Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa
Oleh kelompok 1
Disusun oleh:
Debby Firdiany
Diana Rusdianingsih
Diky Aditya Firmansyah
Dina Indayani Safitri
Dini Putri Utari
Dwi Aulia Arayana
Hanny Roebyah
Herini Yulistiyaningrum
Heris Hersita
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
dengan judul “ laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas stase keperawatan jiwa.
Mahasiswa/i
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................2
1.4 Manfaat.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1.2 Etiologi.......................................................................................3
A. Alasan Masuk................................................................................15
B. Faktor Predisposisi........................................................................15
C. Pemeriksaan Fisik..........................................................................15
D. Psikososial.....................................................................................16
iii
E. Status Mental.................................................................................17
G. Aspek Medik.................................................................................20
BAB IV PENUTUP.........................................................................................37
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pada tahun 2014 di RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi tercatat 136.316
kunjungan pasien pada poli khusus menangani masalah kesehatan jiwa
tersebut jumlahnya meningkat pada tahun 2015 yaitu 139.709 kunjungan.
Kenaikan cukup signifikan terjadi pada tahun 2016 dengan jumlah 150.443
kunjungan. Sementara hingga Agustus 2017 ada 102.898 kunjungan pasien
yang mengeluhkan kesehatan jiwa.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan sebagai tugas untuk
memahami keperawatan jiwa yang harus dikuasai 7 komponen salah satunya
halusinasi, maka kelompok membahas masalah gangguan jiwa dengan
halusinasi. Oleh karena itu kelompok membuat makalah yang berjudul
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn. Dengan halusinasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%.
Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak
yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan.
4
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di
rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan
hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan
orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja,
kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah,
putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri,
merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak
seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.
2.1.3 Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang
berbeda rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005) dalam
Yusalia 2015. Ini merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat
persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera
(pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus
tersebut tidak ada.Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu
yang karena suatu hal mengalami kelainan persensif yaitu salah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi.
Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus
panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon tersebut
sebagai berikut:
Respon adaptif Respon maladaptif
5
dengan pikiran disorganisasi
pengalaman Ilusi Isolasi sosial
Perilaku sesuai Menarik diri
Hubungan Reaksi emosi
sosial harmonis >/<
Perilaku tidak
biasa
2.1.4 Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara
lain:
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang
luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
6
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
2.1.5 Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum
atautertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara,
bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan
pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,
kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat
diri,perubahan.
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden,
(1998) dalam Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.
7
darah, urine, fases.
Perabaan
Mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas rasa tersetrum listrik yang datang
dari tanah, benda mati atau orang lain.
1 2 3
8
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah;
Klien mungkin merasa malu penyempitan
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
sensori dan kehilangan
(Psikotik ringan) kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
realita.
9
klien harus difasilitasi untuk merasa nyaman menceritakan pengalaman aneh
halusinasinya agar informasi tentang halusinasi yang dialami oleh klien
dapat diceritakan secara konprehensif. Untuk itu perawat harus
memperkenalkan diri, membuat kontrak asuhan dengan klien bahwa
keberadaan perawat adalah betul-betul untuk membantu klien. Perawat juga
harus sabar, memperlihatkan penerimaan yang tulus, dan aktif mendengar
ungkapan klien saat menceritakan halusinasinya. Hindarkan menyalahkan
klien atau menertawakan klien walaupun pengalaman halusinasi yang
diceritakan aneh dan menggelikan bagi perawat. Perawat harus bisa
mengendalikan diri agar tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi keperawatan
selanjutnya adalah membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi
halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi, dan perasaan klien saat halusinasi
muncul). Setelah klien menyadari bahwa halusinasi yang dialaminya adalah
masalah yang harus diatasi, maka selanjutnya klien perlu dilatih bagaimana
cara yang bisa dilakukan dan terbukti efektif mengatasi halusinasi. Proses
ini dimulai dengan mengkaji pengalaman klien mengatasi halusinasi. Bila
ada beberapa usaha yang klien lakukan untuk mengatasi halusinasi, perawat
perlu mendiskusikan efektifitas cara tersebut. Apabila cara tersebut efektif,
bisa diterapkan, sementara jika cara yang dilakukan tidak efektif perawat
dapat membantu dengan cara-cara baru.
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa cara yang
bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien
harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga.
Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”.
Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu
pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan
pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik
halusinasi:
10
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin).
Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat
mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat
sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan
kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian
obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan
teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan
klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga.
