Anda di halaman 1dari 142

LAPORAN MANAGEMENT KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP

WARDAH
RSU AL-ISLAM H.M MAWARDI KRIAN

Disusun Oleh :
Kelompok II

1. Rina Muntaza, S.Kep (2014901206)


2. Riris Tristanti, S.Kep (2014901207)
3. Jannatul Firdaus Nawang W, S.Kep (2014901208)
4. Siti Nur Hayati, S.Kep (2014901209)
5. Rochmat Ardhiyanto, S.Kep (2114901210)
6. Ika Maria Yuana, S.Kep (2114901211)
7. Vivi Fitriyah, S.Kep (2114901212)
8. Ahmad Mustagfirin (2114901019)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan utama, yaitu perawat


melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang diubah oleh suatu keadaan dan situasi.
Perawat harus mempunyai keterampilan dalam proses keperawatan. Proses keperawatan
merupakan pendekatan dalam menyelesaikan masalah yang sistematis dan konsisten
dengan perencanaan perubahan. Keterampilan kedua adalah ilmu teoritis dan pengalaman
praktik. Perawat harus diajarkan ilmu teoritis di kelas dan mempunyai pengalaman
praktik untuk bekerja secara efektif dengan orang lain (Nursalam, 2016).
Perubahan pelayanan kesehatan/keperawatan merupakan kesatuan dalam
perkembangan dan perubahan keperawatan di Indonesia. Bahkan, menjadi hal yang aneh
atau tidak semestinya terjadi, apabila masyarakat umum dan lingkungannya terus
berubah, sedangkan keperawatan yang merupakan bagian masyarakat tersebut tidak
berubah dalam menata kehidupan profesi keperawatan (Nursalam, 2016).
Organisasi pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit pada dasarnya adalah organisasi
jasa pelayanan umum. Rumah sakit perlu memiliki karakter mutu pelayanan prima yang
sesuai dengan harapan pasien. Hubungan interaksi antara petugas kesehatan dengan
pasien dapat dilakukan dengan cara menanamkan kepercayaan dan kredibilitas. Pasien
merupakan pengguna jasa rumah sakit yang mempunyai hak untuk menilai kinerja
pelayanan tersebut. Semakin baik penilaian pasien, maka semakin baik pula mutu
pelayanan kesehatan rumah sakit tersebut (Donabedian, 1980 dalam Muhith, 2017).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan profesional dirasakan
sebagai fenomena yang harus direspon perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif
dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan keperawatan profesional dan langkah-
langkah konkret dalam pelaksanaannya.
Kualitas rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk teknologi jasa
kesehatan sudah tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien. Melihat fenomena di atas pelayanan memiliki
kontribusi sangat besar terhadap citra sebuah rumah sakit di pandang perlu untuk
melakukan evaluasi atas pelayanan yang telah diberikan (Nursalam, 2016).
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan melibatkan anggota
keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan melibatkan anggota keperawatan
dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan profesional. Pemberian pelayanan
keperawatan secara profesional diharapkan mampu menyelesaikan tugasnya dalam
memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien menuju
ke arah kesehatan yang optimal (Nursalam, 2016).
Berdasarkan hal di atas, maka mahasiswa program pendidikan profesi ners STIKES
Majapahit Mojokerto mencoba menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) dengan metode Primer karena semua mahasiswa Dimana pelaksanaannya
melibatkan 6 tempat tidur kelolaan di Ruang Y di Ruangan Wardah RSU Al-Islam H.M
Mawardi Krian dengan perawat yang bertugas di ruang tersebut. Model asuhan
keperawatan tersebut diharapkan mampu menyelesaikan masalah dan meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan professional sehingga mampu memenuhi tuntutan masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan manajemen keperawatan dan model pemberian
asuhan keperawatan yang sesuai dengan teori MAKP Primer.

2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek klinik manajemen keperawatan di Ruang
Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Krian , mahasiswa mampu:
1) Menganalisa kebutuhan tenaga keperawatan (SDM) di Ruang Wardah RSU
Al-Islam H.M Mawardi Krian .
2) Menganalisa kecukupan sarana dan prasarana di Ruang Wardah RSU Al-
Islam H.M Mawardi Krian .
3) Melaksanakan peran sesuai dengan model MAKP Primer yang telah
ditentukan:
a) Melakukan penerimaan pasien baru
b) Melakukan penerapan sentralisasi obat
c) Melakukan timbang terima keperawatan
d) Melakukan supervisi keperawatan
e) Melakukan ronde keperawatan
f) Melakukan Discharge Planning
g) Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan salah satu model
penugasan asuhan keperawatan
4) Menganalisa standarisasi administrasi keuangan di RSU Al-Islam H.M
Mawardi Krian.
5) Menganalisa tingkat mutu di Ruang Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi
Krian.

C. Manfaat
1. Mahasiswa
1) Mahasiswa mampu menjalankan tugasnya sesuai dengan perannya masing-masing
dalam penerapan MAKP Primer.
2) Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan MAKP Primer di Ruang
Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Krian.
3) Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam penerapan MAKP Primer di Ruang
Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Krian.
4) Mahasiswa dapat menganalisa masalah dengan metode SWOT dan menyusun
rencana strategi (renstra).
5) Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model MAKP
Primer di Ruang Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Krian.
6) Meningkatkan pelayanan keperawatan melalui praktik manajemen pelayanan
keperawatan profesional.

2. Perawat Ruang Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Krian


1) Melalui praktik manajemen keperawatan dapat mengetahui masalah-masalah yang
ada di Ruang Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Krian yang berkaitan dengan
pelaksanaan MAKP Primer.
2) Melalui praktik manajemen keperawatan perawat ruangan dapat mempelajari
penerapan model MAKP Primer.
3) Tercapainyai tingkat kepuasan kerja yang optimal.
4) Terbinanya hubungan yang kondusif antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien.
5) Meningkatkan kinerja perawat di Ruang Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi
Krian.

3. Pasien dan Keluarga pasien


Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang optimal sehingga
memperoleh kepuasan selama mendapat perawatan di Ruang Mawar Kuning Lantai I
Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.

4. Institusi Keperawatan
1) Mampu menerapkan ilmu manajemen keperawatan khususnya terkait penerapan
model MAKP Primer.
2) Mampu menjalin kerjasama yang lebih baik antara institusi pendidikan dengan
institusi pelayanan di Ruang Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Krian .
BAB2
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN


1. DEFINISI MANAJEMEN KEPERAWATAN
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinyya mengatur atau
mengelola atau mengurus. Berapa ahli mengemukakan pengertian manajemen dari
sudut pandang yang berbeda, antara lain Mary Parker Follet misalnya, mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Supinganto,
dkk, 2020).
Istilah manajemen sering kita dengar dalam kehidupan sehari hari setiap
individu memiliki pemahaman yang berbeda beda tentang manajemen. yang akan
dipengaruhi banyak hal. Seorang perawat juga akan melakukan manajemen agar
usahanya dalam mengelola klien bisa berhasil. Perawat akan membuat perencanaan
untuk klien, akan melakukan manajemen team antar profesi dalam menangani klien,
melakukan monitoring kemajuan klien dan seterusnya. Artinya manajemen bisa
dilakukan oleh siapapun tanpa mengenal suku, ras, agama, jabatan, pekerjaan dan
sebagainya. Setiap individu melakukan manajemen sesuai kebutuhan masing masing.
hal ini menunjukkan bahwa manajemen bisa diterapkan disegala keadaan . Sejak kita
bangun tidur sampai tidur kembali kita sudah melakukan manajemen (Basuki, 2018).
Manajemen merupakan suatu ilmu terapan yang bisa kita aplikasikan dalam
kehidupan sehari hari organisasi atau masyarakat . Hubber (2016) mengatakan bahwa
manajemen adalah suatu proses koordinasi dan integrasi dari beberapa sumper melalui
Planning, organizing, coordinating dan controlling untuk mencapai tujuan .
2. PRINSIP DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN
Susanti, dkk (2020) menyatakan, dalam melaksanakan prosesnya manajemen
keperawatan terjadi adanya suatu perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
Agus (2010) menyatakan manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara
garis besar .perlu diartikan beberapa prinsip dasar sebagai berikut :
a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan .
Perencanaan merupakan hal yang utama dan serangkaian fungsi dan aktivitas
manajemen. Tahap perencanaan dan proses manajemen tidak hanya terdiri dan
penentuan kebutuhan keperawatan dan berbagai kondisi klien. Tetapi juga terdiri
atas pembuatan tujuan , pengalokasian anggaran , identifikasi kebutuhan pegawai,
dan penetapan kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi yang di
inginkan. Perencanaan merupakan pemikiran/konsep konsep tindakan yang
umumnya tertulis dan merupakan fungsi yang penting di dalam mengurangi resiko
dalam pengambilan keputusan , pemecahan masalah dan efek efek dan perubahan.
Selama prosesn perencanaan , yang dapat dilakukan oleh pemimpin keperawatan
menganalisis dan mengkaji sistem , mengatur strategi organisasi dan menentukan
tujuan jangka pendek dan panjang , mengkaji sumber daya organisasi ,
mengidentifikasi kemampuan yang ada dan aktivitas spesifik serta prioritasnya .
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif
Manajemen keperawatan yang menghargai waktu akan mampu menyusun
perencaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan waktu yang ditetapkan . Keberhasilan seseorang pemimpin keperawatan
bergantung pada penggunaan waktu yang efektif.
c. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan .
Berbagi situasi dan pemasalahan yang terjadi didalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan yang tepat di berbagai
tingkatan manajerial. Semua tingkat manajer dalam keperawatan dihadapkan
pada persoalan yang berbeda sehingga dibutuhkan metode atau cara pengambilan
keputusan yang berbeda pula.
d. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi merupakan bagian penting dan aktivitas menejemen. Komunikasi
yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalahpahaman dan akan
memberi kan persamaan pandangan arah dan pengertian antara pegawai dalam
suatu tatanan organisasi
e. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan .
Pengendalian dalam manajemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan
manajemen sesuai dengan yang direncanakan . Selain itu, pengendalian
dilaksanakan agar kegiatan yang dilakukan tidak banyak terjadi kesalahan yang
berakibat negatif terhadap klien dan pihak yang terkait dengan manajemen.
Pengendalian meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian intruksi, menetapkan prinsip- prinsip melalui penetapan standar, dan
membandingkan penampilan dengan standar serta memperbaiki kekurangan .
3. FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN
Kholid (2013) menyatakan fungsi manajemen keperawatan, memudahkan
perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan yang holistik sehingga seluruh
kebutuhan pasien dirumah sakit terpenuhi.
Marquis dan Huston (2014) menyatakan, fungsi manajemen dibagi menjadi
berikut(Susanti, dkk., 2020) :
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang sangat penting dan
merupakan fungsi manajemen yang pertama dilakukan sebelum melakukan fungsi
manajemen lainnya. Semua fungsi manajemen didasarkan pada perencanaan.
Tanpa perencanaan yang memadai, proses manajemen akan mengalami kegagalan
sehingga gagal mencapai tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan dapat
didefinisikan sebagai proses menentukan yang harus dilakukan siapa yang akan
melakukannya, bagaimana cara melakukannya, kapan dilakukan, dan dimana
dilakukan(Marquis dan Huston, 2014 dalam Susanti, dkk., 2020).
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan
pengalokasian dan konfigurasi serta menggerakkan sumber-sumber yang ada
untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Huber, 2014 dalam Susanti, dkk., 2020).
Pengorganisasian merupakan aktivitas yang didesain untuk menyatukan berbagai
sumber daya, termasuk manusia, uang dan peralatan dengan cara paling efektif
mencapai tujuan organisasi (Hersey et al., 2013 dalam Susanti, dkk., 2020).
c. Pengaturan staf (staffing)
Stuffing merupakan metodelogi pengaturan staff merupakan proses yang
teratur, sistematis, berdasarkan rasional diterapkan untuk memntukan jumlah dan
jenis personal suatu organisasi yang diutuhkan dalam situasi tertentu. Komponen
yang termasuk dalam komponen staffing prinsip : rekrutmen, seleksi, orientasi
pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Komponen tersebut
merupakan suatu proses yang dimana nantinya berhubungan dengan penjadwalan
siklus waktu kerja bagi semua personil yang ada. (Swanburg R, 2000 dalam
kholid, 2013)
Program pengembangan staff juga perlu diatur dan direncanakan sedemikian
rupa. Pengembangan staf dapat dilakukan melalui program pendidikan atau
pelatihan (Susanti, dkk., 2020).
d. Pengarahan
Pengarahan adalah fungsi manajerial dalam membuat arahan dan selanjutkan
mempengaruhi orang untuk mengikuti arahan tersebut. Mengarahkan melibatkan
pemmberian tugas dan instruksi yang menginginkan pekerja memahami dengan
apa yang diharapkan, kemudian membimbing dan melatih pekerja untuk mencapai
tujuan yang direncanakan (Huber, 2014 dalam Susanti, dkk., 2020).
e. Pengontrolan
Huber (2017) menyatakan pengontrolan merupakan fungsi manajemen dalam
memonitor dan menyesuaikan apakah pencapaian tujuan dilakukan dengan efektif
dan efesien (Susanti, dkk., 2020).
Pengontrolan berarti memastikan bahwa alur dan proses kerja serta pencapaian
tujuan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Agar dapat
melaksanakan fungsi pengontrolan, manajer perawat perlu menetapkan standar
kinerja hasil, menentukan rencana tindakan untuk meningkatkan kinerja,
mengevaluasi kinerja karyawan melalui penilaian kinerja dan umpan balik
(Cherry & Jacob, 2017 dalam Susanti, dkk., 2020)
Tugas seorang menajerial perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut:
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah
diukur.
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
c. Standart untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,
sehingga stas dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen
terhadap kegiatan program.
d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran
dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk
memperbaiki kinerja.

B. UNSUR INPUT (M1-M5)


a. Sumber Daya Manusia (MI/MAN) :
1) umur
Semakin tua usia seseorang karyawan semakin kecil kemungkinana keluar dari
pekerjaan, karena semakin kecil alternatif untuk memperoleh kesempatan
pekerjaan lain . Disamping itu karyawan yang bertambah tua biasanya telah
bekerja lebih lama, memeperoleh gaji yang lebih besar dan berbagai
keuntungan lainnya. Hubungan usia dengan kinerja atau produktivitas
dipercaya menurun dengan bertambahnya usia. Hal ini di sebabkan karena
keterampilan-keterampilan fisiknya sudah mulai menurun.
2) Jenis Kelamin
secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan dalam
produktivitas kerja maupun dalam kepuasan kerja, tapi dalam masalah absen
kerja karyawati lebih sering tidak masuk kerja daripada laki laki (Anonim,
2013). Alasan yang lebih logis adalah karena secara tradisional wanita
memiliki tanggung jawab urusan rumah tangga dan keluarga. Bila ada anggota
keluarga yang sakit atau urusan soasial seperti kematian tetangga dan
sebagianya, biasanya wanita agak sering tidak masuk bekerja.
3) Masa Kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan
produktivitas. Meskipun pretasi kerja seseorang itu bisa ditelusuri dari prestasi
kerja sebelumnya, tetapi sampai ini belum dapat di ambil kesimpulan yang
meyakinkan antara variabel tersebut. Hasil riset menunjukkan bahwa suatu
hubungan yang positif antara senioritas dan produktivitas pekerjaan. Masa
kerja yang di ekspresikan sebagai pengalaman kerja, tampaknya menjadi
peramal yang baik terhadap produktivitas karyawan.studi juga menunjukkan
bahwa senioritas berkaitan negatif dengan kemangkiran. masa kerja
berhubungan negatif dengan keluar masuknya karyawan dan sebagai salah
satu peramal tunggal paling baik tentang keluar masuknya karyawan
(Mangkunegara, 2014 dalam Sulistyawati, Wiwik dkk., 2020)
4) Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2014) yaitu
tuntutan di dalam tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun kedalam kekuatan kondrat yang ada pada anak anak itu, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
kesalamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya. Salah satu upaya untuk
meningkatkan sumber daya keperawatan adalah melalui pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi, mengikuti pelatihan perawatan keterampilan teknis atau
keterampilan interpersonal. Sebagaian besar perawat adalah fokasional (D3
Keperawatan). Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus
menempuh pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners. Tetapi
bila ingin perawat fokasional. (Primary nurse) dapat mengambil D3
Keperawatan atau Akademik Keperawatan . lulusan SPK yang masih ingin
menjadi perawat harus segera ke D3 Keperawatan atau langsung S1
Keperawatan. Selanjutnya,lulusan D3 Keperawatan dapat menlanjutkan ke S1
Keperawatan dan Ners . dari pendidikan S1 dan Ners, baru ke magister
Keperawatan/ Spesialis dan Doktor / konsultan (gartinah at all 1999 dalam
Sulistyawati, Wiwik dkk., 2020)
5) Pelatihan kerja
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun
masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak
dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia , yang
didalamnya terjadi proses perencanaan , penempatan, dan pengembangan
tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya diupayakan agar
sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara maksimal, sehingga apa yang
menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut dapat
terpenuhi.
Dalam pengkajian MAN termasuk didalamnya struktuk organisasi,
komposisi ketenagaan (perawat, dokter dan tenaga non perawat) dan
menentukan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan setiap harinya sesuai
identifikasi jenis kebutuhan perwatan pasien, untuk alat ukur dibuat
bedasarkan rata-rata klien membutuhkan perawatan sehari.

6) Kebutuhan Tenaga Keperawatan


(1) Metode gillies
Gillies (1994) mengemukakan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di
satu unit perawatan adalah sebagai berikut :

AxBxC F
= =H
(C–D)xE G
Keterangan :
A = rata – rata jumlah perawatan/ pasien / hari
P = rata – rata jumlah pasien / hari
C = jumlah hari / tahun
D = jumlah hari libur masing – masing perawat
E = jumlah jam kerja masing – masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan pertahun
G = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat pertahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

(2) Perhitungan rumus Gillies


Dalam berikan pelayanan perawatan ada 3 jenis bentuk pelayanan,
yaitu :
(a) Perawatan langsung, adalah perawatan yang dibutuhkan oleh perawat
yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis,
dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat
maka dapat diklasifikasikan dalam 4 kelompok,yaitu : self care, partial
care, total care, intensif care. Menurut Minetti Huchinson ( 1994 )
kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah 4 jam perhari
sedangkan untuk :
 Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
 Partial care kdibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
 Total care dibutuhkan 1 – 1 ½ x 4 jam : 4 – 6 jam
 Intensif care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam
(b) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan – kegiatan membuat
rencana perawatan, memasang / menyiapkan alat, konsultasi dengan
anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan
kondisi pasien. Dari hasil penelitian RSIM ( Gillies, 1989
) = berapa menit / pasien / hari, sedangkan menurut Wolfe & young (
Gillies, 1989 ) = berapa menit / pasien / hari dan penelitian di Rumah
sakit RSIM dibutuhkan berapa menit / pasien ( Gillies, 1994 ).
(c) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi : aktivitas,
pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam
Gillies ( 1994 ), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan
iyalah berapa menit / pasien / hari.
(3) Metode Dougless
Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan
dengan metode Dougless (1984).
Tabel 2.1 Tingkat Ketergantungan Pasien

No Kalsifikasi Dan Kriteria


1 Minimal care ( 1 – 2 jam )
Dapat melakukan kebersihahan diri sendiri, mandi, ganti pakaian dan minum
pengawasan dalam ambulasi atau gerakan
Observai tanda – tanda vital setiap shif
Pengobatan minimal, status psikologi stabil persiapan prosedur pengobatan
2 Partial care ( 3 – 4 jam )
Dibantu dalam kebersihan diri makan dan minum ambulasi
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
Pengiobatan lebih dari 1 kali
Pakai foley kateter pasang infus, intake out put input
dicatat Pengobatan perlu prosedur
3 Total care ( 5 – 4 jam )
Dibantu segala sesuatunya
Posisi diatur
Observasi tanda – tanda vital tiap 2 jam
Pakai ngt
Terapi intra vena, pakai suction
Kondisi gelisa / disorientasi / tidak sadar

b. Sarana Dan Prasarana ( M2 / Material )

1. Lokasi
Manajemen keperawatan dan kegiatan pembelajaran pada mahasiswa Praktek
Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners Stikes Majapahit Mojokerto
mengambil tempat di Rawat Inap Ruang Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi,
Krian, dengan alamat Jl. Kyai Mojo 12A, Jeruk Gamping, Kec. Krian, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur . Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 10- 12
Februari 2022.

2. Ruang Wardah merupakan ruang kelas II dan III yang terbagi menjadi :
1) Ruang Yasmin 1,2 dan 3 untuk perawatan kelas III dengan kapasitas tempat
tidur sebanyak 12 bed.
2) Ruang Wardah 1,2,3 dan 4 untuk perawatan kelas II dengan kapasitas tempat
tidur sebanyak 12 bed.
3. Fasilitas dan Sarana Prasarana
Pada tanggal 10-12 Februari 2022 telah dilakukan observasi, di dapatkan hasil
ruang Wardah sudah memiliki fasilitas baik untuk pasien dan tenaga kesehatan.
Sumber listrik yang digunakan adalah dari PLN. Sumber air menggunakan air
PDAM.
c. Metode ( M3 / Methode )
1) Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan
penataan struktur dan proses system pemberian asuhan keperawatan
pada tingkat ruang rawat, sehingga memungkinkan pemberian asuhan
keperawatan professional (Menurut Sitorus & Panjaitan, 2011).
Sementara itu, menurut Hoffart & Woods, 1996. Menyatakan
bahwa MPKP merupakan suatu system (struktur, proses, dan nilai –
nilai professional) yang memungkinkan perawat professional
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk
menompang pemberian asuhan tersebut, yang terdiri atas 5 subsistem
berikut.
a) Nilai – nilai professional yang meliputi ekonomi, kesinambungan
asuhan, dan belajar sepanjang hayat untuk menompang praktik
ilmu yang bermutu.
b) Pendekatan manajemen menunjukkan bahwa pada MPKP
pembuat keputusan untuk klien adalah pada manajer asuhan klinik
atau perawat primer (PP). kepala ruang rawat berperan sebagai
fasilitator atau mentor
c) Pemberian asuhan keperawatan pada umumnya menggunakan
metode keperawatan primer.
d) Hubungan professional memungkinkan hubungan kolaborasi,
kosultasi antartim, dan konverensi antartim untuk penyelesaian
konflik.

e) Sistem kompensasi dan penghargaan memungkinkan perawat


mendapatkan kompensasi dan penghargaan sesuai dengan sifat
layanan yang profesional. Penghargaan dapat juga berupa
keberadaan perawat sebagai seorang ahli atau spesialis.
2) Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
(Suarli & Bahtiar, 2009) menyatakan bahwa proses keperawatan adalah suatu
metode yang sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi
kebutuhan klien dalam mencapai atau memepertahankan keadaan biologis,
psikologis, social, dan spiritual ynag optimal. Hal ini dilakukan melalui tahap
pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan,
dan evaluasi tindakan keperawatan
Dalam memilih model atau metode pengelolaan pemberian asuhan
keperawatan klien yang paling tepat untuk setiap unit atau organisasi, bergantung
pada keterampilan dan keahlian staf, ketersediaan perawat professional yang
terdaftar, sumber daya ekonomi dari organisasi tersebut, keakutan klien, serta
kerumitan tugas yang harus diselesaikan (Maquis & Huston, 2010).
Gillies (1996) menyebutkan bahwa terdapat beberapa metode pemberian
asuhan keperawatan, yaitu metode kasus (total), metode fusngsional, metode tim,
dan metode keperawatan primer.
a) Metode Fungsional ( Bukan MPKP )
Metode Fungsional merupakan menejemen klasik yang
menekan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang
baik. Metode ini sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan
tenaga. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau
belum berpengalaman. Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan
keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jam jenis
intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak memberikan
kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi maupun
perawat dan persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan saja.
b) Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup
yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam
satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini
memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh,
mendukung pelaksanaan proses keperawatan yang menyeluruh,
mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan
komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim
akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan
perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan
pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah
media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan
anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat
mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi tujuan
asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing
anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standar
asuhan keperawatan.
c) Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat. Konsep dasar metode primer adalah ada
tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban
pasien dan keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan
keterampilan manajemen, bersifat kontuinitas dan komprehensif,
perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil,
dan memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien merasa
dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.
Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas
setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan,
mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan
keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan tindakan
keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau
tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, asauhan yang diberikan bermutu
tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
d) Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift, dan tidak ada jaminan oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien
satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.
Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus, sistem
evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah
belum dapat diidentifikasikan perawat penanggungjawab, perlu tenaga
yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.

e) Metode Modifikasi Tim Primer


Modifikasi MAKP Tim dan Primer digunakan secara
kombinasi dari kedua sistem (Nursalam, 2014). Di Indonesia
pengembangan metode MPKP modifikasi ini dikembangkan oleh
Sitorus (2011) di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Penetapan sistem model MPKP ini didasarkan pada beberapa
alasan :
 Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara
 Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada
berbagai tim.
 Melalui kombinasi tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer.
BAB 3
PENGUMPULAN DATA

A. Visi, Misi dan Motto RSU AL – ISLAM H.M MAWARDI KRIAN


a. Visi RSU AL – ISLAM H.M MAWARDI KRIAN
Rumah sakit yang bernuansa islami, profesional dan berorientasi kepada
kepuasan pelanggan.
b. Misi RSU AL – ISLAM H.M MAWARDI KRIAN
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang islami dan profesional

2. Meningkatkan mutu dan kelamatan pasien

3. Mewujudkan kepuasan pelanggan

4. Menyelenggarakan manajemen rumah sakit yang profesional dan akuntabel

5. Mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu, berkarakter dan inovatif.

c. Motto

Menebar senyum dan salam


B. Pengumpulan Data dan Pengkajian Lingkungan Kerja
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 10-12 Februari 2022, meliputi 5 M
(Man, Material, Metode, Money, Mutu) data yang diperoleh berdasarkan wawancara,
observasi, kuesioner dan dokumen rumah sakit dianalisis dengan menggunakan metode
SWOT sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah dan prioritas masalah.
1. Ketenagaan (M1-MAN)
Struktur organisasi Ruang Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Krian adalah
sebagai berikut:

Kabid Pelayanan

Ka Instalasi Rawat
Inap Keperawatan

PJ Ruang Wardah
Struktur MAKP ruang Wardah adalah sebagai berikut :

Kepala Perawat
Rila Nur Isma, S.Kep.,Ns

Manajemen Pelayanan Pasien


Ferry Rachmawati, S.Kep.,Ns

Perawat Primer Perawat Primer Perawat Primer Perawat Primer


Ainis Lisniawati, Ririn Ismariyanti, Jannatul Firdaus , Eva Ynuita,
S.Kep.,Ns S.Kep.,Ns S.Kep Amd.Kep

Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana
Rina Hendrayani,
Ratna Eka, S.Kep Riska Putri, S.Kep.,Ns Dinia Putri, Amd.Kep
Amd.Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Perawat Pelaksana
Mega Firdaus, Yeni dwi Astuti, Rochmat Ardhiyanti,
Heru Wahyu, Amd.Kep
S.Kep.,Ns Amd.Kep S.Kep

Perawat Pelaksana
Kiki Fendi, S.Kep.,Ns
a) Jumlah Tenaga Perawat

Nama
No Pendidikan Pelatihan yang pernah diikuti JuJuml
Perawat ah
BTCLS,Komunikasi efektif, hak
1 Rila Nur Isma S.Kep,. Ns dan kewajiban, second opinion, 11
perceptorchif, PPI, BLS, Apar, Apd,
Pmkp, Rekonsitusi obat.
BTCLS,Komunikasi efektif, hak
2 Ririn Ismariyanti S.Kep,. Ns dan kewajiban, second opinion, 11
perceptorchif, PPI, BLS, Apar,
Apd, Pmkp, Rekonsitusi obat.
BTCLS, komunikasi efektif, PPI,BLS,
3 Ratna Eka S.Kep Apar,Apd, Pmkp, Rekonstitusi obat 8
Susanti
4 Jannatul Firdaus S.Kep BTCLS, komunikasi efektif, EWS, 9
PPI, BLS, Apar, Apd, in house training
code blue, rekonstitusi obat
Eva Yunita BTCLS, komunikasi efektif, PPI,
5 D3 Kep Apar, Apd, BLS, Code blue 7

6 Risca Putri S.Kep., Ns BTCLS,komunikasi efektif, PPI, Bls, 7


Apar, Apd, rekonstitusi obat
Rina BTCLS, BLS, Apd, Apar,
Hendrayani D3 Kep Rekonstitusi obat 5
7
Ainis
8 Lisniawati S.Kep., Ns BTCLS, komunikasi efektif, PPI,BLS, 8
Apar,Apd, Pmkp, Rekonstitusi obat
9 Dinia Putri D3 Kep BTCLS 1
Yeni Dwi
10 Astuti D3 Kep BTCLS 1
PPGD, PPI, Komunikasi efektif, EWS,
11 Rochmat D3 Kep BLS, apar, apd 7
Ardhiyanto
Mega Firdaus
12 S.Kep., Ns BTCLS 1
Kiki fendi S.Kep., Ns BTCLS
13 1

14 Heru Wahyu D3 Kep. BTCLS 1


Tabel 3.1. Jumlah Tenaga Perawat Di Ruang Wardah RSU Al-Islam H.M
Mawardi Krian Oktober- Desember 2021.

No Kualifikasi Jumlah
1 S1 Keperawatan 9
2 D3 Keperawatan 5
TOTAL 14
Sumber :Data Ruangan Wardah (Oktober-Desember
2021)

Berdasarkan tabel diatas jumlah perawat S1 keperawatan berjumlah 9 orang


(64%) dan D3 keperawatan berjumlah 5 orang (35%) orang dari perawat ruang
wardah. Kesimpulan : berdasarkan hasil pengkajian didapatkan banyak tenaga
medis yang berpendidikan S1 berjumlah 5 orang (64%) sehingga sesuai
dengan MAKP modular yang diterapkan Ruang Wardah.
B . Jumlah Perawat Berdasarkan Lama Masa Kerja Di Ruang Wardah
Tabel 3.2 Jumlah Perawat Berdasarkan Lama Masa Kerja Di Ruang Wardah,
Januari 2022.
No Masa Kerja Jumlah Persentase
1. Masa kerja > 5 tahun 8 57%
2. Masa kerja < 5 tahun 6 42%
Total 14 100%
Sumber : Data Ruangan Wardah (Desember, 2021)
Berdasarkan tabel diatas didapatkan lama kerja perawat > 5 tahun berjumlah 8
orang (57%) dan yang lama kerja < 5 tahun berjumlah 6 orang (42%).
Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar jumlah tenaga perawat yang bekerja > 5
tahun bejumlah 8 orang (57%) sehingga mayoritas sudah memahami alur MAKP
yang diterapkan diruang wardah dan juga dapat meningkatkan mutu pelayanan di
RSU Al-Islam H.M Mawardi Krian.
d). Jumlah Dokter Di Ruang Wardah

Tabel 3.3 Jumlah Dokter Di Ruang Wardah


RSU Al-Islam H.M Mawardi Krian Desember 2021

No Jenis Tenaga Jumlah Tenaga


1 Dokter Spesialis Bedah Umum 3 orang
2 Dokter Spesialis Penyakit dalam 3 orang
3 Dokter Spesialis Bedah Orthopedi 2 orang
4 Dokter Spesialis Bedah Syaraf 2 orang
5 Dokter Spesialis kulit 1 orang
6 Dokter Spesialis Paru 1 orang
7 Dokter Spesialis Rehab Medik 3 orang
8 Dokter Spesialis Jantung 2 orang
9 Dokter Spesialis THT 1 orang
10 Dokter Spesialis Mata 3 orang
Total 21 orang
Sumber:Data Ruangan Wardah (Desember,2021).
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah Dokter Spesialis bedah umum 3
orang (14%), dokter spesialis penyakit dalam 3 orang (14%), dokter spesialis bedah
orthopedi 2 orang (9%), dokter spesialis bedah syaraf 2 orang (9%), dokter spesialis
kulit 1 orang (4%), dokter spesialis paru 1 orang (4%), dokter spesialis rehab medik
3 orang (14%), dokter spesialis jantung 2 orang (9%), dokter spesialis THT 1 orang
(4%), dan dokter spesialis mata 3 orang (14%).
Dapat disimpulkan bahwa sebagian banyak dokter di ruang Wardah adalah
dokter Spesialis Interna sebanyak 3 orang (14%) dan dokter Spesialis bedah umum
sebanyak 3 orang (14%), dokter spesialis rehab medik 3 orang (14%), dan dokter
spesialis mata 3 orang (14%).
Sistem Pembagian Sift Dinas Perawat
Tabel 3.4 Komposisi Tenaga Perawat di Ruang Wardah Bulan
Desember 2021

Dinas
No Ruang Tenaga
Pagi Siang Malam
1 PP 2 3 2
Wardah PA 1 1 1
Total 3 4 3
Pokok dan Fungsi Kepala Ruangan Wardah
Tabel 3.5 Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Ruangan Wardah

Nama Jabatan Kepala Keperawatan

Nama Kepala Ruangan

Atasan Langsung Kepala Instalasi Rawat Inap

1. Sehat jasmani dan rohani


2. Pengalaman kerja sebagai
Persyaratan Jabatan pelaksana,Ka Tim,CI minimal 3 tahun

Bawahan Staf Pelaksana Perawat


1. Melaksanakan fungsi Perencanaan :
a) Menyusun rencana kerja
Ka.Perawat Instalasi
b) Merencanakan kebutuhan tenaga,
sarana,merencanakan jenis asuhan
yang akan di selenggarakan
2. Melaksanakan fungsi
penggerakan pelaksanaan
a) Mengelompokkan pasien sesuai
kebutuhan
Tupoksi b) Melakukan supervisi dan
penilaian kinerja perawat
c) Monitoring dan evaluasi
pelayanan keperawatan
d) Memantau kelengkapan
dokumentasi rekam medik
e) Mengumpulkan data indikator mutu
pelayanan
f) Mengkoordinasikan semua kegiatan
pelayanan
g) Orientasi tenaga baru dan bimbingan
mahasswa keperawatan tentang Pelayanan
keperawatan
h) Memberikan pengarahan dan
bimbingan pada katim dan perawat pelaksana
i) Membuat daftar dinas dan Pembagian
tugas perawat
Menjalankan Perencanaan, Pengorganisasian, dan
Tugas Utama
Pengawasan
Mengatur dan mengendalikan kegiatan dan
Tugas Khusus
pelayanan keperawatan di Instalasi Rawat Inap
Tugas Tambahan Sebagai Anggota Komite Keperawatan
1. Meminta informasi dan pengarahan
kepada atasan
2. Memberi petujuk dan pengarahan
Kewenangan kepada atasan
3. Mengawasi, pengendalikan dan menilai
pendayagunaan tenaga keperawatan,peralatan
dan mutu asuhan keperawatan di Ins.Rawat
Inap
 Dalam melaksanakan tugas secara teknis
Tanggung Jawab profesi bertanggung jawab kepada
Bidang
Keperawatan
- IPAL,Laboratorium, Radiologi,
Koordinasi
Farmasi, IPS,IRJ, IGD.
Sumber : Data Ruangan Wardah 1 (Desember,2021)

e). Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Wardah


3.6 Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi
Krian

Nama Jabatan Ketua Tim Keperawatan Instalasi Rawat


Inap
Atasan Langsung Kepala Ruangan

Bawahan Langsung Perawat associat (Perawat Pelaksana)


Persyaratan Jabatan 1. Pegawai Tetap
2. Masa kerja minimal 2 tahun di RS
3. Pendidikan S1 Keperawatan
4. Memiliki sertifikat pelatihan Instruktur
klinik
5. Sehat jasmani dan rohani
Tugas Pokok Membantu kepala ruangan dalam
melakukan pengendalian, pemantauan dan
evaluasi kegiatan asuhan/pelayanan
keperawatan di ruang rawat inap guna
peningkatan mutu pelayanan keperawatan.
Fungsi Fungsi Perencanaan
1. Merencanakan
Fungsi pengorganisasian
1. Mengelola asuhan / pelayanan
keperawatan di ruang rawat
inap.
2. Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan
tim kesehatan lain.
3. Bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan bimbingan kepada perawat /
bidan baru.
Fungsi Pelaksana
1. Melaksanakan dan memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga
2. Melakukan pengendalian dan
pemantauan kegiatan asuhan/ pelayanan
keperawatan diruang rawat inap guna
meningkatkan mutu pelayanan.
3. Mendukung terlaksananya program
pasient safety.
Fungsi Pengawasan
1. Melakukankelengkapan entry data
riil time,mendokumentasikan asuhan
keperawatan.
2. Bertanggung Jawab terhadap
kebenaran kelengkapan Rekam Medik.
3. Melakukan Evaluasi kegiatan Asuhan
Pelayanan keperawatan.
Tugas Tambahan 1. Sebagai instruktur klinik di ruang
rawat inap.
2. Sebagai pemegang program mutu
Kewenangan 1. Mengatur dan membimbing serta
memberi arahan kepada perawat yang
menjadi tanggung jawabnya
2. Melakukan kolaborasi dengan
Tim kesehatan lain
3. Melakukan konsultasi dan koordinasi
tugas dengan kepala perawat instalasi
4. Melakukan asuhan dan pelayanan
keperawatan yang komprehensif
dan prima kepada semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya
5. Mendelegasikan kepada perawat
penanggung jawab /senior apabila
sedang tidak bertugas atau dinas luar
( berhalangan )
6. Menghadiri rapat apabila atasan
berhalangan hadir
Tanggung Jawab Bertanggung jawab kepada Kepala
Perawat Instalasi Irna dalam hal :
1. Bertanggung jawab terhadap kebenaran
pengkajian data,diagnosa keperawatan
dan rencana keperawatan
2. Bertanggung jawab terhadap kebenaran
pelayanan asuhan keperawatan
,tindakan keperawatan ,evaluasi, resume
keperawatan dan dokumentasi
keperawatan;
3. Bertanggung jawab terhadap kebenaran
dan ketepatan pendidikan dan
penyuluhan kesehatan pada pasien dan
keluarga
4. Bertanggung jawab terhadap pemenuhan
kebutuhan pelayanan keperawatan /
kesehatan paada pasien serta
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain
5. Bertanggung jawab terhadap
kelengkapan dan kebenaran informasi
kepada pasien tentang dokter dan
perawat yang bertanggung jawab
pada hari itu
6. Bertanggumg jawab terhadap
kelengkapan dan kebenaran isi
dokumen asuhan keperawatan
7. Bertanggung jawab terhadap kebenaran
dan kelengkapan laporan dan
dokumentasi asuhan keperawatan

f). Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Wardah


Tabel 3.7 Tugas Pokok dan Fungsi Perawat Pelaksana Wardah RSU Al-Islam
H.M Mawardi Krian Desember 2021.
Nama Jabatan Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap
Atasan Langsung Kepala Perawat Instalasi Rawat Inap
Bawahan Langsung -
Job Spesifik
1. Pendidikan minimal D3 Keperawatan / D3
Kebidanan, S1 keperawatan
2. Sehat jasmani dan rohani
Tugas Pokok Membantu Ka Tim dalam melakukan kegiatan
asuhan / pelayanan dan tindakan keperawatan di
ruang rawat inap gunameningkatkan mutu
pelayanan keperawatan
Fungsi Fungsi perencanaan
1. Menyiapkan peralatan keperawatan dan medis
agar selalu dalam keadaan siap pakai
2. Menusun rencana keperawatan sesui dengan
kemampuan
Fungsi Pengorganisasian dan Pelaksanaan
1. Menerima pasien baru sesuai prosedur dan
ketentuan yang berlaku
2. Melakukan pengkajian keperawatan dan
menentukan diagnose keperawatan, sesuai batas
kewenangannya
3. Melakukan tindakan kepada pasien sesui
kebutuhan dan batsan kemampuannya, Misalnya
pasang Chateter, infuse, dan lain-lain
4. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada
pasien dan keluarganya sesui dengan kebutuhan
dan keadaan pasien
Fungsi Pengawasan
1. Monitoring dan evaluasi program kegiatan mutu
di instalasi
2. Melaporkan hasiln evalusi indicator mutu
instalasi ke tim mutu rumah sakit setiap tanggal
10 bulan berikutnya
Tugas tambahan 1. Sebagai ketua tim memberi asuhan keperawatan
2. Melakukan tugas lain yang diberikan kepala
instalasi rawat inap
Wewenang 1. Meminta informasi dan pengarahan tentang
kegiatan mutu kepada kepala instalasi
2. Memberikan petunjuk dan informasi dalam
pelalaksanaan menejemen mutu di instalasi
3. Menambung dan menanggulangi tentang
penyampaikan laporan kejadian tentang hasil
pantauan mutu di instalasi
4. Memantu mengatasi masalah yang timul dalam
pelaksanaan kegiatasn mutu di instalasi
Tanggung jawab Bertanggung jawab kepada kepala instalasi dalam
hal:
1. Kebenaran dan ketepatan dalam mengendalikan
semua kegiatan mutu di instalasi
2. Kebenaran dan ketepatan dalam membuat semua
laporan kegiatan mutu di instalasi
Kewenangan Dalam melaksanakan tugasnya perawat
pelaksana mempunyai wewenang sbb:
1. Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan
2. Memberikan asuha keperawatan kepada pasien /
keluarga pasien sesuai kemampuannya dan batas
kewenangannya
Tanggung Jawab Bertanggung jawab kepada Kepala Perawat
Instalasi rawat inap terhadap:
1. Kebenaran dan ketepatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai
standar
2. Kebenaran dan ketepatan dalam
mendokumentasikan pelaksanaan
asuhan
keperawatan / kegiatan lain yang dilakukan
Sumber: Data Ruangan Wardah (Desember, 2021).
Berdasarkan tabel diatas Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang
dilaksanakan adalah MAKP Tim dengan kepala ruangan adalah seorang sarjana
keperawatan, dengan katim yang terdiri dari D3 keperawatam dan S1 Keperawatan
Ners dan beranggotakan beberapa perawat pelaksana.

g). Diagnosa Medis Terbanyak di Ruang Wardah


. Tabel 3.8 Diagnosa Medis Terbanyak (Per-Oktober–31 Desember 2021) di
Ruang Wardah.

No ICD X Diagnosis Jumlah


1 K30 DYSPEPSIA 50
2 A09 DIARRHOEA AND GASTROENTERITIS OF PRESUMED 55
INFECTIOUS ORIGIN
3 E11.9 NON-INSULIN-DEPENDENT DIABETES MELLITUS 65
WITHOUT COMPLICATIONS
4 I63.9 CEREBRAL INFARCTION, UNSPECIFIED 50
5 N18.5 CHRONIC KIDNEY DISEASE, STAGE 5 55
6 A91 DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER 43
7 D64.9 ANEMIA, UNSPECIFIED 37
8 K40.9 UNILATERAL OR UNSPECIFIED INGUINAL HERNIA, 32
WITHOUT OBSTRUCTION OR GANGRENE
Total 387
Sumber: Data Administrasi ( oktober – 31 desember, 2021)
Berdasarkan hasil data dari administrasi Terdapat 8 Diagnosis Penyakit
terbanyak yang ada di ruang Wardah pada 3 bulan terakhir (per- oktober - 31
desember, 2021) yang tertinggi adalah DM sebanyak 65 orang (16%).

h). Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat


Menurut Depkes RI (2011) dalam Nursalam (2015) kebutuhan tenaga
keperawatan harus memperhatikan unit kerja yang ada di rumah sakit. Berdasarkan
klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :
(1) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
(2) Jumlah perawatan yang diperlukan/hari/pasien
(3) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
(4) Jam kerja efektif tiap perawat 7 jam per hari
Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan
adalah:
Jumlah jam perawatan
Jam kerja efektif per
shift
Perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah faktor koreksi dengan hari
libur/cuti/hari besar (loss day)
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar
[ ] x Jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
Jumlah tenaga keperawatan yang merupakan tugas-tugas non keperawatan
(non nursing job) seperti membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan,
kebersihan alat-alat makan pasien dan lain sebagainya diperkirakan 25% dari jam
pelayanan keperawatan.
( Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + faktor
koreksi

Tabel 3.9 Perhitungan jumlah perawatan pada tanggal 10 Februari 2022.


Tingkat Pagi Sore Malam
Keterga Juml
Jumlah Jumlah Jumlah
n- ah Jumlah Jumlah
kebutuhan kebutuhan kebutuhan
tungan pasie pasien pasien
tenaga tenaga tenaga
pasien n
Total
0 0 0x0,36=0 0 0x20=0
Care
Partial
19 19x0,27=5,13 19 19x0,15=2,8519 19x0,10=1,9
Care
Minima
2 2 x 0,17=0,34 2 2x0,14=0,28 2 2x0,07=0,14
l Care
Jumlah 21 5 3 2

Total tenaga perawat yang bertugas


Pagi : 4 orang
Sore : 3 orang
Malam: 3orang +
Total : 30 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari :


Jumlah hari libur/tahun x total kebutuhan perawat = 86 x 10 = 2,89 = 3
Jumlah hari efektif/tahun 297

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :


10 orang + 2 orang struktural ( PJ ruangan ) + 3 orang lepas dinas = 15 orang perawat. Jumlah
perawat di Ruang Wardah adalah 14 sedangkan jumlah kebutuhan 15 perawat, sehingga
menurut Douglas perhitungan kebutuhan perawat kurang 1 orang perawat.

Tabel 3.10 Perhitungan jumlah perawatan pada tanggal 11 Februari 2022.

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat Ketergantungan Jumlah Pasien Pagi Sore Malam

Minimal 15 4 4 3
Parsial 3 3 4 3
Total 2 3 4 3
Jumlah 20 10 12 9
Total tenaga perawat yang bertugas
Pagi : 10 orang
Sore :12 orang
Malam: 9 orang +
Total : 31 orang

Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan


Metode Depkes RI di Ruang Wardah hari jumat,11 Januari 2022.
Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :
Jumlah jam perawatan = 4 x 12 = 6,8 =6

Jam kerja efektif per shift 7


Tabel 3.11 Perhitungan jumlah perawatan pada tanggal 12 Februari 2022

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat Ketergantungan Jumlah Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 15 3 4 3
Parsial 3 3 4 3
Total 2 3 4 3
Jumlah 20 9 12 9
TtoTotal tenaga perawat yang bertugas
Pagi : 9 orang
Sore : 12 orang
Malam: 9 orang +
Total : 30 orang

Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan


Metode Depkes RI di Ruang wardah 12 Februari 2022.
Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :
Jumlah jam perawatan = 4x9 = 5,1 = 5 orang
Jam kerja efektif per shift 7
j. BOR Harian Pasien

1) BOR harian pasien di Ruang Wardah pada tanggal 10 – 12 Februari 2022


Tabel 3.13 BOR Harian pasien di Ruang Wardah Tanggal 10 Februari
2022.

No Shift Perhitungan BOR ∑BOR per hari


1 Pagi 17/24X100% = 70,0% 70,0% + 83% + 83%
2 Sore 20/24X100% = 83% 3
3 Malam 20/24X100% = 83% =
78,6%

Tabel 3.14 BOR Harian pasien di Ruang Wardah 11 Februari 2022

No Shift Perhitungan BOR ∑BOR per hari


1 Pagi 20/24X100% = 83% 83% + 62,5% + 75%
3
2 Sore 15/24X100% = 62,5% = 73,5%

3 Malam 18/24X100% = 75,0%


Tabel 3.15 BOR Harian pasien di Ruang Wardah pada
Tanggal 12 Februari 2022
No Shift Perhitungan BOR ∑BOR per hari
1 Pagi 20/24X100% = 83% 83% + 62,5% + 75%
3
2 Sore 15/24X100% = 62,5% = 73,5%

3 Malam 18/24X100% = 75,0%

Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata BOR pada tanggal 10 Januari


2022 s/d 12 Januari 2022 mencapai nilai ideal berdasarkan Depkes RI
(2005), adalah 78,6% + 73,5% + 73,5% = 254,1 : 3 = 84,7 %. Karena nilai
parameter BOR ideal yaitu antara 60%-85%.

2. M2 (MATERIAL)
Penerapan proses praktik profesi keperawatan mahasiswa Program Studi Profesi
Ners STIKES Majapahit Mojokerto, mengambil tempat di Ruang Wardah Lantai
1 RSU Al-Islam H.M Mawardi Krian, Sidoarjo. Pengkajian data awal di lakukan
pada tanggal 10-12 Februari 2022. Adapun data yang di dapat adalah sebagai
berikut :

1. Gambaran Umum Ruangan

a. Ruang perawatan Nursing Station Ruang Wardah berada di tengah-


tengah ruang perawatan wardah

b. Ruang linen berada di sebelah selatan nursing station.

c. Setiap ruang inap pasien terdapat 1 kamar mandi

d. Kamar mandi perawat berada di selatan nursing station

Secara umum Ruang Wardah memiliki alat yang mendukung untuk dipakai

dalam memberikan pelayanan keperawatan dan perawat mampu

menggunakannya.

2. Lokasi denah ruangan


a. Lokasi Ruangan

Lokasi penerapan proses praktik yang di gunakan dalam kegiatan profesi


manajemen keperawatan mahasiswa Program Studi Profesi Ners STIKes
Majapahit di Ruang Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Krian yang terletak
dengan uraian sebagai berikut:

1) Sebelah utara berbatasan dengan Ruang ICU

2) Sebelah timur berbatasan dengan Ruang Isolasi

3) Sebelah barat berbatasan dengan rumah penduduk

R. ISOLASI

R. WARDAH 4

R. WARDAH 3

R. WARDAH 2

R. WARDAH 1

R. YASMIN 2

KM. R. LINEN PANTRY NURSE R. R. ICU


PRWT STATION YASMIN 3
Keterangan:

• R. Yasmin 1,2 dan 3 untuk kelas 3, tiap kamar terdapat 1 kamar mandi, wastafel

• R. Wardah 1,2,3,dan 4 untuk kelas 2, tiap kamar terdapat 1 kamar mandi dan
wastafel

• Ruang Yasmin dan Wardah untuk perawatan bedah umu, jantung, penyakit
syaraf dan paru yang tidak menular.

b. Data Tempat Tidur Pasien

Berdasarakan hasil pengkajian pada tanggal 10-12 Februari 2022, didapatkan


gambaran kapasitas tempat tidur di Ruang Wardah adalah 21 tempat tidur
dengan rincian sebagai berikut :

Gambaran umum jumlah tempat tidur di ruang Wardah, jumlah bed ruang Wardah
adalah 21 bed dan saat pengkajian ada 21 bed:

• Yasmin 1 : 3 bed dalam satu ruangan rawat inap

• Yasmin 2 : 3 bed dalam satu ruangan rawat inap

• Yasmin 3 : 6 bed dalam satu ruangan rawat inap

• Wardah 1 : 3 bed dalam satu ruangan rawat inap

• Wardah 2 : 3 bed dalam satu ruangan rawat inap

• Wardah 3 : 3 bed dalam satu ruangan rawat inap

• Wardah 4 : 3 bed dalam satu ruangan rawat inap

Total jumlah bed di ruang rawat inap Wardah adalah 21 tempat tidur.

3. Fasilitas Perawat atau Petugas Ruangan

Berdasarkan pengkajian pada tanggal 10-12 Februari 2022 pasien di ruang Wardah
di lengkapi fasilitas sebagai berikut:

(1) Ruang kepala ruangan menjadi satu dengan nurse station

(2) Ruang kamar mandi / WC khusus perawat ada 1

(3) Ruang dokter menjadi satu dengan nurse station

(4) Ruang linen berada di samping pantry.


(5) Ruang kamar mandi berada di sebelah utara nursing station

(6) Tempat rekonstitusi obat di dalam nursing station

4. Peralatan dan Fasilitas

(1) Peralatan dan Fasilitas non medis

Tabel 3. Peralatan di Ruang Wardah Kelas 2 dan 3 RSU Al-Islam H.M Mawardi
Krian bulan Januari-Februari 2022

Tahun KONDISI
NO NAMA Perolehan Jumlah KET
BARANG Baik Rusak (%)
1 AC 1 PK 2015,2020 7 7
2 TV 14 inch 2018,2021 6 6
3 Lemari linen 2015 1 1
4 Almari arsip 2015 2 2
5 Almari obat 2017 2 2
6 Container obat 2017 3 3
7 Kursi roda 2020 2 2
8 Kipas angin 2015,2018 17 17
9 Komputer 2016 3 3
10 Lemari B3 2017 1 1
11 Helm APAR 2017 4 4
12 Kulkas 2010 1 1
13 Tempat tidur 2017 21 21
14 Bed side 2017 31 31
15 Apar 5kg 2017 2 2
16 Telepon 2012 1 1
17 Kursi Besi 2015, 2020 25 25
18 Kursi plastik 2019 3 3
19 Lemari nampan kotor 2018 2 2
20 Standard infus 2017,2020 25 22 3
21 TV 2018,2020 7 7
22 Nurse call 2017 1 1
23 CCTV 2017 1 1
Berdasarkan hasil pengkajian observasi didapatkan bahwa di Ruang Wardah telah
tersedia kamar mandi dan WC perkamar, ada satu wastafel perkamar. Tidak terlihat
adanya sampah di wastafel dan tidak adanya WC yang kurang bersih. Sehingga tidak
menimbulkan adanya tuntutan dari pasien tentang kesediaan sarana yang kurang
memadai (WC berbau). Setiap tempat tidur pasien sudah terpasang manometer O2
pada tempat tidur. Standart infus berjumlah 25 sesuai jumlah tempat tidur pasien
yang ada. Hanya masih ada beberapa meja pasien yang belum rapi dan agak
berantakan (berisi makanan dan juga barang pasien).

(2) Fasilitas untuk petugas kesehatan meliputi:

a) Ruang kepala Ruangan masih gabung dengan nurse station

b) Kamar mandi dan WC ada di sudut sebelah utara nurse station

c) Ruang konsultasi dokter gabung dengan nurse station

d) Nurse station berada di tengah-tengah ruang perawatan Wardah

(3) Fasilitas untuk pasien meliputi :

a) Ruang rawat inap yang terdiri dari Ruang kelas II dan III

b) Kamar mandi dan WC serta wastafel di dalam masing-masing Ruangan


(4) Alat kesehatan di Ruang Wardah

Tabel 3. Alat Kesehatan di Ruang Wardah RSU Al-Islam H.M


Mawardi bulan Januari –Februari 2022

Tahun KONDISI
NO NAMA BARANG Perolehan Jumlah KET
Baik Rusak (%)
1 BVM dewasa 2015 1 1
2 Oxygen Transport 2018 1 1
3 Instrumen Rawat luka 2028,2019 2 2
4 Monitor ECG 2018,2021 2 2
5 Syringe pump 2018,2021 2 2
6 ECG 2020 1 1
7 Nebulizer 2015,2017 2 2 Durasi
nebul
lama
8 Gunting Perban 2020 1 1
9 Tensimeter digital 2017,2020 2 2
10 Tensimeter jarum 2017 1 1
11 Termometer digital 2020,2021 1 1
12 Termogun 2020 1 1
13 Suction pump 2019 1 1
14 Lampu baca foto 2018 1 1
15 Airpurifier 2021 1 1
16 Oxymeter 2021 2 2
17 Timbangan badan 2019 1 1
18 Trolly emergency 2017 1 1
19 Trolly injeksi 2018 1 1
20 Stetoscope 2019,2021 2 2
21 Chiller 2018 1 1
22 Lemari pendingin obat 2018 1 1

Berdasarkan hasil pengkajian dan informasi yang diperoleh dari perawat di Ruang
Wardah Lantai 1 pada tanggal 10-12 Februari 2022 didapatkan data fasilitas serta
peralatan medis di Ruang Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Krian sudah cukup
baik sesuai standar dengan penggunaan yang optimal.

(5) Administrasi penunjang RM

a) Lembar medikasi
b) Buku observasi

c) Lembar dokumentasi

d) SOP

e) Buku timbang terima

f) Buku visite

g) Leafleat

h) Buku laboratorium

i) Buku morning report

j) Buku inventaris alkes harian

k) Buku inventaris alkes bulanan

l) Buku expedisi CSSD

m) Buku laporan sarana dan prasarana (IPE)

n) Buku rapat bulanan

(6) Sarana dan Prasarana

a) Apar

b) Tempat Sampah

c) Kursi Penunggu Pasien

d) Wastafel

e) Musholla

f) Handrub

g) Lemari Tempat nampan kotor

Berdasarkan hasil dari pengkajian tanggal 10-12 Januari 2022 didapatkan bahwa
Peralatan dan fasilitas bagi pasien di ruang Wardah hampir seluruhnya dalam
kondisi baik dengan prosentase 95% tetapi ada beberapa barang yang perlu di
lengkapi lagi seperti jam dinding untuk setiap ruangan yang masih ada beberapa
tidak berfungsi dengan baik, sedangkan hasil pengkajian alat kesehatan di ruang
Wardah hampir seluruhnya dalam kondisi baik dengan pretentase 97%.

3. M3 (METHOD)
a) Penerapan Pemberian Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP)

Penerapan Pemberian Model Asuhan Keperawatan menggunakan metode


Keperawatan Primer. Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Medorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksana.

Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 12 Februari 2022 didapatkan bahwa Ruang


Wardah menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) primer, dimana
terdapat pembagian tugas, peran, dan wewenang yang jelas. Namun dalam pelaksanaannya
masih modifikasi dengan metode fungsional. Dalam teori MAKP pimer, Perawat primer
mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi
diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi
keefektifan keperawatan.

Sementara perawat yang lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer


mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada
perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Pada kenyataannya Kepala ruangan mempunyai
tugas mengevaluasi kerja perawat primer dan pelaksana, mengetahui kondisi dan tingkat
kebutuhan pasien, sedangkan perawat pelaksana memberikan laporan kepada Perawat
primer dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan Perawat primer juga melaksanakan tindakan keperawatan karena
kemungkinan terbatasnya jumlah perawat.
Hasil Kuesioner Model Penerapan Asuhan Keperawatan (MAKP) dengan Perawat di Ruang Wardah

NO PERTANYAAN JAWABAN
YA TIDAK
1. Apakah perawat mempersiapkan tempat tidur siap pakai ?
2. Apakah perawat mendengarkan keluhan dan melakukan pemeriksaan ketika pasien baru datang ?

3. Apakah di ruangan wardah terdapat sentralisasi obat ?


4. Apakah selama ini ada format persetujuan sentralisasi obat dari pasien atau keluarga pasien ?

5. Apakah di ruangan wardah terdapat ruangan khusus untuk sentralisasi obat ?

6. Apakah anda mengetahui tentang hal – hal yang harus disampaikan saat timbang terima ?

7. Selama anda menjadi perawat ruang wardah, apakah anda telah menerapkan teknik timbang
terima sesuai standart ?
8. Apakah supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan bersifat membimbing ?

9. Apakah kepala ruangan memberikan arahan saat supervise sesuai dengan kebijakan rumah sakit terhadap
tugas perawat ?
10. Perawat pelaksana melakukan pengkajian awal untuk mendapatkan seluruh data perkembangan kesehatan
klien ?
11. Perawat pelaksana melakukan tindakan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan ?
12. Melakukan ronde setiap satu bulan sekali atau saat ada pasien dengan penyakit langka ?

13. Apakah seluruh tim kesehatan harus hadir dalam ronde keperawatan ?

14. Apakah tujuan dari discharge planning adalah untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang masalah
kesehatan yang dialaminya ?
15. Apakah menurut anda format dokumentasi yang digunakan ini bisa membantu (memudahkan) dalam
melakukan pengkajian pada pasien ?
16. Apakah menurut anda model dokumentasi yang digunakan ini menambah beban kerja ?

17. Apakah metode asuhan keperawatan professional (MAKP) primer digunakan saat ini?

18. Apakah anda menjalankan kegiatan sesuai tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) ?
19. Apakah saat timbang terima disebutkan diagnosa keperawatan klien ?
20. Apakah perawat menjelaskan hak dan kewajiban pasien ?
Sumber : Data Primer (2022)
Gambar 3.1 Diagram MAKP (2022) Sumber: Ruangan Wardah
Berdasarkan hasil observasi, melalui wawancara kuesioner di ruag Wardah
Model Asuhan Keperawatan Primer, dari 14 perawat tenaga pegawai pada tanggal 10-
12 Februari 2022 sebagai berikut;. Hasil pengumpulan data dengan kuesioner
didapatkan 9 perawat yaitu (64,3%) memahami terkait model penerapan Metode
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) sedangkan 5 perawat yaitu (35,7%) yang
kurang memahami terkait model penerapan Metode Asuhan.

1. PPB (Penerimaan Pasien Baru)


Penerimaan pasien baru petugas IGD menghubungi ke uangan untuk mencari
kamar pasien ada tidaknya kamar dan di persiapkan kamarnya kemudian pasien di
antar ke ruangan sesuai dengan derajat transfernya, sesampai di ruang wardah pasien
di terima perawat primer (PP) . Perawat primer yang menerima itu akan
memperkenalkan diri kepada pasien, identifikasi pasien, dan timbang terima dengan
perawat sesuai dengan lembar transfer. Setelah itu di bawah ke kamar dan dilakukan
observasi, pengkajian serta tanda tangan lembar persetujuan di buku rekam medis.
Waktu tanda tangan dokumen – dokumen itu akan di bawa ke nurse station. Untuk
keselamatan pasien perawat akan melakukan indentifikasi apakah benar pasien itu
sesuai dengan lembar transfer, melakukan anamneses, edukasi, pemeriksaan fisik,
pengkajian dan hasil lab. Jika pasien ada emergency contoh, sesak yang perawat
lakukan adalah emergencynya dulu dan jangan terburu – buru pengkajian. Untuk yang
menindak lanjuti pasien di kamar adalah perawat pelaksana.
PASIEN

IGD IRJ

MRS

Pelayanan
Rawat Jalan Terapi Medis
Diagnosa Medis
Keperawatan
KRS Penunjang Medis

Pulang Pulang Paksa Meninggal


Dirujuk

Health Education
Instalasi Pemusaran Jen
Kontrol

Gambar 3.2 Alur Penerimaan Pasien Baru di R.


Wardah

YATIDAK

0%

100%

Gambar 3.2 Diagram Penerimaan Pasien Baru (PBB) (2022) Sumber: Ruang
nWardah
Berdasarkan hasil observasi, melalui wawancara kuesioner di ruang wardah,
Penerimaan Pasien Baru (PBB) dari 14 perawat tenaga pegawai pada tanggal 10-12
Februari 2022 sebagai berikut : Hasil pengumpulan data dengan kuesioner didapatkan
hasil seluruh (14) perawat yaitu (100%) memahami terkait tentang penerimaan pasien
baru (PPB) di Ruang Wardah sedangkan tidak ada perawat yang tidak memahami
terkait tentang penerimaan pasien baru (PPB).
2. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan pada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya kepada perawat Di Ruang
Wardah,sentralisasi obat sudah dilaksanakan saat pasien datang keluarga sudah di
edukasi tentang sentralisasi obat yang ada di general concent. Dokter visite
menuliskan resep, kemudian resep akan di serahkan ke perawat dan diserahkan ke
apoteker. Apoteker yang akan menghantarkan resep ke apotik. Obat yang digunakan
sore, di antar apoteker. Di Ruangan Wardah, system sentralisasi obat yang digunakan
system odd (once daily dose), untuk mendistribusikan obat oleh instalasi farmasi yang
ada di faskes dengan batasan waktu tertentu. Pendistribusian dimana pasien mendapat
obat yang sudah di pisah – pisah untuk pemakaian sekali pakai tetapi obat di serahkan
untuk 24 jam.
YATIDAK

100%

Gambar 3.3 Diagram Sentralisasi Obat (2022) Sumber: Ruangan Wardah


Berdasarkan hasil observasi, melalui wawancara kuesioner di ruang Wardah,
Penerimaan Pasien Baru (PBB) dari 14 perawat tenaga pegawai pada tanggal 10-12
Februari 2022 sebagai berikut: Hasil pengumpulan data dengan kuesioner didapatkan
14 perawat yaitu (100%) memahami terkait tentang sentralisasi obat.

3. Timbang Terima
Di Ruang Wardah, timbang terima dilakukan di nurse station, dibuka oleh kepala
ruangan jika tidak ada akan di gantikan perawat primer (PP) setelah pembukaan
dilakukan doa bersama kemudian, menyampaikan ketergantungan pasien, jumlah
pasien, dan pasien yang beresiko, sesuai dengan kelolaan. Timbang terima isinya
adalah nama, diagnosa medis, data S & data O, diagnosa keperawatan, tindakan yang
sudah dilakukan, dan tidakan yang belum dilakukan tersebut dalam penyampaian
timbang terima dan harus tersampaikan semua. Untuk validasi setiap pasien tidak
boleh lebih dari 1 menit, setelah validasi pasien, perawat kembali ke nurse station
untuk membicarakan hal – hal yang ada miss atau tidak sesuai dengan waktu timbang
terima akan di bicarakan di nurse station dan melakukan tanda tangan timbang terima
dari shift lama ke shift yang baru. Di Ruang Wardah ada buku timbang terima,
menggunakan rekam medisnya pasien serta ada buku bantu.

YATIDAK

0%

100%

Gambar 3.4 Diagram Timbang Terima (2021) Sumber: Ruang Wardah


Berdasarkan hasil observasi, melalui wawancara kuesioner di ruang Wardah,
Timbang Terima dari 14 perawat tenaga pegawai pada tanggal 10-12 Februari 2022
sebagai berikut : Hasil pengumpulan data dengan kuesioner pada didapatkan hasil
seluruh (14) perawat yaitu (100%) memahami terkait tentang Timbang Terima di
ruang Wardah, sedangkan tidak ada perawat yang tidak memahami terkait tentang
Timbang Terima.
4. Supervisi Keperawatan

Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang


dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka pencapaian
tujuan. Pelaksanaan supervise keperawatan melalui 3 tahap, yakni:
1.Persiapan
Pada tahap persiapan karu melakukan:
a) Penetapan hari dilakukan supervise keperawatan
b) Menetapkan siapa yang menjadi kepala supervise yang akan mensupervisi dan
PP yang akan disupervisi.
c) Menetapkan hal-hal apa saja yang akan disupervisi.
d) Membuat proposal supervisi keperawatan dan membuat format supervisi
harian.
2. Pelaksanaan
a) Supervise dimulai dengan pembukaan oleh kepala ruang dan penyampaian
tujuan dan manfaat supervise.
b) Kepala ruang memanggil PP dan menyampaikan hal apa yang akan disupervisi
saat itu.
c) Kepala ruang meminta keterangan dan informasi kepada PP
d) Memberikan masukan bila didapati kekurangan dan memberikan pujian bila
didapati hal-hal yang baik.
3. Evaluasi
a) Mencatat /menuliskan semua masukan dan hasil supervise ke dalam laporan
supervise.
b) Melakukan evaluasi ulang setelah supervise dalam waktu yang ditetapkan.

YATIDAK
0%

Gambar 3.5 Diagram Supervisi (2022) Sumber: Ruang Wardah


100%
Berdasarkan hasil observasi, melalui wawancara kuesioner di
ruang wardah, Supervisi Keperawatan dari 14 perawat tenaga pegawai
pada tanggal 10-12 Februari 2022 sebagai berikut : Hasil pengumpulan
data dengan kuesioner didapatkan hasil seluruh (14) perawat yaitu
(100%) memahami terkait tentang Supervisi Keperawatan di Ruang
Wardah.

5. Ronde Keperawatan
Di Ruang Wardah belum dilaksanakan. Namun setiap hari satu
bulan sekali akan ada visite besar yang dihadiri oleh setiap tim medis
kesehatan seperti, dokter, perawat, gizi, apoteker. Yang bertujuan
untuk membicarakan masalah yang terjadi pada pasien.Jika ada hal
yang penting atau perlu dibicarakan mnaka akan kembali ke nurse
station.
YATIDAK

48%
52%

Gambar 3.6 Diagram Ronde Keperawatan (2022) Sumber: Ruangan Wardah


Berdasarkan hasil observasi, melalui wawancara kuesioner di ruang Wardah
Ronde Keperawatan dari 14 perawat tenaga pegawai pada tanggal 10-12 Februari
2022 sebagai berikut : Hasil pengumpulan data dengan kuesioner pada point ke-12
dan 13 didapatkan hasil 9 perawat yaitu (64,3%) memahami terkait tentang Ronde
Keperawatan, di Ruang Wardah, sedangkan 5 perawat yaitu (35,7%) kurang
memahami terkait tentang Ronde Keperawatan.

6. Discharge Planning
Di Ruang Wardah Discharge planning di isi mulai pasien datang ,di isi kembali
waktu pasien pulang, adanya perencanaan hari perawatan yang isinya discharge
planning, jadi discharge planning harus di jelaskan hari perawatan sesuai dengan
klinical pathway ruang Wardah, sesuai dengan lembar perencanaan pulang (Discharge
Planning) yang berisi kriteria pasien membutuhkan perencanaan pulang kritis,
perawatan dan aktivitas di rumah , tindakan pengobatan yang diberikan ternasuk obat
yang masih diminum, rencana hari perawatan misal 5 hari harus dijelaskan,jadi
rencana hari perawatan harus sesuai dengan clinical pathway yang ada di Ruang
Wardah . Edukasi kesehatan dan rincian pemulangan. Apabila tidak sesuai dengan
clinical pathway, maka, pasien mempunyai penyakit penyerta.
YATIDAK

0%

100%

Gambar 3.7 Diagram Discharge Planning (2022) Sumber: Ruang Wardah.


Berdasarkan hasil observasi, melalui wawancara kuesioner di ruang Wardah,
Discharge Planning dari 14 perawat tenaga pegawai pada tanggal 10-12 Februari 2022
sebagai berikut : Hasil pengumpulan data dengan kuesioner didapatkan hasil seluruh
(14) perawat yaitu (100%) memahami terkait tentang Discharge Planning, di Ruang
Wardah.

7. Dokumentasi
Dokumentai di Ruang Wardah, menggunakan system Problem Orientad
Record (POR) yaitu suatu model pendokumentasian system pelayanan kesehatan yang
masalah klien, dengan menggunakan multi disiplin dengan mengaplikasikan
pendekatan pemecahan masalah,mengarahkan ide-ide dan pikiran anggota tim.
Pendekatan berorientasi masalah ini dibuat untuk memudahkan pendokumentasian
dengan catatan perkembangan terintegrasi (CPPT). Dokumentasi yang bertujuan
mencatat data tentang pasien dan di dokumentasikan dan di susun menurut masalah
pasien. Di Ruang Wardah setiap profesi pemberi asuhan (PPA) akan terintegrasi
dalam dokumentasi di lembar CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)
yang berbentuk SOAP.
Pada saat ada kejadian dimana ada keluhan baru dari pasien, perawat
melaporkan pada DPJP dengan cara komunikasi SBAR :
S : SITUATION (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
- Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk dan hari perawatan serta dokter
yang merawat
- Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah
teratasi/kebutuhan utama
B : BACKGROUND (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini)
- Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap
diagnosa keperawatan
- Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan penanganan alat invasif dan obat-
obatan termasuk cairan infus yang digunakan
- Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap penanganan
medis A : ASSESMENT (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)

YATIDAK

4%

96%

Gambar 3.8 Diagram Dokumentasi (2022) Sumber: Ruangan Wardah


Berdasarkan hasil observasi, melalui wawancara kuesioner di ruang Wardah,
dokumentasi 14 perawat tenaga pegawai pada tanggal 10-12 Februari 2022 sebagai
berikut : Hasil pengumpulan data dengan kuesioner didapatkan hasil didapatkan hasil 2
perawat yaitu (14%) yang tidak memahami dokumentasi keperawatan. Sedangkan 12
perawat yaitu (86%) perawat memahami dokumentasi keperawatan di Wardah.

4. M4 (MONEY)
a. Persiapan
Pengawasan M-4 (Money) di Ruang Rawat Inap Mawar Kuning Bawah Lantai
1 RSUD Sidoarjo dilakukan pada bulan Oktober, November, dan Desember 2021
dengan mengamati jumlah pasien pengguna UMUM, JAMINAN KESEHATAN
MASKIN (JKMM), BPJS KETENAGAKERJAAN, BPJS KESEHATAN,
BIAKES MASKIN, dan JASA RAHARJA.
b. Pembiayaan (M4/Money)
Sebagian besar pembiayaan ruangan dan pelatihan petugas ruangan berasal
dari rumah sakit yang diperoleh dari BPJS. Biaya Perawatan yang berlaku saat ini
sesuai kelas perawatan di Ruang Wardah.

Tabel. Jenis Pembiayaan di ruang Wardah Pada Bulan Oktober, November,


dan Desember 2021.
Jumlah Pasien Presentase
No. Jenis Pembiayaan
(%)
1 UMUM 166 6,52%
2 BPJS KETENAGAKERJAAN 8 0,31%
3 BPJS KESEHATAN 2205 8,66%
4 Jaminan Kesehatan Maskin (JKMM) 88 3,45%

5 BIAKES MASKIN 25 0,98%


6. JASA RAHARJA 56 2,20%

2544 100 %
Total

Analisa pada 3 bulan terakhir berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan


bahwa pembiayaan rawat inap pasien paling besar menggunakan BPJS
KESEHATAN sebanyak 2205 orang (8,66%), UMUM sebanyak 166 orang
(6,52%), Jaminan Kesehatan Maskin (JKMM) sebanyak 88 orang (3,45%), JASA
RAHARJA sebanyak 56 orang ( 2,20%), BPJS KETENAGAKERJAAN sebanyak
8 orang (0,31%).
Tabel. Biaya Visite/Konsul Dokter Rawat Inap Wardah Lantai 2
RSU AL-ISLAM H.M MAWARDI
No. Uraian Kelas 2
1 Visite Dokter Spesialis Rp. 33.600,-
2 Visite Dokter Umum Rp. 6.000,-
3 Konsultan Ahli Gizi Rp. -

4 Visite Apoteker Rp. -


5 Konsultan Dokter Spesialis Diluar Jam Rp. -
Kerja Datang
6. Konsultasi Dokter Spesialis Via Telepon Rp. 33.600,-

Tabel 3.26 Daftar Perincian Pembiayaan Perawatan Ruang Inap Wardah Bawah
Lantai 1 RSU AL-ISLAM H.M MAWARDI

No. Jenis Tindakan Kelas 2


1. Akomodasi (biaya kamar) Rp. 300.000,-
2. Biaya makan Rp. 33.600,-
3. Visite dokter Rp. 140.000,-
4. Jasa pelayanan keperawatan Rp. 20.000,-
5. BHAP dasar Rp. 20.000,-
6. Visite ahli gizi Rp. -
7. Visite Apoteker Rp. -
8. ECG Rp. 24.000,-
9. GDA Rp. 24.000,-
10. Konsultasi dr Spesialis Via Telepon Rp. 33.600,-
11. Nebul 1x tindakan Rp. 40.000,-
12. Oksigen :
Oksigen Masker <12 jam Rp. 49.000
Oksigen Masker >12 jam Rp. 168.000
Oksigen Nasal <12 jam Rp. 49.000
Oksigen Nasal >12 jam Rp. 168.000
13. Pemasangan NGT Rp. 50.000
14. Syringe pump Rp. 50.000
15. Suction pum Rp. 50.000

Kesimpulan M4 (Money).Berdasarkan hasil pengawasan M-4 (Money)


pada Ruang Wardah yang dilakukan pada bulan Oktober, November, dan
Desember 2021 dengan mengamati jumlah pasien pengguna umum, Jaminan
Kesehatan Maskin (JKMM), BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan, Biakes
Maskin, dan Jasa Raharja. Didapatkan data pembiayaan paling besar
menggunakan BPJS Kesehatan, yaitu
sebanyak 2205 (8,66%), UMUM sebanyak 166 (6,52 %), Jaminan Kesehatan
Maskin sebanyak 88 (3,45), Jasa Raharja sebanyak 56 (2,20%), dan BPJS
Ketenagakerjaan 8 (0,31).

5. M5 (MUTU)

A. Mutu Pelayanan Keperawatan


Terdapat beberapa aspek penilaian penting dalam upaya penjaminan mutu
pelayanan pasien. Salah satu aspek yang menjadi indikator peningkatan mutu
pelayanan yaitu keamanan pasien dan kepuasan pasien.
1. Phlebitis
a. Angka kejadian phlebitis.
Tabel 3.1 Data kejadian phlebitis diRuang Wardah RSU Al-Islam HM
Mawardi pada tanggal 11 – 12 Februari 2022 :
No. Tanggal Jumlah Kejadian Phlebitis Total Pasien
1. 11 Februari 2022 0 22
2. 12 Februari 2022 0 23
Total 0 45

0 X 100
=0%
158

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal tanggal 11-12


Februari2022 tidak didapatkan pasien yang mengalami phlebitis di Ruang Inap
Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo.

2. Angka kejadian pasien jatuh.

Tabel 3.30 Data Pasien Beresiko Jatuh Dan Pasien Jatuh diRuang Wardah RSU
Al-Islam HM Mawardi pada tanggal 11 – 12 Februari 2022 :
N Tanggal Pasien Jatuh Pasien Beresiko Jatuh
o.
1. 11 Februari 2022 0 22
2. 12 Februari 2022 0 23
Jumlah 0 45
0 X100 %
= 0%

60

Dari hasil pengkajian yang didapatkan bahwa pada tanggal 11, dan 12 Februari
2022 sebanyak 0% pasien yang mengalami jatuh selama dilakukan perawatan oleh
perawat ruangan di Ruang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo.
Meskipun sebagian pasien mempunyai resiko jatuh.

A. Kepuasan Pasien
Dari data pembagian angket yang dilakukan pada tanggal 11 februari 2022 di di
Ruang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo mengenai kepuasan pasien
terhadap kinerja perawat dengan pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner. Dari
kuesionar yang terdiri yaitu Reliability (keandalan) yaitu kemampuan untuk
menyediakan pelayanan yang terpercaya,akurat dan memuaskan.Asurance (jaminan)
yaitu berkaitan dengan kemampuan pengetahuan, keterampilan staf dalam menangani
setiap pelayanan yang diberikan sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan dan
rasa aman. Tangibles (kenyataan) yaitu meliputi sarana dan prasarana. Emphaty
(empati) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi
yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan
konsumen. Responsivenes (tanggung jawab) yaitu suatu kebijakan untuk memberikan
pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi
yang jelas.
Berdasarkan hasil kuesioner kepuasan pasien di Ruang Inap Wardah RSU Al-
Islam H.M Mawardi Sidoarjo sebagai berikut :
Tabel 3.31 Data Kepuasan Pasien di Ruang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M
Mawardi Sidoarjo Sebagai Berikut :
Tidak Ya

KEPUASAAN PASIEN
YATIDAK

17%

83%

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 11 Februari 2022 dengan menggunakan


kuesioner yang dilakukan di Ruang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo yang
diambil dari jumlah keseluruhan pasien sebanyak 39 orang. Menyatakan jawaban YA
sebanyak (83%), dan jawaban TIDAK sebanyak (17%), dengan pelayanan di Ruang Inap
Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kepuasan pasien di Ruang Mawar Kuning Lantai 1 terhadap kinerja perawat adalah sangat
baik.

Tabel 3.32 Data Kecemasan Pasien di Ruang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M
Mawardi Sidoarjo Sebagai Berikut:

KECEMASAN
PASIEN
YATIDAK

36%

64%

Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 12 Februari 2022 dengan menggunakan


kuesioner yang dilakukan di Ruang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi
Sidoarjo yang diambil dari jumlah keseluruhan pasien sebanyak 39 orang.
Menyatakan jawaban YA sebanyak (36%), dan jawaban TIDAK sebanyak (64%),
dengan pelayanan di Ruang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo. Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pasien di Ruang Inap Wardah RSU Al-
Islam H.M Mawardi Sidoarjo terhadap kinerja perawat adalah cukup.

Dengan adannya mahasiswa praktika manajemen yang merupakan salah satu realisasi
dari visi dan misi RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo sebagai mengembangkan
potensi sumber daya manusia yang bermutu dan inovatif. Hal ini juga dapat
membantu meningkatkan mutu pelayanan Ruang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M
Mawardi Sidoarjo.
B. ALOS (Average Length of Stay)
Dari data pasien masuk – pulang ditemukan bahwa jumlah pasien pada tanggal 11
– 12 februari 2022 sebanyak 45 pasien dengan total lama pasien dirawat pada tanggal
11-12 Februari 2022 sebanyak 120 hari maka ALOS pada bulan februari 2022
diRuang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo adalah :

Tabel 3.32 Data Pasien Masuk – Pulang Pada Tanggal 11 Februari 2022
DiRuang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo
Tanggal
No Tanggal masuk Keluar Lama dirawat
1 6/1/2022 11/1/2022 5 hari
2 7/1/2022 11/1/2022 4 hari
3 5/1/2022 11/1/2022 6 hari
4 3/1/2022 11/1/2022 8 hari
5 7/1/2022 11/1/2022 4 hari
6 8/1/2022 11/1/2022 3 hari
7 7/1/2022 11/1/2022 4 hari
Total 34 hari

ALOS = Jumlah Lama Dirawat


Pasien Keluar Dan Meninggal
= 34
7
= 4,8
= 5 hari
Nilai normal ALOS secara umum = 6-9 hari (sumber : Nursalam,2016).
Berdasarkan hasil diatas didapatkan rata-rata lamanya hari dirawat pasien diruang
di Ruang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo adalah 5 hari. Sehingga
nilai ALOS di Ruang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo sebagai
berikut.

Tabel 3.33 Data Pasien Masuk – Pulang Pada Tanggal 12 februari 2022 di Ruang
Inap Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo
Tanggal Tanggal
No masuk Keluar Lama dirawat
1 10/1/2022 12/1/2022 2 hari
2 10/1/2022 12/1/2022 2 hari
3 8/1/2022 12/1/2022 4 hari
4 7/1/2022 12/1/2022 5 hari
5 8/1/2022 12/1/2022 4 hari
6 6/1/2022 12/1/2022 6 hari
7 6/1/2022 12/1/2022 6 hari
8 5/1/2022 12/1/2022 7 hari
Total 36 hari

ALOS = Jumlah Lama Dirawat


Pasien Keluar Dan Meninggal
= 36
8
= 4,8
= 5 hari
Nilai normal ALOS secara umum = 6-9 hari (sumber : Nursalam,2016).
Berdasarkan hasil diatas didapatkan rata-rata lamanya hari dirawat pasien di
Ruang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo adalah 5 hari.

Berdasarkan hasil diatas didapatkan rata-rata lamanya hari dirawat pasien di


Ruang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo adalah 5 hari. Sehingga
nilai ALOS di Ruang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M Mawardi Sidoarjo

Tanggal
No Pulang Total
1 11/2/2022 7
2 12/2/2022 8
Total 15

Dapat disimpulkan rata-rata ALOS di Ruang Inap Wardah RSU Al-Islam H.M
Mawardi Sidoarjo per Tanggal 11-12 Februari 2022 adalah 15 hari.
Terdapat beberapa aspek penilaian penting dalam upaya penjaminan mutu
pelayanan pasien. Salah satu aspek yang menjadi indikator peningkatan mutu
pelayanan yaitu keamanan pasien dan kepuasan pasien.
C. ANALISIS SWOT

Tabel 3.34 Data Analisa SWOT

NO ANALISI SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING


1. M 1(MAN)
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Kebijakan rumah sakit 0,3 4 1,2
tentang struktur
organisasi ruangan
pelaksanaan dalam
melaksanakan MAKP
2. Jenis ketenagaan : 0,2 3 0,6
a. S1 Keperawatan : 9
orang
b. D3 keperawatan : 5
orang

S-W
3,3 – 2 = 1,3

3. Masa kerja : 0,2 3 0,6


a. Masa kerja > 5 tahun :
8
b. Masa kerja < 5 tahun :
6
4. Adanya perawat yang 0,3 3 0,9
mengikuti pelatihan,
BLS, BTCLS, APAR,
APD, PPI,
REKONSTITUSI OBAT

TOTAL 1 13 3,3
WEAKNESS
1. Jumlah tenaga perawat 0,5 2 1
yang kurang sehingga
penerapan MAKP Tim
Primer kurang primer
2. Sebagian perawat belum 0,5 2 1
mengikuti pelatihan
khusus
TOTAL 1 2
Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya peluang bagi 0,3 3 0,9
perawat untuk
melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih
tinggi
2. Adanya kebijakan RS 0,4 3 1,2
untuk meningkatkan
kemampuan (mengikuti
pelatihan/seminar)
3. Adanya kerjasama yang 0,3 3 0,9
baik antara mahasiswa
praktik dengan perawat
klinik

TOTAL 1 9 3
TREATHENED
1. Semakin tinggi tuntutan 0,2 2 0,4
dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lebih baik O-T
2. Makin tingginya 0,2 2 0,4 3–2=1
kesadaran masyarakat
akan hukum
3. Persaingan antar RS yang 0,2 2 0,4
semakin kuat
4. Makin tingginya 0,2 2 0,4
pengetahuan masyarakat
akan pentingnya
kesehatan
5. Terbatasnya kuota 0,2 2 0,4
perawat yang dapat
melanjutkan pendidikan
dengan rekomendasi dari
RS
TOTAL 1 10 2

NO ANALISI SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING


2. M2 (Sarana dan Prasarana)
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Tersedianya sarana dan 0,1 3 0,3
prasarana bagi pasien dan S-W=
tenaga kesehatan yang 3,5 – 1,7 =
masih berfungsi dengan 1,8
baik serta memenuhi
standart

2. Terdapat fasilitas yang 0,1 3 0,4


mendukung dalam
melakukan proses asuhan
keperawatan, seperti alat
oksigenasi, nebulizer,
syringe pump,
devibrilator, alat
pengukuran TTV, dan juga
tenaga kesehatan mampu
mengeoperasikan dengan
baik dan optimal
3. Semua perawat di ruangan 0,1 3 0,3
mampu menggunakan
sarana dan prasarana yang
ada di rumah sakit
4. Nurse station terletak di 0,1 4 0,4
daerah yang trategis

5. Adanya WC di setiap 0,1 4 0,4


Ruangan
6. Tersedianya bak sampah 0,1 3 0,3
medis dan non medis
7. Tersedianya kipas angin di 0,1 3 0,3
setiap ruangan yang
bisa digunakan
8. Adanya whastafel di setiap 0,1 4 0,4
ruangan
9. Rumah sakit pemerintah 0,1 4 0,4
tipe B Rumah Sakit
Pendidikan dan Rujukan
10. Pemeliharaan dan 0,1 3 0,3
perawatan dari sarana dan
prasarana penunjang
kesehatan sudah ada
11. TOTAL 1 34 3,5
WEAKNESS

1. Jumlah alat medis yang 0,4 2 0,4


terbatas (tensimeter ,
syringe pump )

2. Nurse station yang kurang 0,3 1 0,3


luas sehingga tidak bisa
untuk menampung perawat
dan mahasiswa

3. Disekitar bed pasien, 0,3 3 0,9


tampak keluarga pasien
meletakkan barang-barang
yang kurang tersusun rapi
(jemuran, han
duk, dan pakaian)
4. TOTAL 1 7 1,7
Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY

1. Kebijakan pihak rumah 0,25 3 0,75


sakit untuk menanbah O-T= 4,25 –
sarana dan prasarana di 3 = 1,25
rumah sakit

2. Adanya kesempatan untuk 0,25 3 0,75


mengganti alat-alat yang
tidak layak dipakai

Adanya program akreditasi RS 0,25 3 0,75


dari pemerintah dimana sarana
dan prasarana merupakan
salah satu penilaian
3. Adanya mahasiswa praktik 0,25 4 2
manajemen di ruang
mawar kuning bawah
lantai1
TOTAL 1 12 4,25

TREATHENED
TOTAL
Adanya keluhan atau tuntutan 0,25 3 1,5
dari pasien tentang ketersedian
sarana yang kurang memadai
(atap kamar mandi bocor)
1. Tingginya tingkat 0,25 3 1,5
penularan penyakit melalui
barang yang digunakan
bersamaan
0,25 3
2. Adanya tuntutan yang
tinggi dari masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan
sehinggamemerlukanperalatan
medis yang memadai
3. Banyak berdiri RS 0,25 3
swasta di wilayah sekitar
4.
12. Tersedianya sarana dan 0,1 3 0,3
prasarana bagi pasien dan
tenaga kesehatan yang
masih berfungsi dengan
baik serta memenuhi
standart

13. Terdapat fasilitas yang 0,1 3 0,4


mendukung dalam
melakukan proses asuhan
keperawatan, seperti alat
oksigenasi, nebulizer,
syringe pump,
devibrilator, alat
pengukuran TTV, dan juga
tenaga kesehatan mampu
mengeoperasikan dengan
baik dan optimal
TOTAL 1 6 3

NO ANALISI SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING

3 METHODE (M3) S-W = 3,6 –


MAKP 2,5 = 1,1
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
1. Pelaksanaan metode 0,2 4 0,8
MAKP yaitu menggunakan
Tim Primer Kombinasi

2. Kegiatan 0,2 3 0,6


manajemen yang sudah
berjalan meliputi: timbang
terima, discharge planning,
sentralisasi obat, supervisi,
peneriman pasien baru dan
dokumentasi.
3. Ada dokumentasi SBAR 0,2 4 0,8
4. Mempunyai Standar 0,2 4 0,8
Asuhan Keperawatan dan
Protap setiap tindakan.

5. Komunikasi antar perawat 0,2 3 0,6


cukup efektif.
TOTAL 1 13 3,6
WEAKNESS
1. Pelaksanaan metode 0,5 2 1
MAKP tim belum
dilaksanakan dengan optimal
2. Diperlukan banyak 0,5 3 1,5
tenaga profesional

TOTAL 1 5 2,5
a. Ekternal Faktor
(EFAS)OPPORTUNITY

1. Adanya kerjasama antara 0,25 4 1


institusi pendidikan kesehatan
dengan RSIM
2. Adanya kebijakan RSIM 0,25 4 1 O- T =
Sidoarjo dalam peningkatan 4–2=1
SDM

3. Rumah sakit yang sudah 0,25 4 1


terakreditasi paripurna
4. PPNI berkontribusi dengan 0,25 4
menaungi perkembangan
profesi perawat.
TOTAL 1 16 4
THREATENED

1. Adanya tuntutan 0,5 2 1


masyarakat yang semakin
tinggi terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan
yang
lebih profesional
2. Makin tingginya kesadaran 0,5 2 1
masyarakat tentang
kesehatan.

TOTAL 1 6 2
NO ANALISI SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING
Ronde keperawatan S-W=
a. Internal Factor (IFAS) 2,9 – 2 = 0,9
STRENGTH
1) Bidang perawatan 0,3 4 1,2
mendukung adanya
kegiatan ronde
keperawatan.

2) Tenaga kesehatan yang 0,4 4 0,8


lengkap. Terdiri dari
Dokter spesialis, perawat,
ahli gizi, mahasiswa
perawat praktek.

3) Sebagian besar perawat 0,3 3 0,9


mengerti adanya ronde
keperawatan.

TOTAL 1 11 2,6
WEAKNESS
1) Pelaksanaan ronde 0,5 2 1
keperawatan belum
optimal

2) Pelaksanaan ronde 0,5 2 1


keperawatan tidak
terjadwal

TOTAL 1 4 2
a. External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
1.Adanya mahasiswa praktek 0,4 3 1,2 O-T=
yang akan menerapkan ronde 3 – 2,5 = 0,5
keperawatan di ruang Wardah

2. Adanya dukungan dari 0,9


ruangan untuk mengadakan 0,3 3
ronde keperawatan bila ada
mahasiswa

3. Adanya pelatihan dan 0,3 3 0,9


seminar mengenai
manajemen keperawatan

TOTAL 1 9 3

TREATHENED
1. Adanya tuntutan yang lebih 0,3 2 0,6
tinggi dari masyarakat
untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih
Profesional
2. Persaingan antar RSIM 0,3 2 0,6
semakin kuat dalam
pemberian pelayanan.

3. Banyak kasus-kasus medik 0,3 3 0,9


yg belum teratasi
4. Semakin meningkatnya 0,2 2 0,4
berbagai macam kasus
kesehatan sehingga
menuntut tenaga kesehatan
untuk memiliki
pengetahuan yang baik
5.
TOTAL 1 10 2,5

NO ANALIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING


Sentralisasi Obat
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH

1. Tersedianya sarana dan 0,4 4 1,6


prasarana untuk pengelolaan S- W=
rekonstruksi obat yaitu lemari 4 – 2,2 = 2,4
obat. kotak sentralisasi obat
dan buku penerimaan obat
2. Ada pencatatan sentralisasi 0,2 4 0,8
obat penyimpanan obat
injeksi dan oral
3. Adanya dokumentasi obat 0,2 4 0,8
bagi setiap pasien
Adanyabukuinjeksi dan 0,2 4 0,8
obat oral
bekerjasamadengan depo
farmasi
TOTAL 1 16 4
WEAKNESS
1. Ketersediaan obat 0,3 2 0,6
yang terkadang belum
lengkap sehingga
mengganggu
pengaturan obat.
2. Penggunaan alat habis 0,4 1 0,4
pakai kurang optimal (spuit).

3. Ketidak tepatan 0,3 2 0,6


pengiriman obat dari farmasi
TOTAL 1 5 1,6
a. Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa PSIK 0,5 3 1,5
yang Praktik sebagai role
model.

2. Kerjasama yang baik 0,5 3 1,5


antara perawat dan
mahasiswa.
TOTAL 1 6 3
TREATHENED
1. Adanya tuntutan pasien 0,2 2 0,4
untuk mendapatkan
pelayanan yang profesional

2. Adanya ketidakpercayaan 0,4 2 0,8


pasien terhadap pengelolaan
rekontruksi obat.
3. Adanya tuntutan pasien 0,4 2 0,8
terhadap pemberian obat
secara tepat waktu
TOTAL 1 6 2 O –T=
3–1=2

NO ANALISI SWOT BOBOT RATING BOBOT


x
RATING
Supervisi
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Perawat mengerti 0,2 4 0,8 S – W = 3,5 –
tentang supervisi. 2,5 = 1

2. Adanya hubungan kerja 0,2 3 0,6


sama yang baik antara
kepala ruangan dengan
staf

3. Adanya umpan balik 0,1 3 0,3


dari supervisor untuk
setiap tindakan.

4. Kepala ruangan 0,1 3 0,3


mendukung kegiatan
supervisi.

5. Adanya format buku 0,1 4 0,4


dalam pelaksanaan
supervisi

6. RSIM adalah rumah 0,2 4 0,8


sakit pendidikan yang
terakreditasi

7. Supervisi sudah 0,1 3 0,3


terstrukutur

Total 1 23 3,5
WEAKNESS
1. Supervisi ruangan 0,5 2 1
hanya dilakukan sesuai
kebutuhan dan
kebijakan kepala
ruangan.
2. Pelaksasanan supervisi 0,5 3 1,5
yang tidak terjadwal
TOTAL 1 5 2,5
b. EksternalFaktor
(EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa 0,3 3 0,9 O-T = 3 - 2=
Keperawatan yang 1
praktik manajemen

2. Adanya kerjasama yang 0,2 3 0,6


baik antara institusi
kesehatan dengan
bidang keperawatan
3. Adanya teguran dari 0,2 3 0,6
kepala ruangan bagi
perawat yang tidak
melakukan tugas
dengan baik

4. Hasil supervise 0,3 3 0,9


keperawatan dapat
digunakan sebagai
pedoman untuk menilai
kinerja perawat

Total 1 12 3
THREATENED.
1) Adanya kesadaran 1 2 2
masyarakat yang tinggi
terhadap mutu kesehatan
Total 1 2 2

NO ANALISI SWOT BOBOT RATING BOBOT


x
RATING
Timbang Terima
a. Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1. Kegiatan timbang terima 0,4 4 1,6 S-W= 4-2 = 2
yang dipimpin ketua tim
telah dilakukan pada
setiap shift malam ke
pagi dan pagi ke sore

2. Adanya timbang terima 0,3 4 1,2


tiap shift.

3. Tidak memakai buku 0,3 4 1,2


pelaporan timbang
terima melainkan
langsung rekam medis
pasien

TOTAL 1 12 4
WEAKNESS
1) Pelaksanaan timbang 1 2 3
trima masih tergolong
lama
TOTAL 1 3 3
a. External Factor
(EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa 0,4 4 1,6
PSIK yang akan
praktik manajemen
2. Adanya kerja sama yang 0,3 4 1,2
baik antara mahasiswa
PSIK dengan perawat
ruangan

3. Sarana dan prasarana 0,3 3 0,9


menunjang cukup
tersedia

TOTAL 1 11 3,7
THREATENED

1. Adanya tuntutan yang 0,6 2 1,2 O-T=3,7 – 2 =


lebih tinggi dari 1,7
masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang
professional

2. Meningkatnya kesadaran 0,4 2 0,8


masyarakat tentang
tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat
sebagai pemberi asuhan
keperawatan

TOTAL 1 6 2
NO ANALISI SWOT BOBOT RATING BOBOT
x
RATING
Discharge Planning
a. Internal Faktor
(IFAS) STRENGHT
1. Adanya kemauan untuk 0,4 3 1,2 S-W = 3,6 – 2,7 =
memberikan 0,9
pendidikan kesehatan
kepada
pasien/keluarga
2. Adanya surat control 0,3 4 1,2
dan format resume untuk
pasien pulang
3. HE terdokumentasi 0,3 4 1,2
TOTAL 1 11 3,6
WEAKNESS
1. Keterbatasan waktu 0,5 3 1,5
perawat dalam
memberikan Pendidikan
Kesehatan.
2. Pemberian pendidikan 0,5 2 1,2
kesehatan dilakukan
secara lisan setiap
pasien/keluarga
TOTAL 1 5 2,7
a. External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa 0,25 4 1
PSIK yang sedang
melakukan praktik
manajemen

2. Adanya kerjasama yang 0,25 4 1


baik antara mahasiswa
PSIK dengan perawat
klinik

3. Adanya mahasiswa dari 0,25 3 0,75


instansi kesehatan yang
membantu menyiapkan
ruangan untuk menerima
pasien baru

4. Adanya keluarga pasien 0,25 3 0,75


lain yang memberikan
informasi pada klien
baru untuk mengenalkan
lingkungan ruangan jika
pasien baru lupa

TOTAL 1 14 3,5

TREATHENED
1. Adanya tuntutan 0,4 2 0,8 O-T =3,5 - 3 = 0,5
masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang
profesional
2. Makin tingginya 0,3 2 0,6
kesadaran masyarakat
akan pentingnya
kesehatan

3. Adanya persaingan 0,3 2 0,6


antara rumah sakit
dengan memberikan
kualitas yang lebih baik
total 1 9 3

NO ANALISI SWOT BOBOT RATING BOBOT


x
RATING
Dokumentasi
Keperawatan
Internal Factor
(IFAS)
STRENGTH
1. Sudah terdapat format 0,3 4 0,9 S-W= 4,3 – 2 =
pendokumentasian yang 2,3
baku
2. Tersedianya sarana dan 0,3 3 1,2
prasarana untuk
pendokumentasian

3. Tersedia format asuhan 0,3 4 1,6


keperawatan dan
standar asuhan
keperawatan.
4. Telah memahami cara 0,2 3 0,6
pengisian format
dokumentasi tersebut
dengan benar
TOTAL 1 10 4,3
External Factor (EFAS)
WEAKNESS
1.Tidak ditemukan masalah 1 2 2
TOTAL 1 2 2
OPPORTUNITY
1. Peluang perawat untuk 0,5 4 2
meningkatkan
pendidikan
(pengembangan SDM)
2. Adanya dukungan 0,5 4 2
manajemen RS untuk
meningkatkan sistem
pendokumentasian
dalam rangka akreditasi
RS
TOTAL 1 8 4
THREATHENED
1. Adanya tingkat 0,5 2 1
kesadaran yang tinggi
dari pasien dan
keluarga
tentang tanggung jawab
dan tanggung gugat. O-T=4 – 2 = 2
2. Persaingan antar RS 0,5 2 1
dalam memberikan
pelayanan keperawatan
TOTAL 1 4 2

NO ANALISI SWOT BOBOT RATING BOBOT


x
RATING
Penerimaan Pasien Baru
Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1. Sudah ada format 0,2 4 0,8
penerimaan pasien
baru dan tata tertib
pasien
2. Ada kepuasan pasien 0,2 3 0,6
dan keluarga terhadap
pelayanan
3. Adanya bagan alur 0,2 4 0,8
masuk pasien di
ruang
rawat inap mawar
putih
4. Perawat bekerja sama 0,2 4 0,8
dengan team medis
untuk melakukan
pengkajian awal
5. Perawat menyiapkan 0,2 4 0,8
menyiapkan ruangan
pasien dan mengantar
pasien ke ruangan
TOTAL 1 18 3,8
WEAKNESS
1. Kurang tersedianya 0,5 2 1 S-W=3,8 – 2,5
waktu bagi perawat = 1,3
untuk mengorientasikan
pasien dan keluarga
akibat keterbatasan
waktu dan tenaga
2. Perawat tidak 0,5 3 1,5
memperkenalkan
pasien baru dengan
pasien sekamar
TOTAL 1 5 2,5

b.External Factor (EFAS )


OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa 0,3 4 1,2 O-T =3,3 - 2 =
yang praktik manajemen 1,3
keperawatan
2. Adanya kerjasama 0,25 3 0,75
yang baik antara
mahasiswa dengan
perawat Ruang
Mawar Kuning Bawah
Lantai 1 Kelas 3
3. Adanya keluarga pasien 0,2 3 0,6
lain yang memberikan
informasi pada klien
baru untuk
mengenalkan
lingkungan ruangan
jika pasien baru lupa

4. Adanya mahasiswa dari 0,25 3 0,75


institusi yang membantu
menyiapkan ruangan
pasien baru

TOTAL 1 15 3,3
TREATHENED
1. Adanya tuntutan 0,4 2 0,8
masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang
profesional.
2. Makin tinggi kesadaran 0,3 2 0,6
masyarakat akan
pentingnya kesehatan.
3. Persaingan antar Rumah 0,3 2 0,6
Sakit yang semakin ketat
TOTAL 1 5 2

NO ANALISI SWOT BOBOT RATING BOBOTxRATING


M4 (Money)
Internal Faktor
STRENGTH
1. Sumber pendanaan 0,3 4 1,2
paling banyak
berasal dari BPJS.

2. Sumber dari pasien 0,2 3 0,6 S-W=3,8-


HAIR STAR 2 = 1,8
INDONESIA,PT.,
BPJS
KESEHATAN,
JAMINAN
KESEHATAN
MASKIN (JKMM),
dan BIAKES
MASKIN

3. Penyelesaian 0,4 4 1,6


administrasi melalui
1 admin di Ruang
Mawar Kuning
Bawah lantai 1

4. Jasa medis yang di 0,1 4 0,4


berikan kepada
tenaga keperawatan
itu sesuai dengan
kinerja di rumah
sakit
TOTAL 1 15 3,8
WEAKNESS
1. Tidak ditemukan 1 2 2
masalah
TOTAL 1 2 2
Eksternal Faktor
OPPORTUNITY
1. Adanya kesetaraan 1 4 3
pelayanan pasien.
TOTAL 1 4 3
THREATENED 1 3 3
1. Adanya tuntutan
yang lebih tinggi
dari masyarakat
untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan
yang lebih baik
sehingga
memutuhkan
pendanaan yang
lebih besar untuk
mendanai sarana dan
prasarana.

TOTAL 1 3 3 O-T=4-
3=1

NO ANALISI SWOT BOBOT RATING BOBO


TxRAT
ING
M5 (Mutu)
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Angka kepuasan pasien di 0,4 3 1,2
Ruang Wardah sebanyak 83%
merasa puas, dan sebanyak 17%
merasa tidak puas. Angka
kecemasan pasien dengan
jawaban YA sebanyak 36%,
dan jawaban
TIDAK sebanyak 64%.
2. Angka kejadian Flebitis di 0,2 4 0,8
Ruang Wardah prosentase
nya kecil
tidak ada.
3. Lama rata-rata perawatan pasien 0,2 4 0,8
di Ruang Wardah pada tanggal
10 Februari 2022 sebanyak 4
hari, tanggal 11 februari
sebanyak 4 hari

4. Angka kejadian Resikojatuh di 0,2 4 0,8


Ruang wardah prosentase
nya
kecil,tidak ada.
TOTAL 1 15 3,6
WEAKNESS
Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Mahasiswa S1 Keperawatan 0,5 4 2 O-T= 36 –
Praktik managemensebanyak 1,6 = 2
11 orang
2. Kerjasamayangbaikantaraperaw 0,5 3 1,5
atdanmahasiswa
TOTAL 1 7 3,5
TREATHENED
1. Adanya tuntutan peningkatan 0,4 2 0,8
standart masyarakat yang harus
dipenuhi.
2. Persaingan RS dalam 0,6 2 0,8
memberikan pelayanan
keperawatan
TOTAL 1 4 1,6
Keterangan :

S dan O : W dan T :
4 = sangat 1 = sangat baik
baik 3 = baik 2 = baik
2 = cukup 3 = cukup
1 = kurang/tidak baik 4 = kurang/tidak baik
D. Identifikasi Masalah

a. Masih sedikitnya tenaga keperawatan yang berpendidikan S1 Keperawatan


Ners.
b. Tenaga keperawatan yang hanya mengikuti beberapa pelatihan pelatihan.
c. Jumlah persediaan alat kesehatan seperti stetoskop dan tensimeter terbatas.
d. Ronde keperawatan terakhir dilaksanakan sebelum pandemi.
e. Ketersediaan obat terkadang belum lengkap sehingga menganggu
pengaturan obat.

Prioritas Masalah :

Tabel 3.35 Prioritas Masalah instalasi rawat inap Wardah


Masalah Skor Analisis SWOT Prioritas
IFAS EFAS IFAS-
EFAS
Man 1,3 1 0,3 6
Sarana dan Prasarana 1,8 1,25 0,55 10
Pelaksanaan MAKP 1,1 1 0,1 3
Ronde Keperawatan 0,9 0,5 0,4 8
Sentralisasi Obat 2,4 2 0,4 7
Supervisi 1 1 0 1
Timbang Terima 2 1,7 0,3 4
SWOTDischard Planning 0,9 0,5 0,4 9
Dokumentasi 2,3 2 0,3 5
keperawatan
Penerimaan pasien baru 1,3 1,3 0 2
Money 1,8 1 0,8 12
Mutu 2,6 2 0,6 11

Sumber data : pengkajian diruang wardah tanggal 10


– 12 februari 2022 bahwa prioritas masalah tertinggi adalah supervisi dan mutu
D. DIAGRAM LAYANG

a. Diagram Layang Pelaksanaan M1

3,3
3

2,6
M5
2,5
2,3 so
2
` 1,8
1,7
DOKUMENTASI
Timbang
M4

1,6 M2
1,3
1,2 PPB M1
1,0
0,8
0,6 MAKP
Ronde Suprevisi
0,4
0,2

DP

-1 -0,9-0,8 -0,6 -0,2 -0,1 0,20,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2 2,3 2,6 2,83
M5
W S
-0,2

-0,4
-0,6

-0,8

-1

Gambar Diagram Layang Analisa SWOT MPKP Ruang Wardah


Keterangan :
MI :
M2 : DP :
MAKP : DOKUMENTASI :
RONDE : PPB :
SO : M4 :
SUPERVISI : M5 :
TT :
E. POA

No Masalah Tujuan Solusi Indikator/Target


Keberhasilan
1 M1 (MAN) Meningkatkan Kualitas Mengusulkan : Rasio kecukupan
Sumber Daya dan Kuantitas SDM Peningkatan Jenjang Pendidikan antara perawat dan
Manusia : pegawai yang lebih tinggi. pasien menurut
tenaga perawat Peningkatan skill pegawai melalui Tingkat
yang dibutuhkan pendidikan dan pelatihan secara Ketergantungan
menurut depkes berkala. pasien terpenuhi.
24 dan beban Penyegaran ilmu keperawatan Peningkatan jenjang
kerja perawat oleh tenaga yang berkompeten pendidikan dan skill
yang tinggi. secara periodik. pegawai tercapai.
Penambahan jumlah perawat. Beban kerja perawat
sesuai dengan
tugasnya.
Peningkatan kinerja
perawat.
2 M2 (MATERIAL) 1.

1. Jumlah alat 1.) Mengupayakan 1.) Identifikasi kebutuhan 2.) Tercukupinya


medis yang terpenuhinya sarana prasarana kebutuhan
terbatas ( kebutuhan fasilitas 2.) Mengusulkan pada pihak fasilitas sesuai
tensimeter , pelayanan pelayanan medik mengenai standar
syringe pump pengadaan alat 3.) Rasio alat
) 3.) Mendokumentasikan hasil kesehatan dengan
pelaksanaan pengelolaan alat pasien sesuai
medis
No Masalah Tujuan Solusi Indikator/Target Waktu
Keberhasilan

Mahasiswa bekerja sama dengan


pihak ruangan Bona II untuk
membuat dan memasang gambar
denah ruangan.

3. M3 (METHODE) Mampu meningkatkan 1. Mendiskusikan setiap MAKP Moduler


: MAKP Moduler penerapan MAKP hambatan dalam penerapan dapatditerapkan
telah terlaksana primary nursing pemula model primary nursing secara baik
namun belum 2. Sosialisasi hasil diseminasi
3. Merencanakan kebutuhan
optimal
tenaga perawat
4. Melakukan pembagian peran
perawat
5. Menentukan deskripsi tugas
dan tanggung perawat
6. Melakukan pembagian tenaga
perawat
7. Membantu penerapan model
MAKP yang sudah ada
Sentralisasi obat: Meningkatkan (1) Menyusun proposal Pengadaan, alur,
Ketidaktersediaan pemahaman semua sentralisasi obat penyimpanan dan
obat terkadang perawat mengenai (2) Memberikan obat sesuai penyiapan obat
belum lengkap sentralisasi obat jadwa pemberian obat (waktu dilakukan secara
sehingga yang telah ditentukan) tepat
mengganggu (3) MengisiRPOdengantandatang
No Masalah Tujuan Solusi Indikator/Target Penanggung Waktu
Keberhasilan Jawab
pengaturan obat anklienataukeluargaklienseba
gai penerimaobat
(4) Melaksanakan sentralisasiobat
klien bekerjasama dengan
perawat, dokter, dan farmasi
(5) Menyediakan lembar serah
terima obat
(6) Mendokumentasikan
hasilpelaksanaan pengelolaan
sentralisasi obat
(7) Melakukan Roleplay
Sentralisasi obat
Timbang terima : Timbang terima dilakukan 1) Menentukan tanggung jawab 1) Timbang terima
1. Pelaksanaan secara efektif dan sesuai timbang terima dilakukan di nurse
timbang terima dengan standart yang ada 2) Menyusun format timbang station
masih terbilang terima pasien serta petunjuk 2) Isi timbang terima
lama teknis pengisiannya lebih tentang masalah
menekankan pada askep keperawatan yang
keperawatan sudah dan belum
3) Melaksanakan timbang teratasi
terima, setiap pergantian shift 3) Timbang terima
4) Melakukan roleplaytimbang terdokumentasi
terima dengan baik

Ronde Ronde Keperawatan 1. Membuat format dokumentasi Ronde keperawatan


Keperawatan terlaksana dengan optimal ronde keperawatan sudah terlaksana
sudah dilakukan dan sesuai dengan jadwal 2. Mengusulkan studi kasus bersama perawat dan
No Masalah Tujuan Solusi Indikator/Target Penanggung Waktu
Keberhasilan Jawab
akan tetapi dalam yang telah dilakukan untuk tenaga medis lain di
pelaksanaannya dapat ditingkatkan menjadi ruangan ruangan
kurang optimal diskusi studi kasus dengan
tenaga medis lainnya.
Supervisi ruangan Pelaksanaan supervisi 1. Mengusulkan proposal Supervisi terlaksana
hanya dilakukan dapat terlaksana sesuai pelaksanaan alur supervise secara optimal dan
sesuai kebutuhan dengan jadwal 2. Melaksanakan roleplay sesuai jadwal
dan kebijakan
supervisi keperawatan
kepala ruangan.
bersama-sama perawat dan
kepala ruangan
3. Mendokumentasikan hasil
pelaksanaan roleplay supervisi
keperawatan
4. Membuat format roleplay
supervise
Discharge Discharge planning 1 Mengusulkan proposal Discharge planning
planning dilakukan secara secara pelaksanaan alur discharge sudah terlaksana di
optimal. planning. ruangan. Terdapat
Keterbatasan 2 Mempersiapkan pelaksanaan
leaflet untuk KIE
waktu perawat discharge planning.
dalam 3 Melaksanakan kegiatan yang ditujukan pada
discharge planning. pasien atau keluarga.
memberikan
4 Dokumentasi.
Pendidikan
Kesehatan
No Masalah Tujuan Solusi Indikator/Target
Keberhasilan
Dokumentasi Setelah dilakukan praktik Sosialiasasi pentingnya Dokumentasi
Keperawatan manajemen, dokumentasi dokumentasian dan sosialisasi keperawatan
keperawatan dapat Standard Nursing Language dilakukan dengan
Pelaksanaan dilakukan penerapannya
(SNL) berdasarkan SDKI dan lengkap
dokumentasi tidak dengan benar dan
SIKI
terdapat masalah. lengkap.

4. M4 (MONEY) Mampu mengelola 1.


keuangan dengan baik
sesuai dengan prosedur
rumah sakit

5. M5 (MUTU) 1.
1.Lama rata-rata Mampu meningkatkan 1.) Menyusun perencanaan 1.) Kepuasan pasien
perawatan pasien keselamatan pasien. keselamatan pasien sesuai terpenuhi
lebih dari 11 hari. standar akreditasi RS 2.) Tidak ada
(6 sasaran utama) complain dari
2.) Meningkatkan kembali pasien dan
edukasi kepada pasien tentang keluarga pasien
pentingnya kegunaan gelang
identitas untuk keselamatan
BAB4
PERENCANAAN

A. Pengorganisasian
Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional
dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum
kelompok menyusun struktur organisasi sebagai berikut:
Ketua :Jannatul firdaus, S.Kep
Wakil : Rina Muntaza, S.Kep
Sekretaris 1 : Riris Tristanti, S.Kep
Sekretaris 2 : Vivi Fitriyah, S.Kep
Bendahara 1 :Nurhayati, S.Kep
Humas : Ika Maria Yuana, S.Kep
Perlengkapan : Ahmad Mustagrfirin, S.Kep
Konsumsi : Rochmat Ardhiyanto,
S.Kep
Dokumentasi : Vivi fitriyah, S.Kep

Penanggung Jawab Kegiatan


1. Penerimaan Pasien Baru : Rina Muntaza, S.Kep
2. Sentralisasi Obat : Riris Tristanti, S.Kep
3. Supervisi : Ika Maria, S.Kep
4. Discharge Planning : Jannatul firdaus, S.Kep
5. Ronde Keperawatan : Nurhayati, S.Kep
Ahmad Mustagfirin, S. Kep
Rochmat Ardhiyanto, S. Kep
6. Timbang Terima : Rina Muntaza,, S.Kep
Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan
pengorganisasian dalam pembagian peran sebagai berikut :
1. Kepala Ruangan
2. Perawat Primer
3. Perawat Associate
Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah pelaksanaan
Model Asuhan Keperawatan Profesional di ruangan.

B. Strategi Kegiatan
A) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menerapkan model MAKP Primary Nursing di
ruangan dengan baik.
b. Tujuan Khusus
1. MAKP Primary Nursing dapat diterapkan dalam asuhan keperawatan
2. Terpenuhinya kepuasan pasien dan keluarga pasien
3. Terpenuhinya kepuasan dan kinerja perawat
4. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya
2. Indikator/Target
a. Kepuasan pasien dan keluarga 100%
b. Rasio perbandingan jumlah perawat dan pasien seimbang
c. Perawat bekerja sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab yang diberikan
d. Terdapat komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
yang lain
e. Beban kerja perawat tidak terlalu tinggi
3. Teori MAKP Primary Nursing
Setelah dilakukan analisis dengan metode SWOT maka kelompok
praktik klinik manajemen keperawatan Ruang Wardah menerapkan Model
Asuhan Keperawatan Profesional Modular Nursing.
Model perawatan Modular Nursing merupakan salah satu Model
Asuhan Keperawatan Profesional dimana perawat bertanggung jawab penuh
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar Rumah Sakit. Model ini mendorong
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
keperawatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Model ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien di rawat. Konsep dasar dan
model ini adalah tanggung jawab dan tanggung gugat. Berikut sistem
pemberian asuhan keperawatan Primary Nursing.

TIM MEDIS DAN KEPALA SARANA RS


TIM LAIN RUANGAN

PERAWAT PRIMER

KLIEN

PERAWAT PERAWAT
PELAKSANA PELAKSANA
SORE MALAM
PERAWAT PELAKSANA PAGI

Gambar 3.1Diagram Sistem Asuhan Keperawatan "Primary Nursing"


Dalam penerapan MAKP model Modulary Nursing terdapat beberapa kelebihan
dan kelemahan.
a. Kelebihan :
1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan pengembangan diri
3. Pasien merasa diperlakukan sewajarnya karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu
4. Tercapainya pelayanan kesehatan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan proteksi, informasi dan advokasi.
b. Kelemahan :
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan pengambilan keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
profesi.
4. Pembagian Tugas
a. Tugas Kepala Ruangan
1) Perencanaan
a) Menunjuk perawat primer (PP) dan mendeskripsikan tugasnya
masing-masing
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien yang dibantu
perawat primer
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan tingkat ketergantungan pasien dibantu oleh perawat
primer
e) Merencanakan strategi pelaksanaan perawat
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiolois,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap klien
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
 Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
 Membimbing penerapan proses keperawatan
 Menilai asuhan keperawatan
 Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
 Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru
masuk
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i) Membantu membimbing peserta didik keperawatan
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
2) Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat ascociate
secara jelas
d) Membuat rencana kendali kepala ruangan yang membawahi tiga
perawat primer dan perawat primer yang membawahi dua perawat
ascociate
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
h) Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak ada di tempat kepala
perawat primer
i) Mengetahui kondisi klien dan menilai tingkat kebutuhan pasien.
j) Mengembangkan kemampuan anggota
k) Menyelenggarakan konferensi
3) Pengarahan
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer
b) Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas
dengan baik
c) Memberi motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan
dan sikap
d) Menginformamsikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan askep klien
e) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
f) Meningkatkan kolaborasi
4) Pengawasan
a) Melalui komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat primer
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
b) Melalui supervisi
- Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat
ini
- Pegawasan secara langsung, yaitu mengecek daftar hadir,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan, serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan dari
perawat primer
c) Evaluasi
- Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama
- Audit keperawatan

b. Tugas Perawat Primer


1) Menerima klien dan mengkaji kebutuhan klien secara komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Membuat rencana yang telah dibuat selama praktik
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain wmaupun perawat lain
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6) Menerima dan menyesuaikan rencana
7) Melakukan rujukan kepada pekarya sosial dan kontak dengan lembaga
sosIal di masyarakat
8) Membuat jadwal perjanjian klinik
9) Mengadakan kunjungan rumah

c. Tugas Perawat Pelaksana (PP)


1) Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan
proses keperawatan dan kasih sayang:
a) Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien
b) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana
c) Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
d) Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan respon
klien pada catatan perawatan
2) Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab
a) Pemberian obat
b) Pemeriksaan laboratorium
c) Persiapan klien yang akan operasi
3) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial dan
spiritual
a) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
b) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman
dan ketenangan
c) Pendekatan dan komunikasi terapiutik
4) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan keperawatan dan pengobatan atau diagnosis
5) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
6) Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul maut
7) Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanakan ruangan secara
admnistratif
a) Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal
b) Sensus harian atau formulir
c) Rujukan harian atau formulir
8) Mengatur dan menyiapkan alat–alat yang ada di ruangan menurut
fungsinya supaya siap pakai
9) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan
10) Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secaa
berganti sesuai jadwal tugas
11) Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya
(PKMRS)
12) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara lisan
maupun tulisan
13) Membuat laporan harian klien

5. Penerapan Model Asuhan Keperawatan Professional (MAKP)


a. Tujuan:
Diharapkan setelah dilakukan praktik manajemen oleh mahasiswa Profesi
Nersdi Ruang Wardah mampu menerapkan MPKP primary nursing
secara baik.
b. Waktu :
c. Rencana Strategi :
1) Mendiskusnikan bentuk dan penerapan Model Asuhan Keperawatan
Professional (MAKP) yang dilaksanakan yaitu model Modulary
Nursing.
2) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
3) Melakukan pembagian peran perawat.
4) Menentukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat
5) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat
6) Menerapkan model MPKP yang direncanakan

d. Kriteria Evaluasi :
1) Struktur :
a) Menentukan penanggung jawab MAKP
b) Mendiskusikan bentuk dan penerapan MAKP yaitu primary
nursing
c) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat
d) Melakukan pembagian peran perawat
e) Menetukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
f) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat.
2) Proses :
a) Tahap uji coba pada tanggal 19 Februari - 01Maret 2022
3) Tahap Aplikasi pada tanggal Februari 2022
4) Hasil :
Mahasiswa mampu menerapkan MAKP primary nursing sesuai
dengan job description.

6. Supervisi Keperawatan
a. Langkah – langkah supervise
1. Pra supervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
b. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai
2. Pelaksanaan supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan instrument / alat
ukur yang telah disiapkanSupervisor mendapatkan beberapa hal
yang memerlukan pembinaan
b. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan
dan klarifikasi permasalahan
c. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan
memvalidasi data sekunder.
d. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
e. Supervisor melakukan Tanya jawab dengan Perawat katim dan
Perawat pelaksanaan
3. Pasca Supervisi-3F
a. Supervisor memberikan penilaian supervise (f-fair).
b. Supervisor memberikanFeed Back Klarifikasi (sesuai hasil laporan
supervise).
c. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.

b. Peran Supervisor dan Fungsi Supervisi


Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah
mempertahankan keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen
sumber daya yang tersedia, dengan lingkup tanggung jawab antara lain :
1) Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan.
2) Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan.
3) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.

c. Manajemen anggaran
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu
perencanaan, dan pengembangan. Supervisor berperan dalam :
1) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana
tahunan yang tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat
dicapai sesuai tujuan RS.
2) Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan
anggaran keperawatan.
3) Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi
begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar
dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan
kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.
d. Teknik Supervisi
1) Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompok, yaitu :
a) Mengacu pada standar asuhan keperawatan.
b) Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding
untuk menetapkan pencapaian.
c) Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan
kualitas asuhan.
2) Area Supervisi
a) Pengetahuan dan pengertian tentang klien.
b) Ketrampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.
c) Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran,
empati.
3) Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a) Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang
sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam
kegiatan,feed back dan perbaikan. Adapun prosesnya adalah :
1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisor.
2) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,
reinforcement dan petunjuk.
3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai
dan memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada
aspek yang positif sangat penting dilakukan oleh
supervisor.
b) Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun
lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan
balik dapat diberikan secara tertulis.
1. Supervisi dilakukan sesuai struktur organisasi
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dan ketrampilan dasar
manajemen, kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan
sesuai standart
4. Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokrasi
antara supervisor dan perawat pelaksana
5. Supervisi menerapkan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana
yang spesifik
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif,
komunikasi efektif, kreativitas dan motivasi
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil guna dan berdaya
guna dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan
e. Tujuan klien, perawat dan manajer.

Tujuan umum
Setelah disampaikan materi ini diharapkan mampu melaksanakan
supervisi di ruang Wardah
Tujuan khusus
1. Kepala ruangan mampu mengevaluasi dan menilai kinerja perawat
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan pendokumentasian asuhan
keperawatan khususnya pemberian obat (injeksi intravena).
2. Kepala ruangan mampu melakukan evaluasi sikap perawat dalam
melakukan tugas.
3. Kepala ruangan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan
yang ditemukan.
4. Mampu menjalin kerjasama dan keakraban antar perawat.
f. Target
1. Meningkatkan pelaksanaan supervisi secara terjadwal dan
terdokumentasi
2. Menentukan materi pelaksanaan supervisi keperawatan
3. Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama perawat ruangan
4. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.

g. Program Kerja

1. Materi supervisi
Pemberian obat melalui selang intra vena (per IV bolus).
2. Media supervisi
1) SOP
2) Format penilaian supervisi

3. Rencana strategi
Melaksanakan role play supervisi keperawatan

Tahap Perawat
KARU Perawat Primer Tempat
kegiatan Associate
Pra 1.Salam Pembuka Menguraikan tentang Ruang
Supervisi 2.Menyampaikan tujuan tindakan Pemberian Perawat
supervise Obat (Injeksi
3. Mengecek jadwal Intravena)
Pemberian Obat
(Injeksi Intravena)
4. Membacakan SOP
Supervisi
5.Mempersilahkan
Perawat Primer untuk
memberi tahu Perawat
Asosiet untuk
melakukan injeksi obat
(injeksi intravena)
6.Perawat Primer
mempersilahkan
Perawat Asosiet untuk
menyiapkan alat
tindakan yang akan di
supervisi
7.Perawat Asosiet
mempersiapkan alat
8.Perawat Asosiet
selesai menyiapkan alat
dan melaporkan ke
Perawat Primer
9.Perawat Primer
melaporkan ke Karu
bahwa superfisi siap
dilaksanakan
Supervisi 1. Melakukan 1. Melakukan cross Melakuka Ruang
15 menit pengawasan & cek kelengkapan n pasien
koordinasi 2. Melakukan persiapan
2. Menilai langkah-langkah dan
pelaksanaan pemberian obat pelaksanaa
pemberian obat dengan Benar. n
(injeksi intravena) a. menjelaskan pemberian
3. Mencatat bila kepada pasien obat sesuai
terdapat hal-hal dan keluarga dengan
yang perlu tentang tujuan rencana
didiskusikan dan prosedur Karu
bersama Perawat pemberian obat
Katim dan Perawat (injeksi
Pelaksana intravena) yang
4. Mengisi format/ akan dilakukan
instrumen penilaian prosedur
supervise b. Membawa alat ke
dekat pasien

3. Mendokumentasik
an tindakan
pemberian obat
(injeksi intravena)
pada lembar
observasi
4. Membereskan
alat-alat yang
digunakan
5. Mendengarkan
1. Menyampaikan Ruang
hasil penilaian Karu
supervise
2. Memberikan
feedback, reward,
follow up dan
konsep solusi
terhadap masalah
yang ditemukan.
Post Dokumantasi hasil Tanda tangan hasil Ruang
Supervisi supervise Salam supervisi Karu
10 menit penutup
h. Alur Supervisi
Ka Bidang Perawatan

Ka Per IRNA

Menetapkan kegiatan dan tujuan serta instrument /alat


Ka ukur
Ru
PRA
Supervisi

PP1 PP2
Menilai kinerja perawat
PELAKSANAAN
responsibility-Accountabillity
– Authority (R-A-A)
PA PA

PEMBINAAN (3-F)

PASCA  Penyampaian penilaian (fair)


 Feed Back (umpan Balik) Kinerja perawat dan
 Follow Up(Tindak Lanjut), kualitas pelayanan
Pemecahan Masalah dan reward

Keterangan : Supervisi

Gambar : Alur Supervisi Di Ruang Wardah


i. Evaluasi
b. Struktur
1) Supervisi dilaksanakan di Ruang Wardah
2) Peserta supervisi keperawatan hadir ditempat pelaksanaan kegiatan
3) Persiapan dilakukan 1 hari sebelumnya.

c. Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan supervisi sesuai peran yang
telah ditentukan
d. Hasil
Pelaksanaan supervisi sesuai dengan yang direncanakan.

i. Timbang Terima
a) Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengkomunikasikan segala informasi yang berkaitan dengan kondisi
klien.
2. Tujuan Khusus
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien (Data Fokus) di Ruang
Wardah
2) Menyampaikan askep dan tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan
kepada klien
3) Menyampaikan askep dan tindakan kolaboratif yang belum dilakukan
kepada klien
4) Menyampaikan hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya di Ruang Wardah
5) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya di Ruang Wardah
b) Langkah-langkah
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan
hal-hal apa yang akan disampaikan
3. PP menyampaikan kepada tanggung jawab shift yang selanjutnya
meliputi :
 Kondisi atau keadaan klien secara umum
 Tindak lanjut atau dinas menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
 Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru
 Karu dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung
melihat keadaan klien

1) Pelaksanaan
Kegiatan timbang terima dilaksanakan pada minggu II tanggal
bulan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh mahasiswa praktik profesi
menajemen keperawatan di Ruang Wardah.
2) Rencana strategi
1) Menyusun materi timbang terima
2) Membuat format timbang terima dan juknis
3) Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan
staf keperawatan
c) Mendokumentasikan hasil timbang terima penderita.Prosedur Timbang
trima

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana


1. KARU melakukan 30 Nurse Karu
timbang terima pasien di menit Station
Nurse Station
Persiapan 2. KARU memimpin do’a
sekaligus membuka
acara timbang terima

Pelaksanaan 1. Perawat Primer 60 Nurse PP pagi


menjelaskan kondisi menit station dan Pa
pasien ke perawat shif siang
2. Memberikan penjelasan
oleh Perawat Primer/
penanggung jawab shif Bed klien PA pagi
sebelumnya tentang
jumlah pasien dan
tingkat ketergantungan
3. Klarifikasi oleh Perawat
primer/ penanggung
jawab shif / perawat
pelaksana shif
selanjutnya terhadap
penjelasan yang
disampaikan saat
timbang terima di nurse
station
4. Melakukan validasi data
ke ruangan atau ke
pasien
5. Menanyakan keluhan
pasien saat timbang
terima
Penutup 1. Kembali ke nurse station 30 Nurse Semua
2. Melakukan klarifikasi menit Station
hasil validasi data
3. Memberi stampel bukti
timbang terima
4. Tulis tanggal/jam PP
timbang terima
5. Tulis shif , paraf dan
nama perawat yang
melakukan timbang
Karu
terima
6. Tutup kegiatan timbang
terima oleh kepala
perawat/ ketua
tim/perawat primer /
penanggung jawab shif
d) Alur Timbang Terima

Timbang Terima

SITUATION

Data Demografi Diagnosis Medis Diagnosis Keperawatan (Data)


DD

background

Riwayat keperawatan

Assessment :

KU; TTV;GCS;Skala Nyeri;Skala Resiko Jatuh ; dan ROS (poin yang penting )

Rekomendation :
Tindakan yang sudah
Dilanjutkna 3.Stop
Modifikasi
Strategi Baru

Gambar : Alur Timbang Terima Di Ruang Wasrdah


e) Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Dilaksanakan tepat waktu, setiap pergantian shift
2. Dipimpin oleh Karu atau PP
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah ada dan yang akan dinas
4. Adanya unsur bimbingan, pengarahan serta tanggung jawab
5. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistenatis dan
menggambarkan kondisi klien saat ini serta menjaga kerahasiaan klien
6. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan klien
7. Saat timbang terima dikamar klien, menggunakan volume suara yang cukup
sehingga klien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang privasi bagi klien.
semua yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di
depan pasien.
8. Sesuatu yang mungkin menjadi privasi dan rahasia klien sebaiknya dibicarakan
di nurse station.

f) Evaluasi
1. Struktur timbang terima . sarana dan prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain : catatan timbang terima, status pasien dan kelompok
shif timbang terima. kepala ruangan/ Nurse is charge (NIC) memimpin
kegiatan timbang terima yang dilakukan pada pergantian shif yaitu malam
ke pagi, pagi ke sore. kegiatan timbang terima pada shif sore ke malam
dipimpin oleh perawat primer yang bertugas saat itu

2. Proses
Proses timbang terima dimpimpin oleh karu dan dilaksanakan oleh seluruh
perawatan yang bertugas maupun yang akan mengganti shif. perawat
primer mengoperkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti
shif . timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian di
ruangan perawatan pasien dan kembali ke nurse station. Isi timbang terima
mencakup jumlah pasien, diagnosis keperawatan , intervensi yang belum/
sudah dilakukan.
3. Hasil
Timbang terima dapat dilakukan setiap pergantian shif. Setiap
perawat dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi
antarperawat berjalan dengan baik

j. Ronde Keperawatan
a) Tujuan
Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis
dan diskusi.
Tujuan Khusus
1) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan
masalah keperawatan klien
2) Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan
klien
3) Meningkatkan kemampuan validitas data klien
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
5) Meningkatkan kemampuan justifikasi
6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

b) Manfaat
1) Masalah pasien dapat teratasi
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3) Terciptanya komunitas perawatan yang profesional
4) Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
5) Perawat dapat melaksanakan model keperawatan dengan tepat dan
benar
c) Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah
pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut :
(1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
(2) Pasien dengan kasus baru atau langka.
d) Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan

PP
TAHAP
PRA
RONDE Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :

a. Inform Concent
b. Hasil Pengkajian/Validasi Data

a. Apa diagnosis keperawatan? Apa data ya


Penyajian
b.
TAHAP c. Bagaimana intervensi yang
PELAKSANAAN sudah dilakukan?
DI NURSE d. Apa hambatan yang ditemukan?
STATION

Validasi data di
bed pasien

TAHAP RONDE
PADA BED
KLIEN
Diskusi PP,
Konselor, KARU

TAHAP PASCA RONDE


Lanjutan-diskusi di
Nurse Station

Kesimpulan dan rekomendasi solusi masalah

Keterangan :
1. Pra-Ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langkah)
b. Menetukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literature
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian
f. Diskusi : apa diagnosis keperawatan ? Apa data pendukung ?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan ? Dan apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan ?
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan
dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu
didiskusikan
b. Diskusi antar anggota tim (PP, dokter, ahli gizi) tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan
3. Pasca-Ronde
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis dan intervensi
keperawatan selanjutnya.

e) Peran masing-masing anggota tim :


a. Peran perawat primer dan perawat assosiate
1) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
2) Menjelaskan diagnosis keperawatan.
3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
4) Menjelaskan hasil yang didapat
5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
6) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
b. Peran perawat konselor
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

f) Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam Discharge Planning


Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam Discharge Planning menurut
Nursalam adalah
1. Pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit, terapi dan perawatan
yang diperlukan.
2. Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam keluarga.
3. Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan kemampuan
mereka memberi asuhan.
4. Bantuan yang diperlukan pasien.
5. Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan,
minum, eliminasi, istirahat dan tidur, berpakaian, kebersihan diri,
komunikasi.
f) Materi
a. Teori asuhan keperawatan dengan dyspepsia
b. Masalah-masalah yang muncul pada pasien dengan dyspepsia
c. Intervensi keperawatan pada pasien dyspepsia

g) Mekanisme Kegiatan Ronde Keperawatan

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Keg. Pasien Tempat


1 hari Pra-ronde Pra-ronde : Penanggung - Mawar
sebelum 1. Menentukan kasus Jawab Kuning
ronde dan topik Bawah
2. Menentukan tim Lantai 1
ronde
3. Menentukan
literature
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan
pasien dengan
pemberian informed
consent.
5 menit Ronde Pembukaan : Kepala - Mawar
(Nurse 1. Salam pembuka Ruangan Kuning
Station) 2. Memperkenalkan Bawah
tim ronde Lantai 1
3. Menjelaskan tujuan
ronde
4. Mengenalkan
masalah pasien
secara spintas
30 menit Ronde Penyajian masalah : PP Mendengar Mawar
1. Mempersentasikan kan Kuning
asuhan keperawatan Bawah
pasien dengan PP Lantai 1
2. Menjelaskan
riwayat penyakit
dan keperawatan
pasien
3. Menjelaskan
masalah pasien dan
rencana tindakan
yang telah
dilaksanakan dan
serta menetapkan
prioritas yang perlu
dilakukan
Validasi data :
1. Mencocokkan dan
menjelaskan
kembali data yang
telah disampaikan
dan kembali ke
ruang nurse station
2. Diskusi antar
anggota tim dan Kepala Memberika
pasien tentang ruangan, n respond
masalah perawat an
keperawatan primer, menjawab
tersebut perawat pertanyaan
3. Pemberian assosiate,
justifikasi oleh perawat
perawat primer atau konselor,
konselor atau kepala tim gizi, tim
ruangan tentang dokter
masalah pasien serta
rencana tindakan
yang akan dilakukan
4. Menentukan
tindakan
keperawatan pada
masalah prioritas
yang telah
ditetapkan
10 menit Pasca 1. Melanjutkan diskusi Kepala - Mawar
ronde dan masukan dari ruangan, Kuning
tim perawat Bawah
2. Menyimpulkan konselor, Lantai 1
untuk menentukan supervisor,
tindakan pembimbin
keperawatan pada g
masalah prioritas
yang telah
ditetapkan
3. Evaluasi dan
rekomendasi
intervensi
keperawatan
4. Penutup
h) Kriteria Evaluasi
1. Struktur
Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Mawar Kuning Lantai 1
a. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
b. Menentukan kasus
c. Menyusun proposal
d. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan
c. Pelaksanaan ronde keperawatan sesuai dengan rencana dan alur yang
telah di tentukan
3. Hasil
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
5) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

k. Discharge Planning
a) Tujuan Discharge Planning
Menurut Nur Salam 2015 perencanaan pulang bertujuan (Elviani, dkk.,
2020) :
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan
status kesehatan pasien.
6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.

b) Manfaat Discharge Planning


Menurut Nur Salam 2015 , perencanaan pulang mempunyai manfaat
(Elviani, dkk., 2020) :
1. Memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada
pasien yang dimulai dari rumah sakit.
2. Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan
untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien.
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyambuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan perawatan baru.
4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan
perawatan rumah.

c) Alur Discharge Planing

Dokter dan tim kesehatan lain


Ners PP dibantu PA

Penentuan keadaan pasien


1. Klinis dan pemeriksaan penunjang
2. Tingkat ketergantungan

Pra Discharge Planning

Perencanaan pulang

Program HE :
Penyelesaian Pengobatan / kontrol.
administrasi Kebutuhan nutrisi
Aktivitas & istirahat

Middle Discharge Planning

Monitoring oleh petugas kesehatan & keluarga

Post Discharge Planning


Keterangan :
1. Tugas perawat primer
a. Membuat rencana dischart planning (Perencanaan Pulang)
b. Nenbuat leaflet
c. Memberi konseling
d. Memberikan pendidikan kesehatan
e. Menyediakan format dischart planning
f. Mendokumentasikan dischart planning
2. Tugas keperawatan asosiet
Melaksanakan agenda dischart planning (pada saat keperawatan dan
diakhir ners)

d) Prinsip-Prinsip Dalam Perencanaan Pulang


Prinsip-prinsip dalam perencanaan pulang antara lain:
1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan
dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi.
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan pulang
merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja
sama.
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas
yang ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun
fasilitas yang tersedia di masyarakat.
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan.
Setiap klien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus
dilakukan.

e) Komponen Perencanaan Pulang


Menurut Jipp dan Sirass (1986) dalam Kristina (2007), komponen
perencanaan pulang terdiri dari (Elviani, dkk., 2020) :
1. Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan
(health education) mengenai diet, mobilisasi, waktu kontrol dan
tempat kontrol. Pemberian pelajaran disesuaikan dengan tingkat
pemahaman dan keluarga, mengenai perawatan selama selama pasien
di rumah nanti.
2. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya
Pada pasien yang akan pulang dijelaskann obat-obat yang masih
diminum, dosis, cara pemberian dan waktu yang tepat minum obat.
3. Obat-obat yang dihentikan
Meskipun ada obat-obatan yang tidak diminum lagi oleh pasien, obat-
obat tersebut tetep dibawakan ke pasien.
4. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan hasil pemeriksaan selama
MRS dibawakan ke pasien waktu pulang.
5. Surat-surat seperti: surat keterangan sakit, surat kontrol

f) Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam Discharge Planning


Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam Discharge Planning menurut
Nursalam adalah
6. Pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit, terapi dan perawatan
yang diperlukan.
7. Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam keluarga.
8. Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan kemampuan
mereka memberi asuhan.
9. Bantuan yang diperlukan pasien.
10. Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan,
minum, eliminasi, istirahat dan tidur, berpakaian, kebersihan diri,
komunikasi.
11. Sumber dan system pendukung yang ada dimasyarakat
12. Sumber finansial dan pekerjaan
13. Fasilitas yang ada dirumah dan harapan pasien setellah dirawat
14. Kebutuhan keperawatan dan supervise dirumah

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan sebelum pasien diperbolehkan


pulang :
1. Pendidikan Kesehatan
a. Kontrol (waktu dan tempat)
b. Diet/nutrisiyang harus dikonsumsi
c. Aktivitas dan istirahat, control
d. Keperawatan diri (kebersihan diri dan mandi)
2. Program pulang berharang bertujuan untuk melatih pasienkembali
kelingkungan keluarga dan masyarakat antara lain apa yang harus
dilakukan pasien dirumah sakit dan apa yang harus dilakukan keluarga.
Rujukan integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubugan langsung
antara keperawatan komunitas atau praktik mandiri keperawatan dengan rumah
sakit, sehingga dapat pengetahui perkembangan pasien dirumah.

g) Jenis Pemulangan
Chesca (1982) dalam Supriyo (2006), mengklasifikasikan jenis
pemulangan pasien sebagai berikut:
1. Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang
ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat
komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada
pengawasan dari pihak rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini
merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun
apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawaatan dapat
dilakukan kembali.
3. Judical discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan
pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk
pulang, tetapi pasien harus dipantau dengan melakukan kerjasama
dengan perawat Puskesmas terdekat.

h) Dokumentasi
Menurut Iyer dan Camp (2005) dalam Supriyo (2006), sebuah format yang
memuat petunjuk yang mengingatkan pemberi pelayanan kesehatan yang
mengimplementasikan dan mendokumentasikan perencanaan pemulangan
merupakan hal yang sangat membantu. Perencanaan pemulangan sering
dicantumkan dalam format terpisah dalam rekam medis, format ini biasanya berisi
hal-hal berikut :
1. Pengkajian awal terhadap kebutuhan perencanaan pulang.
2. Usaha untuk menempatkan pasien pada fasilitas yang tepat agar
mendapatkan perawatan yang kontinyu atau untuk mengatur pasien
agar mendapatkan perawatan di rumah sesuai kebutuhan.

Peran perawat dalam discharge planning (Perencanaan Pulang)


1. Kepala ruangan
1) Membuka acara discharge planning (Perencanaan Pulang) kepada
pasien
2) Menyetujui dan menandatangani format discharge planning
(Perencanaan Pulang)

2. Perawat primer
1) Membuat rencana discharge planning (Perencanaan Pulang)
2) Memberikan konseling
3) Memberikan pendidikan kesehatan
4) Menyediakan format discharge planning (Perencanaan Pulang)
5) Mendokumentasikan discharge planning (Perencanaan Pulang)

3. Perawat associate
Ikut membantu dalam melaksanakan discharge planning (Perencanaan
Pulang) yang sudah direncanakan oleh perawat primer.

i) Materi
1. Penjelasan tentang penyakit
2. Penatalaksanaan pada pasien di rumah dan di rumah sakit
3. Aktifitas dan istirahat
j) Metode
Metode : Diskusi dan tanya jawab
Media :Status pasien, Format discharge planning(Perencanaan Pulang).
k) Instrumen
1. Lembar Discharge Planing(Perencanaan Pulang)
l) Mekanisme Kegiatan

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksanaan


Persiapan 1. PP 1 sudah siap dengan 10 Nures PP 1
status pasien dan fornmat menit Station
discharge planning.
2. Menyebutkan masalah
pasien
3. Menyebutkan hal – hal yang
perlu diajarkan pada pasien
dan keluarga.
4. KARU memeriksa
kelengkapan administrasi.
Pelaksanaan 1. PP 1 menyampaikan 30 Bed PP dan PA
pendidikan kesehatan , menit Pasien/
melakukan demonstrasi dan ners
remonstrasi : station
a. Diet
b. Aktivitas dan
istirahat
c. Minum obat teratur
d. Keperawatan diri
2. PP 1 menannyakan kembali
pada pasien tentang materi
yang telah disampaikan.
3. PP 1 mengucapkan
terimakasih.
4. Pendokumentasian.

Penutup 1. Karu memeriksa kembali 5 menit Nurse KARU, PP,


discharge plannning yang Station PA
telah dilakukan
2. Karu memberikan reward
danmasukan atau saran
kepada PP

i. Sentralisasi Obat
a) Tujuan Sentralisasi Obat
Menurut Nursalam (2002) sentralisasi obat bertujuan untuk (Elviani,
dkk., 2020) :
1. Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian
obat.
2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun
secara moral.
3. Mempermudah pengelolahan obat secara efektif dan efisien.
4. Menyeragamkan pengelolaan obat.
5. Mengamankan obat-obat yang dikelola.
6. Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat klien, dosis,
waktu, cara, dan waspada efek samping.
b) Teknik Pengelolahan Sentralisasi Obat
1. Penanggung jawab pengelolahan obat adalah kepala ruangan yang
secara optimal dapat didelegasikan kepeda staf yang di tunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam mengontrol
penggunaan obat.
3. Penerimaan Obat:
1) Keluarga menyerahkan resep dan persyaratan yang diperlukan
kepada depofarmasi.
2) Perawat menerima obat dari kurir farmasi setiap hari untuk kebutuhan
dalam kemasan.
3) Perawat menuliskan nama pasien, registrasi, jenis obat, dan jumlah
(sediaan) dalam format pemberian obat dan memeinta tanda tangan
petugas farmasi.
4) Obat yang telah diterima dari farmasi selanjutnya disimpan oleh
perawat dalam kotak obat.
5) Keluarga klien selanjutnya mendapatkan informasi bila mana obat
tersebut akanhabis.
4. Pembagian Obat :
1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam lembar
daftar pemberianobat.
2) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan
3) Memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian
obat,dengan terlebih dahulu di cocokan dengan terapi di dalam advis
dokter.
4) Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat,jumlah obat, efek samping obat, pantau adanta efek
samping pasien.
5) Sediaan obat yang ada selanjutnya di cek setiap pagi oleh kepala
ruangan/petugas yangditunjuk dan didokumentasikan dalam
formatpemberian obat pada kolom sisa.
5. Penambahan obat :
Bila ada penambahan/perubahan jenis, dosis atau perubahan rute
pemberianobat,maka informasi ini akan di masukkan dalam format
pemberian obat padakolom terima.
6. Obat Khusus
1) Obat disebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan rute pemberian yang cukup sulit, memiliki efek
samping yangcukup besar atau hanya di berikan pada waktu tertentu.
2) Pemberian obat khusus didokumentasikan di format pemberian obat
khusus.
3) Informasi yang di berikan pada klien/keluarga yaitu nama obat
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian dan tempat obat sebaiknya diserahkan/ditunjukkan pada
keluarga setelah pemberian.
4) Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat.

c) Pengorganisasian Peran

1. Kepala Ruangan
1) Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktik.
2) Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
3) Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
2. Perawat Primer
1) Menjelaskan tujuan dilaksanakanya sentralisasi obat.
2) Menjelaskan manfaat dilaksanakan sentralisasi obat.
3) Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
4) Melakukan pendelegasian tentang pemberian obat kepada perawat
associate.
3. Perawat Associate
1) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana.
2) Melaksanakan program medis pemberian obat dengan
penuh tanggung jawab.
3) Melakukan pencatatan dan kontrol terrhadap pemakaian obat
selama klien dirawat.
d) Instrumen
1. Surat persetujuan pengelolaan sentralisasi obat.
2. Lemari/kotak sentralisasi obat.
3. Format pemberian obat
4. Format serah terima obat.

a) Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat

DOKTER Koordinasi dengan Perawat

PASIEN/KELUARGA

FARMASI/APOTEK Surat persetujuan sentralisasi


obat dari perawat

PASIEN/KELUARGA  Lembar serah terima obat



Buku serah terima/masuk
obat
PP/PERAWAT YANG MENERIMA

PENGATURAN DAN PENGELOLAAN OLEH PERAWAT

PASIEN/KELUARGA
Keterangan :

: Garis Komando

: Garis Koordinasi
Gambar : Diagram alur pelaksanaan sentralisasi obat (Nursalam,
2002) dalam buku edisi tahun 2015.

e) Pelaksanaan Kegiatan

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana


Persiapan 1. KARU memberitahu Perawat 10 Kantor KARU &
Primer bahwa ada pasien baru menit Perawat PP
yang perlu
diberikanpenjelasantentang
Sentralisasi obat.
Kantor KARU &
2. Karu mengecek persiapan PP Perawat PP
yang akan memberikan
penjelasan tentang sentra-
lisasi obat yaitu Surat
persetujuan pengelolaan
sentralisasi obat, lemari /
kotak sentralisasi obat, tempat
obat dan baki (kita sudah
memiliki), tanda bukti serah
terima obat dari farmasi,
format pemberian obat oral Kantor PPrimer &
dan injeksi Perawat PPelaksana
3. Perawat Primer meminta
bantuan Perawat Pelaksana
untuk melakukan pelaksanaan
Sentralisasi obat
Pelaksana 1. Perawat Pelaksana menuju 30 Kamar PPelaksana
an ruang bed pasien untuk meminta menit Pasien & Keluarga
keluarga pasien datang ke kantor Pasien
perawat

2. Perawat Pelaksana dan Kamar PPelaksana


Keluarga pasien menuju ke kantor Pasien & Keluarga
perawat Pasien

3. Perawat Primer menyampaikan Kantor PP &


tentang sentralisasi obat kepada Perawat Keluarga
keluarga pasien : Pengertian pasien
sentralisasi obat, tujuan
sentralisasi obat, dan beberapa
alasan yang paling sering
mengapa obat perlu disentralisasi.

4. Perawat Primer Kantor PP


membantukeluarga pasien untuk Perawat &Keluarga
mengisi berkas format pasien
persetujuan.
Kantor PP &
5. Perawat Primer menyuruh Perawat Keluarga
keluarga pasien untuk mengambil pasien
resep di farmasi
Kantor PP &
6. Keluarga pasien menyerahkan Perawat Keluarga
obat terhadap Perawat Primer pasien

E7. Perawat Primer limpahkan Kantor PPrimer


wewenang mengelola obat dan Perawat & Perawat
mendistribusikan obat pasien Pelaksana
kepada Perawat Pelaksana.

8. Perawat Primer melakukan Kamar Perawat


tindakan injeksi sekaligus pasien Primer &
mengidentifikasi status pasien pasien

Penutup 1. Perawat Primer dan Perawat Kantor PP, Perawat


Pelaksana mengkonfirmasi ke perawat Pelaksana,
KARU karena sudah melakukan KARU
tindakan Sentralisasi obat
i. Penerimaan Pasien Baru
a) Tujuan
1. Tujuan Umum:
Setelah dilakukan penerimaan pasien baru diharapkan pasien baru
di Ruang Wardah mampu melakukan adaptasi ruangan dengan lebih baik,
sehingga tingkat kecemasan pasien dapat berkurang.
2. Tujuan Khusus:
(1) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan
terapeutik
(2) Menjelaskan tentang orientasi
ruangan (3)Menjelaskan tentang
perawatan
(4)Menjelaskan tentang medis (dokter yang menangani dan jadwal visite)
(5)Menjelaskan tentang tata tertib ruangan
(6)Melakukan/melengkapi pengkajian pasien baru
b) Tujuan Penerimaan Pasien Baru
(1) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan
terapeutik
(2) Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan klien
(3) Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
(4) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRSTahapan Penerimaan
Pasien Baru
c) Tahap pra penerimaan pasien baru
(1) Menyiapkan kelengkapan administrasi
(2) Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
(3) Menyiapkan format penerimaan pasien baru
(4) Menyiapkan buku status pasien dan format pengkajian keperawatan
(5) Menyiapkan informed concent sentralisasi obat.
(6) Menyiapkan nursing kit
(7) Menyiapkan lembar tata tertib pasien, keluarga dan pengunjung
ruangan
d) Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru
(1) Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/perawat primer/
perawat yang diberi delegasi.
(2) Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya.
(3) Perawat menunjukkan kamar/ tempat tidur klien dan mengantar ke
tempat yang telah ditetapkan.
(4) Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur
(apabila pasien datang dengan branchard/ kursi roda) dan berikan posisi
yang nyaman.
(5) Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar.
(6) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat
memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang orientasi
ruangan, perawatan (termasuk perawat yang bertanggung jawab dan
sentralisasi obat), medis (dokter yang bertanggung jawab dan jadwal
visite), dan tata tertib ruangan.
(7) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah
disampaikan.
(8) Perawat melakukan data awal/pengkajian sesuai format pengkajian.
(9) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menandatangani informed concent sentralisasi obat.
(10) Perawat mempersilakan anggota keluarga yang lain untuk keluar.
e) Peran perawat dalam penerimaan pasien baru
(1) Kepala ruangan
a. Menerima pasien baru
(2) Perawat primer
i. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru
ii. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
iii. Melakukan pengkajian pada pasien baru
iv. Mengorientasikan klien pada ruangan
v. Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung
jawab
vi. Memberikan penjelasan tentang sentralisasi obat pada pasien
vii. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
(3) Perawat associate
Membantu PP dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru
f) Alur penerimaan pasien baru
PRA KARU memberitahu PP akan nada pasien baru

PP menyiapkan

1. Lembar pasien masuk rumah sakit


2. Buku status dan lembar format
pengkajian pasien
3. Nursing kit
4. Informed consent sentralisasi obat
5. Lembar tata-tertib pasien dan pengunjung
6. Lembar tingkat kepuasan pasien
7. Tempat tidur pasien baru

Pelaksanaan KARU, PP, dan PA menyambut pasien baru

PP menjelaskan segala sesuatu yang tercantum dalam lembar penerimaan pasien

Anamnesis pasien baru oleh PP dan PA

Terminasi
Terminasi

Evaluasi

Gambar : Diagram alur pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru (Nursalam, 2015)


g) Media
1. Lembar pasien masuk RS
2. Lembar pengkajian
3. Nursing kit
4. Lembar inform consent sentralisasi obat

h) Mekanisme Penerimaan Pasien Baru

TAHAP KEGIATAN TEMPAT WAKTU PELAKSANA


Pra 1. KARU memberitahu PP Nurse 5 menit KARU
Penerimaan bahwa akan ada pasien baru Station PP
pasien baru 2. PP menyiapkan hal-hal yang
diperlukan dalam
penerimaan pasien baru,
diantaranya lembar pasien
masuk RS, lembar
pengkajian, lembar informed
consent, dan nursing kit.
3. PP meminta bantuan
PA untuk
mempersiapkan tempat
tidur pasien baru
4. KARU menanyakan kembali
pada PP tentang
kelengkapan untuk
penerimaan pasien baru.
5. PP menyebutkan hal-hal
yang telah dipersiapkan
TAHAP KEGIATAN TEMPAT WAKTU PELAKSANA
Pelaksanaan 1. KARU dan PP menyambut Kamar 20 menit KARU
penerimaan pasien dan keluarga dengan Pasien PP
pasien baru memberi salam serta PA
memperkenalkan diri dan PP Pasien dan
pada klien/keluarga keluarga
2. PP menunjukkan tempat
tidur pasien yang akan
ditempati.
3. Di tempat tidur pasien, PP
melakukan anamnesa
dengan dibantu oleh PA.
4. Kemudian PP mengisi
lembar pasien masuk serta
menjelaskan mengenai
beberapa hal yang tercantum
dalam lembar penerimaan
pasien baru.
5. Ditanyakan kembali pada
pasien dan keluarga
mengenai hal-hal yang
belum dimengerti.
6. PP, pasien dan keluarga
menandatangani persetujuan
sentralisasi obat.
7. PP memberikan lembar
kuesioner lembar
pengetahuan pasien.
8. PP dan PA kembali ke Nurse
Station.
Post 1. KARU memberikan reward Nurse 5 menit KARU
penerimaan pada PP dan PA Station PP
pasien baru 2. PP melaksanakan intervensi PA
keperawatan.

i) Evaluasi
Evaluasi
struktur
1. Persiapan dilakukan selama 5 hari mulai dari pembuatan proposal, undangan,
berlatih role play sampai dengan kegiatan penerimaan pasien baru dilakukan.
2. Acara dilakukan tepat waktu sesuai dengan jadwal pada Gann Chart.
3. Kegiatan role play dimulai pada pukul 09.00 WIB, sesuai dengan jadwal yang
ditentukan
4. Pasien yang dilakukan penerimaan pasien baru adalah teman sendiri sebagai
peran
5. Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh KARU, PP, dan PA.

Evaluasi proses
1. Pasien baru disambut oleh KARU, PP, dan PA.
2. PP melakukan anamnesa dengan dibantu oleh PA.
3. Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan, perawatan (termasuk
Sentralisasi obat), medis, serta tata tertib ruangan.
4. Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
Evaluasi hasil
1. Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan benar.
2. Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis, serta tata tertib
ruangan
3. Pasien sudah menandatangani persetujuan sentralisasi obat
4.

Anda mungkin juga menyukai