MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG TERATAI RSI JEMURSARI
Fasilitator:
Imamatul Faizah, S.Kep., Ns., M.Tr.Kep
Nunik Purwanti, S.Kep., Ns., M.Kep
Pembimbing Akademik dan Kepala Ruangan Rawat Inap Teratai, Rumah Sakit
Islam Jemursari Surabaya.
1. Imamatul Faizah, S.Kep., Ns., M.Tr.Kep Pembimbing
Akademik
Mengetahui,
PJMK Manajemen Keperawatan
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model yang
diaplikasikan di ruang Teratai RSI Jemursari Surabaya
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan
model MAKP di ruang Teratai RSI Jemursari Surabaya
c. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi
2. Bagi Perawat
a. Melalui praktik manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-masalah
yang ada di ruangan Teratai RSI Jemursari Surabaya yang berkaitan
dengan pelaksanaan MAKP.
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Agar mencapai hasil yang baik, ada beberapa faktor yang perlu dimiliki
oleh orang- orang yang memimpin dalam tiap level manajerial tersebut.
Faktor-faktor tersebut adalah : kemampuan menerapkan pengetahuan, ket-
rampilan kepemimpinan, kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin,
dan kemampuan melaksanakan fungsi manajemen.
2. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen Asuhan Keperawatan adalah suatu proses keperawatan yg
menggunakan konsep-konsep manajemen di dalamnya seperti : perencanaan,
pengorganisasan, implementasi, pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan
keperawatan ini menekankan pada penggunaan proses keperawatan dan hal ini
melekat pada diri seorang perawat. Setiap perawat dalam melaksanakan tu-
gasnya harus menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan pasien.
Proses Keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yg
menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat sesuai
yang dibutuhkan pasien. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahapan yaitu :
pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, imple-
mentasi dan evaluasi (Nursalam, 2015).
Menurut Keliat dalam Mugianti (2016) manajemen asuhan keperawatan
yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan meru-
pakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan
dengan menggunakan metode proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
klien atau menyelesaikan masalah klien.
a. Definisi MAKP
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah sistem yang
meliputi struktur, proses dan nilai-nilai profesional yang memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk ling-
kungan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut (Herlam-
bang, 2012).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses, dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Sitorus, 2011).
b. Tujuan MAKP
Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan melalui penataan sistem pem-
berian asuhan keperawatan baik struktur, proses dan nilai-nilai yang diyakini
dalam pemberian asuhan keperawatan.
c. Model MAKP
Berikut ini akandijelaskan beberapa metode yang digunakan dan bentuk
struktur pengorganisasian kerja yang digunakan supaya efektif dan efisien.
1) Fungsional
a) Definisi
Menurut Mugianti (2016) metode fungsional yaitu pengorganisasian
tugas keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis
pekerjaan yang dilakukan. Contoh: Perawat A tugasnya menyuntik, dan
perawat B melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital serta penyuapi
pasien.dan Perawat C bertugas untuk merawat luka. Metode penugasan
fungsional merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang
menekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur (Sitorus, 2011).
Prioritas utama metode ini adalah pemenuhan kebutuhan fisik sehingga
kurang memperhatikan kebutuhan manusia secara holistik dan komprehen-
sif.
b) Struktur MAKP Fungsional
Menurut Mugianti (2016) struktur organisasi dalam MAKP fungsional
sebagai berikut.
3) Kasus
a) Definisi
Metode kasus disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang
merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat ber-
tanggung jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam
waktu 8-12 jam setiap shift.Metode kasus merupakan metode pemberian
asuhan yang pertama digunakan.
Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan
kepada seorang pasien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah
pasien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan
perawat itu dan kompleksnya kebutuhan pasien (Sitorus, 2011).
Model ini sangat sesuai digunakan di ruang rawat khusus seperti ruang
perawatan intentif, misalnya: ruang ICCU, ICU, HCU, hemodialisis, dll.
b) Struktur MAKP Kasus
Menurut Mugianti (2016) keuntungan dan kerugian dalam MAKP ka-
sus sebagai berikut.
6) Modular
a) Definisi
Menurut Mugianti (2016) MAKP Modular yaitu pengorganisasian pe-
layanan atau asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional
dan non profesional (perawat trampil) untuk sekelompok klien dari mulai
masuk rumah sakit sampai pulang, disebut tanggung jawab total atau kese-
luruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan,
trampil dan memiliki kemampuan memimpin.Idealnya 2 - 3 perawat untuk
8 - 12 klien.
G. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang mengerjakan apa
yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya (Truman dalam Gillies, 1996).
Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan mempengaruhi orang lain
untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuann-
ya (Sullivan & Decleur, 1989). Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk
mempengaruhi anggota kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan yang
ditentukan (Baily, Lancoster & Lancoster, 1989). Kepemimpinan adalah sebuah
hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk
mempengaruhi perilaku pihak lain yang didasarkan pada perbedaan kekuasaan
antara pihak-pihak tersebut (Gillies, 1996). Sedangkan menurut Ngalim Purwanto
(1993: 26). "Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan
kelompok orang- orang tertentu, biasanya melalui 'human relations' dan motivasi
yang tepat, sehingga tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerja sama dan mem-
banting tulang memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-
tujuanorganisasi".
Dari beberapa pengertian kepemimpinan tersebut dapat kita ambil kesimpulan
bahwa ada kata kunci yang bisa kita ambil dari pengertian di atas yaitu kemam-
puan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sebagai pengikutnya. Rumusan
komponen yang ada dalam kepemimpinan ada empat aspe , yaitu: 1) Leader, 2)
Pengikut, 3) tujuan, dan 4) situasi dan komunikasi.
H. Syarat Pemimpin
Pemimpin yang handal harus mempunyai syarat-syarat (karakteristik) tertentu
yang menujukkan kecakapan ada 3 syarat pemimpin yaitu : kekuasaan,
kewibawaan, dan kemampuan.
1. Kekuasaan
Merupakan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk
memimpin suatu kelompok
2. Kewibawaan
Merupakan kelebihan, keunggulan yang dimiliki seseorang yang membuat
orang lain bersedia melakukan perbuatan tertentu.
3. Kemampuan
Merupakan segala kesanggupan, kecakapan yang dianggap melebihi
kemampuan anggota kelompok lainnya.
I. Peran Pemimpin
Pemimpin memiliki peran sebagai beriku:
1. Interpersonal Role
Peranan yang berkaitan dengan hubungan antar pribadi
2. Informational Role
Peranan yang berhubungan dengan informasi, baik informasi yang diterima
maupun harus disampaikan
3. Decisional Role
Peranan terkait dengan pembuatan keputusan.
J. Azaz-Azaz Kepemimpinan
Azas kepemimpinan anatara lain
1. AzasKemanusian
Memperhatikan bawahan dan memandang bawahan sebagai manusia
2. AzasEfisiensi
Dengan sumber dayayang terbatas, pemimpin dapat mengefisienkan
untuk kepentingan kelompoknya
3. Azas kesejahteraan yang lebihmerata
Pemimpin berusaha mengurangi kesenjangan dan konflik yang dapat
mengganggu jalannya organisasi.
K. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan menurut (Mugianti 2016) :
1. Memandu, menuntun, membimbing, memotivasi
2. Menjadlin komunikasi yang baik
3. Mengorganisasi, mengawasi, dan membawa organisasinya pada tujuan yang
telah ditetapkan.
Lebih tepatnya seorang pemimpin harus mampu menjadi contoh peran bagi yang
lainnya dan mampu menempatkan dirinya seperti sosok Ki Hajar Dewantoro.
Fungsi kepemimpinan yang bisa kita contoh dari Ki Hajar Dewantro :
1. Ing Ngarso Sung Tulodho ketika di depan memberikan contoh
2. Ing Madya Mbangun Karso ketika berada di tengah bersama sama
menyelesaikan tugas
3. Tut Wuri Handayani ketika berada dibelakang mampu memberikan dorongan
dan motivasi.
L. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan menurut (Mugianti, 2016) merupakan cara seseorang
memanfaatkan kekuatan yang tersedia untuk memimpin orang lain setiap
pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda ada 3 faktor yang menjadi
kunci gaya kepemimpinan seseorang yang merupakan faktor yang saling
melengkapi dan mempengaruhi satu sama lannya, yaitu : pemimpin itu sendiri,
orang yag dipimpin dan situasi, seperti gambar dibawah ini :
E. Discharge Planning
1. Definisi
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem
perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan pasien secara berkelanjutan
dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga
menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber
yang tepat dengan harga terjangkau (Doengos & Moorhouse dalam Setiadi, 2016).
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemu-
dahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan
sesudah pulang. Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim
kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien
melakukan keperawatan mandiri dirumah. Perencanaan pulang didapatkan dari
proses interaksi ketika keperawatan profesional, pasien, dan keluarga berko-
laborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diper-
lukan oleh pasien saat perencanaan harus berpusat pada masalah pasien yaitu
pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta keperawatan rutin yang sebenarnya
(Swenberg, 2000 dalam Nursalam 2015).
2. Tujuan Discharge Planning
Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik un-
tuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Carpenito,
1999 dalam Rahmi, 2011). Tindakan ini juga bertujuan memberikan pelayanan
terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan
komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif.
Discharge planning merupakan kolaborasi antara keperawatan, pasien dan
keluarga pasca rawat inap, yang bertujuan untuk menyiapkan kemandirian pasien
dan keluarga secara fisik, psikologis, sosial, pengetahuan, keterampilan perawatan
dan sistim rujukan berkelanjutan. Hal tersebut dilaksanakan untuk mengurangi
kekambuhan, serta menukar informasi antara pasien sebagai penerima layanan
dengan perawat selama rawat inap sampai keluar dari rumah sakit (Nursalam,
2016).
Perencanaan pulang
2. Tujuan
Tujuan supervisi keperawatan adalah sebagai berikut: (Sitorus, 2011)
a. Memperhatikan anggota unit organisasi disamping itu area kerja dan pekerjaan
itu sendiri.
b. Memperhatikan rencana, kegiatan dan evaluasi dari pekerjaannya.
c. Meningkatkan kemampuan individu melalui orientasi, latihan dan bimbingan
individu sesuai kebutuhannya serta mengarahkan kepada kemampuan ket-
erampilan keperawatan.
d. Mengusahakan lingkungan dan kondisi kerja seoptimal mungkin termasuk
suasana kerja diantara staf, dan memfasilitasi penyediaan alat-alat yang dibu-
tuhkan baik kuantitas maupun kualitas sehingga memudahkan untuk
melaksanakan tugas. Lingkungan kerja harus diupayakan agar staf merasa
bebas untuk melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan staf.
e. Meningkatan standar klinis dan kualitas perawatan pasien Meningkatan
dukungan dan kesejahteraan pribadi
f. Peningkatan kepercayaan diri, insiden penurunan ketegangan emosional
g. Staf tinggi moral dan kepuasan mengarah ke penurunan staf sakit/absen,
meningkatkan kepuasan staf
h. Belajar melalui pengalaman dan terlibat dalam praktik reflektif diskusi klinis,
menjelajahi intervensi dan pengetahuan perawat yang disupervisi dan ket-
erampilan.
i. Dukungan emosional, mencoba untuk membantu yang berhubungan dengan
stres yang melayani pelayanan.
j. Pengembangan profesional, menjelajahi dengan perawat yang disupervisi un-
tuk dasar pengetahuan dan pengembangan keterampilan
3. Manfaat
Manfaat supervisi yaitu dengan supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja
dan efisiensi kerja.Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan pen-
ingkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hub-
ungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan. Pening-
katan efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan
yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sa-
rana) yang sia-sia akan dapat dicegah (Siagian, 2009).
