 36 c

: RR: 24x/mnt

34
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

Diagnosa Pre HD

1. Kelebihan Volume Cairan b/d gangguan mekanisme regulasi

2. defisiensi pengetahuan b/d kurang informasi

Diagnosa Intra HD

1. Mual b/d gangguan biokimia

Diagnosa Post HD

1. kerusakan integritas kulit b/d faktor mekanik

2. Risiko infeksi

35
INTERVENSI

Intervensi Pre HD

No Diagnosa Tujuan Intervensi paraf

1 Kelebihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.1.timbang berat


Volume selama 1x 8 jam proses keperawatan badan
Cairan diharapkan volume cairan seimbang.
1.2.monitor tanda-
no Indikator skala tanda vital

1 2 3 4 5 1.3.monitor
perubahan berat
1 peningkatan
badan pasien
BB
sebelum dan setelah
2 Edema dialisis.

3 Peningkata 2.1.periksa turgor


n kreatinin kulit
serum
2.2.monitor asupan
Keterangan skala dan pengeluaran.

1 : berat 3.1.lakukan tindakan


hemodialisa.
2 : cukup berat

3 : sedang

4 : ringan

5 : tidak ada

36
2 Defisiensi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.1 timbang berat
pengetahuan selama 1x 8 jam proses keperawatan badan tiap hari
dengan waktu yang
diharapkan defisiensi pengetahuan
tepat/sama (misalnya
teratasi. setelah buang air
kecil, sebelum
no Indikator skala sarapan) dan monitor
kecenderungannya.
1 2 3 4 5
1.2 monitor status
1 Tanda dan hemodinamik
meliputi denyut nadi,
gejala
tekanan darah.
kelebihan
2.1 batasi intake
volume cairan
cairan bebas pada
pasien
2 Pembatasan
cairan 3.1 instruksikan
pasien dan keluarga
3 Pentingnya
penggunaan catatan
pemantauan
asupan dan output,
intake dan
sesuai indikasi
output

Keterangan skala:

1: tidak ada pengetahuan

2: pengetahuan terbatas

3: pengetahuan sedang

4: pengetahuan banyak

5: pengetahuan sangat banyak

37
Intervensi Intra HD

No Diagnosa Tujuan Intervensi paraf

1 Mual Setelah dilakukan tindakan 1.1.ciptakan lingkungan


keperawatan selama 1x 8 jam proses yang optimal pada saat
keperawatan diharapkan klien tidak mengkonsumsi makan
merasa mual. (misalnya, bersih,
berventilasi, santai, dan
no Indikator skala
bebas daribau yang
1 2 3 4 5 menyengat)

1 Asupan 1.2.catat tanda-tanda


makanan vital
berkurang
2.1.berikan cairan
2 Kehilangan bening dingin yang
selera bersih dan makanan
makan yang tidak berbau dan
tidak berwarna, yang
Keterangan skala
sesuai.
1 : parah

2 : banyak

3 : cukup

4 : sedikit

5 : tidak ada

38
Intervensi Post HD

No Diagnosa Tujuan Intervensi paraf

1 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1.1. Insfeksi adanya


keperawatan selama 1x 8 jam proses
integritas keperawatan diharapkan gangguan
edema pada
kulit integritas kulit teratasi, dengan kriteria
hasil : integritas jaringan : kulit dan ekstremitas bawah
membran mukosa.
1.2. Monitor tingkat

sensasi proteksi
Skala
No Indikator 2.1.Periksa kulit dan

1 2 3 4 5 selaput lendir terkait

dengan adanya
1 Sensasi
kemerahan,
2 Elastisitas
kehangatan ekstrim,

3 Tekstur edema, atau drainase

Ket skala : 2.2.Amati warna,


1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu kehangatan,
3 : cukup terganggu
bengkak, pulsasi,
4 : sedikit terganggu
tekstur, edema, dan
5 : banyak terganggu
ulserasi pada

ekstremitas

3.1.Monitor kulit untuk

adanya kekeringan

yang berlebihan dan

kelembaban

39
3.2.Monitor

infeksi,terutama dari

daerah edema

3.3.Ajarkan
keluarga/pemberi asuhan
mengenai tanda-tanda
kerusakan kulit, dengan
tepat

2 Risiko Setelah dilakukan tindakan 1.1.catat tanda-tanda


infeksi keperawatan selama 1x 8 jam proses vital
keperawatan diharapkan tidak terjadi
1.2. sediakan pakaian
infeksi
dengan kondisi baik,
no Indikator skala bebas dari residu dan
noda
1 2 3 4 5
2.1.berikan terapi
1 Memodifikasi
antibiotik yang sesuai
gaya hidup
untuk 2.2.anjurkan pasien dan
mengurangi keluarga untuk mengenal
risiko tanda gejala infeksi

2 Menggunakan
fasilitas
kesehatan
yang sesuai
dengan
kebutuhan

Keterangan skala

40
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : secara konsisten menunjukkan

41
IMPLEMENTASI

Implementasi Pre HD

No Tanggal dan Implementasi Respon (Subjektif dan


Jam Objektif

1 25/11/2019 1.1.menimbang berat badan S: Klien mengatakan


BB naik
13.00
O: BB pre HD : 52 kg

S: klien mengatakan
1.2.memonitor tanda-tanda vital
pusing

O: TD: 160/90 mmHg

: N: 80x/mnt

: S: 36 c

: RR: 24x/mnt
1.3.memonitor perubahan berat badan
S: -
pasien sebelum dan setelah dialisis.
O: BB pre HD : 52 kg

BB post HD : 50 kg

S: klien mengatakan
2.1.memeriksa turgor kulit
kulit kering

O: turgor kulit >2


detik

2.2.memonitor asupan dan S: klien mengatakan


pengeluaran. minum sesuai anjuran

42
O: intake: 200

Output : UF 2000 iu

3.1. melakukan tindakan hemodialisa. S:-

O: klien menjalani
proses dialisis

2 25/11/2019 1.1 menimbang berat badan tiap hari S: klien mengatakan


dengan waktu yang tepat/sama mengerti dengan apa
13.00 (misalnya setelah buang air kecil, yang dijelaskan dan
sebelum sarapan) dan monitor akan melakukan
kecenderungannya.
O: klien terlihat
paham

2.1 membatasi intake cairan bebas S: klien mengatakan


pada pasien mengerti dan akan
melakukan

O: klien terlihat
membatasi cairan (600
cc)

3.1 menginstruksikan pasien dan S: klien mengatakan


keluarga mengerti dengan apa
yang disampaikan dan
penggunaan catatan asupan dan output, akan melakukan
sesuai indikasi
O: klien tampak
paham

43
Implementasi Intra HD

No Tanggal dan Implementasi Respon (Subjektif dan


Jam Objektif

1 25/11/2019 1.1.menciptakan lingkungan yang S: klien mengatakan


optimal pada saat mengkonsumsi sudah mau makan
15.45
makan (misalnya, bersih, berventilasi, sedikit
santai, dan bebas dari bau yang
O: klien terlihat
menyengat)
sedang makan

1.2.mencatat tanda-tanda vital


S: klien mengatakan
pusing

O: TD: 160/90 mmHg

: N: 80x/mnt

: S: 36 c

: RR: 24x/mnt

2.1.memberikan cairan bening dingin S: klien mengatakan


yang bersih dan makanan yang tidak sudah tidak begitu
berbau dan tidak berwarna, yang mual
sesuai.
O: Klien nampak mau
makan

