Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

TN. A DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa

Oleh kelompok 1

Disusun oleh:
Debby Firdiany
Diana Rusdianingsih
Diky Aditya Firmansyah
Dina Indayani Safitri
Dini Putri Utari
Dwi Aulia Arayana
Hanny Roebyah
Herini Yulistiyaningrum
Heris Hersita

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas keperawatan jiwa ini

dengan judul “ laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan

halusinasi pendengaran.” Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada

junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis mendapat

kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas stase keperawatan jiwa.

Bogor, 02 November 2020

Mahasiswa/i

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................2

1.3 Tujuan...........................................................................................2

1.4 Manfaat.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

2.1 Laporan Pendahuluan ..................................................................3

2.1.1 Definisi Halusinasi.....................................................................3

2.1.2 Etiologi.......................................................................................3

2.1.3 Rentang Respon Halusinasi........................................................5

2.1.4 Jenis Halusinasi..........................................................................6

2.1.5 Tanda Gejala...............................................................................7

2.1.6 Fase Halusinasi...........................................................................8

2.1.7 Penatalaksanaan Medis...............................................................9

BAB III FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA.....................15

A. Alasan Masuk................................................................................15

B. Faktor Predisposisi........................................................................15

C. Pemeriksaan Fisik..........................................................................15

D. Psikososial.....................................................................................16

iii
E. Status Mental.................................................................................17

F. Kebutuhan Persiapan Pulang.........................................................19

G. Aspek Medik.................................................................................20

BAB IV PENUTUP.........................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................38

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang


dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang
nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Sedangkan Menurut WHO,
kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya.
Data RISKESDAS tahun 2018 menunjukkan bahwa 7 dari 1000 rumah
tangga terdapat keluarga dengan skizofrenia/psikosis. Lebih dari 19 juta
penduduk usia diatas 15 tahun terkena gangguan mental emosional, lebih dari
12 juta orang berusia diatas 15 tahun diperkirakan telah mengalami depresi.
Sedangkan, WHO (2010) menyebutkan angka bunuh diri di Indoneis
mencapai 1,6-1,8 % per 100.000 jiwa.
Pasien dengan halusinasi menempati urutan pertama dengan angka
kejadian 44 persen atau berjumlah 345 orang, pasien isolasi sosial menempati
urutan kedua dengan angka kejadian 22 persen atau berjumlah pasien 173
orang, pasien dengan resiko perilaku kekerasan menempati urutan ketiga
dengan angka kejadian 18 persen atau berjumlah pasien 141 orang pasien,
pasien dengan harga diri rendah menempati urutan keempat dengan angka
kejadian 12 persen atau berjumlah 94 orang, sedangkan pasien dengan
waham, defisit perawatan diri 4 persen atau 32 orang Zelika, 2015.
Saat ini di kota Bogor jumlah ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) berat
tahun 2018-2019 tercatat sebesar 1.183 orang, sedangkan target berdasarkan
estimasi prevalensi ODGJ adalah 1.540 orang. Sehingga masih diperlukan
gerakan aktif penemuan ODGJ yang membutuhkan pelayanan medis.
Puskesmas sebagai layanan kesehatan terdepan memiliki tugas dalam
penemuan kasus ODGJ dan layanan kesehatan jiwa di masyarakat.

1
Pada tahun 2014 di RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi tercatat 136.316
kunjungan pasien pada poli khusus menangani masalah kesehatan jiwa
tersebut jumlahnya meningkat pada tahun 2015 yaitu 139.709 kunjungan.
Kenaikan cukup signifikan terjadi pada tahun 2016 dengan jumlah 150.443
kunjungan. Sementara hingga Agustus 2017 ada 102.898 kunjungan pasien
yang mengeluhkan kesehatan jiwa.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan sebagai tugas untuk
memahami keperawatan jiwa yang harus dikuasai 7 komponen salah satunya
halusinasi, maka kelompok membahas masalah gangguan jiwa dengan
halusinasi. Oleh karena itu kelompok membuat makalah yang berjudul
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn. Dengan halusinasi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan pada Kasus
Halusinasi?
1.3 Tujuan
Mengetahui dan memahami Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan
pada Kasus Halusinasi.
1.4 Manfaat
1.Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini penulis dapat mengerti dan menulis
makalah dengan baik dan benar.
2. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan bagi pembaca dapat memahami dan lebih
mengerti tentang halusinasi dan masalah keperawatannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Laporan Pendahuluan Halusinasi


2.1.1 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang
nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Halusinasi adalah persepsi
sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan
kenyataan Sheila L Vidheak,( 2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi
atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
eksternal (Stuart & Laraia, 2001).Halusinasi merupakan gangguan persepsi
dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi
adalah gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu
melalui panca indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda
dengan ilusi, dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap
stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang
nyata ada oleh klien.
2.1.2 Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-faktor
yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah
sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang

3
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%.
Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak
yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan.

4
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di
rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan
hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan
orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja,
kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah,
putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri,
merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak
seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.
2.1.3 Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang
berbeda rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005) dalam
Yusalia 2015. Ini merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat
persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera
(pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus
tersebut tidak ada.Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu
yang karena suatu hal mengalami kelainan persensif yaitu salah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi.
Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus
panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon tersebut
sebagai berikut:
Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis  Kadang-  Waham


 Persepsi akurat kadang proses  Halusinasi
 Emosi pikir terganggu  Sulit berespons
konsisten (distorsi  Perilaku

5
dengan pikiran disorganisasi
pengalaman  Ilusi  Isolasi sosial
 Perilaku sesuai  Menarik diri
 Hubungan  Reaksi emosi
sosial harmonis >/<
 Perilaku tidak
biasa
2.1.4 Jenis Halusinasi
Menurut  Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara
lain:
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang
luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik

6
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
2.1.5 Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum
atautertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara,
bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan
pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,
kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat
diri,perubahan.
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden,
(1998) dalam Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan


cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas
dan komplek. Penglihatan dapat
berupa sesuatu yang menyenangkan
/sesuatu yang menakutkan seperti
monster.
Penciuman
Membau bau-bau seperti bau darah,
urine, fases umumnya baubau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat
stroke, tumor, kejang / dernentia.
Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa

7
darah, urine, fases.
Perabaan
Mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas rasa tersetrum listrik yang datang
dari tanah, benda mati atau orang lain.

Sinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran


darah divera (arteri), pencernaan
makanan.
Kinestetik
Merasakan pergerakan sementara
berdiri tanpa bergerak

2.1.6 Fase Halusinasi


Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan
keparahannya Stuart & Sundeen, (2006) dalam Bagus, (2014), membagi
fase halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan
kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasi,
klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh
halusinasinya.
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien

1 2 3

Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan Menyeringai atau


ansietas tingkat emosi seperti ansietas, tertawa yang tidak
sedang, secara kesepian, rasa bersalah, dan sesuai, menggerakkan
umum, halusinasi takut serta mencoba untuk bibir tanpa
bersifat berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
menyenangkan pikiran untuk mengurangi pergerakan mata yang
ansietas. Individu mengetahui cepat, respon verbal
bahwa pikiran dan yang lambat, diam dan
pengalaman sensori yang dipenuhi oleh sesuatu
dialaminya tersebut dapat yang mengasyikkan.
dikendalikan jika ansietasnya
bias diatasi
(Non psikotik)

Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem


Condemning- menjijikkan dan menakutkan, syaraf otonom yang
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali dan menunjukkan ansietas,
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk seperti peningkatan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan nadi, pernafasan, dan

8
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah;
Klien mungkin merasa malu penyempitan
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
sensori dan kehilangan
(Psikotik ringan) kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
realita.

Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti


Controlling-ansietas perlawanan terhadap petunjuk yang diberikan
tingkat berat, halusinasi dan menyerah pada halusinasinya daripada
pengalaman sensori halusinasi tersebut. Isi menolaknya, kesukaran
menjadi berkuasa halusinasi menjadi menarik, berhubungan dengan
dapat berupa permohonan. orang lain, rentang
Klien mungkin mengalarni perhatian hanya
kesepian jika pengalaman beberapa detik atau
sensori tersebut berakhir. menit, adanya tanda-
(Psikotik) tanda fisik ansietas
berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.

Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-


mengancam dan menakutkan teror seperti panik,
Panik, umumnya jika klien tidak mengikuti berpotensi kuat
halusinasi menjadi perintah. Halusinasi bisa melakukan bunuh diri
lebih rumit, melebur berlangsung dalam beberapa atau membunuh orang
dalam halusinasinya jam atau hari jika tidak ada lain, Aktivitas fisik
intervensi terapeutik. yang merefleksikan isi
halusinasi seperti amuk,
(Psikotik Berat) agitasi, menarik diri,
atau katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih
dari satu orang.

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), tindakan keperawatan
untuk membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai dengan membina
hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat
penting dijalin sebelum mengintervensi klien lebih lanjut. Pertama-tama

9
klien harus difasilitasi untuk merasa nyaman menceritakan pengalaman aneh
halusinasinya agar informasi tentang halusinasi yang dialami oleh klien
dapat diceritakan secara konprehensif. Untuk itu perawat harus
memperkenalkan diri, membuat kontrak asuhan dengan klien bahwa
keberadaan perawat adalah betul-betul untuk membantu klien. Perawat juga
harus sabar, memperlihatkan penerimaan yang tulus, dan aktif mendengar
ungkapan klien saat menceritakan halusinasinya. Hindarkan menyalahkan
klien atau menertawakan klien walaupun pengalaman halusinasi yang
diceritakan aneh dan menggelikan bagi perawat. Perawat harus bisa
mengendalikan diri agar tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi keperawatan
selanjutnya adalah membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi
halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi, dan perasaan klien saat halusinasi
muncul). Setelah klien menyadari bahwa halusinasi yang dialaminya adalah
masalah yang harus diatasi, maka selanjutnya klien perlu dilatih bagaimana
cara yang bisa dilakukan dan terbukti efektif mengatasi halusinasi. Proses
ini dimulai dengan mengkaji pengalaman klien mengatasi halusinasi. Bila
ada beberapa usaha yang klien lakukan untuk mengatasi halusinasi, perawat
perlu mendiskusikan efektifitas cara tersebut. Apabila cara tersebut efektif,
bisa diterapkan, sementara jika cara yang dilakukan tidak efektif perawat
dapat membantu dengan cara-cara baru.
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa cara yang
bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien
harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga.
Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”.
Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu
pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan
pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik
halusinasi:

10
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin).
Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat
mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat
sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan
kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian
obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan
teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan
klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga.
Hal ini penting dilakukan dengan dua alasan. Pertama keluarga adalah
sistem di mana klien berasal. Pengaruh sikap keluarga akan sangat
menentukan kesehatan jiwa klien. Klien mungkin sudah mampu
mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak didukung secara kuat, klien bisa
mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa kambuh lagi. Alasan kedua,
halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis bisa berlangsung lama
(kronis), sekalipun klien pulang ke rumah, mungkin masih mengalarni
halusinasi. Dengan mendidik keluarga tentang cara penanganan
halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu klien
kembali ke rumah. Latih pasien menggunakan obat secara teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala –
gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, manik
depresi, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa
kecil.
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan
intramuskuler. Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti

11
peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini
dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu
kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila gejala
psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan – lahan
sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma,
keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang
hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi
orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada
wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida.
Intoksikasinya untuk penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi
menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi susunan
syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan
perubahan gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali
menimbulkan intoksikasi.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi:
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la
tourette pada anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan
perilaku yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 – 15
mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5 mg
intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson,
hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping:

12
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah,
gejala ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping yang
jarang adalah nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala
gangguan otonomik. Efek samping yang sangat jarang yaitu alergi,
reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam
dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau
kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah ( 12,5
mg ) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis
ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg
setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian
melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan –
lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap
fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap phenotiazine.
Intoksikasi biasanya terjadi gejala – gejala sesuai dengan efek
samping yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan obat berikan
terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarteronol
hindari menggunakan ephineprine ISO, (2008) dalam Pambayun
(2015).
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya.
Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat
memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami
peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua
hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus internal

13
yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain:
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan
halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun rencana kegiatan
dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur dengan
kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor pelaksanaan
kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada waktu lagi untuk
melamun tak terarah. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal:

14
BAB III

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Kasus Fiktif :

Ruang Rawat : Arimbi


Tanggal Dirawat : 20 November 2020
No RM : 0306309
Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 28 Tahun
Alamat : Kali jaya 2 RT 06/10 Karawang
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Tgl Pengkajian : 27 November 2020
Dx Medis : Skizofrenia
A. Alasan Masuk
Klien mengatakan ssat di rumah mwetasa gelisah, takut, marah-marah,
tertawa sendiri.
B. Faktor Predisposisi
1.Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?

Ya

15
Tidak
C. Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital
TD : 126/84 mmHg HR : 84 x/menit
S : 36° C RR : 20x/menit
2. Antropometri
BB : 60 kg TB : 168 cm

D. PSIKOSOSAL
1. Genogram

Keterangan : 28

: Perempuan
: Laki-Laki
: Meninggal
: Orang Yang Terdekat
: Umur Klien
28
: Klien
2. Konsep Diri
a. Citra Diri : Tidak puas, hampa, sedih, kurang kasih sayang.
b. Identitas Diri : Klien mengetahui identitasnya sebagai laki-laki
c. Peran Diri : Klien mengatakan dirinya melakukan peran sebagai kakak
dari, satu adik laki-laki dirumah
d. Ideal Diri :

16
e. Harga Diri : klien mengatakan ingin segera pulang ingin kerja, ingin
menikah, dan memiliki keluarga seperti orang lain ,erasa tidak
dihargai, dikucilkan.

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : klien mengatakan orang yang beratrti atau orang
terdekat sodara laki-laki.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : klien mengatakan
tidak mengikuti kegatan kelompok.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : semenjak masuk
rumah sakit klien kurang komunikasi dengan orang lain atau pasien.
4. Spiritual : kliem mempercayai adanya tuhan rosul dan malaikat. Klien
melakukan solat, mengaji saat dirumah.
E. Status Mental
1. Penampilan
Rapi

Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
2. Pembicaraan
Cepat Apatis
Keras Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : ketika berinteraksi dengan klien, klien kooeperatif mampu
menjawab pertanyaan apa yang ditanyakan.
3. Aktivitas Motorik
Fleksibilitas serea TIK
Tegang Grimasem
Gelisah Tremor
Agitasi Kompulsif
Automatisma Common Automatisma

17
Negativisme
Jelaskan : ketika berinteraksi dengan klien, klien terlihat tenang dan
antusias berbincang-bincang.
4. Alam Perasaan
Sedih
Ketakutan

Putus asa
Khawatir

Gembira berlebihan
5. Afek
Datar
Tumpul
Labil
Tidak sesuai
Jelaskan : klien bisa tersenyum dan sedih ketika diberi stimulus.
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan
Tidak kooperatif
Kontak mata kurang
Curiga
7. Persepsi
Halusinasi/ilusi
Pendengaran

Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidung
Jelaskan : suka mendengar suara-suara ingin dibunuh perempuan tidak
jelas.
8. Proses Pikir
a. Isi Pikir
Obsesi Depersonalisasi Isolasi sosial

18
Phobia Ide yang terkait Pesimisme
Hipokondria Pikiran Magis Bunuh Diri
Jelaskan : klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
Waham :
Agama Nihilistik
Somatik Sisip pikir
Kebesaran Siar Pikir
Curiga Kontrol pikir
b. Arus Pikir
Sirkumstansial Flight of idea
Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi Pengulagan pembicaraan/perseverasi
Inkoheren Logorea
Tingkat Kesadaran
Bingung Disorientasi waktu
Sedasi Disorientasi orang
Stupor Disorientasi tempat
9. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabusi
Jelaskan : klien dapat mengingat memori jangka pendek dan panjang.
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : klien bisa berkonsentrasi dan berhitung dengan baik.
11. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

19
Jelaskan : klien mengatakan tidak tau alasan dirinya dibawa kerumah
sakit Marzoeki Mahdi.

F. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan : klien dapat melakukan sendiri tanpa bantuan
2. BAB/BAK : klien dapat melakukan sendiri tanpa bantuan
3. Mandi : klien dapat melakukan sendiri tanpa bantuan
4. Berpakaian/berhias : klien dapat melakukan sendiri tanpa bantuan
5. Istirahat Tidur : Tidur siang (–)
Tidur malam pukul 23.00 – 06.00
6. Penggunaan obat : Bantuan minimal
7. Pemeliharaan Kesehatan : perawatan lanjutan dan system pendukung.
8. Aktifitas dalam rumah : mempersiapkan makanan mandiri.
9. Aktifitas di luar Rumah : belanja dan berpergian.

G. Mekanisme Koping
H. Masalah Psikososial dan Lingkungan
I. Kurang pengetahuan tentang
J. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Skizofrenia
Terapi Medik : Lorazefame mg/24 jam /oral
Haloperidole 5gram/12 jam/oral

20
ANALISA DATA

N DATA FOKUS MASALAH


O
1. DS: klien mengatakan suka
mendengar suara bisikan perempuan Gangguan persepsi sensori:
ketika mendengar suaranya klien halusinasi pendengaran
merasa takut.
DO: klien tampak tenang
Mau berbicara dan bercerita
dengan perawat

Pohon Masalah

Akibat
Resiko menyiderai diri, orang lain dan
lingkungan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi


Core (Masalah Utama)

Isolasi sosial : menarik diri


Penyebab

Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi

21
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan TUM: Klien Setelah 1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling


sensori dapat mengontrol menunjukkan tanda – percaya dengan
persepsi: halusinasi yang tanda percaya kepada menggunakan prinsip
dialaminya perawat : komunikasi terapeutik :
halusinasi
Tuk 1 : 1. Ekspresi wajah a. Sapa klien dengan
(lihat/dengar/p bersahabat. ramah baik verbal
enghidu/raba/k Klien dapat 2. Menunjukkan rasa maupun non verbal
ecap) membina senang. b. Perkenalkan nama,
hubungan saling 3. Ada kontak mata. nama panggilan dan
percaya 4. Mau berjabat tujuan perawat berkenalan
tangan. c. Tanyakan nama
5. Mau menyebutkan lengkap dan nama
nama. panggilan yang disukai
6. Mau menjawab klien
salam. d. Buat kontrak yang
7. Mau duduk jelas
berdampingan dengan e. Tunjukkan sikap jujur
perawat. dan menepati janji setiap
8. Bersedia kali interaksi
mengungkapkan f. Tunjukan sikap empati
masalah yang dihadapi. dan menerima apa adanya
g. Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
h. Tanyakan perasaan
klien dan masalah yang
dihadapi klien
i. Dengarkan dengan
penuh perhatian ekspresi
perasaan klien
TUK 2 : Setelah 1x interaksi klien 2.1. Adakan kontak sering
Klien dapat menyebutkan : dan singkat secara
mengenal 1. Isi bertahap
halusinasinya 2. Waktu 2.2. Observasi tingkah
3. Frekunsi laku klien terkait
4. Situasi dan kondisi dengan halusinasinya
yang menimbulkan (* dengar /lihat
halusinasi /penghidu /raba
/kecap), jika
menemukan klien yang
sedang halusinasi:
1. Tanyakan apakah

22
klien mengalami
sesuatu ( halusinasi
dengar/ lihat/
penghidu /raba/ kecap
)
2. Jika klien menjawab
ya, tanyakan apa
yang sedang
dialaminya
3. Katakan bahwa
perawat percaya klien
mengalami hal
tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya
( dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
4. Katakan bahwa ada
klien lain yang
mengalami hal yang
sama.
5. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
2.3 Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya
pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien :

1. Isi, waktu dan


frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi,
siang, sore, malam
atau sering dan
kadang – kadang )
2. Situasi dan kondisi
yang menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi
2. Setelah 1x interaksi 2.4Diskusikan dengan klien
klien menyatakan apa yang dirasakan jika
perasaan dan responnya terjadi halusinasi dan beri
saat mengalami kesempatan untuk
halusinasi : mengungkapkan

23
 Marah perasaannya.
 Takut 2.3. Diskusikan dengan
 Sedih klien apa yang
 Senang dilakukan untuk
 Cemas mengatasi perasaan
 Jengkel tersebut.
2.4. Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialaminya bila klien
menikmati
halusinasinya.

TUK 3 : 3.1. Setelah 1x interaksi 3.1. Identifikasi bersama


Klien dapat klien menyebutkan klien cara atau tindakan
mengontrol tindakan yang biasanya yang dilakukan jika
halusinasinya dilakukan untuk terjadi halusinasi (tidur,
mengendalikan marah, menyibukan
halusinasinya diri dll)
3.2. Setelah 1x 3.2. Diskusikan cara yang
interaksi klien digunakan klien,
menyebutkan cara baru  Jika cara yang
mengontrol halusinasi digunakan adaptif
beri pujian.
3.3. Setelah 1x interaksi  Jika cara yang
klien dapat memilih digunakan
dan memperagakan maladaptif
cara mengatasi diskusikan kerugian
halusinasi cara tersebut
(dengar/lihat/penghidu/ 3.3. Diskusikan cara baru
raba/kecap ) untuk memutus/
mengontrol timbulnya
3.4. Setelah 1x interaksi halusinasi :
klien melaksanakan j. Katakan pada diri
cara yang telah dipilih sendiri bahwa ini tidak
untuk mengendalikan nyata ( “saya tidak
halusinasinya mau dengar/ lihat/
3.5. Setelah 1x penghidu/ raba /kecap
pertemuan klien pada saat halusinasi
mengikuti terapi terjadi)
aktivitas kelompok k. Menemui orang lain
(perawat/teman/anggot
a keluarga) untuk
menceritakan tentang
halusinasinya.
l. Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari hari
yang telah di susun.

24
m. Meminta
keluarga/teman/
perawat menyapa jika
sedang berhalusinasi.
3.4 Bantu klien memilih cara
yang sudah dianjurkan
dan latih untuk
mencobanya.

3.5 Beri kesempatan untuk


melakukan cara yang
dipilih dan dilatih.
3.6. Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih dan
dilatih , jika berhasil beri
pujian
3.7. Anjurkan klien
mengikuti terapi aktivitas
kelompok, orientasi
realita, stimulasi persepsi

TUK 4 : 4.1. Setelah 1x 4.1 Buat kontrak dengan


Klien dapat pertemuan keluarga, keluarga untuk
dukungan dari keluarga menyatakan pertemuan ( waktu,
keluarga dalam setuju untuk mengikuti tempat dan topik )
mengontrol pertemuan dengan 4.2 Diskusikan dengan
halusinasinya perawat keluarga ( pada saat
4.2. Setelah 1x interaksi pertemuan keluarga/
keluarga menyebutkan kunjungan rumah)
pengertian, tanda dan n. Pengertian halusinasi
gejala, proses o. Tanda dan gejala
terjadinya halusinasi halusinasi
dan tindakan untuk p. Proses terjadinya
mengendali kan halusinasi
halusinasi q. Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk
memutus halusinasi
r. Obat- obatan
halusinasi
s. Cara merawat anggota
keluarga yang
halusinasi di rumah
( beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan
bersama, bepergian
bersama, memantau
obat – obatan dan cara

25
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi )
t. Beri informasi waktu
kontrol ke rumah sakit
dan bagaimana cara
mencari bantuan jika
halusinasi tidak tidak
dapat diatasi di rumah
TUK 5 : 1.2 Setelah 1x interaksi 5.1 Diskusikan dengan klien
Klien dapat klien menyebutkan; tentang manfaat dan
memanfaatkan 2. Manfaat minum obat kerugian tidak minum
obat dengan baik 3. Kerugian tidak minum obat, nama , warna,
obat dosis, cara , efek terapi
4. Nama,warna,dosis, dan efek samping
efek terapi dan efek penggunan obat
samping obat
4.2 Setelah 1x interaksi
klien 5.2 Pantau klien saat
mendemontrasikan penggunaan obat
penggunaan obat dgn 5.3 Beri pujian jika klien
benar menggunakan obat
4.3 Setelah 1x interaksi dengan benar
klien menyebutkan 5.4 Diskusikan akibat
akibat berhenti minum berhenti minum obat
obat tanpa konsultasi tanpa konsultasi dengan
dokter dokter
5.5 Anjurkan klien untuk
konsultasi kepada
dokter/perawat jika terjadi
hal – hal yang tidak di
inginkan .

Isolasi Sosial TUM: Klien


dapat berinteraksi
dengan orang lain

TUK:
1. Klien dapat 1. Setelah 1X interaksi
membina klien menunjukkan tanda-
hubungan saling tanda percaya kepada /
percaya terhadap perawat:
o Wajah cerah,
tersenyum 1.1.Bina hubungan saling
o Mau berkenalan percaya dengan:
o Ada kontak mata • Beri salam setiap
o Bersedia berinteraksi.
menceritakan perasaan • Perkenalkan nama,
o Bersedia nama panggilan perawat

26
mengungkapkan dan tujuan perawat
masalahnya berkenalan
o Bersedia • Tanyakan dan panggil
mengungkapkan nama kesukaan klien
masalahnya • Tunjukkan sikap jujur
dan menepati janji setiap
kali berinteraksi
• Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi kllien
• Buat kontrak interaksi
yang jelas
• Dengarkan dengan
penuh perhatian ekspresi
perasaan klien

2. Klien mampu 2.Setelah 1 x interaksi 2.1 Tanyakan pada klien


menyebutkan klien dapat menyebutkan tentang:
penyebab menarik minimal satu penyebab • Orang yang tinggal
diri menarik diri dari: serumah / teman
o diri sendiri sekamar klien
o orang lain • Orang yang paling dekat
o lingkungan dengan klien di rumah/
di ruang perawatan
• Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
• Orang yang tidak dekat
dengan klien di
rumah/di ruang
perawatan
• Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang tersebut
• Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
2.2 Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul
dengan orang lain.
2.3 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya

27
3. Klien mampu 3. Setelah 1x interaksi 3.1. Tanyakan pada klien
menyebutkan dengan klien dapat tentang :
keuntungan menyebutkan keuntungan • Manfaat hubungan
berhubungan berhubungan sosial, sosial.
sosial dan misalnya • Kerugian menarik diri.
kerugian menarik o banyak teman 3.2. Diskusikan bersama
diri. o tidak kesepian klien tentang manfaat
o bisa diskusi berhubungan sosial dan
o saling menolong, kerugian menarik diri.
dan kerugian menarik diri, 3.3. Beri pujian terhadap
misalnya: kemampuan klien
o sendiri mengungkapkan
o kesepian perasaannya.
o tidak bisa diskusi

4. Klien dapat 4. Setelah 1x interaksi 4.1 Observasi perilaku klien


melaksanakan klien dapat melaksanakan saat berhubungan
hubungan hubungan sosial secara sosial .
sosial secara bertahap dengan: 4.2 Beri motivasi dan bantu
bertahap o Perawat klien untuk berkenalan /
o Perawat lain berkomunikasi dengan :
o Klien lain • Perawat lain
• Klien lain
• Kelompok
4.3 Libatkan klien dalam
4.4 Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
4.5 Beri motivasi klien
untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah
dibuat.
4.6 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya melalui
aktivitas yang
dilaksanakan.
5. Klien mampu 5. Setelah 1x interaksi
menjelaskan klien dapat menjelaskan
perasaannya perasaannya setelah
setelah berhubungan sosial dengan 5.1.Diskusikan dengan klien

28
6. Klien 6.1. Setelah 1X 6.1. Diskusikan pentingnya
mendapat pertemuan keluarga dapat peran serta keluarga
dukungan menjelaskan tentang : sebagai pendukung
keluarga o Pengertian menarik untuk mengatasi prilaku
dalam diri menarik diri.
memperluas o Tanda dan gejala 6.2. Diskusikan potensi
hubungan menarik diri keluarga untuk
sosial o Penyebab dan membantu klien
akibat menarik diri mengatasi perilaku
o Cara merawat klien menarik diri
menarik diri 6.3. Jelaskan pada keluarga
tentang :
• Pengertian menarik diri
• Tanda dan gejala
menarik diri
• Penyebab dan akibat
menarik diri
• Cara merawat klien
menarik diri
6.4. Latih keluarga cara
merawat klien menarik
diri.
6.5. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
6.6. Beri motivasi keluarga
agar membantu klien
untuk bersosialisasi.
6.7. Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatannya merawat
klien di rumah sakit.
7. Klien dapat 7.1. Setelah 1x interaksi 7.1. Diskusikan dengan klien
memanfaatka klien menyebutkan; tentang manfaat dan
n obat dengan • Manfaat minum kerugian tidak minum
baik. obat obat, nama , warna,
• Kerugian tidak dosis, cara , efek terapi
minum obat dan efek samping
• Nama,warna,dosis, penggunan obat
efek terapi dan efek 7.2. Pantau klien saat
samping obat penggunaan obat
7.2. Setelah 1x interaksi 7.3. Beri pujian jika klien
klien mendemontrasikan menggunakan obat
penggunaan obat dgn dengan benar
benar 7.4. Diskusikan akibat
7.3. Setelah 1x interaksi berhenti minum obat
klien menyebutkan akibat tanpa konsultasi dengan
berhenti minum obat tanpa dokter

29
Resiko TUM: Klien 1. Setelah 1 x pertemuan 1. Bina hubungan saling
Perilaku dapat mengontrol klien menunjukkan tanda- percaya dengan:
Kekerasan perilaku tanda percaya kepada a. Beri salam setiap
perawat: berinteraksi.
kekerasan
 Wajah cerah, b. Perkenalkan nama,
TUK: tersenyum nama panggilan
 Mau perawat dan tujuan
8. Klien dapat berkenalan perawat berinteraksi
membina  Ada kontak c. Tanyakan dan panggil
mata nama kesukaan klien
hubungan
 Bersedia d. Tunjukkan sikap
saling percaya empati, jujur dan
menceritakan
perasaan menepati janji setiap
9. Klien dapat
kali berinteraksi
mengidentifik e. Tanyakan perasaan
1. Setelah 1x
asi penyebab klien dan masalah
pertemuan klien
perilaku yang dihadapi klien
menceritakan
kekerasan f. Buat kontrak interaksi
penyebab perilaku yang jelas
yang
kekerasan yang Dengarkan dengan penuh
dilakukannya
dilakukannya: perhatian ungkapan perasaan
10. Klien dapat klien
 Menceritakan
mengidentifik
penyebab perasaan2. Bantu klien
asi tanda- mengungkapkan perasaan
jengkel/kesal baik
tanda perilaku marahnya:
dari diri sendiri
kekerasan g. Motivasi klien untuk
maupun
menceritakan
11. Klien dapat lingkungannya penyebab rasa kesal
mengidentifik atau jengkelnya
2. Setelah 1x
asi jenis h. Dengarkan tanpa
pertemuan klien menyela atau memberi
perilaku
menceritakan tanda- penilaian setiap
kekerasan
tanda saat terjadi ungkapan perasaan
yang pernah
perilaku kekerasan klien
dilakukannya 3. Bantu klien
12. Klien dapat  Tanda fisik : mata mengungkapkan tanda-
merah, tangan tanda perilaku kekerasan
mengidentifik mengepal, ekspresi yang dialaminya:
asi akibat tegang, dan lain-
perilaku lain. i. Motivasi klien
kekerasan  Tanda emosional : menceritakan kondisi
perasaan marah, fisik (tanda-tanda fisik)
13. Klien dapat jengkel, bicara saat perilaku kekerasan
mengidentifik kasar. terjadi
asi cara  Tanda sosial : j. Motivasi klien
konstruktif bermusuhan yang menceritakan kondisi
dalam dialami saat terjadi emosinya (tanda-tanda

30
mengungkapk perilaku kekerasan. emosional) saat terjadi
an kemarahan perilaku kekerasan
3. Setelah 1x Motivasi klien menceritakan
14. Klien dapat pertemuan klien kondisi hubungan dengan
mendemonstr menjelaskan: orang lain (tanda-tanda
asikan cara sosial) saat terjadi perilaku
Jenis-jenis ekspresi kekerasan
mengontrol
kemarahan yang 4. Diskusikan dengan klien
perilaku
selama ini telah perilaku kekerasan yang
kekerasan
dilakukannya dilakukannya selama ini:
15. Klien  Perasaannya saat
melakukan k. Motivasi klien
mendapat menceritakan jenis-
kekerasan
dukungan  Efektivitas cara jenis tindak kekerasan
keluarga yang dipakai dalam yang selama ini pernah
untuk menyelesaikan dilakukannya.
mengontrol masalah l. Motivasi klien
perilaku 4. Setelah 1x menceritakan perasaan
pertemuan klien klien setelah tindak
kekerasan
kekerasan tersebut
menjelaskan akibat
16. Klien terjadi
tindak kekerasan Diskusikan apakah dengan
menggunakan yang dilakukannya tindak kekerasan yang
obat sesuai dilakukannya masalah yang
program yang  Diri sendiri : luka, dialami teratasi
telah dijauhi teman, dll 5.Diskusikan dengan klien
ditetapkan akibat negatif (kerugian)
 Orang
cara yang dilakukan pada:
lain/keluarga :
luka, tersinggung, m. Diri sendiri
n. Orang lain/keluarga
5. Setelah 1x Lingkungan
pertemuan klien : 6. Diskusikan dengan klien:

 Menjelaskan cara- o. Apakah klien mau


cara sehat mempelajari cara baru
mengungkapkan mengungkapkan marah
yang sehat
marah
p. Jelaskan berbagai
6. Setelah 1x alternatif pilihan untuk
mengungkapkan marah
pertemuan klien
selain perilaku
memperagakan cara kekerasan yang
mengontrol perilaku diketahui klien.
kekerasan: q. Jelaskan cara-cara
sehat untuk
 Fisik: tarik nafas mengungkapkan
dalam, memukul marah:

31
bantal/kasur  Cara fisik: nafas
dalam, pukul bantal
 Verbal: atau kasur, olah
mengungkapkan raga.
perasaan  Verbal:
kesal/jengkel pada mengungkapkan
orang lain tanpa bahwa dirinya
menyakiti sedang kesal
 Spiritual: zikir/doa, kepada orang lain.
meditasi sesuai  Sosial: latihan
agamanya asertif dengan
orang lain.
7. Setelah 1x interaksi Spiritual: sembahyang/doa,
keluarga: zikir, meditasi, dsb sesuai
 cara merawat klien keyakinan agamanya
dengan perilaku masing-masing
kekerasan
 Mengungkapkan 7. 1. Diskusikan cara yang
rasa puas dalam mungkin dipilih dan
merawat klien anjurkan klien memilih
Menjelaskan cara yang mungkin untuk
mengungkapkan
kemarahan.
8. Setelah 3x interaksi
pertemuan klien dapat 7.2. Latih klien
menjelaskan: memperagakan cara
yang dipilih:
 Manfaat minum
obat r. Peragakan cara
 Kerugian tidak melaksanakan cara
minum obat yang dipilih.
 Nama obat s. Jelaskan manfaat cara
 Bentuk dan warna tersebut
obat t. Anjurkan klien
 Dosis yang menirukan peragaan
diberikan yang sudah dilakukan.
kepadanya u. Beri penguatan pada
 Waktu pemakaian klien, perbaiki cara
 Cara pemakaian yang masih belum
 Efek yang sempurna
dirasakan 7.3. Anjurkan klien
menggunakan cara yang
8. Setelah 1x sudah dilatih saat
pertemuan klien marah/jengkel
menggunakan obat
8.1. Diskusikan pentingnya
sesuai program
peran serta keluarga sebagai

32
pendukung klien untuk

perilaku kekerasan.

8.2. Diskusikan potensi


keluarga untuk
membantu klien
mengatasi perilaku
kekerasan

8.3. Jelaskan pengertian,


penyebab, akibat dan
cara merawat klien
perilaku kekerasan yang
dapat dilaksanakan oleh
keluarga.

8.4. Peragakan cara merawat


klien (menangani
perilaku kekerasan)

8.5.Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan ulang

8.6. Beri pujian kepada


keluarga setelah
peragaan

8.7. Tanyakan perasaan


keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan
9.1. Jelaskan manfaat
menggunakan obat
secara teratur dan
kerugian jika tidak
menggunakan obat

9.2. Jelaskan kepada klien:

v. Jenis obat (nama,


warna dan bentuk
obat)
w. Dosis yang tepat untuk
klien
x. Waktu pemakaian

33
y. Cara pemakaian
z. Efek yang akan
dirasakan klien
9.3. Anjurkan klien:

aa. Minta dan


menggunakan obat
tepat waktu
bb. Lapor ke
perawat/dokter jika
mengalami efek yang
tidak biasa
Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien
menggunakan obat.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama pasien : Ny S
Umur : 43 th

Hari /
Implementasi Evaluasi
tanggal

Kamis Ds : Klien mengatakan suka mendengar Evaluasi :


29-10-20 suara perempuan pada malam hari S : klien mengatakan senang
Do : klien terlihat tenang bisa berkenalan
Dx : Halusimasi pendengaran O : klien tampak tenang dan
Implementasi : kooperatif
1. Menyapa A : Halusinasi pendengaran
klien dengan ramah baik verbal P : Sp II
maupun non verbal
2. Memperke 1. Tanyakan apakah ada suatu
nalkan diri dengan sopan yang didengar
3. Menanyaka 2. Jika klien menjawab ada,
n nama lengkap klien dan nama lanjutkan apa yang
panggilan yang disukai klien dilakukan
4. Menjelaska 3. Katakana bahwa perawat
n pertemuan tujuannya percaya klien mendengar
5. Menunjuka suara hati, namun perawat
n sikap simpati dan menerima apa sendiri tidak mendengarnya
adanya 4. Katakana bahwa klien lain

34
6. Memberi juga ada yang seperti klien
perhatian kepada klien dan perhatikan 5. Katakana bahwa perawat
klien akan membatu klien
6. Diskusikan situasi yang
Rencana tindak lanjut : menimbulkan atau tidak
1. Mengevaluasi kegiatan menimbulkan halusinasi
2. Memasukan pada jadwal kegiatan 7. Diskusikan waktu dan
frekuensi terjadinya
halusinasi

35
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny S
Umur : 43 th

Hari /
Implementasi Evaluasi
tanggal

Jumat Ds : Klien mengatakan suka mendengar Evaluasi :


30-10-20 suara perempuan berbisik S : klien mengatakan sudah
Do : klien tampak tenang tidak mendengar suara
Dx : Halusimasi pendengaran bisikan lagi dan akan
Implementasi : mengikuti arahan
1. Menanyakan apakah ada suara yang O : klien tenang dan kooperatif
di dengar P : Sp III
2. Mengatakan perawat percaya klien
mendengar suara itu, namun perawat 1. Mengidentifikasikan
sendiri tidak mendengarnya bersama klien cara atau
3. Mengatakan bahwa perawat akan tindakan yang dilakukan
membantu klien jika terjadi halusinasi
2. Mendiskusikan manfaat dan
Rencana tindak lanjut : cara yang digunakan klien,
1. Mengevaluasi jika bermanfaat beri pujian
kegiatan 3. Mendiskusikan cara baru
2. Memasukan pada untuk memutus atau
jadwal kegiatan mengontrol timbulnya
halusinasi
4. Membantu klien memilih
dan melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
5. Memberi kesempatan untuk
melakukan cara yang
dilatih, evaluasi hasilnya
dan beri pujian jika berhasil
6. Menganjurkan klien
mengikuti TAK, stimulasi
persepsi

36
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny S
Umur : 43 th

Hari /
Implementasi Evaluasi
tanggal

Sabtu Ds : klien mengatakan sudak tidak Evaluasi :


31-10-20 mendengar suara bisikan lagi S : klien mengatakan senang
Do : klien tampak tenang, koorperatif bisa berkenalan
Dx : Halusimasi pendengaran O : klien tampak tenang dan
Implementasi : kooperatif
1. Mendiskusikan cara mengontrol A : Halusinasi pendengaran
halusinasi (berkenalan, melakukan P : Sp IV
aktivitas harian, bercakap-cakap
dengan teman, minum obat) 1. Diskusikan dengan pasien
2. Membantu melatih klien untuk tentang dosis obat, efek obat,
melakukan cara mengontrol halusinasi manfaat obat
3. Melakukan tindakan TAK 2. Anjurkan kepada klien untuk
meminta obat pada perawat
Rencana tindak lanjut : 3. Diskusikan akibat berhenti
1. Mengevaluasi kegiatan minum obat
2. Memasukan pada jadwal kegiatan 4. Bantu klien menggunakan
obat dengan prinsip 5 benar
minum obat

37
BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi


adalah gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu
melalui panca indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda
dengan ilusi, dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap
stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang
nyata ada oleh klien.
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum
atautertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara,
bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan
pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,
kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat
diri,perubahan

38
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Pan. 2014. Konsep Halusinasi Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.


www.academia.edu diakses Oktober 2016.

Yusalia, Refiazka. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan


Halusinasi. www.academia.edu diakses Oktober 2016

Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, Deden. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan


Jiwa Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd
Surakarta. Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia.

Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
“S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Diruang
Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi
Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti Indonesia
Banyuwangi

Pambayun, Ahlul H. 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. S Dengan


Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Ruang 11 (Larasati)
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Asuhan Keperawatan Psikiatri
Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang.

39
http//www.kemenkes.go.id/article/view/19101600004/pentingnya-peran-keluarga-
institusi-dan-masyarakat-kendalikan-gangguan-kesehatan-jiwa.html
diakses November 2020
http//m.trubus.id/baca/2706/pengidap-gangguan-jiwa-di-bogor-meningkat-setiap-
tahunnya diakses November 2020

40

Anda mungkin juga menyukai