Hal ini penting dilakukan dengan dua alasan. Pertama keluarga adalah
sistem di mana klien berasal. Pengaruh sikap keluarga akan sangat
menentukan kesehatan jiwa klien. Klien mungkin sudah mampu
mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak didukung secara kuat, klien bisa
mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa kambuh lagi. Alasan kedua,
halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis bisa berlangsung lama
(kronis), sekalipun klien pulang ke rumah, mungkin masih mengalarni
halusinasi. Dengan mendidik keluarga tentang cara penanganan
halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu klien
kembali ke rumah. Latih pasien menggunakan obat secara teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala –
gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, manik
depresi, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa
kecil.
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan
intramuskuler. Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti
11
peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini
dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu
kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila gejala
psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan – lahan
sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma,
keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang
hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi
orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada
wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida.
Intoksikasinya untuk penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi
menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi susunan
syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan
perubahan gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali
menimbulkan intoksikasi.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi:
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la
tourette pada anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan
perilaku yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 – 15
mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5 mg
intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson,
hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping:
12
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah,
gejala ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping yang
jarang adalah nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala
gangguan otonomik. Efek samping yang sangat jarang yaitu alergi,
reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam
dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau
kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah ( 12,5
mg ) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis
ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg
setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian
melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan –
lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap
fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap phenotiazine.
Intoksikasi biasanya terjadi gejala – gejala sesuai dengan efek
samping yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan obat berikan
terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarteronol
hindari menggunakan ephineprine ISO, (2008) dalam Pambayun
(2015).
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya.
Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat
memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami
peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua
hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus internal
13
yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain:
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan
halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun rencana kegiatan
dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur dengan
kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor pelaksanaan
kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada waktu lagi untuk
melamun tak terarah. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal:
14
BAB III
Kasus Fiktif :
Ya
√
15
Tidak
C. Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital
TD : 126/84 mmHg HR : 84 x/menit
S : 36° C RR : 20x/menit
2. Antropometri
BB : 60 kg TB : 168 cm
D. PSIKOSOSAL
1. Genogram
Keterangan : 28
: Perempuan
: Laki-Laki
: Meninggal
: Orang Yang Terdekat
: Umur Klien
28
: Klien
2. Konsep Diri
a. Citra Diri : Tidak puas, hampa, sedih, kurang kasih sayang.
b. Identitas Diri : Klien mengetahui identitasnya sebagai laki-laki
c. Peran Diri : Klien mengatakan dirinya melakukan peran sebagai kakak
dari, satu adik laki-laki dirumah
d. Ideal Diri :
16
e. Harga Diri : klien mengatakan ingin segera pulang ingin kerja, ingin
menikah, dan memiliki keluarga seperti orang lain ,erasa tidak
dihargai, dikucilkan.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : klien mengatakan orang yang beratrti atau orang
terdekat sodara laki-laki.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : klien mengatakan
tidak mengikuti kegatan kelompok.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : semenjak masuk
rumah sakit klien kurang komunikasi dengan orang lain atau pasien.
4. Spiritual : kliem mempercayai adanya tuhan rosul dan malaikat. Klien
melakukan solat, mengaji saat dirumah.
E. Status Mental
1. Penampilan
Rapi
√
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
2. Pembicaraan
Cepat Apatis
Keras Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : ketika berinteraksi dengan klien, klien kooeperatif mampu
menjawab pertanyaan apa yang ditanyakan.
3. Aktivitas Motorik
Fleksibilitas serea TIK
Tegang Grimasem
Gelisah Tremor
Agitasi Kompulsif
Automatisma Common Automatisma
17
Negativisme
Jelaskan : ketika berinteraksi dengan klien, klien terlihat tenang dan
antusias berbincang-bincang.
4. Alam Perasaan
Sedih
Ketakutan
√
Putus asa
Khawatir
√
Gembira berlebihan
5. Afek
Datar
Tumpul
Labil
Tidak sesuai
Jelaskan : klien bisa tersenyum dan sedih ketika diberi stimulus.
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan
Tidak kooperatif
Kontak mata kurang
Curiga
7. Persepsi
Halusinasi/ilusi
Pendengaran
√
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidung
Jelaskan : suka mendengar suara-suara ingin dibunuh perempuan tidak
jelas.
8. Proses Pikir
a. Isi Pikir
Obsesi Depersonalisasi Isolasi sosial
18
Phobia Ide yang terkait Pesimisme
Hipokondria Pikiran Magis Bunuh Diri
Jelaskan : klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
Waham :
Agama Nihilistik
Somatik Sisip pikir
Kebesaran Siar Pikir
Curiga Kontrol pikir
b. Arus Pikir
Sirkumstansial Flight of idea
Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi Pengulagan pembicaraan/perseverasi
Inkoheren Logorea
Tingkat Kesadaran
Bingung Disorientasi waktu
Sedasi Disorientasi orang
Stupor Disorientasi tempat
9. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabusi
Jelaskan : klien dapat mengingat memori jangka pendek dan panjang.
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : klien bisa berkonsentrasi dan berhitung dengan baik.
11. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
19
Jelaskan : klien mengatakan tidak tau alasan dirinya dibawa kerumah
sakit Marzoeki Mahdi.
G. Mekanisme Koping
H. Masalah Psikososial dan Lingkungan
I. Kurang pengetahuan tentang
J. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Skizofrenia
Terapi Medik : Lorazefame mg/24 jam /oral
Haloperidole 5gram/12 jam/oral
20
ANALISA DATA
Pohon Masalah
Akibat
Resiko menyiderai diri, orang lain dan
lingkungan
21
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
22
klien mengalami
sesuatu ( halusinasi
dengar/ lihat/
penghidu /raba/ kecap
)
2. Jika klien menjawab
ya, tanyakan apa
yang sedang
dialaminya
3. Katakan bahwa
perawat percaya klien
mengalami hal
tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya
( dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
4. Katakan bahwa ada
klien lain yang
mengalami hal yang
sama.
5. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
2.3 Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya
pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien :
23
Marah perasaannya.
Takut 2.3. Diskusikan dengan
Sedih klien apa yang
Senang dilakukan untuk
Cemas mengatasi perasaan
Jengkel tersebut.
2.4. Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialaminya bila klien
menikmati
halusinasinya.
24
m. Meminta
keluarga/teman/
perawat menyapa jika
sedang berhalusinasi.
3.4 Bantu klien memilih cara
yang sudah dianjurkan
dan latih untuk
mencobanya.
25
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi )
t. Beri informasi waktu
kontrol ke rumah sakit
dan bagaimana cara
mencari bantuan jika
halusinasi tidak tidak
dapat diatasi di rumah
TUK 5 : 1.2 Setelah 1x interaksi 5.1 Diskusikan dengan klien
Klien dapat klien menyebutkan; tentang manfaat dan
memanfaatkan 2. Manfaat minum obat kerugian tidak minum
obat dengan baik 3. Kerugian tidak minum obat, nama , warna,
obat dosis, cara , efek terapi
4. Nama,warna,dosis, dan efek samping
efek terapi dan efek penggunan obat
samping obat
4.2 Setelah 1x interaksi
klien 5.2 Pantau klien saat
mendemontrasikan penggunaan obat
penggunaan obat dgn 5.3 Beri pujian jika klien
benar menggunakan obat
4.3 Setelah 1x interaksi dengan benar
klien menyebutkan 5.4 Diskusikan akibat
akibat berhenti minum berhenti minum obat
obat tanpa konsultasi tanpa konsultasi dengan
dokter dokter
5.5 Anjurkan klien untuk
konsultasi kepada
dokter/perawat jika terjadi
hal – hal yang tidak di
inginkan .
TUK:
1. Klien dapat 1. Setelah 1X interaksi
membina klien menunjukkan tanda-
hubungan saling tanda percaya kepada /
percaya terhadap perawat:
o Wajah cerah,
tersenyum 1.1.Bina hubungan saling
o Mau berkenalan percaya dengan:
o Ada kontak mata • Beri salam setiap
o Bersedia berinteraksi.
menceritakan perasaan • Perkenalkan nama,
o Bersedia nama panggilan perawat
26
mengungkapkan dan tujuan perawat
masalahnya berkenalan
o Bersedia • Tanyakan dan panggil
mengungkapkan nama kesukaan klien
masalahnya • Tunjukkan sikap jujur
dan menepati janji setiap
kali berinteraksi
• Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi kllien
• Buat kontrak interaksi
yang jelas
• Dengarkan dengan
penuh perhatian ekspresi
perasaan klien
27
3. Klien mampu 3. Setelah 1x interaksi 3.1. Tanyakan pada klien
menyebutkan dengan klien dapat tentang :
keuntungan menyebutkan keuntungan • Manfaat hubungan
berhubungan berhubungan sosial, sosial.
sosial dan misalnya • Kerugian menarik diri.
kerugian menarik o banyak teman 3.2. Diskusikan bersama
diri. o tidak kesepian klien tentang manfaat
o bisa diskusi berhubungan sosial dan
o saling menolong, kerugian menarik diri.
dan kerugian menarik diri, 3.3. Beri pujian terhadap
misalnya: kemampuan klien
o sendiri mengungkapkan
o kesepian perasaannya.
o tidak bisa diskusi
28
6. Klien 6.1. Setelah 1X 6.1. Diskusikan pentingnya
mendapat pertemuan keluarga dapat peran serta keluarga
dukungan menjelaskan tentang : sebagai pendukung
keluarga o Pengertian menarik untuk mengatasi prilaku
dalam diri menarik diri.
memperluas o Tanda dan gejala 6.2. Diskusikan potensi
hubungan menarik diri keluarga untuk
sosial o Penyebab dan membantu klien
akibat menarik diri mengatasi perilaku
o Cara merawat klien menarik diri
menarik diri 6.3. Jelaskan pada keluarga
tentang :
• Pengertian menarik diri
• Tanda dan gejala
menarik diri
• Penyebab dan akibat
menarik diri
• Cara merawat klien
menarik diri
6.4. Latih keluarga cara
merawat klien menarik
diri.
6.5. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
6.6. Beri motivasi keluarga
agar membantu klien
untuk bersosialisasi.
6.7. Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatannya merawat
klien di rumah sakit.
7. Klien dapat 7.1. Setelah 1x interaksi 7.1. Diskusikan dengan klien
memanfaatka klien menyebutkan; tentang manfaat dan
n obat dengan • Manfaat minum kerugian tidak minum
baik. obat obat, nama , warna,
• Kerugian tidak dosis, cara , efek terapi
minum obat dan efek samping
• Nama,warna,dosis, penggunan obat
efek terapi dan efek 7.2. Pantau klien saat
samping obat penggunaan obat
7.2. Setelah 1x interaksi 7.3. Beri pujian jika klien
klien mendemontrasikan menggunakan obat
penggunaan obat dgn dengan benar
benar 7.4. Diskusikan akibat
7.3. Setelah 1x interaksi berhenti minum obat
klien menyebutkan akibat tanpa konsultasi dengan
berhenti minum obat tanpa dokter
29
Resiko TUM: Klien 1. Setelah 1 x pertemuan 1. Bina hubungan saling
Perilaku dapat mengontrol klien menunjukkan tanda- percaya dengan:
Kekerasan perilaku tanda percaya kepada a. Beri salam setiap
perawat: berinteraksi.
kekerasan
Wajah cerah, b. Perkenalkan nama,
TUK: tersenyum nama panggilan
Mau perawat dan tujuan
8. Klien dapat berkenalan perawat berinteraksi
membina Ada kontak c. Tanyakan dan panggil
mata nama kesukaan klien
hubungan
Bersedia d. Tunjukkan sikap
saling percaya empati, jujur dan
menceritakan
perasaan menepati janji setiap
9. Klien dapat
kali berinteraksi
mengidentifik e. Tanyakan perasaan
1. Setelah 1x
asi penyebab klien dan masalah
pertemuan klien
perilaku yang dihadapi klien
menceritakan
kekerasan f. Buat kontrak interaksi
penyebab perilaku yang jelas
yang
kekerasan yang Dengarkan dengan penuh
dilakukannya
dilakukannya: perhatian ungkapan perasaan
10. Klien dapat klien
Menceritakan
mengidentifik
penyebab perasaan2. Bantu klien
asi tanda- mengungkapkan perasaan
jengkel/kesal baik
tanda perilaku marahnya:
dari diri sendiri
kekerasan g. Motivasi klien untuk
maupun
menceritakan
11. Klien dapat lingkungannya penyebab rasa kesal
mengidentifik atau jengkelnya
2. Setelah 1x
asi jenis h. Dengarkan tanpa
pertemuan klien menyela atau memberi
perilaku
menceritakan tanda- penilaian setiap
kekerasan
tanda saat terjadi ungkapan perasaan
yang pernah
perilaku kekerasan klien
dilakukannya 3. Bantu klien
12. Klien dapat Tanda fisik : mata mengungkapkan tanda-
merah, tangan tanda perilaku kekerasan
mengidentifik mengepal, ekspresi yang dialaminya:
asi akibat tegang, dan lain-
perilaku lain. i. Motivasi klien
kekerasan Tanda emosional : menceritakan kondisi
perasaan marah, fisik (tanda-tanda fisik)
13. Klien dapat jengkel, bicara saat perilaku kekerasan
mengidentifik kasar. terjadi
asi cara Tanda sosial : j. Motivasi klien
konstruktif bermusuhan yang menceritakan kondisi
dalam dialami saat terjadi emosinya (tanda-tanda
30
mengungkapk perilaku kekerasan. emosional) saat terjadi
an kemarahan perilaku kekerasan
3. Setelah 1x Motivasi klien menceritakan
14. Klien dapat pertemuan klien kondisi hubungan dengan
mendemonstr menjelaskan: orang lain (tanda-tanda
asikan cara sosial) saat terjadi perilaku
Jenis-jenis ekspresi kekerasan
mengontrol
kemarahan yang 4. Diskusikan dengan klien
perilaku
selama ini telah perilaku kekerasan yang
kekerasan
dilakukannya dilakukannya selama ini:
15. Klien Perasaannya saat
melakukan k. Motivasi klien
mendapat menceritakan jenis-
kekerasan
dukungan Efektivitas cara jenis tindak kekerasan
keluarga yang dipakai dalam yang selama ini pernah
untuk menyelesaikan dilakukannya.
mengontrol masalah l. Motivasi klien
perilaku 4. Setelah 1x menceritakan perasaan
pertemuan klien klien setelah tindak
kekerasan
kekerasan tersebut
menjelaskan akibat
16. Klien terjadi
tindak kekerasan Diskusikan apakah dengan
menggunakan yang dilakukannya tindak kekerasan yang
obat sesuai dilakukannya masalah yang
program yang Diri sendiri : luka, dialami teratasi
telah dijauhi teman, dll 5.Diskusikan dengan klien
ditetapkan akibat negatif (kerugian)
Orang
cara yang dilakukan pada:
lain/keluarga :
luka, tersinggung, m. Diri sendiri
n. Orang lain/keluarga
5. Setelah 1x Lingkungan
pertemuan klien : 6. Diskusikan dengan klien:
31
bantal/kasur Cara fisik: nafas
dalam, pukul bantal
Verbal: atau kasur, olah
mengungkapkan raga.
perasaan Verbal:
kesal/jengkel pada mengungkapkan
orang lain tanpa bahwa dirinya
menyakiti sedang kesal
Spiritual: zikir/doa, kepada orang lain.
meditasi sesuai Sosial: latihan
agamanya asertif dengan
orang lain.
7. Setelah 1x interaksi Spiritual: sembahyang/doa,
keluarga: zikir, meditasi, dsb sesuai
cara merawat klien keyakinan agamanya
dengan perilaku masing-masing
kekerasan
Mengungkapkan 7. 1. Diskusikan cara yang
rasa puas dalam mungkin dipilih dan
merawat klien anjurkan klien memilih
Menjelaskan cara yang mungkin untuk
mengungkapkan
kemarahan.
8. Setelah 3x interaksi
pertemuan klien dapat 7.2. Latih klien
menjelaskan: memperagakan cara
yang dipilih:
Manfaat minum
obat r. Peragakan cara
Kerugian tidak melaksanakan cara
minum obat yang dipilih.
Nama obat s. Jelaskan manfaat cara
Bentuk dan warna tersebut
obat t. Anjurkan klien
Dosis yang menirukan peragaan
diberikan yang sudah dilakukan.
kepadanya u. Beri penguatan pada
Waktu pemakaian klien, perbaiki cara
Cara pemakaian yang masih belum
Efek yang sempurna
dirasakan 7.3. Anjurkan klien
menggunakan cara yang
8. Setelah 1x sudah dilatih saat
pertemuan klien marah/jengkel
menggunakan obat
8.1. Diskusikan pentingnya
sesuai program
peran serta keluarga sebagai
32
pendukung klien untuk
perilaku kekerasan.
8.5.Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan ulang
33
y. Cara pemakaian
z. Efek yang akan
dirasakan klien
9.3. Anjurkan klien:
Hari /
Implementasi Evaluasi
tanggal
34
6. Memberi juga ada yang seperti klien
perhatian kepada klien dan perhatikan 5. Katakana bahwa perawat
klien akan membatu klien
6. Diskusikan situasi yang
Rencana tindak lanjut : menimbulkan atau tidak
1. Mengevaluasi kegiatan menimbulkan halusinasi
2. Memasukan pada jadwal kegiatan 7. Diskusikan waktu dan
frekuensi terjadinya
halusinasi
35
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny S
Umur : 43 th
Hari /
Implementasi Evaluasi
tanggal
36
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny S
Umur : 43 th
Hari /
Implementasi Evaluasi
tanggal
37
BAB IV
PENUTUP
38
DAFTAR PUSTAKA
Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
“S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Diruang
Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi
Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti Indonesia
Banyuwangi
39
http//www.kemenkes.go.id/article/view/19101600004/pentingnya-peran-keluarga-
institusi-dan-masyarakat-kendalikan-gangguan-kesehatan-jiwa.html
diakses November 2020
http//m.trubus.id/baca/2706/pengidap-gangguan-jiwa-di-bogor-meningkat-setiap-
tahunnya diakses November 2020
40