44
Implementasi Post HD

No Tanggal dan Implementasi Respon (Subjektif dan


Jam Objektif

1 25/11/2019 1.1.ekstremitas bawah S : klien mengatakan


kakinya sudah tidak
17.15 bengkak

O : tidak terdapat
edema pada
ekstremitas bawah
klien

S : klien mengatakan
1.2. Memonitor tingkat sensasi tidak ada keluhan pada
proteksi kulitnya

O : tidak terdapat
kemerahan dan edema
pada kulit klien

2.1 Memeriksa kulit dan selaput lendir S : klien mengatakan


terkait dengan adanya kemerahan, tidak ada keluhan
kehangatan ekstrim, edema atau
O : tidak terdapat
drainase
kemerahan pada
selaput lendir klien

2.2. Mengamati warna, edema pada S : klien mengatakan


ekstremitas tidak terdapat masalah
pada bagian kulitnya

O : tidak terdapat
kemerahan dan edema
pada ekstremitas

45
bawah dan ekstremitas
atas

S : klien mengatakan
kulitnya terasa sedikit
kering

O : kulit klien tampak


sedikit kering

S : klien mengatakan
tidak ada keluhan pada
bagian bekas bengkak

O : tidak terdapat tanda


tanda infeksi

- S : 36,9℃
S : keluarga klien
mengatakan sudah
mulai paham
mengenai tanda-tanda
kerusakan kulit karena
sudah sering
dijelaskan oleh
perawat mengenai
tanda tanda kerusakan
kulit

O : keluarga klien
tampak sudah paham
dengan tanda-tanda
kerusakan kulit.

2 25/11/2019 1.1.catat tanda-tanda vital S: klien mengatakan


pusing
17.15

46
O:TD: 170/100 mmHg

: N: 89x/mnt

: S: 36 c

: RR: 24x/mnt

1.2.sediakan pakaian dengan kondisi S: klien mengatakan


baik, bebas dari residu dan noda lebih merasa nyaman

O: klien terlihat
nyaman

2.1.berikan terapi antibiotik yang


sesuai S: klien mengatakan
jika sudah diberi
antibiotik bekas
tusukan tidak begitu
gatal

O: klien diberikan
antibiotik
2.2.anjurkan pasien dan keluarga
S: klien dan keluarga
untuk mengenal tanda gejala infeksi
mengatakan sudah
paham

O: klien dan keluarga


nampak paham
dengan apa yang
disampaikan

47
EVALUASI

Evaluasi Pre HD

No Tanggal Diagnosa Evaluasi (SOAP) Paraf

1 25/11/201 Kelebihan S: klien mengatakan sudah tidak begitu lemas


9 Volume
O: BB post HD: 50 kg
Cairan
18.30
: ektremitas sudah tidak begitu bengkak
akibat edema

N Indikator Awal Akhir Target


o

1 Peningkatan 2 4 5
BB

2 edema 3 4 5

3 Peningkatan 2 4 5
kreatinin
serum

A: masalah kelebihan volume cairan teratasi


sebagian.

P: intervensi dilanjutkan

48
2 25/11/201 Defisiensi S: klien mengatakan sudah mengerti dengan apa
9 pengetahua yang disampaikan tentang kondisi dan
penanganannya.
n
18.30
O: klien terlihat paham dengan apa yang
disampaikan klien minum sesuai batas anjuran (600
cc/ 24 jam).

no Indikator Awal Akhir Target

1 Tanda dan gejala 2 4 4


kelebihan volume
cairan

2 Pembatasan 2 4 4
cairan

3 Pentingnya 2 3 4
pemantauan
intake dan output

A: Masalah teratasi sebagian

P: intervensi dihentikan

49
Evaluasi Intra HD

No Tanggal Diagnosa Evaluasi (SOAP) Paraf

1 25/11/2019 Mual S: Klien mengatakan sudah tidak begitu mual


O: klien terlihat nafsu makan, bau mulut
18.30
berkurang

No Indikator Awal Akhir Target

1 Asupan 3 5 5
makanan
berkurang

2 Kehilangan 3 5 5
selera
makan

A: masalah mual teratasi

P: intervensi dihentikan

Evaluasi Post HD

No Tanggal Diagnosa Evaluasi (SOAP) Paraf

1 25/11/2019 Gangguan S : Klien mengatakan kulitnya terasa sedikit


integritas kering dan terdapat bekas tusukan jarum
18.30 kulit hemodialisa

O : kulit tampak kering dan terdapat bekas


tusukan fistula

No Indikator Awal akhir target

1. Sensasi 1 3 4

2. Elastisitas 2 3 4

50
3. Tekstur 2 3 4

A: Masalah integritas kulit teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

2 25/11/2019 Risiko S: klien mengatakan tidak ada nyeri namun


infeksi terkadang gatal di area bekas tusukan fistula
18.30
O: terdapat bekas tusukan fistula

: TD: 170/100 mmHg

: N: 89x/mnt

: S: 36 c

: RR: 24x/mnt

No Indikator Awal Akhir Target

1 Memodifikasi 3 4 5
gaya hidup
untuk
mengurangi
risiko

2 Menggunakan 3 4 5
fasilitas
kesehatan
yang sesuai
dengan
kebutuhan

A: masalah risiko infeksi

P: intervensi dilanjutkan

51
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Chronic kidney
disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal sekitar 70-75% yang
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia.
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering
terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% .

Manifestasi klinis mnurut (Nahas & Levin,2010) sebagai berikut:


a. Manifestasi kardiovaskuler
b. Manifestasi dermatologi
c. Manifestasi Pulmoner
d. Manifestasi Gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
f. Manifestasi Muskuloskeletal
g. Manifestasi integumen
h. Manifestasi Reproduktif

Menurut Robinson (2013) dan Suharyanto dan Majdid (2009), komplikasi


CKD yang dapat terjadi antara lain :
a. Hipertensi
b. Hiperkalemia
c. Anemia
d. Asidosis
e. Hiperurisemia
f. Dehidrasi
g. Gastrointestinal
h. Endokrin dan penyakit jantung

52
DAFTAR PUSTAKA

1. Nurarif Amin dan Kusuma Hardi. 2015. Nanda nic noc jilid 2 Asuhan kep.
Berdasarkan diagnosa medis. Mediaction. Jogjakarta : Mediaction
2. Ismail P. 2018. repository.poltekkes-kdi.ac.id.
3. Ali ARB. 2017. E-journal keperawatan https://media.neliti.com
4. Sudoyo. 2010. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
5. NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Defisiensi Dan Klasifikasi 2015-2017.
Edk 10. Jakarta : EG
6. Meguid El & Adeera Levin. 2010. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide
to Understanding and Management. USA : Oxford University Press.

7 .Nahas, Meguid El & Adeera Levin. 2010.Chronic Kidney Disease: A Practical


Guide toUnderstanding and Management . USA : Oxford University Press.

8. National Kidney Foundation, 2010. Chronic Kidney Disease (CKD). Available


from: http://www.kidney.org/kidneyDisease/ckd/index.cfm#what

9. Suwitra , K. (2009) Penyakit Gijal Kronis. Dalam A. W. Sudoyo, S. Bambang,


A. Idrus, K. Marcellus Simadibrata ,& S. Setiadi (Ed.) , Buku Ajar
IlmuPenyakitDalam . (pp. 1035-1040). Jakarta :Interna Publishing

10. Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika Muttaqin, A & Sari, K. (2014). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: salemba Medika.

11. Madjid dan Suharyanto. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan/Toto Suharyanto, Abdul Madjid; Copy Editor:
Agung Wijaya, A.md-Jakarta : TIM

12. Hutahaean, (2010). Konsep dan dokumentasi proses keperawatan. jakarta:


Trans Info Media

13.Setiadi.(2012). Konsep & penulisan dokumentasi asuhan


keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu.

53

Anda mungkin juga menyukai