Anda di halaman 1dari 126

LAPORAN PRAKTIK NERS

MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG TERATAI RSI JEMURSARI

Fasilitator:
Imamatul Faizah, S.Kep., Ns., M.Tr.Kep
Nunik Purwanti, S.Kep., Ns., M.Kep

1. Firnanda Erinda (1120020002)


2. Siti Hardiyanti (1120020004)
3. Denis Kristina Aprilia (1120020019)
4. Erica Chandra Dewi (1120020040)
5. Ike Nur Afita (1120020043)
6. Ratna Sri Wahyuni (1120020052)
7. Vivia Dwi Amelia (1120020060)
8. Uswatun Hasanah (1120020064)
9. Lina Ekawati (1120020065)
10. Nurul Alfiyah Cahyani (1120020071)
11. Reza Gilang Pratama' (1120020096)
12. Sody Riska Dinardilla (1120020113)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNUVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan keperawatan manajemen keperawatan ini dibuat dan disusun sebagai


bukti bahwa mahasiswa dibawah ini telah mengikuti praktikum ners pada tanggal
11 Januari- 14 Februari 2020 di ruang teratai RSI Jemursari Surabaya.
1. Firnanda Erinda (1120020002)
2. Siti Hardiyanti (1120020004)
3. Denis Kristina Aprilia (1120020019)
4. Erica Chandra Dewi (1120020040)
5. Ike Nur Afita (1120020043)
6. Ratna Sri Wahyuni (1120020052)
7. Vivia Dwi Amelia (1120020060)
8. Uswatun Hasanah (1120020064)
9. Lina Ekawati (1120020065)
10. Nurul Alfiyah Cahyani (1120020071)
11. Reza Gilang Pratama' (1120020096)
12. Sody Riska Dinardilla (1120020113)

Surabaya, 10 Februari 2021

Pembimbing Akademik dan Kepala Ruangan Rawat Inap Teratai, Rumah Sakit
Islam Jemursari Surabaya.
1. Imamatul Faizah, S.Kep., Ns., M.Tr.Kep Pembimbing
Akademik

2. Nunik Purwanti, S.Kep., Ns., M.Kep Pembimbing


Akademik

3. Nayliyatul Fitriyah, S.Kep., Ners Kepala


Ruangan

Mengetahui,
PJMK Manajemen Keperawatan

Imamatul Faizah, S.Kep.,Ns., M.Tr.Kep


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi
masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan
dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan
dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Oleh karena
itu, manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
keperawatan yang nyata, yaitu di Rumah Sakit dan komunitas masyarakat
sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya (Asmuji, 2015).
Keperawatan di Indonesia di masa depan sampai saat ini masih berada
dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi
beberapa perubahaan dalam aspek keperawatan yaitu : penataan pendidikan tinggi
keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan
keprofesian, dan penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan
pelayanan keperawatan melalui pelaksana fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengaturan ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan pengendalian mutu
keperawatan.Manajemen keperawatan di Indonesia dimasa depan perlu mendapat
prioritas utama dalam mengembangkan proses keperawatan. Pengembangan
dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling
bergantung, saling mempengaruhi, dan berkesinambungan. Oleh karena itu,
manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
keperawatan yang nyata, yaitu di Rumah Sakit dan komunitas masyarakat
sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya (Asmuji, 2015).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi
kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60% pelayanan rumah sakit
merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan
pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.
Era global identik dengan era komputerisasi, sehingga perawat dituntut
untuk menguasai teknologi komputer dalam melaksanakan Management
Information System (MIS), baik di tatanan pelayanan maupun pendidikan
keperawatan. Keyakinan bahwa keperawatan merupakan profesi yang harus
disertai dengan realisasi pemenuhan karakteristik keperawatan sebagai profesi
yang disebut dengan profesionalisasi. Praktik keperawatan adalah tindakan
keperawatan profesional masyarakat dalam menggunakan pengetahuan teoritis
yang mantap dan kukuh dari berbagai ilmu dasar serta ilmu keperawatan sebagai
landasan untuk melakukan pengkajian, menegakkan diagnosis, menyusun
perencanaan, melaksanakan asuhan keperawatan, dan mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan, serta mengadakan penyesuaian rencana keperawatan untuk
menentukan tindakan selanjutnya. Selain memiliki kemampuan intelektual,
interpersonal, dan teknikal, perawat juga harus mempunyai otonomi yang berarti
mandiri dan bersedia menanggung risiko, bertanggung jawab, dan bertanggung
gugat terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan
mengatur dirinya sendiri (Nursalam, 2014).
Manajemen keperawatan merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi. Tuntutan masyarakat
terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu fenomena yang
harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan
belajar banyak tentang konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah
konkrit dalam pelaksanaannya (Asmuji, 2015).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah
satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan (MAKP) secara profesional,
sehingga diharapkan keduanya saling menopang. Adapun beberapa metode
pelaksanaan asuhan keperawatan (MAKP) yang dapat diterapkan meliputi: MAKP
Fungsional, MAKP Kasus, MAKP Tim, MAKP Primer (Nursalam, 2015).
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus sebagai suatu
tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan keperawatan
pada saat ini melibatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku dari para praktisi,
klien, keluarga dan dokter. Saat mendefinisikan kualitas keperawatan, perlu
diperhitungkan nilai-nilai dasar keyakinan para perawat serta cara
mengorganisasikan asuhan keperawatan tersebut. Intinya, latar belakang dalam
pemberian tugas dalam mutu asuhan yang berorientasikan teknik, mungkin akan
didefinisikan cukup berbeda dengan keperawatan yang lebih holistik dan ada
kemungkinan bahwa metode keperawatan hanya merupakan prosedur dan teknik
bukannya interpersonal dan kontekstual yang berkaitan dengan mutu asuhan
keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana
konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri, dimana harus
memiliki ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhi
standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan
tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek
sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan
dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan adanya manajemen yang baik (Asmuji,
2015).
Perawat sebagai petugas kesehatan yang paling banyak berinteraksi
dengan pasien, memiliki resiko lebih tinggi terhadap bahaya keselamatan
dibandingkan petugas kesehatan lainya. Kondisi ini menuntut perawat untuk
memperhatikan keselamatan bagi dirinya, pasien dan keluarga pasien pada saat
bekerja agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang aman bagi pasien. Salah
satu cara untuk melindungi keselamatan pasien adalah agar dapat mencegah
terjadinya penularan penyakit dengan menggunakan alat pelindung diri (APD)
pada saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien penyakit menular. Hal ini
tidak lepas dari peran manajemen keperawatan untuk menyediakan alat pelindung
diri bagi perawat yang memberikan asuhan keperawatan. Perawat sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial
yang tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan
klien. Kemampuan manajerial dapat dimiliki melalui berbagai cara salah satunya
untuk dapat ditempuh dengan meningkatkan ketrampilan melalui bangku kuliah
yang harus melalui pembelajaran di lahan praktek (Suyanto, 2009).
1.2 Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisis pelaksanaan kepemimpinan dan mana-
jemen keperawatan di ruangan Teratai RSI Jemursari Surabaya, berdasarkan teori
yang telah dipelajari.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan kajian situasi di unit pelayanan (6M = Man, Methode,
Material, Market, Machine, Money).
b. Melakukan analisis SWOT.
c. Mengidentifikasi permasalahan dan menentukan prioritas masalah
d. Menyusun strategi penyelesaian masalah dan menentukan prioritas strategi
penyelesaian masalah.
e. Menyusun Plan Of Action (POA) strategi penyusunan masalah.

1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model yang
diaplikasikan di ruang Teratai RSI Jemursari Surabaya
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan
model MAKP di ruang Teratai RSI Jemursari Surabaya
c. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi
2. Bagi Perawat
a. Melalui praktik manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-masalah
yang ada di ruangan Teratai RSI Jemursari Surabaya yang berkaitan
dengan pelaksanaan MAKP.
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan dan Kepemimpinan Keperawatan


A. Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang lain.
Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara
umum, dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan
Evaluasi).Manajemen pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 6 M
(Man, Material, Method, Money, Marketing, Machine).Dalam setiap kegiatan ma-
najemen selalu diawali dari Perencanaan dan diakhiri dengan Pengontrolan yang
merupakan suatu siklus yang berulang.Fokus pembelajaran dalam mata kuliah
manajemen dan kepemimpinan dalam praktik keperawatan ini adalah memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa tentang konsep manajemen keperawatan dan ma-
najemen asuhan keperawatan (Mugianti, 2016).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di oraganisasi.Manajemen tersebut mencangkup
kegiatan planning, organizing actualiting, controlling (POAC) terhadap staf, sa-
rana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2014).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga diharapkan
keduanya dapat saling mendukung. Proses keperawatan sebagaimana manajemen
keperawatan terdiri atas pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi hasil (Nursalam, 2014).

B. Definisi Kepemimpinan Keperawatan


Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses dimana seseorang
mempengaruhi sekelompok individu lain untuk mencapai tujuan bersama. Karena
para pemimpin dan pengikut keduanya merupakan bagian dari proses ini, penting
untuk menangani isu-isu yang dihadapi para pengikut sekaligus menjadi isu yang
dihadapi para pemimpin.
Pendapat yang relative sama dikemukakan oleh Nursalam (2013) seorang
pemimpin keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, mem-
impin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat mem-
berikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu,
keluarga, dan masyarakat.

C. Fungsi Manajemen Keperawatan


1. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu rincian kegiatan tentang apa yang harus dilakukan,
bagaimana kegiatan dilaksanakan dan dimana kegiatan itu dilaksanakan.
Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan mempermudah serta
memberi petunjuk terhadap pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan
pelayanan dan asuhan keperawatan kepada pasien. Perencanaan diruang rawat in-
ap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksanan, ketua tim dan
kepala ruangan (Siagian, 2012).
Perencanaan yang dilakukan oleh kepala ruangan meliputi perencanaan ta-
hunan, bulanan, mingguan dan harian. Kegiatan yang dilakukan dalam menyusun
perencanaan di ruang rawat inap meliputi perencanaan kebutuhan tenaga, kebu-
tuhan logistik ruangan, program kendali mutu yang akan disusun untuk mencapai
tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Selain itu kepala ru-
ang juga merencanakan kegiatan di ruangan seperti pertemuan dengan staf dengan
tujuan untuk menilai atau mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai
dengan standar atau belum, sehingga dapat dilakukan perubahan-perubahan serta
pengembangan dari hasil evaluasi tersebut (Siagian, 2012).
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian didefinisikan sebagai pengelompokan orang, alat, tugas,
kewenangan dan tanggung jawab sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Ada tiga aspek penting dalam pengorganisasian yaitu pola struktur or-
ganisasi, penataan kegiatan, dan struktur kerja organisasi (Siagian, 2012).
Prinsip pengorganisasian adalah pembagian kerja, kesatuan komando, rentang
kendali, pendelegasian, koordinasi.Pengorganisasian bermamfaat untuk penjab-
aran terinci semua pekerjaan yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan, pem-
bagian beban kerja sesuai dengan kemampuan, dan mengatur mekanisme kerja
antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan koordinasi (Sarwo-
to, 2010).
3. Pengarahan
Pengarahan atau (directing) adalah suatu usaha untuk penerapan perencanaan
dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya.Fungsi pengarahan bertujuan agar perawat atau staf mampu
melaksanakan tugas sesuai dengan diharapkan.Dalam melakukan pengarahan,
kegiatan yang dilakukan kepala ruangan diantaranya adalah saling memberi moti-
vasi, membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian melakukan
komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi (Siagian, 2012).
4. Pengawasan dan Pengendalian
Pengawasan dan pengendalian adalah suatu proses kegiatan seorang pemimpin
untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan organisasi sesuai dengan rencana, ke-
bijaksanaan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

D. Prinsip-Prinsip Yang Mendasari Manajemen Keperawatan


Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
1. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan karena me-
lalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan
keputusan, pemecahan masalah yang afektif danterencana.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan menyusun perencanaan
yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukansebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan berbagai
situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai tingkatmana-
jerial.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus per-
hatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang pasien
lihat, fiki, Kepuasan pasien merupakan point utama dari seluruhtujuan
keperawatan.
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapaitujuan.
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
7. Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat memotivasi staf
untuk memperlihatkan penampilan kerja yangbaik.
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi
yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan
pandangan arah dan pengertian diantarabawahan
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya mempersiap-
kan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih tinggi ataupun
upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuankaryawan.
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi
dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, membandingkan
penampilan dengan standar dan memperbaikikekurangan.
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para manajer, administrator dan
bawahan seyogianya bekerja bersama-sama dalam merencanakan dan pengorgan-
isasian serta fungsi- fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

E. Tujuan Manajemen Keperawatan


Adapun tujuan manajemen keperawatan adalah :
1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan
2. Mencegah/mengatasi masalah manajerial
3. Pencapaian organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh
komponen yang ada
4. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf keperawatan bekerja
lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, serta mengu-
rangi duplikasi tenaga dan upaya
Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan adalah :
1. Terselenggaranya pelayanan
2. Asuhan keperawatan yang berkualitas
3. Pengembangan staf
4. Budaya riset bidang keperawatan.

F. Lingkup Manajemen Keperawatan


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibat-
kan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan sudah menjadi hak
yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan
yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh dari sistem yang
ada. Pelayanan kesehatan yang memadai sangat dipengaruhi oleh pelayanan
keperawatan yang adadidalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang
efektif seyogianya memahami hal ini dan mampu memfasilitasi pekerjaan perawat
pelaksana meliputi : menggunaan proses keperawatan dalam setiap aktivitas
asuhan keperawatannya, melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diag-
nosa keperawatan yang ditetapkan, menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan
dan hasil-hasil keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat, serta mampu
mengendalikan lingkungan praktek keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan
ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi da-
lam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana.
Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri
dari: Manajemen operasional/ menajemen layanan dan manajemen
asuhankeperawatan.
1. Manajemen Layanan/Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan
yang terdiri dari tiga tingkatan menajerial dan setiap tingkatan dipimpin oleh
seseorang yang mempunyai kompetensi yang relevan. Tingkat manajerial ter-
sebut yaitu:

Gambar 2.1 Tingkat Manajerial

Agar mencapai hasil yang baik, ada beberapa faktor yang perlu dimiliki
oleh orang- orang yang memimpin dalam tiap level manajerial tersebut.
Faktor-faktor tersebut adalah : kemampuan menerapkan pengetahuan, ket-
rampilan kepemimpinan, kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin,
dan kemampuan melaksanakan fungsi manajemen.
2. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen Asuhan Keperawatan adalah suatu proses keperawatan yg
menggunakan konsep-konsep manajemen di dalamnya seperti : perencanaan,
pengorganisasan, implementasi, pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan
keperawatan ini menekankan pada penggunaan proses keperawatan dan hal ini
melekat pada diri seorang perawat. Setiap perawat dalam melaksanakan tu-
gasnya harus menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan pasien.
Proses Keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yg
menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat sesuai
yang dibutuhkan pasien. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahapan yaitu :
pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, imple-
mentasi dan evaluasi (Nursalam, 2015).
Menurut Keliat dalam Mugianti (2016) manajemen asuhan keperawatan
yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan meru-
pakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan
dengan menggunakan metode proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
klien atau menyelesaikan masalah klien.
a. Definisi MAKP
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah sistem yang
meliputi struktur, proses dan nilai-nilai profesional yang memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk ling-
kungan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut (Herlam-
bang, 2012).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses, dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Sitorus, 2011).
b. Tujuan MAKP
Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan melalui penataan sistem pem-
berian asuhan keperawatan baik struktur, proses dan nilai-nilai yang diyakini
dalam pemberian asuhan keperawatan.
c. Model MAKP
Berikut ini akandijelaskan beberapa metode yang digunakan dan bentuk
struktur pengorganisasian kerja yang digunakan supaya efektif dan efisien.
1) Fungsional
a) Definisi
Menurut Mugianti (2016) metode fungsional yaitu pengorganisasian
tugas keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis
pekerjaan yang dilakukan. Contoh: Perawat A tugasnya menyuntik, dan
perawat B melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital serta penyuapi
pasien.dan Perawat C bertugas untuk merawat luka. Metode penugasan
fungsional merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang
menekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur (Sitorus, 2011).
Prioritas utama metode ini adalah pemenuhan kebutuhan fisik sehingga
kurang memperhatikan kebutuhan manusia secara holistik dan komprehen-
sif.
b) Struktur MAKP Fungsional
Menurut Mugianti (2016) struktur organisasi dalam MAKP fungsional
sebagai berikut.

Gambar 2.2 MAKP Fungsional


c) Keuntungan dan Kerugian
Menurut Mugianti (2016) keuntungan dan kerugian dalam MAKP
fungsional sebagai berikut.
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian MAKP Fungsional
Keuntungan Kerugian
Perawat trampil untuk tugas dan Pelayanan keperawatan terpilah-pilah
pekerjaan tertentu atau tidak memungkinkan untuk
melakukan keperawatan secara holistik
Mudah memperoleh kepuasan kerja Apabila pekerjaan selesai cenderung
bagi perawat setelah selesai tugas perawat meninggalkan klien dan
melaksanakan pekerjaan non
keperawatan.
Kekurangan tenaga yang ahli dapat Kepuasan kerja secara keseluruhan
diganti dengan tenaga yang kurang sulit dicapai dan sulit diidentifikasi
berpengalaman untuk satu tugas kontribusi terhadap pelayanan.
sederhana.
Memudahkan kepala ruangan untuk Perawat hanya melihat asuhan
mengawasi staf atau peserta didik keperawatan sebagai ketrampilan saja
yang praktek untuk ketrampilan
tertentu.
2) Tim
a) Definisi
Metode ini menggunakan timyang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2 atau 3 tim yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang sal-
ing membantu (Mugianti, 2016).
b) Struktur MAKP Tim
Menurut Mugianti (2016) struktur organisasi dalam MAKP tim sebagai
berikut

Gambar 2.3 MAKP Tim


Pelaksaanakan metode tim harus berlandaskan dengan konsep se-
bagai berikut:
(1) Ketua tim, sebagai perawat profesional, harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
(2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra terjamin.
(3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
(4) Peran kepala ruangan penting dalam metode tim.
c) Keuntungan dan Kerugian
Menurut Mugianti (2016) keuntungan dan kerugian dalam MAKP tim
sebagai berikut.
Tabel 2.2 Keuntungan dan Kerugian MAKP Tim
Keuntungan Kerugian
Memungkinkan pelayanan keperawatan Komunikasi antar anggota tim
yang menyeluruh terbentuk terutama dalam bentuk
Medukung pelaksanaan proses konfernsi tim, yang biasanya
keperawatan. membutuhkan waktu, yang sulit
Memungkinkan komunikasi antar tim, untuk dilaksanakan pada waktu-
sehingga konflik mudah di atasi dan waktu sibuk.
memberi kepuasan kepada anggota tim.

3) Kasus
a) Definisi
Metode kasus disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang
merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat ber-
tanggung jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam
waktu 8-12 jam setiap shift.Metode kasus merupakan metode pemberian
asuhan yang pertama digunakan.
Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan
kepada seorang pasien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah
pasien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan
perawat itu dan kompleksnya kebutuhan pasien (Sitorus, 2011).
Model ini sangat sesuai digunakan di ruang rawat khusus seperti ruang
perawatan intentif, misalnya: ruang ICCU, ICU, HCU, hemodialisis, dll.
b) Struktur MAKP Kasus
Menurut Mugianti (2016) keuntungan dan kerugian dalam MAKP ka-
sus sebagai berikut.

Gambar 2.4 MAKP kasus


c) Konsep Dasar Metode Kasus
(1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
(2) Ada otonomi
(3) Ketertiban pasien dan keluarga
d) Tugas Perawat dalam Metode Kasus
(1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien
secara komprehensif
(2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
(3) Melaksanakan semua rencana yang telah dibuat selama ini
(4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pela-
yanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
(5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
(6) Menerima dan menyesuaikan rencana
(7) Menyiapkan penyuluhan pulang
(8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kon-
tak dengan lembaga sosial masyarakat.
(9) Membuat jadwal perjanjian klinik
(10) Mengadakan kunjungan rumah
e) Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi TIM Metode Kasus
Kepala perawat :
(1) Memimpin rapat
(2) Evaluasi kinerja perawat
(3) Membuat daftar dinas
(4) Menyediakan material
(5) Perencanaan, pengawasan, pengarahan
Perawat primer :
(1) Membuat perencanaan asuhan keperawatan
(2) Mengadakan tindakan kolaborasi
(3) Memimpin timbang terima
(4) Mendelegasikan tugas
(5) Memimpin ronde keperawatan
(6) Evaluasi pemberian asuhan keperawatan
(7) Bertanggung jawab terhadap klien
(8) Memberi petunjuk jika klien akan pulang
(9) Mengisi resume keperawatan
4) Manajemen Kasus
a) Definisi
Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para
manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus
pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus
dalam beberapa cara seperti :
(1) Dengan dokter dan pasien tertentu
(2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit
(3) Dengan mengadakan diagnosa.
Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membu-
tuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan ting-
kat master untuk meng-implementasikan praktek keperawatan dengan
budget yang tinggi.
b) Struktur MAKP Manajemen Kasus
Struktur dalam MAKP manajemen kasus sebagai berikut:

Gambar 2.5 MAKP Manajemen Kasus


5) Primer
a) Definisi
Menurut Mugianti (2016) keperawatan primer adalah suatu metode
pemberian asuhan keperawatan dimana perawat profesional bertanggung
jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama
24 jam/hari.Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan, Im-
plementasi dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk ru-
mah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama
perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
b) Struktur MAKP Primer
Menurut Mugianti (2016) struktur dalam MAKP primer sebagai beri-
kut.

Gambar 2.6 MAKP Primer


c) Karakteristik MAKP Primer
(1) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai
pemulangan
(2) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan
keperawatan, kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan
lain, dan menyusun rencana perawatan
(3) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh
perawat primer kepada perawat sekunder selama shift lain
(4) Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia
(5) Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer
(6) Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”
(7) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
(8) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
(9) Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun
non-professional sebagai perawat asisten.
d) Tugas
Beberapa tugas kepala ruangan, perawat primer dan perawat associate
meliputi :
Tabel 2.3 Tugas Kepala Ruangan, Perawat Primer, Perawat Assosiate
Kepala Ruangan Perawat Primer Perawat Associate
1. Menjadi konsultan 1. Menerima pasien 1. Memberikan pelayanan
dan pengendali dan mengkaji kebu- keperawatan secara lang-
mutu perawat pri- tuhan pasien secara sung berdasarkan proses
mer komperhensif keperawatan dengan sen-
2. Member orientasi 2. Membuat tujuan tuhan kasih sayang
dan merencanakan dan rencana 2. Menyusun rencana
karyawan baru keperawatan perawatan sesuai dengan
3. Menyusun jadwal 3. Melaksanakan masalah klien
dinas dan member rencana yang telah 3. Melaksanakan tindakan
penugasan pada dibuat selama ber- perawatan sesuai dengan
perawat asisten dinas rencana
4. Melakukan evalua- 4. Mengkomunikasi- 4. Mengevaluasi tindakan
si kerja kan dan perawatan yang telah
5. Merencanakan/ mengkoordina-sikan diberikan
6. menyelenggarakan pelayanan yang 5. Mencatat atau melapo-
pengembangan staf diberikan oleh rkan semua tindakan
7. Membuat 1-2 disiplin lain maupun perawatan dan respons
pasien untuk model perawat lain. klien pada catatan
agar dapat 5. Mengevaluasi perawatan
mengenal hambat- keberhasilan yang 6. Melaksanakan program
an yang terjadi. dicapai medis dengan penuh
6. Menerima dan me- tanggung jawab
nyesuaikan rencana 7. Pemberian obat
7. Menyiapkan 8. Pemeriksaan laboratori-
penyuluhan untuk um
kepulangan pasien 9. Persiapan klien yang
8. Melakukan rujukan akan operasi
kepada pekerja so- 10. Memerhatikan keseim-
sial, dengan cara bangan kebutuhan fisik,
kontak dengan lem- mental, sosial, dan spir-
baga sosial di itual dari klien
masyarakat. 11. Memelihara kebersihan
9. Membuat jadwal klien dan lingkungan
perjanjian klinik 12. Mengurangi penderitaan
10. Mengadakan kun- klien dengan memberi ra-
jungan rumah sa aman, nyaman, dan
ketenangan
13. Pendekatan dan komu-
nikais terapeutik
14. Mempersiapkan klien
secara fisik dan mental
untuk menghadapi tinda-
kan keperawatan dan
pengobatan atau diagno-
sis
15. Melatih klien untuk me-
nolong dirinya sendiri
sesuai dengan kemampu-
annya
16. Memberikan pertolongan
segera pada klien gawat
atau sakaratul maut
17. Membantu kepala ru-
angan dalam pe-
natalaksanaan ruangan
secara administrative
18. Menyiapkan data klien
baru, pulang, atau
meninggal
19. Mengatur dan menyiap-
kan alat-alat yang ada di
ruangan menurut
fungsinya supaya siap
pakai
20. Menciptakan dan me-
melihara kebersihan,
keamanan, dan kenya-
manan, dan keindahan
ruangan
21. Melaksanakan tugas di-
nas pagi, sore, malam,
atau hari libur secara ber-
gantian sesuai jadwal tu-
gas
22. Memberikan penyuluhan
kesehatan sehubungan
dengan penyakitnya
(PKMRS)
23. Melaporkan segala sesua-
tu mengenai keadaan
klien baik secara lisan/
tulisan
24. Membuat laporan harian
klien
e) Keuntungan dan Kerugian
Menurut Mugianti (2016) keuntungan dan kerugian dalam MAKP pri-
mer sebagai berikut.
Tabel 2.4 Keuntungan dan Kerugian MAKP Primer
Keuntungan Kerugian
Otonomi perawat meningkat, karena Ruangan tidak memerlukan
motivasi, tanggung jawab dan tanggung bahwa semua perawat pelaksana
gugat meningkat harus perawat professional
Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan Biaya yang diperlukan mahal
Meningkatnya hubungan antara perawat
pasien
Membebaskan perawat dari tugas-tugas
yang bersifat perbantuan
Metode ini mendukung pelayanan
professional
Terciptanya kolaborasi yang baik

6) Modular
a) Definisi
Menurut Mugianti (2016) MAKP Modular yaitu pengorganisasian pe-
layanan atau asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional
dan non profesional (perawat trampil) untuk sekelompok klien dari mulai
masuk rumah sakit sampai pulang, disebut tanggung jawab total atau kese-
luruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan,
trampil dan memiliki kemampuan memimpin.Idealnya 2 - 3 perawat untuk
8 - 12 klien.

G. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang mengerjakan apa
yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya (Truman dalam Gillies, 1996).
Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan mempengaruhi orang lain
untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuann-
ya (Sullivan & Decleur, 1989). Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk
mempengaruhi anggota kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan yang
ditentukan (Baily, Lancoster & Lancoster, 1989). Kepemimpinan adalah sebuah
hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk
mempengaruhi perilaku pihak lain yang didasarkan pada perbedaan kekuasaan
antara pihak-pihak tersebut (Gillies, 1996). Sedangkan menurut Ngalim Purwanto
(1993: 26). "Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan
kelompok orang- orang tertentu, biasanya melalui 'human relations' dan motivasi
yang tepat, sehingga tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerja sama dan mem-
banting tulang memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-
tujuanorganisasi".
Dari beberapa pengertian kepemimpinan tersebut dapat kita ambil kesimpulan
bahwa ada kata kunci yang bisa kita ambil dari pengertian di atas yaitu kemam-
puan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sebagai pengikutnya. Rumusan
komponen yang ada dalam kepemimpinan ada empat aspe , yaitu: 1) Leader, 2)
Pengikut, 3) tujuan, dan 4) situasi dan komunikasi.

H. Syarat Pemimpin
Pemimpin yang handal harus mempunyai syarat-syarat (karakteristik) tertentu
yang menujukkan kecakapan ada 3 syarat pemimpin yaitu : kekuasaan,
kewibawaan, dan kemampuan.
1. Kekuasaan
Merupakan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk
memimpin suatu kelompok
2. Kewibawaan
Merupakan kelebihan, keunggulan yang dimiliki seseorang yang membuat
orang lain bersedia melakukan perbuatan tertentu.
3. Kemampuan
Merupakan segala kesanggupan, kecakapan yang dianggap melebihi
kemampuan anggota kelompok lainnya.

I. Peran Pemimpin
Pemimpin memiliki peran sebagai beriku:
1. Interpersonal Role
Peranan yang berkaitan dengan hubungan antar pribadi
2. Informational Role
Peranan yang berhubungan dengan informasi, baik informasi yang diterima
maupun harus disampaikan
3. Decisional Role
Peranan terkait dengan pembuatan keputusan.

J. Azaz-Azaz Kepemimpinan
Azas kepemimpinan anatara lain
1. AzasKemanusian
Memperhatikan bawahan dan memandang bawahan sebagai manusia
2. AzasEfisiensi
Dengan sumber dayayang terbatas, pemimpin dapat mengefisienkan
untuk kepentingan kelompoknya
3. Azas kesejahteraan yang lebihmerata
Pemimpin berusaha mengurangi kesenjangan dan konflik yang dapat
mengganggu jalannya organisasi.

K. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan menurut (Mugianti 2016) :
1. Memandu, menuntun, membimbing, memotivasi
2. Menjadlin komunikasi yang baik
3. Mengorganisasi, mengawasi, dan membawa organisasinya pada tujuan yang
telah ditetapkan.
Lebih tepatnya seorang pemimpin harus mampu menjadi contoh peran bagi yang
lainnya dan mampu menempatkan dirinya seperti sosok Ki Hajar Dewantoro.
Fungsi kepemimpinan yang bisa kita contoh dari Ki Hajar Dewantro :
1. Ing Ngarso Sung Tulodho ketika di depan memberikan contoh
2. Ing Madya Mbangun Karso ketika berada di tengah bersama sama
menyelesaikan tugas
3. Tut Wuri Handayani ketika berada dibelakang mampu memberikan dorongan
dan motivasi.
L. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan menurut (Mugianti, 2016) merupakan cara seseorang
memanfaatkan kekuatan yang tersedia untuk memimpin orang lain setiap
pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda ada 3 faktor yang menjadi
kunci gaya kepemimpinan seseorang yang merupakan faktor yang saling
melengkapi dan mempengaruhi satu sama lannya, yaitu : pemimpin itu sendiri,
orang yag dipimpin dan situasi, seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2.7 Gaya Kepemimpinan


Dapat disimpulkan bawha gaya kepemimpinan seseorang merupakan fungsi
dari ketiga variabel di atas. Teori bakat yaitu bila dilihat dari pemimpin itu
sendiri. Teori prilaku yaitu dilihat dari pemimpin itu sendiri dan orang yang
dipimpin untuk Teori situasi yaitu dilihat dari situasinya.
Berikut adalah uraian dari masing-masing teori menurut (Mugianti, 2016):
1. Teori Bakat
Teori bakat dikenal dengan “Great Man Theory”. Teori bakat mucul karena
adanya keyakinan bahwa kemampuan memimpin hanya dimiliki oleh yang
dilahirkan dengan bakat tersebut. Teori ini tidak sepenuhnya benar sebab setiap
orang bisa menjadi pemimpi, dan mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan kepemimpinannya.
2. Teori perilaku, yang bisa digunakan untuk Kurt Lewin
a. Otokratik : Pada gaya otokratik pemimpin melakukan kontrol maksimal
terhadap staf, membuat keputusan sendiri dalam menentukan tujuan kelompok.
Lebih menkankan pada penyelesaian tugas dari pada hubungan interpersonal.
Gaya ini cenderung menyebabkan permusuhan dan agresif atau apatis sampai
menurunnya inisiatif (Mugianti, 2016).
Contoh : kepala ruangan menetapkan jadwal dinas, sanksi sesuai aturan, tanpa
mempertimbangkan alasan staf perawat yang mengajukan ijin
b. Demokratik : Pemimpin mengikusertakan bawahan dalam proses pengambilan
keputusan lebih menekankan pada hubungan interpersonal dan kerja kelompok.
Pemimpin menggunakan posisinya untuk mendapatkan pandangan dan
pemikiran bawahan serta memotivasi mereka untuk menentukan tujuan dan
mengembangkan rencana. Hal ini cenderung meningkatkan produktivitas dan
kepuasan kerja (Muagianti, 2016).
Contoh : Kepala bidang keperawatan selalu meminta kepala ruang memberikan
masukan untuk sebuah perubahan kebijakan.
c. Laissez Fair : Pemimpin memberikan kebebasan bertindak, menyerahkan
perannya sebagai pemimpin kepada bawahan tanpa diberi petunjuk atau
bimbingan serta pengawasan. Pemimpin sangat sedikit merencanakan dan
membuat keputusan. Gaya kepemimpinan ini efektif bila bawhan mempunyai
kemampuan dan tanggung jawab yang tinggi. Bila kemampuan dan tanggung
jawab bawahan kurang cenderung menimbulkan keresahan dan frustasi
(Mugianti, 2016).
Contoh : Kepala Ruangan tidak pernag mau tahu apa yang sedang terjadi di
ruangan, staf perawat yang tidak disiplin tidak mendapat teguran yang penting
aman.
3. Teori Situasional
Pemimpin berubah dari satu gaya ke gaya lainnya sesuai dengan perubahan
situasi yang terjadi. Jadi seorang pemimpin yang efektif pada situasi tertentu
belum tentu mampu bersikap dan bertindak efektif pada situasi lain (Mugianti,
2016).

M. Ciri-Ciri Pemimpin Yang Efektif


Pemimpin perlu memahami karakteristik dirinya dan bawahannya agar dalam
menyelesaikan masalah pemimpin dapat mengambil keputusan yang tepat.
Berikut pemimpin yang efektif :
1. Menyusun tujuan dan mempunyai pandangan jauh ke depan
2. Mengembangkan diri
3. Berfikir kritis
4. Menyelesaikan masalah
5. Menghormati individu
6. Mendengarkan oranglain dan mempuyai ketrampilan berkomunikasi.
2.2 Prinsip Manajemen Keperawatan
Supaya manajemen dapat berjalan sesuai dengan harapan dan mencapai tujuan
organisasi, maka pemahaman tentang prinsip-prinsip manajemen sangatlah dibu-
tuhkan. Ada tujuh prinsip manajemen yang harus Anda ketahui, yaitu:
perencanaan, penggunaan waktu yang efektif, pengambilan keputusan, pengel-
ola/pemimpin, tujuan sosial, pengorganisasian dan perubahan. Berikut dibawah ini
akan dijelaskan maksud dari prinsip-prinsip manajemen tersebut.
A. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertamadalam manajemen (the first
function of management).Semua fungsi manajemen tergantung dari perencanaan.
Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses mental untuk membuat
keputusan dan peramalan (forecasting). Perencanaan harus berorientasi ke masa
depan dan memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan (Swansburg &
Swansburg, 1999). Dalam perencanaan, salah satu hal penting yang menjadi pusat
perhatian adalah rencana pengaturan sumber daya manusia (SDM) dan sumber
daya yang lain yang relevan. Perencanaan yang baikakan meningkatkan capaian
tujuan dan pembiayaan yang efektif.
B. Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time)
Penggunaan waktu efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan pem-
anfaatan waktu yang tepat dan memungkinkan berjalannya roda organisasi dan
tercapaianya tujuan organisasi.Waktu pelayanan dihitung, dan kegiatan
perawatdikendalikan.
C. Pengambilan keputusan (Decision making).
Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran dari proses mental
atau kognitif yang membawa pada pemilihan di antara beberapa alternatif yang
tersedia yang dilakukan oleh seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk
mencapai tujuan melalui pelaksanaan/ implementasi dari pilihan keputusan yang-
diambil.
D. Pengelola/Pemimpin (Manager/leader)
Manajer yang bertugas mengatur manajemen memerlukan keahlian dan tin-
dakan nyata agar para anggota menjalankan tugas dan wewenang dengan baik.
Adanya manajer yang mampu memberikan semangat, mengontrol dan mengajak
mencapai tujuan merupakan sumber daya yang sangat menentukan
E. Tujuan sosial (Social goal)
Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan ditetapkan dalam
bentuk visi, misi dan tujuanorganisasi.
F. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah aktivitas untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-masing kelompok dilakukan
berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik secara horizontal
maupun secara vertikal (Swansburg & Swansburg,1999).
G. Perubahan (Change)
Perubahan adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang lainnya
yang berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988). Perubahan, di dalam manajemen
keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan yang dinamis
mengikuti karakteristik pasien yang akan dilayani

2.3 Fase-fase Manajemen Keperawatan


a. Mengidentifkasi misi dan falsafah yang dikembangkan
b. Menetapkan tujuan
c. Mengumpulkan data-data, yang mencakup :
1. Sensus rata-rata harian pasien
2. Kapasitas tempat tidur
3. Beban kerja perawat
4. Rata-rata lama hari rawat (ALOS)
5. Angka kelahiran
6. Jumlah tindakan oprasi
7. Kecenderungan populasi pasien, yang mencakup : diagnosa, kelompok usia,
keparahan penyakit, tingkat ketergantungan pasien
8. Kecenderungan dalam teknologi
9. Analisis SWOT
Pengertian analisis SWOT banyak macamnya. Secara sederhana dapat
diartikan sebagai suatu kajian yang dilakukan terhadap suatu organisasi
sedemikian rupa sehingga diperoleh keterangan yang akurat tentang
berbagai faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan serta hambatan yang
dimiliki dan atau yang dihadapi oleh organisasi.
Dalam analisis SWOT ditemukan ada empat unsur pokok yang perlu
dipahami diantaranya :
a. S (Strengeht) Kekuatan
Kekuatan (Strenght) di sini adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas
yang dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dapat dimanfaaatkan
akan berperan besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai
tujuan yang dimiliki oleh organisasi.
b. W (Weakness) Kelemahan
Kelemahan (Weaknesses) di sini adlaah berbagai kekurangan yang
bersifat khas yang dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila berhasil
diatasi akan berperan besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga dalam
mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi
c. O (Opportunity) Kesempatan
Kesempatan (opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang
dihadapi oleh suatu organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan be-
sar perannya dalam mencapai tujuan organisasi.
d. T (Threat) Hambatan
Hambatan (threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang dihadapi
oleh suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan besar peran-
annya dalam mencapai tujuan organisasi.
1) Mengembangkan rencana kegiatan
2) Mengembangkan rencana evaluasi
Pada analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Pengisian Item Internal Factor (IFAS) dan External Factor (EFAS). Cara
pengisian data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh pengumpulan
data pada bagian lain). Data tersebut dibedakan menjadi dua yaitu: IFAS
yang meliputi aspek kelemahan ( weakness) dan kekuatan (strength) dan
EFAS yang meliputi aspek peluang (opportunity) dan ancaman (trheat-
ened).
b. Bobot. Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sam-
pai dengan 0,0 (tidak penting).
c. Peringkat (rating). Hitung peringkat masing-masing faktor dengan mem-
berikan skala mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasar-
kan pengaruh faktor tersebut. Data peringkat didapatkan berdasarkan
pengukuran baik secara wawancara melalui whatsapp dan google form.
Faktor kekuatan dan peluang menggambarkan nilai kinerja positif, se-
baliknya faktor kelemahan dan ancaman menggambarkan nilai kinerja
yang negatif kemudian, bobot dikali dengan peringkat untuk mendapat-
kan nilai masing-masing faktor.
d. Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor maka untuk mendapatkan
nilai IFAS adalah: kekuatan dikurangi kelemahan (S-W) dan EFAS ada-
lah peluang dikurangi ancaman (O-T). Hasil dari IFAS dan EFAS
kemudian dimasukkan didalam diagram layang untuk mengetrahui masa-
lah dan strategi perencanaan berdasarkan letak kuadaran.
1) Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat progresif/ turn
around dengan tujuan meningkatkan kelemahan internal untuk
mendapatkan kesempatan (peluang).
2) Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif dengan tujuan
mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk mendapatkan
peluang yang lebih dalam menghadapi persaingan.
3) Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat diversifikasi dengan
tujuan merubah kekuatan internal yang ada untuk mengantisipasi
faktor ancaman dari luar.
4) Pada kekuatan WT, strategi perencanaan bersifat bertahan dengan
tujuan mempertahankan eksistensi supaya institusi/perusahaan tetap
ada dan dapat menjalankan fungsinya secara minimal.
2.4 Kegiatan dalam Manajemen Keperawatan
A. Timbang Terima
1. Definisi
Menurut Nursalam (2013) definisi timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum per-
gantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga informasi yang
berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada perkem-
bangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam berkomu-
nikasi. Timbang terima dinas berperan penting dalam menjaga kesinambungan
layanan keperawatan selama 24 jam. Timbang terima merupakan pengalihan
tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek
perawatan pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok profe-
sional secara sementara atau permanen.
2. Tujuan Timbang Terima
Menurut Nursalam (2013) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah:
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas beri-
kutnya.
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
2. Manfaat Timbang Terima
Menurut Nursalam (2013) timbang terima memberikan manfaat bagi perawat
dan bagi pasien.Bagi perawat manfaat timbang terima adalah meningkatkan ke-
mampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan kerjasama dan ber-
tanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien
yang berkesinambungan, perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara
paripurna.Sedangkan bagi pasien, saat timbang terima pasien dapat menyam-
paikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.
3. Pemilihan Tempat untuk Pelaksanaan Timbang Terima
Tempat yang tepat pada saat akan dilakukan pelaksanaan timbang terima adalah:
a. Idealnya dilakukan di ruang perawat atau nurse station.
b. Tempatnya luas dan besar sehingga memberikan kenyamanan dan memung-
kinkan semua staf menghadiri dalam pelaksanaan timbang terima.
c. Bebas dari gangguan sehingga berkontribusi dalam meningkatkan kesulitan
untuk mendengar laporan dan dapat mengakibatkan penerimaan informasi
yang tidak tepat.
d. Terdapat hasil lab, X-ray, informasi klinis lainnya.
4. Alur Prosedur Timbang Terima

Gambar 2.8 Alur Prosedur Timbang Terima


5. Hambatan
Menurut Scovell (2010) terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat
dalam pelaksanaan timbang terima, diantaranya adalah
a. Perawat tidak hadir pada saat timbang terima
b. Perawat tidak peduli dengan timbang terima, misalnya perawat yang keluar
masuk pada saat pelaksanaan timbang terima
c. Perawat yang tidak mengikuti timbang terima maka mereka tidak dapat me-
menuhi kebutuhan pasien mereka saat ini.
B. Penerimaan Pasien Baru
1. Definisi Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan pasien
baru (pasien dan/atau keluarga) di ruang pelayanan keperawatan, khususnya pada
rawat inap atau keperawatan intensif.Kegiatan pada saat penerimaan pasien baru,
maka disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruang, pengenalan ketenagaan
ners−medis, dan tata tertib ruang, serta penyakit (Nursalam, 2014).
2. Tujuan Penerimaan Pasien Baru
Pasien baru tentu saja membutuhkan orientasi atas lingkungan dan tata cara
pelayanan yang akan dia terima. Orientasi pada pasien baru bertujuan agar pasien
dan keluarga memahami tentang peraturan rumah sakit dan memahami tentang
semua fasilitas yang tersedia serta cara penggunaannya.
Penerimaan pasien baru bertujuan untuk mengetahui keadaan pasien dan
keluarga, pasien bisa langsung menempati ruang perawatan, untuk mengetahui
kondisi dan keadaan pasien secara umum dan membantu menurunkan tingkat
kecemasan pasien saat masuk rumah sakit (Nursalam, 2014).
3. Tahapan Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu tahap pra penerimaan
pasien baru dan tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru.
a. Tahap Pra Penerimaan Pasien Baru
Pada tahap penerimaan pasien baru, beberapa hal yang perlu dipersiapkan
sesuai standar operasional prosedur, yaitu :
1) Menyiapkan kelengkapan administrasi
2) Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
3) Menyiapkan format penerimaan pasien baru
4) Menyiapkan buku status pasien dan format pengkajian keperawatan
5) Menyiapkan informed consent sentralisasi obat
6) Menyiapkan nursing kits
7) Menyiapkan lembar tata tertib pasien, keluarga dan pengunjung ruangan.
b. Tahap Pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru
1) Pasien datang diruangan diterima oleh kepala ruangan atau perawat primer
atau perawat yang diberi delegasi
2) Perawat memperkenalkan diri pada klien dan keluarganya
3) Perawat bersama dengan karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur
(apabila pasien datang dengan berangkat atau kursi roda) dan berikan posisi
yang nyaman
4) Perkenalkan pasien baru dengan pasien yang sekamar
5) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat memberikan
informasi kepada klien dan keluarga tentang orientasi ruangan. perawatan
(termasuk perawat yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dok-
ter yang bertanggung jawab dan jadwal visit) dan tata tertib ruangan
6) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan dan informasi yang telah
disampaikan
7) Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format
8) Perawat menunjukkan kamar atau tempat tidur klien dan mengantarkan ke
tempat yang telah ditetapkan
9) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk menendatangani
informed consent sentralisasi obat.
c. Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Penerimaan Pasien Baru
Hal–hal yang perlu diperhatikan saat pelaksanaan penerimaan pasien baru,
yaitu :
1) Pelaksanaan secara efektif dan efisien
2) Dilakukan oleh kepala ruangan atau perawat primer dan atau perawat asosiete
yang telah diberikan wewenang atau yang telah didelegasikan
3) Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi klien
4) Ajak pasien komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik.
d. Alur Penerimaan Pasien Baru
Gambar 2.9 Alur Penerimaan Pasien Baru
C. Sentralisasi Obat
1. Definisi
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat, pengeluaran dan
pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat (Nursalam, 2011).
Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan konsumsi obat meru-
pakan salah satu peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam suatu pola
sistematis, sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat
sehingga resiko kerugian secara materil maupun non materil dapat dieliminir.
2. Tujuan
Tujuan sentralisasi obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi (Nursalam, 2011).
3. Alur Sentralisasi Obat

Gambar 2.10 Alur Sentralisasi Obat


D. Ronde Keperawatan
1. Definisi
Secara bahasa ronde keperawatan terdiri dari 2 kata yaitu ronde dan
keperawatan. Ronde berasal dari Bahasa Inggris yaitu “round” yang memiliki
makna sama dengan around. Sebagai kata keterangan, jika round digunakan untuk
menjelaskan objek atau tempat, memiliki makna bahwa tempat dan objek tersebut
dikelilingi atau berada disemua sisi.Sebagai preposisi, round memiliki makna
melewati atau mengelilingi orang demi orang dalam satu grup.
Ronde keperawatan adalah sebagai salah satu tehnik untuk mengorganisasi-
kan pelayanan keperawatan secara proaktif yang berfokus kepada pasien.
2. Tujuan
Adapun tujuan dari ronde keperawatan adalah mencari solusi atau pemecahan
masalah yang dihadapi psisen. Sedangkan kriteria pasien yang akan dilakukan
ronde adalah:
a. Pasien dengan penyakit kronis.
b. Pasien dengan komplikasi.
c. Pasien dengan penyakit akut.
3. Alur Ronde Keperawatan

Gambar 2.11 Alur Ronde Keperawatan

E. Discharge Planning
1. Definisi
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem
perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan pasien secara berkelanjutan
dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga
menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber
yang tepat dengan harga terjangkau (Doengos & Moorhouse dalam Setiadi, 2016).
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemu-
dahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan
sesudah pulang. Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim
kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien
melakukan keperawatan mandiri dirumah. Perencanaan pulang didapatkan dari
proses interaksi ketika keperawatan profesional, pasien, dan keluarga berko-
laborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diper-
lukan oleh pasien saat perencanaan harus berpusat pada masalah pasien yaitu
pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta keperawatan rutin yang sebenarnya
(Swenberg, 2000 dalam Nursalam 2015).
2. Tujuan Discharge Planning
Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik un-
tuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Carpenito,
1999 dalam Rahmi, 2011). Tindakan ini juga bertujuan memberikan pelayanan
terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan
komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif.
Discharge planning merupakan kolaborasi antara keperawatan, pasien dan
keluarga pasca rawat inap, yang bertujuan untuk menyiapkan kemandirian pasien
dan keluarga secara fisik, psikologis, sosial, pengetahuan, keterampilan perawatan
dan sistim rujukan berkelanjutan. Hal tersebut dilaksanakan untuk mengurangi
kekambuhan, serta menukar informasi antara pasien sebagai penerima layanan
dengan perawat selama rawat inap sampai keluar dari rumah sakit (Nursalam,
2016).

3. Manfaat Discharge Planning


Menurut Rahmi (2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa manfaat dari
pelaksanaan discharge planning adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission)
b. Mengantispasi terjadinya kegawatdaruratan seletah kembali ke rumah
c. Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien di rumah sakit
d. Meningkatkan kepuasan individu dan pemberi layanan
e. Menghemat biaya selama proses perawatan
f. Menghemat biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar rumah sakit atau di
masyarakat karena perencanaan yang matang
g. Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal.
4. Jenis Discharge Planning
Ada tiga jenis pemulangan pasien menurut Chesca dalam (Nursalam, 2016)
yaitu:
a. Pulang sementara atau cuti (conditioning discharge)
Pulang sementara atau cuti (conditional discharge), keadaan pulang ini dil-
akukan apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat komplikasi.Klien untuk se-
mentara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit
atau puskesmas terdekat.
b. Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge)
Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge) merupakan akhir dari
hubungan klien dengan rumah sakit.Namun apabila klien perlu dirawat kembali,
maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
c. Pulang paksa (judicial discharge)
Pulang paksa (judicial discharge) adalah kondisi klien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus
dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat puskesmas terdekat.
5. Prinsip Discharge Planning
Menurut Nursalam (2015) menyebutkan bahwa prinsip discharge planning
meliputi:
a. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang, nilai keinginan dan kebu-
tuhan dari pasien perlu dikaji dan di evaluasi.
b. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah
yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan
masalah dirumah dapat segera diantisipasi.
c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang meru-
pakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerjasama.
d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Tindakan yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan penge-
tahuan dari tenaga dan fasilitas yang tersedia di masyarakat.
e. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap
pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.
6. Hal yang Harus diketahui Pasien Sebelum Pulang
Menurut Nusalam (2015), adapun hal yang perlu diketahui pasien sebelum pu-
lang yaitu:
A. Intruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan,
serta masalah atau komplikasi yang dapat terjadi
B. Informasi tertulis tentang keperawatan yang harus dilakukan dirumah
C. Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan
D. Jelaskan masalah yang mungkin terjadi dan cara mengantisipasinya
E. Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien sendiri
dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi, dan lain-lain
F. Informasi tentang nomor telepon layanan keperawatan, medis, dan kunjungan
rumah apabila pasien memerlukan.
7. Alur Discharge Planning

Dokter dan tim Ners PP


kesehatan lain dibantu PA

Penentuan keadaan pasien:


1. Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan
pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian Program HE Lain-lain


administrasi 1. Kontrol dan obat/nersan
2. Nutrisi
Monitor (sebagai program
3. Aktivitas dan istirahat
service savety) oleh
4. Perawatan diri
keluarga dan petugas

Gambar 2.12 Alur Discharge Planning (Nursalam, 2015)


Keterangan :
a. Tugas Perawat Primer
1) Membuat rencana discharge planning
2) Membuat leaflet
3) Memberikan konseling
4) Memberikan pendidikan kesehatan
5) Menyediakan format discharge planning
6) Mendokumentasikan discharge planning
b. Tugas Perawat Associate
Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat keperawatan dan di-
akhiri ners)
F. Supervisi
1. Definisi
Supervisi menurut Nursalam (2015) merupakan suatu bentuk dari kegiatan
manajemen keperawatan yang bertujuan pada pemenuhan dan peningkatan pela-
yanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan
kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas. Kunci supervisi menurut
Nursalam (2015) meliputi pra (menetapkan kegiatan, menetapkan tujuan dan
menetapkan kompetensi yang akan di nilai), pelaksanaan (menilai kinerja,
mengklarifikasi permasalahan, melakukan Tanya jawab, dan pembinaan), serta
pascasupervisi 3F (fair yaitu memberikan penilaian, feedback atau memberikan
umpan balik dan klarifikasi, reinforcement yaitu memberikan penghargaaan dan
follow up perbaikan).

2. Tujuan
Tujuan supervisi keperawatan adalah sebagai berikut: (Sitorus, 2011)
a. Memperhatikan anggota unit organisasi disamping itu area kerja dan pekerjaan
itu sendiri.
b. Memperhatikan rencana, kegiatan dan evaluasi dari pekerjaannya.
c. Meningkatkan kemampuan individu melalui orientasi, latihan dan bimbingan
individu sesuai kebutuhannya serta mengarahkan kepada kemampuan ket-
erampilan keperawatan.
d. Mengusahakan lingkungan dan kondisi kerja seoptimal mungkin termasuk
suasana kerja diantara staf, dan memfasilitasi penyediaan alat-alat yang dibu-
tuhkan baik kuantitas maupun kualitas sehingga memudahkan untuk
melaksanakan tugas. Lingkungan kerja harus diupayakan agar staf merasa
bebas untuk melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan staf.
e. Meningkatan standar klinis dan kualitas perawatan pasien Meningkatan
dukungan dan kesejahteraan pribadi
f. Peningkatan kepercayaan diri, insiden penurunan ketegangan emosional
g. Staf tinggi moral dan kepuasan mengarah ke penurunan staf sakit/absen,
meningkatkan kepuasan staf
h. Belajar melalui pengalaman dan terlibat dalam praktik reflektif diskusi klinis,
menjelajahi intervensi dan pengetahuan perawat yang disupervisi dan ket-
erampilan.
i. Dukungan emosional, mencoba untuk membantu yang berhubungan dengan
stres yang melayani pelayanan.
j. Pengembangan profesional, menjelajahi dengan perawat yang disupervisi un-
tuk dasar pengetahuan dan pengembangan keterampilan
3. Manfaat
Manfaat supervisi yaitu dengan supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja
dan efisiensi kerja.Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan pen-
ingkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hub-
ungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan. Pening-
katan efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan
yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sa-
rana) yang sia-sia akan dapat dicegah (Siagian, 2009).
4. Cara Supervisi
Cara melakukan supervisi dapat berupa supervisi langsung dan tidak langsung
a. Supervisi langsung. Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung. Pada supervisi modern diharapkan supervisor terlibat dalam
kegiatan agar pembimbing dan pengarahan serta pemberian petunjuk tidak
dirasakan sebagai perintah.
b. Supervisi tidak langsung. Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis maupun
lisan. Supervisor tidak melihat kejadian dilapangan sehingga mungkin terjadi
kesenjangan fakta
G. Conference
1. Definisi
Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahas hal-hal yang telah
dilakukan pada praktik klinik atau lapangan, tingkat pencapaian tujuan praktik
klinik hari tersebut, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta kejadian
lain yang tidak direncanakan, termasuk kejadian kegawatan klien yang harus
dihadapi peserta didik.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. Konferensi sebaiknya dilakukan di
tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
2. Klasifikasi
a. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi ka tim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ket-
ua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu
orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan penanggung ja-
wab tim.
b. Post conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post confer-
ence adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim.
3. Tujuan
Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah
secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gam-
baran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun
rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian
asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan peru-
bahan non kognitif. Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan
keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi
bagi pemberi asuhan.
a. Tujuan pre conference adalah :
1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil.
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan.
3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien.
b. Tujuan post conference adalah :
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.
4. Pelaksanaan
Menurut Sitorus (2011) menjelaskan panduan bagi PP dalam melakukan kon-
ferensi adalah sebagai berikut:
a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas
pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
b. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing-
masing.
c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam. Hal hal yang
disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
1) Keluhan utama klien
2) Keluhan klien
3) TTV dan kesadaran
4) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
5) Masalah keperawatan
6) Rencana keperawatan hari ini.
7) Perubahan keadaan terapi medis.
8) Rencana medis.
d. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang
masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
1) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan
2) Ketepatan pemberian infuse
3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
4) Ketepatan pemberian obat / injeksi
5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
6) Ketepatan dokumentasi
7) Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
8) Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kema-
juan masing-masing perawatan asosiet
9) Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat
diselesaikan
H. Dokumentasi Keperawatan
Kegiatan dokumentasi dilakasanakan pada minggu ke I-II untuk uji coba dan
aplikasi dilaksanakan minggu ke III-IV. Secara garis besar model pendokumenta-
sian PIE meliputi:
1. Pengkajian keperawatan
Analisa data, kriteia – LARB: Lengkap, Akurat, Relevan dan Baru.
Pengelompokan data, Kriteria:
a. Data biologis: Hasil dari (1) observasi tanda-tanda vital dan Pemeriksaan
fisik melalui IPPA-Inspeksi, Perkusi, Palpasi, Auskultasi; (2) pemeriksaan
diagnostic/ penunjang; laboratorium dan foto.
b. Data psikologis, sosial dan spiritual melalui wawancara dan observasi.
c. Format pengkajian data awal menggunakan model ROS (Review of Sys-
tem) yang meliputi data demografi pasien, riwayat keperawatan, observasi
dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang/ diagnostik.
2. Diagnostik Keperawatan
Kriteria:
a. Status kesehatan dibandingkan dengan norma untuk menentukan kesen-
jangan.
b. Diagnostik keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemeriksaan pasien.
c. Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang perawat.
d. Komponen diagnosis terdiri atas P-E-S.
3. Perencanaan
Komponen perencanaan keperawatan terdiri atas :
a. Prioritas masalah
Kriteria:
1) Masalah yang mengamcam kehidupan merupakan prioritas utama.
2) Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan prioritas
kedua.
3) Masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.
b. Tujuan asuhan keperawatan, memenuhi syarat-SMART
Kriteria (NOC-Nursing Outcome Criteria) disesuaikan standar pen-
capaian:
1) Tujuan dirumuskan secara singkat.
2) Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan.
3) Spesifik pada diagnosis keperawatan.
4) Dapat diukur.
5) Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
6) Adanya target waktu pencapaian.
c. Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nursing Intervention Classifica-
tion) yang telah ditetapkan oleh Instansi Pelayanan setempat. Jenis rencana
tindakan keperawatan mengandung 3 komponen, meliputi DET tindakan
keperawatan:
1) Diagnosis/ Observasi
2) Edukasi (HE)
3) Tindakan-independen, dependen dan interdependen
Kriteria :
a) Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
b) Merupakan alternatif tindakan secara tepat
c) Melibatkan pasien/ keluarga
d) Mempertimbangkan latar belakang social budaya pasien/ keluarga
e) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku
f) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
g) Disusun dengan mempertimbangkan lingkungan, sumber daya dan
fasilitas yang ada
h) Harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas dan penulisan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
i) Menggunakan formulir yang baku
j) Intervensi/ implementasi Keperawatan
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal yang
mencakup aspek peningkatan, pemeriksaan dan pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarga.Intervensi keperawatan berorientasi pada
15 komponen dasar keperawatan yang dikembangkan dengan prosedur teknis
perawatan.
Kriteria:
a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
b. Mengamati keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien
c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien/ keluarga
d. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
e. Menggunakan sumber daya yang ada
f. Menunjukkan sikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan pasien/
keluarga
g. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan
h. Menerapkan prinsip-prinsip aseptik dan antiseptik
i. Menerapkan etika keperawatan
j. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan
keselamatan pasien
k. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien
l. Merujuk dengan segera terhadap masalah yang mengancam keselamatan
pasien
m. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
n. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan
o. Melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur teknis yang telah diten-
tukan
5. Evaluasi
Dikakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai
perkembangan pasien setelah tindakan keperawatan.Kriteria:
a. Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
b. Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan fisiologis dan tingkah laku
pasien
c. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk diambil tindakan se-
lanjutnya
d. Evaluasi melibatkan klien dan tim kesehatan lain
e. Evaluasi dilakukan dengan standar (tujuan yang ingin dicapai dan standar
praktik keperawatan)
Komponen Evaluasi mencakup aspek: K-A-P-P (kognitif-afektif-
psikomotor-perubahan biologis) yang meliputi:
a. Kognitif (Pengetahuan klien tentang penyakit dan tindakan).
b. Afektif (Sikap) klien terhadap tindakan yang dilakukan.
c. Psikomotor (Tindakan/ perilaku) klien dalam upaya penyembuhan.
Perubahan Biologis (tanda vital, sistem, dan imunologi).
BAB 3
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

3.1 Karakteristik Rumah Sakit


Praktik Profesi Ners ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Jemursari di ru-
ang Teratai secara daring. Rumah sakit islam yang memiliki moto “Kami Melaya-
ni dengan Salam, Senyum, Ramah, dan Ikhlas” ini masuk dalam kategori rumah
sakit tipe B. RSI Jemursari Surabaya merupakan salah satu dari 4 instansi yang
dikelola oleh Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS). Tiga yang lainnya
yaitu RSI Ahmad Yani Surabaya, RSIA Ki Ageng Pinatih Gersik, dan Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) yang merupakan pengembangan dari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES YARSIS).
RSI Surabaya Jemursari dibangun diatas lahan seluas 47.000 m 2. Konsep
pembangunan rumah sakit ini adalah sebagai garden hospital. Oleh karena itu,
Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya dikelilingi oleh taman seluas 33.042 m 2.
Rumah sakit ini terletak di Jalan Jemursari No. 51-57 Surabaya yang merupakan
salah satu jalan protokol Kota Surabaya, sehingga akses ke rumah sakit ini mudal
dan hanya membutuhkan waktu 15 menit dari Bandara Internasional Juanda atau
dari terminal Bungurasih maupun dari gerbang tol Waru. Rumah Sakit Islam Je-
mursari Surabaya diresmikan pada tanggal 25 Mei 2002, bertepatan dengan Mau-
lid Nabi Muhammad SAW (12 Rabiul Awwal 1423 H).
A. Visi Rumah Sakit
Visi Rumah Sakit Islam Jemursari menjadi rumah sakit Islam terkemuka
dan terpercaya dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian.
B. Misi Rumah Sakit
1. Mengembangkan manajemen Rumah Sakit Islam untuk mendukung pela-
yanan, pendidikan dan penelitian yang berkualitas, professional dan bersiner-
gi.
2. Meningkatkan kinerja, kompetensi dan kesejahteraan karyawan secara berke-
lanjutan.
3. Menyediakan sarana dan prasarana rumah sakit yang mendukung peningkatan
mutu yang berkelanjutan.
4. Meningkatkan kualitas dalam rangka menjamin kepuasan pemangku kepent-
ingan atau Stake Holder.
C. Sifat, Maksud, dan Tujuan Rumah Sakit
1. Sifat Rumah Sakit
Di Rumah Sakit Islam Jemursari terdapat fasilitas sebagai berikut :
a. Pelayanan ruang rawat inap, terdiri dari :
1) Teratai
2) Dahlia
3) Azzahra 1
4) Azzahra 2
5) Melati
6) Zahira
b. Pelayanan rawat khusus
1) Ruang operasi (OK)
2) Ruang bersalin (VK)
3) Mawar (Ruang nifas)
4) Ruang neonatus
5) Ruang Hemodialisa
6) Ruang Kemoterapi
7) Ruang Cateterisasi Jantung
8) RR
9) ICU
c. Fasilitas umum
1) Kantin
2) Mushola
3) Koperasi
4) Mini market
5) ATM Link, Bank Jatim, Mandiri Konvensional, Mandiri Syariah
6) Area Parkir
2. Pelayanan Rawat jalan
a. Poli umum
b. Poli Eksekutif (Khusus Pasien Asuransi dan Pasien Umum)
c. KIA dan KB
d. Poli gigi
3. Poliklinik spesialis meliputi:
a. Spesialis anak
b. Spesialis penyakit dalam
c. Spesialis kebidanan dan kandungan
d. Spesialis bedah umum
e. Spesialis mata
f. Spesialis THT
g. Spesialis rehabilitasi medik
h. Spesialis kulit dan kelamin
i. Spesialis orthopedic
j. Spesialis gigi
k. Spesialis bedah mulut
l. Klinik deteksi dini tumbuh kembang
m. Klinik laktasi
4. Penunjang medis
a. Laboratorium : Laboratorium klinik dan Laboratorium patologi
anatomi
b. Radiologi : Ultrasonografi (USG), Foto rontgen, dan CT-Scan
c. Farmasi
d. Fisioterapi
e. Medical check up
f. Konsultasi gizi
g. Konsultasi kerohanian
5. Pelayanan 24 jam
a. Unit Gawat Darurat
b. Laboratorium
c. Farmasi
d. Radiologi
e. Ambulance
3.2 Karakteristik Ruangan Teratai
A. Visi Ruangan
Ruangan Teratai tidak mempunyai visi secara khusus, visi di Ruang Teratai
mengikuti visi rumah sakit
B. Misi Ruangan
Ruangan Teratai tidak mempunyai misi secara khusus, misi di Ruang Tera-
tai mengikuti misi rumah sakit
C. Tata Tertib Ruangan
1. Administrasi pasien umum
a. Pada hari pertama dimohon untuk menyerahkan deposit biaya rawat inap
sebesar 10 kali biaya kamar perawatan
b. Pasien yang akan menjalani operasi dimohon menyerahkan deposit sebesar
50% dari perkiraan biaya operasi dan biaya operasi mengikuti kelas
tertinggi yang ditempati.
c. Setiap 2-3 hari sekali akan diberikan surat pemberitahuan biaya rawat in-
ap. Dimohon untuk menambah deposit sesuai dengan biaya rawat inap
yang terjadi.
d. Jika pasien harus pindah rawat ke ruang ICU/Intermediate, rawat inap ha-
rus dikosongkan. Jika keluarga ingin menempati kamar tersebut, maka
akan dikenakan biaya sesuai tarif tersebut
2. Administrasi pasien BPJS
a. Untuk pasien BPJS yang sesuai dengan kelas tidak dikenakan deposit.
b. Untuk pasien rawat inap BPJS yang naik kelas VVIP dan VIP harus bayar
deposit 5 juta.
c. Untuk pasien BPJS yang operasi dan ingin naik kelas ke VIP maka harus
menyerahkan deposit biaya rawat inap sebesar 10 juta, sedangkan jika
ingin naik kelas ke VVIP harus menyerahkan deposit biaya rawat inap
sebesar 20 juta.
3. Waktu berkunjung
Selama massa pandemic Covid-19 tidak ada waktu berkunjung
4. Jadwal jaga perawat atau dokter jaga
a. Pagi : 07.00-14.00
b. Siang : 14.00-21.00
c. Malam : 21.00-07.00
5. Jadwal visite
Oleh karena jadwal kunjung dokter atau visite diruang rawat inap tidak tetap,
pasien dan keluarga dapat meminta informasi lebih lanjut pada perawat.
Man(to)
a. Ketenagaan
StrukturOrganisasi
Analisis tenaga kerja di Ruang Teratai RSI Surabaya mencakup jumlah tenaga
keperawatan dan non keperawatan. Jumlah tenaga kerja di Ruang Teratai RSI
Surabaya terdiri dari 24 orang tenaga keperawatan dan 1 orang tenaga non
perawat.
STRUKTUR ORGANISASI RUANG TERATAI

KABID Pelayanan Rawat Inap


Siswanto, S.Kep., Ners., MM

KANIT Instalasi Rawat Inap


Wiwik Indahari, S.Kep., Ners

Koordinator Ruangan CE
Nailiyatul Fitriyah, S.Kep., Ners Fatimatul Lutfi, Amd.Kep
Faradisah Dwi Okt, S.Kep.,Ners
Sinta Rohmawati, Amd.Kep

Ketua Tim 1 Ketua Tim 2 Ketua Tim 3 Ketua Tim 3


Julia Dwi R, Amd.Kep Dendy Risma W, S.Kep.,Ners Tria Masruroh, Amd.Kep Utami Putri, Amd.Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Haviva Ellywana A, Amd.Kep Mega Indah Utari, Amd.Kep Nadyanita A, S.Kep.,Ners Novi Anggraeni P, S.Kep.Ners
Aji Sukmono, S.Kep.,Ners Annysha Eka Sp, Amd. Kep Sholihul Mubin, Amd.Kep Zalmi R, S.Kep.,Ners
Devi Arinawati, Amd.Kep Wirdah Nasrufah, Amd.Kep Nikmatus Sholiha, Amd.Kep Ismi Fauziah, Amd.Kep
Tri Suci R, Amd.Kep Edi Purwanto, Amd.Kep Irayanti Dwi P, S.Kep., Ners Fitri Rustianingsih, Amd.Kep
Pekarya
Yudi Harvanto
Gambar 1.1 Bagan Struktur Organisasi Ruang Teratai RS Islam A.Yani Surabaya

1.Tenaga Keperawatan dan NonKeperawatan


a. TenagaPerawat
Jumlah tenaga keperawatan tingkat kependidikan di ruang Teratai RSI Surabaya adalah
sebagai berikut :
Tabel 1.1 Tenaga Keperawatan di Ruang Teratai RSI Surabaya

Tingkat Masa
No Nama Jenis Jabatan Pelatihan
Pendidikan Kerja
1. Nailiyatul S1 Keperwa- 16 th Pegawai Kepala a. Pelatihan CE
Fitriyah tan Ners tetap Ruangan b. Wound Manajemen
c. Current, chellenges &
issues
d. Penanganan kegawat-
daruratan neuro cardio
vaskular serta senam
jantung dewasa
e. Empowering Nursing
Care
f. Trend Keperawatan
Komunitas, Keluarga
& Gerontik
g. Pelatihan pencegahan
infeksi nosokonial
2014
h. Penanganan pasien
PGK
i. Pelatihan PPNI (in-
house training)2016
j. PPGD 2017
k. Pelatihan manajemen
bangsal (ekstern train-
ing) 2018
l. Pelatihan plebotomy
(inhouse training)
2018
m. Seminar & TOT PPNI
2018
n. Inhouse training EWS-
BLA-CODE BLUE
o. Pelatihan Preseptor-
ship 2019
p. Inhouse training PPI
2019
No Nama Tingkat Masa Jenis Jabatan Pelatihan
Pendidikan Kerja
2. Faradisah S1 Keperwa- 6 th Pega- CI, a. BTCLS
Dwi tan Ners wai PJ b. GELS/PPGD
Oktafiani tetap shif c. Pencegahan infeksi
Nosokomial
d. Pelatihan plebotomy
2016
e. Pelatihan TOT pem-
berian infuse Therapy
f. Inhouse Training
WWS-BLS-CODE
BLUE 2019
g. Pelatihan preseptorship
2019
h. Inhouse training PPI
2019

3. Sinta D3 Kep 10 th Pega- CI, a. Workshop penatalaksa-


Rohmawati wai PJ naan kemoterapi I
tetap shif b. Workshop penatalaksa-
naan kemoterapi II
c. Pelatihan ECG (inhouse
training) 2017
d. PPGD 2018

4. Julia Dwi D3 Kep 12 th Pega- PJ a. PPGD 2017


Ratnasari wai te- shif b. Pelatihan KPRS 2018
tep (Inhouse Training)
c. Inhouse Training
WWS-BLS-CODE
BLUE 2019
d. Inhouse training code
blue, code pink, code
red, code green
5. Fatimatul D3 Kep 8 th Pega- CI, PJ a. Perawatan luka post op
Lutfi wai shif dan manajemen
tetap perawatan luka terkini
2015
b. Pelayanan kegawat-
daruratan pediatrik
2015
c. Penanganan perioperat-
if stent pasien penyakit
jantung koroner pada
tinjauan medis,
keperawatan & nutrisi
2015
d. Pelaksanaan DC shock
pada anak 2015
e. Perawatan aplikasi
dengan pasien 2015
f. Pelatihan PPI (inhouse
training) 2016
g. PPGD 2017
h. Pelatihan TOT pem-
berian infuse Therapy
i. Inhouse Training
WWS-BLS-CODE
BLUE 2019
j. Pelatihan preseptarship
2019
No. Nama Tingkat Lama Status Jabatan Pelatihan
Pendidikan Berkerja

6. Tria D3 Kep 8 thun Pega- PJ Shif a. ECG


Masruroh wai b. Pencegahan infeksi
tetap nosocomial
c. Penanganan pasien
PGK
d. Pelatihan KPRS 2018
(Inhouse Training)
e. PPGD 2018
f. Inhouse Training
WWS-BLS-CODE
BLUE 2019
7. Utami Pu- S1 Keperwa- 6 thn Pega- PJ Shif a. GELS/PPGD
tri tan Ners wai b. Workshop Emergency
Fatmawati tetap care pre hospital
c. Penanganan pasien
PGK
d. Pelatihan PPI
8. Dendy S1 Keperwa- 4 thn Pega- PJ shif a. PPGD
Risma wi- tan Ners wai b. ACLS
jayanti tetap c. Inhouse Training
WWS-BLS-CODE
BLUE 2019

No. Nama Tingkat Lama Status Jabatan Pelatihan


Pendidikan Bekerja

9. Warda D3 Kep 9 thn Pegawai Perawat a. PPGD 2018


Nasrullah tetap pelaksa b. Inhouse Training
na WWS-BLS-CODE
BLUE 2019
10. Tri Suci D3 Kep 6 thn Pegawai Perawat a. GELS 2012
Ramayanti tetap pelaksa b. Pelatihan pemasangan
na IV Chateter (inhouse
training)
c. Pelatiha TB Dots
d. Inhouse Training
WWS-BLS-CODE
BLUE 2019
11. Nikmatus D3 Kep 6 thn Pegawai Perawat a. PPGD/GELS
Sholikhah tetap pelaksa b. Pelatihan SPM dengan
na menggunakan
SISMADAK (Inhouse
training)
c. Inhouse training WWS-
BLS-CODE BLUE
2019
12. Irayanti S1 Keperwa- 5 thn Pegawai Perawat a. PPGD 2013
Dwi tan Ners tetap pelaksa b. Penanganan pasien
Puspitasari na PGK
c. Pelatihan pemasangan
IV Chateter (inhouse
training)
d. Pelatiha TB Dots
e. Inhouse training WWS-
BLS-CODE BLUE
2019
f. Inhouse training PPI
2019
13. Sholihul D3 Kep 5 thn Pegawai Perawat a. PPGD/GELS
Mubin tetap pelaksa b. Seminar updating con-
na cept emergency
c. Penanganan pasien pgk
d. Pelatihan kebakaran
e. PPGD 2018
f. Inhouse training WWS-
BLS-CODE BLUE
2019
No. Nama Tingkat Lama Status Jabatan Pelatihan
Pendidikan Bekerja

14. Zulmi S1 Keperwa- 5 thn Pegawai Perawat a. PPGD/GELS


Rahfatanu tan Ners tetap pelaksa b. Seminar penanganan
na kegawatan bedah, med-
ik, pediatri, neonatal,
obstetri
c. Aplikasi hypno Tx da-
lam keperawatan dan
kebidanan
d. Seminar keperawatan
dan kebidanan pe-
nanganan kehamilan
dengan komplikasi PJK
e. Pencegahan infeksi
nosocomial
f. Inhouse training PPI

15. Devi D3 Kep 5 thn Pegawai Perawat a. PPGD


Arinawati tetap pelaksa b. Inhouse training PPI
na 2019
c. Pelatihan Refresh
PPGD 2019
16. Edy pur- D3 Kep 5 thn Pegawai Perawat a. PPGD 2011
wanto Tetap pelaksan b. Seminar perawatan luka
a 2012
c. Pelatihan cathlab 2018
d. Inhouse training WWS-
BLS-CODE BLUE
2019
17. Ismi D3 Kep 5 thn Pegawai Perawat a. PPGD/GELS
Fauziyah Tetap pelaksan b. Pelatiha TB Dots
a c. Inhouse training WWS-
BLS-CODE BLUE
2019
d. Inhouse training code
blue, code pink, code
red, code green
18. Heviva El- D3 Kep 4 thn Pegawai Perawat a. BTCLS 2015
yawana Tetap pelaksan b. Pelatihan EKG 2015
a
No. Nama Tingkat Lama Status Jabatan Pelatihan
Pendidikan Bekerja
19. Nadyanita S1 Keperwa- 4 thn Pegawai Perawat a. PPGD 2014
anggraeny tan Ners Tetap pelaksan b. Inhouse training WWS-
a BLS-CODE BLUE
2019
c. Pelatihan Refresh
PPGD 2019
20. Mega In- D3 Kep 4 thn Pegawai Perawat a. PPGD 2015
dah kontrak pelaksan b. Inhouse training WWS-
Sukmawati II a BLS-CODE BLUE
2019
21. Aji Suk- S1 Keperwa- 3 thn Pegawai Perawat a. BTCLS
mono tan Ners kontrak pelaksan b. Inhouse training WWS-
II a BLS-CODE BLUE
2019
22. Annysha D3 Kep 3 thn Pegawai Perawat a. GELS 2013
Eka Susan- kontrak pelaksan b. Pelathan EKG 2011
to II a c. Edukasi patah tulang di
hari tua karena osteopo-
rosis dengan 3T
d. Neonatus life support
sebagai pencegahan
sudden death
e. Seminar pencegahan
sudden death dengan
penatalaksanaan CPR
f. Seminar meningkatkan
mutu pelayanan
keperawatan melalui
EBN
g. Eminar penatalaksa-
naan keperawatan
terkini pada penyakit
jantung koroner
h. Seminar job make car-
ing as one of qualifued
job vacancy in nursing
i. Inhouse training WWS-
BLS-CODE BLUE
2019
23. Fitri D3 Kep 2 thn Pegawai Perawat a. GELS 2014
Rustianing kontrak pelaksan b. Inhouse training WWS-
sih I a BLS-CODE BLUE
2019
c. Pelatihan Refresh
PPGD 2019
No. Nama Tingkat Lama Status Jabatan Pelatihan
Pendidikan Bekerja

24. Novi An- S1 Keperwa- 2 thn Pegawai Perawat a. PPGD 2015


graini Putri tan Ners kontrak pelaksan b. BTCLS 2015
I a c. Inhouse training WWS-
BLS-CODE BLUE
2019
25. Rista Aris- S1 Keperwa- 2 bulan Pegawai Perawat a. BTCLS 2018
ia tan Ners training pelaksan
a
26. Muham- S1 Keperwa- 1 bulan Pegawai Perawat a. BTCLS 2018
mad Azkal tan Ners training pelaksa

b. Tenaga non-keperawatan
Tabel 3.2 Tenaga Non Keperawatan di Ruang Teratai RSI
Surabaya
No Nama Pendidikan Masa Kerja Jabatan
1. Yudi Har- SMK 12 th Helper
yanto

2. Dokter tetap dan tamu


Tabel 3.3 Dokter Tetap dan Tamu di Ruang Teratai RSI Surabaya
Dokter Tetap Tamu
Dokter spesialis penyakit dalam 2 4
Dokter spesialis paru - 5
Dokter spesialis jantung - 5
Dokter spesialis syaraf 1 3
Dokter spesialis bedah 2 3
Dokter spesialis korologi 1 2
Dokter spesialis ortopedi - 3
Dokter spesialis BTKF - 1
Dokter spesialis BKL - 1
Dokter spesialis kesehatan jiwa - 1
Dokter spesialis anak 2 4
Dokter spesialis bedah anak - 1
Dokter spesialis THT 1 1
Dokter spesialis mata 2 3
Dokter spesialis kulit 1 2

3.Analisis Terhadap Klien


Table. 3.4 Diagnosa Medis Terbanyak Di Ruang Teratai Tahun 2021
Bulan
No. Nama Penyakit Total Presentase (%)
Sept Okt Nov
1. Thypoid Fever 56 29 19 104 18,2%
2. Diabetus Mellitus 42 23 12 77 13,35%
3. DHF 35 37 19 91 15,77%
4. Hepatitis 21 14 - 39 6,07%
5. ISK 24 14 7 45 7,80%
6. Dengue Fever 24 18 6 48 8,32%
7. Hipertensi 21 14 - 35 6,07%
8. Anemia 20 - - 20 3,45%
9. Hipokalemi 18 15 - 33 5,72%
10. ISPA 12 10 6 28 4,86%
11. GEA - 25 8 33 5,72%
12. Sepsis - - 8 8 1,39%
13. CKD - 8 8 16 2,77%
Total 577 100%

A. Struktur Organisasi
Ruang teratai RSI Jemursari Surabaya dipimpin oleh 1 kepala ruangan, 4 ket-
ua tim, 21 perawat dan 1 pekarya.
Brdasarkan jumlahnya
Jumlah perawat di ruang teratai : 10 orang s1 keperawatan, 16 orang D3
keperawatan, dan 1 orang SMK. Pengaturan ketenagaan berdasarkan jumlah
tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan tingkat ketergan-
tungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga ke-
lompok yaitu :
a. Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam
b. Perawatan intermediet memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam
c. Perawatan maksimal/ total memerlukan waktu waktu 5-6 jam/24 jam
Untuk menentukan tingkat kriteria ketergatungan pasien, kelompok menggunakan
Orem yaitu teori self care deficit, sedangkan untuk mengetahui jumlah tenaga
yang dibutuhkan menggunakan perhitungan tenaga menurut Douglas.
Kebutuhan Tenaga Perawat Sesuai Tingkat Ketergantungan Pasien Ruang Teratai
Berdasarkan data yang dikaji dari bulan januari 2021 didapatkan hasil sebagai
berikut:
a. Ruangan Keseluruhan Pada Bulan januari 2021 Tingkat Ketergantungan
Pasien Dan Kebutuhan Tenaga Perawat
b. Tingkat ketergantungan pasien di ruangan teratai dinilai dengan
menggunakan istrument penilaian ketergantungan menurut orem : Total,
parsial, dan minimal care (Nursalam,2012)
Berdasarkan data yang dikaji pada bulan januari 2021 didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah PAGI SORE MALAM
ketergan- Pasien
tungan
Minimal 0 0x0,17=0 0x0,14= 0 0x0,07= 0
Parsial 13 13x0,27= 13x0,15=1.9 13x0,10= 1,3
3.51 5
Total 26 26x0,36= 26x0,30= 7.8 26x0,20= 5.2
9,36
Jumlah 39 12.87 9.75 6.5
13 orang 10 orang 7 orang
Total Tenaga Perawat :
Pagi : 13 orang
Sore : 10 orang
Malam : 7 orang
Total Perawat : 34orang

Tenaga lepas dinas = 10,48 = 11 orang


Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas dalam 1 ta-
hun, sedangkan 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas di ruang teratai RSI Je-
mursari surabaya adalah 34 orang + 1 kepala ruangan yang berdinas berjumlah 34
orang perawat, 13 dinas pagi, 10 dinas sore, 7 dinas malam, jumlah tersebut sudah
termasuk karu dan pekarya. Terdapat 11 orang libur.
c. Rekap Tukar Dinas
Jumlah Jumlah Tukar Sesuai
No Dinas Total
Pershift Hari Dinas Jadwal
1 6 186
2 Pagi/ Sore/Malam 6 31 186 4 554
3 6 186
Orang 558

Prosentase 99,3%
d. klasifikasi
Di ruangan teratai sudah menerapkan model MAKP moduler atau MAKP
primer pemula, 24 perawa tdan 15 tenaga medis yang dapat menangani
seluruh pasien dan masa kerja yang terbilang cukup lama kurang lebihsekitar
15 tahun bekerja di Ruang Teratai RSI Surabaya, tetapi dalam ruangan
terataimemiliki keterbatasan jumlah tenaga medis yang tersedia tidak
seimbang dengan tingkat ketergantungan pasien dalam ruangan teratai. Dokter
tamu terlalubanyak dibandingkan dokter tetap yang tersedia di ruangan teratai,
maka jika adahal darurat tenaga keperawatan tidak memiliki dokter tetap yang
siap siaga dalam keadaan darurat, akan adanya tuntutan tinggi dari masyarakat
untuk pelayanan yang lebih baik, dan akan semakin tinggi kesadaran
masyarakat akanhukum jika para tenaga keperawatan dan tenaga medis
teledor akan keselamatan pasien, tetapi dengan adanya kesempatan untuk
tenaga medis dan tenagakeperawatan melanjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi dan kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat, maka
banyaknya dokter tamu yang ada di ruangan teratai, para tenaga keperawatan
akan tetap siaga dalam mengatasi kondisi pasien yang ada di ruangan teratai
dengan mengkondisikan jadwal jaga pada pagi, siang, dan malam. Lalu
dengan adanya program akreditasi RS dari pemerintah maka MAKP merupa-
kan salah satu penilaiannya.
2. M2 (MATERIAL)
a. Lokasi Dan Denah Ruangan
a) Lokasi Ruangan
Ruang Teratai terletak di lantai 2
Utara : Berbatasan dengan IBS
Timur : Berbatasan dengan ICU
Selatan: Berbatasan dengan UNUSA Kampus B
Barat : Berbatasan dengan Ruang Dahlia.
b) Denah Ruangan

U
R. IBS
B T
S

Kamar R. Pantry
mandi K. 205
K. 221 K. 220 K. 219 K. 218 K. 217 Spoel Hoek R. Operasi Anter K. 204 K. 203 K. 202 K. 201
2TT 2 TT 2TT 1 TT oom 1 TT 2TT 2TT 2TT
R. Dokter Ns. Station

R. R.
Dahli ICU
a

R. Injeksi R. KARU

K. 216 K. 215 K. 214 K. 213 K. 212 K. 211 R. APD K. 210 K. 209 K. 208 K. 207 K. 206
2TT 2TT 2TT 2TT 2TT 2TT R. Gudang/ 5TT 2TT 2TT 2TT 2TT
Alkes R. Linen

UNUSA KAMPUS B
Selama masa pandemic Covid-19 ruang mahasiswa difungsikan sebagai ruang
pemakaian APD, untuk pelepasan APD dilakukan diruang anteroom.

b. Data Tempat Tidur Pasien


Ruangan Teratai semenjak bulan Januari sepenuhnya digunakan sebagai ruang
isolasi dengan 39 TT yang terbagi menjadi ruang isolasi VIP dan ruang isolasi
reguler, ruang Teratai digunakan untuk pasien dewasa, baik laki-laki maupun
perempuan dengan semua usia.
a) Data Umum Jumlah Tempat Tidur Ruang Teratai
Jumlah Kamar pada bulan Januari 2020
1) Kamar isolasi VIP : Terdiri dari 2 kamar dengan 2 TT yaitu kamar 204 dan
217
2) Kamar Isolasi reguler: Terdiri dari 18 kamar dengan 37 TT yaitu kamar 201,
202, 203, 206, 207, 208, 209, 210, 211, 212, 213, 214, 215,216, 218, 219,
221
a. Data Kamar Tidur Berdasarkan Jumlah Pasien
Tabel 3.7 Data Kamar Tidur Berdasarkan Jumlah Pasien
No. Kelas Jumlah Bed Terpakai Kosong
1. Kamar isolasi 2 2 -
VIP
2. Kamar Isolasi 37 37 -
reguler
TOTAL 39 39 -
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021.

3. Peralatan dan Fasilitas Ruangan


1) Daftar Alkes
Tabel 3.8 Daftar Alkes Ruang Teratai Bulan Maret-Mei 2020
No. Daftar Alkes Maret April Mei Standart Ket.
1 Ambubag 2 2 2 1 Baik
Dewasa
2 Arteri Klem 1 1 1 2 Baik
Kecil
3 Bak Instrumen 1 1 1 2 Baik
Besar
No. Daftar Alkes Maret April Mei Standart Ket.
4 Bak Instrumen 4 4 4 4 Baik
Sedang
5 Bak Instrumen 2 2 2 2 Baik
Kecil
6 Bengkok 7 7 7 7 Baik
7 Bancik’an/Trap 26 26 26 26 Baik
8 Cucing Besar 2 2 2 2 Baik
9 Cucing Kecil 5 5 5 5 Baik
10 Dressing Jar 4 4 4 3 Baik
11 ECG set 1 1 1 1 Baik
12 Gelas Ukur 3 3 3 4 Baik
13 Gunting AJ 3 3 3 3 Baik
14 Gunting 1 1 1 2 Baik
Verband
15 GDA Stick 1 1 1 1 Baik
16 Gunting 1 1 1 3 Baik
Bengkok
17 Gunting Lancip 5 5 5 5 Baik
18 Humidifier 22 22 22 26 Baik
Pahsco
19 Kursi Roda 4 6 6 4 Baik
20 Korentang 2 2 2 2 Baik
21 Kom+ tutup 4 4 4 3 Baik
22 Humidifier 4 4 4 Baik
GEA
23 Klem Kecil 1 1 1 1 Baik
24 Kotak Obat 42 42 42 42 Baik
(Troli Inj)
25 Lampu UV 1 1 1 1 Baik
26 Lampu Baca 1 1 1 1 Baik
Foto
27 Pen Light LED 1 1 1 2 Baik
28 Martir & 1 1 1 1 Baik
Stemper
29 Manset 2 2 2 Baik
30 Nebulizer 2 2 2 2 Baik
31 O2 Transfer 1 1 1 2 Baik
32 Pincet Anatomi 6 6 6 6 Baik
33 Pincet Chirurgie 10 10 10 10 Baik
34 Pispot Stainless 11 11 11 26 Baik
35 Pispot Plastik 3 3 3 3 Baik
36 Senter/Lingt 1 1 1 2 Baik
case Mono
37 Pesawat Telepon 2 2 2 2 Baik
38 Refl Hammer 3 3 3 1 Baik
Ket.
No. Daftar Alkes Maret April Mei Standart
39 Syringe Pump 5 5 5 6 Baik
40 Stetoskop 2 2 2 5 2 Baik
3
tidak
baik
41 Stetoskop 1 1 1 2 Baik
Cardio
42 Standar Infus 26 26 26 26 Baik
43 Hand vat mess 1 1 1 1 Baik
44 Spuit Gliserin 1 1 1 0 Sudah
dikem
balika
n
45 Suction Pump 2 2 2 2 Baik
46 Stretcher 2 2 2 2 Baik
47 Scoop strecher 1 1 1 1 Baik
48 Tromol Besar 3 3 3 1 Baik
49 Tromol Sedang 3 3 3 3 Baik
50 Tromol Kecil 2 2 2 1 Baik
51 Tensimeter 4 4 4 4 Baik
Manual
52 Tensi Elektrik 1 6 6 6 Baik
53 Tongue Spatel 2 2 2 2 Baik
54 Trolly Spatel 6 6 6 6 Baik
55 Trolly 1 1 1 1 Baik
Emergency
56 Tempat 2 2 2 2 Rusak
Korentang 1
57 Termometer 3 3 3 Baik
Axilla/ elektrik
58 Timbangan 1 1 1 Baik
Stand
59 Urinal 17 17 26 Baik
60 WWZ 3 3 3 Kuran
g baik
61 Baskom Kecil 5 5 5 Baik
62 Infus pump 0 1 1 Baik
63 Termometer 1 1 1 Baik
elektrik
64 Oksigen 1 1 Baik
Transport (di
taruh di
stretcher)
ukuran 2 liter
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
2) Linen
Tabel 3.9 Daftar Alat Kesehatan di Ruang Teratai RSI Jemursari Tahun 2021
NO NAMA LINEN APRIL MEI KETERANGAN
1 Sprei putih 219 219 Baik
2 Selimut Coklat 120 120 Baik
3 Stik Laken Putih 271 271 Baik
4 Perlak Biru 19 19 Baik
5 Bed Cover 61 61 Baik
6 Bantal 60 60 Baik
7 Guling 47 47 Baik
8 Gorden Sekat 33 33 Baik
9 Gorden Jendela 20 20 Baik
10 Gorden Jendela Kecil 0 0 Baik
11 Baju Operasi 4 4 Baik
12 Sarung Bantal Putih 221 221 Baik
13 Sarung Guling Putih 165 165 Baik
14 Gorden Jendela Putih 39 39 Baik
15 Sprei Coklat Bergaris 48 48 Baik
16 Perlak Coklat 49 49 Baik
17 Sarung Bantal Brgrs 48 48 Baik
18 Sarung Guling Brgrs 8 8 Baik
19 Sprei Coklat Motif 43 43 Baik
20 Sarung Bantal Coklat 44 44 Baik
Motif
21 Selimut Motif 60 60 Baik
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
3) Mebeller
Tabel 3.10 Daftar mebeller di Ruang Teratai RS Islam Jemursari Tahun 2021
NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN
1 Almari Kaca 4 Baik
2 Almari Besi 4 Baik
3 Bed Px 37 Baik
4 Kursi Kain 39 Baik
5 Kursi Lipat 12 Baik
6 Kursi Putar 4 Baik
7 Locker 6 Pintu 3 Baik
8 Meja Kantor 6 Baik
9 Meja Pasien 34 Baik
10 Nurse Station 1 Baik
11 Bancik 34 Baik
12 Spring Bed penunggu pasien 13 Baik
13 Meja makan pasien 13 Baik
Sumber Data : Wawancara Bulan Desember 2020

4) Alat Rumah Tangga


Tabel 3.11 Daftar alat rumah tangga di Ruang Teratai RS Islam Jemursari Surabaya
Tahun 2021
NO NAMA BARANG JUMLAH KETERANGAN
1 Jemuran Baju 21 Baik
2 Senter 2 Baik
3 Jam Dinding 21 Baik
4 Dispenser 2 Baik
5 Tempat Linen kotor 2 Baik
6 Rak baskom 2 Baik
7 Trolly handtrukc 1 Baik
8 Trolly makan susun 4 1 Baik
9 Lemari makan piring kotor 1 Baik
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
5) Elektronik
Tabel 3.12 Daftar elektronik di Ruang Teratai RS Islam Jemursari Tahun 2021
NO NAMA BARANG JUMLAH KETERANGAN
1 Kulkas obat 1 pintu 1 Baik
2 Komputer 4 Baik
3 Cpu 4 Baik
4 Keyboard 4 Baik
5 Mouse 4 Baik
6 Printer 2 Baik
7 TV LCD 22 Baik
8 Remote TV 22 Baik
9 AC 25 Baik
10 Remote AC 25 Baik
11 Bel Pintu 1 Baik
12 Alat baca foto 1 Baik
13 Telfone Ezitel 1 Baik
14 Nursecall 34 Baik
15 Kulkas 1 pintu 1 Baik
16 HP andromax 1 Baik
17 Kipas Angin 1 Baik
18 Telefon wirles merk 1 Baik
Panasonic
Sumber Data : Wawancara Bulan Desember 2020
4. Administasi Penunjang
a. Buku penerimaan obat
b. Lembar dokumentasi (catatan keperawatan)
c. Buku timbang terima
d. Buku inventaris alat medis
e. SOP (Standar Operasional Prosedur)
f. SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
g. SPM (Standar Pelayanan Minimal)
h. Buku kapasitas pasien
i. Buku pindah ruangan/ acara operasi
j. Buku Visite (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)
Pengkajian pada tanggal 18 Januari 2021 melalui wawancara online kepada
karu Ruang Teratai didapatkan di ruang Teratai sarana dan prasarana sudah
memenuhi standart (terdapat ruangan khusus untuk kepala ruangan, ruang dokter, dan
ruang penyimpanan obat). Salah satu SOP dalam ruangan belum dilaksanakan secara
maksimal dan didalam ruang. Ruang Teratai sudah tersedia 1 set alat steril yang siap
pakai dan diletakkan di almari alat penyimpanan alat dan sudah ada trollyemergency
set yang berisi obat-obat emergency yang selalu dalam kondisi siap pakai.
Pemeliharaan peralatan selama pandemic Covid-19 masih sama, saat alat akan
dikeluarkan, alat tersebut dilakukan desinfektan dengan alcohol swab atau dengan
alcohol spray.
5. SOP (Standar Operasional Prosedur)
a) SOP (Standar Operasional Prosedur) yang ada di Ruang Teratai
2) SOP pengoperasian nebulizer
3) SOP menghitung denyut nadi
4) SOP memberikan makanan sonde
5) SOP suction oral
5) SOP penggunaan Jackson risk
6) SOP pemasangan lingkar abdomen
7) SOP menerima pasien baru
8) SOP injeksi IM
9) SOP memghitung balance cairan pada pasien dewasa
10) SOP mengukur suhu badan
11) SOP posisi syok dengan posisi trendelen burg
12) SOP pemberian O2 masker
13) SOP menyuapi pasien
14) SOP membalut luka
15) SOP kompres dingin
16) SOP menghitung tetesan infus
17) SOP pemberian O2 nasal
18) SOP pemasangan infus
19) SOP kumbah lambung
20) SOP mengukur tekanan darah
21) SOP pemasangan gelang identitas
22) SOP menjaga keselamatan pasien tempat tidur
23) SOP identifikasi pasien
24) SOP perawatan luka dekubitus
25) SOP pemberian salep mata
26) SOP memandikan pasien ditempat tidur
27) SOP perawatan luka kotor
28) SOP pemberian obat per oral
29) SOP memberikan transfuse darah
30) SOP pemasangan kateter pada pria dan wanita
31) SOP pelepasan gelang identitas pasien
32) SOP pelayanan pasien menghadapi sakaratul maut
b) SOP (Standar Operasional Prosedur) yang belum ada di Ruang Teratai:
1) SOP (Standar Operasional Prosedur) pelayanan pasien kohorting

