PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
sehingga terjadi uremia. Diperkirakan hingga tahun 2015 Data WHO
dengan kenaikan dan tingkat persentase dari tahun 2009 sampai sekarang
2011 sebanyak 36 juta orang warga dunia meninggal dunia akibat
penyakit Cronic Kidney Disease (CKD).
2
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada
tahun 2013, prevalensi penyakit gagal ginjal di Indonesia adalah 0,2%,
sedangkan di Jawa Barat memiliki prevalensi 0,3%. Adapun data dari
depkes (2014) prevalensi penderita gagal ginjal kronis nasional sebesar
0,2%. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka
terdapat 504.248 jiwa yang menderita gagal ginjal kronis (0,2% = 504.248
jiwa). Data dari Indonesia Renal Regestry (IRR) pada tahun 2014
menunjukkan bahwa pasien yang menjalani hemodialisa tertinggi berada
di Provinsi Jawa Barat, yaitu pasien yang baru menjalani hemodialisa
sebanyak 5.029 orang dan pasien aktif sebanyak 3.358 orang. Kemudian
di susul dengan Provinsi Jawa Timur dengan jumlah pasien baru 3.621
orang dan pasien aktif 2.787 orang, dan kemudian Provinsi Jawa Tengah
dengan pasien baru sebanyak 2.192 orang dan pasien aktif 1.171 orang.
3
ginjal menurun dari waktu ke waktu. CKD biasanya berkembang secara
perlahan dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien
sering tidak menyadari bahwa kondisi mereka telahn parah. Kondisi
fungsi ginjal memburuk, kemampuan untuk memproduksi erythropoietin
yang memadai terganggu, sehingga terjadi penurunan produksi baru sel-
sel darah merah dan akhirnya terjadi anemia. Dengan demikian, anemia
merupakan komplikasi yang sering terjadi pada CKD, dan sekitar 47%
pasien dengan CKD anemia (Denise, 2010).
Penyakit CKD merupakan penyakit yang memerlukan perawatan
dan penanganan seumur hidup. Fenomena yang terjadi banyak klien yang
keluar masuk Rumah Sakit untuk melakukan pengobatan dan dialisis.
Oleh karena itu peran perawat sangat penting dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien CKD, serta diharapkan tidak hanya terhadap
keadaan fisik klien tetapi juga psikologis klien.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan CKD?
2. Apa saja klasifikasi CKD?
3. Apa etiologi CKD?
4. Apa saja manifestasi klinis CKD?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang CKD?
6. Bagaimana patofisiologi CKD?
7. Bagaimana proses keperawatan pada klien dengan CKD?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran
mengenai Chronic Kidney Disease (CKD).
4
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan
diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan,
mampu melakukan perawatan dan mengevaluasi tindakan
keperawatan yang sudah diberikan pada pasien dengan CKD.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep penyakit
1. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) yaitu ginjal kehilangan
kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan
tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya
dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut. Gagal ginjal kronik
merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat pada
setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak
reversibel), gagal ginjal akut seringkali berkaitan dengan penyakit kritis
berkembang cepat dalam hitungan beberapa hari ataupun minggu, dan
biasanya reversibel bila pasien dapat bertahan dengan penyakit kritisnya.
Sumber : Nurarif Amin dan Kusuma Hardi. 2015. Nanda nic noc jilid 2
Asuhan kep. Berdasarkan diagnosa medis. Mediaction. Jogjakarta :
Mediaction
Gagal ginjal kronis (GGK) adalah hasil dari perkembangan dari
ketidakmampuan kembalinya fungsi nefron. Gejala klinis yang serius
sering tidak terjadi sampai jumlah nefron yang berfungsi menjadi rusak
setidaknya 70-75% dibawah normal. Bahkan konsentrasi elektrolit darah
relatif normal dan volume cairan tubuh yang normal masih bisa
dikembalikan sampai jumlah nefron yang berfungsi menurun dibawah
20-25%. (Guyton and Hall, 2014)
Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang
menyebabkan fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya
tidak mampu melakukan fungsinya dengan baik. Gangguan fungsi ginjal
ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urine
dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Brunner & Suddarth, 2013).
6
Sumber : Ali ARB. 2017. E-journal keperawatan https://media.neliti.com
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Chronic
kidney disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal sekitar 70-
75% yang dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat
menyebabkan uremia.
2. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG
(Laju Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125
ml/min/1,73m2 dengan rumus Kockroft – Gault sebagai berikut :
Sumber : Sudoyo. 2010. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
3. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi
tersering terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% .
Sedangkan glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi
nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan
penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak
sering terjadi yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya
sebesar 21 %. (US Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006).
7
Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia
tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan
prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus
dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan
8,46%, dan sebab lain dengan 13,65%.
1) Infeksi misalnya pielonefritis kronik (infeksi saluran kemih),
glomerulonefritis (penyakit peradangan).
Pielonefritis adalah proses infeksi peradangan yang biasa mulai di
renal pelvis, saluran ginjal yang menghubungkan kesakitan kencing
(ureter) dan parencyma ginjal atau jaringan ginjal. Glomerulonefritis
disebabkan oleh dari salah satu banyak penyakit yang merusak baik
glomelurus maupun tubulus. Pada tahap ini keseluruhan kemampuan
penyaringan ginjal sangat berkurang.
b. Penyakit metabolik misalnya (DM, gout, hiperparatiroidisme,
amiloidosis).
Penyebab terjadiya ini dimana kondisi genetik yang ditandai dengan
adanya kelainan dalam proses metabolisme dalam tubuh akibat
defisiensi hormon dan enzim.
c. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, penyebab
penyakit yang dapat dicegah bersifat reversibel, sehingga
penggunaan sebagai prosedur diagnostik.
d. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah :
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher
kandung kemih dan uretra.
e. Batu saluran kencing yang menyatakan hidrolityasis, merupakan
penyebab gagal ginjal dimana benda padat yang dibentuk oleh
presipitasi berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih.
f. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis. Disebabkan karena
8
terjadinya vaskularisasi diginjal oleh adanya peningkatan tekanan
darah akut dan kronik.
g. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik, asidosis tubulus ginjal.
Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kata multiple, bilateral
dan berekspansi yang lambat lain akan menggangu dan
menghancurkan paremkim ginjal normal akibat penekanan, semakin
lama ginjal tidak mampu mempertahankan fungsi ginjal sehingga
ginjal akan menjadi rusak.
Sumber : NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Defisiensi Dan
Klasifikasi 2015-2017. Edk 10. Jakarta : EGC
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis mnurut (Nahas & Levin,2010) sebagai berikut:
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema
(kaki,tangan,sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial,
pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan
Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut,
anoreksia, mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran
gastrointestinal
9
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan
rapuh.
h. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
5. Komplikasi
Menurut Robinson (2013) dan Suharyanto dan Majdid (2009),
komplikasi CKD yang dapat terjadi antara lain :
a. Hipertensi
Pada saat penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi
pembentukan jaringan parut dan aliran darah ginjal akan
berkurang. Pelepasan rennin akan meningkat bersama dengan
kelebihan beban cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi.
b. Hiperkalemia
10
c. Anemia
Anemia pada gagal ginjal kronik diakibatkan karena
penurunan sekresi eritropoeitin oleh ginjal.
d. Asidosis
Asidosis adalah terlalu banyak asam dalam cairan tubuh.
Asidosis ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO3- plasma
turun dibawah angka 15 mEq/L. Biasanya asidosis berat akan
dikoreksi dengan pemberian Na HCO3- (natrium bikarbonat)
parenteral.
e. Hiperurisemia
Hiperurisemia adalah tingkat asam urat dalam darah yang
terlalu tinggi. Batas untuk wanita adalah 6 mg/dL, dan 6,8 mg/dL
untuk lakilaki.
f. Dehidrasi
Hilangnya fungsi ginjal biasanya menyebabbkan retensi
natrium dan air akibat hilangnya nefron. Ginjal tetap
mempertahankan filtrasi namun kehilangan fungus tubulus
sehingga mengekskresikan urin yang sangat encer yang
menyebabkan dehidrasi.
g. Gastrointestinal
h. Endokrin
Pada pria, gagal ginjal kronik dapat menyebabkan
kehilangan libido, impotensi, dan penurunan jumlah serta
mortilitas sperma. Pada wanita, sering terjadi kehilangan libido,
berkurangnya ovulasi dan infertilitas.
11
i. Penyakit jantung
Perikarditis dapat terjadi dan lebih besar kemungkinan
terjadinya jika kadar ureum, fosfat tinggi atau terdapat
hiperparatiroidisme sekunder yang berat. Kelebihan cairan dan
hipertensi dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri atau
kardiomiopati dilatasi.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat
komplikasi ginjal.
1) Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran
ginjal dan adanya massa kista, obtruksi pada saluran
perkemihan bagianatas.
2) Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk
menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologis.
3) Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi
penurunan faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati
asam urat.
12
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal ,
anatomi sistem pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal,
kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler,
parenkhim) serta sisa fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi
metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri,
tanda-tanda perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit
(hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal
ginjal kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine
tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan
oleh pus / nanah,
13
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna
kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan
porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan
kerusakan tubular, amrasio urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin
10 mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolik
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien CKD disesuaikan
dengan stadium penyakit pasien tersebut (National Kidney Foundation,
2010). Perencanaan tatalaksana pasien CKD dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
14
Tabel 2.2. Rencana Tatalaksana CKD Sesuai Stadium.
GFR
Stadium Rencana Tatalaksana
2
(mL/menit/1,73m )
5 < 15 RRT
15
intraglomerulus. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit
kardiovaskular merupakan hal yang penting mengingat 40-45 %
kematian pada CKD disebabkan oleh penyakit kardiovaskular ini.
Pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskular dapat dilakukan dengan
pengendalian diabetes, pengendalian hipertensi, pengendalian
dislipidemia dan sebagainya. Selain itu, perlu dilakukan pencegahan dan
terapi terhadap komplikasi yang mungkin muncul seperti anemia dan
osteodistrofi renal (Suwitra, 2009).
Sumber :
1. National Kidney Foundation, 2010. Chronic Kidney Disease (CKD).
Availablefrom:
http://www.kidney.org/kidneyDisease/ckd/index.cfm#what
2. Suwitra , K. (2009) Penyakit Gijal Kronis. Dalam A. W. Sudoyo, S.
Bambang, A. Idrus, K. Marcellus Simadibrata ,& S. Setiadi (Ed.) , Buku
Ajar IlmuPenyakitDalam . (pp. 1035-1040). Jakarta :Interna Publishing
16
8. Pathway
17
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Menurut Padila (2012), Anggraini & Putri (2016), Muttaqin & Sari
(2014) penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik
adalah :
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
18
e. Psikososial
f. Aktifitas / istirahat.
1) Gejala : kelelahan ekstrem, kelemahan malaise, ganggaun
tidur (insomnis/gelisah atau somnolen).
2) Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus,
penurunanrentang gerak
g. Sirkulasi
1) Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri
dada (angina).
2) Tanda : hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan
pitting pada kaki, telapak tangan,disritmia jantung, friction rub
pericardial, pucat pada kulit, kecenderungan perdarahan.
h. Integritas ego
1) Gejala : faktor stress contoh financial, hubungan dengan
orang lain, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekakuan perasaan.
2) Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian.
i. Eliminasi
1) Gejala : penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal
tahap lanjut), abdomen kembung,diare, atau konstipasi.
2) Tanda : perubahan warna urin, contoh : kuning pekat, merah,
coklat, berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.
19
j. Makanan/cairan
1) Gejala : peningkatan BB cepat (edema), penurunan
BB(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa
metalik tidak nyaman pada mulut (pernafasan ammonia).
2) Tanda : distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap
akhir), perubahan turgor kulit/kelembapan, edema
(umum/tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah,
penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan
tidak bertenaga.
k. Neurosensori
1) Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang,
rasa terbakar pada kaki, kebas/kesemutan dan kelemahan
khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer).
2) Tanda : ganggaun status mental, contohnya penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan konstentrasi, kehilangan
memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma,
kejang, faskulasi otot.
l. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki.
2) Tanda : perilaku berhati-hati, gelisah.
m. Pernafasan
1) Gejala : nafas pendek, dispea nocturnal paroksimal,
batukdengan atau tanpa sputum.
2) Tanda : takipnea, dispnea, penafasan kussmaul, batuk
produktif dengan sputum merah muda encer (
mendandakan adanya edema paru).
n. Seksualitas
1) Gejala : penurunan libido, amenorea, infertilitas.
o. Pengkajian balance cairan
20
menggunakan chart intake output cairan untuk kemudian
dilakukan penghitungan balance cairan (balance positif
menunjukkan keadaan overload). Chart pemantauan intake
output cairan klien, tidak hanya diisi oleh mahasiswa saja,
namun juga diisi oleh klien. Hal tersebut bertujuan untuk
melatih klien dalam memantau asupan dan haluaran cairan,
sehingga pada saat pulang ke rumah klien sudah memiliki
keterampilan berupa modifikasi perilaku khususnya dalam
manajemen cairan. Keterampilan tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya overload cairan.pada klien, mengingat
jumlah asupan cairan klien bergantung kepada jumlah urin 24
jam.
Tanggal :
Berat Badan :
07.00
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
21
Subtotal
Dst
Total/24
jam
b. Diagnosa keperawatan
22
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
hiperventilasi.
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi: penurunan volume urine, retensi cairan.
3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
preload.
4) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologi: anoreksi, mual muntah.
5) Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan.
6) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
status metabolik.
Sumber :
c. Intervensi keperawatan
Intervensi :
23
a) Manajemen jalan nafas : penghisapan lendir pada jalan nafas
(bila ada lendir), manajemen jalan nafas buatan
Intervensi :
24
Intervensi :
Intervensi :
25
e) Timbang berat badan setiap hari.
Intervensi :
26
6) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status
metabolik.
Tujuan : tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Kriteria hasil : kulit hangat, kuit tidak kering, hiperpigmentasi
berkurang, turgor kulit baik.
Intervensi :
a) Kaji kekeringan pada kulit, pruritis, ekskoriasi, dan infeksi.
b) Kaji adanya petekie dan purpura.
c) Monitor area lipatan kulit dan area yang edema.
d) Gunting kuku dan pertahankan kuku tetap pendek dan
bersih.
e) Kolaborasi : berikan terapi obat anti pruritis sesuai indikasi.
d. Implementasi
e. Evaluasi
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Gol. Darah :-
Alamat : Parung
Diagnosa Medis : CKD
Tanggal Pengkajian : 25 November 2019
B. Riwayat HD
Keluhan Utama HD : Klien mengatakan badan terasa lemas,
pusing dan berat badan naik.
Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien tidak pernah menderita penyakit yang
sama sebelumnya.
BB kering : Observasi BB sekarang: 52 kg
Sarana Hubungan Sirkulasi : cimino kiri
Frekuensi HD : 3x seminggu
Lama HD : 4 jam
Heparinisasi :
1. Bolus Awal : 3000 iu
2. Kontinue : 500 iu/jam
3. Total : 4000 iu
Dialisat :
Keluhan Selama HD : Klien mengatakan mual saat proses dialisis
TD selama HD : 160/90
Transfusi Terakhir :-
C. Pemeriksaan Fisik (focus)
1. Pemeriksaan fisik:
a. Kepala & Wajah
28
Inspeksi : Saat di inspeksi wajah terlihat lemas dan menahan mual,
kulit kepala terlihat kotor, persebaran rambut merata,
terlihat canities pada warna rambut
Palpasi : Saat di palpasi tidak ada pembesaran pada kepala, tidak
ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi : Saat di inspeksi bentuk mata simetris kanan dan kiri,
konjungtiva anemis, pupil isokor, sklera an ikterik.
Palpasi : Saat di palpasi tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
c. Mulut
Inspeksi : Saat di inspeksi mukosa bibir terlihat kering, tidak terdapat
stomatitis
Palpasi : Saat di palpasi tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
d. Abdomen
Inspeksi : Saat di inspeksi tidak ada jaringan parut, perut nampak
asites
Auskultasi : Saat di auskultasi Peristaltik usus 12x/menit
Perkusi : Saat di perkusi suara abdomen tymphani
Hati Pankreas Lambung
Usus besar Usus halus Usus halus
Palpasi : Saat di palpasi adanya nyeri tekan
e. Ekstermitas
Inspeksi : Saat di inspeksi kulit terlihat kehitaman di ekstermitas
bawah dan terdapat edema pada ekstermitas bawah,
terpasang cimino di ekstermitas atas sinistra
Palpasi : Saat di palpasi teraba benjolan dan nyeri tekan di
ekstermitas atas (cimino) dan terdapat benjolan di
ekstermitas bawah (edema), kulit ekstermitas bawah
teraba kasar
2. Kesadaran : compos mentis
3. TTV : TD : 160/90
29
N : 88
RR: 24x/ menit
S : 36 c
D. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (tanggal: 5 Desember 2018)
Hb : 6.0*
Leukosit : 8.25
Urea : 26.8*
Kreatinin : 2,2*
Natrium : 127
Kalium : 4.0
30
ANALISA DATA
Edema
COP turun
RAA turun
31
Retensi Na dan H2O
Kelebihan volume
cairan
32
Analisa Data Intra HD
Penurunan darah di
DO: nafsu makan klien
vaskuler
terlihat berkurang porsi
makan hanya 5 sendok, Penurunan volume darah
bau mulut (+) intravaskuler
Penurunan sirkulasi ke
cerebral
Hipoksia cerebral
nausea
33
DO: terdapat luka akibat
punksi di tangan sebelah
Adanya luka akibat
kiri
punksi
Kerusakan integritas
kulit
: N: 88x/mnt
: S: 36 c
: RR: 24x/mnt
34
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
Diagnosa Pre HD
Diagnosa Intra HD
Diagnosa Post HD
2. Risiko infeksi
35
INTERVENSI
Intervensi Pre HD
1 2 3 4 5 1.3.monitor
perubahan berat
1 peningkatan
badan pasien
BB
sebelum dan setelah
2 Edema dialisis.
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada
36
2 Defisiensi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.1 timbang berat
pengetahuan selama 1x 8 jam proses keperawatan badan tiap hari
dengan waktu yang
diharapkan defisiensi pengetahuan
tepat/sama (misalnya
teratasi. setelah buang air
kecil, sebelum
no Indikator skala sarapan) dan monitor
kecenderungannya.
1 2 3 4 5
1.2 monitor status
1 Tanda dan hemodinamik
meliputi denyut nadi,
gejala
tekanan darah.
kelebihan
2.1 batasi intake
volume cairan
cairan bebas pada
pasien
2 Pembatasan
cairan 3.1 instruksikan
pasien dan keluarga
3 Pentingnya
penggunaan catatan
pemantauan
asupan dan output,
intake dan
sesuai indikasi
output
Keterangan skala:
2: pengetahuan terbatas
3: pengetahuan sedang
4: pengetahuan banyak
37
Intervensi Intra HD
2 : banyak
3 : cukup
4 : sedikit
5 : tidak ada
38
Intervensi Post HD
sensasi proteksi
Skala
No Indikator 2.1.Periksa kulit dan
dengan adanya
1 Sensasi
kemerahan,
2 Elastisitas
kehangatan ekstrim,
ekstremitas
adanya kekeringan
kelembaban
39
3.2.Monitor
infeksi,terutama dari
daerah edema
3.3.Ajarkan
keluarga/pemberi asuhan
mengenai tanda-tanda
kerusakan kulit, dengan
tepat
2 Menggunakan
fasilitas
kesehatan
yang sesuai
dengan
kebutuhan
Keterangan skala
40
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : secara konsisten menunjukkan
41
IMPLEMENTASI
Implementasi Pre HD
S: klien mengatakan
1.2.memonitor tanda-tanda vital
pusing
: N: 80x/mnt
: S: 36 c
: RR: 24x/mnt
1.3.memonitor perubahan berat badan
S: -
pasien sebelum dan setelah dialisis.
O: BB pre HD : 52 kg
BB post HD : 50 kg
S: klien mengatakan
2.1.memeriksa turgor kulit
kulit kering
42
O: intake: 200
Output : UF 2000 iu
O: klien menjalani
proses dialisis
O: klien terlihat
membatasi cairan (600
cc)
43
Implementasi Intra HD
: N: 80x/mnt
: S: 36 c
: RR: 24x/mnt
44
Implementasi Post HD
O : tidak terdapat
edema pada
ekstremitas bawah
klien
S : klien mengatakan
1.2. Memonitor tingkat sensasi tidak ada keluhan pada
proteksi kulitnya
O : tidak terdapat
kemerahan dan edema
pada kulit klien
O : tidak terdapat
kemerahan dan edema
pada ekstremitas
45
bawah dan ekstremitas
atas
S : klien mengatakan
kulitnya terasa sedikit
kering
S : klien mengatakan
tidak ada keluhan pada
bagian bekas bengkak
- S : 36,9℃
S : keluarga klien
mengatakan sudah
mulai paham
mengenai tanda-tanda
kerusakan kulit karena
sudah sering
dijelaskan oleh
perawat mengenai
tanda tanda kerusakan
kulit
O : keluarga klien
tampak sudah paham
dengan tanda-tanda
kerusakan kulit.
46
O:TD: 170/100 mmHg
: N: 89x/mnt
: S: 36 c
: RR: 24x/mnt
O: klien terlihat
nyaman
O: klien diberikan
antibiotik
2.2.anjurkan pasien dan keluarga
S: klien dan keluarga
untuk mengenal tanda gejala infeksi
mengatakan sudah
paham
47
EVALUASI
Evaluasi Pre HD
1 Peningkatan 2 4 5
BB
2 edema 3 4 5
3 Peningkatan 2 4 5
kreatinin
serum
P: intervensi dilanjutkan
48
2 25/11/201 Defisiensi S: klien mengatakan sudah mengerti dengan apa
9 pengetahua yang disampaikan tentang kondisi dan
penanganannya.
n
18.30
O: klien terlihat paham dengan apa yang
disampaikan klien minum sesuai batas anjuran (600
cc/ 24 jam).
2 Pembatasan 2 4 4
cairan
3 Pentingnya 2 3 4
pemantauan
intake dan output
P: intervensi dihentikan
49
Evaluasi Intra HD
1 Asupan 3 5 5
makanan
berkurang
2 Kehilangan 3 5 5
selera
makan
P: intervensi dihentikan
Evaluasi Post HD
1. Sensasi 1 3 4
2. Elastisitas 2 3 4
50
3. Tekstur 2 3 4
P: Intervensi dilanjutkan
: N: 89x/mnt
: S: 36 c
: RR: 24x/mnt
1 Memodifikasi 3 4 5
gaya hidup
untuk
mengurangi
risiko
2 Menggunakan 3 4 5
fasilitas
kesehatan
yang sesuai
dengan
kebutuhan
P: intervensi dilanjutkan
51
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Chronic kidney
disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal sekitar 70-75% yang
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia.
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering
terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% .
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurarif Amin dan Kusuma Hardi. 2015. Nanda nic noc jilid 2 Asuhan kep.
Berdasarkan diagnosa medis. Mediaction. Jogjakarta : Mediaction
2. Ismail P. 2018. repository.poltekkes-kdi.ac.id.
3. Ali ARB. 2017. E-journal keperawatan https://media.neliti.com
4. Sudoyo. 2010. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
5. NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Defisiensi Dan Klasifikasi 2015-2017.
Edk 10. Jakarta : EG
6. Meguid El & Adeera Levin. 2010. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide
to Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
10. Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika Muttaqin, A & Sari, K. (2014). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: salemba Medika.
11. Madjid dan Suharyanto. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan/Toto Suharyanto, Abdul Madjid; Copy Editor:
Agung Wijaya, A.md-Jakarta : TIM
53