Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA KASUS PASIEN DENGAN


MASALAH PSIKOSOSIAL: ANSIETAS (KECEMASAN)

Diajukan sebagai
Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa I

Dosen Pengampu: Ns. Tesha Hestyana Sari, M.Kep

Disusun Oleh: Kelompok 1 (A 2020 2)


Abel Aprilia Putri (2011110484) Dinda Wulandari (2011110911)
Aliya Triliani (2011126851) Diva Adesyahpuri (2011126068)
Angeli Silvia Wati (2011135227) Diva Febrina Wilya (2011113511)
Angelina Victoria S (2011114356) Ega Minalita (2011126765)
Archel Olivia (2011113203) Ella Biisnilla (2011114359)
Avira Berlianna Salsa (2011136837) Fadila Agita Oktaviani (2011135225)
Bunga Aprilia (2011113561) Fadillah Andi Putri (2011135938)
Calvin Khan Nolip S (2011113469) Fajriyatul Kamal (2011135238)
Fathur Rahman (2011111504) Febby Putri Ananda (2011113530)

PRODI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa I dengan
judul “Intervensi Keperawatan pada Kasus Pasien dengan Masalah Psikososial: Ansietas
(Kecemasan)”. Hanya kepada-Nya penulis memohon pertolongan dan kemudahan dalam
segala urusan. Salawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad saw. yang
telah membimbing pada jalan yang diridhai oleh Allah Swt. Adapun tujuan penulis dalam
membuat makalah ini adalah untuk melengkapi nilai pada mata kuliah Keperawatan
Kesehatan Jiwa I Program A 2020 2. Harapan dari penulis semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca, terutama dalam meningkatkan pemahaman tentang
Keperawatan Kesehatan Jiwa I. Adapun penyusunan makalah ini masih ada kekurangan.
Untuk itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Penulis
berharap kepada pembaca makalah dapat memberikan kritik dan saran.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Pekanbaru, 03 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 5
C. Manfaat ...................................................................................................................... 5
BAB II: PEMBAHASAN
A. Definisi ....................................................................................................................... 6
B. Penyebab .................................................................................................................... 6
C. Patofisiologi ............................................................................................................. 10
D. Teori Psikologis dan Fisiologis ................................................................................ 10
E. Faktor yang Mempengaruhi ..................................................................................... 12
F. Tanda dan Gejala ..................................................................................................... 12
G. Rentang Respons ...................................................................................................... 13
H. Tingkatan ................................................................................................................. 14
I. Alat Ukur.................................................................................................................. 15
J. Tindakan Keperawatan pada Pasien......................................................................... 16
K. Tindakan pada Keluarga .......................................................................................... 19
L. Asuhan Keperawatan ............................................................................................... 20
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 33
B. Saran ........................................................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 34

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Persaingan kelompok dan individu semakin ketat dan dampak dari perubahan
tersebut merupakan salah satu stressor bagi individu apabila seseorang tidak bisa bertahan
dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor yang
berkepanjangan. Koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang mengalami
gangguan secara psikologis. Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO), 10% dari
populasi mengalami gangguan jiwa. Hal ini didukung oleh laporan dari hasil studi bank
dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan bahwa penyakit yang
merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang merupakan angka tertinggi
dibanding presentase penyakit lain.
Ansietas menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa yang masih banyak
terjadi kasus baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia.
Di Amerika sendiri gangguan ansietas menjadi masalah psikiatrik yang sering terjadi.
Tercatat setiap tahunnya lebih dari seperempat penduduk Amerika Serikat (23 juta jiwa)
terkena penyakit ini dan pada tahun 1990 menghabiskan biaya 46,6 miliar dollar Amerika
Serikat baik biaya langsung maupun tidak langsung. Dalam sebuah survey di Amerika,
pasien yang mengalami serangan panik rata-rata dalam satu tahun melakukan 37 kali
kunjungan medis.
Sedangkan di Indonesia sendiri, menurut catatan seminar tentang gangguan jiwa
(Kompas, 2000), angka gangguan jiwa di Indonesia semakin meningkat. Satu dari lima
penduduk di Indonesia menderita gangguan jiwa dan mental. Hasil Survei Kesehatan
Mental Rumah Tangga (SKMRT) tahun 1995 ditemukan 185 per 1000 penduduk di
Indonesia menunjukkan adanya gejala gangguan jiwa (Republika, 5 April 2001). Hal ini
didukung data dari depkes RI yang melaporkan bahwa di Indonesia jumlah penderita
penyakit jiwa berat sekitar 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk di Indonesia.
Namun demikian, masalah ansietas dapat dicegah dengan pemberian asuhan
keperawatan yang tepat pada individu tersebut. Salah satu pendekatan preventif yang dapat
dilakukan yaitu dengan pemberian terapi generalis untuk mengontrol kecemasan yang
dialami klien, seperti teknik relaksasi nafas dalam, relaksasi otot progresif, distraksi,
hipnotis lima jari, dan pendekatan spiritual (Sulistyarini, 2013)

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah ialah sebagai berikut:
a. Apa definisi dari ansietas?
b. Apa saja penyebab terjadinya ansietas?
c. Bagaimanakah patofisiologi terjadinya ansietas?
d. Apa saja faktor yang mempengaruhi ansietas?
e. Apa saja tanda dan gejala ansietas?
f. Apa saja rentang respon ansietas?
g. Apa saja tingkatan pada ansietas?
h. Apa saja alat untuk mengukur ansietas?
i. Apa saja tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah ansietas?
j. Apa saja tindakan yang dapat dilakukan pada keluarga pasien dengan masalah
ansietas?
k. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah ansietas?

C. Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka manfaat penulisan ialah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui definisi dari ansietas
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya ansietas
c. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya ansietas
d. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi ansietas
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada ansietas
f. Untuk mengetahui rentang respon ansietas
g. Untuk mengetahui tingkatan pada ansietas
h. Untuk mengetahui alat untuk mengukur ansietas
i. Untuk mengetahui tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah ansietas
j. Untuk mengetahui tindakan yang dapat dilakukan pada keluarga pasien dengan
masalah ansietas
k. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah ansietas

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Menurut Riyadi & Purwanto (2010), Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak
menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologis, sedangkan
pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi
yang disebabkan oleh kecemasan tersebut. Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif
mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang
tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman, 2010).
Ansietas merupakan keadaan emosi dan pengalaman subyektif individu. Keduanya
adalah energi dan tidak dapat diamati secara langsung. Seorang perawat menilai pasien
ansietas berdasarkan perilaku tertentu. Penting untuk diingat bahwa ansietas adalah bagian
dari kehidupan sehari-hari. Ansietas adalah dasar kondisi manusia dan memberikan
peringatan berharga. Bahkan, kapasitas untuk menjadi ansietas diperlukan untuk bertahan
hidup. Selain itu, seseorang dapat tumbuh dari ansietas jika seseorang berhasil berhadapan,
berkaitan dengan, dan belajar dari menciptakan pengalaman ansietas (Stuart, 2016).
Gangguan ansietas dapat membuat individu mengalami gangguan pikiran atau
konsentrasi. Mereka menjauhi situasi yang dapat membuat individu tersebut khawatir
(American Psychological Assosiation, 2017). Menurut Videbeck (2011) individu yang
mempunyai gangguan kecemasan menunjukkan perilaku yang tidak biasanya seperti panik
tanpa alasan, takut pada objek tanpa alasan, tindakan tanpa bisa dikontrol sering terulang,
atau kekhawatiran luar biasa yang tidak bisa dijelaskan. Ansietas juga berdampak pada
kehidupan sehari-hari mereka, kehidupan sosial, dan pekerjaan mereka.

B. PENYEBAB
Stuart & Suddent (2014) menyatakan bahwa ansietas dapat diekspresikan secara
langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping yang dikembangkan untuk
menjelaskan asal ansietas yaitu:

6
a. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menimbulkan kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut
dapat berupa:
1) Faktor Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian Id
dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku berfungsi menengahi tuntutan dari
dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
2) Faktor Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik.
Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang
berat.
3) Faktor Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4) Kajian Keluarga
Hal ini menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga.
Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi.
5) Kajian Biologis
Hal ini menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulatory inhibisi asam
gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis
yang berhubungan dengan ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dan
riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kemampuan individu untuk mengatasi stressor.

7
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan
timbulnya kecemasan. Menurut Eko Prabowo (2014), stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1) Ancaman terhadap intregitas fisik
a) Sumber Internal
Meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh,
perubahan biologis normal (misalnya hamil).
b) Sumber Eksternal
Meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan,
kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri
a) Sumber Internal
Meliputi kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat
kerja dan penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b) Sumber Eksternal
Meliputi kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, dan sosial budaya.

Beck, Amey & Greenberg (Freeman & Di Tomasso dalam Wolman & Stricker,
1994) dalam (Canisti, 2013) mengemukakan bahwa dari sudut pandang kognitif
(cognitive model), terdapat lima kemungkinan faktor predisposisi atau faktor yang
secara potensial dapat menyebabkan individu mengalami kecemasan, diantaranya:
a. Generative inheritability (pewarisan genetik)
Faktor hereditas mempengaruhi mudah tidaknya saraf otonom menerima
rangsang. Dengan kata lain, seseorang dengan sejarah keluarga atau keturunan
yang memiliki gangguan dalam kecemasan bila dihadapkan pada situasi yang
mencemaskan.
b. Physical disease states (penyakit fisik)
Pandangan kognitif mengatakan bahwa faktor penyebab penyakit fisik dapat
membuat individu mengalami kecemasan.

8
c. Phychological trauma/mental trauma (trauma mental)
Individu akan lebih mudah cemas ketika ia dihadapkan pada situasi yang serupa
dengan pengalaman terdahulu yang menimbulkan trauma, dimana situasi
tersebut seperti skema yang telah dipelajari.
d. Absence of coping mechanisms (tidak adanya mekanisme penyesuaian diri)
Individu yang mengalami kecemasan akan sering menunjukkan defisit dalam
respon penyesuaian diri terhadap kecemasan itu sendiri. Mereka merasa tidak
berdaya untuk menemukan strategi dalam mengatasi kecemasannya tersebut.
Akibatnya individu tersebut membiarkan diri mereka berada dalam situasi yang
secara potensial yang dapat membuat mereka cemas.
e. Irrational thoughts, assumptions and cognitive processing errors (pikiran-pikiran
irasional, asumsi dan kesalahan proses kognisi)
Pada individu yang memiliki gangguan kecemasan, keyakinan yang tidak
realistik atau keyakinan semu mengenai suatu ancaman atau bahaya dianggap
dipicu oleh situasi-situasi tertentu yang mirip dengan situasi ketika keyakinan
semu tersebut dipelajari. Jika skema keyakinan semu tersebut teraktifkan, maka
skema ini akan mendorong pikiran, tingkah laku dan emosi orang tersebut untuk
masuk dalam keadaan cemas.

Selain faktor predisposisi kecemasan, Freeman dan Di Tomasso (dalam


Wolman & Stricker, 1994) dalam (Canisti, 2013) mengungkapkan bahwa terdapat
beberapa faktor pencetus kecemasan, yaitu:

a. Masalah fisik, dapat menyebabkan kelelahan sehingga mempengaruhi ambang


toleransi individu untuk menghadapi stressor dalam kehidupan sehari-hari.
b. Stressor eksternal yang berat, seperti kematian orang yang dicintai atau
kehilangan pekerjaan.
c. Stressor eksternal yang berkepanjangan dan berlangsung dalam jangka waktu
lama, sehingga membuat usaha coping individu menjadi lemah.
d. Kepekaan emosi, dimana sesuatu yang menimbulkan kecemasan pada seseorang
belum tentu memiliki pengaruh yang sama pada orang lain.

9
C. PATOFISIOLOGI
Sistem syaraf pusat menerima suatu persepsi ancaman. Persepsi ini timbul akibat
adanya rangsangan dari luar dan dalam yang berupa pengalaman masa lalu dan faktor
genetik. Kemudian rangsangan dipersepsi oleh panca indra, diteruskan dan direspon oleh
sistem syaraf pusat melibatkan jalur cortex cerebri – limbic system – reticular activating
system – hypothalamus yang memberikan impuls kepada kelenjar hipofise untuk
mensekresi mediator hormonal terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal yang kemudian
memicu syaraf otonom melalui mediator hormonal yang lain (Owen, 2016).

D. TEORI PSIKOLOGIS DAN FISIOLOGIS


Teori psikologis penyebab kecemasan menurut (Murwani, 2009) terdapat tiga bidang
utama teori psikologis yaitu, psikoanalitik, perilaku, dan eksistensial, telah menyumbang
teori tentang penyebab kecemasan. Masing-masing teori memiliki kegunaan konseptual
dan praktisnya di dalam pengobatan pasien dengan gangguan kecemasan.
a. Teori psikoanalitik
Dalam bukunya tahun 1926, Freud menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu
sinyal kepada ego bahwa suatu dorongan yang tidak dapat diterima menekan untuk
mendapatkan perwakilan dan pelepasan standar. Di dalam Teori Psikoanalitik,
kecemasan dipandang sebagai masuk ke dalam empat kategori utama, tergantung
pada sifat akibat yang ditakutinya: kecemasan id atau simpuls, kecemasan perpisahan,
kecemasan kastrasi, dan kecemasan superego.
b. Teori interpersonal
Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah trauma mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori perilaku
Teori perilaku atau belajar tentang kecemasan telah menghasilkan suatu
pengobatan yang paling efektif untuk gangguan kecemasan. Teori perilaku
menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap stimuli
lingkungan yang spesifik. Di dalam model pembiasaan klasik, seseorang yang tidak
memiliki alergi makanan dapat menjadi sakit setelah makan kerang yang
terkontaminasi di sebuah rumah makan. Teori perilaku telah menunjukkan
10
meningkatnya perhatian dalam pendekatan kognitif untuk memahami dan mengobati
gangguan kecemasan.
d. Teori eksistensial
Teori eksistensial tentang kecemasan memberikan model untuk gangguan
kecemasan umum, dimana tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasikan secara
spesifik untuk suatu perasaan kecemasan yang kronik. Konsep inti dari terori ini
adalah bahwa seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan yang menonjol di
dalam dirinya, perasaan yang mungkin lebih mengganggu daripada penerimaan
kematian mereka yang tidak dapat dihindari.
e. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal biasa ditemui
ansietas dengan depresi.

Teori fisiologis penyebab kecemasan menurut (Guyton, 2007) Stress fisik atau
emosional mengaktivasi amygdala yang merupakan bagian dari sistem limbik yang
berhubungan dengan komponen emosional dari otak. Respon emosional yang timbul
ditahan oleh input dari pusat yang lebih tinggi di forebrain. Respon neurologis dari
amygdala ditransmisikan dan menstimulasi respon hormonal dari hipotalamus.
Hipotalamus akan melepaskan hormon CRF (corticotropin-releasing factor) yang
menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormon lain yaitu ACTH
(adrenocorticotropic hormone) ke dalam darah. ACTH sebagai gantinya menstimulasi
kelenjar adrenal untuk menghasilkan kortisol, suatu kelenjar kecil yang berada di atas
ginjal. Semakin berat stress, kelenjar adrenal akan menghasilkan kortisol semakin
banyak dan menekan sistem imun.
Menurut (Ganong, 1998) reaksi takut dapat terjadi malalui perangsangan
hipotalamus dan nuclei amigdaloid. Sebaliknya amigdala dirusak, reaksi takut beserta
manisfestasi otonom dan endokrinnya tidak terjadi pada keadaan-keadaan normalnya
menimbulkan reaksi dan manisfestasi tersebut, terdapat banyak bukti bahwa nuclei
amigdaloid bekerja menekan memori-memori yang memutuskan rasa takut masuknya
sensorik aferent yang memicu respon takut terkondisi berjalan langsung dengan
peningkatan aliran darah bilateral ke berbagai bagian ujung anterior kedua sisi lobus
temporalis. Sistemsaraf otonom yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar
tubuh.
Pada saat pikiran dijangkiti rasa takut, sistem saraf otonom menyebabkan tubuh
bereaksi secara mendalam, jantung berdetak lebih keras, nadi dan nafas bergerak
11
meningkat, biji mata membesar, proses pencernaan dan yang berhubungan dengan
usus berhenti, pembuluh darah mengerut, tekanan darah meningkat, kelenjar adrenal
melepas adrenalin ke dalam darah. Akhirnya, darah di alirkan ke seluruh tubuh
sehingga menjadi tegang dan selanjunya mengakibatkan tidak bisa tidur.

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Menurut Herdman dan Kamitsuru (2018), faktor yang mempengaruhi ansietas yaitu:
a. Konflik tentang tujuan hidup
b. Hubungan interpersonal
c. Penularan interpersonal
d. Stressor
e. Penyalahgunaan zat
f. Pembedahan
g. Ancaman kematian
h. Ancaman pada status terkini
i. Kebutuhan yang tidak terpenuhi

F. TANDA DAN GEJALA


Menurut SDKI (2016) tanda dan gejala ansietas sebagi berikut ini:

12
Menurut Eko Prabowo (2014), gejala ansietas ialah:
a. Gelisah, perasaan tegang, khawatir berlebihan, mudah letih, sulit berkonsentrasi,
iritabilitas, otot tegang, dan gangguan tidur (gangguan ansietas umum)
b. Ingatan atau mimpi buruk berulang yang mengganggu mengenai peristiwa traumatis,
perasaan menghidupkan kembali trauma (episode kilas balik), kesulitan merasakan
emosi (afek datar), insomnia dan iritabilitas atau marah yang meledak–ledak
(gangguan stres pasca trauma)
c. Repetitif, pikiran obsesif, perilaku kasar yang berkaitan dengan kekerasan,
kontaminasi, dan keraguan, berulang kali melakukan aktifitas yang tidak bertujuan,
seperti mencuci tangan, menghitung, memeriksa, menyentuh (gangguan obsesif
kompulsif)
d. Rasa takut yang nyata dan menetap akan objek atau situasi tertentu (fobia spesifik),
situasi performa atau sosial (fobia sosial), atau berada dalam satu situasi yang
membuat individu terjebak (agorafobia)

G. RENTANG RESPONS

a. Respons Adaptif
Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan mengatur
kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu tantangan, motivasi yang kuat untuk
menyelesaikan masalah, dan merupakan sarana untuk mendapatkan penghargaan
yang tinggi. Strategi adaptif biasanya digunakan seseorang untuk mengatur
kecemasan antara lain dengan berbicara kepada orang lain, menangis, tidur, latihan,
dan menggunakan teknik relaksasi.

13
b. Respons Maladaptif
Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan mekanisme koping
yang disfungsi dan tidak berkesinambungan dengan yang lainnya. Koping maladaptif
mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas, isolasi diri,
banyak makan, konsumsi alkohol, berjudi, dan penyalahgunaan obat terlarang.

H. TINGKATAN
Menurut Halter (2014), ada 4 klasifikasi tingkat ansietas yaitu ansietas ringan, ansietas
sedang, ansietas berat, dan panik.
a. Ansietas Ringan
Penyebab dari ansietas ringan biasanya karena pengalaman kehidupan sehari-hari dan
memungkinkan individu menjadi lebih fokus pada realitas. Individu akan mengalami
ketidaknyamanan, mudah marah, gelisah, atau adanya kebiasaan untuk mengurangi
ketegangan (seperti menggigit kuku, menekan jari-jari kaki atau tangan). Menurut
Asmadi (2008), respons fisiologis yang terjadi pada ansietas ringan yaitu nadi dan
tekanan darah sedikit meningkat, adanya gangguan pada lambung, muka berkerut,
dan bibir bergetar. Respons kognitif dan afektif yang terjadi yaitu gangguan
konsentrasi, tidak dapat duduk tenang, dan suara kadang-kadang meninggi.
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang, lapang pandang individu menyempit. Selain itu, individu
mengalami penurunan pendengaran, penglihatan, kurang menangkap informasi, dan
menunjukkan kurangnya perhatian pada lingkungan. Terhambatnya kemampuan
untuk berpikir jernih, tapi masih ada kemampuan untuk belajar dan memecahkan
masalah meskipun tidak optimal. Respons fisiologis yang dialami yaitu jantung
berdebar, meningkatnya nadi dan respiratory rate, keringat dingin, dan gejala somatik
ringan (seperti gangguan lambung, sakit kepala, sering berkemih). Terdengar suara
sedikit bergetar. Ansietas ringan atau ansietas sedang dapat menjadi sesuatu yang
membangun karena kecemasan yang terjadi merupakan sinyal bahwa individu
tersebut membutuhkan perhatian atau kehidupan individu tersebut dalam keadan
bahaya
c. Ansietas Berat
Semakin tinggi level ansietas, maka lapang pandang seseorang akan semakin
menurun atau menyempit. Seseorang yang mengalami ansietas berat hanya mampu
fokus pada satu hal dan mengalami kesulitan untuk memahami apa yang terjadi. Pada
14
level ini, individu tidak memungkinkan untuk belajar dan memecahkan masalah,
bahkan bisa jadi individu tersebut linglung dan bingung. Gejala somatik meningkat,
gemetar, mengalami hiperventilasi, dan mengalami ketakutan yang besar.
d. Panik
Individu yang mengalami panik sulit untuk memahami kejadian di lingkungan sekitar
dan kehilangan rangsangan pada kenyataan. Kebiasaan yang muncul yaitu mondar-
mandir, mengamuk, teriak atau adanya penarikan dari lingkungan sekitar, adanya
halusinasi dan persepsi sensorik yang palsu (melihat seseorang atau objek yang tidak
nyata), tidak terkoordinasinya fisiologis, serta adanya gerakan impulsif. Pada tahap
panik ini, individu dapat mengalami kelelahan. Menurut Maramis (2003) gangguan
panik ditandai dengan serangan ansietas sekitar 15-30 menit per episode. Selama
serangan panik, individu merasa sangat ketakutan disertai jantung berdebar, nyeri
dada, perasaan tercekik, berkeringat, gemetar, mual, pusing, perasaan yang tidak real,
dan takut mati. Serangan panik dapat terjadi secara spontan. Frekuensinya bervariasi
tiap individu.

I. ALAT UKUR
Ada beberapa alat ukur ansietas yang digunakan dalam penelitian, yaitu:
a) Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
HARS merupakan salah satu kuesioner yang mengukur skala ansietas yang masih
digunakan sampai saat ini. Kuesioner terdiri atas 14 item. Masing-masing item
terdiri atas 0 (tidak terdapat) sampai 4 skor (terdapat). Apabila jumlah skor <17
tingkat ansietas ringan, 18-24 tingkat ansietas sedang, dan 25-30 tingkat stres berat
(Nursalam, 2013).
b) Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS)
T-MAS merupakan kuesioner yang dirancang untuk mengukur skala ansietas pada
individu (Oxford Index, 2017). T-MAS terdiri atas 38 pernyataan yang terdiri atas
kebiasaan dan emosi yang dialami. Masing-masing item terdiri atas “ya” dan
“tidak” (Psychology tools, 2017).
c) Depression, Anxiety Stress Scale (DASS)
DASS terdiri atas pertanyaan terkait tanda dan gejala depresi, ansietas dan stres.
Kuesioner DASS ada dua jenis yaitu DASS 42 dan DASS 21. DASS 42 terdiri atas
42 pertanyaan sedangkan DASS 21 terdiri atas 21 pertanyaan, masing-masing
gangguan (depresi, ansietas, dan stres) terdapat 7 pertanyaan. Masing-masing item
15
terdiri atas 0 (tidak terjadi dalam seminggu terakhir) sampai 3 (sering terjadi dalam
waktu seminggu terakhir) (Psychology Foundation of Australia, 2014).
d) Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS)
Kuesioner SAS terdiri atas 20 pernyataan terkait gejala ansietas. Masing-masing
pernyataan terdapat 4 penilaian yang terdiri dari 1 (tidak pernah), 2 (jarang), dan 3
(kadang-kadang), dan 4 (sering). Klasifikasi tingkat ansietas berdasarkan skor yang
diperoleh yaitu 20-40 (tidak cemas), 41-60 (ansietas ringan), 61-80 (ansietas
sedang), dan 81-100 (ansietas berat) (Sarifah, 2013).
e) Anxiety Visual Analog Scale (Anxiety VAS)
Suatu alat untuk mengukur tingkat kecemasan dengan menggunakan garis
horizontal berupa skala sepanjang 10cm atau 100mm. Penilaiannya yaitu ujung
sebelah kiri mengidentifikasikan “tidak ada kecemasan” dan semakin ke arah ujung
sebelah kana kecemasan yang dialami luar biasa (Misgiyanto & Susilawati, 2014).

J. TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


Tujuan tindakan keperawatan pada pasien ialah:
a. Pasien mampu mengenal ansietas
b. Pasien mampu mengatasi masalah ansietas melalui teknik relaksasi dan distraksi
c. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik terlaksasi untuk mengatasi
ansietas
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien ialah:
a. Mendiskusikan ansietas: penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibat yang
ditimbulkan karena ansietas
b. Melatih relaksasi fisik, mengendalikan pikiran dan emosi

Menurut Tim Pokja DPP PPNI (2018), Intervensi keperawatan pada masalah ansietas,
yaitu :
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
No Intervensi (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Ansietas Luaran Utama: Terapi Relaksasi
Definisi : Kondisi emosi dan Tingkat ansietas Observasi
pengalaman subyektif Luaran Tambahan: 1. Identifikasi penurunan
individu terhadap objek yang 1. Dukungan sosial tingkat energy,

16
tidak jelas dan spesifik akibat 2. Harga diri ketidakmampuan
antisipasi bahaya yang 3. Kesadaran diri berkonsentrasi, atau
memungkinkan individu 4. Kontrol diri gejala lain mengganggu
melakukan tindakan untuk 5. Proses informasi kemampuan kognitif.
menghadapi ancaman. 6. Status kognitif 2. Identifikasi teknik
Penyebab : 7. Tingkat agitasi relaksasi yang pernah
1. Krisis situasional 8. Tingkat pengetahuan efektif digunakan
2. Kebutuhan tidak 3. Identifikasi kesediaan,
terpenuhi Setelah dilakukan intervensi kemampuan, dan
3. Krisis maturasional keperawatan selama ….. x penggunaan teknik
4. Ancaman terhadap 24 jam maka ansietas sebelumnya
konsep diri menurun dengan kriteria 4. Periksa ketegangan otot,
5. Ancaman terhadap hasil : frekkuensi nadi, tekanan
kematian 1. Verbalisasi darah, dan suhu
6. Kekhawatiran kebingungan menurun sebelum dan sesudah
mengalami kegagalan 2. Verbalisasi khawatir latihan
7. Disfmgsi sistem akibat kondisi yang 5. Monitor respons
keluarga dihadapi menurun terhadap terapi relaksasi
8. Hubungan orang tua 3. Perilaku gelisah Terapeutik
anak-anak tidak menurun 1. Ciptakan lingkungan
memuaskan 4. Perilaku tegang tenang dan tanpa
9. Faktor keturunan menurun gangguan dengan
(tempramen, mudah 5. Keluhan pusing pencahayaan dan suhu
teragitasi sejak lahir) menurun ruang nyaman, jika
10. Penyalahgunaan zat 6. Anoreksia menurun memungkinkan
11. Terpapar bahaya 7. Palpitasi menurun 2. Berikan informasi
lingkungan (mis. 8. Diaforesis menurun tertulis tentang
Toksin, polutan, dan 9. Tremor menurun persiapan dan prosedur
lain-lain) 10. Pucat menurun teknik relaksasi
12. Kurang terpapar 11. Konsentrasi membaik 3. Gunakan pakaian
informasi 12. Pola tidur membaik longgar
Gejala dan Tanda Mayor 13. Frekuensi pernapasan 4. Gunakan nada suara
Subjektif membaik lembut dengan irama

17
1. Merasa bingung 14. Frekeunsi nadi lambat dan berirama
2. Merasa khawatir membaik 5. Gunakan relaksasi
dengan akibat dari 15. Tekanan darah sebagai strategi
kondisi yang dihadapi membaik penunjang dengan
3. Sulit bekonsentrasi 16. Kontak mata analgetik atau tindakan
Objektif membaik medis lain, jika sesuai
1. Tampak gelisah 17. Pola berkemih Edukasi
2. Tampak tegang membaik. 1. Jelaskan tujuan,
3. Sulit tidur 18. Orientasi membaik manfaat, batasan, dan
Gejala dan Tanda Mayor jenis relaksasi yang
Subjektif tersedia (mis, music,
1. Mengeluh pusing meditasi, napas dalam,
2. Anoreksia relaksasi otot
3. Palpitasi progresif)
4. Merasa tidak berdaya 2. Jelaskan secara rinci
Objektif intervensi relaksasi
1. Frekuensi napas yang dipilih
meningkat 3. Anjurkan mengambil
2. Frekuensi nadi posisi nyaman
meningkat 4. Anjurkan sering
3. Tekanan darah mengulangi atau
meningkat melatih teknik yang
4. Diaforesis dipilih
5. Tremor 5. Demonstrasikan dan
6. Muka tampak pucat latih teknik relaksasi
7. Suara bergetar (mis, napas dalam,
8. Kontak mata buruk peregangan, atau
9. Sering berkemih imajinasi terbimbing)
10. Berorientasi pada masa
lalu
Kondisi klinis yang terkait :
1. Penyakit kronis
progresif (mis, kanker,

18
penyakit autoimun)
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis
penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh
kembang

K. TINDAKAN PADA KELUARGA


Tindakan pada keluarga bertujuan agar:
a. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya
b. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami nasietas
c. Keluarga mampu mem follow-up anggota keluarga yang mengalami ansietas
Tindakan yang dapat dilakukan pada keluarga ialah:
a. Mendiskusikan kondisi pasien: ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala,
akibat
b. Melatih keluarga merawat ansietas pasien
c. Melatih keluarga melakukan follow up

19
L. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas:
a) Teori Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls
primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang
dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku,
berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan
spesifik.Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c) Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar
tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam
kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
i. Kajian Keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga.Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
ii. Kajian Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA)
juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain
itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat
20
nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseoranguntuk mengatasi stressor.
2) Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas
hidup sehari- hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
i. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala
atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensitas
perilaku akan meningkat sejalan denganpeningkatan tingkat kecemasan.

• Respon Fisiologis Terhadap Ansietas

Sistem Tubuh Respons


Kardiovaskuler • Palpitasi.
• Jantung berdebar.
• Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
• Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.

Pernafasan • Napas cepat.


• Pernapasan dangkal.
• Rasa tertekan pada dada.
• Pembengkakan pada tenggorokan.
• Rasa tercekik.
• Terengah-engah.

21
Neuromuskular • Peningkatan reflek.
• Reaksi kejutan.
• Insomnia.
• Ketakutan.
• Gelisah.
• Wajah tegang.
• Kelemahan secara umum.
• Gerakan lambat.
• Gerakan yang janggal.

Gastrointestinal • Kehilangan nafsu makan.


• Menolak makan.
• Perasaan dangkal.
• Rasa tidak nyaman pada abdominal.
• Tidak dapat menahan kencing.
Perkemihan
• Sering kencing.

• Rasa terbakar pada mukosa.


Kulit
• Berkeringat banyak pada telapak tangan.
• Gatal-gatal.
• Perasaan panas atau dingin pada kulit.
• Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

22
• Respon Perilaku Kognitif

Sistem Respons
Perilaku • Gelisah.
• Ketegangan fisik.
• Tremor.
• Gugup.
• Bicara cepat.
• Tidak ada koordinasi.
• Kecenderungan untuk celaka.
• Menarik diri.
• Menghindar.
• Terhambat melakukan aktifitas.

Kognitif • Gangguan perhatian.


• Konsentrasi hilang.
• Pelupa.
• Salah tafsir.
• Adanya bloking pada pikiran.
• Menurunnya lahan persepsi.
• Kreatif dan produktif menurun.
• Bingung.

ii. Sumber Koping


Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan
sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai
modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial
dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping
yang berhasil.

23
iii. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
• Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan
situasi stress.
• Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan
respon maladaptif terhadap stress.

b. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul ialah Ansietas (Kecemasan)

c. Intervensi Keperawatan
Tujuan :
• Klien mampu mengenal pengertian penyebab tanda gejala dan akibat
• Klien mampu mengetahui cara mengatasi ansietas
• Klien mampu mengatasi ansietas dengan melakukan latihan relaksasi tarik nafas
dalam
• Klien mampu mengatasi ansietas dengan melakukan latihan distraksi
• Klien mampu mengatasi ansietas dengan melakukan hipnotis lima jari
• Klien mampu merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan
• Klien mampu membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
Tindakan :
a) Kaji tanda dan gejala ansietas dan kemampuan klien mengurangi
kecemasan
b) Jelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat dari kecemasan
c) Latihan cara mengatasi kecemasan :
1) Teknik relaksasi napas dalam
2) Distraksi : bercakap-cakap hal positif
3) Hipnotis 5 jari fokus padahal-hal yang positif
d) Bantu klien melakukan latihan sesuai dengan jadwal kegiatan.

24
FAKTOR PREDISPOSISI DAN FAKTOR PRESIPITASI
Faktor predisposisi Faktor presipitasi STRESSOR
Nature Origin Number & Timing
Biologis: • Badan lemas, Internal Saat dilakukan • Gastritis
• Klien mengatakan tidak ada nyeri pada ulu pengkajian
riwayat penyakit keluarga hati, mual
• Klien sedang hamil trimester ke
II saat ini
• Klien mengatakan sudah 2 tahun
mengidap penyakit gastritis tapi
gejala yang dialami tidak sampai
seperti ini.

Psikologis : • Cemas dan Internal Sejak 3 bulan yang • Ansietas,


• Ny. E memiliki kepribadian khawatir karena lalu takut,
yang terbuka setiap ada masalah penyakitnya klien khawatir,
akan dibicarakan dengan harus rutin kurang
suaminya konsumsi obat percaya diri
• Klien merasa cemas dengan dalam keadaan

25
kehamilannya takut terjadi hamil.
sesuatu pada dirinya dan • Klien kurang
janinnya. percaya diri
• Klien kurang percaya diri dengan perubahaan
dengan perubahaan fisik yang fisik yang
dialaminya seperti sekarang, Dialaminya
dimana perutnya semakin
membesar, kaki membengkak,
dan timbulnya jerawat di
dahinya berbeda ketika klien
belum hamil.

26
Sosiocultural : - - - -
• Klien seorang perempuan umur 27
tahun
• Klien sudah menikah dan sedang
hamil

• Ny. E merupakan ibu rumah tangga


• Klien merupakan orang Nias dan
menurut Ny. E tidak ada kebiasaan
yang bertentangan dengan
kesehatan
• Klien beragama katolik dan
rajin beribadah digereja
• Komunikasi antar anggota
keluarga baik, saat mempunyai
masalah, klien sering
menceritakannya kepada anggota
keluarganya yang lain terutama
suaminya.

27
PENILAIAN (RESPON) TERHADAP STRESSOR
DIAGNOSA
STRESSOR KOGNITIF AFEKTIF FISIOLOGIS PERILAKU SOSIAL KEPERAWA
TAN
BIOLOGIS • Menurut • Adanya rasa • Klien tampak • Cemas, mondar • Klien • Ansietas
• (Gastritis) klien lemas mandir ketempat
cemas dan
penyakit • Nyeri pada ulu • Bicara cepat pelayanan
gastritisnya khawatir hati • Klien merasa kesehatan
karena klien • Klien
diakibatkan tampak perasaannya dan
karena sering kurang tidur tidak aman
menggunaka
terlambat mengidap • Kantong mata • Klien tampak
makan tampak hitam gelisah n fasilitas
penyakit
• Tidak ada nafsu kesehatan
• Menganggap gastritis dan makan untuk
penyakit harus rutin • Mual dan mendapatkan
yang muntah perawatan.
diderita konsumsi obat
• Pemeriksaan
berbahaya dalam TTV
apalagi ia TD : 130/80
sedang keadaan
mmhg
hamil. hamil. N : 85 x / menit
P : 20 x / menit
S : 37 0C

28
PSIKOLOGIS • Klien tahu • Takut dan • Mual dan • Tampak cemas, • Hubungan • Ansietas
• Cemas bahwa khawatir muntah gelisah dan klien dengan • Gangguan
dengan badannya • Kurang • Tampak lemas tidak tenang suami baik citra tubuh
menjadi • Berkeringat • Klien sedih saat
kehamilannya percaya diri
lemas banyak bercerita
takut terjadi merupakan • Kaki klien • Klien kurang
dampak dari tampak percaya diri
sesuatu pada penyakit yang membengkak • Kontak mata
dideritanya dan ada jerawat kurang
dirinya dan
• Klien tahu disekitar wajah
janinnya. bahwa
perubahan
• Klien kurang
fisik yang
percaya diri dialaminya
merupakan
dengan
hal biasa
perubahaan yang dialami
ibu hamil
fisik yang
akan tetapi
dialaminya klien tetap
kurang
seperti badan
percaya diri
semakin
gemuk, kaki
membengkak
dan
tumbuhnya
jerawat dahi
29
SUMBER KOPING
DIAGNOSA MATERIAL POSITIVE
PERSONAL SOSIAL TERAPI
KEPERAWATAN ASSETS BELIEFS
ABILITY SUPPORT

Ansietas • Klien mampu • Klien mendapat • Ekonomi Ny. E • Klien percaya Terapi generalis :
mengungkapkan dukungan dari menengah bahwa petugas
perasaan cemas keluarga untuk • Pengobatan kesehatan akan • SP 1-4 kecemasan
• Klien mampu kesembuhanny membantunya untuk individu
ditanggung suami
mengenal dan
a terutama dari • Jarak rumah Ny. • Klien berharap Terapi spesialis :
menilai penyebab
kecemasannya suaminya A dengan tempat cepat sembuh
• Klien mampu pelayanan agar tidak • Relaksasi
melakukan terapi kesehatan ± 2 KM merepotkan progresif
yang diajarkan suami dan • Psikoedukasi
keluarganya keluarga

30
HAL YANG DILAKUKAN ANALISA

• Konstruktif:
• Klien mengatakan bila ada masalah, maka ia akan
✓ Klien mengatakan bila ada masalah, maka ia akan
membicarakan dengan suami dan keluarga untuk mencari jalan
membicarakan dengan suami dan keluarga untuk
keluarnya
mencari jalan keluarnya

• Bila sakit klien berobat ke pelayanan kesehatan ✓ Bila sakit klien berobat ke pelayanan kesehatan
✓ Klien taat menjalankan ibadah sesuai dengan
• Klien taat menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya keyakinannya
✓ Klien selalu berdoa kepada TYM untuk kesembuhan
• Klien selalu berdoa kepada TYM untuk kesembuhan dan
dan kesehatan janinnya
kesehatan janinnya

• Destruktif : -

31
DIAGNOSA DAN TERAPI

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN TERAPI DIAGNOSA MEDIS


KEPERAWATAN
1. Ansietas Gastritis
• SP-1 : Kaji tanda dan gejala ansietas dan Terapi :
kemampuan klien mengurangi kecemasan • Rutin minum vitamin untuk ibu hamil
yang diresepkan dokter
• SP-2 : Jelaskan tanda dan gejala, penyebab
• Obat polysilane
dan akibat dari kecemasan
• SP-3 : Latihan cara mengatasi kecemasan :
✓ Teknik relaksasi napas dalam
✓ Distraksi : bercakap-cakap hal positif
✓ Hipnotis 5 jari fokus padahal-hal yang
positif
• SP-4 : Bantu klien melakukan latihan sesuai
dengan jadwal kegiatan
• Terapi Spesialis: TS, PMR, Logo ACT
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons
dengan sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu. Ansietas juga
merupakan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan
individu untuk bertindak menghadapi ancaman. Faktor-faktor predisposisi yang menyebabkan
ansietas ialah faktor psikoanalitik, interpersonal, perilaku, kajian keluarga, dan biologis.
Sedangkan pada faktor presipitasi dikelompokkan dalam dua kategori yaitu ancaman terhadap
integritas fisik dan sistem diri.
Seseorang yang bergejala ansietas biasanya gelisah, berperasaan tegang, khawatir
berlebihan, mudah letih, sulit berkonsentrasi, iritabilitas, otot tegang, gangguan tidur, dll. Selain
itu, Namun demikian, masalah ansietas dapat dicegah dengan pemberian asuhan keperawatan
yang tepat pada individu tersebut. Salah satu pendekatan preventif yang dapat dilakukan oleh
perawat ialah dengan memberikan terapi generalis untuk mengontrol kecemasan yang dialami
klien, seperti teknik relaksasi nafas dalam, relaksasi otot progresif, distraksi, hipnotis lima jari,
dan pendekatan spiritual.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca khususnya kita sebagai calon perawat
dapat memahami tentang Intervensi Keperawatan pada Kasus Pasien dengan Masalah
Psikososial: Ansietas (Kecemasan) dan dapat mengetahui bagaimana cara memberikan
tindakan pada kondisi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Salemba Medika. Jakarta.
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (5th ed). Washington: Author.
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Halter, M. J. (2014). Varcarolis’ Foundation of Psychiatric Mental Health Nursing. Diakses
pada laman http://evolve.elsevier.com/Varcarolis’.
Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-
2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Stuart.Gail.W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Indonesia: Elsever.
Suliswati, dkk. (2012). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Sutejo. (2019). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:
Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.Sutejo, S.
Videbeck, Sheila (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Renata Komalasari, Penerjemah).
Jakarta: EGC.

34

Anda mungkin juga menyukai