Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG Edelweiss

RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA MALANG


Disusun untuk memenuhi tugas laporan kelompok praktek pendidikan ners
departemen manajemen keperawatan di Ruang Edelweiss
Rumah Sakit Islam Unisma Malang

Disusun Oleh :
Kelompok I
CANDRA APRILIA K (1608.14201.476)
DIAN PERMATA SARI (1810.14201.662)
SARCIANI SUHARTINI (1608.14201.511)
STEFANI MANDALA (1608.14201.514)
ARNIS UMBU KALENDI (1810.14201.661)
KRISPINA MELSADALIM (1608.14201.490)
MACHMUD J (1810.14201.661)
PETRUS SUDI Z (1608.14201.527)
ERNA YASIN (1608.14201.480)
SARINA ASTITIN (1608.14201.512)
FERDINANDUS MILLA (1608.14201.482)
NURULLAH IKA P (1608.14201.507)
ANITA YOLANDHA (1608.14201.467)
UMI KULSUM (1608.14201.515)
ANEESHA SAQIA (1608.14201.466)
MARZELLA INRIANY (1608.14201.498)
KADEK DICKY (1810.14201.663)
RISKAYANI (1608.14201.509)
ANASTASIUS RENDA (1608.14201.465)
ASARIA RIANDA R (1608.14201.474)
YUREL BERNARD (1608.14201.520)
BENYAMIN BALI M (1608.14201.522)
ESTA FLORIDA (1608.14201.401)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN DESIMINASI AKHIR KELOMPOK I


DI RUANG Edelweiss RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA MALANG

Telah Disetujui pada


Hari / Tanggal :

Disusun Oleh
KELOMPOK I

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

(Frengki A, S.Kep., Ners., M.Kep) (Harliansyah Wardhana, S.Kep., Ners)


NDP. NPP. 03 25051980 11110

Kepala Ruangan

(Syahfril Ariawan H, Amd.Kep.)


NPP. 08 11041984 11105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tentang
“Laporan Manajemen Keperawatan Di Ruang Edelweiss Rumah Sakit Islam
Unisma Malang” dengan lancar serta tepat waktu yang telah ditentukan.
Dalam menyelesaikan laporan ini penulis tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak dr.H. Tri Wahyu Sarwiyata, M.Kes selaku direktur Utama Rumah
Sakit Islam Unisma Malang.
2. Bapak dr. Rudy Joegijantoro, MMRS selaku Ketua STIKES Widyagama
Husada Malang.
3. Bapak Abdul Qodir, S. Kep., Ners., M. Kep, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ners STIKES Widyagama Husada MalangBapak Syahfril. AH
Ariawan Amd.Kep, selaku Kepala Ruangan Ruang Edelweiss Rumah Sakit
Islam Unisma Malang.
4. Bapak Frengky Apriyanto, S. Kep., Ners., M. Kep, selaku Pembimbing
akademik STIKES Widyagama Husada Malang
5. Bapak Harliansyah Wardhana S. Kep. Ners selaku Pembimbing Lahan
Rumah Sakit Islam Unisma Malang.
6. Staf dan petugas kesehatan di Ruang Edelweiss RSI Unisma Malang.
7. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan moril maupun
materil selama praktek profesi ners dan selama pembuatan laporan
kelompok ini.
8. Segenap pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat penulis harapkan dan semoga laporan ini berguna
baik bagi diri kami sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.

Malang, Agustus 2020

penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan unit pelayanan kesehatan dari sistem
pelayanan kesehatan dan merupakan unsur strategis dilihat dari konteks
jumlah biaya yang dikeluarkan, dimana sebagian besar dana kesehatan
terserap dalam sektor pengelolaan rumah sakit baik di Negara maju maupun
di Negara berkembang. Pelayanan medik dan perawatan merupakan sub
sistem dari sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk pelayanan
yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga lebih bersifat
individual (Depkes, 2002).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di
rumah sakit dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh
perawat. Oleh karena itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas
utama dalam pengembangan ke masa depan. Perawat harus mau
mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan
masyarakat, dan menjadi tenaga perawat yang profesional. Pengembangan
dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling
bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan oleh karena itu
inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu
keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama
keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses profesionalisasi
merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan
diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk
mengembangkan dirinya dalam sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena
alasan-alasan di atas maka pelayanan keperawatan harus dikelola secara
professional, karena itu perlu adanya Manajemen Keperawatan (Priharjo,
2005).
Manajemen Keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan
melibatkan anggota keperawatan dalam memberikan pelayanan Asuhan
Keperawatan Profesional. Pemberian pelayanan keperawatan secara
profesional perawat diharapkan mampu menyelesaikan tugasnya dalam
memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan derajat pasien menuju
2

ke arah kesehatan yang optimal (Nursalam, 2011). Pelaksanaan asuhan


keperawatan secara profesional berkaitan dengan tuntutan profesi dan
tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan
pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi di Indonesia.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 27
Agustus 2020, didapatkan data bahwa di ICU RSI Unisma saat ini memiliki
jumlah perawat total 10 orang dan 1 pekarya, yang terdiri dari 1 kepala
ruangan, 1 kepala tim jaga, 8 perawat pelaksana, dan 1 tenaga pekarya.
Jumlah perawat dengan pendidikan S1 sebanyak 2 orang, D3 sebanyak 8
orang. Perawat terbagi menjadi 2 tim, dimana masing-masing tim terdiri dari
4-5 orang perawat pelaksana dengan 1 PPJP hanya pada saat shift pagi.
MAKP yang diterapkan di ruangan ICU saat ini adalah MAKP dengan metode
tim. Tugas antara perawat primer dan perawat associate yang dilaksanakan
sama, perbedaannya perawat primer harus mengetahui permasalahan yang
terjadi pada pasien yang dikelola. Perawat primer dan associate
mendapatkan pasien kelolaan yang dikelola selama mereka shift. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal seperti jumlah tenaga yang mempunyai latar
belakang S1 dan dapat bertindak sebagai ketua tim atau perawat primer yang
belum sesuai dengan jumlah pasien, tingkat ketergantungan pasien yang
berbeda sehingga menyebabkan beban kerja yang sedang hingga tinggi dan
pembagian tugas yang belum dapat dilaksanakan sesuai uraian tugas yang
ditetapkan.
Model Asuhan Keperawatan Profesional saat ini yang sering
digunakan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah Primary
Nursing. Primary Nursing merupakan suatu metode yang memberikan tugas
kepada satu orang perawat untuk bertanggung jawab penuh sampai keluar
Rumah Sakit. Primary Nursing ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat (Nursalam, 2014). Dalam pengelolaan MAKP primer
dibutuhkan langkah-langkah dalam pengumpulan data mulai dari M1 (man),
M2 (material), M3 (methods), M4 (money), dan M5 (mutu). Pengumpulan
data M1 (man) dalam penerapan MAKP primer memerlukan perawat primer
sebagai ketua tim dengan kualifikasi Ners, sementara itu di Ruang ICU
3

sendiri hanya terdapat 2 perawat dengan kualifikasi pendidikan S1 Ners, 9


lainnya masih berstatus D3. M2 (material) dalam penerapan MAKP primer.
merupakan data sarana prasarana yang digunakan untuk membantu jalannya
pelayanan. Ruang ICU memiliki kapasitas bed sebanyak 5 bed, Setiap bed
terdapat 1 monitor namun ketika pengkajian hanya terdapat 3 monitor. Setiap
bed di ruang ICU sudah terpasang oksigen central, tersedia handrub, setiap
bed terdapat 4 stop kontak,pada setiap bednya. Terdapat alat suction yang
terpasang dalam 3 bed pada ruang ICU, dan terdapat 2 ventilator. Pada
ruang ICU terdapat 2 wastafel, 3 AC ruangan, ruang penyimpanan peralatan
dan barang, terdapat tempat pembuangan kotoran atau cairan pasien namun
sangat dekat dengan bed pasien. Terdapat hepafilter, kulkas penyimpanan
obat dan etalase penyimpanan obat.
Berdasarkan data di atas peralatan medis di Ruang ICU RS Unisma
sudah cukup baik sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 340/MENKES/III/2010. Pada M3
(Methods), di ruang ICU MAKP yang digunakan adalah MAKP dengan
metode tim. Data M4 (Money) diruang ICU diperolah dari RAK (Rencana
Anggaran & Progam Kerja) sedangkan berdasarkan hasil pengkajian M5
(mutu), Ruang ICU telah menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan
pasien.Ruang Edelweiss RSI Unisma Malang merupakan ruang ICU
(intensive care unit) yang memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada
pasien, untuk itu diperlukan penerapan MAKP yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien.
4

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami dan mampu menerapkan konsep teori dala
m aplikasi prinsip-prinsip manajemen keperawatan dalam pelaksanaan m
anajemen asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan
di ruang Edelweiss RSI Unisma Malang
2. Tujuan Khusus
Selama berlangsungnya praktek manajemen keperawatan mahasiswa dih
arapkan mampu untuk :
a. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai dengan prinsip
manajemen keperawatan yang terdapat di ruang Edelweiss RSI
Unisma Malang
b. Mempraktekkan konsep teori manajemen asuhan keperawatan, baik
manajemen pelayanan maupun manajemen asuhan keperawatan.
c. Memudahkan perawat yang ada di ruangan Edelweiss RSI Unisma
Malang dalam mengatasi masalah yang terkait dengan manajemen
keperawatan dengan metode 5 M (Man, Methode, Material, Money,
Mutu) yang dipaparkan dalam analisa SWOT.

C. Manfaat
Dengan diadakannya praktek manajemen keperawatan ini diharapkan
akan memberikan manfaat kepada :
1. Mahasiswa
a. Mahasiswa lebih terampil dalam penerapan aplikasi prinsip-prinsip
manajemen keperawatan di lapangan.
b. Mahasiswa mendapat pengalaman baru di lapangan dalam hal
penerapan manajemen keperawatan.
2. Perawat
Membantu meringankan beban kerja perawat selama praktek
berlangsung di ruang Edelweiss RSI Unisma Malang.
3. Rumah Sakit
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian akan membantu sebagai bahan
masukan bagi Rumah Sakit, dalam upaya peningkatan mutu manajerial p
elayanan rumah sakit.
BAB II
PENGUMPULAN DATA

A. Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit


1. Visi
Menjadi Rumah Sakit Pendidikan Islami Yang Terbaik.
2. Misi
a. Memberikan pelayanan prima berdasarkan etika, disiplin profesi yang di
jiwai nilai keislaman dengan mengutamakan keselamatan pasien.
b. Mengembangkan professionalisme sumber daya manusia melalui pendi
dikan, pelatihan dan penelitian.
c. Meningkatkan pendapatan Rumah Sakit dan karyawannya
d. Mengembangkan jaringan kerjasama dengan Rumah Sakit pendidikan r
egional dan internasional
3. Motto
Pengabdianku Pelayanan Terbaikku

B. Tujuan Rumah Sakit


1. Meningkatkan mutu pelayanan yang islami;
2. Tersusunya standar pelayanan rumah sakit;
3. Meningkatkan mutu dan profesional sumber daya manusia;
4. Meningkatkan pendapatan rumah sakit dengan pengelolaan yangefisien
dan efektif;
5. Terbentuknya jaringan kerjasama dengan institusi terkait;
6. Terwujudnya rumah sakit pendidikan pada tahun 2025.

C. Tujuan ruang Edelweisss


1. Tujuan umum
Meningkatkan pelayanan yang bermutu dan mengutamakan keselamat
an pasien di ICU Rumah Sakit Islam Unisma Malang.
2. Tujuan khusus
a. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan intensive care di Ruma
h Sakit Islam Malang

5
6

b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien intensive


care di Rumah Sakit Islam Malang
c. Menjadi acuan pengembangan pelayanan intensive care di Rumah
Sakit Islam Malang
d. Menyelamatkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien intensive
care.
e. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui obs
ervasi dan monitoring yang ketat disertai kemampuan menginterper
stasikan setiap data yang didapat, dan melakukan tindak lanjut.
f. Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis dan memp
ercepat proses penyembuhan pasien.

D. Tenaga dan pasien ( M1 – Man )


1. Struktur organisasi ruangan
Dari hasil wawancara dan observasi kelompok tentang model
asuhan keperawatan profesional (MAKP) yang digunakan di Ruang
Edelweiss adalah MAKP jenis Tim, Ruang Edelweiss dipimpin oleh
kepala ruangan dan dibantu oleh ketua tim, penanggung jawab shift dan
perawat pelaksana. Adapun struktur organisasinya adalah sebagai
berikut:

Kepala Ruangan

Ketua tim

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Gambar 2.1 Struktur Fungsional ruangan Edelweiss


7

Gambar 2.2 Struktur Manajerial ruangan Edelweiss

Peranan antara ketua tim dan penanggungjawab shif disini mempunyai


perbedaan yg mendasar. Ketua tim adalah petugas yg bertanggung jawab
atas berjalannya proses asuhan keperawatan selama satu hari. Ketua tim
bertugas menyusun rencana asuhan selama satu hari dan melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan proses asuhan keperawatan. Ketua tim
melakukan perencanaan dilakukan pada shift pagi saja. Berbeda dengan
peranan penanggungjawab shift, disini penanggungjawab shift atau PJ
Shift bertugas sebagai pengganti peran Kepala Ruang disaat Kepala
Ruang tidak melakukan kegiatan manajerial. PJ Shift biasanya ada pada
shift sore atau malam, atau juga shift pagi pada hari libur.

2. Tenaga/SDM
a. Keperawatan

Status
No Nama Tingkat Pendidikan Masa Kerja Jabatan
Pegawai
1 Tn. Syahfril. AH D3 - Keperawatan 12 tahun Tetap KARU
2 Ny. Ayuningsari D3 - Keperawatan 12 tahun Tetap PP
3 Ny. Syairah Z D3 - Keperawatan 9 tahun Tetap PP
4 Ny. Nur Hariati D3 - Keperawatan 10 tahun Tetap PP
5 Tn. Harliansyah W S1 - Keperawatan 18 tahun Tetap PP
6 Ny. Tuti S D3 - Keperawatan 11 tahun Tetap PP
7 Nn. Fidya Y D3 - Keperawatan 1 tahun kontrak PP
8 Sdr. Syaiful B D3 - Keperawatan 4 tahun Tetap PP
9 Nn. Defi Putri S1 - Keperawatan 1 tahun Tetap PP

10 Ny. Retno P D3 - Keperawatan 18 tahun Tetap PP


11 Ny. Lilik Suryani D3 - Keperawatan 5 Tahun Tetap PP
Tabel 2.1 jumlah dan masa kerja tenaga keperawatan ruang Edelweiss
8

Menurut data observasi dan interview secara langsung didapatkan


data bahwa kualifikasi tenaga dengan pendidikan S-1 keperawatan
sebanyak 2 orang dengan masa kerja > 10 tahun, sedangkan kualifikasi
tenaga dengan pendidikan D-3 keperawatan sebanyak 9 orang dengan
masa kerja > 10 tahun sebanyak 5 orang, < 10 tahun sebanyak 4 orang,
dimana semua tenaga bekerja sebagai pegawai swasta dan Para
perawat di ruang Edelweiss semuanya sudah pernah mengikuti
pelatihan, diantaranya adalah PPGD DAN BLS. Sedangkan pelatihan
khusus yg diterima oleh sebagian perawat di ruang edelweiss adalah
pelatihan ICU dan CVCU.
b. Non Keperawatan
Ruang Edelweiss dibersihkan oleh cleaning service, dimana
pembagian tugas tempat pembersihan dilakukan oleh manajemen rumah
sakit, pada shift pagi terdapat 1 cleaning service yang membersihkan
ruangan Edelweiss, sedangkan pada shift sore juga terdapat 1 cleaning
service yang membersihkan ruangan Edelweiss dan malam para
cleaning service hanya on call saat diperlukan saja. Pengaturan gizi
pasien diatur oleh ahli gizi yang diatur secara terpisah oleh ruangan gizi
rumah sakit, sedangkan tenaga security selalu berjaga di rumah sakit
selama 24 jam dengan dibagi 3 shift, dimana Security akan berkeliling
memeriksa setiap ruang setiap pergantian shif dan jika jadwal
pengunjung sudah habis dan akan selalu mengisi keterangan keamanan
“aman” jika aman dan “tidak aman” jika tidak aman pada system
komputerisasi yang ada pada nurse station. Selain dari pada itu petugas
hanya by on call jika dibutuhkan melalui konfirmasi perawat ruangan.

3. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat


Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi didapatkan
gambaran kapasitas bed ruang Edelweiss yaitu sebanyak 5 bed dengan
rincian sebagai berikut :

Sumber: Rumus Douglas

Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat ktg Jml Pasien PAGI SORE MALAM
Total 5 5x0,36= 1,8 5x0,36= 1,8 5x0,2 = 1
Jumlah 5 1,8 1,8 1
2 2 1
9

Total Tenaga Perawat :


Pagi : 2 orang
Sore : 2 orang
Malam : 1 orang
¯¯¯¯¯¯¯ +
5 orang
Jumlah tenaga lepas dinas perhari :

86 x 5 = 1,44 = 2
297
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :
5 orang + 2 orang struktural (kepala ruangan, ketua tim ) + 2 pekerja lepas
= 9 orang.

Kebijakan yang ada di RSI. Unisma adalah tiap shift jaga minimal ada 2
tenaga perawat, berdasarkan hal tersebut maka didapatkan sejumlah 10
tenaga pelaksana dan 1 tenaga Kepala ruang.

4. BOR
Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan gambaran kapasitas bed
Ruang Edelweiss yaitu 5 bed dengan rincian sebagai berikut :
No Shift BED BOR
1. Pagi 5 bed (5 kosong) 5/5x100= 100 %
2. Sore 5 bed (5 kosong) 5/5x100= 100%
3. Malam 5 bed (5 kosong) 5/5x100= 100%
saat pengkajian semua bed kosong atau tidak ada pasien, namun
dari hasil wawancara dengan kepala ruangan BOR saat ini di ruang
Edelweisss adalah 40% atau terdapat setidaknya 2 - 3 bed
terpakai.Sedangkan angka capaian TOI / Turn Over Interval adalah 1 s.d
3 hari.
Pengumpulan data dalam hal ketenagaan di ruang Edelweiss RSI
Unisma Malang melalui observasi, wawancara secara langsung dengan
perawat yang ada diruangan, jumlah perawat yang berada di ruang
Edelweiss adalah 10 orang dan 1 orang prakarya, didapatkan data bahwa
: Perawat menyatakan pembagian tugas di ruangan sudah sesuai dengan
struktur organisasi yang telah ada, Kinerja perawat di ruangan sudah
cukup baik, Perawat menyatakan kepala ruangan sudah optimal dalam
melaksanaan tugas-tugasnya, beban kerja perawat di ruangan tidak terlalu
tinggi namun perawat masih berlatar pendidikan SPK, perawat tidak
10

melakukan operan pada klien, sebagian perawat tidak membaca SOP


sebelum tindaka
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa Ruangan
Edelweiss dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh ketua tim, dan 8
perawat pelaksana, 1 prakarya. Pasien di ruangan Edelweiss dengan
tingkat ketergantungan yaitu Total. Jumlah total perawat adalah 10 orang
dengan 2 orang berpendidikan S1, 9 orang DIII yang dibagi menjadi 3 shift
kerja yakni, shift pagi (07.00-14.00), shift sore (14.00-21.00) dan shift
malam (21.00-07.00). perawat mendapatkan kesempatan untuk
mengambil cuti 1x dalam seminggu. Sedangkan berdasarkan hasil
perhitungan, BOR pasien di ruangan adalah 40%.

E. Sarana dan prasarana ( M2 – Material )


1. Lokasi dan Denah
Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan pada
ruang Edelweiss RSI Unisma dengan uraian denah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan ruang pertemuan atau
aula
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan ruangan pagar luar.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan ruang CSSD.
d. Sebelah barat berbatasan dengan ruang Dahlia .

Kamar Mandi
TT. Pasien TT. Pasien

Kamar Ganti U
TT. Pasien

Ruang Karu
TT. Pasien

Nurse Station
TT. Pasien

Gambar 2.2 Denah Ruang Edelweiss bulan Agustus 2020.

2. Peralatan dan Fasilitas (Sumber Catatan Inventaris Di Ruang


Edelweiss)
a. Fasilitas untuk pasien
11

No Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan


1. Tempat Tidur 5 Baik 1:1 -
2. Meja pasien 5 Baik 1:1 -
3. Lemari pasien 5 Baik 1:1 -
4. Lemari Obat 1 Baik 2 Perlu
5. Jam Dinding 3 Baik - ditambah
6 Timbangan 1 Baik - -
7. Kamar Mandi dan 1 Baik - -
WC
8. Dapur 1 Baik - -
9. Wastafel 2 Baik -
10 Kulkas 1 Baik 2 -
. AC 1 Baik - Kurang 1
11 Trolly Obat 1 Baik - -
. Tempat Sampah 1 Baik - -
12 Non Medis
13 Tempat Sampah 4 Baik - -
. Medis - -
Kursi Plastik 4 Baik - -
14 Sandaran - -
. Kursi kayu Spons 2 Baik - -
Kursi Spons Besi 2 Baik - -
15 Meja perawat 1 Baik - -
. Kipas Angin 1 Baik - -
Almari kaca 1 Baik - -
16 Tabung O2 2 Baik - -
. Komputer 1 Baik - -
17 Telepon 1 Baik -
-
. Standart Infus 5 Baik -
18
.
19
.
20
.
21
12

.
22
.
23
.
24
.

b. Fasilitas untuk petugas kesehatan


1. Ruang kepala ruangan menjadi satu dengan ruang
pertemuan perawat/ meja perawat.
2. Kamar mandi perawat/ WC ada 3.
3. Ruang Edelweiss tidak menyediakan untuk staff
dokter, karena ruangan terbatas.
4. Nursing station jadi satu dengan ruangan pasien.
5. Tempat istirahat perawat ada sebelah selatan
ruangan pasien.
6. Dapur ada disebelah timurnya tempat istirahat
perawat
c. Fasilitas dan bahan kesehatan yang ada di ruang Edelweiss
1. Peralatan Buat Perawatan Pasien
No. Jenis Peralatan Jumlah Kondisi Kondisi
Baik Rusak
1 Sphygmomanometer 1 Baik -
2 Senter 1 Baik
3 Stetoscope 4 Baik -
4 Termometer axila 2 Baik -
5 Termometer raksa 5 Baik -
6 Timbangan dewasa 1 Baik -
7 Monitor parameter 5 Baik -
8 Ventilator 2 1 Baik 1 rusak
9 Metelin 2 Baik -
10 Bengkok stenlis 1 Baik -
11 Gunting 2 Baik -
12 Pispot 3 Baik -
13 Waskom seka besar 5 Baik -
stenlis
14 Waskom sedang stenlis 7 Baik -
13

15 Tabung O2 2 Baik -
16 O2 sentral 5 Baik -
17 Troli obat cadangan 1 Baik -
18 Troli obat emergency 1 Baik -
19 Troli kayu 1 Baik -
20 Troli injeksi stenlis 1 Baik -
21 Sketsel 3 Baik -
22 Elektrokardigram 1 Baik -
23 Syringe Pump 7 Baik -
24 Bak instrumen sedang 1 Baik -
stenlis
25 Bak instrumen kecil stenlis 1 Baik -
26 Ambubag dewasa 1 Baik -
27 Suction pump 3 Baik -
28 Inhalasi nebulizer 1 Baik -
29 Glucometer 1 Baik -
30 Defibrillator 1 Baik -
31 Buli buli air 2 Baik -

2. Daftar Nama Persedian Obat


No Nama Obat Jumlah/ stok
1 Antrain 15
2 Antropin Sulfas 2
3 C 1:5 1
4 Cedantron 4 mg 5
5 Cedantron 8 mg 1
6 Cyclofem inj 1 box
7 D 10 2
8 D5 10
9 Depo progestin 12
10 Dormicum 5 mg 2
11 Epidoxin 2
12 Extrace 200 mg inj 5
13 Extrace 500 mg inj 1
14 F cath 16 5
15 F cath 18 5
16 Feeding tube no 3,5 5
17 Feeding tube no 5 5
18 Feeding tube no 8 5
19 Fentalyl inj 2 cc 2
20 Gastridine 5
21 Gentamerk Inj 5
22 Haessteril 6% 1
23 Mikrobret 1
24 Injecsion plug 5
25 KA EN 3 B 2
26 KA EN mg 3 2
27 Kalmethason 5 mg inj 5
28 Ketamin 1
14

29 Ketopain inj 2
30 Lasix 1
31 Lidocain 2% inj 5
32 Metergin inj 5
33 Meylon 10
34 mgSO4 20% 1
35 MgSO4 40% 1
36 Mucus extractor/ slim 5
37 Neo K inj 5
38 Neurobin inj 5000 1
39 NS 25 cc 5
40 NS 500 ml 5
41 Ottogenta inj 5
42 Petidin inj 5
43 Recofel inj 1
44 Remopain 3% 5
45 RL 5
46 Sagestam inj 5
47 Spuit 1 cc 15
48 Spuit 10 cc 20
49 Spuit 3 cc 25
50 Spuit 5 cc 25
51 Surflo 18 5
52 Surflo 20 2
53 Surflo 24/26 2
54 Syntocinon inj 15
55 Tomit 5
56 Tramal 100mg inj 1
57 Tranfusi set 2
58 Transamin 500mg inj 2
59 Ulsikur 1
60 Umbilical cosa 5
61 Urine bag onemed 5
62 Valium inj 2
63 Venflon 26 g 2
64 Vit K 5
65 WFI 25 cc 5
66 Ranitidine 2
67 RD 5% 10

3. Daftar Obat Emergency Edelweiss


No Nama obat Satuan Jumlah
1 Aminofilin Ampul 3
2 Amiodaron Ampul 1
3 Atropin sulfas Ampul 5
4 Cytotec Tablet 3
5 Dexametason Ampul 3
6 D40 Fls 3
7 Udopa A 4
15

8 Dobutamin Vial 2
9 Epinefrin Ampul 3
10 Fargoxin Ampul 1
11 Phenytoin A 2
12 Lidocain A 3
13 Norfion A 3
14 Pehacain Ampul 2
15 Ca Glukonas Vial 2
16 KCL Fls 3
17 Meylon Fls 3
18 Mgso4 20% Fls 3
19 Dormicum 5mg / miloz 5mg / Tablet 3
fortanes 5mg
20 Fentanyl A 1
21 Ketamin Vial 1`
22 Morfin Vial 2
23 Recofol A 1
24 Stesolid inj - 2
25 Mgso4 40% Fls 3
36 NGT - 1
37 Stesolit rectal 5mg Tablet 1
37 Gelafusal Fls 1

d. Administrasi penunjang
1) Lembar observasi
2) Buku timbang trima
3) Lembar dokumentasi
Sarana dan prasarana di ruang ICU Edelweiss RSI Unisma
Malang sudah cukup baik. Setiap pagi dan sore ruangan dibersihkan
oleh petugas cleaning service. Kondisi administrasi penunjang cukup
baik yang terdiri dari 1 buah buku Laporan, Lembar observasi dan
lembar dokumentasi, Nurse station diruangan biasanya digunakan
sebagai ruang pertemuan perawat, kadang – kadang perawat
mengobrol di Ners station. Untuk ruangan Kepala ruangan sendiri
belum ada Nurse Station, padahal idealnya Ruang Karu punya
ruangan sendiri tidak satu dengan Nurse Station.

F. Metode asuhan keperawatan ( M3 – Metode )


1. Penerapan MAKP
Dari hasil wawancara dan observasi kelompok tentang model asuhan
keperawatan yang digunakan di Ruang Edelweiss adalah Tim, sebagian
16

besar perawat menyatakan cocok dengan model yang ada serta model
yang digunakan sudah sesuai dengan visi dan misi ruangan. Adapun saran
dari kami yaitu pertahankan model yang digunakan apabila ada kecocokan
dan kesesuaian dengan visi dan misi ruangan hanya saja diperlukan
pemahaman yang menyeluruh tentang model yang digunakan.
Hasil wawancara yang dilakukan sudah terjalin komunikasi yang baik
dan adekuat antara perawat dan unit kesehatan lainnya salah satunya
adalah dalam menerima intruksi (advice) dari dokter selalu dilakukan
validasi kembali sebelum akan melakukan tindakan.
2. Timbang Terima
Berdasarkan hasil observasi kelompok timbang terima status pasien
di ruang Edelweiss selalu dilakukan di Nurse Station, sedangkan yang di
timbang terimakan yaitu mulai dari identitas pasien, dokter penanggung
jawab, keluhan pasien, diagnosa medis, terapi yang sudah dilkukan dan
rencana tindak lanjut yang akan dilakukan kepada pasien di ruangan
tersebut.
Timbang terima dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada saat
pergantian shift malam ke pagi (pukul 07.00), pagi ke siang (pukul 14.00),
dan siang ke malam (pukul 21.00). Selalu diikuti oleh semua perawat yang
ada dan yang akan dinas jaga di ruangan tersebut. Kegiatan ini dipimpin
langsung oleh Penanggung Jawab shift. Untuk hal - hal yang perlu
disiapkan dalam timbang terima, semua perawat dapat menyebutkan
dengan benar dan menyiapkan hal - hal yang akan dibutuhkan dalam
timbang terima, meliputi status pasien, buku obat, dan buku SOP.
Sementara untuk hal - hal yang perlu disampaikan semua perawat
mencantumkan nama pasien, diagnosa medis pasien, keluhan pasien,
terapi yang diberikan, diagnosa keperawatan dan rencana tindak lanjut
sudah dilakukan secara maksimal, selain itu dalam proses timbang terima
kepala ruangan terkadang membuka acara timbang terima dan menutup
acara timbang terima sebagaimana tugas yang seharusnya dilakukan.
Pelaporan timbang terima dicatat dalam buku khusus laporan
timbang terima yang akan di tanda tangani oleh perawat yang melaporkan
(PJ Shift) dan oleh perawat (PJ Shift) yang menerima laporan dan kepala
ruangan. Setelah pelaksanan timbang terima, kepala ruangan seharusnya
mengadakan diskusi singkat untuk mengetahui sekaligus mengevaluasi
17

kesiapan shift selanjutnya, kemudian timbang terima akan ditutup oleh PJ


Shift.

Adapun Standar Prosedur Operasional RSI Unisma Malang adalah :

SPO Timbang Terima Pasien di Ruang ICU

Pengertian Suatu rangkaian kegiatan serah terima tugas dan tanggung jawab
dari kelompok perawat suatu shift kepada kelompok perawat shift
berikutnya

Tujuan 1. Menjamin kesinambungan asuhan keperawatan terbaik bagi


pasien dengan waktu 24 jam
2. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh
perawat dinas selanjutnya
4. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
Kebijakan Timbang terima pasien harus dilakukan dari satu shift ke shift
berikutnya dengan melihat pasien untuk memastikan kondisi pasien
sesuai yang dioperkan (dilaporkan)

Prosedur A. Persiapan
1. Kedua kelompok shift sudah dalam keadaan siap timbang
terima
2. Perawat shift yang tugas menyiapkan format timbang
terima pasien
B. Pelaksanaan
1. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift dinas
2. Timbang terima dilakukan di nurse station untuk dilakukan
diskusi dengan mengkaji secara komperhensif /
menyeluruh yang berkaitan tentang masalah keperawatan
pasien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal - hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan
3. Hal - hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian
yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus (buku
komunikasi) untuk kemudian diserah terimakan kepada
perawat jaga berikutnya
4. Hal - hal yang perlu disampaikan saat timbang terima
adalah:
- Identitas pasien dan diagnosa medis
- Masalah keperawatan yang memungkinkan masih
muncul
- Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan
- Intervensi kolaboratif
- Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
dalam kegiatan selanjutnya, misalnya: operasi,
18

pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang


lainnya, persiapan untuk konsultasi / prosedur lainnya
yang tidak dilaksanakan secara rutin
5. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap
hal - hal yang ditimbang terimakan dan berhak
menanyakan hal - hal yang kurang jelas
6. Penyampaian saat timbang terima secara singkat dan jelas
7. Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5
menit, kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan
penjelasan yang lengkap
8. Setelah selesai diskusi di nurse station semua perawat
yang operan langsung menuju pasien dengan
mengevaluasi keadaannya sesuai yang dioperkan serta
melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien
Unit Terkait Keperawatan

3. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan di ruang Edelweiss tidak ada, tetapi terdapat
suatu kegiatan yang membahas tentang kasus unik yang pernah terjadi di
RSI Unisma Malang, kegiatan tersebut adalah Round Table Discuss yaitu
diskusi oleh semua unit kesehatan di rumah sakit yang mana dilakukan
pada waktu sebulan sekali, pada rapat pembahasan kasus unik tersebut
akan melibatkan semua unit seperti dokter, farmasi, ahli gizi, dan kepala
ruangan, pada pertemuan tersebut terdapat kepala ruang dan perawat
pelaksana yang mengikuti acara pembahasan kasus tersebut. Dengan
melibatkan semua unit diharapkan bisa mendapat solusi melalui
pendekatan berfikir kritis, sehingga masalah pasien dapat teratasi dan dan
terjalin kerjasama antar tim kesehatan.

4. Sentralisasi Obat
Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi didapatkan
bahwa sudah terlaksananya sentralisasi obat di ruangan, namun
mempunyai masalah dengan penataan ruangan, sehingga diperlukan
modifikasi ruangan khusus untuk obat. Penanggung jawab pengelolaan
obat tidak semuanya dilakukan oleh kepala ruangan tetapi di ambil alih oleh
semua perawat yang dinas di ruang Edelweiss, dan untuk obat oral
ditangani juga oleh perawat ruang.
Adapun data tentang alur penerimaan obat yang didapat, pertama
yaitu saat dokter memberikan advise resep obat pada pasien tertentu yang
tertulis di rekam medis pasien, kemudian perawat membuatkan resep obat
19

untuk pasien untuk ditebuskan keluarga pasien ke unit farmasi, kemudian


obat yang diperoleh dari keluarga pasien langsung disimpan ke loker obat
tanpa adanya pengecekan kembali sesuai dengan isi SPO yang
menyatakan bahwa “Perawat ruangan mengecek kembali kesesuaian obat
dengan resep yang telah diberikan, kemudian obat diambil dan diletakkan
diruang keperawatan (karena pembagian obat dilakukan oleh perawat) dan
perawat menghitung serta mencatat pada format penerimaan obat”,
sehingga diperlukan buku penerimaan obat sebelum obat dimasukan
kedalam loker obat pasien, dan selama ini belum ada format persetujuan
sentralisasi obat untuk pasien, tetapi jika obat tersebut di kelola oleh
petugas farmasi maka pengecekan sudah dilalukan antara resep dan buku
obat.
Data tentang cara penyimpanan obat meliputi adanya tempat khusus
obat seperti loker obat yang memadai. Selama ini obat - obat bagi pasien
langsung di simpan di lemari berdasarkan bed pasien. Semua obat seperti
obat oral, syirup dan injeksi disimpan dan diberikan oleh perawat.

Adapun Standar Prosedur Operasional RSI Unisma Malang adalah :

SPO Pengelolaan Sentralisasi Obat di Ruangan Edelweiss

Pengertian Pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pasa pasien
diserahkan sepenuhnya pada perawat/ pengeluaran dan pembagian obat
sepenuhnya dilakukan oleh perawat

Tujuan 1. Sebagai wujud pelayanan terbaik kepada pasien agar pasien tidak
terbebani dalam menjaga keamanan obat
2. Mempermudah pemantauan kebutuhan obat pasien agar cepat
terdeteksi untuk menghindari pasien kehabisan stok obet
3. Mempercepat pelayanan perawatan dalam memenuhi semua
kebutuhan pasien
Kebijakan Selama tenaga farmasi klinik belum ada di RSI Unisma Malang, maka
tanggung jawab pengelolaan dan pembagian obat kepada pasien
ditangani oleh perawat

Prosedur 1. Perawat saat menerima pasien baru menjelaskan tata cara


pengelolaan obat di ruangan sambil menyodorkan lembar inform
consent bukti persetujuan pengelolahan sentralisasi obat nantinya
dengan pendekatan secara terapeutik
2. Dokter memberikan resep pada pasien/ keluarga saat visite
3. Perawat pendamping visite dokter mengingatkan kembali pada
pasien / keluarga untuk menyerahkan obat yang telah dibeli ke
perawat untuk di cek
4. Pasien / keluarga membeli obat ke bagian farmasi / kamar obat
5. Bagian farmasi melayani obat sesuai dengan resep yang telah di
tulis dokter
6. Pasien / keluarga menyerahkan obat yang telah dibeli ke perawat
20

ruangan
7. Perawat ruangan mengecek kembali kesesuaian obat dengan
resep yang telah diberikan, kemudian obat diambil dan diletakkan
diruang keperawatan (karena pembagian obat dilakukan oleh
perawat) dan perawat menghitung serta mencatat pada format
penerimaan obat
8. Obat yang sudah di terima perawat di tempatkan pada kotak obat
sesuai nomor kamar dan diberi nama pasien pada kotak obat
tersebut
9. Perawat memberikan obat sesuai advis dokter dan
mengevaluasinya
10. Bila ada kondisi pasien yang menurun perawat melaporkan
kedokter untuk konfirmasi pemberian obat selanjutnya
Unit Terkait Keperawatan

Bagan alur sentralisasi obat :

Advise Obat Dokter Perawat Membuat Keluarga pasien


v PJ Resep menerima resep

Keluarga pasien
Keluarga pasien Bidang Farmasi mengambil obat
mengantar obat ke
perawat

Perawat Bagian farmasi Jadwal pemberian Perawat memberikan


menyimpan obat di menyiapkan obat obat obat pada pasien
Loker oral

5. Discharge Planning
Dari hasil observasi yang dilakukan, perencanaan pulang sudah
dilaksanakan akan tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat dan
hanya saat pasien akan pulang. Isi format perencanaan pulang hanya
tentang penjelasan penyakit yang diderita pasien dan cara mengatasi
penyakitnya jika kambuh.
21

Semua perawat mengatakan bahwa tehnik yang digunakan saat


pemberian perencanaan pulang melalui lisan dan tertulis, namun menurut
data observasi saat melakukan proses discharge planning perawat tidak
memberikan leaflet sehingga pasien lupa tentang informasi dan penjelasan
yang telah diberikan oleh perawat. Bahasa yang digunakan saat
memberikan perencanaan pulang menggunakan Bahasa Indonesia.
Semua perawat mengatakan bahwa mereka selalu melakukan
pendokumentasian setelah melakukan perencanaan pulang.
22

Adapun Standar Prosedur Operasional RSI Unisma Malang adalah :

SPO Persiapan Pasien Pulang

Pengertian Menyiapkan segala sesuatu pada saat pasien akan pulang yaitu
tentang tindak lanjut perawatan pasien sehingga setelah pulang dari
rumah sakit tidak ada permasalahan yang muncul.

Tujuan 1) Memberikan pemahaman tentang hal - hal yang harus dilakukan


setelah pulang
2) Memberikan kelancaran dalam proses pemulangan pasien.
Kebijakan 1. Semua pasien yang akan pulang diberikan pendidikan kesehatan
sesuai dengan form yang telah disediakan.
2. Apabila pasien atau keluarga menghendaki pulang dan belum
dapat persetujuan dari DPJP, maka pasien atau keluarga
menandatangani surat pulang atas permintaan sendiri.
Prosedur 1. DPJP menyatakan pasien sudah boleh pulang
2. Pasien dan keluarganya diberitahu ulang bahwa pasien boleh
pulang
3. Petugas menyiapkan obat yang perlu di retur (jika ada), resep
baru, surat kontrol dan pemeriksaan penunjang yang perlu di
bawa pulang
4. Keluarga di anjurkan menyelesaikan pembiayaan perawatan
selama di rumah sakit sekaligus meretur obat (jika ada) serta
membeli resep obat baru (jika ada peresepan dari dokter)
5. Setelah keluarga menunjukkan surat - surat pelunasan biaya,
selanjutnya pasien atau keluarganya diberi penjelasan tentang
hal - hal yang harus dilakukan dan diperhatikan pada pasien di
rumah misalnya tentang:
a. Obat - obatan yang diminum
b. Perawatan di rumah
c. Pengaturan makan / dietnya
d. Kegiatan aktifitas yang tidak / boleh dilakukan
e. Waktu kontrol
6. Sebagai bukti setelah diberikan penjelasan, keluarga atau pasien
tanda tangan di form tersebut
7. Petugas melepas semua peralatan yang ada di pasien (infus,
kateter, gelang identitas pasien, dll)
8. Petugas mengantarkan pasien pulang sampai di kendaraan
Unit terkait Keperawatan

6. Supervisi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di ruang
Edelweiss bahwa supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan Edelweiss
yaitu pada saat pemberian tindakan kepada pasien secara langsung,
supervisi tersebut dilakukan oleh kepala ruang Edelweiss secara
mendadak dan setiap saat tanpa terjadwal, sehingga apabila terdapat
tindakan yang tidak sesuai dengan SPO yang dilakukan oleh perawat
23

pelaksana terhadap pasien maka kepala ruang akan memberikan teguran


terhadap perawat pelaksana yang melakukan tindakan tersebut.
Supervisi yang lainnya yaitu dari kepala seksi penjaminan mutu
rumah sakit, supervisor tersebut melakukan supervisi / sidak (inspeksi
mendadak) sama halnya dengan kepala ruang, tanpa memberikan
informasi terlebih dahulu sesaat sebelum melakukan tindakan. Jika
terdapat suatu tindakan atau hal yang tidak sesuai dengan SPO yang ada
di RSI Unisma Malang maka langsung diberikan teguran pada pegawai
tersebut, sehingga untuk menekan angka kesalahan prosedur dan
meningkatkan mutu dan pelayanan oleh rumah sakit.
7. Dokumentasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang Edelweiss,
model dokumentasi keperawatan yang digunakan adalah SOAPIE.
Dokumentasi keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian
menggunakan system Head to Toe, diagnosa, intervensi, implementasi,
evaluasi dan tanda tangan dan catatan perkembangan pasien
menggunakan SOAP, dokumentsi dilakukan setelah selesai tindakan ke
pasien, dokumentasi dilakukan oleh perawat pelaksana.
Format pengkajian sudah ada dan dapat memudahkan perawat
dalam pengkajian dan pengisiannya. Sistem pendokumentasian masih
dilakukan secara manual (belum ada komputerisasi). Catatan keperawatan
berisikan jawaban terhadap nasihat dokter dan tindakan mandiri perawat,

G. Sumber Keuangan ( M4 – Money )


Pembiayaan di ruang Edelweiss (ICU) menerima JAMSOSTEK,
BPJS/ASKES, SKTM, jasa Raharja (kecelakaan lalu lintas), dan AXA mandiri.
Sebagian besar sumber dana diperoleh dari pemasukan rumah sakit itu
sendiri (RSI Unisma). Dari hasil wawancara dikatakan bahwa pembiayaan
tarif umum maupun BPJS sama harga/biaya dan perbedaan biaya terdapat
pada rincian terakhir yang dikoding oleh petugas RM tergantung diagnosa
pasien. Hasil wawancara dan observasi lainnya menemukan bahwa sistem
administrasi pada ruangan rawat ICU terpusat pada administrasi rumah sakit
serta perawat ruangan mengatakan ruangan tidak memperoleh sumber dana
lain di ruangan Edelweiss (ICU).
24

H. Mutu ( M5)
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses, dan outcome system pelayanan rumah sakit. Secara umum
aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumentasi, instrument, dan audit (EDIA)
(Nursalam, 2015). Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (2018)
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin
keselamatan pasien maka rumah sakit perlu mempunyai program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP) yang menjangkau ke
seluruh unit kerja di rumah sakit.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 26
Agustus 2020 Ruang Edelweiss RSI UNISMA Malang telah menerapkan
upaya penjaminan mutu perawatan pasien, dimana terdapat beberapa aspek
penilaian penting, diantaranya sebagai berikut:

1. Patient safety
Berdasarkan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1/ SNARS
(2018) seluruh pejabat structural dan pemberi layanan wajib mendorong
pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
(PMKP), berupaya mendorong pelaksanaan budaya mutu dan
keselamatan (quality and safety culture), secara proaktif melakukan
identifikasi dan menurunkan variasi, menggunakan data agar fokus
kepada prioritas isu dan berupaya menunjukkan perbaikan yang
berkelanjutan. Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh
SNARS, Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan
JCI accreditation, maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut :
1) Sasaran 1 : Mengidentifikasi Pasien dengan Benar
Sasaran ini memiliki 2 (dua) maksud dan tujuan yakni untuk
memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau
tindakan dan untuk menyelaraskan layanan atau tindakan yang
dibutuhkan oleh pasien. Identifikasi pasien dilakukan untuk
menghindari kesalahan pasien. Identifikasi dilakukan dengan
menggunakan gelang untuk identitas pasien di pasang saat pasien
dilakukan penilaian risiko mulai dari IGD atau di ruang
perawatan.Gelang terdiri dari 4 warna yang memiliki definisi tersendiri
pada masing-masing warna.
25

a. Gelang pink digunakan untuk pasien perempuan.


b. Gelang biru digunakan untuk pasien laki-laki.
c. Gelang kuning digunakan untuk pasien risiko jatuh.
d. Gelang merah digunakan untuk pasien alergi.
e. Gelang ungu digunakan untuk pasien tidak dilakukan resusitasi.
Menurut Kemenkes (2011) standar gelang identitas
berwarna pink atau biru berisi identitas pasien meliputi nama lengkap
pasien, nomor rekam medik, jenis kelamin pasien, dan tanggal lahir.
Identifikasi pasien dilakukan dengan mencocokan gelang identitas
yang dipakai pasien. Proses identifikasi yang digunakan di rumah
sakit mengharuskan terdapat paling sedikit 2 (dua) dari 3 (tiga)
bentuk identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam
medik, atau bentuk lainnya (misalnya, nomor induk kependudukan
atau barcode). Nomor kamar pasien tidak dapat digunakan untuk
identifikasi pasien. Identifikasi pasien dilakukan ketika penerimaan
pasien baru, pemberian obat, pemberian terapi sebelum melakukan
prosedur/tindakan dan discharge planning.
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 26 Agustus 2020,
penerapan gelang identitas di Ruang Edelweiss sudah sesuai dengan
kriteria Kemenkes yakni berwarna pink atau biru berisi identitas
pasien meliputi nama lengkap pasien, nomor rekam medik, jenis
kelamin pasien, dan tanggal lahir, pada pengkajian semua pasien
telah diberikan gelang identitas oleh perawat.

2) Sasaran 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif


Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1
(2018) komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap,
tidak mendua (ambiguous), dan diterima oleh penerima informasi
yang bertujuan mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan
keselamatan pasien. Komunikasi efektif yang digunakan yaitu
menggunakan metode SBAR (Situation, Background, Assesment,
Recommendation). SBAR digunakan pada saat berkomunikasi
dengan tim kesehatan yang lain, timbang terima, berkomunikasi
dengan teman sejawat, konsultasi pasien, dan melaksanakan
informed consent.
26

SBAR juga digunakan pada saat komunikasi atau perintah


secara verbal ataupun telepon, staf yang menerima pesan harus
menuliskan dan membacakan kembali kepada pemberi pesan dan
dalam pemberi pesan harus menandatangani dalam waktu 1x 24 jam.
Kolom comunicator yang ditandatangani oleh perawat yang
menerima dan kolom advisor yang ditandatangani oleh dokter yang
memberikan advice. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada
tanggal 26 Agustus, komunikasi efektif yang sudah diterapkan di
Ruang Edelweiss Rumah Sakit Islam Unisma yaitu menggunakan
metode SBAR. Pada stempel readback, juga sudah ditandatangani
oleh perawat yang menerima dan oleh dokter sesuai ketentuan yang
ada. Pada ruangan ini selalu menerapkan komunikasi efektif pada
setisap pasien baik pasien sadar ataupun tidak sadar.

3) Sasaran 3 : Meningkatkan keamanan obat-obat yang harus diwaspad


ai (high alert medications)
Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi
dan dapat menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi kesal
ahan dalam penggunaannya. Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas
obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat
menimbulkan kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin, atau
kemoterapeutik; obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik
tampak/kelihatan sama (look alike), bunyi ucapan sama (sound alike),
seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine dan hydroxyzine atau dise
but juga nama obat rupa ucapan mirip (NORUM); dan elektrolit konse
ntrat seperti potasium klorida dengan konsentrasi sama atau lebih dar
i 2 mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi sama atau lebih besa
r dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9%
dan magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%, atau lebih (SN
ARS, 2018).
Untuk meningkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai, ruma
h sakit perlu menetapkan risiko spesifik dari setiap obat dengan tetap
memperhatikan aspek peresepan, menyimpan, menyiapkan, mencata
t, menggunakan, serta monitoringnya. Obat high alert harus disimpan
di instalasi farmasi/unit/depo. Bila rumah sakit ingin menyimpan di lua
27

r lokasi tersebut, disarankan disimpan di depo farmasi yang berada di


bawah tanggung jawab apoteker. Selain itu, sebagai perawat salah s
atu cara untuk mewaspadai pemberian obat, yaitu menggunakan dou
ble crosscheck mulai dari proses persiapan sampai pemberian ke pas
ien.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 26 Agustus 2020, dida
patkan bahwa pada ruang Edelweiss sudah terdapat tempat penyimp
anan obat atau lemari obat, namun pada saat pengkajian obat tercam
pur dengan alkes. Selain itu perawat Ruang edelweis sudah memberi
kan label pembeda antara high alert dan LASA. Namun untuk obat ya
ng akan diinjeksikan penamaan belum dilakukan dengan labeling (eti
ket), penamaan masih ditulis menggunakan spidol permanen yang m
eliputi nama pasien dan jenis obat sehingga belum memenuhi standa
rt. Penerapan prinsip 7 benar di Edelweiss sudah dilakukan. Dalam p
enyimpanan obat high alert di Ruang Edelweiss belum sesuai standar
JCI (2011) dimana obat high alert disimpan pada suhu dingin antara
2-80C maka disimpan dalam lemari pharmaceutical refrigerator dan d
okter harus mengambil sendiri obat high alert ke farmasi, sedangkan
disimpan pada suhu ruangan 250C maka disimpan dalam lemari yan
g diberikan penanda khusus.

4) Sasaran 4 : Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur


yang benar, dan pembedahan pada pasien yang benar
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal
yaitu tepat lokasi, tepat pasien, dan tepat prosedur. Proses untuk
memastikan tepat lokasi yaitu menggunakan SPO pemberian
marker atau penanda lokasi operasi yang diberikan oleh dokter
operator menggunakan spidol permanen. Proses untuk
memastikan tepat pasien yang dilakukan di ruangan yaitu
menggunakan crosscheck pada gelang identifikasi sedangkan
tepat prosedur dilakukan di ruang operasi menggunakan beberapa
check list untuk mencegah kesalahan prosedur. Prosedur
pembedahan dilakukan melalui tiga tahap yaitu :
1. Sign in, dilakukan sebelum pasien di anestesi konfirmasi ke
pasien, keluarga dan tim anestesi.
28

2. Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi,


dikonfirmasikan kepada tim bedah.
3. Sign out, dilakukan sebelum ruang operasi.
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Edelweiss untuk
memastikan tepat pasien dilakukan menggunakan crosscheck
pada gelang identifikasi, tepat prosedur dilakukan dengan cara
ruangan sudah menyediakan form check list pre operasi
sedangkan tepat lokasi dipastikan dengan pemberian marker atau
penanda lokasi operasi menggunakan spidol permanen oleh
dokter di ruangan sebelum operasi.

5) Sasaran 5 : Mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan sebuah
tantangan di lingkungan fasilitas kesehatan. Kenaikan angka
infeksi terkait pelayanan kesehatan menjadi keprihatinan bagi
pasien dan petugas kesehatan. Secara umum, infeksi terkait
pelayanan kesehatan terjadi di semua unit layanan kesehatan,
termasuk infeksi saluran kencing disebabkan oleh kateter, infeksi
pembuluh/aliran darah terkait pemasangan infus baik perifer
maupun sentral, dan infeksi paru-paru terkait penggunaan
ventilator. Upaya terpenting menghilangkan masalah infeksi ini dan
infeksi lainnya adalah dengan menjaga kebersihan tangan melalui
cuci tangan. Pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) tersedia
dari World Health Organization (WHO). Rumah sakit mengadopsi
pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) dari WHO ini untuk
dipublikasikan di seluruh rumah sakit.
Sebagai upaya pencegahan infeksi,di Ruang Edelweiss telah
terbentuk tim Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI). Selain
tim PPI terdapat tim surveillance untuk mengetahui kejadian infeksi
setiap hari. Pendataan infeksi setiap hari dilakukan di masing-
masing ruangan oleh IPCLN kemudian dijadikan satu setiap
bulannya oleh IPCN (Depkes RI, 2012). Berdasarkan hasil
pengkajian pada tanggal 26 Agustus 2020 didapatkan bahwa
perawat sudah menerapkan lima momen mencuci tangan yang
ditetapkan oleh WHO.

6) Sasaran 6 : Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh


29

Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah


untuk jatuh dapat mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Hal
iIni disebabkan oleh operasi dan/atau anestesi, perubahan
mendadak kondisi pasien, serta penyesuaian pengobatan. Banyak
pasien memerlukan asesmen selama dirawat inap di rumah sakit.
Rumah sakit harus menetapkan kriteria untuk identifikasi pasien
yang dianggap berisiko tinggi jatuh (SNARS, 2018).
Berdasarkan data yang diperoleh dari tim pengendalian mutu,
di Ruang Edelweiss pada 26 Agustua 2020, pengkajian risiko jatuh
pada pasien dilakukan pada saat awal pasien masuk ke ruangan
rawat inap menggunakan form sesuai dengan usia pasien anak
yaitu form penilaian resiko jatuh humpty dumpty. Pemberian
intervensi pada pasien disesuaikan dengan kriteria rendah atau
tinggi berdasarkan SPO yang telah ada. Salah satu contoh
intervensi penangulangan pasien risiko jatuh yaitu pemasangan
tanda kuning risiko jatuh pada gelang ID, tanda segitiga kuning
risiko jatuh pada bed atau infus stand pasien, harus ada satu
penunggu pasien dan side rail harus selalu ditutup serta
memastikan ke keluarga untuk selalu menutupnya, menganjurkan
keluarga pasien untuk minta bantuan perawat dalam tindakan
apapun.
30

BAB III
ANALISA MASALAH

Bobot Rating Bobot x


No. Analisis SWOT Total
(0,1-1) (1-4) Rating
1. M1 (Ketenagaan)
1. Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Strength) S–W=
a. Perawat menyatakan 0,1 2 0,2 1,8 – 0,9 =
pembagian tugas di 0.9
ruangan sudah sesuai
dengan struktur
organisasi yang telah
ada.
b. Kinerja perawat di 0,1 3 0,3
ruangan sudah cukup
baik.
c. Perawat menyatakan 0,1 3 0,3
kepala ruangan sudah
optimal dalam
melaksanaan tugas-
tugasnya.
d. Beban kerja perawat di 0,5 2 1
ruangan tidak terlalu
tinggi
Total T = 0,8 T = 1,8
Kelemahan (Weakness)
a. Hanya terdapat sedikit 0,4 2 0,
perawat yang melakukan O–T=
pelatihan ICU 1,5 – 1,5
b. Perawat kurang 0,4 1 0,4 =0
menguasai program
terapi sebelumnya
c. Pendidikan akhir perawat 0,2 1 0,2
rata-rata D3
Keperawatan
d. Tidak melakukan operan 0,5 2 0,3
pada klien
Total T = 1,5 T = 0,9
2. Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (Opportunity)
a. Sebanyak 30 % perawat
mempunyai kemauan
untuk melanjutkan 0,3 3 0,9
pendidikan lebih tinggi
b. Adanya peningkatan
kinerja agar tidak terjadi 0,2 3 0,6
kesalahan dalam
penerapan SPO Rumah
sakit memberikan

30
31

kebijakan untuk
memberikan pelatihan
bagi perawat ruangan
Total T= 1,5
T= 0,5
Ancaman (Threatened)
a. Adanya tuntutan tinggi 0,4
0,2
dari masyarakat untuk
2
pelayanan yang lebih
professional
b. Pemeriksaan yang tidak 0,2
0,2
berkelanjutan membuat
1
data tidak actual
c. Makin tingginya 0,6
0,3
kesadaran masyarakat
2
akan pentingnya
kesehatan
d. Adanya 0,3
0,3
pertanggungjawaban
1
legalitas bagi pasien
Total T=1,5
T= 1
2. M2 (Sarana dan Prasarana)
1. Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Strength)
a. Mempunyai sarana dan 0,4 3 0,6 S–W=
prasarana untuk klien 1,7 - 1,5
dan tenaga kesehatan =0,2
b. Mempunyai peralatan
oksigenasi dan semua 0,2 2 0,3
perawat setiap ruangan,
sehingga mampu
menggunakannya
dengan baik dan tepat
c. Tersedianya waktu dan 0,2 2 0,2
fasilitas penunjang
seperti kamar mandi,
ruang tunggu
d. Terdapat administrasi 0,1 2 0,2
penunjang
e. Adanya informasi
tentang peraturan jam 0,1 2 0,2
kunjung keluarga dan
pembatasan penunggu
klien
f. Adanya ruangan
perawatan klien yang 0,3 2 0,2
kondusif
Total T= 1,4 T=1,7

Kelemahan (Weakness)
32

a. Belum ada administrasi


penunjang seperti papan
tulis untuk daftar nama 0,3 2 0,6
pasien didalam ruangan,
tetapi menggunakan
metode komputerisasi
b. Batasan Jam kunjung
dan jumlah penunggu O –T =
pasien belum terlaksana. 0,3 1 0,3 2 – 1,4
c. Tidak adanya ruangan = 0,6
berdasarkan kelompok
usia dan keparahan 0,3 1 0,3
penyakit
d. Kurang lengkapnya alat-
alat kesehatan 0.2 2 0.2
e. Tidak adanya ruangan
khusus KIE, kepala 0.1 1 0.1
ruangan

Total
T= 1,2 T= 6,5
2. Faktor eksternal (EFAS)
Peluang (Opportunity)
a. Adanya kesempatan 3
untuk memperbaiki 0,2 0,6
sarana dan prasarana
b. Adanya kesempatan 3
untuk memodifikasi 0,2 0,6
ruangan.
c. Adanya kesempatan
untuk penggantian alat- 2
alat yang tidak layak 0,2 0,4
pakai, yang kurang dan
pengadaan administrasi
penunjang di ruangan.
d. Adanya peluang untuk
pengecekan alat secara 2
berkala 0,2 0,4
Total
T= 0,8 T= 2
Ancaman (Threatened)

a. Adanya tuntutan yang


tinggi dari masyarakat
0,1 2 0,2
untuk melengkapi sarana
dan prasarana.
b. Adanya kesenjangan
antara jumlah pasien dan
0,3 2 0.6
peralatan yang
diperlukan
c. Terjadi peningkatan
33

infeksi nosocomial 0,2 2 0,4


d. Menggangu proses
pelayanan dan 0,1 2 0,2
kenyamanan pasien

Total
T= 0.7 T= 1,4
3. M3 (METHOD)
Penerapan Model MAKP
1. Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Strength)
a. Sudah ada model S–W=
keperawatan yang 0,2 3 0,6 2,4– 1,8
digunakan yaitu metode = 0,6
(Semi) Tim
b. Model yang digunakan 0,2 3 0,6
sesuai dengan visi dan
misi ruangan
c. Semua perawat 0,2 2 0,4
mengerti dan
memahami model yang
digunakan dan
menyatakan cocok
dengan model yang ada 0,1 2 0,2
d. Model yang digunakan
cukup efisien 0,2 2 0,4
e. Memiliki standar asuhan
keperawatan (SAK)
f. Terlaksananya 0,1 2 0,2
komunikasi yang cukup
baik antar tingkat
pendidikan T=1 T= 2,4
Total

Kelemahan (Weakness)
0,3 2 0,6
a. Kurangnya kemampuan
perawat dalam
pelaksanaan model
yang telah ada
0,1 2 0,2
b. Diperlukan pemahaman
yang menyeluruh
tentang model yang
0,2 3 0,6
digunakan
c. Hanya sebagian
perawat yang
mengetahui kebutuhan
perawatan pasien
0,1 2 0,2
secara komprehensif
d. Kurangnya jumlah
tenaga yang membantu
34

optimalisasi penerapan 0,2 1 0,2


model yang digunakan
e. Diperlukan perawatan
dan pelayanan secara
optimal sehingga
meminimalisir jumlah T= 0,9 T= 1,8
hari rata-rata pasien
rawat inap
O–T=
Total 0,3 0,6 2,4–
2 1,7=0,7
2. Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (Opportunity)
0,4 1,2
a. Adanya kesempatan
3
untuk memperbaiki
0,3 0,6
model yang sudah ada.
2
b. Meningkatkan pelayanan
T= 1 T= 2,4
yang optimal
c. Adanya kerja sama
dengan institusi klinik-
klinik independen
0,2 0,4
Total
2
Ancaman (Threatened) 0,3 0,9
3
a. Persaingan dengan RS
lain
b. Tuntutan masyarakat
akan pelayanan yang 0,2 0,4
maksimal 2
c. Kebebasan pers
(wartawan)mengakibatka T= 0,7 T= 1,7
n mudahnya penyebaran
informasi di dalam
ruangan ke masyarakat

Total
0,1 0,2
Dokumentasi Keperawatan
2 S–W=
1. Faktor Internal (IFAS)
2– 1,2
Kekuatan (Strength) 0,1 0,2 = 0,8
2
a. Tersedianya sarana dan
prasarana atau 0,2 0,2
administrasi penunjang 1
b. Sudah ada sistem
pendokumentasian
c. Dokumentasi
keperawatan yang
dilakukan meliputi 0,2 0,4
pengkajian 2
35

menggunakan sistem
head to toe, serta
diagnosis keperawatan
sampai dengan evaluasi
dengan menggunakan 0,2 0,4
SOAPIE 2
d. Format pengkajian
sudah ada dan dapat
memudahkan perawat
dalam pengkajian dan 0,2 0,4
pengisiannya (model 2
ceklist)
e. Semua perawat
mengatakan mengerti
cara pengisian format
dokumentasi yang
digunakan dengan benar 0,1 0,2
dan tepat 2
f. Sistem
pendokumentasian
masih dilakukan secara
manual (belum ada T= 1,1 T= 2
komputerisasi)
g. Semua perawat,
mengatakan melakukan
dokumentasi segera
setelah melakukan
tindakan
0,4 1,2
Total 3

T= 0,4 T= 1,2
Kelemahan (Weakness)

a. Pengisian format
SOAPIE tidak sesuai
intervensi dari diagnosa 0,3 0,6
keperawatan yang 2 O–T=2
muncul – 1,8
Total = 0,2

2. Faktor Eksternal (EFAS) 0,3 0,6


Peluang (Opportunity) 2
a. Adanya kesempatan 0,2 0,4
untuk membuat format 2
dokumentasi
keperawatan Misalnya 0,3 0,6
penggunaan format 2
SOAPIE
b. Adanya mahasiswa T= 1,1 T= 2
profesi ners praktik
36

manajemen keperawatan
c. Peluang perawat untuk
meningkatkan
pendidikan
(pengembangan SDM)
d. Adanya kerja sama yang 0,4 1,2
baik antara mahasiswa 3
dan perawat ruangan
Total 0,3 0,6
2
T= 1 T= 1,8

Ancaman (Threatened)

1. Adanya kesadaran
pasien dan keluarga
akan tanggung jawab 0,3 0,6
dan tanggung gugat 2
2. Resiko terjadinya rata S–W=
rata lama perawatan 2,1 – 1,7
Total = 0,4
0,3 6
Sentralisasi Obat 2
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Strength) 0,3 0,9
3
a. Semua perawat
mengemukakan T= 0,9 T= 2,1
jawaban mengerti
tentang sentralisasi obat
b. Adanya SPO mengenai
sentralisasi obat di 0,2 0,4
ruang rawat inap 2
c. Sebagian besar perawat
pernah berwenang
mengurusi sentralisasi 0,3 0,6
obat. 2
Total 0,1 0,3
3
Kelemahan (Weakness)

a. Selama ini belum ada


format persetujuan
sentralisasi obat untuk 0,2 0,4
pasien 2
b. Tidak ada tempat T= 8 T= 1,7
ruangan khusus obat
c. Tidak ada tempat
khusus untuk vial dan
ampul dalam loker obat
untuk mengurangi resiko
obat jatuh
37

d. SPO sentralisasi obat 0,3 0,9


belum dilaksanakan 3
secara maksimal O–T=
Total 0,4 0,8 2,3 – 2,4
2 = - 0,1
Faktor eksternal (EFAS) 0,3 0,6
2
Peluang (Opportunity)

a. Adanya peluang untuk T= 1 T= 2,3


kerjasama yang baik antara
perawat dan mahasiswa.
b. Adanya peluang untuk
memodifikasi ruangan 0,4 1,6
untuk ruang sentralisasi 4
obat
c. Adanya kesempatan untuk 0,2 0,8
memperbaiki teknik 4
sentralisasi obat sesuai
SPO T= 1 T= 2,4
Total

Ancaman (Threatened)

a. Adanya tuntutan akan 0,8


pelayanan yang 0,4
profesional. 2
b. Kurangnya kepercayaan S–W=
pasien terhadap 0,3 0,6 2,6 - 1,7
sentralisasi obat. 2 = 0,9
0,3 0,6
Total 2

Supervisi
Faktor internal (IFAS)
0,2 0,6
Kekuatan (Strength)
3
a. Perawat memahami
tentang supervisi di T= 1,2 T= 2,6
ruangan
b. Adanya kemauan
perawat untuk berubah.
c. Kepala ruangan 0,1 0,2
Edelweiss mendukung 2
kegiatan supervisi demi 0,2 0,4
peningkatan mutu 2
pelayanan keperawatan. 0,3 0,3
d. SPO setiap tindakan 1
sudah cukup lengkap
dan baik 0,3 0,6
Total 2
38

Kelemahan (Weakness) 0,1 0,2


2
a. Belum ada uraian yang
jelas tentang supervisi. T= 1 T= 1,7
b. Kepala ruang jarang
melakukan supervisi
c. Belum mempunyai
format yang baku dalam
pelaksanaan supervisi. 0,2 0,6
d. Kurangnya program 3
pelatihan dan sosialisasi O–T=
tentang supervisi. 2,2 - 1,6
0,3 0,6
e. Perawat dari segi = 0,6
2
pelaksanaan tindakan
banyak yang belum
0,2 0,4
mengarah kepada SPO
2
Total

Faktor eksternal (EFAS) 0,3 0,6


Peluang (Opportunity) 2

a. Adanya kesempatan T= 1 T= 2,2


untuk menambah SPO
supervisi
b. Adanya jadwal supervisi
keperawatan oleh 0,4 1,6
pengawas setiap bulan 4
c. Adanya mahasiswa
profesi ners yang
praktek manajemen
keperawatan.
d. Terbuka kesempatan
untuk pelatihan T= 0,5 T= 1,6
sosialisai tentang
supervisi.
Total

Ancaman (Threatened)
0,6
a. Tuntutan pasien sebagai 0,3
2 S–W=
konsumen untuk 3 – 2,6
mendapatkan pelayanan = 0,4
yang profesional dan
0,4
bermutu sesuai dengan 0,2
2
peningkatan biaya
keperawatan.
0,4
Total 0,2
2
Timbang Terima
Internal faktor (IFAS) 0,4
0,2
Kekuatan (Strength) 2
39

a. Overan merupakan
kegiatan rutin, yaitu 0,2 0,4
dilaksanakan 3 kali 2
dalam sehari.
b. Diikuti oleh perawat 0,2 0,4
yang telah dan akan 2
dinas.
c. Ada klarifikasi, tanya
jawab, dan validasi 0,2 0,4
terhadap semua yang di 2
overankan T= 1,4 T= 3
d. Semua perawat tau hal-
hal yang perlu
dipersiapkan dalam
overan. 0,3 0,9
e. Selalu ada interaksi 3
dengan pasien selama 0,3 0,9
overan 3
f. Semua perawat
mengetahui prinsip- 0,4 0,8
prinsip tentang teknik T= 1 2 T= 2,6
penyampaian overan
didepan pasien
g. Ada buku khusus untuk
pelaporan overan
Total 0,3 0,9
3
Kelemahan (Weakness)
0,3 0,9 O–T=
a. Perawat kurang disiplin
3 3 - 2,4
waktu overan.
= 0,6
b. Masalah keperawatan
0,4 1,2
lebih fokus pada
3
diagnosis medis
c. Perawat tidak
melakukan overan
T=1 T= 3
sesuai SPO
Total

Faktor eksternal (EFAS)


Peluang (Opportunity) 0,4 1,2
3
a. Adanya mahasiswa
profesi ners yang
praktek di ruang
Edelweiss
b. Adanya kerja sama 0,4 1,2
yang baik antara 3
mahasiswa dengan
perawat ruangan
c. Adanya kesempatan
40

untuk melakukan T= 1 T= 2,4


pendekatan secara
intensif dengan pasien
Total

Ancaman (Threatened)
0,3 0,9
a. Adanya tuntutan yang
3 S–W=
lebih tinggi dari
2,7 - 2
masyarakan untuk
0,3 0,9 = 0,7
mendapatkan pelayanan
3
keperawatan yang
profesional.
b. Meningkatnya
0,3 0,9
kesadaran masyarakat
3
tentang tanggung jawab
dan tanggung gugat
perawat sebagai
T= 0,9 T= 2,7
pemberi asuhan
keperawatan.
Total

Discharge Planning 0,4 1,2


Faktor internal (IFAS) 3
Kekuatan (Strength)

a. Adanya kemauan untuk T= 1 T= 2


memberikan pendidikan
kesehatan kepada
pasien dan keluarga
pasien
b. Memberikan pendidikan 0,3 0,6
kesehatan kepada 2
pasien dan keluarga
saat akan pulang 0,2 0,6
c. Perawat menggunakan 3 O–T=
bahasa indonesia saat 2--2,4= -
melakukan perencanaan 0,2 0,4 0,4
pulang 2
Total
0,2 0,4
Kelemahan (Weakness)
2
a. Tidak semua pasien
T= 1 T= 2
mendapatkan brosur
atau leaflet untuk pasien
saat melakukan
perencanaan pulang
Total

Faktor eksternal (EFAS) 0,4 1,2


Peluang (Opportunity) 3
41

a. Adanya mahasiswa 0,4 1,2


profesi ners yang 3
melakukan praktik
b. Adanya kerja sama
yang baik antara T= 1 T= 2,4
mahasiswa dengan
perawat
c. Kemauan pasien atau
keluarga terhadap
anjuran perawat
d. Tingkat kepuasan dan
kepercayaan pasien
semakin meningkat
Total

Ancaman (Threatened)

a. Adanya tuntutan
masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang
profesional
b. Makin tingginya
kesadaran masyarakat
terhadap pelayanan
kesehatan
Total

4. M-4 (Money)
INTERNAL FACTOR (IFAS)
Strength (Kekuatan)
a. Pembiayaan di ruang
Edelweiss menerima 1 3 3 S-W=
JAMSOSTEK, Jasa 4-3=1
Rahaja, SKTM dan
BPJS
b. Adanya koperasi RSI 0,5 2 1
UNISMA
Total T=1,5 T=4
Weakness (Kelemahan)
a. Sebagian besar sumber 1 3 3
dana berasal dari rumah
sakit T=1 T=3
Total
EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
a. Adanya mahaiswa 0,6 3 1,8 O-T=
praktik dari berbagai 2,8-
institusi 2,1=0,7
b. Kerjasama dengan 0,5 2 1
pihak RS lain untuk
42

mengadakan pelatihan
keahlian, kerjasama
membuka minimarket T=1,1 T=2,8
Total
Threatened (Ancaman)
a. Tingginya pesaing RS 0,6 2 1,2
khususnya ruang
Edelweiss
b. Tingginya biaya 0,3 3 0,9
perawatan
Total T=0,9 T=2,1
5. M-5 (marketing) Pemasaran
INTERNAL FACTOR (IFAS)
Strength (Kekuatan)
a. Dijadikan sebagai 0,5 2 1
Rumah Sakit rujukan
b. Letaknya yang strategis 1 2 2 S-W=
sehingga mudah 5,8-5=0,8
dijangkau oleh
masyarakat.
c. Terdapat pemeriksaan 0,5 2 1
penunjang yang
memadai 0,4 2 0,8
d. Mempunyai fanpage,
facebook, instagram,
website 0,5 2 1
e. Mempunyai kegiatan
rutin di CFD, khitan T=2 T=5,8
masal
Total
Weakness (Kelemahan)
a. Program pemasaran 1 2 2
yang masih kurang
karena pemasaran
hanya di lakukan pada
momen-momen tertentu.
b. Alat penunjang lain 1 3 3
seperti CT scan belum
ada
Total T=1 T=5
EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
a. Total lama rawat inap 0,5 2 1
mencapai 2 hari O-T=
sehingga dapat di 3,4—
gunakan untuk 3,1=0,3
melakukan promosi
kesehatan dan 0,8 3 2,4
promosi pelayanan
rumah sakit.
b. Adanya kerjasama
43

dengan pelayanan
kesehatan lainnya
Total T=0,8 T=3,4
Threatened (Ancaman)
a. Semakin banyak Rumah Sakit
yang menawarkan pelayanan 0,8 2 1,6
keperawatan berkualitas yang
bisa menjadi pesaing.
b. RS lain mempunyai alat
penunjang diagnostik yang 0,5 3 1,5
lebih lengkap
Total T=1 T=3,1
43

BAB IV
PERENCANAAN

A. Diagram Layang Analisis SWOT

MK (0,9 - 0,2)

DK (0,7 - 0,6)

M2 (0,6 – (-0,2)

SV (0,4 - 0,6)

SO (0,3 – (-0,2) M1 (0,3 - 0,4)

TT (0.2 - 0,5)

DP (1.0 – (-0,4)

-1,0 -0,9 -0,8 -0,7 -0,6 -0,5 -0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,91,0

KETERANGAN :

M1 : Ketenagakerjaan

M2 : Sarana dan Prasarana

MK : Metode-Keperawatan

DK : Metode-Dokumentasi

SO : Metode-Sentralisasi Obat

SV : Metode-Supervisi

TT : Metode-Timbang Terima

DP : Metode-Discharge Planning

43
44

M1 0,9-0
M2 0,2-0,6
M3 0,6-0,7
TT 0,4-0,6
SO 0,4-0,1
DP 0,7-0,4
SK 0,9-0,6
DK 0,8-0,2
M4 1-0,7
M5 0,8-0,3

B. Identifikasi Masalah
1) Ketenagaan (M1)
a. Sebagian perawat tidak membaca SOP sebelum tindakan
b. Pendidikan akhir perawat rata-rata DIII Keperawatan dari 10 , 9 orang DIII
Kep
c. Tidak melakukan operan pada klien
2) Sarana dan Prasarana (M2)
b. Belum ada administrasi penunjang seperti papan tulis untuk daftar nama
pasien didalam ruangan, tetapi menggunakan metode komputerisasi
c. Kurang lengkapnya alat-alat kesehatan
d. Tidak adanya ruangan khusus KIE, kepala ruangan
e. Lemari obat masih campur dengan lemari alkes
f. Tidak ada pelabelan obat high alert, obat kategori LASA penyeimpanannya
masih di campur
g. Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk melengkapi sarana dan
prasarana.
3) Metode (M3)
a. MAKP
1) Hanya sebagian perawat yang mengetahui kebutuhan perawatan
pasien secara komprehensif
2) Kurangnya jumlah tenaga yang membantu optimalisasi penerapan
model yang digunakan
3) Diperlukan pemahaman yang menyeluruh tentang model yang
digunakan
4) Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang maksimal
45

b. Timbang Terima Keperawatan


1) Masalah keperawatan lebih fokus pada diagnosis medis
2) Perawat tidak melakukan overan sesuai SPO
3) Perawat kurang di siplin saat overran

c. Sentralisasi Obat
1) Belum ada Format persetujuan sentralisasi obat untuk pasien
2) Tidak terdapat SOP mengenai sentralisasi obat di ruangan
3) Kurang pengetahuan pasien dan keluarga mengenai jenis dan
manfaat obat yang diberikan.
d. Discharge Planning
1) Pasien tidak mendapatkan brosur, leaflet atau dokumentasi tertulis untuk
pasien saat melakukan perencanaan pulang
2) Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional
3) Makin tingginya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
e. Supervisi Keperawatan
1) Perawat dari segi pelaksanaan tindakan banyak yang belum
mengarah kepada SOP
2) Belum ada uraian yang jelas tentang supervisi.
3) Belum mempunyai format yang baku dalam pelaksanaan supervisi
f. Dokumentasi Keperawatan
1) Pengisian format SOAPIE dalam diagnosa keperawatan ataupun
intervensi yang muncul seringkali menetap tanpa adanya
perubahan intervensi sesuai kondisi pasien
2) Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual (belum
ada komputerisasi)
3) Resiko kurangnya tenaga keperawatan ruangan dan kesalahan
kordinasi karena ada pengisian SIMRS
4) Money (M4 )
Sebagian besar sumber dana berasal dari rumah sakit
5) Marketing (M5)
Semakin banyak Rumah Sakit yang menawarkan pelayanan keperawatan
berkualitas yang bisa menjadi pesaing.
46

C. Prioritas Masalah
1. M2 (Material) Sarana & Prasarana.
47

No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan Waktu PJ


1. M2 (Sarana Prasarana)

1. Sarana dan prasarana 1) Sarana dan 1) Mensosialisasikan 1) Semua peralatan Tergantung Riskayani,
kesehatan yang dimiliki prasarana ruangan kepada semua perawatan dapat kebijakan institusi mahmud,
ruangan kurang lengkap dapat lengkap dan di perawat tentang lengkap dan RS dan Ruangan dian dan
salah satunya adalah pakai optimal ruangan dan alat-alat digunakan dengan Arnis,
lemari obat. yang masih belum baik. Krispina,
difungsikan dengan esta florida,
memberikan data marzhella,
tentang ruangan dan petrus,
alat-alat yang belum asaria,
digunakan secara Ferdinandus
optimal. , Benyamin
Nurullah.
48

2 M3 ( Metode) Agar tidak terjadi Memberikan label Terdapat label pada Tergantung Anita, umi,
Sentralisasi Obat kesalahan pengambilan LASA dan High Alert obat-obatan yang kebijakan institusi sarciani,
1. Selama ini belum ada obat. pada obat. memiliki nama, warna, RS dan Ruangan Stefani,
label obat untuk bentuk yang mirip atau kadek, erna
obat golongan LASA yasin,
membedakan obat
anesha,
dalam bentuk, nama yurel,
dan warna kemasan anastasius,
Candra,
sama.
Esta

BAB V
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Masalah Tanggal Implementasi Implementasi Evaluasi Kendala

1. M2 (Sarana & Prasarana) 2 September 2020 1. Memberikan usulan 1. Almari obat Sudah dibuat tinggal
1. Belum ada lemari obat kepada manajemen tersedia di ruangan menunggu persetujuan
trersendiri agar tidak rumah sakit untuk Edelweisss dan dari instansi RSI UNISMA
tercampur dengan menyediakan almari tidak tercampur
alkes khusus obat-obatan. dengan alkes.
2. Sarana dan prasarana 2. Memberikan label 2. Perawat ruangan
kesehatan yang khusus obat-obatan memastikan obat
dimiliki ruangan memiliki nama, warna, terlabel dan
kurang lengkap dan bentuk yang mirip atau tersentralisasi
49

belum terpakai secara obat golongan LASA dengan benar.


optimal
3. Selama ini belum ada
pelabelan khusus
untuk membedakan
obat dalam bentuk,
nama dan warna
kemasan sama.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaksanan kegiatan praktek manajemen di Ruangan Edelweiss
RSI Unisma Malang dimulai pada tanggal 26 Agustus-2 September 2020.
Kelompok melakukan pengkajian selama satu minggu dari tanggal 26 s/d 1
September 2020 kemudian data diolah/analisa dan merumuskan masalah
dimana kelompok menemukan beberapa masalah yang perlu diintervensi.
Dari masalah – masalah tersebut kelompok sudah melakukan intervensi
yaitu :
1. Melakukan perencanaaan untuk pengadaan almari khusus obat.
2. Memberikan saran pada pihak perawat untuk menggunakan label
obat yang memiliki nama, warna, bentuk yang mirip atau obat golongan
LASA. Selama ini sudah dilakukan sentralisasi obat, mulai dari resep
dokter kemudian obat ditebus oleh keluarga pasien dan langsung
diberikan pada perawat untuk disimpan pada loker obat sesuai nama
pasien di ruang nurse station.
3.
B. Saran

1. Pihak Rumah Sakit


Menindak lanjuti rekomendasi untuk kelengkapan sarana prasarana di
ruangan Edelweiss RSI Unisma Malang.
2. Pihak perawat ruangan
a. Perawat ruang Edelweiss melaksanakan pendokumentasian dengan
baik dan benar demi terpenuhinya kebutuhan pasien
b. Perawat dapat memberikan KIE atau penyuluhan kesehatan secara
berkala dengan memanfaatkan leaflet pendidikan kesehatan dan
discharge planning di ruangan Edelweiss.
c. Mengadakan pendidikan kesehatan secara rutin dan terjadwal
terhadap klien dan anggota keluarga dalam rangka mengoptimalkan
mutu asuhan keperawatan yang di berikan.

50
51

d. Tetap mensosialisasikan slogan anjuran cuci tangan yang telah


ditempelkan dan mempertegas peraturan rumah sakit pada klien dan
anggota keluarga.
e. Aturan tentang Jam kunjung klien dan pengunjung di perhatikan lagi
f. Seluruh warga rumah sakit (tenaga medis dan non medis, pasien dan
keluarga pasien) menjaga fasilitas yang sudah disediakan oleh RS.

Anda mungkin juga menyukai