Anda di halaman 1dari 59

LOKA KARYA MINI 1 DAN 2 SIKLUS MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG

RAWAT INAP AR-RAUDHAH RSI IBNU SINA PADANG

OLEH

KELOMPOK V:

1. Cindy Novrita Malkam, S.Kep (2114901007)


2. Elsa Shintia Paramita, S.Kep (2114901012)
3. Dicky Seprian, S.Kep (2114901010)
4. Indah Mayang Sari, S.Kep (2114901018)
5. Nadya Yovia Arianti, S. Kep (2114901027)
6. Riva Akva Wahyuni S.Kep (2114901037)
7. Rahma Tiana Putri, S.Kep (2114901032)
8. Sindy Lidya, S. Kep (2114901044)
9. Yandranil Satria. S. Kep (2114901056)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES ALIFAH PADANG

TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks dan juga
komponen yang sangat penting dalam meningkatkan status kesehatan bagi masyarakat.
Pengelolaan pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan salah satu fungsi rumah sakit
yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan mempertahankan
status kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Rumah sakit sebagai salah satu tatanan
pemberian asuhan keperawatan kepada masyarakat yang harus mampu menyediakan
berbagai jenis pelayanan kesehatan yang kompleks dan berkualitas (Ilyas, 2017).
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang ada di rumah sakit. Perawat memiliki
peran penting dalam menjaga mutu layanan kesehatan di rumah sakit. Tugas seorang perawat
berkaitan dengan pengabdian sosial untuk kesejahteraan dan kesembuhan orang lain. Perawat
merupakan garda depan dalam menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam secara
terus menerus dan dituntut dapat menjadi figur yang dibutuhkan oleh pasiennya, dapat
bersimpati kepada pasien, selalu menjaga perhatiannya, fokus dan hangat pada pasien.
Seorang perawat memiliki peran dan dan fungsi yaitu penyedia layanan, advokat, edukator,
komunikator, dan manajer. Perawat yang berperan sebagai manajer harus menciptakan
lingkungan pelayanan yang berkualitas dan untuk hasil yang baik (Ilyas, 2017).
Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai kualitas pelayanan
kesehatan terhadap pasien karena perawat merupakan ujung tombak dalam pemberian
pelayanan kesehatannya. Perawat berkewajiban dalam pemberian asuhan keperawatan, untuk
memberikan asuhan keperawatan ada beberapa metode yang digunakan. Metode keperawatan
merupakan suatu system yang diterapkan dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada
pasien untuk meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat kepuasan pasien. Metode
keperawatan yang biasa digunakan di Indonesia adalah metode primer, metode kasus, metode
tim dan metode fungsional (Sumijatun, 2015).
Kualitas pelayanan kesehatan yang baik dapat menimbulkan rasa puas pada diri setiap
pasien. Dalam usaha menjaga kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, profesi
keperawatan berperan penting sebagai kunci utama dalam pelayanan rumah sakit. Secara

1
kuantitas, perawat merupakan jumlah tenaga terbanyak yang berada disamping pasien selama
24 jam (Herlambang, 2017).
Selain itu peningkatan kualitas pelayanan keperawatan dirumah sakit juga dipengaruhi
oleh pasien safety (keselamatan pasien) yang baik, pasien safety yang menjadi komponen
penting dalam pelayanan kesehatan yaitu risiko jatuh dan melakukan tindakan keperawatan
sesuai SPO salah satunya tindakan pemasangan infus. Pelayanan keperawatan memiliki
konstribusi yang besar terhadap citra sebuah rumah sakit sehingga perlu untuk melakukan
evaluasi atas pelayanan yang diberikan (Nursalam, 2018).
Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit. KTD dapat
bermula dari Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Potensial Cedera (KPC) dan Kejadian
Tidak Cedera (KTC). KTD meliputi pasien jatuh hingga kejadian sentinel. KTD disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi yang
kurang tepat, penggunaan sarana dan prasarana yang kurang tepat dan lain-lain (Nursalam,
2018).
Selain itu peningkatan kualitas pelayanan keperawatan dirumah sakit juga dipengaruhi
oleh pasien safety (keselamatan pasien). Pasien safety yang menjadi komponen penting
dalam pelayanan kesehatan salah satunya yaitu penerapan pemasangan resiko jatuh dan
tindakan keperawatan sesuai dengan SPO. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
Menurut (Adi, 2018) risiko jatuh adalah suatu kejadian yang dapat menyebabkan
subjek yang sadar menjadi berada di lantai tanpa disengaja. Risiko jatuh adalah peningkatan
kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik (Wilkinson, 2019). Pasien
jatuh di rumah sakit merupakan masalah yang serius karena dapat menyebabkan cedera
ringan sampai dengan kematian, serta juga dapat memperpanjang lama hari rawat (Length of
Stay/LOS) di rumah sakit dan akan menambah biaya perawatan di rumah sakit (Joint
Commission Internasional, 2019). Penilaian pencegahan pasien jatuh terdiri dari Humpty
Dmupty pada anak-anak, Penilaian Geriatri pada lansia dan morse fall score (MFS) pada
orang dewasa. MFS atau Pengkajian resiko jatuh skala morse bertujuan untuk menentukan
besar resiko atau kerentanan pasien untuk jatuh (Nursalam, 2015).

2
Pengkajian resiko jatuh skala morse dilakukan dengan cara mengisi format pengkajian
dengan melakukan checklist untuk menentukan nilai besaran berdasarkan variabel atau
indikator penilaian resiko dan dilaksanakan mulai dari pasien masuk rumah sakit hingga
keluar sesuai perkembangan pasien. Untuk melakukan pengkajian resiko jatuh skala morse
dibutuhkan pengetahuan yang baik bagi perawat. Pengetahuan perawat tentang pengkajian
resiko jatuh sangat menentukan dalam pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien
(Nursalam, 2015).
RSI Ibnu Sina Padang mempunyai misi dan visi yang harus dicapai dalam
meningkatkan pelayanan rumah sakit yang lebih baik. Secara umum rumah sakit di Kota
Padang memiliki tujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan pelayanan kesehatan agar
dapat menjangkau semua lapisan masyarakat memberikan pelayanan yang bermutu dan
berkualitas. Untuk mencapai tujuan RSI Ibnu Sina Padang mempunyai visi yaitu
“Mewujudkan rumah sakit terkemuka di Sumatera Barat Tahun 2025” sedangkan misi RSI
Ibnu Sina Padang yaitu mewujudkan/memberi pelayanan yang professional dan islami,
mengembangkan SDM yang berkualitas dan integritas tinggi, melengkapi sarana dan
prasaranan sesuai perkembangan ilmu kedokteran dan peraturan yang berlaku, menjadikan
pelayanan kegawatdaruratan maternal sebagai produk unggulan. Berdasarkan hasil observasi
kelompok yang dilakukan pada tanggal 12-13 Juli 2022 didapatkan hasil di ruangan rawat
inap anak (Ar-Raudhah) RSI Ibnu Sina Padang ditemukan 2 permasalahan yaitu tentang
keselamatan pasien berupa pencegahan resiko jatuh dan pelaksanaan tindakan pemasangan
infuse tidak sesuai dengan SPO.
Permasalahan yang dikemukan diatas maka mahasiswa praktek profesi Ners
manajemen keperawatan STIKes Alifah Padang tertarik untuk mengangkat masalah-masalah
diatas, untuk dapat mencapai penyelesaian masalah tersebut sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayana kesehatan masyarakat. Dari masalah yang timbul maka kelompok
menyebarkan kuisioner untuk memecahkan masalah tersebut kelompok perlu mengadakan
pertemuan dalam bentuk lokakarya mini dengan mengundang kepala instalasi dan kepala
ruangan rawat inap anak (Ar-Raudhah) RSI Ibnu Sina Padang, Pembimbing Klinik dan
Pembimbing Akademik.

3
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
a. Mengidentifikasikan masalah dan penyelesaian masalah yang ada di instalasi rawat inap
anak (Ar-Raudhah) RSI Ibnu Sina Padang.
1.2.2 Tujuan Khusus
Secara individu / kelompok mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan
a. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan di instalasi rawat inap anak
(Ar-Raudhah) RSI Ibnu Sina Padang.
b. Menentukan rumusan masalah yang berkaitan dengan resiko jatuh dan melakukan
tindakan invasif sesuai dengan SOP di ruangan rawat inap anak (Ar-Raudhah) RSI Ibnu
Sina Padang.
c. Menentukan prioritas masalah di ruangan rawat inap anak (Ar-Raudhah) RSI Ibnu Sina
Padang.
d. Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah yang ditemukan di ruangan rawat inap
anak (Ar-Raudhah) RSI Ibnu Sina Padang.
e. Membuat planning of action untuk memecahkan masalah di di ruangan rawat inap anak
(Ar-Raudhah) RSI Ibnu Sina Padang.
f. Melakukan implementasi di ruangan rawat inap anak (Ar-Raudhah) RSI Ibnu Sina
Padang.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Manajemen Keperawatan
2.1.1 Konsep Manajemen Keperawatan
Manajemen adalah suatu pendidikan yang dinamis dan produktif selama
menjalani suatu kegiatan di organisasi sedangkan manajemen keperawatan adalah
suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara profesional (Nursalam, 2015).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan
oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan
serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun sumber dana
sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif kepada pasien,
keluarga dan masyarakat (Adisasmito, 2009). Asmuji (2014), menyatakan manajemen
keperawatan merupakan suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dengan menggunakan
sumber daya secara efektif, efisien, dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-
psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat,
baik yang sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
nyata, yaitu Rumah Sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep
dan aplikasi.Konsep manajemen keperawatan perencanaan berupa rencana strategi
melalui pendekatan pengumpulan data, analisa SWOT, dan menyusun langkah-
langkah perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khusunya dalam pelaksanaan
metoda asuhan keperawatan, melakukan pengawasan dan pengalihan serta
pendokumentasian yang lengkap (Nursalam, 2015).
2.1.2 Proses Manajemen
Keperawatan Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem
terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan
dipengaruhi oleh lingkungan, karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari

5
lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik, yang
secara rinci dapat diuraikan (Nursalam, 2015).
a) Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan
dan fasilitas.
b) Proses dalam manajemen keparawatan adalah kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawat pelaksanaan yang mempunyai
tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
c) Potput adalan asuhan keperawatan, pengembangan staff dan riset.
d) Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget
dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang
standard an akreditasi.
e) Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey
kendali mutu dan penampilan kerja perawat.

2.1.3 Prinsip Manajemen Keperawatan

a) Manajemen keperawatan sesungguhnya berlandasan perencanaan karena melalui


fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan,
pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
b) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.
Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
c) Manejemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan berbagai situasi
maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan diberbagai tingkat manajerial.
d) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer
perawat dengan mempertimbangkan apa pasien lihat, fikir, yakini dan ingini.
Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e) Manajemen keperawatan harus terorganisasi, pengorganisasian dilakukan sesuai
dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.

6
f) Pengarahan merukapan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi
proses pendelegasian, koordinasi, dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.
g) Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan
penampilan kerja yang baik.
h) Manajemen keperawatan menggunakan komuniasi yang efektif, komunikasi yang
efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan,
arah dan pengertian diantara perawat.
i) Pengembangan staff penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan
perawatperawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer
untuk meningkatkan pengetahuan karyawan (Suarli dan Bahtiar, 2012).
2.1.4 Kerangka Konsep
Manajemen Keperawatan Manajemen pertisipatis yang berlandasankan pada
paradigm keperawatan :
a) Manusia akan tertarik dan terikat dengan pekerjaannya
b) Jika informasi yang bermanfaat dan layak pada individu akan membuat keputusan
terbaik untuk dirinya sendiri
c) Tujuan kelompok akan mudah dicapai oleh kelompok
d) Setiap individu memiliki karakteristik dan motivasi, minat dan cara untuk mencapai
tujuan kelompok
e) Fungsi koordinasi dan pengendalian amat penting dalam pencapaian tujuan
f) Persamaan kualifikasi harus dipertimbangkan
g) Individu memiliki hak dan tanggung jawab untuk mendelegasikan kewanangan
pada mereka yang terbaik dalam organisasi
h) Pengetahuan dan keterampilan amat diperlukan dalam pengambilan keputusan yang
professional
i) Semua fungsi berfungsi untuk mencapai tujuan kelompok dan merupaka tujuan
bersama untuk mendapatkan tujuan bersama (Suarli dan Bahtiar, 2012).
2.1.5 Filosofi Manajemen Keperawatan
a) Mengerjakan hari ini lebih baik dari pada esok
b) Menajer keperawatan merupakan fungsi utama bidang keprawatan

7
c) Peningkatan mutu kinar perawat
d) Pendidikan berkelanjutan
e) Proses keperawatan individual menunjang pasien untuk mencapai kesehatan
optimal
f) Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap tindakan
keperawatan yang diberikan
g) Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan askep yang bermutu
h) Perawat adalah advokat pasein
i) Perawat berkewajiban untuk memberikan pendidiakn kesehatan pada pasien dan
keluarga (Suarli Dan Bahtiar, 2012)

2.1.6 Peran Manajemen

Keperawatan Perawat professional diharapkan menjadi manajer dan leader


yang efektif dalam keperawatan. Hal-hal yang harus dilakukan yang terkait perannya
sebagai manajer keperawatan adalah kopetensi yang harus dimilikinya agar menjadi
leader yang efektif (Nursalam, 2015).

a) Kepemimpinan
1) Berkomunikasi tentang organisasi, kegiatan organisasi dan pelaksanaan
perubahan
2) Mendelegasikan tugas dan menerima tanggung jawab
3) Menciptakan budaya organisasi yang konduksif dan efektif
4) Menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif
5) Melibatkan staff dalam pengembangan organisasi
b) Pengambilan keputusan dan perencanaan
1) Berfikir ulang dan menyusun kembali prioritas organisasi
2) Cepat tanggap terhadap perubahan yang tidak diharapkan
3) Mengantisipasi perencanaan perubahan anggaran
4) Memberikan pedoman tentang keputusan organisasi
5) Meninterprestasikan pereubahan ekonomi staff
c) Hubungan / komunikasi
1) Empati, mendengar dan tanggap pernyataan staff

8
2) Menciptakan situasi kondusif dalam komunikasi
3) Mengembangan proses hubungan yang baik dalam organisas
d) Anggaran
1) Mengontrol budget
2) Menginterprestasikan penggunaan anggaran sesuai anggaran
3) Merencanakan anggaran tahunan (5tahun)
4) Mengkonsultasikan masalah keuangan
e) Pengembangan
1) Mengembangkan tim kerja yang efektif
2) Mnegembangakan hubungan yang professional antar staff 3
3) Memberikan umpan balik yang positif
4) Menggunakan sistem pembarian penghargaan yang baik
f) Personaliti
1) Mengambil keputusan yang tepat
2) Mengelola stress individu
3) Menggunakan koping yang efektif dalam setiap masalah
g) Negosisasi
1) Mengidentifikasi dan mengelola konflik
2) Melakukan negosiasi dengan baik terhadap staff, kelompok dan negosiasi
lainnya
3) Mengklarifikasi kejadian yang melibatkan seluruh staf
4) Menjadikan mediator bila terjadi konflik antar staf atau kelompok (Nursalam,
2015).
2.1.7 Fungsi Manajerial
A. Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah petugas atau perawat yang diberikan tanggung jawab
dan wewenang dalam memimpin pelaksanaan pelayanan keperawatan serta
tatalaksana personalia pada satu ruangan atau bangsal Rumah Sakit (Nursalam,
2003).

9
1. Tanggung Jawab Kepala Ruangan
a. Manajemen personalia atau ketenagaan
b. Manajemen operasional meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan
c. Manajemen kualitaspelayanan
d. Manajemen financial meliputi budget coss control dalam pelayanan
keperawatan
2. Tugas Kepala Ruangan
a. Perencanaan
1) Menetapkan filosofi, sasaran, tujuan, kebijakan dan standar prosedur
tindakan.
2) Menunjuk perawat yang bertugas sebagai katim
3) Mengidentifikasi perawat yang di butuhkan berdasarkan tingkat
ketergantungan klien
4) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
5) Membantu mengembangkan staf untuk pendidikan berkelanjutan dan
pelatihan.
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap klien.
7) Mengatur dan mengendalikan asuhankeperawatan
8) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
9) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan
10) Mengadakan diskusi untuk memecahkan masalah
11) Memberikan informasi pada keluarga dan pasien atau keluarga yang baru
masuk
12) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
13) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit
b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang di gunakan

10
2) Merumuskan tujuan sistem metoda penugasan
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua anggota tim
dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
7) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari danlain-lain
8) Mengendalikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di tempat, kepada
ketua tim
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien
10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
11) Identifikasi masalah dan cara penanganan
c. Pengarahan
1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas denganbaik
3) Memberi moifasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
4) Menginformasikan hal-hal yang di anggap penting dan berhubungan
dengan askep pasien dan pelayanan keperawatan di ruangan
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
d. Pengawasan
1. Melalui komunikasi
2. Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim pelaksana
mengenai asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien
3. Melalui supervise

11
4. Pengawasan lansung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui
laporan lansung secara lisan dengan memperbaiki/mengawasi kelemahan
kelemahan yang ada pada saat itu juga
5. Pengawasan tidak langsun g yaitu mengcek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan di laksanakan (di
dokumentasikan) mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan
tugas.
6. Evaluasi bersama katim hasil upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan
1. Ketua Tim
Ketua tim merupakan perawat yang memiliki tanggung jawab dalam
perencanaan, kelancaran dan evaluasi dari askep untuk semua pasien yang
dilakukan oleh tim dibawah tanggung jawabnya (Nursalam, 2015).
1. Fungsi Ketua Tim
a. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan wewenang yang
didegelasikan oleh kepala ruangan
b. Membuat penugasan supervise dan evaluasi
c. Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota tim
e. Menyelenggarakan conference.
2. Uraian Tugas KetuaTim
a. Perencanaan
1. Bersama kepala ruangan mengadakan serah terima tugas pada setiap
pergantian dinas
2. Melakukan pembagian tugas atas anggota kelompoknya
3. Menyusun rencana asuhan keperawatan
4. Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
5. Mengikuti visite dokter
6. Menilai hasil pekerjaan anggota kelompok dan mendiskusikan masalah
yang ada
7. Menciptakan kerja sama yang harmonis antar ti

12
8. Memberikan pertolongan segera pada klien dengan kegawat daruratan
9. Membuat laporan klien
10. Mengorientasikan klien baru
b. Pengorganisasian
1. Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
2. Membagi tugas sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien
3. Membuat rincian anggota tim dalam memberikan askep
4. Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim
5. Membuat rincian tugas anggota tim meliputi pemberian asuhan
keperawatan
c. Pengarahan
1. Memberikan pengarahan/bimbingan kepada anggota tim
2. Memberikan informasi yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan
3. Mengawasi proses asuhan keperawatan
4. Melibatkan anggota tim dari awal sampai akhir kegiatan
5. Memberi pujian, motivasi kepada anggota tim
d. Pengawasan
1. Melalui dan berkomunikasi mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan perawat pelaksanaan dalam pemberian asuhan keperawatan
2. Melalui supervisi Secara langsung melihat atau mengawasi proses
asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh anggota lain. Secara
tidak langsung melihat daftar perawat pelaksana, membaca dan
memeriksa catatan keperawatan, membaca perawat yang dibuat
selama proses keperawatan, mendengarkan laporan secara lisan dari
anggota tim tentang tugas yangdilakukan
3. Mengevaluasi pelaksanaan keperawatan bertanggung jawab kepada
kepala ruangan dan menyelenggarakan

13
2. Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi
wewenang untuk melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan di ruang
rawatan (Nursalam, 2015).
1. Tugas Perawat Pelaksana
a) Perencanaan
1) Melakukan pengkajian pada klien
2) Menentukan masalah-masalah keperawatan yang dihadapi klien
berdasarkan hasil pengkajian
3) Merumuskan tujuan yang akan dicapai untuk menentukan rencana
tindakan
4) Melakukan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah
sehingga tujuan keperawatan tercapai
5) Bersama ketua tim melaksanakan serah terima klien dan tugas pada
setiap pergantian dinas
6) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan tindakan keperawatan
7) Mendampingi visite dokter pada klien yang menjadi tanggung jawab
bersama kepala tim untuk menilai kondisi klien dan memungkinkan
penyebabnya, rencana tindakan medis, mengetahui program pengobatan
yang akan dilakukan selanjutnya
8) Menyiapkan klien secara fisik dan mental untuk tindakan pengobatan
atau pemeriksaan penunjang.
b) Pengorganisasian
1) Menerima pendelegasian tugas askep dari kepala ruangan melalui
kepala tim
2) Membuat mekanisme kerja untuk masing-masing klien yang menjadi
tanggung jawab askep yang telah dilakukan kepada kepala ruangan
melalui kepalatim
3) Menghindari pertentangan antara anggota tim
4) Ikut menegakkan peraturan rumah sakit dan kebijakan yang berlaku
5) Mengembangkan kreatifitas

14
6) Mengembangkan kemampuan manajemen dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien
c) Pengawasan
1) Melakukan dan menciptakan komunikasi terapeutik dengan klien dan
keluarga selama memberikan askep
2) Mengawasi perkembangan dan reaksi klien terhadap tindakan
perawatan dan pengobatan
3) Menilai hasil tindakan keperawatan yang diberikan apakah tujuan telah
tercapai bersama kepala tim
d) Pengarahan
1) Memberikan pengarahan kepala keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan, cara minum obat, aktifitas
2) Memberikan petunjuk kepada klien dan keluarga mengenai peraturan
yang berlaku, jam kunjungan dan pengadaan obat- obat
3) Memberikan pujian terhadap kemajuan kesehatan klien dan kerja sama
keluarga dengan petugas

2.1.8 Cara Perhitungan Jumlah dan Kategori Tenaga Keperawatan


a. Metode Douglas
Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit
perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing- masing kategori
mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :

Jumlah Kalsifikasi Klien


pasien Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1. 0.17 0.14 0.07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2. 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

15
Contoh :
Ruang rawat dengan 11 orang klien, dimana 4 orang dengan ketergantungan minima, 5 orang
dengan ketergantungan parsial dan 2 orang dengan ketergantungan total. Maka jumlah
perawat yang dibutuhkan :

Minimal Parsial Total Jumlah


Pagi 0,17 x 4 = 0,68 0,27 x 5 = 1,35 0,36 x 2 = 0,72 2,75
Sore 0,14 x 4 = 0,56 0,15 x 5 = 0,75 0,30 x 2 = 0,6 1,91
Mala 0,07 x 4 = 0,28 0,10 x 5 = 0,5 0,20 x 2 = 0,4 1,18
m
Jumlah perawat perhari : 6 0rang

2.2 Manajemen Resiko


2.2.1 Pengertian Manajemen
Resiko Manajemen risiko merupakan proses untuk meningkatkan kualitas dan
keamanan layanan. Hal ini diidentifikasi sebagai pendekatan khusus untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang menekankan pada tindakan dimana pasien
merasa dirugikan atau masalah dari pelayanan yang diberikan. Manajemen risiko
dalam pelayanan kesehatan digunakan untuk memberikan lingkungan yang aan dan
efektif bagi pasien, pengunjung dan kariawan sehingga mencegah dan mengurangi
kerugian dari institusi (Rangki, 2020).
Lingkungan kerja yang aman dinbangun atas komunikasi yang terbuka,
perawat yang kompeten, sumber daya yang adekuat dan infrastuktur yang baik
memungkinkan karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan baik (Rangki, 2020).
2.2.2 Tujuan Manajemen Resiko
Tujuan utama dari program manajemen resiko menurut (Rangki, 2020) adalah:
a. Mendefenisikan kejadian yang menempatkan manajemen pada risiko finansial b.
b. Menentukan frekuensi kejadian
c. Mengidentifikasi tindakan pencegahan atau tindakan setempat yang tepat
d. Menyeimbangkan biaya pencegahan terhadap risiko finansial yng hilang dan masih
bertahan.

16
2.2.3 Unsur-Unsur Manajemen Risiko
Unsur-unsur dalam program manajemen risiko menurut (Rangki, 2020) adalah:
a. Otoritas Manajemen risiko di dalam organisasi pelayanan kesehatan harus
mempunyai otoritas dan mempunyai keinginan untuk menetapkan perubahan pada
tataran praktek klinik, kebijakan serta prosedur supaya tujuan yang dirancang oleh
program tersebut berjalan dengan baik
b. Visibilitas Diperlukan suatu struktur yang baik dalam organisasi dengan sosialisasi
untuk menumbuhkan kesadaran. Posisi komite manajemen risiko harus disusun untuk
meningkatkan pelayanan dan partisipasi dari semua unsur yang dapat diakses secara
terbuka.
c. Komunikasi Untuk mengatasi terjadinya risiko dalam lingkup klinik komite harus
berupaya untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan saran kepada
pimpinan melaksanakan bersama semua unsur yang ada dalam organisasi tersebut
d. Koordinasi Suatu organisasi harus menetapkan mekanisme formal dan informal
untuk melakukan koordinasi antara komite manajemen risiko dengan bagian lain.
Untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan dengan bagian lain perlu membuat
pelaporan yang baik serta mempunyai komunikasi pada para pimpinan dalam
organisasi tersebut
e. Akuntabilitas Komite manajemen risiko harus mempunyai deskripsi pekerjaan
tertulis yang menguraikan tanggungjawab manajemen risiko. Penilaian kinerja
tahunan harus spesifik, tujuan yang terukur dan dokumentasi yang efektif. Komite
harus menyerahkan laporan tahunan kepada pimpinan dan bagian yang lain antara
lain klaim, asuransi, kegiatan program manajemen risiko dan dokumen kemajuan
yang dibuat untuk melakukan tujuan yang telah ditetapkan
2.2.4 Cakupan Manajemen Risiko
Cakupan program manajemen risiko menurut (Rangki, 2020) adalah:
a. Risiko yang berhubunga dengan perawatan pasien Manajemen risiko yang
berhubungan dengan perawatan pasien seperti malpraktek, kejadian infeksi luka
operasi, kejadian dikubitus, flebitus, dll.

17
b. Risiko yang berhubungan dengan staf medis. Manajemen risiko yang berhubungan
staf medis seperti kesalahan dalam melaksanakan standar operating prosedur,
mengidentifikasi pelaksanaan standar operating prosedur dan mengidentifikasi
kesalahan dalam pengobatan yang menimbulkan ancaman bagi pasien dan
keselamatan karyawan
c. Risiko yang berhungan dengan karyawan Manajemen risiko yang berhubungan
dengan karyawan termasuk menghindari risiko kesakitan pada karyawan akibat
pekerjaan dan kecelakaan di tempat kerja
d. Risiko yang berhubungan dengan peralatan Manajemen risiko yang berhubungan
dengan peralatan meliputi penyiapan peralatan yang siap pakai dan harus meakukan
perawatan yang terus menerus pada peralatan tersebut sehingga tidak menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja
e. Risiko yang berhubungan dengan lingkungan sekitar Manajemen risiko yang
berhubungan dengan lingkungan sekitar meliputi penggunaan alat berat ataupun
ambulance diluar pelayanan sekitar kesehatan yang dapat menyebabkan terjadinya
masalah pada karyawan,pasien dan masyarakat sekitar
2.3 Pasien Safety Dalam Praktik Keperawatan
2.3.1 Definisi Patient Safety
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pada pasien lebih aman. sistem tersebut meliputi
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien.
2.3.2 Tujuan Patient Safety
Adapun tujuan dari patient safety adalah:
a. Untuk menciptakan budaya keselamatan pasien selama dirumah sakit
b. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
c. Menurunkan kejadian tidak terduga dirumah sakit
d. Terlaksananya program-program pecegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
2.3.3 Langkah-Langkah Pelaksanaan Patient Safety
Langkah-langkah pelaksanaan patient safety yang dapat dilakukan anatara lain :

18
a. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip ( look-alike, sound-alike menication
name)
b. Pastikan identifikasi pasien
c. Komunukasi secara benar saat serah terima pasien
d. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
e. Kendalikan cairan elektrolit pekat
f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
g. Hindari salah kateter dan salah sambung selang
h. Gunakan alat injeksi sekali pakai
i. Tingkat kebersihan tangan untuk mencegah infeksi nosokomial
2.3.4 Standar Keselamatan Pasien
Tujuh standar keselamatan pasien ( mengacu pada peraturan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 169/menkes/per/VII/2011 ) yaitu:
a. Standar I. Hak Pasien
Standar : Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian
Tidak Diharapkan.
Kriteria : Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan, dokter penanggung
jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan, dokter penanggung jawab
pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan
keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk
pasien termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
b. Standar II. Mendidik Pasien Dan Keluarga
Standar: RS harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria: Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Diharapkan
pasien dan keluarga dapat: memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan
jujur, mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti, memahami
dan menerima konsekuensi pelayanan, mematuhi instruksi dan menghormati

19
peraturan RS, memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa dan
memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

c. Standar III. Keselamatan Pasien Dan Kesinambungan Pelayanan


Standar: RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antar unit pelayanan
Kriteria: Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan, pelayanan, tindakan pengobatan,
rujukan dan saat pasien keluar dari RS, terdapat koordinasi pelayanan yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara
berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit
pelayanan dapat berjalan baik dan lancar, terdapat koordinasi pelayanan yang
mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga,
pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya, terdapat komunikasi dan transfer
informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi
tanpa hambatan, aman dan efektif.
d. Standar IV. Penggunaan Metode-Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan
Evaluasi Dan Program Peningkatan Selamatan Pasien
Standar: RS harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif kejadian tidak diharapkan dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria: setiap RS harus melakukan perancangan (desain) yang baik, mengacu
pada visi, misi, dan tujuan RS, kebutuhan pasien. petugas pelayanan keseharan
(desain) yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan RS, kebutuhan pasien.
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan
faktor faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “tujuan
langkah menuju keselamtan pasien RS”, setiap RS harus melakukan pengumpulan
data kinerja yang antara lain terkait dengan : pelaporan insiden,
akreditasi ,manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan, setiap RS harus

20
melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua kejadian tidak diharapkan dan
secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi, setiap RS harus
menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk menentukan
perubahan sistem yang diperlukan dan keselamatan pasien terjamin.
e. Standar V. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
Standar: pemimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “tujuh
langkah nenuju keselamatan pasien rumah sakit”, pimpinan menjamin
berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien dan
program menekan atau mengurangi kejadian tidak diharapkan, pimpinan
mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien, pimpinan
mengalokasikan sumber daya yang untuk mengukur, mengkaji dan meningkatkan,
kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien. Kriteria : terdapat tim
antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien, tersedia program
proaktif untuk mengidentifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan
insiden, yang mencakup jenis-Jenis kejadian yang memerlukan perhatian, mulai
dari ”kejadian nyaris cedera (near miss) sampai dengan “kejadian tidak
diharapkan” (edverse event) tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa
semua komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien, tersedi berpartisipasi dalam program keselamatan pasien,
tersedia prosedur ”cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
f. Standar IV : Mencakup Keterkaitan Jabatan Dengan Keselamatan Pasien Secara
Jelas
Standar : rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkat dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria : setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan

21
tugas masing-masing, setiap rumah sakit harus, mengintregasikan topik
keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in-serive training dan memberi
pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden dan setiap rumah sakit harus
menyeleggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dapat mencegah timbulnya
outcome klinik yang tidak diharapkan pada pasien.
g. Standar VII : komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
Standar : rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal,
transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria : perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien .
Pelatihan yang dilakukan tentang patient safety oleh AHRQ menyebutkan
beberapa faktor yang berhubungan dengan medical error:
1. Masalah dalam komunikasi (komunikasi verbal maupun tulisan antara pemberi
pelayanan kesehatan)
2. Ketidakadekuatan proses informasi
3. Human problem (contoh:kegagalan dalam mengikuti kebijakan yang ada)
4. Isu yang berhubungan dengan pasien
5. Transfer pengetahuan dari organisasi
6. Pola satffing (ketidakadekuatan staff dan supervisi yang dapat berkontribusi
terhadap situasi yang dapat menimbulkan error)
7. Kegagalan teknisi (kegagalan peralatan medis atau error yang terjadi yang
berhubungan dengan kualitas peralatan medis yang rendah)
8. Ketidakadekuatan prosedur dan kebijakan (kurangnya panduan dalam prosedur
pemberian pelayanan).

22
2.4 Konsep Resiko Jatuh
2.4.1 Definisi Resiko Jatuh
Resiko jatuh merupakan kajadian yang mengakibatkan seseorang berbaring
secara tidak sengaja di tanah atau lantai (permukaan yang lebih rendah) (Depkes RI,
2015). Jatuh adalah suatu peristiwa yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
telah melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau duduk
di lantai (tempat yang lebih rendah) atau dan tanpa kehilangan kesadaran maupun luka
(Depkes RI, 2018).
Jatuh memiliki definisi sebagai kejadian jatuh yang disengaja maupun tidak,
yang mengakibatkan luka pada pasien tersebut, sehingga pasien terbaring dilantai
(terbaring diatas permukaan lainatau orang lain atau objek lain) (George, 2017). Pasien
dikatakan jatuh jika mengalami luka, apabila pasien jatuh dan berhasil berdiri atau
kembali ketempat semula tanpa mengalami luka berarti tidak dikatakan pasien jatuh
(Kurniadi, 2013).
Berdasar Internasional Classification of Diseases 9 Clinical
Modifications(ICD9- CM) tahun 2016, jatuh dikategorikan menjadi: menabrak benda
yang bergerak disebabkan keramaian yang dapat menyebabkan jatuh dengan tidak
sengaja, jatuh pada atau dari tangga atau eskalator, jatuh dalam tingkat yang sama dari
tabrakan, tekanan, atau saling dorong dengan orang lain, bahkan jatuh dapat diartikan
sebagai jatuh dari atau keluar gedung atau bangunan lainya. Jatuh yang menyebabkan
luka terdiri dari lima poin skala (ICSI, 2012):
a. Tidak terindikasi pasien terdapat luka akibat jatuh
b. Terdapat indikasi Minor seperti bruises atau lecet akibat jatuh
c. indikasi Sedang dengan line displacement, fraktur, letrasi yang membutuhkan
perawatan lebih lanjut
d. Indikasi Berat luka jatuh yang mengancam jiwa dan membutuhkan operasi atau
pemindahan ke dalam ICU

23
e. Meninggal akibat luka yang disebabkan oleh pasien jatuh. Pengurangan pasien
resiko jatuh merupakan salah satu sasaran keselamatan pasien menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI (Setyawan & Supriyanto, 2019).

2.4.2 Tipe-Tipe Pasien Jatuh


Menurut Palomar Health Fall Prevention and Managemet, jatuh dibedakan
menjadi (Anne, 2015)
a. Physiologic Falls Jatuh disebabkan satu atau lebih faktor intrinsik fisik, yang terdiri
dari dua kategori,
1) dapat dicegah (dimensia, kehilangan kesadaran, kehilangan keseimbangan, efek
obat, delirium, postural hipertensi),
2) tidak dapat dicegah (stroke, transient ischaemic attack, Myocardial Infarction,
disritmia, dan seizure).
b. Accidential Falls merupakan kejadian yang diakibatkan bukan karena faktor fisik,
akan tetapi akibat dari bahaya lingkungan atau kesalahan penilaian strategi dan
desain untuk memastikan lingkungan aman bagi pasien (misalkan terpeleset akibat
lantai licin karena air). Pasien beresiko jatuh karena mengunakan tiang infus yang
digunakan untuk pegangan
c. Unanticipated Falls merupakan pasien jatuh yang berhubungan dengan kondisi
fisik (karena kondisi yang tidak diprediksi). Tindakan pencegahan pada tipe ini
dapat dilakukan setelah kejadian terjadi menggunakan RCA (Root Cause Analysis)
(misalkan pingsan dan fraktur patologis). Kondisi tersebut dapat berulang kembali
dengan penyebab yang sama, oleh karena itu perlu perhatian khusus dari perawat
dalam mencegahnya supaya tidak terjadi yang kedua kalinya
d. Intentional Falls merupakan kondisi jatuh yang diakibatkan secara sengaja karena
tujuan tertentu (misalkan untuk mendapatkan perhatian dari orang lain).
2.4.3 Faktor Penyebab Pasien Jatuh
Faktor resiko jatuh dibagi menjadi faktor intrinsik dan faktor ektrinsik seperti
yang dijelaskan berikut (Barak & Robert, 2017):
a. Faktor Intrinsik

24
Faktor resiko yang berasal dari dalam tubuh pasien biasanya berasal dari
penyakit yang menyertai pasien seperti:
1) Gangguan sensori dan gangguan neurologi
Gangguan yang diakibatkan karena menurunnya kemampuan dalam menilai dan
mengantisipasi akan terjadinya suatu bahaya yang ada disekitarnya. Kondisi ini
sering terjadi pada golongan lansia yang diakibatkan menurunnya kemampuan
penglihatan dan kekuatan otot.
2) Gangguan kognitif
Beberapa penyakit yang memiliki hubungan dengan kejadian jatuh diantaranya
adalah dimensia, delirium, dan penyakit Parkinson. Penurunan kognitif dapat
memperbesar kemungkinan untuk mengakibatkan pasien jatuh dibandingkan
tanpa penyakit tersebut.
3) Gaya berjalan dan Gangguan keseimbangan
Resiko jatuh sering disebabkan karena gangguan berjalan dan keseimbangan
terutama pada lansia karena proses degeneratif. Proses degeneratif menyebabkan
penurunan kekuatan otot, gangguan keseimbangan, dan penurunan kelenturan
sendi. Riwayat berjalan jongkok, mengunakan tongkat, dan penyakit stroke
dapat meningkatkan resiko terjadinya jatuh.
4) Gangguan urinaria
Kondisi yang menyebabkan pasien sering BAK atau BAB meningkatkan resiko
jatuh pada pasien, misalkan sesudah pemberian pencahar atau diuretic.
b. Faktor Ektrinsik
Faktor ini sebagian besar terjadi karena kondisi bahaya dari lingkungan atau
tempat atau ruangan di mana pasien dirawat, seperti:
1) Kondisi lingkungan pasien
Pencahayaan kurang terang, lantai basah, tempat tidur tinggi, closet jongkok,
obat obatan, dan alat-alat bantu berjalan meningkatkan kejadian resiko jatuh
pada pasien
2) Nurse call
Nurse call yang berada di tempat tidur maupun kamar mandi pasien berguna
untuk mendapatkan bantuan dari perawat secara cepat

25
3) Tenaga profesional kesehatan dan sistem pelayanan
Tenaga profesional kesehatan dan sistem pelayananyang dapat membahayakan
pasien juga berperandalam kejadian pasien jatuh.

2.4.4 Dampak Pasien Jatuh


Banyak dampak yang disebabkan karena insiden dari jatuh. Contoh dampak
pasien jatuh sebagai berikut:
1) Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis dapat berupa luka lecet, luka memar, luka sobek, cidera kepala,
fraktur, bahkan sampai kematian
2) Dampak Psikologis
Dampak secara psikologis dapat mengakibatkan rasa ketakutan, cemas, distress,
depresi, sehingga mengurangi aktivitas fisik pasien.
3) Dampak finansial
Pasien yang mengalami jatuh maka Length of Stay (LOS) semakin lama, dan biaya
perawatan di rumah sakit juga semakin meningkat.
2.4.5 Pengkajian Dan Intervensi Resiko Jatuh
Pengkajian pasien dengan resiko jatuh dapat dilakukan dengan multifactorial
assessment dalam jangka waktu pasien dirawat. Tindakan yang dilaksanakan dalam
pengkajian multifaktor adalah dengan mengkaji masalah cognitif pasien, masalah
urinaria pasien, riwayat jatuh, akibat dari jatuh, mengawasi sandal yang dipakai pasien
(licin atau hilang), masalah kesehatan yang dapat meningkatkan resiko jatuh,
pengobatan yang sedang dijalani, masalah keseimbangan, masalah pergerakan pasien,
sindrome sincope, dan gangguan pengelihatan yang diderita oleh pasien.
Pengkajian lingkungan juga perlu dilakukan, pasien dirawat memiliki bagian
penting dalam resiko dari insiden pasien jatuh. Terdapat berbagai jenis alat pengkajian
resiko jatuh yang telah dibuat, salah satunya dengan Morse Fall Scale (MFS) yang
dipakai dalam mengidentifikasi resiko pasien jatuh orang dewasa di RSUP Dr. Kariadi
Semarang. Morse Fall Score (MFS) adalah metode cepat dan simpel untuk melakukan
pengkajian pasien yang memiliki kemungkinan jatuh atau resiko jatuh dan digunakan

26
untuk melakukan penilaian kepada pasien umur ≥ 16 tahun. MFS memiliki 6 variabel
sebagai berikut.
1) Riwayat jatuh
Bila terdapat riwayat jatuh saat ini atau sebelum 3 bulan berikan skor 25, bila tidak
beri skor 0.1
2) Diagnosa sekunder
Bila pasien memiliki lebih dari 1 diagnosa medis maka beri skor 15, bila tidak beri
skor 0.
3) Alat Bantu
Bila pasien bed rest atau butuh bantuan perawat untuk berpindah beri skor 0, bila
pasien membutuhkan tongkat, cane, atau alat penompang untuk berjalan berikan
skor 15, dan bila pasien berjalan berpegangan pada perabotan yang ada seperti meja
atau kursi berikan skor 30.
4) Terpsang Infus
Bila terpasang infus beri skor 20, dan bila tidak beri skor 0.
5) Gaya Berjalan
Bila pasien memiliki gangguan gaya berjalan seperti kesulitan bangun, kepala
menunduk, atau berjalan tidak seimbang beri skor 20, bila gaya berjalan pasien
lemah tanpa kehilangan keseimbangan beri skor 10, dan bila pasien berjalan dengan
normal beri skor 0.
6) Status Mental
Bila pasien memiliki over-estimasi terhadap kemampuan tubuhnya beri skor 15,
dan bila pasien menyadari kemampuan fisik dan tidak memaksakan beri skor 0.
Hasil interpretasi dari MFS dikatagorikan menjadi; tidak beresiko (No Risk) dengan
skor MFS sebesar 0-24, pasien beresiko rendah (Low Risk) dengan skor MFS
sebesar 25-44, sedangkan pasien beresiko tinggi jatuh (High Risk) memiliki skor
MFS ≥ 45. Setiap skor MFS memiliki tindakan yang berbeda, pada pasien tanpa
resiko jatuh tindakan yang dilakukan adalah cukup melaksanakan tindakan
keperawatan dasar, pada pasien dengan resiko rendah jatuh dilakukan tindakan
implementasi standar pencegahan pasien jatuh, dan untuk pasien dengan resiko

27
tinggi jatuh perlu dilakukan implementasi yang lebih intens dalam pencegahan
pasien jatuh.

BAB III

ANALISA RUANGAN DAN GAMBARAN UMUM MANAJEMEN


RUANGAN AR RAUDHAH DI RSI IBNU SINA PADANG

3.1 Kjian Situasi Rumah Sakit


RSI Ibnu Sina Padang mempunyai visi dan misi merupakan standar yang harus di capai
dalam pelayanan yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Umum.
1. Visi Rumah Sakit
Secara umum RSI Ibnu Sina Padang bertujuan untuk mewujudkan Rumah Sakit
Terkemuka di Sumatera Barat Tahun 2025
2. Misi Rumah Sakit
a. Mewujudkan / memberi pelayanan yang profesional dan islami.
b. Mengembangkan SDM yang berkualitas dan integritas tinggi.
c. Melengkapi sarana dan prasarana sesuai perkembangan ilmu kedokteran dan peraturan
yang berlaku.
d. Menjadikan pelayanan kegawatdaruratan maternal sebagai produk unggulan.
3. Motto rumah sakit
”Kesehatan Anda Priorotas Kami”
4. Falsafah rumah sakit
Rumah sakit islam Ibnu Sina Padang merupakan sarana dakwah bilhal dalam bidang
pelayanan kesehatan sebagai perwujudan kemanusiaan dan ketakwaan kepada Allah
SWT.
3.2 Kajian dan situasi Ruangan

28
Ruangan Ar-Raudhah terletak di gedung B, disamping IGD yang terdiri dari 4 lantai
yaitu bagian lantai 4 terdiri dari 7 kamar dan dilantai dasar terdapat minimarket masyitah.
Lantai 4 terdiri dari 7 kamar. Ar-Raudhah 1 terdiri dari 7 tempat tidur, Ar-Raudhah 2 terdiri
dari 2 tempat tidur, Ar-Raudhah 3 terdiri dari 3 tempat tidur, Ar-Raudhah 4 terdiri dari 4
tempat tidur, Ar-Raudhah 5 terdiri dari 3 tempat tidur, Ar-Raudhah 6 terdiri dari 1 tempat
tidur, Ar-Raudhah 7 terdiri dari 2 tempat tidur.
Ruangan Ar-Raudhah mempunyai ruangan perawat yang memiliki fasilitas seperti
kipas angin, AC, konter, kursi, komputer, lemari AHP, dan lemari laken serta loker
penyimpanan barang pribadi perawat. Untuk sementara Ruang Ar-Raudhah baik fasilitas
maupun ruangannya masih berfungsi dengan baik.
1. Karakteristik unit
 Sifat kekaryaan ruang
a. Fokus telaah
Manajemen dan struktur di ruangan Ar-Raudhah RSI Ibnu Sina Padang
b. Lingkup garapan
Ruangan Ar-Raudhah RSI Ibnu Sina Padang
c. Basis intervensi
 Model layanan
Model praktek keperawatan profesional (MPKP)
 Kapasitas unit ruang
Kapasitas ruangan Ar-RaudhahRSI Ibnu Sina Padang adalah sebanyak 21 tempat
tidur.
o Kelas 1 : 6 tempat tidur
o kelas II : 7 tempat tidur
o kelas III : 7 tempat tidur
o VVIP : 1 tempat tidur
2. Analisis terhadap klien
 Karakteristik
Pada umumnya pasien yang berobat ke Ar-Raudhah RSI Ibnu Sina Padang yang
paling banyak menggunakan kartu BPJS dengan rata-rata kunjungan orang
perbulan.

29
 Tingkat ketergantungan
Tingkat ketergantungan pasien di ruang Ar-Raudhah terdiri dari minimal care,
partial care dan total care.
3. Analisis unit layanan keperawatan
 Flow of care
 Manajemen unit
4. Sumber daya kekuatan kerja
 Manusia
Perawat yang bertugas di ruangan Ar-Raudhah (anak) sebanyak 9 orang, dimana
terdapat 1 orang karu, 5 orang katim, dan 3 orang perawat pelaksana.
 Non manusia (Metode, Material, Money, Marketing)
5. Sumber Daya Fisik RSI Ibnu Sina Padang
Tabel 3.1
Jumlah tempat tidur ruang Ar-Raudhah RSI Ibnu Sina Padang
No Ruangan Kelas Jumlah Tempat Tidur
1 Ar-Raudhah 1 3 7
2 Ar-Raudhah 2 1 2
3 Ar-Raudhah 3 1 2
4 Ar-Raudhah 4 2 4
5 Ar-Raudhah 5 2 3
6 Ar-Raudhah6 VVIP 1
7 Ar-Raudhah 7 1 2
Total Tempat Tidur 21

6. Analisa Terhadap Klien


1. Karakteristik
Pada umumnya pasien yang berobat ke RSI Ibnu Sina Padang ruangan Ar-Raudhah
yang paling banyak menggunakan kartu BPJS dengan rata-rata kunjungan orang
perbulan
2. Tingkat ketergantungan
Tingkat ketergantungan pasien diruangan Ar-Raudhah terdiri dari minimal care dan
parsial care.

30
7. Ketenagaan di Ruang Ar-Raudhah
Identitas perawat di Ar-Raudhah

No Nama Pendidikan Jabatan


1 Ns. Evitaria Widyani, S.Kep S1+ Ners Kepala ruagan
2 Hendrawati, Amd. Kep D3 keperawatan Katim
3 Mitra Septiani, Amd. Kep D3 keperawatan Katim
4 Elia Sari, Amd. Kep D3 k`eperawatan Katim
5 Nurrasri Saputri, Amd. Kep D3 keperawatan Katim
6 Elvira Failia, Amd. Kep D3 keperawatan Katim
7 Dika Zatra, Amd. Kep D3 keperawatan pp
8 Sheren Muthia, Amd. Kep D3 keperawatan pp
9 Ns. Rafnisyah, S. Kep S1+ Ners pp

Table 3.2
Ketenagaan diruangan Ar-Raudhah
No Pendidikan Jumlah
1 S. Kep + Ners 2 orang
2 D3 keperawatan 7 orang
JUMLAH 9 orang

31
Struktur Organisasi Tenaga Perawat Ruang Ar-Raudhah

KARU
Ns. Evitaria Widyani, S.Kep

KATIM

Hendrawati, Amd. Kep

Mitra Septiani, Amd. Kep

Elia Sari, Amd. Kep

Nurrasri Saputri, Amd. Kep

Elvira Failia, Amd. Kep

Perawat / Bidan Pelaksana:


Dika Zatra, Amd. Kep
Sheren Muthia, Amd. Kep
Ns. Rafnisyah, S. Kep

32
8. Indikator Mutu
REKAPITULASI BOR, LOS, TI, BTO, GDR, NDR
RSI IBNU SINA PADANG
TAHUN 2022
BULAN BOR LOS TOI BTO GDR NDR
April 27.20 % 2.41 6.02 3.63 0.66 0.39
Mei 33.21 % 2.77 5.57 3.71 0.87 0.29
Juni 45.19 % 2.82 3.32 4.95 0.95 0.16

Dari tabel di atas kita bisa lihat BOR, LOS, TOI, dan BTO terlihat naik turun karena
dipengaruhi jumlah pasien dan hari rawatan yang naik turun turun, adapun rumus dalam
mendapatkan jumlah BOR, LOS, adalah TOI adalah :

BOR = Jumlah Hari Rawatan x 100

Jumlah Tempat Tidur x Jumlah Hari Dalam Satu Periode

LOS = Jumlah Hari Rawatan

Jumlah Pasien Dalam Satu Periode

TOI = (Jumlah Tempat Tidur – Jumlah hari rawatan)Jumlah Hari Dalam Satu Periode
Jumlah Pasien Dalam Satu Periode

BOR, ALOS, TOI Tahun 2022

BOR, ALOS, TI, BTR Tahun 2019 BOR, ALOS, TI, BTR Tahun 2022

 BOR Tahun 2021= 41% BOR Tahun 2021= 44 %


 ALOS Tahun 2021 = 3 hari ALOS Tahun 2021= 3 hari
 BTR Tahun 2021= 49 kali BTR Tahun 2021= 51 kali
 TI Tahun 2021 = 4 hari TI Tahun 2021 = 4 hari
 NDR Tahun 2021 = 5 % NDR Tahun 2021 = 4 %
 GDR Tahun 2021 = 7 % GDR Tahun 2021 = 8 %
Ket : BOR adalah % pemakaian tempat tidur idealnya 60 % - 85 %

33
ALOS adalah rata-rata lama rawat idealnya 6 – 9 hari

BTR adalah frekuensi pemakaian tempat tidur/berapa kali tempat tidur terpakai

Idealnya 40 – 50 kali dalam 1 tahun.

TOI adalah rata-rata tempat tidur kosong / tidak terisi idealnya 1-3 hari.

9. Pelaksanaan Pengumpulan Data


1. Pelaksaan Observasi
Oservasi dilakukan kepada perawat di ruangan Ar-Raudhah pada tanggal 12-
13 Juli 2022, total perawat di ruang Ar-Raudhah sebanyak 9 orang perawat, namun
yang diobservasi hanya 7 orang perawat, karena 2 orang perawat lainnya sedang libur
dan cuti.
2. Pelaksanaan Wawancara
Wawancara dilakukan kepada perawat dan kepala ruangan di ruangan Ar-
Raudhah pada tanggal 14 Juli 2022, total perawat di ruang Ar-Raudhah sebanyak 9
orang perawat, namun yang diobservasi hanya 7 orang perawat, karena 2 orang
perawat lainnya sedang libur dan cuti.
3. Pembagian Kuesioner
Kuesioner dibagikan pada tanggal 14 Juli 2022 kepada seluruh perawat,
namun yang mengisi kuesioner hanya 7 perawat, dikarenakan 2 perawat lainnya
sedang libur dan cuti.

34
BAB IV

ANALISA DATA

(Observasi, Kuesioner Dan Wawancara)

A. Resiko Jatuh

1. Terpasang Stiker Resiko Jatuh di Tempat Tidur di Ruang Ar-Raudhah RSI Ibnu
Sina Padang

11%

selalu
25% sering
kadanag-kadang

64%

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 12-13 Juli 2022 didapatkan pasien baru
masuk sebanyak 6 pasien, pasien yang beresiko tinggi sebanyak 3 pasien, namun yang
dipasang stiker resiko jatuh hanya 1 pasien dan 2 pasien lainnya tidak ada dipasang stiker
resiko jatuh pada gelang pasien. Pada tanggal sebelumnya terdapat 4 pasien beresiko
jatuh juga tidak terpasang stiker resiko jatuh. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan
perawat menjawab tentang terpasangnya stiker jatuh kategori selalu (64%), sering (25%),
kadang-kadang (11%). Berdasarkan hasil wawancara dari 7 orang perawat, mengatakan
sebanyak 5 orang perawat (71,42%) stiker resiko jatuh tidak dipasang karena stiker
resiko jatuh di ruangan kurang dan terkadang perawat lupa.

35
2. Terpasang Segitiga Resiko Jatuh di Tempat Tidur di Ruang Ar-Raudhah RSI Ibnu
Sina Padang

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 12-13 Juli 2022 didapatkan pasien baru
masuk sebanyak 6 pasien, pasien yang beresiko tinggi sebanyak 3 pasien, namun yang
dipasang segitiga resiko jatuh hanya 1 pasien dan 2 pasien lainnya tidak ada dipasang
segitiga resiko jatuh pada bed pasien. Pada tanggal sebelumnya terdapat 4 pasien
beresiko jatuh juga tidak terpasang segitiga resiko jatuh. Berdasarkan hasil kuesioner
perawat menjawab tentang terpasangnya segita resiko jatuh ditempat tidur dengan
kategori selalu ( 28%), sering (29%), kadang-kadang (43%). Berdasarkan hasil
wawancara, Berdasarkan hasil wawancara dari 7 orang perawat, mengatakan sebanyak 5
orang perawat (71,42%) mengatakan segitiga resiko jatuh hanya dipasang pada tempat
tidur yang beresiko jatuh karena segitiga resiko jatuh di ruangan kurang dan terkadang
perawat lupa.

3. Frekuensi Responden Menjelaskan Pentingnya Memperhatikan Daerah Rawan


Jatuh Seperti Kamar Mandi Kepada Pasien dan Keluarga di Ruang Ar-Raudhah
RSI Ibnu Sina Padang

Berdasarkan observasi tidak semua perawat menjelaskan pentingnya


memperhatikan daerah rawan jatuh seperti kamar mandi kepada pasien dan keluarga,
dilihat pada saat pasien baru masuk perawat tidak menjelaskan daerah rawan jatuh
kepada pasien maupun keluarga. Berdasarkan hasil kuesioner perawat menjawab tentang
pentingnya memperhatikan daerah rawan jatuh dengan kategori selalu (43%) , sering
(43%), dan jarang (14%). Berdasarkan hasil wawancara, Berdasarkan hasil wawancara
dari 7 orang perawat, mengatakan sebanyak 7 orang perawat (100%) mengatakan bahwa

36
daerah rawan jatuh seperti kamar mandi jarang dijelaskan karena perawat beranggapan
bahwa kebanyakan orang tua sudah memahami tentang daerah rawan jatuh.

4. Memastikan Roda Tempat Tidur Dalam Keadaan Terkunci di Ruang Ar-Raudhah


RSI Ibnu Sina Padang

Berdasarkan hasil observasi semua roda tempat tidur pasien sudah dalam keadaan
terkunci. Berdasrkan hasil kuesioner perawat menjawab tentang memastikan roda tempat
tidur dalam keadaan terkunci dengan kategori selalu (100%). Berdasarkan wawancara,
dari 7 orang perawat mengatakan sebanyak 7 orang perawat (100%) mengatakan roda
tempat tidur selalu diperhatikan dan dipastikan dalam keadaan terkunci.

5. Memastikan Bahwa Pengaman Tempat Tidur Pasien Terpasang di Ruang Ar-


Raudhah RSI Ibnu Sina Padang

Berdasarkan hasil observasi hanya sebagian pengaman tempat tidur yang


terpasang. Berdasarkan hasil kuesioner perawat menjawab tentang memastikan bahwa
pengaman tempat tidur pasien terpasang dengan kategori selalu (100%). Berdasarkan
hasil wawancara, dari 7 orang perawat mengatakan sebanyak 7 orang perawat (100%)
selalu menganjurkan untuk memasang pengaman tempat tidur pasien, namun terkadang
keluarga pasien yang lalai.

37
6. Menjelaskan Pentingnya Pendampingan Saat Pasien Ke Toilet di Ruang Ar-
Raudhah RSI Ibnu Sina Padang

Berdasarkan hasil observasi, hanya sebagian perawat yang memberikan edukasi


kepada keluarga pasien untuk mendampingi pasien ke toilet. Berdasarkan hasil kuesioner
perawat menjawab tentang pentingnya pendampingan saat pasien ke toilet dengan
kategori selalu (71%), sering (29%). Berdasarkan hasil wawancara, dari 7 orang perawat
mengatakan sebanyak 7 orang perawat (100%) mengedukasi pentingnya pendampingan
saat ke kamar mandi karena perawat beranggapan bahwa kebanyakan orang tua sudah
memahami tentang pentingnya pendampingan pasien ke kamar mandi.

7. Menganjurkan Pasien Untuk Berhati-hati Saat Turun Dari Tempat Tidur di


Ruang Ar-Raudhah RSI Ibnu Sina Padang

Berdasarkan hasil observasi, sebagian besar perawat sudah menganjurkan pasien


berhati-hati saat turun dari tempat tidur. Berdasarkan hasil kuesioner perawat menjawab
tentang menganjurkan pasien berhati-hati saat turun dari tempat tidur selalu (86%),
sering (14%). berdasarkan hasil wawancara dari 7 orang perawat mengatakan, sebanyak
7 orang perawat (100%) ada menganjurkan pasien untuk berhati-hati saat turun dari
tempat tidur.

38
8. Mendokumentasikan Asuhan Pencegahan Resiko Jatuh Pada Status Pasien di
Ruang Ar-Raudhah RSI Ibnu Sina Padang

Berdasarkan hasil observasi, perawat sudah melakukan pendokumentasian asuhan


pencegahan resiko jatuh di status pasien. Berdasarkan hasil kuesioner perawat menjawab
tentang mendokumentasikan asuhan pencegahan resiko jatuh pada status pasien dengan
kategori selalu (100%). Berdasarkan hasil wawancara dari 7 orang perawat mengatakan
sebanyak 7 orang perawat (100%) selalu mendokumentasikan asuhan pencegahan resiko
jatuh pada status pasien.

9. Melakukan Monitoring atau Penilaian Ulang Resiko Jatuh Setiap Pergantian Shift
Dinas di Ruang Ar-Raudhah RSI Ibnu Sina Padang

Berdasarkan hasil observasi, sebagian perawat melakukan monitoring atau


penilaian ulang resiko jatuh setiap pergantian shift dinas. Berdasrkan hasil kuesioner
perawat menjawab tentang melakukan monitoring atau penilaian ulang resiko jatuh
setiap pergantian shift dinas dengan kategori selalu (100%). Berdasarkan hasil
wawancara dari 7 orang perawat mengatakan sebanyak 7 orang perawat (100%) selalu
melakukan monitoring atau penilaian ulang resiko jatuh setiap pergantian shift dinas.

39
ANALISA SWOT

NO Masalah Kekuatan/Streng Kelemahan/Weakneses Kesempatan/Oppurtunit


1. Kurang  Rumah Sakit  Belum adanya semua  Adanya mahasiswa
optimalnya sudah perawat dalam STIKes Alifah Padang
perawat dalam memfasilitasi menggunakan yang sedang praktik
melakukan Terdapatnya segitiga kuning profesi manajemen
assessment resiko segitiga kuning resiko jatuh pada bed keperawatan.
pasien jatuh di resiko jatuh dan pasien
ruangan Ar- sticker resiko
Raudhah RSI jatuh
Ibnu Sina Padang  RS mempunyai
asesmen ulang
skala jatuh (skala
Morse).

40
POA (Planning Of Action)

No Masalah Rencana kegiatan Tujuan Sasaran Metode Narasumber

1. Kurang 1. Menyediakan Mengoptimalkan Perawat Diskusi Mahasiswa


optimalnya fasilitas segitiga pelaksanaan resiko yang Profesi Stikes
perawat dalam kuning / segitiga pasien jatuh agar berada di Alifah
melakukan resiko jatuh di tidak ruang Padang
assessment bed pasien menimbulkan Ar-
resikopasien 2. Melakukan kecelakaan. Raudhah
jatuh di ruangan simulasi kembali
Ar-Raudhah RSI tentang
Ibnu Sina Padang bagaimana cara
memberikan
edukasi terhadap
pasien beresiko
jatuh

41
BAB V

PRIORITAS MASALAH

A. Metode Pembobotan Dan Penentuan Prioritas Masalah


Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan Di Ruangan Rawat Inap Ar-
Raudhah RSI Ibnu Sina Padang
No Masalah A B C D E F G H I J K L M N
. Manajemen
1. Kurang 5 4 4 4 5 4 3 4 3 4 4 5 49 1
optimalnya
perawat dalam
melakukan
assesment resiko
jatuh pasien di
ruang Ar-
Raudhah RSI
Ibnu Sina Padang
Ket:
A : Resiko Terjadi H : Waktu Keterangan Bobot :
B : Resiko Parah I : Dana 1 : Sangat Rendah
C : Potensial Untuk Pelatihan J : Fasilitas Kesehatan 2 : Rendah
D : Minat Perawat K : Sumber Daya 3 : Cukup
E : Mungkin diatasi L : Sesuai dengan Peran Perawat 4 : Tinggi
F : Sesuai Program M : Skor Total 5 : Sangat Tinggi
G : Tempat N : Urutan Prioritas

B. Masalah Yang Diprioritaskan


1. Dari skor diatas memiliki jumlah skor yang berbeda didapatkan skor paling tinggi yaitu
Kurang optimalnya perawat dalam melakukan assesment resiko jatuh pasien diruang rawat
inap Ar-Raudhah RSI Ibnu Sina Padang. Berdasarkan hasil diskusi pada loka karya mini 1
bahwa untuk melakukan implementasi maka kelompok mengangkat satu masalah yang
menjadi prioritas kelompok yaitu kurang optimalnya perawat dalam melakukan assesment
resiko jatuh pasien di ruangan rawat inap Ar-Raudhah RSI Ibnu Sina Padang.

42
C. Prioritas Masalah
Dari penjelasan yang telah diprioritaskan dengan mempertimbangkan waktu dan
keterbatasan sumber daya kelompok maka masalah yang muncul yaitu :
1. Kurang optimalnya perawat dalam melakukan assessment resiko pasien jatuh di ruangan
Ar-Raudhah RSI Ibnu Sina Padang

43
BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Loka Karya Mini


Berdasarkan analisa di ruangan oleh Stikes Alifah yang mana awali dengan
penyebaran kuisioner pada perawat, observasi dan wawancara dengan Karu ruangan Ar-
Raudhah RSI Ibnu Sina Padang. Maka teridentifikasi dua masalah yaitu kurang optimanya
perawat dalam melakukan assessment resiko pasien jatuh dan kurang optimalnya
pelaksanaan tindakan invasive sesuai SPO diruangan Ar-Raudhah.
Pada lokmin I tanggal 19 Juli 2022, maka dilaporkan identifikasi masalah tersebut
dengan metode pembobotan dan menentukan prioritas masalah maka hal dari kesepakatan,
masalah yang diprioritaskan untuk diatasi adalah Kurang optimanya perawat dalam
melakukan assessment resiko pasien jatuh diruangan Ar-Raudha RSI Ibnu Sina Padang.
Resiko jatuh merupakan kajadian yang mengakibatkanseseorang berbaring secara
tidak sengaja di tanah atau lantai (permukaan yang lebih rendah) (Depkes RI, 2015). Jatuh
adalah suatu peristiwa yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang telah melihat kejadian
yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau duduk di lantai (tempat yang lebih
rendah) atau dan tanpa kehilangan kesadaran maupun luka (Depkes RI, 2018). Jatuh
memiliki definisi sebagai kejadian jatuh yang disengaja maupun tidak, yang mengakibatkan
luka pada pasien tersebut, sehingga pasien terbaring dilantai (terbaring diatas permukaan
lainatau orang lain atau objek lain) (George, 2017).
Hasil observasi tentang resiko jatuh diruangan Ar-Raudhah RSI Ibnu Sina Padang
bahwa belum terdapatnya segitiga resiko jatuh di ruangan pasien. Pada praktek profesi
manajemen keperawatan, mahasiswa melakukan implementasi berdasarkan hasil diskusi
yang dilakukan, maka kelompok bersepakat dengan kepala ruangan, instalasi rawat inap,
serta bagian PPI dengan melakukan pemasangan segitiga resiko jatuh di ruangan pasien dan
melakukan stimulasi kembali tentang bagaimana memberikan edukasi terhadap oasien
beresiko jatuh.
Tujuan pemasangan segitiga resiko jatuh diruangan pasien adalah agar perawat dan
keluarga dapat meningkatkan keselamatan pasien mencegah terjadinya resiko jatuh pada

44
pasien dan mengoptimalkan sasaran keselamatan pasien di ruangan Ar-Raudhah RSI Ibnu
Sina Padang.
6.2 Implementasi
Dalam mengatasi permasalahan tentang kurang optimalnya perawat dalam
melakukan assessment resiko pasien jatuh diruangan Ar-Raudhah RSI Ibnu Sina Padang
yaitu :
1. Menyediakan Segitiga Resiko Jatuh
Perencanan pada permasalahan kurang optimalnya perawat dalam melakukan
assessment resiko pasien jatuh diruangan Ar-Raudhah kelompok berencana menyediakan
segitiga resiko jatuh. Kelompok melakukan pemasangan segitiga resiko jatuh ini pada
tanggal 20 Juli 2022.
Target pencapaian selama kegiatan adalah 90 % perawat dan keluarga psaien
mampu mencegah resiko jatuh pada pasien untuk meningkatkan keselamatan pasien
dirumah sakit.
Sebelum perawat hanya melakukan stiker jatuh pada gelang pasien, maka dari itu
perlu juga pemasangan segitiga resiko jatuh di ruangan pasien untuk lebih
mengoptimalkan resiko jatuh dan meningkatkan keselamatan dirumah sakit.
2. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien beresiko jatuh
Perencanaan pada permasalahan kurang optimalnya perawat dalam melakukan
assessment resiko jatuh diruangan Ar-Raudhah kelompok berencana melakukan edukasi
pada keluarga pasien yang beresiko jatuh. Kelompok melakukan edukasi pada keluarga
pasien yang beeriko jatuh tanggal 21 Juli 2022.
Target pencapaian selama kegiatan adalah 90 % perawat dan keluarga psaien
mampu mencegah resiko jatuh pada pasien untuk meningkatkan keselamatan pasien
dirumah sakit.
Sebelum perawat hanya melakukan stiker jatuh pada gelang pasien, dan
pemasangan segitiga resiko jatuh pada pasien, maka perlu juga memberikan edukasi
kepada keluarga pasien tentang pencegahan resiko jatuh untuk lebih mengoptimalkan
resiko jatuh dan meningkatkan keselamatan dirumah sakit.

45
6.3 Evaluasi
Berdasarkan masalah yang diangkat di ruang Ar-Raudhah RSI Ibnu Sina Padang
tentang kurang optimalnya perawat dalam melakukan assessment resiko pasien jatuh
diruangan Ar-Raudhah, maka kelompok melakukan pemasangan segitiga resiko jatuh
diruangan pasien dan memberikan stimulasi kembali tentang bagaimana memberikan
edukasi terhadap pasien bersiko jatuh.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 21-22 Juli 2022 bahwa perawat
diruangan telah menggunakan dan memanfaatkan segitiga resiko jatuh yang telah
disediakan diruangan Ar-Raudhah. Penempatan segitiga resiko jatuh ditempatkan dengan
cara menggantungkan segitiga resiko jatuh ditempat tidur pasien, hal ini dilakukan untuk
mempermudah dalam mengenali dan mengawasi pasien yang beresiko jatuh.

6.3 Dokumentasi

46
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Kualitas pelayanan kesehatan yang baik dapat menimbulkan rasa puas pada diri
setiap pasien. Dalam usaha menjaga kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, profesi
keperawatan berperan penting sebagai kunci utama dalam pelayanan rumah sakit. Secara
kuantitas, perawat merupakan jumlah tenaga terbanyak yang berada disamping pasien
selama 24 jam (Herlambang, 2017).
Kualitas pelayanan keperawatan juga sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan
fungsi dari manajemen keperawatan, karena manajemen keperawatan adalah suatu tugas
khusus yang harus dilaksanakan oleh manajer atau pengelola keperawatan yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik
sumber daya maupun sumber dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif dan efisien baik kepada klien, keluarga dan masyarakat.
Selain itu peningkatan kualitas pelayanan keperawatan dirumah sakit juga
dipengaruhi oleh pasien safety (keselamatan pasien) yang baik, pasien safety yang menjadi
komponen penting dalam pelayanan kesehatan yaitu risiko jatuh. Pelayanan keperawatan
memiliki konstribusi yang besar terhadap citra sebuah rumah sakit sehingga perlu untuk
melakukan evaluasi atas pelayanan yang diberikan (Nursalam, 2018). Berdasarkan hasil
observasi kelompok yang dilakukan pada tanggal 12-13 Juli 2022 didapatkan hasil di
ruangan rawat inap Ar-Raudhah satu masalah yaitu tentang keselamatan pasien berupa
pencegahan resiko jatuh.
Menurut hasil observasi yang disesuaikan dengan kuesioner ditemukan bahwa
kurang optimalnya perawat dalam melakukan assessment resiko pasien jatuh dengan
memasang stiker resiko jatuh dengan kategori selalu (64%), sering (25%), kdang-kadang
(11%). sedangkan perawat yang memasang segitiga resiko jatuh dengan kategori selalu
(28%), serimg (29%), dan kadang-kadang (43%).

47
7.2 Saran
A. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan lokakarya mini ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
meningkatkan mutu manajemen keperawatan melalui pembaharuan yang telah dilakukan
oleh mahasiswa praktek profesi keperawatan.
B. Bagi Instalasi Rawat Inap Ar-Raudhah RSI Ibnu Sina Padang
Diharapkan memberikan edukasi kepada instalasi rawat inap Ar-Raudhah agar
dapat melakukan penerapan assessment resiko pasien jatuh dan penggunaan segitiga
resiko jatuh dengan baik
C. Bagi Institusi pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi dalam
proses pembelajaran dan bahan referensi mahasiswa Stikes Alifah Padang, sehingga
dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
D. Bagi Mahasiswa
Diharapkan laporan ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan
kelompok dalam menerapkan mata kuliah keperawatan manajemen dan dapat dijadikan
bahan perbandingan selanjutnya

48
KUESIONER

Kuesioner Manajemen Keperawatan

Kelompok 5 Profesi Ners


STIKes Alifah Padang
Kuesioner Pencegahan Resiko Jatuh
Kuesioner Hand Hygiene
Kuesioner Pemasangan Infus

Login ke Google untuk menyimpan progres. Pelajari lebih lanjut

* Wajib

Nama :*

Jawaban Anda

Umur :*

Jawaban Anda
1. Jenis Kelamin*

 Laki-Laki
 Perempuan
2. Pendidikan Terkahir*

 D3 Keperawatan
 S1 Keperawatan
 Ners

49
3. Lama Bekerja di RSI Ibnu Sina Padang*

 <1 tahun
 1-2 tahun
 3-4 tahun
 > 4 tahun
4. Apakah pasien sudah terpasang stiker resiko jatuh?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-Kadang
 Jarang
 Tidak Pernah
5. Apakah tempat tidur pasien sudah terpasang segitiga resiko jatuh?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-Kadang
 Jarang
 Tidak Pernah
6. Apakah perawat menjelaskan pentingnya memperhatikan daerah rawan jatuh seperti kamar
mandi kepada pasien dan keluarga?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak pernah

50
7. Apakah perawat memastikan roda tempat tidur dalam keadaan terkunci?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-Kadang
 Jarang
 Tidak Pernah
8. Apakah perawat memastikan bahwa pengaman tempat tidur pasien terpasang?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak pernah
9. Apakah perawat menjelaskan pentingnya pendampingan saat pasien ke toilet?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak pernah
10. Apakah perawat menganjurkan pasien untuk berhati-hati saat turun dari tempat tidur?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak Pernah

51
11. Apakah perawat mendokumentasikan asuhan pencegahan resiko jatuh pada status pasien?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak pernah
12. Apakah perawat melakukan monitoring atau penilaian ulang resiko jatuh setiap pergantian
shift dinas?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak pernah
13. Apakah perawat melakukan monitoring keadaan umum pasien?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak pernah
14. Apakah perawat sudah mempersiapkan peralatan tindakan keperawatan secara lengkap?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak pernah

52
15. Apakah perawat memberikan informasi kepada pasien sebelum melakukan pemasangan
infus?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak pernah
16. Apakah perawat menggunakan alat steril dalam pemasangan infus?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak pernah
17. Apakah perawat mengecek dan membaca buku status sebelum memberikan terapi cairan
kepada pasien?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak pernah
18. Apakah perawat menerapkan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak pernah

53
19. Apakah perawat memakai handscoon saat melakukan tindakan?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak pernah
20. Apakah saat pemasangan infus dilakukan oleh 1-2 orang perawat?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak pernah
21. Apakah perawat melakukan tindakan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah
ditentukan RS Ibnu Sina Padang?*

 Selalu
 Sering
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak pernah
22. Apakah perawat melakukan pendokumentasian setelah melakukan tindakan?*

 Sering
 Selalu
 Kadang-kadang
 Jarang
 Tidak pernah

54
PERTANYAAN WAWANCARA

Resiko Jatuh

1. Apakah pasien sudah terpasang stiker resiko jatuh?

2. Apakah tempat tidur pasien sudah terpasang segitiga resiko jatuh?

3. Apakah perawat menjelaskan pentingnya memperhatikan daerah rawan jatuh seperti kamar
mandi kepada pasien dan keluarga?

4. Apakah perawat memastikan roda tempat tidur dalam keadaan terkunci?

5. Apakah perawat memastikan bahwa pengaman tempat tidur pasien terpasang?

6. Apakah perawat menjelaskan pentingnya pendampingan saat pasien ke toilet?

7. Apakah perawat menganjurkan pasien untuk berhati-hati saat turun dari tempat tidur?

8. Apakah perawat mendokumentasikan asuhan pencegahan resiko jatuh pada status pasien?

9. Apakah perawat melakukan monitoring atau penilaian ulang resiko jatuh setiap pergantian
shift dinas?

Tindakan Infasif

1. Apakah perawat melakukan monitoring keadaan umum pasien?

2. Apakah perawat sudah mempersiapkan peralatan tindakan keperawatan secara lengkap?

3. Apakah perawat memberikan informasi kepada pasien sebelum melakukan pemasangan


infus?

4. Apakah perawat menggunakan alat steril dalam pemasangan infus?

5. Apakah perawat mengecek dan membaca buku status sebelum memberikan terapi cairan
kepada pasien?

55
6. Apakah perawat menerapkan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan?

7. Apakah perawat memakai handscoon saat melakukan tindakan?

8. Apakah saat pemasangan infus dilakukan oleh 1-2 orang perawat?

9. Apakah perawat melakukan tindakan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah
ditentukan RS Ibnu Sina Padang?

10. Apakah perawat melakukan pendokumentasian setelah melakukan tindakan?

56
DAFTAR PUSTAKA

A Potter,& Perry AG. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. 4th
ed. EGC: Jakarta

Boucher, (2012). Documentation in a PICU setting: Is a checklist tool effective? Australian


journal of advanced nursing

Dwiprahasto, I., Kristin, E., 2008. Masalah dan Pencegahan Medication Error. Bagian
Farmakologi dan Toksikologi/Clinical Epidemiology & Biostatistics Unit. Fak. Kedokteran
UGM/RS. Dr. Sardjito. Yogyakarta.

Marquis, B. L. & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : teori dan
aplikasi, (Ed. 4). Jakarta : EGC.

Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan, Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan


Professional, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Edisi 2. Jakarta
: Salemba Medika

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Jakarta :


Salemba Medika

Senior K. (2014). Patient Transfer Policy. East Cheshire NHS Trust.1(1-20)

Suarli Dan Bahtiar. (2012). Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Kritis. Jakarta :
Erlangga.

World Health Organization (WHO). Angka Kematian Bayi. Amerika: WHO; 2012.Agyemang,

R.E.O. & While, A. (2010) Medication Errors: Types, Causes and Impact on Nursing Practice,
British Journal of Nursing, London.

Yanti, Nurfitri. (2013). “Macam-macam disiplin”. (http://nurfitriyanti29.blogspot. com/).


Diakses tanggal 16 Juli 2022 pukul 21.54 Wib.

Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta : EGC

57
Alimul Hidayat A.A., 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif, Jakarta :
Heath Books

Mangkuprawira, S., (2008) Bisnis, Manajemen, dan SDM. IPB Press : Bogor

Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI

58

Anda mungkin juga menyukai