Secara umum peralatan medis untuk penunjang tindakan keperawatan sudah


memadai dan dalam kondisi baik, yang di lengkapi dengan administrasi penunjang
yang lengkap, semenjak bulan Januari 2020 ruang Teratai sepenuhnya digunakan
sebagai ruang isolasi, sehingga ruang mahasiswa difungsikan sebagai ruang
pemakaian APD, sedangkan ruang anteroom digunakan sebagai ruang pelepasan
APD. Jumlah tempat tidur di ruang isolasi Teratai ada 39 TT sehingga karyawan
khususnya perawat dan dokter harus memperhatikan alat pelindung diri yang
digunakan agar tidak tertular paparan covid-19. Ruangan rawat inap isolasi
fasilitasnya memadahi namun peralatan medis setelah digunakan hanya diletakkan
atau kembalikan ke ruang alat, tidak langsung dilakukan dekontamiansi. serta tidak
adanya pembatas atau loket khusus sebagai penghubung dari ruangan untuk transfer
obat, sample lab dan makanan sehingga mengkhawatirkan paparan virus dapat
menyebar dari dalam ruangan ke luar jika petugas lain sering keluar masuk ruangan
isolasi. Ruang Teratai memiliki peluang untuk melakukan asuhan keperawatan secara
komprehensif dan melakukan dokumentasi hasil proses keperawatan semula paper
base menjadi online base dengan memanfaatkan kemajuan teknologi digital, serta
meiningkatknya kemajuan teknologi dan informasi dapat membantu perawat
melakukaan peningkatan pengetahuan dengan mudah melalui seminar online yang
diselenggarakan oleh berbagai lembaga. Adapun ancaman yang dapat terjadi adalah
adanya ttuntutan yang tinggi oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lebih professional serta adanya Rumah Sakit lain yang mempunyai
fasilitas yang lebih lengkap.
D. M3 (Methods)
1. Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesiona (MAKP)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala ruangan Teratai pada tanggal 20
Januari 2021 didapatkan hasil bahwa penerapan model asuhan keperawatan profe-
sional (MAKP) di ruang teratai yang saat ini menjadi ruang isolasi adalah sementara
menggunakan model tim. Model tim juga diterapkan pada saat ruang Teratai isolasi
semua. Model tim yang digunakan di ruang isolasi teratai ini sudah baik akan tetapi
belum ada pembagian pasien kelolaan untuk setiap perawatnya dan kurangnya tenaga
kesehatan untuk pelaksanaan model tim serta meminimalkan waktu penggunaan APD
(Alat Pelindung Diri) Hazmat pada perawat. Model pelaksanaan yaitu masing-masing
shift terdapat kurang lebih 6 perawat jaga dan tiap shift dibagi menjadi 3 sesi (First
session, Middle session dan Last session) dimana setiap sesi terdapat 2 perawat yang
menggunakan APD hazmat dengan durasi 3 jam didalam ruang isolasi, setelah itu
bergantian masuk dengan sesi kedua dan ketiga. Di ruangan Teratai ini harus ada pe-
nanggungjawab saat pergantian shift. Penanggungjawab disini masih akan melakukan
sebagai perawat pelaksana. Penanggungjawab akan memandu perawat yang bergili-
ran masuk melalui layar CCTV yang tersedia di kamar isolasi jika ada yang memer-
lukan bantuan perawat dan menggunakan alat komunikasi HT untuk menghubungi
perawat saat jaga.
Penerapan MAKP fungsional di ruangan Teratai saat ini sudah full isolasi ini
belum optimal, dikarenakan kekurangan tenaga perawat untuk melakukan tugasnya
sesuai dengan model fungsional. Perawat pelaksana sudah melakukan tindakan sesuai
dengan pasien yang berada di sayap kanan ruangan atau di sayap kiri ruangan,
perawat di ruang teratai bekerjasama atau saling membantu dalam memantau melalui
CCTV dan mengarahkan perawat ang ada di dalam ruangan isolasi tersebut.
2. Timbang Terima
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan pada tanggal 20 Januari 2021
didapatkan hasil timbang terima masih sama seperti sebelum isolasi semua yaitu su-
dah terapkan di ruang Teratai dalam pergantian shift yang dilakukan di nurse station
kemudian dilanjutkan dengan validasi ke ruangan/kamar masing-masing pasien. Saat
timbang terima dimulai oleh karu, perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien
melaporkan langsung dengan diikuti oleh perawat lainnya yang disampaikan kepada
shift selanjutnya. Cara ini memberikan diskusi yang maksimal untuk kelanjutan dan
kejelasan rencana tindakan keperawatan.
Informasi yang disampaikan pada saat pelaksanaan timbang terima di Ruang
Teratai meliputi kondisi umum pasien, keluhan pasien, hasil TTV, terapi medis, dan
tindakan yang sudah dilakukan dan yang direncanakan selanjutnya untuk intervensi
terkait diagnosa keperawatan sudah tersampaikan dan terdokumentasi. Untuk doku-
mentasi dari proses timbang terima di Ruang Teratai sudah ada format khusus setelah
proses timbang terima antar shift, dan terdapat buku besar timbang terima (buku
penghubung) untuk mempermudah proses timbang terima itu sendiri yang berisi na-
ma pasien, nomer register, diagnos medis, dokter yang menangani, terapi, dan tinda-
kan yang akan dilakukan selanjutnya. Pembukuan timbang terima ditulis secaaraa
umum dan berdasarkan ketentuan SBAR.
3. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan metode untuk menggali dan membahas secara
mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dengan melibatkan tim
keperawatan, kepala ruangan, dokter, ahli gizi dan melibatkan pasien secara langsung
sebagai fokus kegiatan. (Nursalam, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan ruang Teratai pada
tanggal 20 Januari 2021, ronde keperawatan selama ini belum pernah dilakukan
secara teori dikarenakan ronde keperawatan sudah dilakukan oleh Tim KPRS
(Keselamatan Pasien Rumah Sakit) dan hanya pada pasien yang safety. Ronde
keperawatan akan dilakukan jika ada komplikassi dan kriteria khusus dan para dokter
biasanya berdiskusi melalui media sosial WA group dokter dan dokter akan
memutuskan hasilnya kemudian akan diteruskan kepada perawat ruangan untuk
selanjutnya dilakukan tindakan.
4. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dengan sistem menyerahkan seluruh
obat pasien sepenuhnya kepada perawat dengan tujuan penggunaan obat dapat
dilakukan secara benar sehingga tidak terjadi pemborosan dan kemungkinan
terjadinya kesalahan obat (Nursalam,2015). Berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala ruangan Teratai pada tanggal 20 Januari 2021 yaitu ruang Teratai
menggunakan setralisasi obat UDD (Unit Dose Dispensing) resep obat yang
diberikan dokter disampaikan pada perawat dan dilaporkan pada bagian farmasi,
kemudian bagian farmasi mengirimkan obat ke perawat dan disimpan ke kotak obat
pasien. Resep pada ruangan teratai sudah menggunkan E-Resep sehingga dapat
diakses melalui komputer ruangan. Sentralisasi obat sudah dijelaskan diawal
pendaftaran saat MRS, dengan tujuan penggunaan obat yang dilakukan secara benar
sehingga tidak terjadi kesalahan obat. Di Ruang Teratai sudah dilakukan sentralisasi
obat pada setiap pasien dan terdapat form paraf keluarga yang diisi setelah pemberian
obat. Peletakan kotak obat dilemari obat yang ada di ruang perawat berdasarkan
urutan kamar pasien dan identitas pasien. Di ruang teratai juga terdapat Trolly
Emergency dimana penggunaan obat tersebut sesuai dengan prosedur/SOP yaitu
dengan double cek sebelum obat digunakan. Pada ruang teratai sentralisasi obat
dengan UDD dimana pihak farmasi telah menyiapkan obat untuk penggunaan dalam
2 hari masa konsumsi 2x24 jam.
Di Ruang Teratai perawat ruangan mendukung kegiatan sentralisasi obat,
terdapat buku penerimaan obat, buku injeksi, buku obat oral, terdapat checklist yang
diparaf keluarga pasien untuk memberikan obat injeksi dan oral.
5. Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang di supervise agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan
yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Nursalam, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Teratai pada tanggal 20
Januari 2021 bahwa supervisi dilakukan selama 1 bulan sekali atau ketika ada com-
plain dari pasien.. Akan tetapi di ruang Teratai saat ini yang sudah isolasi semua be-
lum pernah melakukan supervisi dikarenakan ruangan full isolasi baru berjalan 20
hari belum genap 1 bulan. Supervisi dilakukan oleh kepala ruangan saat perawat ter-
sebut bertugas atau melakukan tindakan dan akan mengamati tanpa membawa form
supervisi setelah keluar ruangan kepala ruangan akan memberikan feedback dan hasil
supervisi dilaporkan kepada KANIT instansi Rawat Inap
Menurut Nursalam (2015) supervise penting dilakukan karena bertujuan untuk
meningkatkan pekayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan,
ketrampilan dan kemampuan perawat dalam menjalankan tugas sehingga memung-
kinkan pengawas menyadari kekurangan para petugas kesehatan dalam hal kemam-
puan, pengetahuan, serta pemahaman.
6. Discharge Planing
Discharge Planning adalah bagian penting dari program keperawatan klien
yang dimulai segera setelah klien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses
yang menggambarkan usaha kerjasama antar tim kesehatan, klien dan keluarga.
Hasil wawancara pada kepala ruangan Teratai pada tanggal 20 Januari 2021,
Discharge Planning sudah dilakukan dengan benar. Di Ruang Teratai sudah memiliki
format discharge planning dan formatnya sama atara rawat inap dewasa dan anak-
anak. Pendokumentasian setelah discharge planning diberikan oleh perawat ruangan
pada pasien atau keluarga pasien. Discharge planning dilakukan setiap saat oleh
perawat ketika pasien pertama kali datang dari IGD dan ketika pasien atau keluarga
menyampaikan keluhan. Dari discharge planning sebelum pasien KRS dilakukan
secara optimal oleh perawat karena memberikan informasi tentang waktu kontrol,
kronologi keadaan pasien juga dibacakan, sedangkan obat harus diminum yang di-
jelaskan oleh farmasi klinis yang ada diruangan terutama shift pagi, untuk shift siang
dan malam akan dijelaskan oleh PJ. Perawat akan membagian leaflet ataupun brosur
kepada pasien atau kelaurga yang keadaanya memungkinkan selama di ruangan iso-
lasi. Pemberian HE (Health Education) dilakukan di nurse station bukan dikamar
pasien karena keterbatasan waktu dan tenaga perawat yang ada di ruang Teratai dan
menjelaskan apa saja yang harus dihindari pasien saat dirumah ataupun dilur rumah.
Diruangan Teratai sudah di sediakan leaflet atau brosur tentang kasus-kasus yang ser-
ing terjadi diruang Teratai seperti stroke, diabetes, hipertensi, jantung coroner, appen-
dix, dll. Pemberian leaflet pada pasien dan keluarga sangat penting untuk mem-
berikan pengetahuan agar dapat menjaga kesehatanya dan nanti saat dirumah pasien
bisa melihat kembali leaflet jika pasien lupa dengan informasi yang diberikan
perawat.
7. Penerimaan pasien baru
Berdasarkan hasil wawancara denagn kepala ruangan Teratai pada tanggal 20
Januari 2021, penerimaan pasien baru di ruang Teratai yaitu sebelum pasien datang
ke ruangan perawat IGD menelpon perawat Ruang Teratai terlebih dahulu untuk me-
nanyakan apakah ada kamar kosong sekaligus memberitahu bahawa ada pasien baru,
kemudian perawat ruangan mempersiapkan format anamnesis/ lembar pengkajian
pasien baru dan menyiapkan ruangan/kamar pasien, PJ menentukan PP yang
mengelola pasien baru tersebut.
Ketika pasien datang ke ruangan, perawat ruangan melakukan timbang terima
dengan perawat IGD, namun apabila PP sedang tidak ada ditempat maka PJ yang
melakukann timbang terima pasien baru kemudian PJ menyampaikan ke PP. Setelah
itu perawat melakukan observasi TTV sambil anamnesa pasien, peraawaat menyam-
paikan orientasi ruangan secara detail kepada pasien, penjelasan mengenai orientasi
ruangan yang meliputi cuci tangan, resiko jatuh, jalur evakuasi, dan keseluruhan
keadaan ruangan. Di RSI Jemursari tata tertib atau jam berkunjung sudah dijelaskan
di awal bagian pendaftaran dengan dokumentasi General Consent. Pendokumentasian
dilakukan secara tertulis oleh perawat dengan mengisi form pengkajian pasien baru
sesuai SOP.
8. Pendokumentasian
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Teratai pada tanggal 20
Januari 2021, pendokumentasian di ruang teratai terhadap semua tindakan keperawa-
tan telah dilakukan. Di Ruang Teratai sistem pendokumentasian menggunakan sistem
tulis dan sistem komputer, dan setiap selesai pendokumentasian pada sistem tulis
perawat memberi tanda tangan pada laoran yang ditulis. Pendokumentasian di Ruang
Teratai menggunakan sistem S-O-A-P (Subjective, Objective, Analisys/Assesment,
Planning). Pada lempat CPPT untuk penulisan laporan Ruang Teratai menggunakan
sistem SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation). Pada lembar
implementasi, begitu juga dalam proses timbang terima pada ruang Teratai
menggunakan SBAR.
Setiap perkembangan pasien sesuai dengan status kesehatan, dan pemberian
asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien perawat selalu
mendokumentasikan perkembangan pasien dengan lengkap. Sebagian besar sistem
pendokumentasian sudah dilakukan secara online seperti blanko pemeriksaan lab dll.
Dokumentasi penunjang yang tersedia dalam status pasien antara lain:
1) Form general consent
2) Surat permintaan masuk RS
3) Form pengkajian awal medis (assessmen awal medis)
4) Form pengkajian awal (assessmen awal keperawatan)
5) Form timbang terima (transfer intra hospital)
6) Data identitas pasien dan penanggung jawab pasien
7) Lembar observasi : tanggal, jam, tekanan darah, suhu, nadi, RR
8) Lembar asuhan keperawatan
9) Lembar persetujuan dan penolakan tindakan dokter
10) Status present (nama, identitas, diagnosa medis, terapi dokter)
11) Lembar masuk dan keluar pasien
12) Lembar konsultasi dokter
13) Lembar hasil pemeriksaan radiologi, ECG, hasil patologi anatomi
14) Surat pemeriksaan laborat
15) Resume perawatan
16) Lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT)
17) Lembar komunikasi efektif

Di ruang teratai saat ini menjadi ruangan full isolasi dan menggunakan model
asuhan keperawatan profesional (MAKP) yaitu tim namun masih belum ada pebagian
pasien kelolaan setiap perawat dan sudah berjalan selama 3 minggu. Timbang terima
menggunakan metode SBAR dan dilakukan setiap pergantian shift. Ronde
keperawatan di ruang teatai belum pernah dilakukan tetapi perawat di ruangan sudah
mengetahui ronde keperawatan. Itu sendiri. Sentralisasi obat di ruang teraatai
menggunakan sistem UDD baik itu pasien umum dan BPJS. Saat pemesanan obat ke
depo farmasi melalui e-resep. Supervisi sudah dilakukan dengan baik dan dilakukan
oleh kepala ruangan. Discharge planning di ruang teratai dilakukan saat pasien pulang
dan pemberian HE serta leaflet. Sistem pendokumentassian yang digunakan saat ini
yaitu SOAP pada lembar CPT dan dalam bentuk SBAR pada lembar intervensi.
Ruangan Teratai tidak memiliki visi, misi, motto dan berpedoman terhadap visi,misi,
motto rumah sakit.
Tuntutan yang besar serta persaingan antara rumah sakit satu dengan yang lainnya
menjadi ancaman terbesar bagi suatu instansi kesehatan, klien menuntut perawatan
yang lebih baik dan cenderung mencari instansi yang mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal, hal ini merupakan sebuah ancaman besar dalam persaingan
pelayanan kesehatan, ditambah lagi dengan kemajuan teknoligi saat ini yang
memudahkan masyarakat dalam mencari pelayananan kesehatan yang terbaik
disekitar mereka.
M4 (Money)
Hasil pengkajian dan wawancara pada 11Januari 2021 di ruang teratai didapatkan
mengenai pengelolaan keuangan diruangan teratai sampai saat ini mengikuti
pengelolaan keuangan rumah sakit, insentif dan gaji perawat dari pihak rumah sakit
selalu dibayar tepat waktu. Sistem gaji dan insentif yang di dapatkan oleh perawat di
ruang teratai setiap bulannya yaitu tergantung dari jumlah pasien yang dirawat, dan
perwat juga tidak memiliki tambahan pendapatan yang diterima.
Pendapatan ruang teratai yaitu bersumber dari biaya pasien selama dirawat di
ruang teratai, baik menggunakan dana pribadi pasien maupun dari BPJS, asuransi dan
perusahaan yang bekerja sama dengan RSI Surabaya.
Sumber pendapatan ruangan yang berasal dari biaya yang dikeluarkan pasien
selama dirawat di ruanganTeratai perinciannya adalah sebagai berikut :
a) Tarif Ruangan
Tabel 3.13 Tarif rawat inap di ruang teratai RSI Jemursari Tahun 2021
Kelas Nama Fasilitas Tarif (Rp)
Kamar kamar
VIP Ruang a. Bed pasien 1 Rp. 1.000.000
Teratai b. Kulkas pasien 1
c. Bedside 1
d. Tv 1
e. Sofa dan meja 1
f. Jemura 1
g. Bancik/trap 1
h. Standar infus 1
ISOLASI Ruang a. Bed pasien 2 Rp. 750.000
Teratai b. Kursi 2
c. Bedside 2
d. Tv 1
e. Ac 1
f. Bancik/trap 1
g. Standar infus 1
Sumber Data: Wawancara Bulan Januari 2021
b) Tarif Dokter Visite
Tabel 3.14 Tarif dokter visite di ruang teratai RSI Jemursari Tahun 2020
Visite Pasien Dokter Tarif
Dewasa VIP Rp. 200.00
Isolasi Rp. 175.000
Sumber Data: Wawancara Bulan Januari 2021
c) Tarif Sewa Alat dan tindakan
Tabel 3.15 Tarif sewa alat di ruang teratai RSI Jemursari Tahun 2020
No. Jasa Tindakan Tarif
1. ECG Rp. 90.000
2. Injeksi Rp. 30.000
3. Kumbah lambung Rp. 90.000
4. Kumbah lambung (GC)+mandi+keramas Rp. 230.000
5. Lepas katether Rp. 30.000
6. Makan/minum personde Rp. 30.000
7. Pasang katether Rp. 50.000
8. Pasang infus dewasa Rp. 40.000
9. Pasang infus anak Rp. 60.000
10. Perawatan colostomy Rp. 90.000
11. Perawatan tracheostomy Rp. 60.000
12. Perawatan jenazah Rp. 60.000
13. Rawat luka khusus Rp. 90.000
14. Skintest Rp. 30.000
15. Tranfusi Rp. 30.000
16. Lepas WSD/bullowdrain Rp. 200.000
17. Rawat luka ringan Rp. 100.000
18. Rawat luka sedang Rp. 250.000
19. Syringepump/infusepump Rp. 110.000
20. Suction Rp. 70.000
21. Tensi monitor (electric) Rp. 70.000
22. WSD (bullowdrain) Rp. 130.000
23. Ambubag Rp. 50.000
24. Foto therapy/24 jam Rp. 220.000
25. GDA Rp. 40.000
26. Matras decubitus Rp. 130.000
27. Monitor EKG Rp. 360.000
28. O2 ventilator Rp. 170.000
29. Oksigen (O2)/hari Rp. 100.000
30. Oksigen/2L/mnt/jam Rp. 40.000
Sumber Data :Wawancara Bulan Januari 2021
d) Tarif jasa da jasa tindakan
Tabel 3.16 Tarif Tindakan Di Ruang Teratai RSI Jemursari Tahun 2021
No. Jasa Tindakan Tarif
1. Asisten Operasi
Kecil Rp. 100.000
Sedang Rp. 200.000
Besar Rp. 300.000
Khusus Rp. 400.000
2. Injeksi IV/SC/SkinTest Rp 25.000
3. Katether Rp. 20.000
4. Kumbah lambung Rp. 50.000
5. Lavemen Rp. 25.000
6. Makan dan minum personde Rp. 20.000
7. Memasukkan obat jantung (streptase/ citostatika) Rp. 100.000
8. Merujuk pasien dalam kota Rp. 30.000
9. Mengantar pasien luar kota/hari Rp. 110.000
10. Pemasangan Traksi Rp. 75.000
11. Perawatan Luka
Kecil Rp. 20.000
Sedang Rp. 30.000
Besar Rp. 50.000
12. Perawatan luka bakar grade II
Kecil Rp. 150.000
Sedang Rp. 200.000
Besar Rp. 250.000
13. Perawatan Minimal Rp. 40.000
14. Perawatan Parsial Rp. 50.000
15. Perawatan Total Rp. 60.000
16. Perawatan Khusus Rp. 200.000
17. Perawatan jenazah Rp. 30.000
18. Sonde Rp. 30.000
19. Transfusi bollus Rp. 20.000
20. Transfusi tukar Rp. 150.000
21. Regulasi insulin Rp. 25.000
22. RJPO/ resusitasi Rp. 50.000
Sumber Data:Wawancara Bulan Januari 2021
Ruang Teratai RSJemursariSurabaya memiliki kelebihan, kekurangan, ancaman dan
kesempatan dari M4 (Money), yaitu pada kelebihan di ruang Teratai RS Jemursari-
Surabaya mendapatkan tunjangan tiap bulan, dana fasilitas yang di miliki oleh ru-
angan diperoleh dari RS, setiap perawat mendapat pendapatan jasa pelayanan dari Rs
dan sistem administrasi sudah menggunakan komputerisasi. Selanjutnya kekurangan
yang dimiliki oleh ruang Teratai yaitu pada sistem pengelolaan keuangan di ruangan
sampai saat ini masih mengikuti pengelolaan keuangan dari Rumah Sakit, sistem gaji
dan insentif yang di terima oleh perawat setiap bulannya yaitu tergantung dari jumlah
banyaknya pasien yang dirawat, dan di Ruang Teratai tidak memiliki tambahan pen-
dapatan namun gaji dan insentif yang di dapatkan selalu tepat waktu. Selanjutnya pa-
da ancaman di Ruang Teratai yaitu adanya tuntutan dari masyarakat akan pelayanan
administrasi yang cepat dan mudah dengan harga terjangkau, dan adanya persaingan
antar rumah sakit dalam memberikan pelayanan keperawatan. Untuk kesempatan
yang ada di Ruang Teratai yaitu sistem pembayaran yang di lakukan secara non tunai
dapat meningkatkanefektivitas administrasi dan meminimalkan waktu, dan dapat
menjadi tempat praktik mahasiswa S1 maupun Ners
E. M5 (Market)
1. Pemasaran
Pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RSI Jemursari Sura-
baya sebagian besar dari wilayah Surabaya, tetapi ada sebagian yang berasal dari luar
Surabaya atau luar kota. Usia pelanggan bervariasi, kisaran usia ± 20 tahun keatas.
Perawat di ruang teratai selalu memberikan media brosur, lembar pasien covid, ring-
kasan pulang yang diisi oleh dokter, e-kontrol, obat-obatan pada masa pandemi di-
jelaskan langsung oleh perawat. Perawat di ruang Teratai tidak memiliki tugas khusus
sebagai tim marketing untuk mencari konsumen.
2. Mutu Pelayanan Keperawatan
Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya telah menerapkan mutu perawatan
pasien, terdapat beberapa aspek penilaian penting yang terdapat didalamnya dian-
taranya :
a) Meningkatkan mutu pelayanan
Indikator peningkatan mutu pelayanan dapat dimulai dari beberapa aspek, an-
tara lain :
1) Dari data yang didapat selama Oktober-Desember 2020
Tabel 3.17 Jumlah Diagnosa Terbanyak Berdasarkan 10 Diagnosa Terbesar Di
Ruang Teratai Bulan Oktober-Desember 2020
No Nama Penyakit Oktober November Desember Total Persentase
1 Pneumonia Unspecified 26 26 20 72 18.4
2 Non-insulin-dependent diabetes 18 18 14 50 12.8
mellitus with multiple complica-
tions
3 Acute renal failure, unspecified 13 13 - 26 6.7
4 COVID-19, virus not identified 12 12 13 37 9.5
5 Essential (Primary) Hyperten- 11 11 - 22 5.6
sion
6 Anaemia in other chronic diseas- 10 10 - 20 5.1
es classified elsewhere
7 Cerebral infarction due to 9 9 - 18 4.6
thrombosis of cerebral arteries
8 Non-insulin-dependent diabetes 8 8 - 16 4.0
mellitus with coma
9 Coagulation defect, unspecified 8 8 21 37 9.5
10 Hypokalaemia 8 8 6 22 5.6
11 COVID-19, virus identified - - 30 30 7.7
12 Other viral pneumonia - - 17 17 4.4
13 Hypertensive heart disease with- - - 10 10 2.6
out (congestive) heart failure
14 Septicaemia, unspecified - - 8 8 2.0
15 Chronic renal failure, unspeci- - - 6 6 1.5
fied
391 100%
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
Analisa : Berdasarkan tabel diatas 10 diagnosa terbesar pada Bulan Oktober-
Desember 2020, diagnose terbanyak adalah pasien Pneumonia Unspecified sebanyak
72 pasien.
2) Dari data yang didapat selama Bulan Oktober-Desember 2020
Tabel 3.18 Jumlah Kasus Kematian Ruang Teratai Bulan Oktober-Desember 2020
No. Nama Dokter Diagnosa
1. Ny. L Dr. Dyah Sp.S Acute Stroke Tromboemboli +
DM Hiperglikemia + Hipotensi
2 Ny. L Dr. Dyah Sp.S Pneumonia Probable Covid+
Status Konvulsi + HT + DM
3 Tn. S Dr. Nur Aisah Sp.P CA Parumetastase + Pneumonia
+ Hepatoma
4 Tn. R Dr. Mulyadi Sp.P Pneumonia + TB + CHF +
Gangguan Faal Hati
5 Tn. M Dr. Nur Aisah Sp.P Efusi Pleura Sinistra Masif Susp
Keganasan
6 N. E Dr. Soedarsono Sp.P Pneumonia Susp Covid
7 Tn. S Dr. Nur Aisah Sp.P TB Paru, Destroyed Lung Paru S
DD Massa Paru
8 Tn. G Dr. Mulyadi, Sp.P + Dr. Pneumonia Bilateral + Suspek
Artaria, Sp.Pd-Kgh + Covid-alo ec ckd st v
Dr. Fanty,Sp.Jp + Dr.
Dayu, Sp.B 1x Belum
9 Tn. M Dr. Lea, Sp.Pd + Dr. Nur Pleuropneumonia + S. Efusi
Aisah, Sp.P + Dr. Dyah, Pleura D Pocketed Sepsis +
Sp.S + Dr. Wina 1x Septic Shock + Anemia +
Belum Hipoalbuminemia decubitus +
AHD
10 Ny. M Dr. Arimbi, Sp.P + Dr. DOC ec SAH
Hamdan, Dr. Teddy +
Dr. Fanty, Sp.Jp
11 Ny. M Dr. Nur Aisah, Sp.P Confirm Covid-19
12 Ny. I Dr. Arimbi, Sp.P + Dr. Confirm Covid-19
Artaria, Sp.PD + Dr.
Fanty, Sp.Jp
13 Ny. N Dr. Nur Aisah, Sp.P + Pneumonia, Probable Covid
Dr. Roetmia, Sp.PD DMAKI DD ACKD
Coagulopathy Impending Gagal
Napas
14 Tn. D Dr. Nur Aisah, Sp. P + Pneumonia Suspek Covid + DM
Dr. Danny, Sp. Pd Hiperglikemia
15 Tn. R Dr. Nur Aisah, Sp.P + Pneumonia + Suspek Covid
Dr. Abraham, Sp. Jp
16 Ny. M Dr. Mulyadi, Sp.P + Dr. Covid, Pneumonia
Fanty, Sp.Jp + Dr. Hypercoagulable State Hepatitis
Danny Sp.Pd Reaktif Hypokalaemia (Post
Koreksi)
17 Tn. S Dr Adyan, Sp.P + Dr. Confirmed Covid ec, Pnemonia
Artaria, Sp.PD + Dr. Bilateral
Budi, Sp.Jp
18 Tn. M Dr. Adyan, Sp.P + Dr. Pneumonia + Non Covid-19
Artaria, Sp.PD + Dr.
Abraham, Sp. Jp
19 Tn. S dr Adyan, Sp.P + Dr. Confirm Covid-19
Dyah, Sp.S + Dr. Fitri
20 Ny. M Dr. Mulyadi Sp.P + Dr. Covid-19 + Pneumonia
Abraham, Sp. Jp + Dr.
Artaria, Sp.PD
21 Tn. S Dr. Nur Aisah, Sp.P + Confirm Covid-19 + Pneumonia
Dr. Rerdin, Sp.Jp Riw Aritmia Coagulopathy HHD
22 Ny. S Dr. Arimbi, Sp.P + Dr. Covid-19 + DM + Pneumonia
Danny, Sp.Pd + Dr.
Budi, Sp.Jp
23 Tn. S R. Mulyadi Sp.P + Dr. Pneumonia Dmulcus Kaki Kiri
Roetmia, Sp.Pd + Dr.
Anton, Sp.B + Dr.
Abraham, Sp. Jp
24 Tn. B Dr. Mulyadi, Sp.P + Dr. Covid-19 + Pneumonia + DM
Danny, Sp.Pd + Dr.
Abraham, Sp. Jp
25 Ny. R Dr. Mulyadi, Sp.P + Dr. Covid-19 + Pneumonia + DM
Danny, Sp.Pd
26 Tn. K Dr. Nur Aisah Sp.P + Dr. S. Massa paru D Sepsis Anemia
Roetmia, Sp.Pd + Dr. DM hiperglikemi DCCKD
Abraham, Sp. Jp Anemia
27 Ny. M Dr. Mulyadi, Sp.P + Dr. Covid-19
Fanty, Sp.Jp
28 Ny. P Dr. Arimbi, Sp.P + Dr. Confirm Covid-19 + DM
Danny, Sp.Pd + Dr.
Abraham, Sp. Jp
29 Ny. E Dr. Arimbi, Sp.P + Dr. Covid-19, Pneumonia Bilateral,
Abraham, Sp.Jp Cardiomegali, HHD
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
Analisa : Menurut tabel diatas pada Bulan Oktober-Desember 2020 ada 29 orang
yang meninggal dunia.
3) Jumlah pasien dirujuk di Ruang Teratai bulan Oktober-Desember 2020
Tabel 3.19 Jumlah Pasien Yang Dirujuk Ruang Teratai Bulan Oktober-Desember
2020
No. Nama Diagnosa RS Rujukan
1. Ny. S Efusi Pleura Dekstra + S. SH + Batu RSUD Dr Soetomo
Ginjal Sinistra Multiple
2 Ny. N Anemia + Hematemesis + CH + RSUD Dr Soetomo
Ascites + Oedema Hipoalbumin
3 Tn. L HIV AIDS RSUD Dr Soetomo
4 Ny. S AIHA + CKD ST 4-5 + Anemia RSUD Dr Soetomo
Hearth Desease + Gastritis + DM
Type 2
5 Ny. M Covid-19 + Pneumonia RSUD Dr Soetomo
6 Nn. I Covid-19 RSUD Dr Soetomo
7 Sdr. H Pneuminia + Susp Covid-19 , HIV RSUD Dr Soetomo
8 Ny. I Covid-19 + Bronkitis + Dispepsia RSUD Dr Soetomo
9 Ny. S Penurunan Kesadaran E.C. Hipog- RSUD SDA
likemia + Pneumonia + Susp Covid-
19 + S. TB Paru + Riwayat DM
10 Tn. I Confirm Covid-19 + Coagulopathy RSUD Dr Soetomo
Asma Vertigo
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
Analisa : Menurut tabel diatas : pada Bulan Oktober-Desember 2020 terdapat 10
pasien yang dirujuk dengan alasan perlu perawatan lanjutan.
4) Jumlah pasien pulang APS (Atas Permintaan Sendiri) Ruang Teratai Bulan Ok-
tober-Desember 2020
Tabel 3.20 Jumlah pasien pulang paksa Ruang Teratai Oktober-Desember 2020
No. Nama Diagnosa Dokter
1. Ny. H TB Paru BTA + Pneumonia Dr Nur Aisah, Sp.P + Dr.
bilateral + Susp. Covid-19 + Roethmia, Sp.Pd
CKD DM Coagulopathy
transaminitis Anemia
2. Ny. E Confirm Covid-19 Dr.Nur Aisah, Sp.P + Dr.
Rerdin, Sp.Jp
3. An. O Confirm Covid-19 + Dr. Lini, Sp.A
Pneumonia
4. Tn. A Confirm Covid-19 Dr. Nur Aisah, Sp.P + Dr.
Rerdin, Sp.Jp
5. Tn. M Confirm Covid-19 Dr. Nur Aisah, Sp.P + Dr.
Abraham, Sp. Jp
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
5) Jumlah kunjungan berdasarkan kelompok penyakit yang dirawat di Ruang Tera-
tai Bulan Oktober-Desember 2021
Tabel 3.21 Jumlah kunjungan berdasarkan kelompok penyakit yang dirawat di
Ruang Teratai Bulan Oktober-Desember 2020
No. Kelompok Penyakit Oktober November Desember
1. Paru 19 39 47
2. Cardiologi 13 18 12
3. Syaraf 14 5 3
4. Bedah Umum 4 2 1
5. Urologi 1 2 1
6. Anak 1 1 2
7. Bedah TKV 1 1 -
8. Bedah Syaraf 1 - -
Total 54 68 66
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
Analisa: Jumlah kunjungan pasien pada bulan Oktober-Desember 2020
terbanyak menurut spesialis adalah Paru.
6) Sepuluh kasus/spesialis terbesar di Ruang Teratai Bulan Oktober-Desember 2020
Tabel 3.22 Sepuluh kasus/spesialis terbesar di Ruang Teratai Bulan Oktober-
Desember 2020
No. Kelompok Pen- Oktober November Desember Total
yakit
1. Paru 50 326 482 858
2. Jantung 6 108 57 171
3. Penyakit dalam 37 - 49 86
4. Interna - 71 - 71
5. Syaraf 16 37 17 70
6. Nefrologi - 41 7 48
7. Bedah Umum - 15 14 29
8. Urologi 1 15 7 23
9. Anak 2 - 7 9
10. Bedah 8 - - 8
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
Analisa: Jumlah kasus/spesialis pada bulan Oktober-Desember 2020 terbanyak
menurut laporan 10 kasus terbesar adalah Paru.
7) Kejadian flebitis pada bulan Oktober-Desember 2020, tidak ditemukan kejadian
flebitis
8) Kejadian decubitus pada bulan Oktober-Desember 2020, tidak ditemukan kejadi-
an decubitus
b) Upaya pengurangan infeksi nosokomial:
Indikator penilaian INOS adalah:
1) ILO (Infeksi Luka Operasi) pada bulan Oktober-Desember 2020
(a) Luka bersih, tidak ada
(b) Luka bersih terkontaminasi, tidak ada
(c) Luka terkontaminasi, tidak ada
2) ISK, pada bulan Oktober-Desember 2020, tidak ditemukan kejadian ISK
c) Indikator mutu
1) Tingkat Kepuasan Pasien
Berikut ini akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien terhadap kinerja perawat.
Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yang berisi 25 soal berbentuk pertan-
yaan pilihan. Pertanyaan pilihan yang mencakup pemberian penjelasan orientasi ru-
angan, pemberian penjelasan setiap prosedur tindakan, dan sikap perawat selama
memberikan asuhan keperawatan. Jawaban pada pertanyaan pilihan terdiri atas dua
jawaban yaitu “Ya” atau “Tidak”, adapun indikator kepuasan pasien terhadap pela-
yanan keperawatan dinilai berdasarkan kuesioner yang berjumlah 25 pertanyaan di
mana ke 20 responden masing-masing diberi 2 pilihan jawaban kemudian berdasar-
kan jawaban dari kuesioner dapat menentukan indikator kepuasan pasien.
Tabel 3.23 Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Teratai Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya
No. Kriteria Frekuensi Presentase %
1. Ya 20 100%
2. Tidak 0 0%
Total 100%
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
Penilaian kepuasan dilakukan berdasarkan rentang presentase yang diadopsi dari
kriteria Arikunto, di mana dalam pengkajian pada tanggal 20 Januari 2021, dari 20
pasien kelolaan didapatkan presentase 100% pasien yang menyatakan Ya dengan
pelayanan di Ruang Teratai.
2) Keamanan Pasien
Indikator penilaian peningkatan mutu pelayanan dapat dilihat dari angka kejadian
dekubitus, flebitis, angka kejadian kesalahan pemberian obat, dan kejadian jatuh. Dari
pengukuran indikator mutu pelayanan keperawatan klinik yang dilakukan di Ruang
Teratai serta hasil rekap data tiga bulan yang lalu:
(a) Pada bulan Oktober-Desember 2020 tidak ada yang mengalami dekubitus
(b) Pada bulan Oktober-Desember 2020 tidak ada yang mengalami flebitis
(c) Kejadian kesalahan pemberian obat pada bulan Oktober-desember 2020 pem-
berian obat dilakukan secara benar sesuai dengan indikasi yang diberikan oleh
dokter.
(d) Kejadian jatuh tidak terjadi, pada bulan Oktober-Desember 2020 bahwa 100%
pasien tidak mengalami jatuh.
d) Jumlah pasien dirawat dan pasien keluar bulan Oktober-Desember 2020 di Ru-
ang Teratai
Tabel 3.24 Laporan jumlah pasien dirawat dan pasien keluar bulan Oktober-
Desember 2020 di Ruang Teratai
VIP, Kelas 1, 2, 3, Isolasi TB, Isolasi Kohorting
No. Bulan Pasien Rawat Pasien Keluar
BPJS RSI Umum Asuransi Instansi Kemenkes Hidup Mati
1. Oktober 81 3 4 2 2 35 121 6
2. November 35 - 3 4 4 73 116 3
3. Desember 28 - 2 3 - 123 136 20
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021
Dari hasil rekapitulasi data Bulan Oktober-Desember 2020, pada Ruang Teratai
ada pasien yang meninggal sebanyak 29 pasien.

e) BTO (Bed Turn Over)


Rumus = Jumlah pasien keluar (H+M)
Jumlah TT

Tabel 3.25 Laporan hasil BTO VIP, Kelas 1, 2, 3, Isolasi TB, Isolasi Kohorting
Ruang Teratai Bulan Oktober-Desember 2020
Jumlah Pasien
No. Bulan TT Hasil
Hidup Mati
1. Oktober 121 6 46 3
2. November 116 3 46 3
3. Desember 136 20 46 3
Sumber Data : Wawancara Bulan Januari 2021

f) ALOS
Rumus = Jumlah lama perawatan
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

Tabel 3.26 ALOS VIP, Kelas 1, 2, 3, Isolasi TB, Isolasi Kohorting Ruang Teratai
Bulan Oktober-Desember 2020
Jumlah
No. Bulan Lama Perawatan Pasien Rumus Hasil
Keluar
1. Oktober 503 hari 127 503 : 127 4 hari
2. November 579 hari 119 579 : 119 5 hari
3. Desember 460 hari 156 460 : 156 3 hari
g) TOI
Rumus = (Jumlah TT x hari dalam 1 bulan) – hari rawat
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

Tabel 3.27 TOI VIP, Kelas 1, 2, 3, Isolasi TB, Isolasi Kohorting Ruang Teratai
Bulan Oktober-Desember 2020
Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah hari da-
No. Bulan hari pasien pasien Rumus Hasil
TT lam 1
rawat hidup mati
bulan
(46x31)-503 7 hari
1. Okt 46 31 503 121 6
121+6
(46x30)-579 7 hari
2. Nov 46 30 579 116 3
116+3
(46x31)-460 6 hari
3. Des 46 31 460 136 20
136+20

h) BOR (Bad Occupacy Rate)


Rumus = Jumlah hari perawatan
X 100%
TT x jumlah hari dalam sebulan

Tabel 3.28 BOR Ruang Teratai Oktober-Desember 2020


Jumlah Hari
No Bulanan TT Rumus Hasil
Hari Perawatan
503 x 100%
1 Oktober 31 46 503 35,27%
46x31
579 x 100%
2 November 30 46 579 41,95%
46x30
460 x 100%
3 Desember 31 46 460 32,25%
46x31
Rata-rata BOR 3 bulan terakhir 36,49 %

Pasien yang dirawat diruang Teratai bervariasi ada yang menggunakan BPJS, RSI,
umum, asuransi, instansi, dan kemenkes, pelayanan diruang Teratai sama, baik pasien
BPJS maupun umum, semua pasien dirawat dan dilayani secara baik sehingga pasien
merasa puas dengan pelayanan di ruang Teratai, dari hasil penilaian tingkat kepuasan
pasien seluruhnya (100%) pasien mengatakan puas dengan pelayanan di ruang Tera-
tai, disetiap ruangan pasien terdapat prosedur hand hygiene untuk mencegah kejadian
infeksi pada pasien, tidak ada pasien yang mengalami decubitus dan flebitis, dan
diruang Teratai juga tidak ada kejadian kesalahan dalam pemberian obat, pemberian
obat dilakukan secara benar sesuai dengan indikasi yang diberikan oleh dokter. BOR
(Bed Occupancy Rate) di ruang Teratai pada 3 bulan terakhir (oktober-desember)
memiliki rata-rata dibawah standar nasional, yaitu 36,49%. Sedangkan berdasarkan
standar nasional indikator mutu pelayanan dengan BOR, yaitu 75-80%. Adanya pelu-
ang di ruang Teratai yaitu program latihan kepada perawat untuk meningkatkan kiner-
ja perawat dalam tindakan keperawatan dan kemajuan teknologi dalam bidang mar-
keting. Adapun ancaman yang dapat terjadi, semakin banyaknya rumah sakit di Sura-
baya yang sudah berstandar internasional dan adanya peningkatan standar masyarakat
yang harus dipenuhi tentang mutu dan pelayanan.
F. M6 (Machine)
Jenis penyediaan alat-alat medis yang bermesin di Ruang Teratai Rumah
Sakit Islam Jemursari Surabaya Tahun 2021
Tabel 2.28 Daftar Alat Kesehatan Teratai 2021
No Kode No Nama Barang Type/ Tahun Kondisi
Barang Seri Merk
1 02.08.01.0 6 Blood Warmer Animec 2018 Baik
8.232
2 02.08.02.0 14 ECG Unit - 2018 Baik
4.07
3 02.08.01.0 11 Infusion pump Mindray 2019 Baik
9.63
4 02.08.01.1 27 Nebulizer pulmo 2016 Baik
0.47
5 02.08.01.1 40 Nebulizer Omron 2019 Baik
0.47
6 02.08.02.0 8 Oksigen kecil + GEA+O2 2016 Baik
7.20 trolly Reg
7 02.08.01.0 3 Penlight LED 2015 Baik
1.93
8 02.08.02.0 2 Pulse oximeter 2015 Baik
7.64
9 02.08.01.0 37 Suction Pump GEA 2015 Baik
5.11
10 02.08.02.0 63 Syringe Pump Terumo 2015 Baik
7.02
11 02.08.02.0 73 Syringe Pump Terumo 2016 Baik
7.02
12 02.08.02.0 74 Syringe Pump Fresenius 2016 Baik
7.02
13 02.08.02.0 85 Syringe Pump Terumo 2018 Baik
7.02
14 02.08.02.0 90 Syringe Pump Terumo 2018 Baik
7.02
15 02.08.02.0 92 Syringe Pump Terumo 2018 Baik
7.02
16 02.08.02.0 5 Termometer Omron 2017 Baik
7.79 Digital
17 02.08.02.0 19 Termometer Omron 2019 Baik
7.79 Digital
18 02.08.02.0 20 Termometer Omron 2019 Baik
7.79 Digital
19 02.08.02.0 21 Termometer Omron 2019 Baik
7.79 Digital
20 02.08.02.0 22 Termometer Omron 2019 Baik
7.79 Digital
21 02.06.02.0 31 Termometer La- Yuwell 2020 Baik
5.45 ser
22 02.04.03.0 47 Termometer Thermo 2015 Baik
8.12 Standard One
23 02.04.03.0 49 Termometer Thermo 2015 Baik
8.12 Standard One
24 02.04.03.0 56 Termometer Thermo 2015 Baik
8.12 Standard One
25 02.08.01.0 6 Ultra violet - 2020 Baik
5.04 lamp
26 02.06.02.0 455 AC Split Daikin 2017 Baik
4.04 1,5pk
27 02.06.03.0 358 CPU 2016 Baik
5.01
28 02.06.03.0 382 Monitor 2016 Baik
5.02
29 02.08.01.1 57 X-Ray Viewer 2016 Baik
8.34
30 02.06.02.0 101 Dispencer Miyako 2018 Baik
6.39 290
31 02.06.02.0 88 Lemari Es Sharp 2015 Baik
4.01
32 02.06.03.0 271 CPU Mini pc 2016 Baik
5.01 liva
33 02.07.02.0 5 Handphone Samsung 2017 Baik
1.21 j3 plus
34 02.07.02.0 66 Handy Talky Baofeng 2020 Baik
1.14
35 02.07.02.0 67 Handy Talky Baofeng 2020 Baik
1.14
36 02.06.02.0 101 Kipas Angin KDK 2018 Baik
4.06
37 02.06.03.0 20 Laptop Hp 2020 Baik
5.11
38 02.06.03.0 100 Monitor LG LED 2016 Baik
5.02
39 02.06.03.0 15 Monitor Cpu + 2015 Baik
5.02 keyboard
40 02.08.02.0 32 Nurse call set - 2015 Baik
1.01
41 02.07.02.0 169 Pesawat Panasonic 2016 Baik
1.11 telephone
42 02.06.03.0 131 Printer LX 310 2015 Baik
5.03
43 02.06.03.0 21 Scanner - 2016 Baik
5.04
44 02.07.02.0 94 Telephone Panasonic 2018 Baik
1.30 wireless
45 02.07.02.0 7 Telepon flexi Portable 2015 Baik
1.31 Huawei
46 - - HFNC - - Baik
47 - - CPIP - - Baik
Sumber Data: Wawancara Perawat Ruang Teratai Januari 2021
Di Ruang Teratai sudah tersedia berbagai alat medis yang menunjang kebutuhan
pasien. Dari hasil wawancara, alat yang ada diruang teratai semua dapat digunakan
dan kondisi hampir semua amsih dalam keadaan baik. Alat di ruangan ini sudah
dilengkapi dengan juknis yang disediakan pada masing-masing alat sehingga
memudahkan perawat untuk menggunakan alat tersebut. Pada masa pandemi ini,
perawat membersihkan alat dan mensterilkan alat ketika selesai digunakan.
BAB 4
ANALISA DATA

4.1 Analisis SWOT


1. Identifikasi Situasi Ruang Teratai berdasarkan pendekatan analisis SWOT
a. Analisis SWOT M1 (Man)
No. Analisa SWOT Bobot Rating Bobot X Rating
1 Sumber Daya Manusia (Man)
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT(Kekuatan)
1. Jenis ketenagaan : 0,5 2 1 S-W
-S 1 Kep :9 orang 1.5 - 4 =
-D3 kep : 15 orang - 2.5
Non Kep : 1
-Dr.Sp : 15 orang
2. Masa kerja >15 tahun sebanyak 0,5 1 0.5
1 orang, 5-10 tahun sebanyak 15
orang sedangkan < 5 tahun
sebanyak 8 orang.
TOTAL 1 1,5

WEAKNESS(Kelemahan)
1. Jumlah tenaga medis yang terse-
1 4 4
dia tidak seimbang dengan ting-
kat ketergantungan pasien
4
TOTAL
b. Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY (Peluang)
1. Adanya kesempatan
0,3 1 0,3 O–T
melanjutkan pendidikan ke
1,3– 2,2
jenjang yang lebih tinggi
0,4 1 0,4 = - 0.9
2. Adanya kebijakan pemerintah
tentang profesionalisasi perawat
0,3 2 0,6
3. Adanya program akreditasi RS
dari pemerintah dimana MAKP
merupakan salah satu penilaian
1 1.3
TOTAL
THREATENED(Ancaman)
1. Ada tuntutan tinggi dari
0,5 2 1
masyarakat untuk pelayanan
yang lebih profesional
0.3 3 0,6
2. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan hukum
0,6
3. keadaan pasien yang tidak
0,2 3
stabil yang dapatmerusak sarana
dan prsarana
TOTAL 1 2.2

b. Analisis SWOT M2 (Material)

Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

M2-Material
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH (Kekuatan)
1. Peralatan medis untuk menunjang tindakan 0,2 3 0,6
keperawatan sudah memadai dan dalam
kondisi baik
2. Terdapat administrasi penunjang (misal : 0,2 3 0,6
buku TT, buku visite, SOP, dll) yang me-
madai
3. Tersedia Nurse Station, ruang pemakaian 0,3 4 1,2
APD, ruang pelepasan APD
4. Adanya ruangan khusus untuk kepala ru- 0,3 3 0,9
angan, ruang dokter, dan ruang penyim-
panan obat
TOTAL 1 3,3

WEAKNESS (Kelemahan) S-W=


1. Tidak adanya ruang mahasiswa selama pan- 0,1 3 0,3 3,3-3 =
demic covid-19 0,3
2. Ruang Teratai sepenuhnya digunakan se- 0,2 3 0,6
bagai ruang isolasi, sehingga karyawan khu-
susnya perawat dan dokter harus memper-
hatikan APD yang digunakan, agar tidak ter-
tular covid-19
3. Ruang pelepasan APD dilakukan di ruang 0,1 4 0,4
anteroom yang bersebelahan dengan ruang
isolasi covid-19
4. Peralatan medis setelah digunakan tidak dil- 0,3 3 0,9
akukan dekontaminasi langsung
5. Tidak adanya pembatas atau loket khusus 0,2 4 0,8
sebagai penghubung dari ruangan untuk
transfer obat, sample lab dan makanan.
TOTAL 1 3

b. Eksternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY (Peluang)
1. Kemajuan teknologi dan informasi mem- 0,5 3 1,5
bantu perawat dalam proses input data
pasien atau melakukan dokumentasi hasil
keperawatan semula papar base menjadi
online base
2. Kemanjuan teknologi dibidang informasi 0,5 4 2,0
membantu perawat melakukan peningkatan O-T =
pengetahuan melalui seminar online dan 3,5-3 =
lainnya 0,5
TOTAL 1 3,5

THREATENED (Ancaman)
1. Adanya tuntutan yang tinggi oleh masyara- 0,5 3 1,5
kat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang lebih professional
2. Terdapat Rumah Sakit lain yang mempunyai 0,5 3 1,5
fasilitas yang lebih lengkap (alat canggih)
TOTAL 1 3

c. Analisis SWOT M3 (Method)


Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

M3-Methode S-W
MAKP 3.2-2
a. Internal Faktor (IFAS) = 1.2
STRENGTH (Kekuatan)
1) Sudah ada model MAKP yang digunakan 0,3 2 0.6
yaitu MAKP TIM
2) Memiliki standar asuhan keperawatan 0,3 4 1.2
3) Terlaksana komunikasi yang adekuat: 0,2 4 0.6
perawat dan tim kesehatan lainnya
4) Mempunyai prosedur tetap setiap tindakan 0,2 4 0.8
keperawatan
TOTAL 1 3.2
WEAKNESS (Kelemahan)
1) Ruangan belum memiliki visi, Misi, Motto 0,5 2 1
Ruangan
2) Metode tim yang digunakan di ruang
isolasi belum terdapat pembagian pasien 0,5 2 1
kelolaan setiap perawat.
TOTAL 1 2
b. Eksternal Faktor(EFAS) O–T
OPPORTUNITY (Peluang) 2,5 – 3,0
1) Banyaknya minat mahasiswa keperawatan 0,3 1 0,3 = - 0,5
yang praktik di ruang Teratai sebagai agen
pembaharuan
2) Kepercayaan dari pasien dan masayarakat 0,3 2 0,6
cukup baik
3) Ada kebijakan pemerintah tentang profe- 0,4 4 1,6
sionalisasi perawat
TOTAL 1 2,5

THREATEDED (Ancaman)
1) Persaingan dengan rumah sakit lain se- 0,5 3 1,5
makin ketat
2) Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang 0,5 3 1,5
maksimal
TOTAL 1 3,0
Timbang Terima S–W
a. Internal Faktor (IFAS) 2.4 – 2
STRENGTH (Kekuatan) = 0.4
1) Dilakukan setiap pergantian shift 0,2 2 0.4
2) Timbang terima menggunakan metode 0,2 3 0.6
SBAR
3) Dipimpin langsung oleh kepala ruangan 0,2 3 0.6
atau penanggung jawab shift
4) Timbang terima dilakukan dengan adanya 0,2 3 0.6
klarifikasi, tanya jawab, dan validasi ter-
hadap semua yang dioperkan.
5) Dengan adanya massa pandemic ini lebih 0.2 1 0.2
meningkatkan hubungan BHSP antara
perawat dan pasien
TOTAL 1 2.4
WEAKNESS (Kelemahan)
1) Pelaksanaan timbang terima dilakukan saat
beberapa perawat masih memiliki tugas 1 2 2
yang belum selesai

TOTAL 1 2
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY (Peluang) 2.4 – 3,0
1) Banyaknya minat mahasiswa keperawatan 0,4 3 1,2 = -0,6
yang praktik di ruang Teratai sebagai agen
pembaharuan
2) Kemajuan teknologi dapat membantu efek- 0,6 2 1.2
tifitas pelaksanaan timbang terima
TOTAL 1 2.4
THREATENED (Ancaman)
1) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 1 3 3,0
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang professional
TOTAL 1 3,0
Ronde Keperawatan S–W
a. Internal Faktor (IFAS) 1–1
STRENGTH (Kekuatan) =0
1) Perawat banyak yang telah mengetahui 0.5 2 1
tentang ronde keperawatan
2) Bidang keperawatan dan ruangan men- 0.5 2 1
dukung adanya kegiatan ronde keperawa-
tan
TOTAL 1 1

WEAKNESS (Kelemahan)
1) Belum terdapat pelaksanaan ronde 0.5 1 0.5
keperawatan di ruang Teratai
2) Mendatangkan tenaga ahli seperti dokter 0,5 1 0.5
spesialis dalam kegiatan ronde keperawa-
tan sulit dilakukan karena jam kerja dokter 1 1
yang padat
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY (Peluang) 2,7 – 3,0
1) Adanya seminar tentang manajemen 0,5 3 1,5 = -0,3
keperawatan
2) Memiliki sebuah peluang dari kepala ru- 0,3 2 0,6
angan untuk melaksanakan ronde
keperawatan dengan mahasiwa/i praktik
3) Adanya peluang kerjasama antara multidi- 0,2 3 0,6
siplin ilmu yang lain sehingga menambah
wawasan dalam penanganan masalah
kesehatan yang di ronde kan
TOTAL 1 2,7
THREATENED (Ancaman)
1) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 1,0 3 3,0
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
professional
TOTAL 1 3,0
Sentralisasi Obat S–W
a. Internal Faktor (IFAS) 2,6 – 2
STRENGTH (Kekuatan) = 0.6
1) Semua perawat mengerti tentang sentrali- 0,2 3 0,6
sasi obat
2) Terpusat pada ruang FK Klinis (Farmasi 0,1 2 0.2
Ruangan) dengan inovasi e-resep
3) Di ruang teratai sudah menerapkan sistem
sentralisasi obat ini bisa dilihat dari adan- 0,2 3 0.6
ya tempat khusus penyimpanan obat-obat
injeksi pasien
4) Adanya format untuk injeksi dan obat oral 0,3 2 0.6
bekerjasama dengan depo farmasi
5) Adanya buku penerimaan obat 0,1 3 0.3
6) Adanya tanda tangan sekeluarga setelah 0,1 3 0.3
perawat memberikan obat oral maupun in-
jeksi
TOTAL 1 2.6
WEAKNESS (Kelemahan)
1) Pada pasien umum dan bpjs obat dil-
akukan dengan sistem UDD namun pada 0.5 2 1
pasien umum untuk rincian billing obat
diketahui pada akhir pasien saat pasien
KRS
2) Pada pasien Asuransi Non-BPJS akan
dikenakan biaya DP selama proses klaim 0.5 2 1
atau ACC dari pihak asuransi terkait
TOTAL 1 2
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY (Peluang) 3,4 – 3,0
1) Adanya kebijakan Akreditasi yang dil- 0,6 3 1,8 = 0,4
akukan Rumah Sakit mengenai sentralisasi
obat
2) Adanya keterlibatan keluarga dalam mem- 0,4 4 1,6
berikan obat dan menentukan obat yang
diberikan kepada pasien
TOTAL 1 3,4
THREATENED
1) Tuntutan keluarga dan klien untuk 1,0 3,0
mendapatkan perawatan yang profesional
TOTAL 1 3,0
Supervisi S –W
a. Internal Faktor (IFAS) 3,4 – 3,0
STRENGTH = 0,4
1) Adanya lembar persetujuan dan penilaian 0,4 4 1,6
untuk supervise
2) Kepala ruang Teratai mendukung kegiatan 0,4 3 1,2
supervisi demi peningkatan mutu pela-
yanan keperawatan
3) Supervisi sudah dilakukan kepala ruangan 0,2 3 0,6
TOTAL 1 3,4
WEAKNESS
1) Terkadang supervisi dilakukan diluar jad- 1,0 3 3,0
wal yang sudah ditentukan
TOTAL 1 3,0
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY 3,0 – 2,6
1) Kegiatan supervisi menjadi tolak ukur atau 0,5 3 1,5 = 0,4
acuan dalam meningkatkan kemampuan
perawat ruangan memberikan asuhan
keperawatan secara profesional
2) Dengan adanya kegiatan supervisi, dapat 0,5 3 1,5
meningkatkan kepuasan pasien
TOTAL 1 3,0
THREATENED
1) Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk 0,6 3 1,8
mendapatkan pelayanan yang professional
dan bermutu sesuai dengan peningkatan
biaya perawatan
2) Adanya persaingan pemberian layanan 0,4 4 1,6
kesehatan antara tempat pelayanan
kesehatan
TOTAL 1 2,6
Penerimaan Pasien Baru S–W
a. Internal Faktor (IFAS) 3.1 – 3
STRENGTH = 0.1
1) Penerimaan pasien baru di Ruang Teratai 0,1 4 0.4
dilakukan oleh Perawat Pelaksana (PP)
2) Tersedianya format untuk mengkaji pasien 0,2 3 0.6
baru
3) Setelah dilakukan anamnesa pasien, 0,3 2 0.6
perawat melakukan dokumentasi
4) Mengkaji pasien dilakukan dengan wa- 0,3 4 1.2
wancara dan observasi
5) Adanya orientasi terhadap lingkungan ru- 0,1 3 0.3
angan pasien
TOTAL 1 3.1
WEAKNESS
1) Kurang tersedianya waktu bagi perawat 1,0 3 3
untuk melakukan orientasi kepada pasien
dan keluarga secara detail
TOTAL 1 3,0
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY 4–3
1) Penerimaan pasien baru yang baik dapat 1 4 4 =1
memberikan kejelasan informasi dalam
pemenuhan kebutuhan perawatan klien
selama di ruangan
TOTAL 1 4
THREATENED (Ancaman)
1) Makin tingginya kesadaran masyarakat 1,0 3 3,0
akan pentingnya kesehatan
1 3,0
Discharge Planning S–W
a. Internal Faktor (IFAS) 3.2 - 3
STRENGTH (Kekuatan) = 0.2
1) Sudah dilakukan saat pasien dan pulang 0,2 4 0,8
2) Adanya pemberian surat kontrol berobat 0,3 3 0.9
3) Perawat memberikan HE dan motivasi 0,4 3 1.2
menggunakan bahasa yang mudah di-
mengerti
4) Teknik yang digunakan saat pemberian 0,1 3 0.3
perencanaan pulang pada pasien yaitu
dengan lisan dan tulis
TOTAL 1 3.2

WEAKNESS (Kelemahan)
1) Terkadang leaflet yang tersedia tidak dis- 1 3 3,0
ertakan untuk pasien rencana pulang
(KRS)
TOTAL 1 3,0
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY (Peluang) 3,6 -3,0
1) Banyaknya minat mahasiswa keperawatan 0,6 4 2,4 = 0,6
yang praktik di ruang Teratai sebagai agen
pembaharuan
2) Dengan adanya massa pandemic mening- 0,4 3 1,2
katkan kesadaran masyarakat tentang pent-
ingnya kesehatan dan menjaga kebersihan
TOTAL 1 3,6
THREATENED (Ancaman)
1) Adanya tuntutan masyarakat untuk 0,5 3 1,5
mendapatkan pelayanan keperawatan yang
profesional
2) Persaingan antar rumah sakit yang se- 0,5 3 1,5
makin ketat
TOTAL 1 3,0
Dokumentasi S–W
a. Internal Faktor (IFAS) 3.4 – 3
STRENGTH = 0.4
1) Sistem pendokumentasian yang berlaku di 0,4 4 1.6
ruang Teratai saat ini adalah SOAP pada
lembar CPPT dan dalam bentuk SBAR
pada lembar intervensi
2) Kesadaran perawat tentang tanggung ja- 0,3 3 0.9
wab dan tanggung gugat sehingga ada
kemauan perawat untuk melakukan
pendokumentasian
3) Rata-rata perawat mengerti pengisian serta 0,3 3 0.9
melakukan dokumentasi setelah
melakukan tindakan
TOTAL 1 3.4
WEAKNESS
1) Pendokumentasian belum keseluruhan dil- 1,0 3 3
akukan secara online
TOTAL 1 3
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY 3,0 – 2,5
1) Peluang perawat untuk meningkatkan pen- 0,5 3 1,5 = 0,5
didikan pengembangan (Pengembangan
SDM)
2) Kemajuan teknologi dalam pendokumen- 0,5 3 1,5
tasian diharapkan dapat dilakukan secara
keseluruhan
TOTAL 1 3,0
THREATENED
1) Tingkat kesadaran masyarakat (pasien dan 0,5 3 1,5
keluarga) akan tanggung jawab dan
tanggung gugat
2) Persaingan RS dalam memberikan pela- 0,5 2 1,0
yanan keperawatan
TOTAL 1 2,5

d. Analisis SWOT M4 (Money)


No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
1. M4-Money
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH S-W
1) Setiap ruangan mendapat tunjangan 0,4 4 1,6 3,4-3,7
tiap bulan dari Rumah Sakit. = -0,3
2) Dana fasilitas kesehatan diperoleh dari 0,2 3 0,6
RS.
3) Adanya pendapatan jasa pelayanan 0,2 3 0,6
dari rumah sakit
4) Sistem administrasi sudah 0,2 3 0,6
menggunakan komputerisasi
TOTAL 1 3,4
WEAKNESS
1) Pengelolaan sistem keuangan diru- 0,4 4 1,6
angan teratai sampai saat ini mengiku-
ti pengelolaan keuangan rumah sakit.
2) Sistem gaji dan insentif yang di
dapatkan oleh perawat di ruang teratai 0,3 3 0,9
setiap bulannya yaitu tergantung dari
jumlah pasien yang dirawat
3) Perawat tidak memiliki tambahan
pendapatan yang diterima, namun in- 0,3 4 1,2
sentif dan gaji perawat dari pihak ru-
mah sakit selalu dibayar tepat waktu.
TOTAL
1 3,7
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1) Sistem pembayaran dilakukan secara 0,5 3 1,5
non tunai dapat meningkatkan efek-
tifitas administrasi dan meminimalkan
waktu O-T
2) Sebagai tempat praktik mahasiswa 0,5 3 1,5 3-3,6
keperawatan S1 maupun Ners = 0,6
TOTAL 1 3
THREATENED
1) Adanya tuntutan dari masyarakat akan 0,4 3 1,2
pelayanan administrasi yang cepat dan
mudah dengan harga terjangkau
2) Persaingan rumah sakit dalam mem- 0,6 4 2,4
berikan pelayanan keperawatan
TOTAL 1 3,6

e. Analisis SWOT M5(Marketing)


No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
5 M5-Marketing
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH (Kekuatan)
1) Hasil penilainan tingkat kepuasan 0,3 3 0,9
pasien seluruhnya (100%) puas dengan
pelayanan di ruang teratai S-W =
2) Terdapat prosedur hand hygine untuk 0,3 3 0,9 2,8-3 =
mencegah kejadian infeksi pada pasien -0,2
3) Adanya variasi karakteristik dari pasien 0,2 2 0,4
(BPJS, RSI, umum, asuransi, instansi,
kemenkes)
4) Tidak terjadi kejadian decubitus, flebi- 0,2 3 0,6
tis dan kesalahan pemberian obat
TOTAL 1 2,8

WEAKNESS (Kelemahan)
1) Rata-rata BOR 36,49% 1,0 3 3
TOTAL 1 3
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY (Peluang) O-T
1) Adanya program latihan kepada 0,6 4 2,4 3,6-3,0 =
perawat 0,6
2) Kemajuan teknologi dalam bidang 0,4 3 1,2
marketing
TOTAL 1 3,6

THREATENED (Ancaman)
1) Semakin banyaknya rumah sakit di Su- 0,4 3 1,2
rabaya yang sudah berstandar inter-
nasional
2) Adanya peningkatan standar masyara- 0,6 3 1,8
kat yang harus dipenuhi tentang mutu
dan pelayanan
TOTAL 1 3,0
f. Analisis SWOT M6 (Machine)
Analisis Swot Bobot Rating Bobot X Rating

M6-Machine 1,2 S-W


a. Internal Faktor (IFAS) 2,9 - 2 =
STRENGTH 3 0,4
1) Tersedianya alat-alat sesuai kebutuhan di 0,4 0,6
Ruang Teratai
2
2) Alat-alat diruang Teratai disertai catatan 0,3
cara pengoperasian alat tersebut 1,2

3) Perawat ruangan mampu mengoprasikan 3


alat-alat yang ada di ruangan Teratai 0,4
2,9
TOTAL

WEAKNESS 1 2
1) Ketidakseimbangan antara pasien yang
bertambah dengan peralatan yang ada di 2
ruangan Teratai 1
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS) O–T
OPPORTUNITY 2,7 – 2,6 =
1) Kemajuan teknologi dapat membantu 0,4 3 1,2 0,1
mempermudah mendapatkan informasi
tentang pengoperasian alat
2) Dengan adanya SIMRS, mempermudah 0,5 3 1,5
perawat dalam pengajuan machine ba-
ru/menggantikan yang rusak
TOTAL 1 2,7
THREATENED
1) Dengan adanya masa pandemi ini, ma- 0,5 4 2,0
chine dirumah sakit lain lebih memadai
2) Banyaknya rumah sakit yang 0,3 1 0,3
menyediakan alat medis yang lebih
modern
3) Terdapat adanya tuntutan yang tinggi dari 0,3 1 0,3
masayarakat untuk melengkapi alat-alat
medis yang ada di ruangan Teratai
TOTAL 1 2,6
1.2. Perumusan Masalah
Tabel 4.2 Tabel Analisis Nilai IFAS EFAS
Skor Analisis SWOT
Masalah
IFAS EFAS
M1-Man - 2,5 - 0,9
M2-Material 0,3 0,5
M3-Method
a. METODE TIM 1,2 - 0,5
b. Timbang Terima 0.4 -0.6
c. Ronde Keperawatan 0 -0,3
d. Sentralisasi Obat 0,6 0,4
e. Supervisi 0,4 0,4
f. Penerimaan Pasien Baru 0,1 1
g. Discharge Planning 0,2 0,6
h. Dokumentasi 0,4 0,5
M4-Money -0.3 0,6
M5-Marketing -0,2 0,6
M6-Machine 0,4 0,1
4.2. KURVA

O
2,4

2,1

1,8

MAKP(1.2, -0,5) 1,5


SO (0,6; 0,4)

1,2

PPB (0,1; 1)
0,9
M2 (0,3; 0,5)
DP (-1,4; 0,5)
0,6
DK (0,4; 0,5)

SV (0,4; 0,4) MAKP (1,2; 0,4)


0,3 TT (1,1; 0,3)
M6 (0,9; 0,1)
W -2,4 -2,1 -1,8 -1,5 -1,2 -0,9 -0,6 -0,3 0,3 0,6 0,9 1,2 1,5 1,8 2,1 2,4 S
-0,3 RK (0; -0,3)

M4 (-0,3; -0,6) -0,6


M5 (-0,2; -0,6)

-0,9

M1 (-2.5, - 0.9; 0,4)


-1,2

-1,5

-1,8

-2,1

-2,4

T
BAB 5
PERENCANAAN

5.1 Prioritas Masalah


Prioritas masalah di Ruang Teratai dapat dilakukan dengan memperhatikan
aspek:

a. Kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah tersebut (magnitude)


b. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (severity)
c. Bisa dipecahkan (manageability)
d. Nursing concern
e. Ketersediaan sumber daya (affordability)
Nilai yang diberikan dari aspek 1 sampai 5 (nilai 1= sangat sedikit, nilai 2 =
sedikit, nilai 3 = cukup, nilai 4 = besar, nilai 5 = sangat besar).
Tabel 5.1 Prioritas Masalah Di Ruangan Teratai.

M M Total
No Masalah Sv Nc Af Prioritas
g n scor
1. Di ruang isolasi teratai 2 3 4 4 5 18 I
menggunakan MAKP TIM
namun belum terdapat
pembagian pasien kelolaan
setaip perawat
2. Jumlah tenaga medis yang 4 4 2 2 5 17 II
tersedia tidak seimbang
dengan tingkat ketergan-
tungan pasien
3. Pelaksanaan timbang terima 4 3 4 2 3 16 III
belum maksimal karena
beberapa perawat terkadang
masih memiliki tugas yang
belum selesai sehingga tidak
semua perawat
memperhatikan dengan
seksama
4. Dalam discharge planning, 2 3 4 3 4 16 IV
pemberian HE (Health
Education) pada waktu
pasien pulang, perawat
memberitahu waktu kontrol
dan pemberian obat kepada
keluarga pasien, namun
pada HE terkadang tidak
disertakan pemberian leaflet
yang sudah ada untuk pasien
rencana pulang (KRS).
5. Penerimaan pasien baru 2 3 5 3 3 16 V
sudah dilakukan secara baik
namun tidak semua perawat
memberikan edukasi tentang
orientasi ruangan secara
detail kepada semua pasien,
yang meliputi: cuci tangan,
risiko jatuh, jalur evakuasi
dan fasilitas ruangan.
6. Alat-alat diruangan kualitas 3 3 4 2 4 16 VI
sudah mampu mencukupi
kebutuhan pasien.
7. Alat bermesin yang berada 3 3 3 3 3 15 VII
diruangan harus selalu
diutamakan kualitas dan
kondisinya.
8. Pengelolaan sistem 4 3 3 2 3 15 VIII
keuangan diruangan teratai
sampai saat ini mengikuti
pengelolaan keuangan
rumah Rumah Sakit Islam
Jemursari.
9. BOR diruang Teratai pada 3 3 1 3 3 4 14 IX
bulan terakhir memiliki rata-
rata dibawah standar
nasional, yaitu 36,49%.
Sedangkan berdasarkan
standar nasional indikator
mutu pelayanan dengan
BOR, yaitu 75-80%
10. Alat bermesin diruangan 2 3 3 3 3 14 X
sudah memadai kebutuhan
ruangan dan kebutuhan
pasien
11. Peralatan medis sebelum 2 4 4 1 2 13 XI
dipakai dibersihkan dengan
desinfektan dan alcohol
awab atau alcohol spray,
jika selesai digunakan
dikembalikan ke ruang alkes
Pemecahan masalah
Alat medis setelah dipakai
tidak hanya dibersihkan
akan tetapi di sterilisasi
5.2 Prioritas Pemecahan Masalah
Prioritas cara pemecahan masalah dilakukan dengan memperhatikan aspek :
1. Besarnya masalah yang diselesaikan (Magnitude = M)
2. Pentingnya cara penyelesaian masalah (Importancy = I)
3. Sensitifitas penyelesaian masalah (Vulnerability = V)
4. Biaya (Cost = C)
Nilai yang diberikan pada aspek 1 sampai 5 (nilai 1 = sangat kurang penting, nilai 2 =
kurang penting, nilai 3 = cukup penting, nilai 4 = penting dan nilai 5 = sangat penting)
Tabel 5.2 Cara Pemecahan Masalah Di Ruangan Teratai
No Alternatif penyelesaian efektifitas efisiensi Total
masalah Prioritas
M I V C MxIxV/C
1. M3. MAKP 5 5 4 3 5x4x4/3= I
Analisa masalah 27
Penggunakan metode fungsional
dengan menerapkan
pengorganisasian metode tim
membuat kepala ruangan ingin
memilih menggunakan salah
satu metode saja
Pemecahan masalah
a. Mengusulkan merubah MAKP
ruangan dari MAKP
fungsional menjadi MAKP tim
b. Mengusulkan perbaikan peran
dan tanggungjawab masing-
masing antara kepala ruangan,
ketua tim dan anggota tim
2. M1 (Man) 5 4 4 4 5x4x4/4 II
Analisa Masalah =20
Jumlah tenaga medis yang terse-
dia tidak seimbang dengan ting-
kat ketergantungan pasien
Pemecahan Masalah
a. Mendiskusikan kebutuhan
tenaga tambahan bersama
KANIT rawat inap Rumah
Sakit.
b. Mengusulkan tambahan
tenaga keperawatan di
ruangan isolasi teratai
3. Timbang Terima 2 2 3 1 2x2x3/1= III
Analisa Masalah 12
Pelaksanaan timbang terima
terkadang dilakukan saat
perawat masih memiliki tugas
yang belum selesai
Pemecahan Masalah
a. Mengusulkan untuk selalu
meluangkan waktu sejenak
untuk benar-benar mengi-
kuti seluruh alur timbang
terima dari awal sampai
akhi atau jika ada keperluan
urgent, maka ada baiknya
timbang terima dijeda sam-
pai perawat dating kembali
4. Discharge Planning 3 3 2 1 3x3x2/1=9 IV
Analisa Masalah
Discharge planning dilakukan
dengan baik namun ada
beberapa hal yang perlu
ditingkatkan seperti pemberian
leaflet sebagai edukasi kesehatan
pada saat klien pulang yang
masih terkadang terlewatkan.
Pemecahan Masalah
Mengusulkan kepada kepala
ruangan untuk dilakukan
supervise tentang discharge
planning dan menempatkan
leaflet atau media edukasi
ditempat yang mudah
terjangkau.

5. Penerimaan Pasien Baru 4 2 2 2 4x4x2/2= V


Analisa Masalah 8
Penerimaan pasien baru sudah
dilakukan secara baik namun
tidak semua perawat mem-
berikan edukasi tentang orientasi
ruangan secara detai kepada
semua pasien, yang meliputi:
cuci tangan, resiko jatuh, jalur
evakuasi dan fasilitas ruangan
Pemecahan Masalah
Memberikan arahan kepada
setiap perawat ruangan agar
lebih detail dalam hal edukasi
ruangan kepada pasien terlebih
karena ruang teratai sekarang
adalah ruang isolasi yang tidak
boleh ada lkeluarga yang
menjaga pasien
6. M2-Material 3 3 3 2 3x3x3/2 = VI
Analisa masalah 13,5
Peralatan medis sebelum dipakai
dibersihkan dengan desinfektan
dan alcohol awab atau alcohol
spray, jika selesai digunakan
dikembalikan ke ruang alkes
Pemecahan masalah
Alat medis setelah dipakai tidak
hanya dibersihkan dengan
alcohol akan tetapi langsung
dilakukan sterilisasi atau
dilakukan dekontaminasi
sebelum sterilisasiman untuk
mengindari penularan bakteri
dan virus melalui alat medis
7. M5-Marketing 4 3 2 2 4x3x2/2 = VII
Analisa Masalah 12
BOR diruang Teratai pada 3
bulan terakhir memiliki rata-rata
dibawah standar nasional, yaitu
36,49%.
Pemecahan Masalah
Meningkatkan promosi dan
mutu pelayanan keperawatan
untuk meningkatkan BOR ruang
Teratai
8. M6-Machine 3 3 2 2 3x3x2/2= 9 VIII
Analisah Masalah
Alat bermesin yang berada
diruangan harus selalu
diutamakan kualitas dan
kondisinya karena Alat bermesin
diruangan sudah memadai
kebutuhan ruangan dan
kebutuhan pasien
Pemecahan Masalah
Alat bermesin diruangan
diharapkan selalu dijaga kondisi
agar kualitas alat tetap baik.
9. M1-man 3 3 2 3 3x3x2/3 = 6 IX
Analisa Masalah
Dari perhitungan jumlah
kebutuhan tenaga contoh: pada
saat shift pagi dengan pasien
minimal, parsial, dan total (24)
membutuhkan 6 tenaga kepera-
watan atau 7 tenaga keperawa-
tan, beserta karu dan katim
Pemecahan Masalah
Perlu ditambah tenaga kepera-
watan

10. M4-Money 3 3 2 3 3x3x2/3 = 6 X


Analisa Masalah
Pengelolaan sistem keuangan
diruang teratai sampai saat ini
masih mengikuti pengelolaan
keuangan dari rumah sakit
Pemecahan Masalah
Meningkatkan kualitas
pelayanan menjadi lebih efektif
dan efisien dalam segi
administrasi
5.3 Plan of Action (POA)
Tabel 5.3 Plan Of Action
No. Data/Masalah Tujuan Rencana Kegiatan Indikator Keberhasilan Penanggung Jawab Waktu
1 MAKP ruangan isolasi teratai Tercapainya a. Melakukan pembagian MAKP yang digunakan Semua mahasiswa yang Minggu ke
menggunakan MAKP TIM pelaksanaan pasien kelolaan sesuai dapat dijalankan dengan praktik manajemen III – minggu
namun belum terdapat MAKP TIM dengan teori MAKP TIM maksimal profesi sesuai perannya ke IV
pembagian pasien kelolaan secara maksimal (Suyanto, 2020 - review masing-masing
setiap perawat. artikel)
b. Mendiskusikan prosedur
model keperawatan yang
akan digunakan
2 Jumlah tenaga medis yang Terpenuhinya a. Mendiskusikan kebutuhan Adanya pemenuhan Semua mahasiswa yang Minggu ke
tersedia tidak seimbang jumlah tenaga tenaga tambahan bersama jumlah tenaga medis praktik manajemen III – minggu
dengan tingkat ketergan- medis sesuai KANIT rawat inap Rumah yang cukup diruangan profesi sesuai perannya ke IV
tungan pasien dengan tingkat Sakit. isolasi teratai masing-masing
kemandirian b.Mengusulkan tambahan
pasien yang ada tenaga keperawatan di
di ruangan ruangan isolasi teratai
isolasi
3 Pelaksanaan timbang terima Timbang terima 1. Mengusulkan untuk sela- 2. Adanya isi timbang Semua mahasiswa yang Minggu ke
belum maksimal karena dilakukan secara lu meluangkan waktu se- terima tentang pen- praktik manajemen III – minggu
beberapa perawat terkadang optimal dan jenak untuk benar-benar jelasan intervensi profesi sesuai perannya ke IV
masih memiliki tugas yang terdokumentasi mengikuti seluruh alur Tindakan keperawa- masing-masing
belum selesai sehingga tidak timbang terima dari tan yang sudah dil-
semua perawat awakk sampai akhi atau akukan dan yang be-
memperhatikan dengan jika ada keperluan ur- lum dilakukan
seksama gent, maka ada baiknya 3. Timbang terima
timbang terima dijeda terdokumentasi
sampai perawat dating dengan baik
kembali

4 Di ruang isolasi teratai Terlaksananya 1. Mengusulkan kepada 1. Adanya peningkatan Semua mahasiswa yang Minggu ke
Teratai sudah baik dalam discharge kepala ruangan untuk kesadaran dan praktik manajemen III – minggu
pelaksanaan discharge planning secara melakukan supervisi pelaksanaan dalam hal profesi sesuai perannya ke IV
planning. Namun, optimal dan terhadap perawat ru- pemberian discharge masing-masing
Terkadang beberapa perawat terdokumentasi angan perihal alur dan planning sesuai
tidak disertakan pemberian dengan baik pelaksanaan discharge alur/prosedur.
leaflet yang sudah ada untuk planning.
pasien rencana pulang (KRS) 2. Mengusulkan kepada
meskipun leaflet sudah kepala ruangan untuk
tersedia diruangan. menempatkan leaflet
ditempat yang ter-
jangkau dengan mudah

5 Penerimaan pasien baru sudah Penerimaan 1. Memberikan arahan 1. Peningkatan Semua mahasiswa yang Minggu ke
dilakukan secara baik namun pasien baru kepada setiap perawat kesadaran perawat da- praktik manajemen III – minggu
tidak semua perawat dilakukan secara ruangan agar lebih de- lam memberikan profesi sesuai perannya ke IV
memberikan edukasi tentang optimal dan tail dalam hal edukasi edukasi ruangan saat masing-masing
orientasi ruangan secara detail
terdokumentasi ruangan kepada pasien proses penerimaan
kepada semua pasien, yang terlebih karena ruang pasien baru di ruang
meliputi: cuci tangan, risiko teratai sekarang adalah isolasi teratai.
jatuh, jalur evakuasi dan ruang isolasi yang tidak
fasilitas ruangan. boleh ada keluarga yang
menjaga pasien
6 Peralatan medis sebelum Mengurangi Mengusulkan untuk Resiko penularan Semua mahasiswa yang Minggu ke
dipakai dibersihkan dengan terjadinya merendam alat yang virus dan bakteri dari praktik manajemen III – minggu
desinfektan dan alcohol awab infeksi selesai digunakan peralatan medis ke profesi sesuai perannya ke IV
atau alcohol spray, jika selesai nosocomial yang dengan larutan perawat minimal. masing-masing
digunakan dikembalikan ke ditularkan glutaraldehid
ruang alkes melalui konsentrasi 20ml
peralatan medis (Leksanawati, dkk.,
2020)
7 BOR diruang Teratai pada 3 Untuk Memberi masukkan Peningkatan kualitas Semua mahasiswa yang Minggu ke
bulan terakhir memiliki rata- meningkatkan untuk meningkatkan mutu pelayanan BOR praktek manajemen III – minggu
rata dibawah standar nasional, kualitas mutu promosi dan mutu di ruang teratai profesi sesuai perannya ke IV
yaitu 36,49%. pelayanan pelayanan keperawatan menjadi rata-rata masing-masing
agar BOR tidak 75%-80%
semakin rendah yang
mana akan berimbas
pada perekonomian
rumah sakit
8 Alat bermesin diruangan Tersedianya Alat 1. Alat Machine diruangan 1.
Meningkatkan proses Semua mahasiwa Minggu ke
sudah memadai kebutuhan Machine dapat profesi yang praktik III – mingu
harus selalu dijaga pelayanan kesehatan
ruangan dan kebutuhan pasien menunjang manajemen sesuai ke IV
kebutuhan dan kondisi agar kualitas perannya masing-
meningkatkan 2. Meningkatkan kinerja masing
alat tetap baik.
kualitas perawat dalam
pelayanan
kesehatan 2. Diharap selalu ada memenuhi kebutuhan
evaluasi machine untuk pasien
meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan

9 Pengelolaan sistem keuangan Sistem Memberikan saran untuk Peningkatan kualitas pe- Semua mahasiswa yang
di ruangan Teratai samapi ini administrasi praktik manajemen
menggunakan sistem layanan menjadi lebih
masih mengikuti pengelolaan terbaru dengan profesi sesuai perannya
keuangan dari rumah sakit menggunakan komputeriasai agar lebih efektif dan efisien dalam masing-masing
sistem
mudah, efektif dan efesien segi administrasi
komputeriasasi
sehingga lebih (Khoirunnisa dkk., 2021)
cepat, efektif
dan efisien.
BAB 6
PEMBAHASAN
Pada BAB ini akan diuraikan aplikasi model asuhan keperawatan
professional (MAKP) yang dilaksanakan dalam praktek manajemen keperawatan
di ruangan Terati RSI Jemursari Surabaya. Pada tanggal 11 Januari-20 februari
titik pelaksaan MAKP ditekankan pada metode asuhan keperawatan perofesional
yang digunakan dan pembagian pasien untuk perawat dalam satu shift, Namun
tetap melaksanakan komponen lainnya yaitu penerimaan pasien baru, timbang
terima, sentralisasi obat, ronde keperawatan, supervisi, dokumentasi keperawatan,
discharge planning dan MAKP.
A. MAKP TIM dan Pembagian Pasien pada setiap Perawat dalam Satu Shift
1. Persiapan
Persiapan dilakukan saat timbang terima, yaitu :
a. Menentukan jadwal penanggung jawab timbang terima, dan menentukan
ketua tim saat shift selanjutnya.
b. Menyiapkan pelaksanaan timbang terima
c. Kepala ruangan membagi jumlah tim berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien
d. Kepala ruangan sebagai ketua tim saat shift pagi membentuk tim untuk
masing-masing sayap di ruang isolasi
2. Pelaksanaan
Ruang Teratai adalah ruang isolasi untuk pasien Covid dan minimal
penggunaan hazmat adalah 6 jam akan tetapi sesuai prosedur dari rumah sakit,
penggunaan hazmat menjadi 3-3,5 jam setiap perawat dalam satu shift. Perawat
dibagi menjadi 2 kelompok Tim, yaitu sayap kanan 20 TT dan sayap kiri 19 TT.
Ketua tim sedang membagi 6 perawat menjadi 2 tim dengan pembagian tim 1
Sayap Kanan Ruangan 3 Perawat, Tim 2 sayap Kiri Ruangan 3 Perawat, Setelah
itu ketua tim membagi anggota di masing-masing tim, dan membagi sesi kepada
masing-masing anggota tim. Sesi pertama oleh perawat A (sayap kanan) dan
perawat D (sayap kiri) masuk kamar isolasi pada pukul 07.00-11.00. Sesi kedua
oleh perawat B (sayap kanan) dan perawat E (sayap kiri) masuk kamar isolasi
pada pukul 08.00-12.00. Sesi ketiga oleh perawat C (sayap kanan) dan perawat F
(sayap kiri). Selanjutnya akan diobservasi dan dikaji lagi oleh ketua tim dan
merencanakan kontinuitas asuhan keperawatan melalui timbang terima shift
selanjutnya.
Pada pergantian shift atau timbang terima semua perawat shift pengganti
mengikuti timbang terima. Kemudian pukul 07.00 perawat A memasuki ruang
isolasi sayap kanan terlebih dahulu dan sementara bertanggung jawab atas seluruh
pasien di sayap kanan, pada pukul 08.00 perawat B memasuki ruang isolasi sayap
kanan sehingga pembagian seluruh pasien dibagi menjadi 2 yaitu perawat A dan
B, Perawat B membantu A observasi, memberikan obat, dan menulis rekam medis
pasien.. Satu jam kemudian. Pukul 11.00 perawat A keluar dari ruang covid dan
hanya tersisa perawat B dan C yang membagi pasien kelolaan menjadi 2. Pukul
12.00 perawat B keluar dari ruang covid dan hanya perawat C yang berada di
ruangan dan sementara mengelola seluruh pasien yang ada disayap kanan hingga
pergantian shift. Setelah seluruh perawat dari sayap kanan dan kiri selesai, mereka
melakukan pelaporan pertanggung jawaban atas asuhan keperawatan yang telah
mereka lakukan kepada ketua tim.
3. Dukungan
Pada saat mahassiwa memberikan informasi tentang pembagian waktu perawat
dalam satu shift. Kepala ruangan teratai mendukung penuh dan memberikan
kesempatan serta memfasilitasi.
4. Hambatan
Pada saat mahasiswa melakukan metode MAKP tim dengan pembagian waktu
perawat tidak mengalami hambatan apapun. Karena pada saat kami melakukan
pembagian waktu dan pasien, kepala ruangan Teratai mendukung serta
memfasilitasi
5. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
Persiapan dilaksanakan 1 minggu sebelum acara di mulai. Kepala ruangan
menjelaskan secara struktural tentang pembagian ketua tim dan anggotanya.
b. Evaluasi Proses
Pembagian waktu perawat sudah dilakukan dengan baik. Perawat tidak
terbebani dengan kerja mereka yang harus merawat pasien Covid-19.
Inovasi pembagian waktu perawat ini diharapkan bisa mengurangi beban
kerja perawat dan mengurangi tingkat stress perawat
c. Evaluasi Hasil
Hasil dari kegiatan ini adalah
1) Kegiatan dihadiri mahasiswa, dan didampingi oleh kepala ruangan
2) Ketua tim mendokumentasikan kegiatan
3) Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas masing-masing
4) Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai
BAB 7
PENUTUP
A. Simpulan
1. Model asuhan keperawatan professional (MAKP) yang diterapkan mahasiswa
di ruangan teratai adalah MAKP Tim, dimana setiap shift terdapat 2 tim yang
akan mengataur sayap kanan dan sayap kiri ruangan Isolasi Teratai dan terdiri
dari 6-7 perawat yang bertugas setiap shiftnya.
2. Pembagian waktu setiap perawat yang bertugas di ruang Isolasi Teratai adalah
3-4 jam sesuai dengan ketentuan rumah sakit tentang pemakaian hazmat yang
dianjurkan.
3. Dalam penerapan MAKP Tim yang mahasiswa terapkan untuk ruang isolasi
Teratai adalah perawat secara bergantian masuk kedalam ruang isolasi sesuai
dengan pembagian waktu untuk setiap perawat.
B. Saran
Penerapan MAKP Tim di ruang Isolasi Teratai dapat menjadikan bahan
pertimbangan untuk ruangan dan pembagian waktu setiap perawat yang bertugas
di ruang isolasi teratai diharapkan bisa mengurangi beban kerja perawat dan
mengurangi tingkat stress kerja perawat di ruang Teratai.
DAFTAR PUSTAKA
Asmuji. (2015). Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar
Ruzz Media.

Herlambang S dan Murwani A. (2012). Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit.


Yogyakarta: Gosyen Publishing

Junia Tri Astuti, Suyanto. 2020. Implikasi Manajemen Keperawatan Dalam


Penanganan Pasien Corona Virus Disease-19 (Covid-19): Literatur
Review. Journal of Clinical Medicine: Medica Hospitalia, vol 7 (1A):
288–297.

Karina br Malau, Eliska. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan


Kerja Pada Tim Relawan Covid-19 Di Kota Binjai. Jurnal Kesehatan
Ilmiah Indonesia, vol. 5 no.1 Juni 2020.

Mugianti, Sri. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktik


Keperawatan.

Nursalam, (2016). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi dan Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Rahmi. Upik. (2011). Pengaruh Discharge Planing Terstruktur Terhadap Kualitas


Hidup Pasien Stroke Skemik di RSUD AL Ihsan Dan RS Al Islam Bandung.
Tesis. Universitas Indonesia

Sarwoto. (2010). Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen cetakan keenambelas.


Jakarta: Ghalia Indonesia

Scovell, S. (2010). Role of The Nurse to Nurse Handover In Patient Care. Nursing
Standard. 24 (30): 35 – 39

Setiadi. (2016). Manajemen & kepemimpinan dalam keperawatan teori dan


aplikasi praktik bagi mahasiswa & perawat klinis. Yogyakarta:
Indomedia Pustaka

Siagian, Sondang P. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi


Aksara

Sitorus, Ratna, Yulia. (2011). Manajemen Keperawatan: Manajemen


Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto.
Suyanto. (2009). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Di
Rumah Sakit. Jogjakarta : Mitra Cendekia Press.

Tim Mitigasi Dokter Dan Satuan Tugas Covid-19. Agustus 2020. Pedoman
Standar Perlindungan Dokter Di Era Covid-19. Ti, Mitigasi Dokter
Dalam Pandemi Covid-19 PB IDI.
JURNAL PENELITIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

Berdasarkan medika hospitalia journal of clinical medicine (Med Hosp


2020; vol 7 1A : 288-297) dengan judul Implikasi penanganan pasien corona virus
disease-19 : Literatur review, pengelolaan ketenagaan merupakan salah satu
keterlibatan manajemen keperawatan dalam pelaksanaan pasien COVID-19.
Berdasarkan hasil jurnal tersebut didapatkan bahwa lebih dari 74% perawat lebih
memilih jadwal 6 jam terus menerus dengan shift yang tumpang tindih 1 jam di
akhir karena memakan dan melepas APD dua kali sehari dapat meningkatkan
sumber daya medis dan meningkatkan beban psikologis perawat dan mengurangi
stressor perawat.
Didukung oleh literatur lainnya yaitu Pedoman Perlindungan Dokter Di
Era Pandemi Covid 19 yang terbit pada bulan agustus 2020, untuk tenaga
kesehatan dengan penggunaan APD level 3 dibatasi dengan maksimal durasi 6
jam. Oleh karena itu inovasi mengenai rotasi dan pembagian pasien dalam tim
sangat dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai