Disusun Oleh :
Kelompok I
CANDRA APRILIA K (1608.14201.476)
DIAN PERMATA SARI (1810.14201.662)
SARCIANI SUHARTINI (1608.14201.511)
STEFANI MANDALA (1608.14201.514)
ARNIS UMBU KALENDI (1810.14201.661)
KRISPINA MELSADALIM (1608.14201.490)
MACHMUD J (1810.14201.661)
PETRUS SUDI Z (1608.14201.527)
ERNA YASIN (1608.14201.480)
SARINA ASTITIN (1608.14201.512)
FERDINANDUS MILLA (1608.14201.482)
NURULLAH IKA P (1608.14201.507)
ANITA YOLANDHA (1608.14201.467)
UMI KULSUM (1608.14201.515)
ANEESHA SAQIA (1608.14201.466)
MARZELLA INRIANY (1608.14201.498)
KADEK DICKY (1810.14201.663)
RISKAYANI (1608.14201.509)
ANASTASIUS RENDA (1608.14201.465)
ASARIA RIANDA R (1608.14201.474)
YUREL BERNARD (1608.14201.520)
BENYAMIN BALI M (1608.14201.522)
ESTA FLORIDA (1608.14201.401)
Disusun Oleh
KELOMPOK I
Kepala Ruangan
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tentang
“Laporan Manajemen Keperawatan Di Ruang Edelweiss Rumah Sakit Islam
Unisma Malang” dengan lancar serta tepat waktu yang telah ditentukan.
Dalam menyelesaikan laporan ini penulis tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak dr.H. Tri Wahyu Sarwiyata, M.Kes selaku direktur Utama Rumah
Sakit Islam Unisma Malang.
2. Bapak dr. Rudy Joegijantoro, MMRS selaku Ketua STIKES Widyagama
Husada Malang.
3. Bapak Abdul Qodir, S. Kep., Ners., M. Kep, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ners STIKES Widyagama Husada MalangBapak Syahfril. AH
Ariawan Amd.Kep, selaku Kepala Ruangan Ruang Edelweiss Rumah Sakit
Islam Unisma Malang.
4. Bapak Frengky Apriyanto, S. Kep., Ners., M. Kep, selaku Pembimbing
akademik STIKES Widyagama Husada Malang
5. Bapak Harliansyah Wardhana S. Kep. Ners selaku Pembimbing Lahan
Rumah Sakit Islam Unisma Malang.
6. Staf dan petugas kesehatan di Ruang Edelweiss RSI Unisma Malang.
7. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan moril maupun
materil selama praktek profesi ners dan selama pembuatan laporan
kelompok ini.
8. Segenap pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat penulis harapkan dan semoga laporan ini berguna
baik bagi diri kami sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.
penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan unit pelayanan kesehatan dari sistem
pelayanan kesehatan dan merupakan unsur strategis dilihat dari konteks
jumlah biaya yang dikeluarkan, dimana sebagian besar dana kesehatan
terserap dalam sektor pengelolaan rumah sakit baik di Negara maju maupun
di Negara berkembang. Pelayanan medik dan perawatan merupakan sub
sistem dari sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk pelayanan
yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga lebih bersifat
individual (Depkes, 2002).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di
rumah sakit dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh
perawat. Oleh karena itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas
utama dalam pengembangan ke masa depan. Perawat harus mau
mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan
masyarakat, dan menjadi tenaga perawat yang profesional. Pengembangan
dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling
bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan oleh karena itu
inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu
keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama
keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses profesionalisasi
merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan
diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk
mengembangkan dirinya dalam sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena
alasan-alasan di atas maka pelayanan keperawatan harus dikelola secara
professional, karena itu perlu adanya Manajemen Keperawatan (Priharjo,
2005).
Manajemen Keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan
melibatkan anggota keperawatan dalam memberikan pelayanan Asuhan
Keperawatan Profesional. Pemberian pelayanan keperawatan secara
profesional perawat diharapkan mampu menyelesaikan tugasnya dalam
memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan derajat pasien menuju
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami dan mampu menerapkan konsep teori dala
m aplikasi prinsip-prinsip manajemen keperawatan dalam pelaksanaan m
anajemen asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan
di ruang Edelweiss RSI Unisma Malang
2. Tujuan Khusus
Selama berlangsungnya praktek manajemen keperawatan mahasiswa dih
arapkan mampu untuk :
a. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai dengan prinsip
manajemen keperawatan yang terdapat di ruang Edelweiss RSI
Unisma Malang
b. Mempraktekkan konsep teori manajemen asuhan keperawatan, baik
manajemen pelayanan maupun manajemen asuhan keperawatan.
c. Memudahkan perawat yang ada di ruangan Edelweiss RSI Unisma
Malang dalam mengatasi masalah yang terkait dengan manajemen
keperawatan dengan metode 5 M (Man, Methode, Material, Money,
Mutu) yang dipaparkan dalam analisa SWOT.
C. Manfaat
Dengan diadakannya praktek manajemen keperawatan ini diharapkan
akan memberikan manfaat kepada :
1. Mahasiswa
a. Mahasiswa lebih terampil dalam penerapan aplikasi prinsip-prinsip
manajemen keperawatan di lapangan.
b. Mahasiswa mendapat pengalaman baru di lapangan dalam hal
penerapan manajemen keperawatan.
2. Perawat
Membantu meringankan beban kerja perawat selama praktek
berlangsung di ruang Edelweiss RSI Unisma Malang.
3. Rumah Sakit
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian akan membantu sebagai bahan
masukan bagi Rumah Sakit, dalam upaya peningkatan mutu manajerial p
elayanan rumah sakit.
BAB II
PENGUMPULAN DATA
5
6
Kepala Ruangan
Ketua tim
2. Tenaga/SDM
a. Keperawatan
Status
No Nama Tingkat Pendidikan Masa Kerja Jabatan
Pegawai
1 Tn. Syahfril. AH D3 - Keperawatan 12 tahun Tetap KARU
2 Ny. Ayuningsari D3 - Keperawatan 12 tahun Tetap PP
3 Ny. Syairah Z D3 - Keperawatan 9 tahun Tetap PP
4 Ny. Nur Hariati D3 - Keperawatan 10 tahun Tetap PP
5 Tn. Harliansyah W S1 - Keperawatan 18 tahun Tetap PP
6 Ny. Tuti S D3 - Keperawatan 11 tahun Tetap PP
7 Nn. Fidya Y D3 - Keperawatan 1 tahun kontrak PP
8 Sdr. Syaiful B D3 - Keperawatan 4 tahun Tetap PP
9 Nn. Defi Putri S1 - Keperawatan 1 tahun Tetap PP
86 x 5 = 1,44 = 2
297
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :
5 orang + 2 orang struktural (kepala ruangan, ketua tim ) + 2 pekerja lepas
= 9 orang.
Kebijakan yang ada di RSI. Unisma adalah tiap shift jaga minimal ada 2
tenaga perawat, berdasarkan hal tersebut maka didapatkan sejumlah 10
tenaga pelaksana dan 1 tenaga Kepala ruang.
4. BOR
Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan gambaran kapasitas bed
Ruang Edelweiss yaitu 5 bed dengan rincian sebagai berikut :
No Shift BED BOR
1. Pagi 5 bed (5 kosong) 5/5x100= 100 %
2. Sore 5 bed (5 kosong) 5/5x100= 100%
3. Malam 5 bed (5 kosong) 5/5x100= 100%
saat pengkajian semua bed kosong atau tidak ada pasien, namun
dari hasil wawancara dengan kepala ruangan BOR saat ini di ruang
Edelweisss adalah 40% atau terdapat setidaknya 2 - 3 bed
terpakai.Sedangkan angka capaian TOI / Turn Over Interval adalah 1 s.d
3 hari.
Pengumpulan data dalam hal ketenagaan di ruang Edelweiss RSI
Unisma Malang melalui observasi, wawancara secara langsung dengan
perawat yang ada diruangan, jumlah perawat yang berada di ruang
Edelweiss adalah 10 orang dan 1 orang prakarya, didapatkan data bahwa
: Perawat menyatakan pembagian tugas di ruangan sudah sesuai dengan
struktur organisasi yang telah ada, Kinerja perawat di ruangan sudah
cukup baik, Perawat menyatakan kepala ruangan sudah optimal dalam
melaksanaan tugas-tugasnya, beban kerja perawat di ruangan tidak terlalu
tinggi namun perawat masih berlatar pendidikan SPK, perawat tidak
10
Kamar Mandi
TT. Pasien TT. Pasien
Kamar Ganti U
TT. Pasien
Ruang Karu
TT. Pasien
Nurse Station
TT. Pasien
.
22
.
23
.
24
.
15 Tabung O2 2 Baik -
16 O2 sentral 5 Baik -
17 Troli obat cadangan 1 Baik -
18 Troli obat emergency 1 Baik -
19 Troli kayu 1 Baik -
20 Troli injeksi stenlis 1 Baik -
21 Sketsel 3 Baik -
22 Elektrokardigram 1 Baik -
23 Syringe Pump 7 Baik -
24 Bak instrumen sedang 1 Baik -
stenlis
25 Bak instrumen kecil stenlis 1 Baik -
26 Ambubag dewasa 1 Baik -
27 Suction pump 3 Baik -
28 Inhalasi nebulizer 1 Baik -
29 Glucometer 1 Baik -
30 Defibrillator 1 Baik -
31 Buli buli air 2 Baik -
29 Ketopain inj 2
30 Lasix 1
31 Lidocain 2% inj 5
32 Metergin inj 5
33 Meylon 10
34 mgSO4 20% 1
35 MgSO4 40% 1
36 Mucus extractor/ slim 5
37 Neo K inj 5
38 Neurobin inj 5000 1
39 NS 25 cc 5
40 NS 500 ml 5
41 Ottogenta inj 5
42 Petidin inj 5
43 Recofel inj 1
44 Remopain 3% 5
45 RL 5
46 Sagestam inj 5
47 Spuit 1 cc 15
48 Spuit 10 cc 20
49 Spuit 3 cc 25
50 Spuit 5 cc 25
51 Surflo 18 5
52 Surflo 20 2
53 Surflo 24/26 2
54 Syntocinon inj 15
55 Tomit 5
56 Tramal 100mg inj 1
57 Tranfusi set 2
58 Transamin 500mg inj 2
59 Ulsikur 1
60 Umbilical cosa 5
61 Urine bag onemed 5
62 Valium inj 2
63 Venflon 26 g 2
64 Vit K 5
65 WFI 25 cc 5
66 Ranitidine 2
67 RD 5% 10
8 Dobutamin Vial 2
9 Epinefrin Ampul 3
10 Fargoxin Ampul 1
11 Phenytoin A 2
12 Lidocain A 3
13 Norfion A 3
14 Pehacain Ampul 2
15 Ca Glukonas Vial 2
16 KCL Fls 3
17 Meylon Fls 3
18 Mgso4 20% Fls 3
19 Dormicum 5mg / miloz 5mg / Tablet 3
fortanes 5mg
20 Fentanyl A 1
21 Ketamin Vial 1`
22 Morfin Vial 2
23 Recofol A 1
24 Stesolid inj - 2
25 Mgso4 40% Fls 3
36 NGT - 1
37 Stesolit rectal 5mg Tablet 1
37 Gelafusal Fls 1
d. Administrasi penunjang
1) Lembar observasi
2) Buku timbang trima
3) Lembar dokumentasi
Sarana dan prasarana di ruang ICU Edelweiss RSI Unisma
Malang sudah cukup baik. Setiap pagi dan sore ruangan dibersihkan
oleh petugas cleaning service. Kondisi administrasi penunjang cukup
baik yang terdiri dari 1 buah buku Laporan, Lembar observasi dan
lembar dokumentasi, Nurse station diruangan biasanya digunakan
sebagai ruang pertemuan perawat, kadang – kadang perawat
mengobrol di Ners station. Untuk ruangan Kepala ruangan sendiri
belum ada Nurse Station, padahal idealnya Ruang Karu punya
ruangan sendiri tidak satu dengan Nurse Station.
besar perawat menyatakan cocok dengan model yang ada serta model
yang digunakan sudah sesuai dengan visi dan misi ruangan. Adapun saran
dari kami yaitu pertahankan model yang digunakan apabila ada kecocokan
dan kesesuaian dengan visi dan misi ruangan hanya saja diperlukan
pemahaman yang menyeluruh tentang model yang digunakan.
Hasil wawancara yang dilakukan sudah terjalin komunikasi yang baik
dan adekuat antara perawat dan unit kesehatan lainnya salah satunya
adalah dalam menerima intruksi (advice) dari dokter selalu dilakukan
validasi kembali sebelum akan melakukan tindakan.
2. Timbang Terima
Berdasarkan hasil observasi kelompok timbang terima status pasien
di ruang Edelweiss selalu dilakukan di Nurse Station, sedangkan yang di
timbang terimakan yaitu mulai dari identitas pasien, dokter penanggung
jawab, keluhan pasien, diagnosa medis, terapi yang sudah dilkukan dan
rencana tindak lanjut yang akan dilakukan kepada pasien di ruangan
tersebut.
Timbang terima dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada saat
pergantian shift malam ke pagi (pukul 07.00), pagi ke siang (pukul 14.00),
dan siang ke malam (pukul 21.00). Selalu diikuti oleh semua perawat yang
ada dan yang akan dinas jaga di ruangan tersebut. Kegiatan ini dipimpin
langsung oleh Penanggung Jawab shift. Untuk hal - hal yang perlu
disiapkan dalam timbang terima, semua perawat dapat menyebutkan
dengan benar dan menyiapkan hal - hal yang akan dibutuhkan dalam
timbang terima, meliputi status pasien, buku obat, dan buku SOP.
Sementara untuk hal - hal yang perlu disampaikan semua perawat
mencantumkan nama pasien, diagnosa medis pasien, keluhan pasien,
terapi yang diberikan, diagnosa keperawatan dan rencana tindak lanjut
sudah dilakukan secara maksimal, selain itu dalam proses timbang terima
kepala ruangan terkadang membuka acara timbang terima dan menutup
acara timbang terima sebagaimana tugas yang seharusnya dilakukan.
Pelaporan timbang terima dicatat dalam buku khusus laporan
timbang terima yang akan di tanda tangani oleh perawat yang melaporkan
(PJ Shift) dan oleh perawat (PJ Shift) yang menerima laporan dan kepala
ruangan. Setelah pelaksanan timbang terima, kepala ruangan seharusnya
mengadakan diskusi singkat untuk mengetahui sekaligus mengevaluasi
17
Pengertian Suatu rangkaian kegiatan serah terima tugas dan tanggung jawab
dari kelompok perawat suatu shift kepada kelompok perawat shift
berikutnya
Prosedur A. Persiapan
1. Kedua kelompok shift sudah dalam keadaan siap timbang
terima
2. Perawat shift yang tugas menyiapkan format timbang
terima pasien
B. Pelaksanaan
1. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift dinas
2. Timbang terima dilakukan di nurse station untuk dilakukan
diskusi dengan mengkaji secara komperhensif /
menyeluruh yang berkaitan tentang masalah keperawatan
pasien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal - hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan
3. Hal - hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian
yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus (buku
komunikasi) untuk kemudian diserah terimakan kepada
perawat jaga berikutnya
4. Hal - hal yang perlu disampaikan saat timbang terima
adalah:
- Identitas pasien dan diagnosa medis
- Masalah keperawatan yang memungkinkan masih
muncul
- Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan
- Intervensi kolaboratif
- Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
dalam kegiatan selanjutnya, misalnya: operasi,
18
3. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan di ruang Edelweiss tidak ada, tetapi terdapat
suatu kegiatan yang membahas tentang kasus unik yang pernah terjadi di
RSI Unisma Malang, kegiatan tersebut adalah Round Table Discuss yaitu
diskusi oleh semua unit kesehatan di rumah sakit yang mana dilakukan
pada waktu sebulan sekali, pada rapat pembahasan kasus unik tersebut
akan melibatkan semua unit seperti dokter, farmasi, ahli gizi, dan kepala
ruangan, pada pertemuan tersebut terdapat kepala ruang dan perawat
pelaksana yang mengikuti acara pembahasan kasus tersebut. Dengan
melibatkan semua unit diharapkan bisa mendapat solusi melalui
pendekatan berfikir kritis, sehingga masalah pasien dapat teratasi dan dan
terjalin kerjasama antar tim kesehatan.
4. Sentralisasi Obat
Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi didapatkan
bahwa sudah terlaksananya sentralisasi obat di ruangan, namun
mempunyai masalah dengan penataan ruangan, sehingga diperlukan
modifikasi ruangan khusus untuk obat. Penanggung jawab pengelolaan
obat tidak semuanya dilakukan oleh kepala ruangan tetapi di ambil alih oleh
semua perawat yang dinas di ruang Edelweiss, dan untuk obat oral
ditangani juga oleh perawat ruang.
Adapun data tentang alur penerimaan obat yang didapat, pertama
yaitu saat dokter memberikan advise resep obat pada pasien tertentu yang
tertulis di rekam medis pasien, kemudian perawat membuatkan resep obat
19
Pengertian Pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pasa pasien
diserahkan sepenuhnya pada perawat/ pengeluaran dan pembagian obat
sepenuhnya dilakukan oleh perawat
Tujuan 1. Sebagai wujud pelayanan terbaik kepada pasien agar pasien tidak
terbebani dalam menjaga keamanan obat
2. Mempermudah pemantauan kebutuhan obat pasien agar cepat
terdeteksi untuk menghindari pasien kehabisan stok obet
3. Mempercepat pelayanan perawatan dalam memenuhi semua
kebutuhan pasien
Kebijakan Selama tenaga farmasi klinik belum ada di RSI Unisma Malang, maka
tanggung jawab pengelolaan dan pembagian obat kepada pasien
ditangani oleh perawat
ruangan
7. Perawat ruangan mengecek kembali kesesuaian obat dengan
resep yang telah diberikan, kemudian obat diambil dan diletakkan
diruang keperawatan (karena pembagian obat dilakukan oleh
perawat) dan perawat menghitung serta mencatat pada format
penerimaan obat
8. Obat yang sudah di terima perawat di tempatkan pada kotak obat
sesuai nomor kamar dan diberi nama pasien pada kotak obat
tersebut
9. Perawat memberikan obat sesuai advis dokter dan
mengevaluasinya
10. Bila ada kondisi pasien yang menurun perawat melaporkan
kedokter untuk konfirmasi pemberian obat selanjutnya
Unit Terkait Keperawatan
Keluarga pasien
Keluarga pasien Bidang Farmasi mengambil obat
mengantar obat ke
perawat
5. Discharge Planning
Dari hasil observasi yang dilakukan, perencanaan pulang sudah
dilaksanakan akan tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat dan
hanya saat pasien akan pulang. Isi format perencanaan pulang hanya
tentang penjelasan penyakit yang diderita pasien dan cara mengatasi
penyakitnya jika kambuh.
21
Pengertian Menyiapkan segala sesuatu pada saat pasien akan pulang yaitu
tentang tindak lanjut perawatan pasien sehingga setelah pulang dari
rumah sakit tidak ada permasalahan yang muncul.
6. Supervisi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di ruang
Edelweiss bahwa supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan Edelweiss
yaitu pada saat pemberian tindakan kepada pasien secara langsung,
supervisi tersebut dilakukan oleh kepala ruang Edelweiss secara
mendadak dan setiap saat tanpa terjadwal, sehingga apabila terdapat
tindakan yang tidak sesuai dengan SPO yang dilakukan oleh perawat
23
H. Mutu ( M5)
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses, dan outcome system pelayanan rumah sakit. Secara umum
aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumentasi, instrument, dan audit (EDIA)
(Nursalam, 2015). Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (2018)
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin
keselamatan pasien maka rumah sakit perlu mempunyai program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP) yang menjangkau ke
seluruh unit kerja di rumah sakit.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 26
Agustus 2020 Ruang Edelweiss RSI UNISMA Malang telah menerapkan
upaya penjaminan mutu perawatan pasien, dimana terdapat beberapa aspek
penilaian penting, diantaranya sebagai berikut:
1. Patient safety
Berdasarkan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1/ SNARS
(2018) seluruh pejabat structural dan pemberi layanan wajib mendorong
pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
(PMKP), berupaya mendorong pelaksanaan budaya mutu dan
keselamatan (quality and safety culture), secara proaktif melakukan
identifikasi dan menurunkan variasi, menggunakan data agar fokus
kepada prioritas isu dan berupaya menunjukkan perbaikan yang
berkelanjutan. Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh
SNARS, Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan
JCI accreditation, maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut :
1) Sasaran 1 : Mengidentifikasi Pasien dengan Benar
Sasaran ini memiliki 2 (dua) maksud dan tujuan yakni untuk
memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau
tindakan dan untuk menyelaraskan layanan atau tindakan yang
dibutuhkan oleh pasien. Identifikasi pasien dilakukan untuk
menghindari kesalahan pasien. Identifikasi dilakukan dengan
menggunakan gelang untuk identitas pasien di pasang saat pasien
dilakukan penilaian risiko mulai dari IGD atau di ruang
perawatan.Gelang terdiri dari 4 warna yang memiliki definisi tersendiri
pada masing-masing warna.
25
BAB III
ANALISA MASALAH
30
31
kebijakan untuk
memberikan pelatihan
bagi perawat ruangan
Total T= 1,5
T= 0,5
Ancaman (Threatened)
a. Adanya tuntutan tinggi 0,4
0,2
dari masyarakat untuk
2
pelayanan yang lebih
professional
b. Pemeriksaan yang tidak 0,2
0,2
berkelanjutan membuat
1
data tidak actual
c. Makin tingginya 0,6
0,3
kesadaran masyarakat
2
akan pentingnya
kesehatan
d. Adanya 0,3
0,3
pertanggungjawaban
1
legalitas bagi pasien
Total T=1,5
T= 1
2. M2 (Sarana dan Prasarana)
1. Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Strength)
a. Mempunyai sarana dan 0,4 3 0,6 S–W=
prasarana untuk klien 1,7 - 1,5
dan tenaga kesehatan =0,2
b. Mempunyai peralatan
oksigenasi dan semua 0,2 2 0,3
perawat setiap ruangan,
sehingga mampu
menggunakannya
dengan baik dan tepat
c. Tersedianya waktu dan 0,2 2 0,2
fasilitas penunjang
seperti kamar mandi,
ruang tunggu
d. Terdapat administrasi 0,1 2 0,2
penunjang
e. Adanya informasi
tentang peraturan jam 0,1 2 0,2
kunjung keluarga dan
pembatasan penunggu
klien
f. Adanya ruangan
perawatan klien yang 0,3 2 0,2
kondusif
Total T= 1,4 T=1,7
Kelemahan (Weakness)
32
Total
T= 1,2 T= 6,5
2. Faktor eksternal (EFAS)
Peluang (Opportunity)
a. Adanya kesempatan 3
untuk memperbaiki 0,2 0,6
sarana dan prasarana
b. Adanya kesempatan 3
untuk memodifikasi 0,2 0,6
ruangan.
c. Adanya kesempatan
untuk penggantian alat- 2
alat yang tidak layak 0,2 0,4
pakai, yang kurang dan
pengadaan administrasi
penunjang di ruangan.
d. Adanya peluang untuk
pengecekan alat secara 2
berkala 0,2 0,4
Total
T= 0,8 T= 2
Ancaman (Threatened)
Total
T= 0.7 T= 1,4
3. M3 (METHOD)
Penerapan Model MAKP
1. Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Strength)
a. Sudah ada model S–W=
keperawatan yang 0,2 3 0,6 2,4– 1,8
digunakan yaitu metode = 0,6
(Semi) Tim
b. Model yang digunakan 0,2 3 0,6
sesuai dengan visi dan
misi ruangan
c. Semua perawat 0,2 2 0,4
mengerti dan
memahami model yang
digunakan dan
menyatakan cocok
dengan model yang ada 0,1 2 0,2
d. Model yang digunakan
cukup efisien 0,2 2 0,4
e. Memiliki standar asuhan
keperawatan (SAK)
f. Terlaksananya 0,1 2 0,2
komunikasi yang cukup
baik antar tingkat
pendidikan T=1 T= 2,4
Total
Kelemahan (Weakness)
0,3 2 0,6
a. Kurangnya kemampuan
perawat dalam
pelaksanaan model
yang telah ada
0,1 2 0,2
b. Diperlukan pemahaman
yang menyeluruh
tentang model yang
0,2 3 0,6
digunakan
c. Hanya sebagian
perawat yang
mengetahui kebutuhan
perawatan pasien
0,1 2 0,2
secara komprehensif
d. Kurangnya jumlah
tenaga yang membantu
34
Total
0,1 0,2
Dokumentasi Keperawatan
2 S–W=
1. Faktor Internal (IFAS)
2– 1,2
Kekuatan (Strength) 0,1 0,2 = 0,8
2
a. Tersedianya sarana dan
prasarana atau 0,2 0,2
administrasi penunjang 1
b. Sudah ada sistem
pendokumentasian
c. Dokumentasi
keperawatan yang
dilakukan meliputi 0,2 0,4
pengkajian 2
35
menggunakan sistem
head to toe, serta
diagnosis keperawatan
sampai dengan evaluasi
dengan menggunakan 0,2 0,4
SOAPIE 2
d. Format pengkajian
sudah ada dan dapat
memudahkan perawat
dalam pengkajian dan 0,2 0,4
pengisiannya (model 2
ceklist)
e. Semua perawat
mengatakan mengerti
cara pengisian format
dokumentasi yang
digunakan dengan benar 0,1 0,2
dan tepat 2
f. Sistem
pendokumentasian
masih dilakukan secara
manual (belum ada T= 1,1 T= 2
komputerisasi)
g. Semua perawat,
mengatakan melakukan
dokumentasi segera
setelah melakukan
tindakan
0,4 1,2
Total 3
T= 0,4 T= 1,2
Kelemahan (Weakness)
a. Pengisian format
SOAPIE tidak sesuai
intervensi dari diagnosa 0,3 0,6
keperawatan yang 2 O–T=2
muncul – 1,8
Total = 0,2
manajemen keperawatan
c. Peluang perawat untuk
meningkatkan
pendidikan
(pengembangan SDM)
d. Adanya kerja sama yang 0,4 1,2
baik antara mahasiswa 3
dan perawat ruangan
Total 0,3 0,6
2
T= 1 T= 1,8
Ancaman (Threatened)
1. Adanya kesadaran
pasien dan keluarga
akan tanggung jawab 0,3 0,6
dan tanggung gugat 2
2. Resiko terjadinya rata S–W=
rata lama perawatan 2,1 – 1,7
Total = 0,4
0,3 6
Sentralisasi Obat 2
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Strength) 0,3 0,9
3
a. Semua perawat
mengemukakan T= 0,9 T= 2,1
jawaban mengerti
tentang sentralisasi obat
b. Adanya SPO mengenai
sentralisasi obat di 0,2 0,4
ruang rawat inap 2
c. Sebagian besar perawat
pernah berwenang
mengurusi sentralisasi 0,3 0,6
obat. 2
Total 0,1 0,3
3
Kelemahan (Weakness)
Ancaman (Threatened)
Supervisi
Faktor internal (IFAS)
0,2 0,6
Kekuatan (Strength)
3
a. Perawat memahami
tentang supervisi di T= 1,2 T= 2,6
ruangan
b. Adanya kemauan
perawat untuk berubah.
c. Kepala ruangan 0,1 0,2
Edelweiss mendukung 2
kegiatan supervisi demi 0,2 0,4
peningkatan mutu 2
pelayanan keperawatan. 0,3 0,3
d. SPO setiap tindakan 1
sudah cukup lengkap
dan baik 0,3 0,6
Total 2
38
Ancaman (Threatened)
0,6
a. Tuntutan pasien sebagai 0,3
2 S–W=
konsumen untuk 3 – 2,6
mendapatkan pelayanan = 0,4
yang profesional dan
0,4
bermutu sesuai dengan 0,2
2
peningkatan biaya
keperawatan.
0,4
Total 0,2
2
Timbang Terima
Internal faktor (IFAS) 0,4
0,2
Kekuatan (Strength) 2
39
a. Overan merupakan
kegiatan rutin, yaitu 0,2 0,4
dilaksanakan 3 kali 2
dalam sehari.
b. Diikuti oleh perawat 0,2 0,4
yang telah dan akan 2
dinas.
c. Ada klarifikasi, tanya
jawab, dan validasi 0,2 0,4
terhadap semua yang di 2
overankan T= 1,4 T= 3
d. Semua perawat tau hal-
hal yang perlu
dipersiapkan dalam
overan. 0,3 0,9
e. Selalu ada interaksi 3
dengan pasien selama 0,3 0,9
overan 3
f. Semua perawat
mengetahui prinsip- 0,4 0,8
prinsip tentang teknik T= 1 2 T= 2,6
penyampaian overan
didepan pasien
g. Ada buku khusus untuk
pelaporan overan
Total 0,3 0,9
3
Kelemahan (Weakness)
0,3 0,9 O–T=
a. Perawat kurang disiplin
3 3 - 2,4
waktu overan.
= 0,6
b. Masalah keperawatan
0,4 1,2
lebih fokus pada
3
diagnosis medis
c. Perawat tidak
melakukan overan
T=1 T= 3
sesuai SPO
Total
Ancaman (Threatened)
0,3 0,9
a. Adanya tuntutan yang
3 S–W=
lebih tinggi dari
2,7 - 2
masyarakan untuk
0,3 0,9 = 0,7
mendapatkan pelayanan
3
keperawatan yang
profesional.
b. Meningkatnya
0,3 0,9
kesadaran masyarakat
3
tentang tanggung jawab
dan tanggung gugat
perawat sebagai
T= 0,9 T= 2,7
pemberi asuhan
keperawatan.
Total
Ancaman (Threatened)
a. Adanya tuntutan
masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang
profesional
b. Makin tingginya
kesadaran masyarakat
terhadap pelayanan
kesehatan
Total
4. M-4 (Money)
INTERNAL FACTOR (IFAS)
Strength (Kekuatan)
a. Pembiayaan di ruang
Edelweiss menerima 1 3 3 S-W=
JAMSOSTEK, Jasa 4-3=1
Rahaja, SKTM dan
BPJS
b. Adanya koperasi RSI 0,5 2 1
UNISMA
Total T=1,5 T=4
Weakness (Kelemahan)
a. Sebagian besar sumber 1 3 3
dana berasal dari rumah
sakit T=1 T=3
Total
EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
a. Adanya mahaiswa 0,6 3 1,8 O-T=
praktik dari berbagai 2,8-
institusi 2,1=0,7
b. Kerjasama dengan 0,5 2 1
pihak RS lain untuk
42
mengadakan pelatihan
keahlian, kerjasama
membuka minimarket T=1,1 T=2,8
Total
Threatened (Ancaman)
a. Tingginya pesaing RS 0,6 2 1,2
khususnya ruang
Edelweiss
b. Tingginya biaya 0,3 3 0,9
perawatan
Total T=0,9 T=2,1
5. M-5 (marketing) Pemasaran
INTERNAL FACTOR (IFAS)
Strength (Kekuatan)
a. Dijadikan sebagai 0,5 2 1
Rumah Sakit rujukan
b. Letaknya yang strategis 1 2 2 S-W=
sehingga mudah 5,8-5=0,8
dijangkau oleh
masyarakat.
c. Terdapat pemeriksaan 0,5 2 1
penunjang yang
memadai 0,4 2 0,8
d. Mempunyai fanpage,
facebook, instagram,
website 0,5 2 1
e. Mempunyai kegiatan
rutin di CFD, khitan T=2 T=5,8
masal
Total
Weakness (Kelemahan)
a. Program pemasaran 1 2 2
yang masih kurang
karena pemasaran
hanya di lakukan pada
momen-momen tertentu.
b. Alat penunjang lain 1 3 3
seperti CT scan belum
ada
Total T=1 T=5
EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
a. Total lama rawat inap 0,5 2 1
mencapai 2 hari O-T=
sehingga dapat di 3,4—
gunakan untuk 3,1=0,3
melakukan promosi
kesehatan dan 0,8 3 2,4
promosi pelayanan
rumah sakit.
b. Adanya kerjasama
43
dengan pelayanan
kesehatan lainnya
Total T=0,8 T=3,4
Threatened (Ancaman)
a. Semakin banyak Rumah Sakit
yang menawarkan pelayanan 0,8 2 1,6
keperawatan berkualitas yang
bisa menjadi pesaing.
b. RS lain mempunyai alat
penunjang diagnostik yang 0,5 3 1,5
lebih lengkap
Total T=1 T=3,1
43
BAB IV
PERENCANAAN
MK (0,9 - 0,2)
DK (0,7 - 0,6)
M2 (0,6 – (-0,2)
SV (0,4 - 0,6)
TT (0.2 - 0,5)
DP (1.0 – (-0,4)
-1,0 -0,9 -0,8 -0,7 -0,6 -0,5 -0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,91,0
KETERANGAN :
M1 : Ketenagakerjaan
MK : Metode-Keperawatan
DK : Metode-Dokumentasi
SO : Metode-Sentralisasi Obat
SV : Metode-Supervisi
TT : Metode-Timbang Terima
DP : Metode-Discharge Planning
43
44
M1 0,9-0
M2 0,2-0,6
M3 0,6-0,7
TT 0,4-0,6
SO 0,4-0,1
DP 0,7-0,4
SK 0,9-0,6
DK 0,8-0,2
M4 1-0,7
M5 0,8-0,3
B. Identifikasi Masalah
1) Ketenagaan (M1)
a. Sebagian perawat tidak membaca SOP sebelum tindakan
b. Pendidikan akhir perawat rata-rata DIII Keperawatan dari 10 , 9 orang DIII
Kep
c. Tidak melakukan operan pada klien
2) Sarana dan Prasarana (M2)
b. Belum ada administrasi penunjang seperti papan tulis untuk daftar nama
pasien didalam ruangan, tetapi menggunakan metode komputerisasi
c. Kurang lengkapnya alat-alat kesehatan
d. Tidak adanya ruangan khusus KIE, kepala ruangan
e. Lemari obat masih campur dengan lemari alkes
f. Tidak ada pelabelan obat high alert, obat kategori LASA penyeimpanannya
masih di campur
g. Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk melengkapi sarana dan
prasarana.
3) Metode (M3)
a. MAKP
1) Hanya sebagian perawat yang mengetahui kebutuhan perawatan
pasien secara komprehensif
2) Kurangnya jumlah tenaga yang membantu optimalisasi penerapan
model yang digunakan
3) Diperlukan pemahaman yang menyeluruh tentang model yang
digunakan
4) Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang maksimal
45
c. Sentralisasi Obat
1) Belum ada Format persetujuan sentralisasi obat untuk pasien
2) Tidak terdapat SOP mengenai sentralisasi obat di ruangan
3) Kurang pengetahuan pasien dan keluarga mengenai jenis dan
manfaat obat yang diberikan.
d. Discharge Planning
1) Pasien tidak mendapatkan brosur, leaflet atau dokumentasi tertulis untuk
pasien saat melakukan perencanaan pulang
2) Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional
3) Makin tingginya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
e. Supervisi Keperawatan
1) Perawat dari segi pelaksanaan tindakan banyak yang belum
mengarah kepada SOP
2) Belum ada uraian yang jelas tentang supervisi.
3) Belum mempunyai format yang baku dalam pelaksanaan supervisi
f. Dokumentasi Keperawatan
1) Pengisian format SOAPIE dalam diagnosa keperawatan ataupun
intervensi yang muncul seringkali menetap tanpa adanya
perubahan intervensi sesuai kondisi pasien
2) Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual (belum
ada komputerisasi)
3) Resiko kurangnya tenaga keperawatan ruangan dan kesalahan
kordinasi karena ada pengisian SIMRS
4) Money (M4 )
Sebagian besar sumber dana berasal dari rumah sakit
5) Marketing (M5)
Semakin banyak Rumah Sakit yang menawarkan pelayanan keperawatan
berkualitas yang bisa menjadi pesaing.
46
C. Prioritas Masalah
1. M2 (Material) Sarana & Prasarana.
47
1. Sarana dan prasarana 1) Sarana dan 1) Mensosialisasikan 1) Semua peralatan Tergantung Riskayani,
kesehatan yang dimiliki prasarana ruangan kepada semua perawatan dapat kebijakan institusi mahmud,
ruangan kurang lengkap dapat lengkap dan di perawat tentang lengkap dan RS dan Ruangan dian dan
salah satunya adalah pakai optimal ruangan dan alat-alat digunakan dengan Arnis,
lemari obat. yang masih belum baik. Krispina,
difungsikan dengan esta florida,
memberikan data marzhella,
tentang ruangan dan petrus,
alat-alat yang belum asaria,
digunakan secara Ferdinandus
optimal. , Benyamin
Nurullah.
48
2 M3 ( Metode) Agar tidak terjadi Memberikan label Terdapat label pada Tergantung Anita, umi,
Sentralisasi Obat kesalahan pengambilan LASA dan High Alert obat-obatan yang kebijakan institusi sarciani,
1. Selama ini belum ada obat. pada obat. memiliki nama, warna, RS dan Ruangan Stefani,
label obat untuk bentuk yang mirip atau kadek, erna
obat golongan LASA yasin,
membedakan obat
anesha,
dalam bentuk, nama yurel,
dan warna kemasan anastasius,
Candra,
sama.
Esta
BAB V
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
1. M2 (Sarana & Prasarana) 2 September 2020 1. Memberikan usulan 1. Almari obat Sudah dibuat tinggal
1. Belum ada lemari obat kepada manajemen tersedia di ruangan menunggu persetujuan
trersendiri agar tidak rumah sakit untuk Edelweisss dan dari instansi RSI UNISMA
tercampur dengan menyediakan almari tidak tercampur
alkes khusus obat-obatan. dengan alkes.
2. Sarana dan prasarana 2. Memberikan label 2. Perawat ruangan
kesehatan yang khusus obat-obatan memastikan obat
dimiliki ruangan memiliki nama, warna, terlabel dan
kurang lengkap dan bentuk yang mirip atau tersentralisasi
49
A. Kesimpulan
Pelaksanan kegiatan praktek manajemen di Ruangan Edelweiss
RSI Unisma Malang dimulai pada tanggal 26 Agustus-2 September 2020.
Kelompok melakukan pengkajian selama satu minggu dari tanggal 26 s/d 1
September 2020 kemudian data diolah/analisa dan merumuskan masalah
dimana kelompok menemukan beberapa masalah yang perlu diintervensi.
Dari masalah – masalah tersebut kelompok sudah melakukan intervensi
yaitu :
1. Melakukan perencanaaan untuk pengadaan almari khusus obat.
2. Memberikan saran pada pihak perawat untuk menggunakan label
obat yang memiliki nama, warna, bentuk yang mirip atau obat golongan
LASA. Selama ini sudah dilakukan sentralisasi obat, mulai dari resep
dokter kemudian obat ditebus oleh keluarga pasien dan langsung
diberikan pada perawat untuk disimpan pada loker obat sesuai nama
pasien di ruang nurse station.
3.
B. Saran
50
51