4. Cara Supervisi
Cara melakukan supervisi dapat berupa supervisi langsung dan tidak langsung
a. Supervisi langsung. Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung. Pada supervisi modern diharapkan supervisor terlibat dalam
kegiatan agar pembimbing dan pengarahan serta pemberian petunjuk tidak
dirasakan sebagai perintah.
b. Supervisi tidak langsung. Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis maupun
lisan. Supervisor tidak melihat kejadian dilapangan sehingga mungkin terjadi
kesenjangan fakta
G. Conference
1. Definisi
Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahas hal-hal yang telah
dilakukan pada praktik klinik atau lapangan, tingkat pencapaian tujuan praktik
klinik hari tersebut, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta kejadian
lain yang tidak direncanakan, termasuk kejadian kegawatan klien yang harus
dihadapi peserta didik.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. Konferensi sebaiknya dilakukan di
tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
2. Klasifikasi
a. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi ka tim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ket-
ua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu
orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan penanggung ja-
wab tim.
b. Post conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post confer-
ence adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim.
3. Tujuan
Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah
secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gam-
baran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun
rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian
asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan peru-
bahan non kognitif. Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan
keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi
bagi pemberi asuhan.
a. Tujuan pre conference adalah :
1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil.
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan.
3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien.
b. Tujuan post conference adalah :
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.
4. Pelaksanaan
Menurut Sitorus (2011) menjelaskan panduan bagi PP dalam melakukan kon-
ferensi adalah sebagai berikut:
a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas
pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
b. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing-
masing.
c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam. Hal hal yang
disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
1) Keluhan utama klien
2) Keluhan klien
3) TTV dan kesadaran
4) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
5) Masalah keperawatan
6) Rencana keperawatan hari ini.
7) Perubahan keadaan terapi medis.
8) Rencana medis.
d. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang
masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
1) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan
2) Ketepatan pemberian infuse
3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
4) Ketepatan pemberian obat / injeksi
5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
6) Ketepatan dokumentasi
7) Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
8) Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kema-
juan masing-masing perawatan asosiet
9) Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat
diselesaikan
H. Dokumentasi Keperawatan
Kegiatan dokumentasi dilakasanakan pada minggu ke I-II untuk uji coba dan
aplikasi dilaksanakan minggu ke III-IV. Secara garis besar model pendokumenta-
sian PIE meliputi:
1. Pengkajian keperawatan
Analisa data, kriteia – LARB: Lengkap, Akurat, Relevan dan Baru.
Pengelompokan data, Kriteria:
a. Data biologis: Hasil dari (1) observasi tanda-tanda vital dan Pemeriksaan
fisik melalui IPPA-Inspeksi, Perkusi, Palpasi, Auskultasi; (2) pemeriksaan
diagnostic/ penunjang; laboratorium dan foto.
b. Data psikologis, sosial dan spiritual melalui wawancara dan observasi.
c. Format pengkajian data awal menggunakan model ROS (Review of Sys-
tem) yang meliputi data demografi pasien, riwayat keperawatan, observasi
dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang/ diagnostik.
2. Diagnostik Keperawatan
Kriteria:
a. Status kesehatan dibandingkan dengan norma untuk menentukan kesen-
jangan.
b. Diagnostik keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemeriksaan pasien.
c. Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang perawat.
d. Komponen diagnosis terdiri atas P-E-S.
3. Perencanaan
Komponen perencanaan keperawatan terdiri atas :
a. Prioritas masalah
Kriteria:
1) Masalah yang mengamcam kehidupan merupakan prioritas utama.
2) Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan prioritas
kedua.
3) Masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.
b. Tujuan asuhan keperawatan, memenuhi syarat-SMART
Kriteria (NOC-Nursing Outcome Criteria) disesuaikan standar pen-
capaian:
1) Tujuan dirumuskan secara singkat.
2) Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan.
3) Spesifik pada diagnosis keperawatan.
4) Dapat diukur.
5) Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
6) Adanya target waktu pencapaian.
c. Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nursing Intervention Classifica-
tion) yang telah ditetapkan oleh Instansi Pelayanan setempat. Jenis rencana
tindakan keperawatan mengandung 3 komponen, meliputi DET tindakan
keperawatan:
1) Diagnosis/ Observasi
2) Edukasi (HE)
3) Tindakan-independen, dependen dan interdependen
Kriteria :
a) Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
b) Merupakan alternatif tindakan secara tepat
c) Melibatkan pasien/ keluarga
d) Mempertimbangkan latar belakang social budaya pasien/ keluarga
e) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku
f) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
g) Disusun dengan mempertimbangkan lingkungan, sumber daya dan
fasilitas yang ada
h) Harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas dan penulisan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
i) Menggunakan formulir yang baku
j) Intervensi/ implementasi Keperawatan
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal yang
mencakup aspek peningkatan, pemeriksaan dan pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarga.Intervensi keperawatan berorientasi pada
15 komponen dasar keperawatan yang dikembangkan dengan prosedur teknis
perawatan.
Kriteria:
a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
b. Mengamati keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien
c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien/ keluarga
d. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
e. Menggunakan sumber daya yang ada
f. Menunjukkan sikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan pasien/
keluarga
g. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan
h. Menerapkan prinsip-prinsip aseptik dan antiseptik
i. Menerapkan etika keperawatan
j. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan
keselamatan pasien
k. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien
l. Merujuk dengan segera terhadap masalah yang mengancam keselamatan
pasien
m. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
n. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan
o. Melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur teknis yang telah diten-
tukan
5. Evaluasi
Dikakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai
perkembangan pasien setelah tindakan keperawatan.Kriteria:
a. Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
b. Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan fisiologis dan tingkah laku
pasien
c. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk diambil tindakan se-
lanjutnya
d. Evaluasi melibatkan klien dan tim kesehatan lain
e. Evaluasi dilakukan dengan standar (tujuan yang ingin dicapai dan standar
praktik keperawatan)
Komponen Evaluasi mencakup aspek: K-A-P-P (kognitif-afektif-
psikomotor-perubahan biologis) yang meliputi:
a. Kognitif (Pengetahuan klien tentang penyakit dan tindakan).
b. Afektif (Sikap) klien terhadap tindakan yang dilakukan.
c. Psikomotor (Tindakan/ perilaku) klien dalam upaya penyembuhan.
Perubahan Biologis (tanda vital, sistem, dan imunologi).
BAB 3
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
Koordinator Ruangan CE
Nailiyatul Fitriyah, S.Kep., Ners Fatimatul Lutfi, Amd.Kep
Faradisah Dwi Okt, S.Kep.,Ners
Sinta Rohmawati, Amd.Kep
Tingkat Masa
No Nama Jenis Jabatan Pelatihan
Pendidikan Kerja
1. Nailiyatul S1 Keperwa- 16 th Pegawai Kepala a. Pelatihan CE
Fitriyah tan Ners tetap Ruangan b. Wound Manajemen
c. Current, chellenges &
issues
d. Penanganan kegawat-
daruratan neuro cardio
vaskular serta senam
jantung dewasa
e. Empowering Nursing
Care
f. Trend Keperawatan
Komunitas, Keluarga
& Gerontik
g. Pelatihan pencegahan
infeksi nosokonial
2014
h. Penanganan pasien
PGK
i. Pelatihan PPNI (in-
house training)2016
j. PPGD 2017
k. Pelatihan manajemen
bangsal (ekstern train-
ing) 2018
l. Pelatihan plebotomy
(inhouse training)
2018
m. Seminar & TOT PPNI
2018
n. Inhouse training EWS-
BLA-CODE BLUE
o. Pelatihan Preseptor-
ship 2019
p. Inhouse training PPI
2019
No Nama Tingkat Masa Jenis Jabatan Pelatihan
Pendidikan Kerja
2. Faradisah S1 Keperwa- 6 th Pega- CI, a. BTCLS
Dwi tan Ners wai PJ b. GELS/PPGD
Oktafiani tetap shif c. Pencegahan infeksi
Nosokomial
d. Pelatihan plebotomy
2016
e. Pelatihan TOT pem-
berian infuse Therapy
f. Inhouse Training
WWS-BLS-CODE
BLUE 2019
g. Pelatihan preseptorship
2019
h. Inhouse training PPI
2019
b. Tenaga non-keperawatan
Tabel 3.2 Tenaga Non Keperawatan di Ruang Teratai RSI
Surabaya
No Nama Pendidikan Masa Kerja Jabatan
1. Yudi Har- SMK 12 th Helper
yanto
A. Struktur Organisasi
Ruang teratai RSI Jemursari Surabaya dipimpin oleh 1 kepala ruangan, 4 ket-
ua tim, 21 perawat dan 1 pekarya.
Brdasarkan jumlahnya
Jumlah perawat di ruang teratai : 10 orang s1 keperawatan, 16 orang D3
keperawatan, dan 1 orang SMK. Pengaturan ketenagaan berdasarkan jumlah
tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan tingkat ketergan-
tungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga ke-
lompok yaitu :
a. Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam
b. Perawatan intermediet memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam
c. Perawatan maksimal/ total memerlukan waktu waktu 5-6 jam/24 jam
Untuk menentukan tingkat kriteria ketergatungan pasien, kelompok menggunakan
Orem yaitu teori self care deficit, sedangkan untuk mengetahui jumlah tenaga
yang dibutuhkan menggunakan perhitungan tenaga menurut Douglas.
Kebutuhan Tenaga Perawat Sesuai Tingkat Ketergantungan Pasien Ruang Teratai
Berdasarkan data yang dikaji dari bulan januari 2021 didapatkan hasil sebagai
berikut:
a. Ruangan Keseluruhan Pada Bulan januari 2021 Tingkat Ketergantungan
Pasien Dan Kebutuhan Tenaga Perawat
b. Tingkat ketergantungan pasien di ruangan teratai dinilai dengan
menggunakan istrument penilaian ketergantungan menurut orem : Total,
parsial, dan minimal care (Nursalam,2012)
Berdasarkan data yang dikaji pada bulan januari 2021 didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah PAGI SORE MALAM
ketergan- Pasien
tungan
Minimal 0 0x0,17=0 0x0,14= 0 0x0,07= 0
Parsial 13 13x0,27= 13x0,15=1.9 13x0,10= 1,3
3.51 5
Total 26 26x0,36= 26x0,30= 7.8 26x0,20= 5.2
9,36
Jumlah 39 12.87 9.75 6.5
13 orang 10 orang 7 orang
Total Tenaga Perawat :
Pagi : 13 orang
Sore : 10 orang
Malam : 7 orang
Total Perawat : 34orang
Prosentase 99,3%
d. klasifikasi
Di ruangan teratai sudah menerapkan model MAKP moduler atau MAKP
primer pemula, 24 perawa tdan 15 tenaga medis yang dapat menangani
seluruh pasien dan masa kerja yang terbilang cukup lama kurang lebihsekitar
15 tahun bekerja di Ruang Teratai RSI Surabaya, tetapi dalam ruangan
terataimemiliki keterbatasan jumlah tenaga medis yang tersedia tidak
seimbang dengan tingkat ketergantungan pasien dalam ruangan teratai. Dokter
tamu terlalubanyak dibandingkan dokter tetap yang tersedia di ruangan teratai,
maka jika adahal darurat tenaga keperawatan tidak memiliki dokter tetap yang
siap siaga dalam keadaan darurat, akan adanya tuntutan tinggi dari masyarakat
untuk pelayanan yang lebih baik, dan akan semakin tinggi kesadaran
masyarakat akanhukum jika para tenaga keperawatan dan tenaga medis
teledor akan keselamatan pasien, tetapi dengan adanya kesempatan untuk
tenaga medis dan tenagakeperawatan melanjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi dan kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat, maka
banyaknya dokter tamu yang ada di ruangan teratai, para tenaga keperawatan
akan tetap siaga dalam mengatasi kondisi pasien yang ada di ruangan teratai
dengan mengkondisikan jadwal jaga pada pagi, siang, dan malam. Lalu
dengan adanya program akreditasi RS dari pemerintah maka MAKP merupa-
kan salah satu penilaiannya.
2. M2 (MATERIAL)
a. Lokasi Dan Denah Ruangan
a) Lokasi Ruangan
Ruang Teratai terletak di lantai 2
Utara : Berbatasan dengan IBS
Timur : Berbatasan dengan ICU
Selatan: Berbatasan dengan UNUSA Kampus B
Barat : Berbatasan dengan Ruang Dahlia.
b) Denah Ruangan
U
R. IBS
B T
S
Kamar R. Pantry
mandi K. 205
K. 221 K. 220 K. 219 K. 218 K. 217 Spoel Hoek R. Operasi Anter K. 204 K. 203 K. 202 K. 201
2TT 2 TT 2TT 1 TT oom 1 TT 2TT 2TT 2TT
R. Dokter Ns. Station
R. R.
Dahli ICU
a
R. Injeksi R. KARU
K. 216 K. 215 K. 214 K. 213 K. 212 K. 211 R. APD K. 210 K. 209 K. 208 K. 207 K. 206
2TT 2TT 2TT 2TT 2TT 2TT R. Gudang/ 5TT 2TT 2TT 2TT 2TT
Alkes R. Linen
UNUSA KAMPUS B
Selama masa pandemic Covid-19 ruang mahasiswa difungsikan sebagai ruang
pemakaian APD, untuk pelepasan APD dilakukan diruang anteroom.
Di ruang teratai saat ini menjadi ruangan full isolasi dan menggunakan model
asuhan keperawatan profesional (MAKP) yaitu tim namun masih belum ada pebagian
pasien kelolaan setiap perawat dan sudah berjalan selama 3 minggu. Timbang terima
menggunakan metode SBAR dan dilakukan setiap pergantian shift. Ronde
keperawatan di ruang teatai belum pernah dilakukan tetapi perawat di ruangan sudah
mengetahui ronde keperawatan. Itu sendiri. Sentralisasi obat di ruang teraatai
menggunakan sistem UDD baik itu pasien umum dan BPJS. Saat pemesanan obat ke
depo farmasi melalui e-resep. Supervisi sudah dilakukan dengan baik dan dilakukan
oleh kepala ruangan. Discharge planning di ruang teratai dilakukan saat pasien pulang
dan pemberian HE serta leaflet. Sistem pendokumentassian yang digunakan saat ini
yaitu SOAP pada lembar CPT dan dalam bentuk SBAR pada lembar intervensi.
Ruangan Teratai tidak memiliki visi, misi, motto dan berpedoman terhadap visi,misi,
motto rumah sakit.
Tuntutan yang besar serta persaingan antara rumah sakit satu dengan yang lainnya
menjadi ancaman terbesar bagi suatu instansi kesehatan, klien menuntut perawatan
yang lebih baik dan cenderung mencari instansi yang mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal, hal ini merupakan sebuah ancaman besar dalam persaingan
pelayanan kesehatan, ditambah lagi dengan kemajuan teknoligi saat ini yang
memudahkan masyarakat dalam mencari pelayananan kesehatan yang terbaik
disekitar mereka.
M4 (Money)
Hasil pengkajian dan wawancara pada 11Januari 2021 di ruang teratai didapatkan
mengenai pengelolaan keuangan diruangan teratai sampai saat ini mengikuti
pengelolaan keuangan rumah sakit, insentif dan gaji perawat dari pihak rumah sakit
selalu dibayar tepat waktu. Sistem gaji dan insentif yang di dapatkan oleh perawat di
ruang teratai setiap bulannya yaitu tergantung dari jumlah pasien yang dirawat, dan
perwat juga tidak memiliki tambahan pendapatan yang diterima.
Pendapatan ruang teratai yaitu bersumber dari biaya pasien selama dirawat di
ruang teratai, baik menggunakan dana pribadi pasien maupun dari BPJS, asuransi dan
perusahaan yang bekerja sama dengan RSI Surabaya.
Sumber pendapatan ruangan yang berasal dari biaya yang dikeluarkan pasien
selama dirawat di ruanganTeratai perinciannya adalah sebagai berikut :
a) Tarif Ruangan
Tabel 3.13 Tarif rawat inap di ruang teratai RSI Jemursari Tahun 2021
Kelas Nama Fasilitas Tarif (Rp)
Kamar kamar
VIP Ruang a. Bed pasien 1 Rp. 1.000.000
Teratai b. Kulkas pasien 1
c. Bedside 1
d. Tv 1
e. Sofa dan meja 1
f. Jemura 1
g. Bancik/trap 1
h. Standar infus 1
ISOLASI Ruang a. Bed pasien 2 Rp. 750.000
Teratai b. Kursi 2
c. Bedside 2
d. Tv 1
e. Ac 1
f. Bancik/trap 1
g. Standar infus 1
Sumber Data: Wawancara Bulan Januari 2021
b) Tarif Dokter Visite
Tabel 3.14 Tarif dokter visite di ruang teratai RSI Jemursari Tahun 2020
Visite Pasien Dokter Tarif
Dewasa VIP Rp. 200.00
Isolasi Rp. 175.000
Sumber Data: Wawancara Bulan Januari 2021
c) Tarif Sewa Alat dan tindakan
Tabel 3.15 Tarif sewa alat di ruang teratai RSI Jemursari Tahun 2020
No. Jasa Tindakan Tarif
1. ECG Rp. 90.000
2. Injeksi Rp. 30.000
3. Kumbah lambung Rp. 90.000
4. Kumbah lambung (GC)+mandi+keramas Rp. 230.000
5. Lepas katether Rp. 30.000
6. Makan/minum personde Rp. 30.000
7. Pasang katether Rp. 50.000
8. Pasang infus dewasa Rp. 40.000
9. Pasang infus anak Rp. 60.000
10. Perawatan colostomy Rp. 90.000
11. Perawatan tracheostomy Rp. 60.000
12. Perawatan jenazah Rp. 60.000
13. Rawat luka khusus Rp. 90.000
14. Skintest Rp. 30.000
15. Tranfusi Rp. 30.000
16. Lepas WSD/bullowdrain Rp. 200.000
17. Rawat luka ringan Rp. 100.000
18. Rawat luka sedang Rp. 250.000
19. Syringepump/infusepump Rp. 110.000
20. Suction Rp. 70.000
21. Tensi monitor (electric) Rp. 70.000
22. WSD (bullowdrain) Rp. 130.000
23. Ambubag Rp. 50.000
24. Foto therapy/24 jam Rp. 220.000
25. GDA Rp. 40.000
26. Matras decubitus Rp. 130.000
27. Monitor EKG Rp. 360.000
28. O2 ventilator Rp. 170.000
29. Oksigen (O2)/hari Rp. 100.000
30. Oksigen/2L/mnt/jam Rp. 40.000
Sumber Data :Wawancara Bulan Januari 2021
d) Tarif jasa da jasa tindakan
Tabel 3.16 Tarif Tindakan Di Ruang Teratai RSI Jemursari Tahun 2021
No. Jasa Tindakan Tarif
1. Asisten Operasi
Kecil Rp. 100.000
Sedang Rp. 200.000
Besar Rp. 300.000
Khusus Rp. 400.000
2. Injeksi IV/SC/SkinTest Rp 25.000
3. Katether Rp. 20.000
4. Kumbah lambung Rp. 50.000
5. Lavemen Rp. 25.000
6. Makan dan minum personde Rp. 20.000
7. Memasukkan obat jantung (streptase/ citostatika) Rp. 100.000
8. Merujuk pasien dalam kota Rp. 30.000
9. Mengantar pasien luar kota/hari Rp. 110.000
10. Pemasangan Traksi Rp. 75.000
11. Perawatan Luka
Kecil Rp. 20.000
Sedang Rp. 30.000
Besar Rp. 50.000
12. Perawatan luka bakar grade II
Kecil Rp. 150.000
Sedang Rp. 200.000
Besar Rp. 250.000
13. Perawatan Minimal Rp. 40.000
14. Perawatan Parsial Rp. 50.000
15. Perawatan Total Rp. 60.000
16. Perawatan Khusus Rp. 200.000
17. Perawatan jenazah Rp. 30.000
18. Sonde Rp. 30.000
19. Transfusi bollus Rp. 20.000
20. Transfusi tukar Rp. 150.000
21. Regulasi insulin Rp. 25.000
22. RJPO/ resusitasi Rp. 50.000
Sumber Data:Wawancara Bulan Januari 2021
Ruang Teratai RSJemursariSurabaya memiliki kelebihan, kekurangan, ancaman dan
kesempatan dari M4 (Money), yaitu pada kelebihan di ruang Teratai RS Jemursari-
Surabaya mendapatkan tunjangan tiap bulan, dana fasilitas yang di miliki oleh ru-
angan diperoleh dari RS, setiap perawat mendapat pendapatan jasa pelayanan dari Rs
dan sistem administrasi sudah menggunakan komputerisasi. Selanjutnya kekurangan
yang dimiliki oleh ruang Teratai yaitu pada sistem pengelolaan keuangan di ruangan
sampai saat ini masih mengikuti pengelolaan keuangan dari Rumah Sakit, sistem gaji
dan insentif yang di terima oleh perawat setiap bulannya yaitu tergantung dari jumlah
banyaknya pasien yang dirawat, dan di Ruang Teratai tidak memiliki tambahan pen-
dapatan namun gaji dan insentif yang di dapatkan selalu tepat waktu. Selanjutnya pa-
da ancaman di Ruang Teratai yaitu adanya tuntutan dari masyarakat akan pelayanan
administrasi yang cepat dan mudah dengan harga terjangkau, dan adanya persaingan
antar rumah sakit dalam memberikan pelayanan keperawatan. Untuk kesempatan
yang ada di Ruang Teratai yaitu sistem pembayaran yang di lakukan secara non tunai
dapat meningkatkanefektivitas administrasi dan meminimalkan waktu, dan dapat
menjadi tempat praktik mahasiswa S1 maupun Ners
E. M5 (Market)
1. Pemasaran
Pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RSI Jemursari Sura-
baya sebagian besar dari wilayah Surabaya, tetapi ada sebagian yang berasal dari luar
Surabaya atau luar kota. Usia pelanggan bervariasi, kisaran usia ± 20 tahun keatas.
Perawat di ruang teratai selalu memberikan media brosur, lembar pasien covid, ring-
kasan pulang yang diisi oleh dokter, e-kontrol, obat-obatan pada masa pandemi di-
jelaskan langsung oleh perawat. Perawat di ruang Teratai tidak memiliki tugas khusus
sebagai tim marketing untuk mencari konsumen.
2. Mutu Pelayanan Keperawatan
Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya telah menerapkan mutu perawatan
pasien, terdapat beberapa aspek penilaian penting yang terdapat didalamnya dian-
taranya :
a) Meningkatkan mutu pelayanan
Indikator peningkatan mutu pelayanan dapat dimulai dari beberapa aspek, an-
tara lain :
1) Dari data yang didapat selama Oktober-Desember 2020
Tabel 3.17 Jumlah Diagnosa Terbanyak Berdasarkan 10 Diagnosa Terbesar Di
Ruang Teratai Bulan Oktober-Desember 2020
No Nama Penyakit Oktober November Desember Total Persentase
1 Pneumonia Unspecified 26 26 20 72 18.4
2 Non-insulin-dependent diabetes 18 18 14 50 12.8
mellitus with multiple complica-
tions
3 Acute renal failure, unspecified 13 13 - 26 6.7
4 COVID-19, virus not identified 12 12 13 37 9.5
5 Essential (Primary) Hyperten- 11 11 - 22 5.6
sion
6 Anaemia in other chronic diseas- 10 10 - 20 5.1
es classified elsewhere
7 Cerebral infarction due to 9 9 - 18 4.6
thrombosis of cerebral arteries
8 Non-insulin-dependent diabetes 8 8 - 16 4.0
mellitus with coma
9 Coagulation defect, unspecified 8 8 21 37 9.5
10 Hypokalaemia 8 8 6 22 5.6
11 COVID-19, virus identified - - 30 30 7.7
12 Other viral pneumonia - - 17 17 4.4
13 Hypertensive heart disease with- - - 10 10 2.6
out (congestive) heart failure
14 Septicaemia, unspecified - - 8 8 2.0
15 Chronic renal failure, unspeci- - - 6 6 1.5
fied
391 100%
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
Analisa : Berdasarkan tabel diatas 10 diagnosa terbesar pada Bulan Oktober-
Desember 2020, diagnose terbanyak adalah pasien Pneumonia Unspecified sebanyak
72 pasien.
2) Dari data yang didapat selama Bulan Oktober-Desember 2020
Tabel 3.18 Jumlah Kasus Kematian Ruang Teratai Bulan Oktober-Desember 2020
No. Nama Dokter Diagnosa
1. Ny. L Dr. Dyah Sp.S Acute Stroke Tromboemboli +
DM Hiperglikemia + Hipotensi
2 Ny. L Dr. Dyah Sp.S Pneumonia Probable Covid+
Status Konvulsi + HT + DM
3 Tn. S Dr. Nur Aisah Sp.P CA Parumetastase + Pneumonia
+ Hepatoma
4 Tn. R Dr. Mulyadi Sp.P Pneumonia + TB + CHF +
Gangguan Faal Hati
5 Tn. M Dr. Nur Aisah Sp.P Efusi Pleura Sinistra Masif Susp
Keganasan
6 N. E Dr. Soedarsono Sp.P Pneumonia Susp Covid
7 Tn. S Dr. Nur Aisah Sp.P TB Paru, Destroyed Lung Paru S
DD Massa Paru
8 Tn. G Dr. Mulyadi, Sp.P + Dr. Pneumonia Bilateral + Suspek
Artaria, Sp.Pd-Kgh + Covid-alo ec ckd st v
Dr. Fanty,Sp.Jp + Dr.
Dayu, Sp.B 1x Belum
9 Tn. M Dr. Lea, Sp.Pd + Dr. Nur Pleuropneumonia + S. Efusi
Aisah, Sp.P + Dr. Dyah, Pleura D Pocketed Sepsis +
Sp.S + Dr. Wina 1x Septic Shock + Anemia +
Belum Hipoalbuminemia decubitus +
AHD
10 Ny. M Dr. Arimbi, Sp.P + Dr. DOC ec SAH
Hamdan, Dr. Teddy +
Dr. Fanty, Sp.Jp
11 Ny. M Dr. Nur Aisah, Sp.P Confirm Covid-19
12 Ny. I Dr. Arimbi, Sp.P + Dr. Confirm Covid-19
Artaria, Sp.PD + Dr.
Fanty, Sp.Jp
13 Ny. N Dr. Nur Aisah, Sp.P + Pneumonia, Probable Covid
Dr. Roetmia, Sp.PD DMAKI DD ACKD
Coagulopathy Impending Gagal
Napas
14 Tn. D Dr. Nur Aisah, Sp. P + Pneumonia Suspek Covid + DM
Dr. Danny, Sp. Pd Hiperglikemia
15 Tn. R Dr. Nur Aisah, Sp.P + Pneumonia + Suspek Covid
Dr. Abraham, Sp. Jp
16 Ny. M Dr. Mulyadi, Sp.P + Dr. Covid, Pneumonia
Fanty, Sp.Jp + Dr. Hypercoagulable State Hepatitis
Danny Sp.Pd Reaktif Hypokalaemia (Post
Koreksi)
17 Tn. S Dr Adyan, Sp.P + Dr. Confirmed Covid ec, Pnemonia
Artaria, Sp.PD + Dr. Bilateral
Budi, Sp.Jp
18 Tn. M Dr. Adyan, Sp.P + Dr. Pneumonia + Non Covid-19
Artaria, Sp.PD + Dr.
Abraham, Sp. Jp
19 Tn. S dr Adyan, Sp.P + Dr. Confirm Covid-19
Dyah, Sp.S + Dr. Fitri
20 Ny. M Dr. Mulyadi Sp.P + Dr. Covid-19 + Pneumonia
Abraham, Sp. Jp + Dr.
Artaria, Sp.PD
21 Tn. S Dr. Nur Aisah, Sp.P + Confirm Covid-19 + Pneumonia
Dr. Rerdin, Sp.Jp Riw Aritmia Coagulopathy HHD
22 Ny. S Dr. Arimbi, Sp.P + Dr. Covid-19 + DM + Pneumonia
Danny, Sp.Pd + Dr.
Budi, Sp.Jp
23 Tn. S R. Mulyadi Sp.P + Dr. Pneumonia Dmulcus Kaki Kiri
Roetmia, Sp.Pd + Dr.
Anton, Sp.B + Dr.
Abraham, Sp. Jp
24 Tn. B Dr. Mulyadi, Sp.P + Dr. Covid-19 + Pneumonia + DM
Danny, Sp.Pd + Dr.
Abraham, Sp. Jp
25 Ny. R Dr. Mulyadi, Sp.P + Dr. Covid-19 + Pneumonia + DM
Danny, Sp.Pd
26 Tn. K Dr. Nur Aisah Sp.P + Dr. S. Massa paru D Sepsis Anemia
Roetmia, Sp.Pd + Dr. DM hiperglikemi DCCKD
Abraham, Sp. Jp Anemia
27 Ny. M Dr. Mulyadi, Sp.P + Dr. Covid-19
Fanty, Sp.Jp
28 Ny. P Dr. Arimbi, Sp.P + Dr. Confirm Covid-19 + DM
Danny, Sp.Pd + Dr.
Abraham, Sp. Jp
29 Ny. E Dr. Arimbi, Sp.P + Dr. Covid-19, Pneumonia Bilateral,
Abraham, Sp.Jp Cardiomegali, HHD
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
Analisa : Menurut tabel diatas pada Bulan Oktober-Desember 2020 ada 29 orang
yang meninggal dunia.
3) Jumlah pasien dirujuk di Ruang Teratai bulan Oktober-Desember 2020
Tabel 3.19 Jumlah Pasien Yang Dirujuk Ruang Teratai Bulan Oktober-Desember
2020
No. Nama Diagnosa RS Rujukan
1. Ny. S Efusi Pleura Dekstra + S. SH + Batu RSUD Dr Soetomo
Ginjal Sinistra Multiple
2 Ny. N Anemia + Hematemesis + CH + RSUD Dr Soetomo
Ascites + Oedema Hipoalbumin
3 Tn. L HIV AIDS RSUD Dr Soetomo
4 Ny. S AIHA + CKD ST 4-5 + Anemia RSUD Dr Soetomo
Hearth Desease + Gastritis + DM
Type 2
5 Ny. M Covid-19 + Pneumonia RSUD Dr Soetomo
6 Nn. I Covid-19 RSUD Dr Soetomo
7 Sdr. H Pneuminia + Susp Covid-19 , HIV RSUD Dr Soetomo
8 Ny. I Covid-19 + Bronkitis + Dispepsia RSUD Dr Soetomo
9 Ny. S Penurunan Kesadaran E.C. Hipog- RSUD SDA
likemia + Pneumonia + Susp Covid-
19 + S. TB Paru + Riwayat DM
10 Tn. I Confirm Covid-19 + Coagulopathy RSUD Dr Soetomo
Asma Vertigo
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
Analisa : Menurut tabel diatas : pada Bulan Oktober-Desember 2020 terdapat 10
pasien yang dirujuk dengan alasan perlu perawatan lanjutan.
4) Jumlah pasien pulang APS (Atas Permintaan Sendiri) Ruang Teratai Bulan Ok-
tober-Desember 2020
Tabel 3.20 Jumlah pasien pulang paksa Ruang Teratai Oktober-Desember 2020
No. Nama Diagnosa Dokter
1. Ny. H TB Paru BTA + Pneumonia Dr Nur Aisah, Sp.P + Dr.
bilateral + Susp. Covid-19 + Roethmia, Sp.Pd
CKD DM Coagulopathy
transaminitis Anemia
2. Ny. E Confirm Covid-19 Dr.Nur Aisah, Sp.P + Dr.
Rerdin, Sp.Jp
3. An. O Confirm Covid-19 + Dr. Lini, Sp.A
Pneumonia
4. Tn. A Confirm Covid-19 Dr. Nur Aisah, Sp.P + Dr.
Rerdin, Sp.Jp
5. Tn. M Confirm Covid-19 Dr. Nur Aisah, Sp.P + Dr.
Abraham, Sp. Jp
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
5) Jumlah kunjungan berdasarkan kelompok penyakit yang dirawat di Ruang Tera-
tai Bulan Oktober-Desember 2021
Tabel 3.21 Jumlah kunjungan berdasarkan kelompok penyakit yang dirawat di
Ruang Teratai Bulan Oktober-Desember 2020
No. Kelompok Penyakit Oktober November Desember
1. Paru 19 39 47
2. Cardiologi 13 18 12
3. Syaraf 14 5 3
4. Bedah Umum 4 2 1
5. Urologi 1 2 1
6. Anak 1 1 2
7. Bedah TKV 1 1 -
8. Bedah Syaraf 1 - -
Total 54 68 66
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
Analisa: Jumlah kunjungan pasien pada bulan Oktober-Desember 2020
terbanyak menurut spesialis adalah Paru.
6) Sepuluh kasus/spesialis terbesar di Ruang Teratai Bulan Oktober-Desember 2020
Tabel 3.22 Sepuluh kasus/spesialis terbesar di Ruang Teratai Bulan Oktober-
Desember 2020
No. Kelompok Pen- Oktober November Desember Total
yakit
1. Paru 50 326 482 858
2. Jantung 6 108 57 171
3. Penyakit dalam 37 - 49 86
4. Interna - 71 - 71
5. Syaraf 16 37 17 70
6. Nefrologi - 41 7 48
7. Bedah Umum - 15 14 29
8. Urologi 1 15 7 23
9. Anak 2 - 7 9
10. Bedah 8 - - 8
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
Analisa: Jumlah kasus/spesialis pada bulan Oktober-Desember 2020 terbanyak
menurut laporan 10 kasus terbesar adalah Paru.
7) Kejadian flebitis pada bulan Oktober-Desember 2020, tidak ditemukan kejadian
flebitis
8) Kejadian decubitus pada bulan Oktober-Desember 2020, tidak ditemukan kejadi-
an decubitus
b) Upaya pengurangan infeksi nosokomial:
Indikator penilaian INOS adalah:
1) ILO (Infeksi Luka Operasi) pada bulan Oktober-Desember 2020
(a) Luka bersih, tidak ada
(b) Luka bersih terkontaminasi, tidak ada
(c) Luka terkontaminasi, tidak ada
2) ISK, pada bulan Oktober-Desember 2020, tidak ditemukan kejadian ISK
c) Indikator mutu
1) Tingkat Kepuasan Pasien
Berikut ini akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien terhadap kinerja perawat.
Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yang berisi 25 soal berbentuk pertan-
yaan pilihan. Pertanyaan pilihan yang mencakup pemberian penjelasan orientasi ru-
angan, pemberian penjelasan setiap prosedur tindakan, dan sikap perawat selama
memberikan asuhan keperawatan. Jawaban pada pertanyaan pilihan terdiri atas dua
jawaban yaitu “Ya” atau “Tidak”, adapun indikator kepuasan pasien terhadap pela-
yanan keperawatan dinilai berdasarkan kuesioner yang berjumlah 25 pertanyaan di
mana ke 20 responden masing-masing diberi 2 pilihan jawaban kemudian berdasar-
kan jawaban dari kuesioner dapat menentukan indikator kepuasan pasien.
Tabel 3.23 Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Teratai Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya
No. Kriteria Frekuensi Presentase %
1. Ya 20 100%
2. Tidak 0 0%
Total 100%
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
Penilaian kepuasan dilakukan berdasarkan rentang presentase yang diadopsi dari
kriteria Arikunto, di mana dalam pengkajian pada tanggal 20 Januari 2021, dari 20
pasien kelolaan didapatkan presentase 100% pasien yang menyatakan Ya dengan
pelayanan di Ruang Teratai.
2) Keamanan Pasien
Indikator penilaian peningkatan mutu pelayanan dapat dilihat dari angka kejadian
dekubitus, flebitis, angka kejadian kesalahan pemberian obat, dan kejadian jatuh. Dari
pengukuran indikator mutu pelayanan keperawatan klinik yang dilakukan di Ruang
Teratai serta hasil rekap data tiga bulan yang lalu:
(a) Pada bulan Oktober-Desember 2020 tidak ada yang mengalami dekubitus
(b) Pada bulan Oktober-Desember 2020 tidak ada yang mengalami flebitis
(c) Kejadian kesalahan pemberian obat pada bulan Oktober-desember 2020 pem-
berian obat dilakukan secara benar sesuai dengan indikasi yang diberikan oleh
dokter.
(d) Kejadian jatuh tidak terjadi, pada bulan Oktober-Desember 2020 bahwa 100%
pasien tidak mengalami jatuh.
d) Jumlah pasien dirawat dan pasien keluar bulan Oktober-Desember 2020 di Ru-
ang Teratai
Tabel 3.24 Laporan jumlah pasien dirawat dan pasien keluar bulan Oktober-
Desember 2020 di Ruang Teratai
VIP, Kelas 1, 2, 3, Isolasi TB, Isolasi Kohorting
No. Bulan Pasien Rawat Pasien Keluar
BPJS RSI Umum Asuransi Instansi Kemenkes Hidup Mati
1. Oktober 81 3 4 2 2 35 121 6
2. November 35 - 3 4 4 73 116 3
3. Desember 28 - 2 3 - 123 136 20
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
Dari hasil rekapitulasi data Bulan Oktober-Desember 2020, pada Ruang Teratai
ada pasien yang meninggal sebanyak 29 pasien.
Tabel 3.25 Laporan hasil BTO VIP, Kelas 1, 2, 3, Isolasi TB, Isolasi Kohorting
Ruang Teratai Bulan Oktober-Desember 2020
Jumlah Pasien
No. Bulan TT Hasil
Hidup Mati
1. Oktober 121 6 46 3
2. November 116 3 46 3
3. Desember 136 20 46 3
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
f) ALOS
Rumus = Jumlah lama perawatan
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
Tabel 3.26 ALOS VIP, Kelas 1, 2, 3, Isolasi TB, Isolasi Kohorting Ruang Teratai
Bulan Oktober-Desember 2020
Jumlah
No. Bulan Lama Perawatan Pasien Rumus Hasil
Keluar
1. Oktober 503 hari 127 503 : 127 4 hari
2. November 579 hari 119 579 : 119 5 hari
3. Desember 460 hari 156 460 : 156 3 hari
g) TOI
Rumus = (Jumlah TT x hari dalam 1 bulan) – hari rawat
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
Tabel 3.27 TOI VIP, Kelas 1, 2, 3, Isolasi TB, Isolasi Kohorting Ruang Teratai
Bulan Oktober-Desember 2020
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah hari da-
No. Bulan hari pasien pasien Rumus Hasil
TT lam 1
rawat hidup mati
bulan
(46x31)-503 7 hari
1. Okt 46 31 503 121 6
121+6
(46x30)-579 7 hari
2. Nov 46 30 579 116 3
116+3
(46x31)-460 6 hari
3. Des 46 31 460 136 20
136+20
Pasien yang dirawat diruang Teratai bervariasi ada yang menggunakan BPJS, RSI,
umum, asuransi, instansi, dan kemenkes, pelayanan diruang Teratai sama, baik pasien
BPJS maupun umum, semua pasien dirawat dan dilayani secara baik sehingga pasien
merasa puas dengan pelayanan di ruang Teratai, dari hasil penilaian tingkat kepuasan
pasien seluruhnya (100%) pasien mengatakan puas dengan pelayanan di ruang Tera-
tai, disetiap ruangan pasien terdapat prosedur hand hygiene untuk mencegah kejadian
infeksi pada pasien, tidak ada pasien yang mengalami decubitus dan flebitis, dan
diruang Teratai juga tidak ada kejadian kesalahan dalam pemberian obat, pemberian
obat dilakukan secara benar sesuai dengan indikasi yang diberikan oleh dokter. BOR
(Bed Occupancy Rate) di ruang Teratai pada 3 bulan terakhir (oktober-desember)
memiliki rata-rata dibawah standar nasional, yaitu 36,49%. Sedangkan berdasarkan
standar nasional indikator mutu pelayanan dengan BOR, yaitu 75-80%. Adanya pelu-
ang di ruang Teratai yaitu program latihan kepada perawat untuk meningkatkan kiner-
ja perawat dalam tindakan keperawatan dan kemajuan teknologi dalam bidang mar-
keting. Adapun ancaman yang dapat terjadi, semakin banyaknya rumah sakit di Sura-
baya yang sudah berstandar internasional dan adanya peningkatan standar masyarakat
yang harus dipenuhi tentang mutu dan pelayanan.
F. M6 (Machine)
Jenis penyediaan alat-alat medis yang bermesin di Ruang Teratai Rumah
Sakit Islam Jemursari Surabaya Tahun 2021
Tabel 2.28 Daftar Alat Kesehatan Teratai 2021
No Kode No Nama Barang Type/ Tahun Kondisi
Barang Seri Merk
1 02.08.01.0 6 Blood Warmer Animec 2018 Baik
8.232
2 02.08.02.0 14 ECG Unit - 2018 Baik
4.07
3 02.08.01.0 11 Infusion pump Mindray 2019 Baik
9.63
4 02.08.01.1 27 Nebulizer pulmo 2016 Baik
0.47
5 02.08.01.1 40 Nebulizer Omron 2019 Baik
0.47
6 02.08.02.0 8 Oksigen kecil + GEA+O2 2016 Baik
7.20 trolly Reg
7 02.08.01.0 3 Penlight LED 2015 Baik
1.93
8 02.08.02.0 2 Pulse oximeter 2015 Baik
7.64
9 02.08.01.0 37 Suction Pump GEA 2015 Baik
5.11
10 02.08.02.0 63 Syringe Pump Terumo 2015 Baik
7.02
11 02.08.02.0 73 Syringe Pump Terumo 2016 Baik
7.02
12 02.08.02.0 74 Syringe Pump Fresenius 2016 Baik
7.02
13 02.08.02.0 85 Syringe Pump Terumo 2018 Baik
7.02
14 02.08.02.0 90 Syringe Pump Terumo 2018 Baik
7.02
15 02.08.02.0 92 Syringe Pump Terumo 2018 Baik
7.02
16 02.08.02.0 5 Termometer Omron 2017 Baik
7.79 Digital
17 02.08.02.0 19 Termometer Omron 2019 Baik
7.79 Digital
18 02.08.02.0 20 Termometer Omron 2019 Baik
7.79 Digital
19 02.08.02.0 21 Termometer Omron 2019 Baik
7.79 Digital
20 02.08.02.0 22 Termometer Omron 2019 Baik
7.79 Digital
21 02.06.02.0 31 Termometer La- Yuwell 2020 Baik
5.45 ser
22 02.04.03.0 47 Termometer Thermo 2015 Baik
8.12 Standard One
23 02.04.03.0 49 Termometer Thermo 2015 Baik
8.12 Standard One
24 02.04.03.0 56 Termometer Thermo 2015 Baik
8.12 Standard One
25 02.08.01.0 6 Ultra violet - 2020 Baik
5.04 lamp
26 02.06.02.0 455 AC Split Daikin 2017 Baik
4.04 1,5pk
27 02.06.03.0 358 CPU 2016 Baik
5.01
28 02.06.03.0 382 Monitor 2016 Baik
5.02
29 02.08.01.1 57 X-Ray Viewer 2016 Baik
8.34
30 02.06.02.0 101 Dispencer Miyako 2018 Baik
6.39 290
31 02.06.02.0 88 Lemari Es Sharp 2015 Baik
4.01
32 02.06.03.0 271 CPU Mini pc 2016 Baik
5.01 liva
33 02.07.02.0 5 Handphone Samsung 2017 Baik
1.21 j3 plus
34 02.07.02.0 66 Handy Talky Baofeng 2020 Baik
1.14
35 02.07.02.0 67 Handy Talky Baofeng 2020 Baik
1.14
36 02.06.02.0 101 Kipas Angin KDK 2018 Baik
4.06
37 02.06.03.0 20 Laptop Hp 2020 Baik
5.11
38 02.06.03.0 100 Monitor LG LED 2016 Baik
5.02
39 02.06.03.0 15 Monitor Cpu + 2015 Baik
5.02 keyboard
40 02.08.02.0 32 Nurse call set - 2015 Baik
1.01
41 02.07.02.0 169 Pesawat Panasonic 2016 Baik
1.11 telephone
42 02.06.03.0 131 Printer LX 310 2015 Baik
5.03
43 02.06.03.0 21 Scanner - 2016 Baik
5.04
44 02.07.02.0 94 Telephone Panasonic 2018 Baik
1.30 wireless
45 02.07.02.0 7 Telepon flexi Portable 2015 Baik
1.31 Huawei
46 - - HFNC - - Baik
47 - - CPIP - - Baik
Sumber Data: Wawancara Perawat Ruang Teratai Januari 2021
Di Ruang Teratai sudah tersedia berbagai alat medis yang menunjang kebutuhan
pasien. Dari hasil wawancara, alat yang ada diruang teratai semua dapat digunakan
dan kondisi hampir semua amsih dalam keadaan baik. Alat di ruangan ini sudah
dilengkapi dengan juknis yang disediakan pada masing-masing alat sehingga
memudahkan perawat untuk menggunakan alat tersebut. Pada masa pandemi ini,
perawat membersihkan alat dan mensterilkan alat ketika selesai digunakan.
BAB 4
ANALISA DATA
WEAKNESS(Kelemahan)
1. Jumlah tenaga medis yang terse-
1 4 4
dia tidak seimbang dengan ting-
kat ketergantungan pasien
4
TOTAL
b. Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY (Peluang)
1. Adanya kesempatan
0,3 1 0,3 O–T
melanjutkan pendidikan ke
1,3– 2,2
jenjang yang lebih tinggi
0,4 1 0,4 = - 0.9
2. Adanya kebijakan pemerintah
tentang profesionalisasi perawat
0,3 2 0,6
3. Adanya program akreditasi RS
dari pemerintah dimana MAKP
merupakan salah satu penilaian
1 1.3
TOTAL
THREATENED(Ancaman)
1. Ada tuntutan tinggi dari
0,5 2 1
masyarakat untuk pelayanan
yang lebih profesional
0.3 3 0,6
2. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan hukum
0,6
3. keadaan pasien yang tidak
0,2 3
stabil yang dapatmerusak sarana
dan prsarana
TOTAL 1 2.2
M2-Material
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH (Kekuatan)
1. Peralatan medis untuk menunjang tindakan 0,2 3 0,6
keperawatan sudah memadai dan dalam
kondisi baik
2. Terdapat administrasi penunjang (misal : 0,2 3 0,6
buku TT, buku visite, SOP, dll) yang me-
madai
3. Tersedia Nurse Station, ruang pemakaian 0,3 4 1,2
APD, ruang pelepasan APD
4. Adanya ruangan khusus untuk kepala ru- 0,3 3 0,9
angan, ruang dokter, dan ruang penyim-
panan obat
TOTAL 1 3,3
THREATENED (Ancaman)
1. Adanya tuntutan yang tinggi oleh masyara- 0,5 3 1,5
kat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang lebih professional
2. Terdapat Rumah Sakit lain yang mempunyai 0,5 3 1,5
fasilitas yang lebih lengkap (alat canggih)
TOTAL 1 3
M3-Methode S-W
MAKP 3.2-2
a. Internal Faktor (IFAS) = 1.2
STRENGTH (Kekuatan)
1) Sudah ada model MAKP yang digunakan 0,3 2 0.6
yaitu MAKP TIM
2) Memiliki standar asuhan keperawatan 0,3 4 1.2
3) Terlaksana komunikasi yang adekuat: 0,2 4 0.6
perawat dan tim kesehatan lainnya
4) Mempunyai prosedur tetap setiap tindakan 0,2 4 0.8
keperawatan
TOTAL 1 3.2
WEAKNESS (Kelemahan)
1) Ruangan belum memiliki visi, Misi, Motto 0,5 2 1
Ruangan
2) Metode tim yang digunakan di ruang
isolasi belum terdapat pembagian pasien 0,5 2 1
kelolaan setiap perawat.
TOTAL 1 2
b. Eksternal Faktor(EFAS) O–T
OPPORTUNITY (Peluang) 2,5 – 3,0
1) Banyaknya minat mahasiswa keperawatan 0,3 1 0,3 = - 0,5
yang praktik di ruang Teratai sebagai agen
pembaharuan
2) Kepercayaan dari pasien dan masayarakat 0,3 2 0,6
cukup baik
3) Ada kebijakan pemerintah tentang profe- 0,4 4 1,6
sionalisasi perawat
TOTAL 1 2,5
THREATEDED (Ancaman)
1) Persaingan dengan rumah sakit lain se- 0,5 3 1,5
makin ketat
2) Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang 0,5 3 1,5
maksimal
TOTAL 1 3,0
Timbang Terima S–W
a. Internal Faktor (IFAS) 2.4 – 2
STRENGTH (Kekuatan) = 0.4
1) Dilakukan setiap pergantian shift 0,2 2 0.4
2) Timbang terima menggunakan metode 0,2 3 0.6
SBAR
3) Dipimpin langsung oleh kepala ruangan 0,2 3 0.6
atau penanggung jawab shift
4) Timbang terima dilakukan dengan adanya 0,2 3 0.6
klarifikasi, tanya jawab, dan validasi ter-
hadap semua yang dioperkan.
5) Dengan adanya massa pandemic ini lebih 0.2 1 0.2
meningkatkan hubungan BHSP antara
perawat dan pasien
TOTAL 1 2.4
WEAKNESS (Kelemahan)
1) Pelaksanaan timbang terima dilakukan saat
beberapa perawat masih memiliki tugas 1 2 2
yang belum selesai
TOTAL 1 2
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY (Peluang) 2.4 – 3,0
1) Banyaknya minat mahasiswa keperawatan 0,4 3 1,2 = -0,6
yang praktik di ruang Teratai sebagai agen
pembaharuan
2) Kemajuan teknologi dapat membantu efek- 0,6 2 1.2
tifitas pelaksanaan timbang terima
TOTAL 1 2.4
THREATENED (Ancaman)
1) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 1 3 3,0
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang professional
TOTAL 1 3,0
Ronde Keperawatan S–W
a. Internal Faktor (IFAS) 1–1
STRENGTH (Kekuatan) =0
1) Perawat banyak yang telah mengetahui 0.5 2 1
tentang ronde keperawatan
2) Bidang keperawatan dan ruangan men- 0.5 2 1
dukung adanya kegiatan ronde keperawa-
tan
TOTAL 1 1
WEAKNESS (Kelemahan)
1) Belum terdapat pelaksanaan ronde 0.5 1 0.5
keperawatan di ruang Teratai
2) Mendatangkan tenaga ahli seperti dokter 0,5 1 0.5
spesialis dalam kegiatan ronde keperawa-
tan sulit dilakukan karena jam kerja dokter 1 1
yang padat
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY (Peluang) 2,7 – 3,0
1) Adanya seminar tentang manajemen 0,5 3 1,5 = -0,3
keperawatan
2) Memiliki sebuah peluang dari kepala ru- 0,3 2 0,6
angan untuk melaksanakan ronde
keperawatan dengan mahasiwa/i praktik
3) Adanya peluang kerjasama antara multidi- 0,2 3 0,6
siplin ilmu yang lain sehingga menambah
wawasan dalam penanganan masalah
kesehatan yang di ronde kan
TOTAL 1 2,7
THREATENED (Ancaman)
1) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 1,0 3 3,0
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
professional
TOTAL 1 3,0
Sentralisasi Obat S–W
a. Internal Faktor (IFAS) 2,6 – 2
STRENGTH (Kekuatan) = 0.6
1) Semua perawat mengerti tentang sentrali- 0,2 3 0,6
sasi obat
2) Terpusat pada ruang FK Klinis (Farmasi 0,1 2 0.2
Ruangan) dengan inovasi e-resep
3) Di ruang teratai sudah menerapkan sistem
sentralisasi obat ini bisa dilihat dari adan- 0,2 3 0.6
ya tempat khusus penyimpanan obat-obat
injeksi pasien
4) Adanya format untuk injeksi dan obat oral 0,3 2 0.6
bekerjasama dengan depo farmasi
5) Adanya buku penerimaan obat 0,1 3 0.3
6) Adanya tanda tangan sekeluarga setelah 0,1 3 0.3
perawat memberikan obat oral maupun in-
jeksi
TOTAL 1 2.6
WEAKNESS (Kelemahan)
1) Pada pasien umum dan bpjs obat dil-
akukan dengan sistem UDD namun pada 0.5 2 1
pasien umum untuk rincian billing obat
diketahui pada akhir pasien saat pasien
KRS
2) Pada pasien Asuransi Non-BPJS akan
dikenakan biaya DP selama proses klaim 0.5 2 1
atau ACC dari pihak asuransi terkait
TOTAL 1 2
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY (Peluang) 3,4 – 3,0
1) Adanya kebijakan Akreditasi yang dil- 0,6 3 1,8 = 0,4
akukan Rumah Sakit mengenai sentralisasi
obat
2) Adanya keterlibatan keluarga dalam mem- 0,4 4 1,6
berikan obat dan menentukan obat yang
diberikan kepada pasien
TOTAL 1 3,4
THREATENED
1) Tuntutan keluarga dan klien untuk 1,0 3,0
mendapatkan perawatan yang profesional
TOTAL 1 3,0
Supervisi S –W
a. Internal Faktor (IFAS) 3,4 – 3,0
STRENGTH = 0,4
1) Adanya lembar persetujuan dan penilaian 0,4 4 1,6
untuk supervise
2) Kepala ruang Teratai mendukung kegiatan 0,4 3 1,2
supervisi demi peningkatan mutu pela-
yanan keperawatan
3) Supervisi sudah dilakukan kepala ruangan 0,2 3 0,6
TOTAL 1 3,4
WEAKNESS
1) Terkadang supervisi dilakukan diluar jad- 1,0 3 3,0
wal yang sudah ditentukan
TOTAL 1 3,0
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY 3,0 – 2,6
1) Kegiatan supervisi menjadi tolak ukur atau 0,5 3 1,5 = 0,4
acuan dalam meningkatkan kemampuan
perawat ruangan memberikan asuhan
keperawatan secara profesional
2) Dengan adanya kegiatan supervisi, dapat 0,5 3 1,5
meningkatkan kepuasan pasien
TOTAL 1 3,0
THREATENED
1) Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk 0,6 3 1,8
mendapatkan pelayanan yang professional
dan bermutu sesuai dengan peningkatan
biaya perawatan
2) Adanya persaingan pemberian layanan 0,4 4 1,6
kesehatan antara tempat pelayanan
kesehatan
TOTAL 1 2,6
Penerimaan Pasien Baru S–W
a. Internal Faktor (IFAS) 3.1 – 3
STRENGTH = 0.1
1) Penerimaan pasien baru di Ruang Teratai 0,1 4 0.4
dilakukan oleh Perawat Pelaksana (PP)
2) Tersedianya format untuk mengkaji pasien 0,2 3 0.6
baru
3) Setelah dilakukan anamnesa pasien, 0,3 2 0.6
perawat melakukan dokumentasi
4) Mengkaji pasien dilakukan dengan wa- 0,3 4 1.2
wancara dan observasi
5) Adanya orientasi terhadap lingkungan ru- 0,1 3 0.3
angan pasien
TOTAL 1 3.1
WEAKNESS
1) Kurang tersedianya waktu bagi perawat 1,0 3 3
untuk melakukan orientasi kepada pasien
dan keluarga secara detail
TOTAL 1 3,0
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY 4–3
1) Penerimaan pasien baru yang baik dapat 1 4 4 =1
memberikan kejelasan informasi dalam
pemenuhan kebutuhan perawatan klien
selama di ruangan
TOTAL 1 4
THREATENED (Ancaman)
1) Makin tingginya kesadaran masyarakat 1,0 3 3,0
akan pentingnya kesehatan
1 3,0
Discharge Planning S–W
a. Internal Faktor (IFAS) 3.2 - 3
STRENGTH (Kekuatan) = 0.2
1) Sudah dilakukan saat pasien dan pulang 0,2 4 0,8
2) Adanya pemberian surat kontrol berobat 0,3 3 0.9
3) Perawat memberikan HE dan motivasi 0,4 3 1.2
menggunakan bahasa yang mudah di-
mengerti
4) Teknik yang digunakan saat pemberian 0,1 3 0.3
perencanaan pulang pada pasien yaitu
dengan lisan dan tulis
TOTAL 1 3.2
WEAKNESS (Kelemahan)
1) Terkadang leaflet yang tersedia tidak dis- 1 3 3,0
ertakan untuk pasien rencana pulang
(KRS)
TOTAL 1 3,0
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY (Peluang) 3,6 -3,0
1) Banyaknya minat mahasiswa keperawatan 0,6 4 2,4 = 0,6
yang praktik di ruang Teratai sebagai agen
pembaharuan
2) Dengan adanya massa pandemic mening- 0,4 3 1,2
katkan kesadaran masyarakat tentang pent-
ingnya kesehatan dan menjaga kebersihan
TOTAL 1 3,6
THREATENED (Ancaman)
1) Adanya tuntutan masyarakat untuk 0,5 3 1,5
mendapatkan pelayanan keperawatan yang
profesional
2) Persaingan antar rumah sakit yang se- 0,5 3 1,5
makin ketat
TOTAL 1 3,0
Dokumentasi S–W
a. Internal Faktor (IFAS) 3.4 – 3
STRENGTH = 0.4
1) Sistem pendokumentasian yang berlaku di 0,4 4 1.6
ruang Teratai saat ini adalah SOAP pada
lembar CPPT dan dalam bentuk SBAR
pada lembar intervensi
2) Kesadaran perawat tentang tanggung ja- 0,3 3 0.9
wab dan tanggung gugat sehingga ada
kemauan perawat untuk melakukan
pendokumentasian
3) Rata-rata perawat mengerti pengisian serta 0,3 3 0.9
melakukan dokumentasi setelah
melakukan tindakan
TOTAL 1 3.4
WEAKNESS
1) Pendokumentasian belum keseluruhan dil- 1,0 3 3
akukan secara online
TOTAL 1 3
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY 3,0 – 2,5
1) Peluang perawat untuk meningkatkan pen- 0,5 3 1,5 = 0,5
didikan pengembangan (Pengembangan
SDM)
2) Kemajuan teknologi dalam pendokumen- 0,5 3 1,5
tasian diharapkan dapat dilakukan secara
keseluruhan
TOTAL 1 3,0
THREATENED
1) Tingkat kesadaran masyarakat (pasien dan 0,5 3 1,5
keluarga) akan tanggung jawab dan
tanggung gugat
2) Persaingan RS dalam memberikan pela- 0,5 2 1,0
yanan keperawatan
TOTAL 1 2,5
WEAKNESS (Kelemahan)
1) Rata-rata BOR 36,49% 1,0 3 3
TOTAL 1 3
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY (Peluang) O-T
1) Adanya program latihan kepada 0,6 4 2,4 3,6-3,0 =
perawat 0,6
2) Kemajuan teknologi dalam bidang 0,4 3 1,2
marketing
TOTAL 1 3,6
THREATENED (Ancaman)
1) Semakin banyaknya rumah sakit di Su- 0,4 3 1,2
rabaya yang sudah berstandar inter-
nasional
2) Adanya peningkatan standar masyara- 0,6 3 1,8
kat yang harus dipenuhi tentang mutu
dan pelayanan
TOTAL 1 3,0
f. Analisis SWOT M6 (Machine)
Analisis Swot Bobot Rating Bobot X Rating
WEAKNESS 1 2
1) Ketidakseimbangan antara pasien yang
bertambah dengan peralatan yang ada di 2
ruangan Teratai 1
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY 2,7 – 2,6 =
1) Kemajuan teknologi dapat membantu 0,4 3 1,2 0,1
mempermudah mendapatkan informasi
tentang pengoperasian alat
2) Dengan adanya SIMRS, mempermudah 0,5 3 1,5
perawat dalam pengajuan machine ba-
ru/menggantikan yang rusak
TOTAL 1 2,7
THREATENED
1) Dengan adanya masa pandemi ini, ma- 0,5 4 2,0
chine dirumah sakit lain lebih memadai
2) Banyaknya rumah sakit yang 0,3 1 0,3
menyediakan alat medis yang lebih
modern
3) Terdapat adanya tuntutan yang tinggi dari 0,3 1 0,3
masayarakat untuk melengkapi alat-alat
medis yang ada di ruangan Teratai
TOTAL 1 2,6
1.2. Perumusan Masalah
Tabel 4.2 Tabel Analisis Nilai IFAS EFAS
Skor Analisis SWOT
Masalah
IFAS EFAS
M1-Man - 2,5 - 0,9
M2-Material 0,3 0,5
M3-Method
a. METODE TIM 1,2 - 0,5
b. Timbang Terima 0.4 -0.6
c. Ronde Keperawatan 0 -0,3
d. Sentralisasi Obat 0,6 0,4
e. Supervisi 0,4 0,4
f. Penerimaan Pasien Baru 0,1 1
g. Discharge Planning 0,2 0,6
h. Dokumentasi 0,4 0,5
M4-Money -0.3 0,6
M5-Marketing -0,2 0,6
M6-Machine 0,4 0,1
4.2. KURVA
O
2,4
2,1
1,8
1,2
PPB (0,1; 1)
0,9
M2 (0,3; 0,5)
DP (-1,4; 0,5)
0,6
DK (0,4; 0,5)
-0,9
-1,5
-1,8
-2,1
-2,4
T
BAB 5
PERENCANAAN
M M Total
No Masalah Sv Nc Af Prioritas
g n scor
1. Di ruang isolasi teratai 2 3 4 4 5 18 I
menggunakan MAKP TIM
namun belum terdapat
pembagian pasien kelolaan
setaip perawat
2. Jumlah tenaga medis yang 4 4 2 2 5 17 II
tersedia tidak seimbang
dengan tingkat ketergan-
tungan pasien
3. Pelaksanaan timbang terima 4 3 4 2 3 16 III
belum maksimal karena
beberapa perawat terkadang
masih memiliki tugas yang
belum selesai sehingga tidak
semua perawat
memperhatikan dengan
seksama
4. Dalam discharge planning, 2 3 4 3 4 16 IV
pemberian HE (Health
Education) pada waktu
pasien pulang, perawat
memberitahu waktu kontrol
dan pemberian obat kepada
keluarga pasien, namun
pada HE terkadang tidak
disertakan pemberian leaflet
yang sudah ada untuk pasien
rencana pulang (KRS).
5. Penerimaan pasien baru 2 3 5 3 3 16 V
sudah dilakukan secara baik
namun tidak semua perawat
memberikan edukasi tentang
orientasi ruangan secara
detail kepada semua pasien,
yang meliputi: cuci tangan,
risiko jatuh, jalur evakuasi
dan fasilitas ruangan.
6. Alat-alat diruangan kualitas 3 3 4 2 4 16 VI
sudah mampu mencukupi
kebutuhan pasien.
7. Alat bermesin yang berada 3 3 3 3 3 15 VII
diruangan harus selalu
diutamakan kualitas dan
kondisinya.
8. Pengelolaan sistem 4 3 3 2 3 15 VIII
keuangan diruangan teratai
sampai saat ini mengikuti
pengelolaan keuangan
rumah Rumah Sakit Islam
Jemursari.
9. BOR diruang Teratai pada 3 3 1 3 3 4 14 IX
bulan terakhir memiliki rata-
rata dibawah standar
nasional, yaitu 36,49%.
Sedangkan berdasarkan
standar nasional indikator
mutu pelayanan dengan
BOR, yaitu 75-80%
10. Alat bermesin diruangan 2 3 3 3 3 14 X
sudah memadai kebutuhan
ruangan dan kebutuhan
pasien
11. Peralatan medis sebelum 2 4 4 1 2 13 XI
dipakai dibersihkan dengan
desinfektan dan alcohol
awab atau alcohol spray,
jika selesai digunakan
dikembalikan ke ruang alkes
Pemecahan masalah
Alat medis setelah dipakai
tidak hanya dibersihkan
akan tetapi di sterilisasi
5.2 Prioritas Pemecahan Masalah
Prioritas cara pemecahan masalah dilakukan dengan memperhatikan aspek :
1. Besarnya masalah yang diselesaikan (Magnitude = M)
2. Pentingnya cara penyelesaian masalah (Importancy = I)
3. Sensitifitas penyelesaian masalah (Vulnerability = V)
4. Biaya (Cost = C)
Nilai yang diberikan pada aspek 1 sampai 5 (nilai 1 = sangat kurang penting, nilai 2 =
kurang penting, nilai 3 = cukup penting, nilai 4 = penting dan nilai 5 = sangat penting)
Tabel 5.2 Cara Pemecahan Masalah Di Ruangan Teratai
No Alternatif penyelesaian efektifitas efisiensi Total
masalah Prioritas
M I V C MxIxV/C
1. M3. MAKP 5 5 4 3 5x4x4/3= I
Analisa masalah 27
Penggunakan metode fungsional
dengan menerapkan
pengorganisasian metode tim
membuat kepala ruangan ingin
memilih menggunakan salah
satu metode saja
Pemecahan masalah
a. Mengusulkan merubah MAKP
ruangan dari MAKP
fungsional menjadi MAKP tim
b. Mengusulkan perbaikan peran
dan tanggungjawab masing-
masing antara kepala ruangan,
ketua tim dan anggota tim
2. M1 (Man) 5 4 4 4 5x4x4/4 II
Analisa Masalah =20
Jumlah tenaga medis yang terse-
dia tidak seimbang dengan ting-
kat ketergantungan pasien
Pemecahan Masalah
a. Mendiskusikan kebutuhan
tenaga tambahan bersama
KANIT rawat inap Rumah
Sakit.
b. Mengusulkan tambahan
tenaga keperawatan di
ruangan isolasi teratai
3. Timbang Terima 2 2 3 1 2x2x3/1= III
Analisa Masalah 12
Pelaksanaan timbang terima
terkadang dilakukan saat
perawat masih memiliki tugas
yang belum selesai
Pemecahan Masalah
a. Mengusulkan untuk selalu
meluangkan waktu sejenak
untuk benar-benar mengi-
kuti seluruh alur timbang
terima dari awal sampai
akhi atau jika ada keperluan
urgent, maka ada baiknya
timbang terima dijeda sam-
pai perawat dating kembali
4. Discharge Planning 3 3 2 1 3x3x2/1=9 IV
Analisa Masalah
Discharge planning dilakukan
dengan baik namun ada
beberapa hal yang perlu
ditingkatkan seperti pemberian
leaflet sebagai edukasi kesehatan
pada saat klien pulang yang
masih terkadang terlewatkan.
Pemecahan Masalah
Mengusulkan kepada kepala
ruangan untuk dilakukan
supervise tentang discharge
planning dan menempatkan
leaflet atau media edukasi
ditempat yang mudah
terjangkau.
4 Di ruang isolasi teratai Terlaksananya 1. Mengusulkan kepada 1. Adanya peningkatan Semua mahasiswa yang Minggu ke
Teratai sudah baik dalam discharge kepala ruangan untuk kesadaran dan praktik manajemen III – minggu
pelaksanaan discharge planning secara melakukan supervisi pelaksanaan dalam hal profesi sesuai perannya ke IV
planning. Namun, optimal dan terhadap perawat ru- pemberian discharge masing-masing
Terkadang beberapa perawat terdokumentasi angan perihal alur dan planning sesuai
tidak disertakan pemberian dengan baik pelaksanaan discharge alur/prosedur.
leaflet yang sudah ada untuk planning.
pasien rencana pulang (KRS) 2. Mengusulkan kepada
meskipun leaflet sudah kepala ruangan untuk
tersedia diruangan. menempatkan leaflet
ditempat yang ter-
jangkau dengan mudah
5 Penerimaan pasien baru sudah Penerimaan 1. Memberikan arahan 1. Peningkatan Semua mahasiswa yang Minggu ke
dilakukan secara baik namun pasien baru kepada setiap perawat kesadaran perawat da- praktik manajemen III – minggu
tidak semua perawat dilakukan secara ruangan agar lebih de- lam memberikan profesi sesuai perannya ke IV
memberikan edukasi tentang optimal dan tail dalam hal edukasi edukasi ruangan saat masing-masing
orientasi ruangan secara detail
terdokumentasi ruangan kepada pasien proses penerimaan
kepada semua pasien, yang terlebih karena ruang pasien baru di ruang
meliputi: cuci tangan, risiko teratai sekarang adalah isolasi teratai.
jatuh, jalur evakuasi dan ruang isolasi yang tidak
fasilitas ruangan. boleh ada keluarga yang
menjaga pasien
6 Peralatan medis sebelum Mengurangi Mengusulkan untuk Resiko penularan Semua mahasiswa yang Minggu ke
dipakai dibersihkan dengan terjadinya merendam alat yang virus dan bakteri dari praktik manajemen III – minggu
desinfektan dan alcohol awab infeksi selesai digunakan peralatan medis ke profesi sesuai perannya ke IV
atau alcohol spray, jika selesai nosocomial yang dengan larutan perawat minimal. masing-masing
digunakan dikembalikan ke ditularkan glutaraldehid
ruang alkes melalui konsentrasi 20ml
peralatan medis (Leksanawati, dkk.,
2020)
7 BOR diruang Teratai pada 3 Untuk Memberi masukkan Peningkatan kualitas Semua mahasiswa yang Minggu ke
bulan terakhir memiliki rata- meningkatkan untuk meningkatkan mutu pelayanan BOR praktek manajemen III – minggu
rata dibawah standar nasional, kualitas mutu promosi dan mutu di ruang teratai profesi sesuai perannya ke IV
yaitu 36,49%. pelayanan pelayanan keperawatan menjadi rata-rata masing-masing
agar BOR tidak 75%-80%
semakin rendah yang
mana akan berimbas
pada perekonomian
rumah sakit
8 Alat bermesin diruangan Tersedianya Alat 1. Alat Machine diruangan 1.
Meningkatkan proses Semua mahasiwa Minggu ke
sudah memadai kebutuhan Machine dapat profesi yang praktik III – mingu
harus selalu dijaga pelayanan kesehatan
ruangan dan kebutuhan pasien menunjang manajemen sesuai ke IV
kebutuhan dan kondisi agar kualitas perannya masing-
meningkatkan 2. Meningkatkan kinerja masing
alat tetap baik.
kualitas perawat dalam
pelayanan
kesehatan 2. Diharap selalu ada memenuhi kebutuhan
evaluasi machine untuk pasien
meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan
9 Pengelolaan sistem keuangan Sistem Memberikan saran untuk Peningkatan kualitas pe- Semua mahasiswa yang
di ruangan Teratai samapi ini administrasi praktik manajemen
menggunakan sistem layanan menjadi lebih
masih mengikuti pengelolaan terbaru dengan profesi sesuai perannya
keuangan dari rumah sakit menggunakan komputeriasai agar lebih efektif dan efisien dalam masing-masing
sistem
mudah, efektif dan efesien segi administrasi
komputeriasasi
sehingga lebih (Khoirunnisa dkk., 2021)
cepat, efektif
dan efisien.
BAB 6
PEMBAHASAN
Pada BAB ini akan diuraikan aplikasi model asuhan keperawatan
professional (MAKP) yang dilaksanakan dalam praktek manajemen keperawatan
di ruangan Terati RSI Jemursari Surabaya. Pada tanggal 11 Januari-20 februari
titik pelaksaan MAKP ditekankan pada metode asuhan keperawatan perofesional
yang digunakan dan pembagian pasien untuk perawat dalam satu shift, Namun
tetap melaksanakan komponen lainnya yaitu penerimaan pasien baru, timbang
terima, sentralisasi obat, ronde keperawatan, supervisi, dokumentasi keperawatan,
discharge planning dan MAKP.
A. MAKP TIM dan Pembagian Pasien pada setiap Perawat dalam Satu Shift
1. Persiapan
Persiapan dilakukan saat timbang terima, yaitu :
a. Menentukan jadwal penanggung jawab timbang terima, dan menentukan
ketua tim saat shift selanjutnya.
b. Menyiapkan pelaksanaan timbang terima
c. Kepala ruangan membagi jumlah tim berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien
d. Kepala ruangan sebagai ketua tim saat shift pagi membentuk tim untuk
masing-masing sayap di ruang isolasi
2. Pelaksanaan
Ruang Teratai adalah ruang isolasi untuk pasien Covid dan minimal
penggunaan hazmat adalah 6 jam akan tetapi sesuai prosedur dari rumah sakit,
penggunaan hazmat menjadi 3-3,5 jam setiap perawat dalam satu shift. Perawat
dibagi menjadi 2 kelompok Tim, yaitu sayap kanan 20 TT dan sayap kiri 19 TT.
Ketua tim sedang membagi 6 perawat menjadi 2 tim dengan pembagian tim 1
Sayap Kanan Ruangan 3 Perawat, Tim 2 sayap Kiri Ruangan 3 Perawat, Setelah
itu ketua tim membagi anggota di masing-masing tim, dan membagi sesi kepada
masing-masing anggota tim. Sesi pertama oleh perawat A (sayap kanan) dan
perawat D (sayap kiri) masuk kamar isolasi pada pukul 07.00-11.00. Sesi kedua
oleh perawat B (sayap kanan) dan perawat E (sayap kiri) masuk kamar isolasi
pada pukul 08.00-12.00. Sesi ketiga oleh perawat C (sayap kanan) dan perawat F
(sayap kiri). Selanjutnya akan diobservasi dan dikaji lagi oleh ketua tim dan
merencanakan kontinuitas asuhan keperawatan melalui timbang terima shift
selanjutnya.
Pada pergantian shift atau timbang terima semua perawat shift pengganti
mengikuti timbang terima. Kemudian pukul 07.00 perawat A memasuki ruang
isolasi sayap kanan terlebih dahulu dan sementara bertanggung jawab atas seluruh
pasien di sayap kanan, pada pukul 08.00 perawat B memasuki ruang isolasi sayap
kanan sehingga pembagian seluruh pasien dibagi menjadi 2 yaitu perawat A dan
B, Perawat B membantu A observasi, memberikan obat, dan menulis rekam medis
pasien.. Satu jam kemudian. Pukul 11.00 perawat A keluar dari ruang covid dan
hanya tersisa perawat B dan C yang membagi pasien kelolaan menjadi 2. Pukul
12.00 perawat B keluar dari ruang covid dan hanya perawat C yang berada di
ruangan dan sementara mengelola seluruh pasien yang ada disayap kanan hingga
pergantian shift. Setelah seluruh perawat dari sayap kanan dan kiri selesai, mereka
melakukan pelaporan pertanggung jawaban atas asuhan keperawatan yang telah
mereka lakukan kepada ketua tim.
3. Dukungan
Pada saat mahassiwa memberikan informasi tentang pembagian waktu perawat
dalam satu shift. Kepala ruangan teratai mendukung penuh dan memberikan
kesempatan serta memfasilitasi.
4. Hambatan
Pada saat mahasiswa melakukan metode MAKP tim dengan pembagian waktu
perawat tidak mengalami hambatan apapun. Karena pada saat kami melakukan
pembagian waktu dan pasien, kepala ruangan Teratai mendukung serta
memfasilitasi
5. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
Persiapan dilaksanakan 1 minggu sebelum acara di mulai. Kepala ruangan
menjelaskan secara struktural tentang pembagian ketua tim dan anggotanya.
b. Evaluasi Proses
Pembagian waktu perawat sudah dilakukan dengan baik. Perawat tidak
terbebani dengan kerja mereka yang harus merawat pasien Covid-19.
Inovasi pembagian waktu perawat ini diharapkan bisa mengurangi beban
kerja perawat dan mengurangi tingkat stress perawat
c. Evaluasi Hasil
Hasil dari kegiatan ini adalah
1) Kegiatan dihadiri mahasiswa, dan didampingi oleh kepala ruangan
2) Ketua tim mendokumentasikan kegiatan
3) Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas masing-masing
4) Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai
BAB 7
PENUTUP
A. Simpulan
1. Model asuhan keperawatan professional (MAKP) yang diterapkan mahasiswa
di ruangan teratai adalah MAKP Tim, dimana setiap shift terdapat 2 tim yang
akan mengataur sayap kanan dan sayap kiri ruangan Isolasi Teratai dan terdiri
dari 6-7 perawat yang bertugas setiap shiftnya.
2. Pembagian waktu setiap perawat yang bertugas di ruang Isolasi Teratai adalah
3-4 jam sesuai dengan ketentuan rumah sakit tentang pemakaian hazmat yang
dianjurkan.
3. Dalam penerapan MAKP Tim yang mahasiswa terapkan untuk ruang isolasi
Teratai adalah perawat secara bergantian masuk kedalam ruang isolasi sesuai
dengan pembagian waktu untuk setiap perawat.
B. Saran
Penerapan MAKP Tim di ruang Isolasi Teratai dapat menjadikan bahan
pertimbangan untuk ruangan dan pembagian waktu setiap perawat yang bertugas
di ruang isolasi teratai diharapkan bisa mengurangi beban kerja perawat dan
mengurangi tingkat stress kerja perawat di ruang Teratai.
DAFTAR PUSTAKA
Asmuji. (2015). Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar
Ruzz Media.
Scovell, S. (2010). Role of The Nurse to Nurse Handover In Patient Care. Nursing
Standard. 24 (30): 35 – 39
Tim Mitigasi Dokter Dan Satuan Tugas Covid-19. Agustus 2020. Pedoman
Standar Perlindungan Dokter Di Era Covid-19. Ti, Mitigasi Dokter
Dalam Pandemi Covid-19 PB IDI.
JURNAL PENELITIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN