Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KEPERAWATAN MANAJEMEN PENGELOLAAN

RUANG RAWAT INAP G


RUMAH SAKIT PRIMAYA PGI CIKINI

Disusun oleh:

Anisa Firdaus (1420123198)


Desti Dora Natalia (1420123192)
Ike Sari Theresia Girsang (1420123173)
Menci Yunitan Tamonob (1420123177)
Nicolas Nazaretto (1420123182)
Santa Elisabet Purba (1420123183)
Trety Mentari Telaumbanua (1420123172)
Yulita Putri Muktiwi (1420123202)

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG


2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas praktek
Manajemen Keperawatan. Kami telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat
menyelesaikan tugas laporan praktek manajemen keperawatan ini dengan sebaik-baiknya,
namun kami menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari semua pihak. Kami berharap
semoga laporan praktek manajemen keperawatan ini bermanfaat bagi kami khususnya para
perawat di ruang rawata inap bagian G.

Dalam penyusunan laporan praktek manajemen keperawatan ini tidak lepas dari
bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
kami ingin menyampaikan terima kasih pada yang terhormat :

1. Dr. Desylia Sudjiadi, Mars, selaku direktur Rumah sakit Primaya PGI Cikini Jakarta
Pusat.
2. Ns. Juliani Tarigan, M.Kep selaku divisi bidang perawatan.
3. Ns. Lasma Juliana S.S. Kep selaku sebagi Perawat Koordinator G
4. Lidya Maryani, S.Kep.,Ners., M.M., M.K selaku pembimbing koordinator mata kuliah
Manajemen keperawatan
5. Herwinda Sinaga, S.Kep.,Ners., M.Kep selaku sebagai pembimbing klinik
manajemen keperawatan.
6. Rekan-rekan mahasiswa/i STIKES Immanuel-Bandung yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini

Segala kemampuan dan daya upaya telah diusahakan semaksimal mungkin,namun


penyusun menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap
kan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan makalah ini. Penuli
s berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya di dunia kepera
watan..
Jakarta, April 2024

Kelompok II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang s
angat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Ind
onesia. Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyeleng-garakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat in
ap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU No. 44 Tahun 2009). Pelayanan kesehatan yang
baik dan berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan non medis. Profesi yang
ada disuatu rumah sakit terdapat berbagai profesi tenaga kesehatan yang terlibat dalam p
elayanan yang saling bekerjasama antara satu sama lain yang menunjang pelayanan. Ber
bagai macam profesi yang terdapat dalam pelayanan di rumah sakit antara lain dokter, b
idan, ahli gizi, radiologi dan lain sebagainya dan salah satunya adalah profesi perawat. P
rofesi perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit karena pelayanan yang diberikan berdasarkan pendekatan bio,
psiko, sosial, spritual dan dilaksanakan selama 24 jam secara berkesinambungan.

Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu me


tode perlakuan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya d
apat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawata
n terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan ev
aluasi hasil (Nursalam, 2011). Menurut Marquis & Huston (2010) menyatakan proses m
anajemen dibagi lima tahap yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasia
n), staffing (ketenagaan), directing (pengarahan) dan controlling (pengendalian) yang m
erupakan satu siklus yang saling berkaitan.

Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja kera
s dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok. Untuk dapat mengambil keputusan da
n bertindabaik maka seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kesadaran diri, ke
mampuan berkomunikasi dengan baik, energi, dan tujuan yang jelas. Seorang pemimpin
harus menjadi role model yang baik dalam cara kepemimpinannya, dalam pelaksanaan t
ugas maupun dalam membangun kerja sama dan bekerja sama dengan orang lain termas
uk dengan bawahannya. (George P Terry, 2012).

Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan seorang pemimpin (perawat)


dalam mempengaruhi perawat-perawat lain yang berada di bawah pengawasannya untu
k pembagian tugas dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan asuhan keperawat
an sehingga tujuan keperawatan tercapai. Kepemimpinan atau proses mempengaruhi ora
ng lain menuju pada pencapaian sasaran, sudah sejak lama, diakui sebagai aspek vital da
ri manajemen. Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yan
g dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela ma
u dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Georgy R. Terry,
2012). Fungsi perencanaan sebaiknya dilakukan oleh koordinator secara optimal agar da
pat memberikan arah kepada perawat pelaksana, mengurangi dampak perubahan yang te
rjadi, memperkecil pemborosan atau kelebihan dan menentukan standart yang akan digu
nakan dalam melakukan pengawasan serta pencapaian tujuan. Kepemimpian dalam pen
gendalian berguna untuk menentukan kegiatan yang akan datang, mengumpulkan umpa
n balik dan hasil-hasil yang secara periodik di tindaklanjuti dalam rangka membandingk
an hasil yang diperoleh dengan perencanaan yang dibuat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Emanuel Vensi, at all (2014) tentang analisis f
aktor-faktor yang mempengaruhi kinerja klinis perawat berdasarkan penerapan sistem
pengembangan manajemen kinerja klinis (spmkk) di ruang rawat inap rumah sakit pan
ti wilasa citarum semarang menyatakan ada pengaruh pengetahuan terhadap kinerja klin
is dengan nilai p 0,004 (≤ 0,25), pengaruh sikap terhadap kinerja klinis dengan nilai p 0,
003 (≤ 0,25), pengaruh motivasi terhadap kinerja klinis dengan nilai p 0,042 (≤ 0,25), pe
ngaruh monitoring terhadap kinerja klinis dengan nilai p 0,003 (≤ 0,25). Menurutnya Ke
pala bidang keperawatan perlu merencanakan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
kinerja klinis perawat dengan pendidikan, seminar secara rutin dan berkesinambungan.
Setiap kali ada pelatihan tentang SPMKK sebaiknya dilakukan pretest dan post test agar
dapat dimonitor seberapa jauh perkembangan pengetahuan individu tentang SPMKK.

Oleh karena salah satu penelitian mendukung bahwa pada mata kuliah ke-pemimpi
nan dan manajemen keperawatan dalam tahapan S1 keperawatan merupakan suatu kese
mpatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori-teori manajemen yang dipadukan
secara komprehensif dengan kemampuan intelektual, kemampuan teknis keperawatan d
an kemampuan interpersonal dalam lingkup tatanan pelayanan kesehatan yang nyata, ya
itu ruang rawat inap. Dalam konteks belajar inilah mahasiswa diberikan satu ruang rawa
t untuk dikelola dengan pendekatan proses manajemen keperawatan, dalam hal ini Ruan
g G RS Primaya PGI Cikini di bawah arahan pembimbing akademik dan pembimbing kl
inik ruangan.

Rumah Sakit PRIMAYA PGI Cikini adalah rumah sakit tipe B yang berada didaera
h Jakarta Pusat mempunyai Visi menjadi penjaringan pelayanan kesehatan atau Rumah
Sakit terkemuka yang berstandart internasional Dalam konteks belajar ini, mahasiswa di
berikan ruang rawat inap untuk dikelola dengan pendekatan proses manajemen keperaw
atan, salah satunya adalah Ruang Rawat Inap G. Ruang G merupakan ruang rawat inap
dewasa dan anak terdiri dari kelas 1 dan kelas 2. Ruang G terdiri dari 8 kamar dan 17 te
mpat tidur dengan tenaga keperawatan 16 orang. Dengan klasifikasi tingkat pendidikan
DIII (Akper) 5 orang dan klasifikasi tingkat pendidikan S1 (Ners) 4 orang, DIII (Akbid)
6 orang, D4 kebidanan 1 orang. Proses belajar ini diharapkan mampu menjadi suatu kes
empatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori-teori manajemen yang dipadukan
secara komprehensif dengan kemampuan intelektual, kemampuan teknis keperawatan d
an kemampuan interpersonal dalam lingkup tatanan pelayanan kesehatan yang nyata di r
uang rawat inap di bawah arahan dan bimbingan intensif dari pembimbing akademik da
n pembimbing klinik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah
“Bagaimana tata kelola di Ruang G. RS Primaya PGI Cikini Jakarta”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah mahasiswa mampu melak
ukan pengelolaan unit pelayanan di ruang rawat inap (ruang G) dengan menerapkan
prinsip-prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :
a. Mahasiswa mampu menerapkan konsep, teori, dan prinsip kepemimpinan dalam
tatanan unit pelayanan keperawatan.
b. Mahasiswa mampu menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan unti
pelayanan keperawatan.
c. Mahasiswa mampu menerapkan model dan tipe kepemimpinan dalam unit
pelayanan keperawatan.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan analisis internal dan eksternal (SWOT) di
Ruang G, RS Primaya PGI Cikini Jakarta.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan dan mampu
menyusun rekomendasi atau tindak lanjut kegiatan yang telah dilaksanakan.

D. Sistematika penulisan

1. Bab I Pendahuluan :
Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Masalah, Sistematika Penulisan
2. Bab II Tinjauan Pustaka :
Konsep Manajemen Keperawatan, Proses Manajemen Keperawatan, Fungsi
Manajemen Dalam Keperawatan
3. Bab IV Implementasi Dan Evaluasi:
Implementasi, Evaluasi, Rencana Tindak Lanjut
4. Bab V Penutup:
Kesimpulan, Saran
5. Daftar Pustaka
6. Lampiran
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Perspektif pelayanan keperawatan di Ruangan

A. KONSEP MANAJEMEN KEREWATAN

1. Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif dalam men
jalankan suatu kegiatan diorganisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan supervi
si terhadap staf sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. (Grant & Ma
ssey, 1999).
Sedangkan manajemen menurut Fayol adalah memperkenalkan dan meren-canak
an, mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinasi, dan mengendalikan.
Memperkirakan dan merencanakan berarti mempertimbangkan masa depan dan
menyusun rencana aktifitas. (Fayol dalam bukunya Russel, 2000).
Manajemen Keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan,
dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1985).

2. Komponen Manajemen Keperawatan


Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan, yaitu :
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan, sistem klasifikasi
pasien dan metode proses asuhan keperawatan.

A. Sistem Pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan terdiri dari:
a) Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuhan keperawatan dengan
cara membagi habis tugas pada perawat yang berdinas.
b) Kelebihan metode fungsional
1. Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan baik untuk
RS yang kekurangan tenaga.
2. Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial sedangkan perawat
junior bertanggung jawab pada perawatan pasien.
c) Kelemahan metode fungsional
1. Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang terpisah-pisah
atau tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
2. Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.

B. Metode Tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total kepada sekelom
pok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri dari tenaga profesional, teknikal
dan pembantu.

a) Konsep Metode Tim.


Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik kepemimpinan.
1. Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
2. Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
b) Kelebihan Metode Tim
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanaan proses perawatan.
3. Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflik mudah diatasi.
4. Memberikan kepuasan pada anggota tim.
c) Kelemahan Metode Tim.
Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi tim yang sulit terbentu
k pada waktu-waktu sibuk.

C. Model Keperawatan Primer.


Metode primer yaitu metode pemberian asuan asuhan kerawatan komprehensi
f yang merupakan penggabungan model praktik keperawatan profesional. Setiap p
erawat profesional bertanggunng jawab terhadap asuhan keperwatan pasien yang
menjadi tanggungjawabnya.

a) Konsep dasar metode primer.


1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
2. Ada otonomi.
3. Ketertiban pasien dan keluarga.
b) Ketenagaan metode primer
1. Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”.
2. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat.
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya maupun non profe
sional sebagai perawat asisten.
c) Kelebihan metode keperawatan primer
1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif.
2. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan m
emungkinkan pengembangan diri.
d) Kelemahan metode keperawatan primer
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahu
an yang memadai dan kriteria assertife, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, accountable serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

D. Sistem Klasifikasi Pasien


Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai dengan keterg
antungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang dibutuhkan untuk
memberi asuahan keperawatan yang dibutuhkan. Klasifikasi tingkat ketergantunga
n pasien menurut Douglas (1984), adalah:

a) Minimal Care
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam/dengan kriteri
a:
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri.
3. Ambulasi dengan pengawasan.
4. Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff.
5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

b) Intermediet Care
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria:
1. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
3. Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali.
4. Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan prose
dur.

c) Perawatan Intensif
Perawatan total care memerlukan waktu 5 - 6 / 24 jam dengan kriteria:
1. Segalanya diberikan atau dibantu.
2. Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.
3. Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena.
4. Pemakaian suction.
5. Gelisah atau disorientasi.

E. Metode Proses Keperawatan

Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan y


ang ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam
rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/ klien, di mulai dari pengkajian (pen
gumpulan data, analisis data dan penentuan masalah), diagnosis keperawatan, pela
ksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan. Metode proses keperawatan menca
kup tahap-tahap dalam proses keperawatan, yaitu:

a) Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistemati
s untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang
di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tt
ahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, analisis data dan pen
entuan masalah kesehatan serta keperawatan.

b) Pengumpulan Data
Tujuanya adalah diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan
yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil u
ntuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial d
an spiritual serta faktor lingkungan yang mem-pengaruhinya. Data tersebut har
us akurat dan mudah dianalisis. Jenis data antara lain, data objektif, yaitu data y
ang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misaln
ya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjekyif, yaitu data yang
diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi la
in misalnya, kepala pusing, nyeri dan mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi:
1. Status kesehatan sebelumnya dan sekarang.
2. Pola koping sebelumnya dan sekarang.
3. Fungsi status sebelumnya dan sekarang.
4. Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan.
5. Resiko untuk masalah potensial.
6. Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien.

c) Analisa Data.
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir r
asional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.

d) Perumusan Masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah
kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan
asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan
lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan
sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan ber-dasarkan criteria penti
ng dan segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan me
nimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasie
n stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencega
h komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat dite
ntukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu: Keadaan yang
mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang
kesehatan dan keperawatan.

e) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelom
pok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberik
an intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membat
asi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000). Perumusan diagnosa keperawat
an:
1. Actual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
2. Resiko: Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di
lakukan intervensi.
3. Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
4. Wellness: Keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera
yang lebih tinggi.
5. Syndrom : Diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual
dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian
atau situasi tertentu.

f) Rencana Tindakan Keperawatan


Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien berali
h dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil y
ang di harapkan (Gordon, 1994). Rencana tindakan keperawatan merupakan pe
doman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehing
ga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yan
g diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat
memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat
lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk
memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan
keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam
laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup
kebutuhan klien jangka panjang. (Potter, 1997).

g) Tindakan Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Ada
pun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Tahap 1:
Persiapan yaitu tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat
untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.
2. Tahap 2:
Intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah
kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi t
indakan: Independen, Dependen dan Interdependen.
3. Tahap 3:
Dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pen
catatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keper
awatan.

h) Evaluasi Tindakan Keperawatan


Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan j
alan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. S
edangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara ti
ngkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan k
esehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Sasaran eva
luasi adalah sebagai berikut:
1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria/rencana yang telah disusun.
2. Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah di
rumuskan dalam rencana evaluasi.
3. Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
 Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan atau
kemajuan sesuai dengankcriteria yang telah ditetapkan.
 Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara mengatasinya.
 Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan /
kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat
perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data,
analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang
menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.

i) Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat d
iandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. (Potter,
2005). Banyak para ahli menyusun sistem dokumentasi keperawatan. Sistem d
okumentasi ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri, namun pada dasar
nya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa sistem pendoku-mentasian yang ser
ing dipakai antara lain: Catatan Berorientasi Pada Sumber (Source Oriented Re
cord ISOR). Sistem ini memberi kemudahan dalam menempatkan catatan men
genai data yang diperoleh karena biasanya masing-masing format telah dibuat s
ecara spesifik. Namun demikian sistem ini memiliki kelemahan antara lain info
rmasi menjadi sulit dipelajari secara lengkap karena masing-masing data berad
a pada format yang berbeda. Komponen SOR meliputi hal berikut:

1. Lembar penerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti, nama, alamat, tempat
dan tanggal lahir, status perkawinan serta,diagnosis pada saat masuk rumah
sakit.
2. Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter yang dilengkap
i dengan tanggal dan, tanda tangan dokter yang bersangkutan.
3. Lembar riwayat medik.
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik, kondisi kesehatan
klien, perkembangan, dan tindak lanjut.
4. Catatan perawatan.
Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosis, intervensi dan
evaluasi.
5. Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan laboratorium,
laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda vital, masukan dan
haluaran cairan serta pengobatan. Terdapat 3 model dokumentasi yang
saling berhubungan, saling keter-gantungan dan dinamis, yaitu komunikasi,
proses keperawatan dan standar dokumentasi.

 Ketrampilan komunikasi secara tertulis adalah ketrampilan perawat dala


m mencatat dengan jelas, mudah dimengerti. Dalam kenyataannya denga
n kompleknya pelayanan keperawatan dan peningkatan kualitas, keperaw
atan, perawat dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar.
Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain.

 Dokumentasi proses keperawatan


Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencatat proses keperawatan. P
encatatan proses keperawatan merupakan, metode yang tepat untuk peng
ambilan, keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanj
ut. Format proses keperawatan merupakan kerangka atau dasar keputusan
dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil berfikir dan tindakan kepera
watan. Dokumentasi adalah bagian integral proses, bukan sesuatu yang b
erbeda dan metode problem solving.

 Standar Dokumentasi.
Perawat memerlukan suatu, ketrampilan untuk dapat memenuhi standar y
ang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas
dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuaat dalam
suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar dokamentasi memberikan i
nformasi bahwa adanya suatu ukuaran terhadap kualitas dokumentasi kep
erawatan.

 Keterampilan Dalam Dokumentasi


Ketrampilan dalam dokumentasi sangat bergantung pada 5 komponen
yaitu :

 Novice (orang baru)


Dengan keberadaan orang baru akan diharapkan membawa perubahan
dan pembaharuan.
 Advanced Beginer (pemula lanjut)
Pola pikir yang maju. ilmiah dan dilandasi motivasi yang tinggi terhad
ap keprofesian mudah untuk menunjang ketrampilan dan kemampuan
pendokumentasian.

 Competent (mampu)
Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang bertugas memb
erikan arahan keperawatan.
 Proficient (cakap)
Kemampuan tanpa diikuti kecakapan akan menjadikan diri
terbelakang dan kemajuan.
 Expert (ahli)
Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan sangat
diperluakan oleh seorang perawat.

B. PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan sesuai dengan


pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman keperawatan terdiri atas
beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem
dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan
balik. Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer
dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output atau
keluaran umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
Kontrol dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan
anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur
sesuai dengan standar dan akreditasi. Sedangkan umpan balik dilakukan melalui laporan
keuangan, audit keperawatan dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan
proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan untuk
mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen sebagaiman juga
proses keperawatan terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah,
pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan dan kegiatan penilaian hasil (Gillies, 1985).
Gambar 2.1 Sistem Manajemen Bangsal Keperawatan

MASUKAN/INPUT PROSES PROSES


HASIL/OUTPUT

Perawatan
Data Pasien

Personalia
Pengumpulan
Pengaturan Pengelolaan P Kepemimpinan Pengawasan Pengem ba
Data Perencanaan
Peralatan egawai ngan Staf

Riset
Persediaan

Informasi ttg: Tujuan Sistem: Bentuk Organis Klasifikasi Pasien: Kekuasaan: Kendali mutu:
 Pasien.  Standar. asi:  Penentuan kebu  Pemecahan m  Audit.
 Pegawai.  Kebijakan.  Uraian jabat tuhan pegawai. asalah.  Penampilan.
 Sumber-su  Budget. an / pekerja  Penjadwalan.  Pengambilan kerja
mber. aan.  Penugasan. keputusan.  Disiplin.
 Evaluasi pe  Pengurangan ab  Mengatasi ko  Hubungan k
kerjaan. sen. nflik. erja.
 Kerja Tim /  Pengurangan pi  Komunikasi d  Komputer si
kelompok. ndah. an sistem ana stem.
 Pengembangan lisis transaksi
pegawai. onal.
Gambar 2.2 Proses Manajemen Keperawatan Mendukung Proses Keperawatan

Diagnosis Perencanaan Implementasi

Pengkajian
Evaluasi

Pengelolaan Kepegawaian

Pengumpulan Data Perencanaan Kepemimpinan Pengawasan

PROSES MANAJEMEN

Sumber: Gillies, 1985


C. FUNGSI MENAJEMEN DAN KEPERAWATAN

Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen umum yang


memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi secara efektif. Empat
elemen besar dari teori manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, mengarahkan
atau memimpin, dan mengendalikan atau mengevaluasi. Seluruh aktifitas manajemen,
kognitif, dan psikomotor, berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang
bergerak secara simultan. Fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut:

1. Planning.
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan ya
ng strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencana
an disini dimaksudkan nntuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepa
da semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan semua anggaran belanja, mem
utuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan kebijaksan
aan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah diteta
pkan. (Nursalam, 2002).

2. Organizing
Struktur Organisasi masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan info
rmal yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur f
otmal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak direncanakan dan sa
mar. Seorang manajer perawatan harus mengerti dan memakai keduanya secara efekt
if. Struktur formal organisasi merupakan penyusunan resmi jabatan kedalam pola hu
bungan kerja yang akan mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepe
ntingan dan kemauan.

Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik pribadi yang tida
k resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas kerja mereka. Kualitas
hubungan timbal balik seorang manajer dengan lainnya langsung dikaitkan dengan k
emampuan kepemimpinannya. Mengingat struktur formal dan informal organisasi sal
ing melengkapi, manajer perawat bisa memakai struktur organisasi informal unttuk
mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal.

a) Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan, misal
nya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya, jadi antara satu deng
an yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai denga
n perannya.

b) Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan pembagian tuga
s perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan ketrampilan perawat dan ses
uai dengan kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak diterapkan maka
pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak opimal.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan Marqu
is & Houston (1998), antara lain:

1) Model Fungsional

Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan


keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi (merawat luka kepada semua
pasien di bangsal).

Gambar 2.3 Skema Model Fungsional

Kepala Ruang

Perawat Pengoba Perawat Perawa Perawat Menyu


tan tan Luka Perawat Visite
ntik

Pasien
2) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda d
alam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
dalam group kecil yang saling membantu.

Gambar 2.4 Skema Model Tim

Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim


3) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab penuh sela
Pasien
Pasien askep pasien mulai dari pasien
ma 24 jam terhadap masuk sampai keluar rumah
sakit.

Gambar 2.5 Skema Model Primer

Dokter Kepala Ruang Penunjang

Primary Nurse

Pasien
Tugas Gilir Tugas Gilir Tugas Gilir Sesuai
4) Manajemen Kasus Kebutuhan

Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat


ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan
hal ini umumnya dilakukan untuk perawat privat atau keperawatan khusus
seperti isolasi dan intensive care.

5) Model Tim Primer.


Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S.
Sudarsono (2000), penerapan model ini didasarkan pada beberapa alasan
yaitu :

 Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai perawat


primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau
setara.
 Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
 Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan kontinuitas asuhan
keprawatan dan accountabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.

Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan pemilihan


metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Houston, 1998), yaitu:
 Sesuai dengan visi dan misi institusi
 Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
 Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
 Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat
 Kepuasan kinerja perawat
 Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
3. Actuiting
a) Motivasi

Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg memberi konstribusi pada


tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang menyebabkan, menyalu
rkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner
Freman 11995). Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melak
ukan sesuatu. (Ngalim, 2000). Dari pengertian diatas dapat diambil 3 point pentin
g yaitu: kebutuhan, dorongan dan tujuan.

Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yg kurang baik fisiol


ogis maupun psikologis, dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan
tadi sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi. (Luthan, 2000)

b) Sistem klasifikasi pasien

Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut


jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Di dalam kebanyakan
sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan kebergantungan mereka
pada pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu pemberian perawatan dan
kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan. Tujuan setiap sistem
klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing
nilai angkanya yang mengukur volume usaha yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan dijalankan,
manajer perawat harus menentukan jumlah kategori pembagian pasien;
karakteristik pasien di masing-masing kategori, jumlah dan jenis prosedur
perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien di dalam masing-masing
kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur tersebut,
memberikan dukungan emosional serta memberikan pengajaran kesehatan kepada
pasien masing-masing kategori. Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah
menghasilkan informasi mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, masing-
masing sistem membolehkan usaha kualifikasi waktu.

c) Ketenagaan keperawatan dan pasien


Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk mendayagunakan
tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan
bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien yang
dirawat, ratio perawat dan metode penugasan. Terdapat beberapa formula dalam
perhitungan kebutuhan tenaga, yaitu sebagai berikut :
1. Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun - hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun

Σ jam kerja / tahun

Catatan :
 Waktu perawatan menurut Gillies (1989):
1. Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1- 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
2. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
3. Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
 Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
 Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2. Rumus Douglas

Σ perawat = Σ klien X derajat ketergantungan

Tabel 2.1 Derajat Ketergantungan Klien


Minimal care Partial care Total care
Σ klien Mala Mala
Pagi Sore Malam Pagi Sore Pagi Sore
m m

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20


2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3. Rumus Depkes 2003


Berdasarkan:
 Tingkat ketergantungan klien.
 Rata-rata klien/hari.
 Jam perawatan yang diperlukan/hari/klien.
 Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr.
 Jam kerja efektif setiap perawat.
Cara perhitungan:
 Hitung jumlah perawat yang tersedia
a. Σ jam perawat
= A
Jam kerja efektif per shift
 Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar dan tugas-tugas
non keperawatan

b. Σ hr minggu/th + cuti + hr besar


Jumlah hari kerja efektif
c. Tugas non keperawatan X hasil A = B
= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C
 Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah: A + B + C
 Berdasarkan hasil Workshop Depkes di Ciloto di tetapkan bahwa:
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari
- Sakit/ijin : 7-12 hari

4. Penjadwalan

Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian adalah


perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan misi dari
sebuah organisasi. Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur
mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu personil yang
libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau divisi yang mengatur
kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu pembuatan keputusan. Apabila
kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak ada, maka manajer perawat harus
bersatu sebagai sebuah kelompok untuk menyusun :

a) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan jadwal waktu un


tuk personil di masing-masing unit.
b) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk / libur.
c) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja menyangkut jad
wal masuk/libur.
d) Waktu masuk/libur total yang diperlukan oleh masing-masing pekerja perhari, m
inggu atau bulan.
e) Hari dimulainya minggu kerja

f) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran tugas.


g) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masng pekerja.
h) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian.
i) Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi pergiliran tersebut.
j) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata dua hari libur pe
r minggu.
k) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori personil.
l) Definisi dari “libur akhir pekan” untuk personil tugas malam.
m) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak berurutan.
n) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan.
o) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian tugas
p) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing pekerja.
q) Jumlah hari libur yang diharuskan per tahun saat pegawai harus dijadwalkan
libur kerja.
r) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawaimengenai jadwal
tugas liburan masuk / libur.
s) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari libur tertentu.
t) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk di berikan pada masing-masing
pekerja.
u) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai mengenai
jadwal liburan.
v) Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus.
w) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal, tahun baru.
x) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan untuk liburan
atau hari libur pada saat tertentu.
y) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personil sehubungan dengan permintaa
n waktu liburan dan hari libur.
z) Prosedur pemrosesan permintaan “darurat” untuk penyesuaian jadwal waktu.

5. Pengembangan Staff

Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi kerja,


mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada
beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan untuk meningkatkan
prestasi kerja. (Moenir, 1994).

a) Metode Seminar atau Konferensi


Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan sebagai kep
ala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi jabatan sebagai kepala.
Masalah-masalah baik yang menyangkut segi manajemen maupun penyelenggara
annya atau proses dari kegiatan yang dipermasalahkan.
b) Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak perbedaannya
dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi lokakarya bersifat teknis, ad
ministrative dan sedikit bersifat manajerial.

c) Metode Sekolah atau Kursus


Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya aturan-atu
ran atau hal-hal baru dalam organisasi yang harus dimengerti dan dilaksanakan ol
eh peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi peserta y
ang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah atau kursus, biasa
nya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria kelulusan.
d) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga mereka
dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepada
mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan pada bawahan secara langsung
dalam membimbing pegawai kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini disesuaikan dengan
pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan kegiatan instansi
lainnya.

6. Controlling

a) Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinam-bun
gan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan penyebab masalah mutu
pelayanan berdasarkan standart yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksana
kan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta me
nilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatk
an mutu. (Azwar, 1996).
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi manajemen
lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan
pengendalian, standart keberhasilan (target, prosedur kerja, dsb) selalu harus
dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika
ada kesenjanganatau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat
dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi
pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya
dapat lebih berkembang dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan
program dapat lebih terjamin.

b) Peran leadhershift dalam controlling


1. Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu.
2. Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan terhadap staf.
3. Mendorong/memotivasi standart tertinggi untuk kualitas yang maksimal denga
n menyediakan standart keamanan minimum.
4. Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta reaktif.
5. Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan mengapa tujuan
tersebut tidak dapat dicapai.
6. Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan yang
mempunyai kesatuan profesi dan konsumen.
7. Menghargai antara standart klinis dengan standar menggunakan sumber-
sumber yang meyakinkan pasien untuk menerima perawatan sesuai yang
diharapkan.
8. Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima tanggung jawab da
n tanggung gugat terhadap tindakan keperawatan.
9. Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk mengidentifikas
i dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai hail pelayanan pasien.

c) Fungsi manajemen dalam controlling


Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart ukuran yang je
las terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling tepat untuk mengu
kur standart yang ada.

d) Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi akan me
mperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai
dengan standart atau rencana kerja dengan menggunakan sumber daya yang tel
ah ditetapkan.
2. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf d
alam melaksanakan tugas-tugasnya.
3. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebut
uhan dan telah digunakan secara benar.
4. Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
5. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi da
n latihan lanjutan.

Konsep pelayanan keperawatan di Ruang Keperawatan Bedah


A. Penegertian

Ruang rawat inap bedah adalah merupakan ruangan untuk memberikan asuhan kepe
rawatan pada individu dewasa dan anak-anak baik laki-laki maupun perempuan dengan
berbagai kelainan dan atau gangguan fisiologis baik aktual maupun potensial yang di di
agnosa harus dilakukan tindakan perawatan dan atau pembedahan, menjelang dan sesud
ah dilakukan tindakan pembedahan.

B. Tujuan Dan Prinsip Keperawatan

1. Memberikan asuhan keperawatan secara profesional.


2. Meminimalkan penderitaan klien sehingga mencapai kemandirian.
3. Mencegah terjadinya komplikasi.
4. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar klien selama perawatan.
5. Membina peran serta atau kerjasama dengan keluarga klien.
6. Menyediakan lahan pendidikan bagi calon praktisi keperawatan dan tenaga kesehatan
lain.

C. Lingkup garapan

Lingkup garapan dari keperawatan adalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia


berdasarkan fokus telaah medikal bedah. Maka lingkup garapan keperawatan medikal b
edah meliputi segala gangguan/hambatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang ter
jadi akibat perubahan fisiologis pada satu atau beberapa sistem tubuh yang dialami oleh
individu.
Secara umum lingkup garapan keperawatan medikal bedah adalah:
1. Pemberian asuhan untuk memenuhi rasa nyaman klien selama dirawat.
2. Pemberian bantuan kepada klien dalam meningkatkan dan memelihara status
kesehatan, deteksi penyakit, dan pencegahan penyakit.
3. Pemberian bantuan kepada klien untuk mencapai kemandirian sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal.
4. Pemberian bantuan kepada klien untuk meninggal dengan damai.

D. Flow Of Care Pre Operatif


1. Penerimaan
a) Klien masuk ke ruangan atas rujukan dari poliklinik dan UGD
b) Serah terima kepada perawat ruang bedah
c) Melakukan pemeriksaan status, seleksi kasus berdasarkan diagnosa
d) Memberikan informasi mengenai biaya administrasi dan fasilitas yang tersedia
e) Memberikan kesempatan kepada klien/keluarga untuk memilih fasilitas sesuai
dengan kemampuan.

2. Pengelolaan
a) Menempatkan klien sesuai dengan diagnosa dan keinginan klien.
b) Mengorientasikan klien dan keluarga terhadap ruangan dan bangsal (kamar
mandi, lemari, kantor perawat, depo farmasi, ruang panata jasa).
c) Informed consent awal, yaitu menjelaskan kepada klien bahwa ia harus dioperasi
dan atau harus dirawat untuk perbaikan keadaan umum sebelum dilakukan
operasi.
d) Pengkajian awal meliputi pengkajian bio, psiko, sosio dan spiritual.
e) Pre conference dengan tim kesehatan berkaitan dengan kondisi klien.
f) Pemenuhan kebutuhan klien sesuai dengan masalah yang ditemukan pada
pengkajian awal.
g) Pemeriksaan penunjang (laboratorium, EKG, USG, fungsi paru dan X-ray).
h) Pembatasan diet.
i) Persiapan operasi : daerah operasi (kosmetik, protesa), pemasangan infus dan
kateter wash out, kuras/lavage.
j) Informed consent akhir : diagnosa yang ditegakan, sifat dan luas tindakan yang
akan dilakukan, manfaat dan urgensi tindakan, resiko tindakan, konsekuensi
tindakan jika dilakukan dan tidak dilakukan, biaya menyangkut tindakan, surat
izin dari keluarga.
k) Konsul IPD dan anastesi.
l) Persiapan mental.
m)Premedikasi.

E. Flow Of Care Post Operatif


1. Penerimaan
a) Serah terima klien dari perawat RR ke perawat ruangan
b) Melakukan diskusi dengan tim kesehatan tentang kondisi klien post operasi.
c) Mengembalikan klien ke ruangan semula.

2. Pengelolaan
a) Pengkajian awal post operasi termasuk monitoring keadaan umum, tanda-tanda vit
al, aliran cairan IV, jumlah perdarahan, intake dan output cairan dalam 24 jam per
tama.
b) Pemenuhan KDM post operasi.
c) Pemeriksaan penunjang post operasi (pemeriksaan darah).
d) Menginformasikan mengenai perkembangan keadaan klien kepada keluarga dan
klien.
e) Mencegah dan mendeteksi komplikasi post operasi.
f) Pencegahan infeksi (perawatan luka menggunakan teknik aseptik dan antiseptik,
pemberian profilaksis).
g) Memulihkan keadaan klien ke kesehatan maksimal dan meminimalkan keter-
gantungan setelah operasi.

F. Perencanaan Pasien Pulang


Perencanaan pasien pulang merupakan bagian penting dari pelayanan klien dan
keluarga yang dimulai dari saat klien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu
bentuk kerjasama antara tim kesehatan, klien maupun orang yang penting bagi klien
yang dimulai pada tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Carpenito,
1993). Tujuan perencanaan pasien pulang adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan klien untuk menyesuaikan diri di rumah dan di masyarakat setelah
pulang dari rumah sakit.
2. Menyiapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap klien serta keluarga tentang
penyakit klien, pemberian obat, aktifitas dan perawatan sehari-hari, pemberian nutrisi
yang tepat, semua bertujuan untuk mempertahankan status kesehatan klien setelah di
rumah.
3. Menyiapkan diri klien dan keluarga baik dari segi fisik maupun psikologis bila
terdapat gejala sisa. (Stuart &Sundeen, 1995).
Tahap-tahap perencanaan pasien pulang adalah sebagai berikut :

a) Tahap Pengkajian
 Perawat mengkaji keadaan umum klien
 Perawat mengkaji keadaan luka klien
 Perawat mengkaji adanya penyakit herediter dalam keluarga
 Perawat mengkaji status sosial klien
 Perawat mengkaji tingkat ketergantungan klien
 Perawat mengkaji pemenuhan kebutuhan klien
 Perawat mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit
klien terutama perawatan luka di rumah.

b) Tahap Perencanaan
 Perawat menyiapkan materi yang akan diberikan kepada klien sesuai dengan k
ondisi penyakit yang diderita klien, seperti pengertian penyakit, tanda dan gejal
a, cara penanganan, obat-obatan, diet dan perawatan luka.
 Perawat mempersiapkan metode pengajaran.
 Perawat mempersiapkan media pengajaran (alat peraga).

c) Tahap Pelaksanaan
 Perawat menjelaskan kepada klien tentang pengertian, tanda dan gejala
penyakit dan penanganan penyakit.
 Perawat memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan luka di
rumah.
 Pemberian informasi mengenai tanda dan gejala terjadinya infeksi serta
pencegahanya, diet, obat-obatan, aktifitas dan perawatan diri.
 Memberitahukan dan menegaskan jadwal kontrol.

d) Tahap Evaluasi
 Perawat bertanya pada klien tentang pengertian penyakit.
 Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala penyakit.
 Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala terjadinya infeksi.
 Perawat bertanya kepada klien tentang cara perawatan luka di rumah.

G. Lingkungan Fisik
1. Bagunan
a) Ruangan
Lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial keperawatan di ruang rawat
inap bedah umum secara keseluruhan mempunyai: ruang perawatan lengkap deng
an tempat tidur dan kamar mandi klien, ruang perasat, ruang perawat/nurse statio
n berada di tengah ruang perawatan, ruang koordinator, ruang tamu, kamar mandi,
ruang peralatan, ruang ganti perawat, kamar mandi perawat, ruang konferensi, mu
shola, ruang administrasi, ruang spuelhoke, dapur dan gudang serta depo farmasi.

b) Letak
Jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan kamar operasi dan
pemeriksaan diagnostik, aman dan nyaman.

c) Posisi: Dekat dengan nurse station.

d) Kondisi
Pencahayaan cukup dan sesuai dengan luas ruangan, besar ruangan, sesuai dengan
jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran jendela sesuai dengan besar ruangan, war
na cat lembut, tidak berjamur, bersih, pintu pleksibel dan dapat dilalui brankar, be
rsih, letak terjangkau oleh pasien, kasur bersih, dapat dirubah posisinya, terdapat s
ide rails, fasilitas ruangan tidak mengganggu delivery pasien.

2. Alat dan bahan


a) Alat tenun: Laken, boven laken, sarung bantal, sarung guling, perlak, stik laken,
selimut, baju pasien, wash lap, alas meja, alas kaki, handuk, sarung buli-buli da
n O2, sarung gorden.
b) Alat-alat perawatan luka: Kom besar, kom betadin, pinset anatomis, pinset cirur
gis, bengkok, gunting verban, gunting jaringan.
c) Alat-alat pemeriksaan tanda vital : Tensimeter, stetoskop, termometer.
d) Alat-alat pemeriksaan fisik: Reflek hamer, tongue spatel, penlight, midline.
e) Alat tansportasi: Brancard, kursi roda
f) Emergency trollY
g) O2 dan manometer
h) Bahan habis pakai: Alkohol 70%, betadin, aquadest, savlon, H2O2, Nacl, cairan
infus, lisol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas, kasa, plester, set infus, kateter,
NGT, kondom kateter, urine bag dan obat-obatan.
i) Alat-alat rumah tangga: Kasur, bantal, guling, meja, jam dinding, kursi, lemari,
lampu, alat makan, kompor, gayung, tempat sampah, kapstok pakaian, rak hand
uk, keset, telephone, white board.
j) Alat tulis kantor: Amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku tulis, lem, perpor
ator, spidol, formulir (perencanaan, pengkajian, implementasi, resume pasien p
ulang/dirujuk/meninggal, grafik suhu nadi, pemeriksaan penunjang seperti labor
atorium dan radiologi).

H. Lingkungan Non Fisik

1. Hubungan perawat – klien


a) Hubungan perawat klien dimulai sejak klien masuk, selama perawatan
(pelaksanaan proses keperawatan) sampai pulang.
b) Pada profesi keperawatan, komunikasi jadi lebih bermakna karena merupakan
metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Dengan kata lain
kualitas asuhan keperawatan yang diberikan pada klien sangat tergantung pada
hubungan perawat dan klien.

2. Hubungan perawat-perawat
a) Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik
b) Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi.
c) Kegiatan serah terima pasien dilakukan setiap pergantian dinas dan berorientasi
pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.
d) Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.
e) Mengadakan rapat bulanan secara rutin.
f) Media komunikasi antar perawat menggunakan buku laporan, buku ronde dan whi
te board.
g) Mempunyai protap timbang terima

3. Hubungan perawat profesi lain


a) Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani masalah tim.
b) Komunikasi antar profesi berjalan baik.
c) Proses pendelegasian jelas dilakukan secara tertulis.
d) Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas.
e) Saling menghargai antar profesi.
4. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah sikap yang positif yang menyangkut penyesuaian diri yan
g positif sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja termasuk didala
mnya upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis. (Anoraga, 2006)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Anoraga (2006) :
a) Faktor individual, berhubungan dengan sikap, umur, dan jenis kelamin.
b) Faktor-faktor luar berhubungan dengan keadaan keluarga karyawan, rekreasi dan
pendidikan.
c) Faktor sosial berhubungan dengan interaksi sosial antar karyawan, atasan, maupu
n antar karyawan yang berbeda jenis pekerjaanya, sugesti dari teman kerja, emosi
dan situasi kerja.
d) Faktor fisik yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja dan kondisi fisik
karyawan termasuk didalamnya pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan istirahat, p
erlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, kondisi kesehatan karyaw
an, dan lain-lain.
e) Faktor finansial yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan
yang meliputi sistem dan besaran gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, f
asilitas yang diberikan, promosi, dan lain-lain.
Beberapa alasan pentingnya kepuasan kerja yang tinggi dalam sebuah organisasi:
1. Ada bukti bahwa kepuasan kerja yang rendah lebih sering mangkir dan lebih
besar kemungkinan mengundurkan diri.
2. Karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi akan mempunyai kesehatan yang
lebih baik dalam usia yang lebih panjang.
3. Kepuasan kerja yang tinggi sejalan dengan produktifitas yang tinggi.

STRUKTUR ORGANISASI RUANGAN RAWAT INAP G


KEPALA DIVISI KEPERAWATAN

Ns. Juliani Tarigan, M.Kep

KOORDINATOR RUANGAN RAWAT INAP G

Ns. Lasma Juliana S.S. Kep

Preseptor Kebidanan
Preseptor Anak PJ PASIEN
Pesesa Sinaga SST
Ns. Hotma R. S. Kep 1. Yuni Purwati. AMKeb
2. Christini Ulli. AMKeb
3. Murniasih, AMKeb
4. Netty Sitohang, AMK
5. Happy Gultom S.Kep

PERAWAT PELAKSANA

No. NAMA BIDAN No. NAMA PERAWAT


1. Murniasih, AMKeb 7. Nurbaya Barimbing, AMK
2. Masni Purba, AMKeb 8. Netty Sitohang, AMK
3. Elsynar Hutagalung, AMKeb 9. Happy Gultom S.Kep
4. Yuni Purwati. AMKeb 10. Desti Dora Natalia Amd.Kep
5. Imelda Pendiangan, AMKeb 11. Lisna Mendrofa, AMK
6. Christini Sipahutar AMKeb 12. Ns. Ira Verawati, S. Kep

DENAH RUANGAN RAWAT INAP G


RUANG BAYI
KAMAR

KAMAR 6
RUANG IK

KAMAR 5 DAPUR

TAMAN
KANTOR PERAWAT
RUANG GANTI

TOILET

TOILET

KAMAR 4

TOILET
TOILET RUANG DOKT
ER
SPOEL HOCK
KAMAR 3
RUANG VK
BAB III
TOILET

URAIAN KEGIATAN
A. ANALISIS SWOT KAMAR 2

1. Man
a. Jumlah perawat di Bangsal G berjumlah 15 orang dengan formasi 3 orang S1 NE
RS, 5 orang D3 Keperawatan, 6 orang D3 Kebidanan, 1 orang D4 Kebidanan
b. BOR pasien rata-rata pada bulan Januari adalah 34.15 dengan total 222 orang pa
sien, bulan Febuari 52.8% dengan total 322 orang pasien, bulan Maret 71.4% de
ngan total 465 orang pasien
c. Bangsal G memiliki kapasitas 21 tempat tidur,
d. Pada saat operan sering memnbahas masalah lain yang bukan masalah utama da
n sering ada interupsi
2. Material
a. Bangsal G merawat pasien kebidanan, pediatrik, dewasa dan bedah
b. Bangsal G memiliki fasilitas 1 ruang bersalin untuk persalinan normal. Ruang In
kubator bayi,
c. Perawat memiliki ruangan kantor khusus, dan memiliki 4 unit computer yang ter
hubung ke internet untuk pengisian HIS
d. Terdapat format list observasi pasien baik secara tertulis maupun melalui HIS ya
ng harus dimasukkan dalam jangka waktu tertentu
3. Money
a. Pasien di bangsal G menggunakan biaya penjaminan BPJS, asuransi dan pribadi
b. Kelas perawatn di bangsal G adalah kelas 1, 2, dan 3
c. AC kantor perawat tidak berfungsi baik dan meyebabkan udara menjadi panas, p
engajuan perbaikan sudah dilakukan tapi belum ada tindak lanjut
4. Method
a. Model keperawatan Bangsal G adalah Keperawatan Modular
b. Serah terima pasien dilakukan 3 kali sehari sesuai dengan alur dinasan perawat
Dinas pagi : pkl 07.00 - 14.00
Dinas sore : pkl 14-00 - 21.00
Dinas malam : pkl 21.00 – 07.00
c. Dokumentasi keperawatan dilakukan dengan format tertulis dan elektronik melal
ui HIS
d. Setelah operan serah terima shift, dilakukan ronde ke setiap pasien yang ada di b
angsal G
e. Discharge planning dilakukan ketika pasien pulang dengan memberikan edukasi
pemberian obat, jadwal kontrol atau terapi selanjutnya dan didokumentasikan da
lam format tertulis
f. Resume pasien pulang ditulis oleh dokter untuk selanjutnya dibaca ulang oleh pe
rawat, proses ini berpotensi menghambat pasien pulang karena harus menunggu
perawat mencetak Resume pasien
5. Machine
a. Bangsal G memiliki 1 unit inkubator dan 1 unit inkubator transportasi
b. Lampu Blue Light 1 unit
c. Terdapat ponsel khusus untuk melakukan komunikasi melalui aplikasi Whatsapp,
namun saat ini sedang tidak dapat digunakan karena akun Whatsapp bangsal G
di-Suspend
Stregth Bobot Rating Skor

3 orang S1 NERS 0. 25 4 1

11 orang D3 Keperawatan dan Kebidanan 0.35 4 1.4

Discharge planning dilakukan sebelum pasien pula 0.40 4 1.6


ng dengan memberikan informasi terkait kesehata
n pasien dan perawatan di rumah

Total 1.00 4

Weakness Bobot Rating Skor

Alat komunikasi tidak berfungsi baik 0.6 3 1.8

Durasi serah terima memanjang karena banyak int 0.4 3 1.2


erupsi dan pembahasan hal yang tidak perlu

Total 1.00 3

Opportunity Bobot Rating Skor

21 tempat tidur 0.30 5 1.5

BOR 71% 0.30 4 1.2

Bangsal G merawat pasien kebidanan, pediatrik, d 0.40 5 2


ewasa dan bedah

Total 1.00 4.7

Treat Bobot Rating Skor


Risiko complain karena proses pemulangan pasien 0.45 4 1.8
yang lama

Penggunaan alat dokumentasi tertulis dan elektron 0..55 3 1.65


ik menyita waktu petugas

Total 1.00 3.45


Diagram Kartesius analisis SWOT

 Koordinat analisis internal : koordinat analisis eksternal

Total Skor Strength – Total skor Weakness Total Skor Opotunitty – Total s
kor Treats

 (4 - 3) : 2 ; (4.7 - 3.45) : 2
 0.5 ; 0.625
Flow of Hand over pasien di Bangsal G
Operan dinas malam ke dinas pagi
1. Serah terima pagi pukul 06.45 didahuluui dengan ibadah pagi bersama-sama
2. Pukul 07.00 operan dimulai, dibuka oleh Koordinator Bangsal G, coordinator mem
bagi tugas perawat dinas pagi berdasarkan keahlian perawat/bidan yang berdinas pa
gi.
3. Koordniator menyerahkan kepada PJ Dinas Malam untuk memulai operan
4. PJ Dinas Malam menyebutkan jumlah pasien yang dirawat, pasien observasi khusu
s, pasien baru beserta diagnosa medis dan keperawatan/kebidanan dan rencana Tind
akan/perawatan, menjelaskan kendala pelayanan sepanjang malam, menjelaskan ke
rusakan/gangguan yang terjadi selama Dinas malam berlangsung, menjelaskan pesa
n dari SOD malam, bila ada.
5. PJ dinas malam dan teman dinas malamnya untuk melakukan operaan pasien ke ma
sing-masing perawat sesuai tugas yang sudah diberikan oleh koordinator
6. Setelah selesai melakukan operan pasien, pj dinas malam menyerahkan kembali pro
ses operan ke Koordinator Bangsal G
7. Koordinator memberikan feedback terkait operan yang sudah dilakukan dan memb
erikan kesempatan perawat dinas pagi untuk memberikan feedback atau pertanyaan
terkait dinas.
8. Koordinator memastikan seluruh perawat dinas pagi sudah memahami apa yang me
njadi tugasnya dan meminta perawat dinas pagi untuk memberika feedback terkait f
ocus pelayanannya saat dinas pagi
9. Koordinator, PJ dinas malam dan perawat dinas malam, dan perawat dinas pagi mel
akukan ronde ke seluruh kamar pasien dengan sambal memperkenalkan diri kepada
setiap pasien dan memperkenalkan perawat yang akan merawat pasien di kamar ter
sebut,
10. Operan selesai

Operan dinas pagi ke dinas sore


1. Operan dimulai pukul 13.45 dengan coordinator membuka operan dan memulai ope
ran dengan menjelaskan jumlah menyebutkan jumlah pasien yang dirawat, pasien o
bservasi khusus, pasien baru beserta diagnosa medis dan keperawatan/kebidanan da
n rencana Tindakan/perawatan, menjelaskan kendala pelayanan sepanjang pagi me
njelaskan kerusakan/gangguan yang terjadi selama Dinas pagi berlangsung
2. Perawat dinas pagi melakukan operaan pasien ke masing-masing perawat sesuai tug
as yang sudah diberikan oleh coordinator
3. Koordinator memberikan feedback terkait operan yang sudah dilakukan dan memb
erikan kesempatan perawat dinas sore untuk memberikan feedback atau pertanyaan
terkait dinas.
4. Koordinator memastikan seluruh perawat dinas sore sudah memahami apa yang me
njadi tugasnya dan meminta perawat dinas sore untuk memberikan feedback terkait
focus pelayanannya saat dinas sore
5. Koordinator, perawat dinas pagi dan perawat dinas sore melakukan ronde ke seluru
h kamar pasien dengan sambal memperkenalkan diri kepada setiap pasien dan mem
perkenalkan perawat yang akan merawat pasien di kamar tersebut
6. Operan selesai

Operan dinas sore ke dinas malam

7. Operan dimulai pukul 2045 dengan PJ dinas sore membuka operan dan memulai op
eran dengan menjelaskan jumlah menyebutkan jumlah pasien yang dirawat, pasien
observasi khusus, pasien baru beserta diagnosa medis dan keperawatan/kebidanan d
an rencana Tindakan/perawatan, menjelaskan kendala pelayanan sepanjang pagi me
njelaskan kerusakan/gangguan yang terjadi selama Dinas sore berlangsung
8. Perawat dinas sore melakukan operaan pasien ke masing-masing perawat sesuai tug
as yang sudah diberikan oleh PJ dinas sore
9. PJ dinas malam memberikan feedback terkait operan yang sudah dilakukan dan me
mberikan kesempatan perawat dinas malam untuk memberikan feedback atau perta
nyaan terkait dinas.
10. PJ dinas malam memastikan seluruh perawat dinas malam sudah memahami apa ya
ng menjadi tugasnya dan meminta perawat dinas sore untuk memberikan feedback t
erkait focus pelayanannya saat dinas malam
11. Perawat dinas sore dan perawat dinas malam melakukan ronde ke seluruh kamar pa
sien dengan sambal memperkenalkan diri kepada setiap pasien dan memperkenalka
n perawat yang akan merawat pasien di kamar tersebut
12. Operan selesai

B. FISHBONE ANALYSIS
C. PRIORITAS MASALAH

Metode PAHO (Pan American Health Organization). Metode ini digunakan untuk men
entukan prioritas masalah berdasarkan:
1. Kecenderungan dan seringnya masalah terjadi (Magnitude/Mg)
2. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (Saverty/Sv)
3. Kemampuan menyelesaikan masalah (Managebility/Mn)
4. Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat (Nursing Content/Nc)
5. Ketersediaan sumber daya (Affordability/Af)
Di ruang rawat inap G di dapati masalah saat hand over diantaranya:
1. Tidak adanya kesepakatan waktu untuk hand over
2. Adanya intrupsi saat hand over belum selesai
3. Membahas hal lain yang bukan masalah utama pasien saat hand over
4. Ruangan hand over yang kurang nyaman karena AC tidak dingin

No Masalah M Sv Mn Nc Af skor Ket


g

1. Tidak adanya kesepakatan waktu untuk 3 4 4 4 4 768 I


hand over

2. Adanya intrupsi saat hand over belum 3 4 3 3 4 432 III


selesai

3 Membahas hal lain yang bukan masalah 4 5 3 4 3 720 II


utama pasien saat hand over
4 Ruang hand over tidak nyaman AC mati 3 4 3 3 4 432 IV

D. PENYELESAIAN MASALAH

Kriteria CARL dalam menentukan prioritas solusi penyelesaian masalah mempunyai


arti :
1. C = Capability: Kemampuan melaksanakan alternatif
2. A = Accesability: Kemudahan dalam melaksanakan alternatif
3. R = Readiness: Kesiapan dalam melaksanakan alternatif
4. L = Leverage: Daya ungkit alternatif tersebut dalam penyelesaian masalah

No Altenatif Solusi penyelesaian masalah C A R L Total nilai Ket

1. Tidak adanya kesepakatan waktu untuk hand 4 4 3 3 144 III


over

2. Adanya intrupsi saat hand over belum selesai 5 4 4 3 240 II

3. Membahas hal lain yang bukan masalah 5 5 4 4 400 I


utama pasien

4. Ruang Hand over tidak nyaman AC mati 3 2 3 4 72 IV

Total skor = CxAxRxL


5= Sangat mampu
4= mampu
3= cukup
2= kurang mampu
1= tidak mampu
F. Planning Of Action

Masalah Tujuan Strategi Kegiatan Sasaran Media Waktu PJ Indikator


Keberhasilan

1. Belum  Meningkatk 1. Melakukan  Roleplay  Seluruh  SOP  April  Kelompok 


oprimalny an koordinasi terkait Perawat Handov 2024 2
a proses pemahaman dan diskusi handover ruangan er
dalam staf tentang dengan G
melaksan pentingnya kepala  Melakukan
akan hand over ruangan monitoring
handover yang efektif terkair hand over
diruangan masalah secara
 Meningkatk yang berkala
an kualitas ditemukan melalui
komunikasi observasi
selama hand 2. Berkoordin langsung
over asi dengan dan review
kepala catatan
 Memastikan ruangan hand over.
kelengkapan tentang
informasi metode  Mengadak
yang terkait an rapat
disampaikan masalah tim untuk
selama hand yang membahas
over ditemukan kendala
dan
 Menerapkan 3. Menyusun hambatan
standar dan
prosedur SOP hand hand over.
hand over over yang
yang jelas,
terdokument terstruktur,
asi dan mudah
dipahami.
 Meningkatk
an 4. Mengidenti
pemanfaatan fikasi
alat bantu kendala dan
hand over hambatan
seperti yang
SBAR dihadapi
dalam
pelaksanaa
n hand
over.
BAB IV

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

A. Solusi Penyelesaian Masalah

Ruangan G adalah ruang rawat inap untuk anak, yang dikelola oleh kepala ruangan
yang berdidikan S1 + Ners. Hasil kajian situasi yang dilakukan pada tanggal 15-20 April
2024 di dapatkan suatu masalah yaitu Belum optimalnya proses dalam melaksanakan
handover di ruangan. Dari masalah yang ditemukan maka kelompok mendapatkan solusi
untuk menyelesaikan masalah yaitu dengan cara melakukan desiminasi terkait dengan
Belum optimalnya proses dalam melaksanakan handover di ruangan. Adapun tahap-
tahapan dari penyelesaian masalah ini adalah sebagai berikut :

a. Melakukan koordinasi dan diskusi dengan kepala ruangan terkait masalah yang
ditemukan

b. Mencari literatur dari jurnal yang medukung terkait dengan Belum optimalnya
proses dalam melaksanakan handover di ruangan

c. Melakukan desiminasi terkait dengan masalah Belum optimalnya proses dalam


melaksanakan handover di ruangan

d. Berkoordinasi dengan kepala ruangan tentang metode terkait masalah yang


ditemukan

Adapun tahap-tahapan dari penyelesaian masalah ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap Pengetahuan (Knowledge)

Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu tahap pada saat
seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi inovasi
tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami tetapi membuka diri
untuk mengetahui inovasi. Seseorang menyadari atau membuka diri terhadap suatu
inovasi tentu dilakukan secara aktif bukan secara pasif.

2. Tahap Bujukan (Persuation)

Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk sikap
menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan
proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada tidak dapat
menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang inovasi. Dalam tahap persuasi
ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang peran. Pada tahap ini berlangsung
seleksi informasi disesuaikan dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan
karakteristik inovasi dalam mempengaruhi proses keputusan inovasi.

3. Tahap Keputusan (Decision)

Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan
yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima inovasi
berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan
menerapkan inovasi. Sering terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah ia
mencoba lebih dahulu. Bahkan jika mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu,
baru kemudaian dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai
dengan yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat dicoba dengan dipecah
menjadi beberapa bagian. Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian akan lebih
cepat diterima.

4. Tahap Implementasi (Implementation)

Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang


menerapkan inovasi. Dalam tahap implementasi ini berlangsung keaktifan baik mental
maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau ide baru dibuktikan dalam
praktek. Pada umumnya implementasi tentu mengikuti hasil keputusan inovasi. Tetapi
dapat juga terjadi karena sesuatu hal sudah terjadi karena fasilitas penerapan yang
tidak tersedia. Kapan tahap implementasiberakhir ? Mungkin tahap ini berlangsung
dalam waktu yang sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri.

5. Tahap Konfirmasi (Confirmation)

Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang
telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh
informasi yang bertentangan dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini
sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau
menolak inovasi yang berlangsung dalam waktu yang tak terbatas. Selama dalam
konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya disonansi paling tidak berusaha
menguranginya.

B. Jurnal pendukung

1. Pendahuluan

Pengembangan dan peminatan terhadap handover di klinis telah berkembang


selama beberapa tahun terakhir ini, baik secara nasional maupun internasional,
terutama setelah World Health Organization meluncurkan The Nine Patient Safety
Solutions pada Mei 2007. Salah satu solusi ini berhubungan dengan "komunikasi
selama penyerahan pasien" (Australian Healtcare and Hospitals Association, 2009).
Transfer informasi dan tanggung jawab penting untuk perawatan pasien dari satu ke
penyedia layanan kesehatan lain dan merupakan komponen integral dari komunikasi
dalam perawatan kesehatan. Titik kritis perpindahan ini dikenal sebagai handover atau
handoff atau serah terima pasien. Serah terima pasien yang efektif mendukung
informasi penting dan kontinuitas perawatan dan pengobatan. Namun, literatur terus
menyorot efek dari serah terima pasien yang tidak efektif; efek samping, dan risiko
keselamatan pasien. Institute of Medicine (IOM) melaporkan bahwa "serah terima
pasien yang tidak memadai sering sebagai kegagalan pertama dalam keselamatan
pasien" (Hughes, 2008). Serah terima pasien yang tidak efektif dapat berkontribusi
terhadap kesalahan dan pelanggaran dalam keselamatan perawatan

2. Masalah

Suatu proses standar untuk memandu kegiatan serah terima pasien dalam
mentransfer informasi penting direkomendasikan. Penggunaan protokol yang
mencakup klarifikasi fonetik dan angka, penting dalam membantu menyampaikan
informasi secara akurat. Penggunaan protokol terkait dengan serah terima pasien dan
pemindahan telah di rekomendasikan untuk praktek yang aman dan lebih efektif.
Hughes (2008) membuat sebuah ringkasan tentang masalah dan hambatan faktor
individu, kelompok dan organisasi dalam proses serah terima pasien menurut hasil
kajian literatur berbasis bukti, sebagaif berikut:

3. Pembahasan Masalah

Faktor eksternal dan internal individu atau kelompok

1) Komunikasi

Masalah :

Bahasa dapat menyebabkan masalah dalam beberapa cara serah terima pasien.
Dialek yang berbeda, aksen, dan nuansa dapat disalahpahami atau disalahtafsirkan
oleh perawat menerima laporan. Singkatan dan akronim yang unik untuk
pengaturan pelayanan keperawatan tertentu mungkin membingungkan bagi
seorang perawat yang bekerja di lingkungan yang berbeda atau khusus

2) Gangguan

Masalah :

Faktor-faktor situasional selama serah terima pasien yang dapat berkontribusi


sebagai gangguan. Strategi untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan
keselamatan: Melaksanakan serah terima pasien di lokasi/lingkungan yang dapat
meminimalkan gangguan.

3) Interupsi
Masalah:

Interupsi dilaporkan sering terjadi dalam pengaturan perawatan kesehatan.


Strategi untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan: Membatasi
dan mencegah interupsi dan menyediakan cakupan tugas selama serah terima
pasien untuk mendukung transisi informasi yang terfokus.

4) Kebisingan

Masalah:

Latar belakang suara, seperti; pager, telepon, handphone, suara peralatan,


alarm, dan berbicara, berkontribusi dalam meningkatkan kesulitan untuk
mendengar laporan dan dapat mengakibatkan tafsiran informasi yang tidak tepat.

5) Kelelahan

Masalah:

Peningkatan kesalahan dapat terjadi oleh perawat yang bekerja pada shift yang
berkepanjangan. Strategi untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan
keselamatan: Batasi jumlah jam kerja untuk mengurangi kelelahan dan kesalahan.

6) Pengetahuan/pengalaman

Masalah:

Perawat pemula dan perawat ahli memiliki kebutuhan dan kemampuan yang
berbeda. Perawat pemula mungkin menghadapi masalah dengan serah terima
pasien. Perawat pemula mungkin memerlukan infromasi tambahan yang lebih
selama serah terima pasien.

7) Komunikasi tertulis

Masalah :

Mencoba untuk menafsirkan catatan yang tidak terbaca,mungkin akan membuat


kesalahan dalam komunikasi.

8) Hirakhi

Masalah :
Struktur hirarkis dapat menghambat komunikasi terbuka. Perawat mungkin
merasa tidak nyaman mengajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi informasi
atau mungkin merasa terintimidasi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah dilakukan Praktik Klinik Manajemen Keperawatan di Ruangan G Primaya


Hospital PGI Cikini dari tanggal 15 April s/d 20 April 2024 dari hasil kajian situasi yang
didapatkan masalah yaitu “ Belum optimalnya proses dalam melaksanakan handover
diruangan G. Penerapan hand over yang optimal merupakan bagian penting dalam
meningkatkan kualitas asuhan pasien. Optimalisasi penerapan hand over di ruangan rawat
inap G dapat dicapai melalui peningkatan edukasi dan pemahaman, pengembangan SOP
hand over, dan pemantauan dan evaluasi yang berkelanjutan. Dengan menerapkan planning
of action yang terstruktur dan terukur, diharapkan dapat meningkatkan kualitas asuhan
pasien dan kepuasan pasien. Penting untuk melibatkan seluruh staf dalam pelaksanaan
planning of action ini agar tercapai hasil yang optimal dan monitoring serta evaluasi yang
berkelanjutan merupakan kunci untuk memastikan keberhasilan planning of action ini.

Rencana tindak lanjut :

1. Bidang Keperawatan

a. Agar meningkatkan supervisi untuk mengontrol pelaksanaan hand over


dengan komunikasi SBAR secara teratur ke ruangan agar kemampuan yang
sudah terbentuk menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan dan
ditingkatkan, memberi pujian terhadap hasil yang telah dicapai untuk
meningkatkan motivasi dan kualitas kerja perawat.

b. Membuat Standart Operasional Prosedur pelaksanaan Hand over dengan


komunikasi SBAR

2. Ruangan G

Melakukan supervisi berjenjang sesuai dengan acuan yang telah ditentukan oleh
Direksi Rumah Sakit.

3. Bagi Rumah Sakit

Membuat kebijakan untuk menjadikan Hand over dengan komunikasi SBAR sebagai
rutinitas perawat dalam memberikan asuhan Keperawatan kepada pasien.
B. Saran

1. Bidang Perawatan

Melakukan supervisi secara teratur ke ruangan agar kemampuan yang sudah terbentuk
menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan dan ditingkatkan, memberi pujian
terhadap hasil yang telah dicapai untuk meningkatkan motivasi dan kualitas kerja
perawat.

2. Ruangan G

Melakukan supervisi tingkat ruang sesuai dengan acuan yang ada yang telah
ditentukan oleh Direksi Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai