Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas praktek
Manajemen Keperawatan. Kami telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat
menyelesaikan tugas laporan praktek manajemen keperawatan ini dengan sebaik-baiknya,
namun kami menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari semua pihak. Kami berharap
semoga laporan praktek manajemen keperawatan ini bermanfaat bagi kami khususnya para
perawat di ruang rawata inap bagian G.
Dalam penyusunan laporan praktek manajemen keperawatan ini tidak lepas dari
bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
kami ingin menyampaikan terima kasih pada yang terhormat :
1. Dr. Desylia Sudjiadi, Mars, selaku direktur Rumah sakit Primaya PGI Cikini Jakarta
Pusat.
2. Ns. Juliani Tarigan, M.Kep selaku divisi bidang perawatan.
3. Ns. Lasma Juliana S.S. Kep selaku sebagi Perawat Koordinator G
4. Lidya Maryani, S.Kep.,Ners., M.M., M.K selaku pembimbing koordinator mata kuliah
Manajemen keperawatan
5. Herwinda Sinaga, S.Kep.,Ners., M.Kep selaku sebagai pembimbing klinik
manajemen keperawatan.
6. Rekan-rekan mahasiswa/i STIKES Immanuel-Bandung yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini
Kelompok II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang s
angat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Ind
onesia. Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyeleng-garakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat in
ap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU No. 44 Tahun 2009). Pelayanan kesehatan yang
baik dan berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan non medis. Profesi yang
ada disuatu rumah sakit terdapat berbagai profesi tenaga kesehatan yang terlibat dalam p
elayanan yang saling bekerjasama antara satu sama lain yang menunjang pelayanan. Ber
bagai macam profesi yang terdapat dalam pelayanan di rumah sakit antara lain dokter, b
idan, ahli gizi, radiologi dan lain sebagainya dan salah satunya adalah profesi perawat. P
rofesi perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit karena pelayanan yang diberikan berdasarkan pendekatan bio,
psiko, sosial, spritual dan dilaksanakan selama 24 jam secara berkesinambungan.
Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja kera
s dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok. Untuk dapat mengambil keputusan da
n bertindabaik maka seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kesadaran diri, ke
mampuan berkomunikasi dengan baik, energi, dan tujuan yang jelas. Seorang pemimpin
harus menjadi role model yang baik dalam cara kepemimpinannya, dalam pelaksanaan t
ugas maupun dalam membangun kerja sama dan bekerja sama dengan orang lain termas
uk dengan bawahannya. (George P Terry, 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Emanuel Vensi, at all (2014) tentang analisis f
aktor-faktor yang mempengaruhi kinerja klinis perawat berdasarkan penerapan sistem
pengembangan manajemen kinerja klinis (spmkk) di ruang rawat inap rumah sakit pan
ti wilasa citarum semarang menyatakan ada pengaruh pengetahuan terhadap kinerja klin
is dengan nilai p 0,004 (≤ 0,25), pengaruh sikap terhadap kinerja klinis dengan nilai p 0,
003 (≤ 0,25), pengaruh motivasi terhadap kinerja klinis dengan nilai p 0,042 (≤ 0,25), pe
ngaruh monitoring terhadap kinerja klinis dengan nilai p 0,003 (≤ 0,25). Menurutnya Ke
pala bidang keperawatan perlu merencanakan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
kinerja klinis perawat dengan pendidikan, seminar secara rutin dan berkesinambungan.
Setiap kali ada pelatihan tentang SPMKK sebaiknya dilakukan pretest dan post test agar
dapat dimonitor seberapa jauh perkembangan pengetahuan individu tentang SPMKK.
Oleh karena salah satu penelitian mendukung bahwa pada mata kuliah ke-pemimpi
nan dan manajemen keperawatan dalam tahapan S1 keperawatan merupakan suatu kese
mpatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori-teori manajemen yang dipadukan
secara komprehensif dengan kemampuan intelektual, kemampuan teknis keperawatan d
an kemampuan interpersonal dalam lingkup tatanan pelayanan kesehatan yang nyata, ya
itu ruang rawat inap. Dalam konteks belajar inilah mahasiswa diberikan satu ruang rawa
t untuk dikelola dengan pendekatan proses manajemen keperawatan, dalam hal ini Ruan
g G RS Primaya PGI Cikini di bawah arahan pembimbing akademik dan pembimbing kl
inik ruangan.
Rumah Sakit PRIMAYA PGI Cikini adalah rumah sakit tipe B yang berada didaera
h Jakarta Pusat mempunyai Visi menjadi penjaringan pelayanan kesehatan atau Rumah
Sakit terkemuka yang berstandart internasional Dalam konteks belajar ini, mahasiswa di
berikan ruang rawat inap untuk dikelola dengan pendekatan proses manajemen keperaw
atan, salah satunya adalah Ruang Rawat Inap G. Ruang G merupakan ruang rawat inap
dewasa dan anak terdiri dari kelas 1 dan kelas 2. Ruang G terdiri dari 8 kamar dan 17 te
mpat tidur dengan tenaga keperawatan 16 orang. Dengan klasifikasi tingkat pendidikan
DIII (Akper) 5 orang dan klasifikasi tingkat pendidikan S1 (Ners) 4 orang, DIII (Akbid)
6 orang, D4 kebidanan 1 orang. Proses belajar ini diharapkan mampu menjadi suatu kes
empatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori-teori manajemen yang dipadukan
secara komprehensif dengan kemampuan intelektual, kemampuan teknis keperawatan d
an kemampuan interpersonal dalam lingkup tatanan pelayanan kesehatan yang nyata di r
uang rawat inap di bawah arahan dan bimbingan intensif dari pembimbing akademik da
n pembimbing klinik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah
“Bagaimana tata kelola di Ruang G. RS Primaya PGI Cikini Jakarta”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah mahasiswa mampu melak
ukan pengelolaan unit pelayanan di ruang rawat inap (ruang G) dengan menerapkan
prinsip-prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :
a. Mahasiswa mampu menerapkan konsep, teori, dan prinsip kepemimpinan dalam
tatanan unit pelayanan keperawatan.
b. Mahasiswa mampu menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan unti
pelayanan keperawatan.
c. Mahasiswa mampu menerapkan model dan tipe kepemimpinan dalam unit
pelayanan keperawatan.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan analisis internal dan eksternal (SWOT) di
Ruang G, RS Primaya PGI Cikini Jakarta.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan dan mampu
menyusun rekomendasi atau tindak lanjut kegiatan yang telah dilaksanakan.
D. Sistematika penulisan
1. Bab I Pendahuluan :
Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Masalah, Sistematika Penulisan
2. Bab II Tinjauan Pustaka :
Konsep Manajemen Keperawatan, Proses Manajemen Keperawatan, Fungsi
Manajemen Dalam Keperawatan
3. Bab IV Implementasi Dan Evaluasi:
Implementasi, Evaluasi, Rencana Tindak Lanjut
4. Bab V Penutup:
Kesimpulan, Saran
5. Daftar Pustaka
6. Lampiran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif dalam men
jalankan suatu kegiatan diorganisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan supervi
si terhadap staf sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. (Grant & Ma
ssey, 1999).
Sedangkan manajemen menurut Fayol adalah memperkenalkan dan meren-canak
an, mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinasi, dan mengendalikan.
Memperkirakan dan merencanakan berarti mempertimbangkan masa depan dan
menyusun rencana aktifitas. (Fayol dalam bukunya Russel, 2000).
Manajemen Keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan,
dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1985).
A. Sistem Pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan terdiri dari:
a) Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuhan keperawatan dengan
cara membagi habis tugas pada perawat yang berdinas.
b) Kelebihan metode fungsional
1. Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan baik untuk
RS yang kekurangan tenaga.
2. Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial sedangkan perawat
junior bertanggung jawab pada perawatan pasien.
c) Kelemahan metode fungsional
1. Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang terpisah-pisah
atau tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
2. Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.
B. Metode Tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total kepada sekelom
pok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri dari tenaga profesional, teknikal
dan pembantu.
a) Minimal Care
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam/dengan kriteri
a:
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri.
3. Ambulasi dengan pengawasan.
4. Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff.
5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
b) Intermediet Care
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria:
1. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
3. Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali.
4. Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan prose
dur.
c) Perawatan Intensif
Perawatan total care memerlukan waktu 5 - 6 / 24 jam dengan kriteria:
1. Segalanya diberikan atau dibantu.
2. Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.
3. Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena.
4. Pemakaian suction.
5. Gelisah atau disorientasi.
a) Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistemati
s untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang
di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tt
ahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, analisis data dan pen
entuan masalah kesehatan serta keperawatan.
b) Pengumpulan Data
Tujuanya adalah diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan
yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil u
ntuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial d
an spiritual serta faktor lingkungan yang mem-pengaruhinya. Data tersebut har
us akurat dan mudah dianalisis. Jenis data antara lain, data objektif, yaitu data y
ang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misaln
ya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjekyif, yaitu data yang
diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi la
in misalnya, kepala pusing, nyeri dan mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi:
1. Status kesehatan sebelumnya dan sekarang.
2. Pola koping sebelumnya dan sekarang.
3. Fungsi status sebelumnya dan sekarang.
4. Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan.
5. Resiko untuk masalah potensial.
6. Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien.
c) Analisa Data.
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir r
asional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.
d) Perumusan Masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah
kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan
asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan
lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan
sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan ber-dasarkan criteria penti
ng dan segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan me
nimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasie
n stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencega
h komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat dite
ntukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu: Keadaan yang
mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang
kesehatan dan keperawatan.
e) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelom
pok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberik
an intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membat
asi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000). Perumusan diagnosa keperawat
an:
1. Actual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
2. Resiko: Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di
lakukan intervensi.
3. Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
4. Wellness: Keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera
yang lebih tinggi.
5. Syndrom : Diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual
dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian
atau situasi tertentu.
g) Tindakan Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Ada
pun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Tahap 1:
Persiapan yaitu tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat
untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.
2. Tahap 2:
Intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah
kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi t
indakan: Independen, Dependen dan Interdependen.
3. Tahap 3:
Dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pen
catatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keper
awatan.
i) Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat d
iandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. (Potter,
2005). Banyak para ahli menyusun sistem dokumentasi keperawatan. Sistem d
okumentasi ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri, namun pada dasar
nya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa sistem pendoku-mentasian yang ser
ing dipakai antara lain: Catatan Berorientasi Pada Sumber (Source Oriented Re
cord ISOR). Sistem ini memberi kemudahan dalam menempatkan catatan men
genai data yang diperoleh karena biasanya masing-masing format telah dibuat s
ecara spesifik. Namun demikian sistem ini memiliki kelemahan antara lain info
rmasi menjadi sulit dipelajari secara lengkap karena masing-masing data berad
a pada format yang berbeda. Komponen SOR meliputi hal berikut:
1. Lembar penerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti, nama, alamat, tempat
dan tanggal lahir, status perkawinan serta,diagnosis pada saat masuk rumah
sakit.
2. Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter yang dilengkap
i dengan tanggal dan, tanda tangan dokter yang bersangkutan.
3. Lembar riwayat medik.
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik, kondisi kesehatan
klien, perkembangan, dan tindak lanjut.
4. Catatan perawatan.
Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosis, intervensi dan
evaluasi.
5. Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan laboratorium,
laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda vital, masukan dan
haluaran cairan serta pengobatan. Terdapat 3 model dokumentasi yang
saling berhubungan, saling keter-gantungan dan dinamis, yaitu komunikasi,
proses keperawatan dan standar dokumentasi.
Standar Dokumentasi.
Perawat memerlukan suatu, ketrampilan untuk dapat memenuhi standar y
ang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas
dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuaat dalam
suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar dokamentasi memberikan i
nformasi bahwa adanya suatu ukuaran terhadap kualitas dokumentasi kep
erawatan.
Competent (mampu)
Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang bertugas memb
erikan arahan keperawatan.
Proficient (cakap)
Kemampuan tanpa diikuti kecakapan akan menjadikan diri
terbelakang dan kemajuan.
Expert (ahli)
Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan sangat
diperluakan oleh seorang perawat.
Perawatan
Data Pasien
Personalia
Pengumpulan
Pengaturan Pengelolaan P Kepemimpinan Pengawasan Pengem ba
Data Perencanaan
Peralatan egawai ngan Staf
Riset
Persediaan
Informasi ttg: Tujuan Sistem: Bentuk Organis Klasifikasi Pasien: Kekuasaan: Kendali mutu:
Pasien. Standar. asi: Penentuan kebu Pemecahan m Audit.
Pegawai. Kebijakan. Uraian jabat tuhan pegawai. asalah. Penampilan.
Sumber-su Budget. an / pekerja Penjadwalan. Pengambilan kerja
mber. aan. Penugasan. keputusan. Disiplin.
Evaluasi pe Pengurangan ab Mengatasi ko Hubungan k
kerjaan. sen. nflik. erja.
Kerja Tim / Pengurangan pi Komunikasi d Komputer si
kelompok. ndah. an sistem ana stem.
Pengembangan lisis transaksi
pegawai. onal.
Gambar 2.2 Proses Manajemen Keperawatan Mendukung Proses Keperawatan
Pengkajian
Evaluasi
Pengelolaan Kepegawaian
PROSES MANAJEMEN
1. Planning.
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan ya
ng strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencana
an disini dimaksudkan nntuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepa
da semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan semua anggaran belanja, mem
utuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan kebijaksan
aan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah diteta
pkan. (Nursalam, 2002).
2. Organizing
Struktur Organisasi masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan info
rmal yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur f
otmal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak direncanakan dan sa
mar. Seorang manajer perawatan harus mengerti dan memakai keduanya secara efekt
if. Struktur formal organisasi merupakan penyusunan resmi jabatan kedalam pola hu
bungan kerja yang akan mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepe
ntingan dan kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik pribadi yang tida
k resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas kerja mereka. Kualitas
hubungan timbal balik seorang manajer dengan lainnya langsung dikaitkan dengan k
emampuan kepemimpinannya. Mengingat struktur formal dan informal organisasi sal
ing melengkapi, manajer perawat bisa memakai struktur organisasi informal unttuk
mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal.
a) Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan, misal
nya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya, jadi antara satu deng
an yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai denga
n perannya.
b) Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan pembagian tuga
s perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan ketrampilan perawat dan ses
uai dengan kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak diterapkan maka
pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak opimal.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan Marqu
is & Houston (1998), antara lain:
1) Model Fungsional
Kepala Ruang
Pasien
2) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda d
alam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
dalam group kecil yang saling membantu.
Ketua Tim
Primary Nurse
Pasien
Tugas Gilir Tugas Gilir Tugas Gilir Sesuai
4) Manajemen Kasus Kebutuhan
Catatan :
Waktu perawatan menurut Gillies (1989):
1. Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1- 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
2. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
3. Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2. Rumus Douglas
4. Penjadwalan
5. Pengembangan Staff
6. Controlling
a) Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinam-bun
gan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan penyebab masalah mutu
pelayanan berdasarkan standart yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksana
kan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta me
nilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatk
an mutu. (Azwar, 1996).
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi manajemen
lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan
pengendalian, standart keberhasilan (target, prosedur kerja, dsb) selalu harus
dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika
ada kesenjanganatau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat
dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi
pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya
dapat lebih berkembang dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan
program dapat lebih terjamin.
d) Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi akan me
mperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai
dengan standart atau rencana kerja dengan menggunakan sumber daya yang tel
ah ditetapkan.
2. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf d
alam melaksanakan tugas-tugasnya.
3. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebut
uhan dan telah digunakan secara benar.
4. Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
5. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi da
n latihan lanjutan.
Ruang rawat inap bedah adalah merupakan ruangan untuk memberikan asuhan kepe
rawatan pada individu dewasa dan anak-anak baik laki-laki maupun perempuan dengan
berbagai kelainan dan atau gangguan fisiologis baik aktual maupun potensial yang di di
agnosa harus dilakukan tindakan perawatan dan atau pembedahan, menjelang dan sesud
ah dilakukan tindakan pembedahan.
C. Lingkup garapan
2. Pengelolaan
a) Menempatkan klien sesuai dengan diagnosa dan keinginan klien.
b) Mengorientasikan klien dan keluarga terhadap ruangan dan bangsal (kamar
mandi, lemari, kantor perawat, depo farmasi, ruang panata jasa).
c) Informed consent awal, yaitu menjelaskan kepada klien bahwa ia harus dioperasi
dan atau harus dirawat untuk perbaikan keadaan umum sebelum dilakukan
operasi.
d) Pengkajian awal meliputi pengkajian bio, psiko, sosio dan spiritual.
e) Pre conference dengan tim kesehatan berkaitan dengan kondisi klien.
f) Pemenuhan kebutuhan klien sesuai dengan masalah yang ditemukan pada
pengkajian awal.
g) Pemeriksaan penunjang (laboratorium, EKG, USG, fungsi paru dan X-ray).
h) Pembatasan diet.
i) Persiapan operasi : daerah operasi (kosmetik, protesa), pemasangan infus dan
kateter wash out, kuras/lavage.
j) Informed consent akhir : diagnosa yang ditegakan, sifat dan luas tindakan yang
akan dilakukan, manfaat dan urgensi tindakan, resiko tindakan, konsekuensi
tindakan jika dilakukan dan tidak dilakukan, biaya menyangkut tindakan, surat
izin dari keluarga.
k) Konsul IPD dan anastesi.
l) Persiapan mental.
m)Premedikasi.
2. Pengelolaan
a) Pengkajian awal post operasi termasuk monitoring keadaan umum, tanda-tanda vit
al, aliran cairan IV, jumlah perdarahan, intake dan output cairan dalam 24 jam per
tama.
b) Pemenuhan KDM post operasi.
c) Pemeriksaan penunjang post operasi (pemeriksaan darah).
d) Menginformasikan mengenai perkembangan keadaan klien kepada keluarga dan
klien.
e) Mencegah dan mendeteksi komplikasi post operasi.
f) Pencegahan infeksi (perawatan luka menggunakan teknik aseptik dan antiseptik,
pemberian profilaksis).
g) Memulihkan keadaan klien ke kesehatan maksimal dan meminimalkan keter-
gantungan setelah operasi.
a) Tahap Pengkajian
Perawat mengkaji keadaan umum klien
Perawat mengkaji keadaan luka klien
Perawat mengkaji adanya penyakit herediter dalam keluarga
Perawat mengkaji status sosial klien
Perawat mengkaji tingkat ketergantungan klien
Perawat mengkaji pemenuhan kebutuhan klien
Perawat mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit
klien terutama perawatan luka di rumah.
b) Tahap Perencanaan
Perawat menyiapkan materi yang akan diberikan kepada klien sesuai dengan k
ondisi penyakit yang diderita klien, seperti pengertian penyakit, tanda dan gejal
a, cara penanganan, obat-obatan, diet dan perawatan luka.
Perawat mempersiapkan metode pengajaran.
Perawat mempersiapkan media pengajaran (alat peraga).
c) Tahap Pelaksanaan
Perawat menjelaskan kepada klien tentang pengertian, tanda dan gejala
penyakit dan penanganan penyakit.
Perawat memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan luka di
rumah.
Pemberian informasi mengenai tanda dan gejala terjadinya infeksi serta
pencegahanya, diet, obat-obatan, aktifitas dan perawatan diri.
Memberitahukan dan menegaskan jadwal kontrol.
d) Tahap Evaluasi
Perawat bertanya pada klien tentang pengertian penyakit.
Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala penyakit.
Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala terjadinya infeksi.
Perawat bertanya kepada klien tentang cara perawatan luka di rumah.
G. Lingkungan Fisik
1. Bagunan
a) Ruangan
Lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial keperawatan di ruang rawat
inap bedah umum secara keseluruhan mempunyai: ruang perawatan lengkap deng
an tempat tidur dan kamar mandi klien, ruang perasat, ruang perawat/nurse statio
n berada di tengah ruang perawatan, ruang koordinator, ruang tamu, kamar mandi,
ruang peralatan, ruang ganti perawat, kamar mandi perawat, ruang konferensi, mu
shola, ruang administrasi, ruang spuelhoke, dapur dan gudang serta depo farmasi.
b) Letak
Jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan kamar operasi dan
pemeriksaan diagnostik, aman dan nyaman.
d) Kondisi
Pencahayaan cukup dan sesuai dengan luas ruangan, besar ruangan, sesuai dengan
jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran jendela sesuai dengan besar ruangan, war
na cat lembut, tidak berjamur, bersih, pintu pleksibel dan dapat dilalui brankar, be
rsih, letak terjangkau oleh pasien, kasur bersih, dapat dirubah posisinya, terdapat s
ide rails, fasilitas ruangan tidak mengganggu delivery pasien.
2. Hubungan perawat-perawat
a) Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik
b) Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi.
c) Kegiatan serah terima pasien dilakukan setiap pergantian dinas dan berorientasi
pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.
d) Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.
e) Mengadakan rapat bulanan secara rutin.
f) Media komunikasi antar perawat menggunakan buku laporan, buku ronde dan whi
te board.
g) Mempunyai protap timbang terima
Preseptor Kebidanan
Preseptor Anak PJ PASIEN
Pesesa Sinaga SST
Ns. Hotma R. S. Kep 1. Yuni Purwati. AMKeb
2. Christini Ulli. AMKeb
3. Murniasih, AMKeb
4. Netty Sitohang, AMK
5. Happy Gultom S.Kep
PERAWAT PELAKSANA
KAMAR 6
RUANG IK
KAMAR 5 DAPUR
TAMAN
KANTOR PERAWAT
RUANG GANTI
TOILET
TOILET
KAMAR 4
TOILET
TOILET RUANG DOKT
ER
SPOEL HOCK
KAMAR 3
RUANG VK
BAB III
TOILET
URAIAN KEGIATAN
A. ANALISIS SWOT KAMAR 2
1. Man
a. Jumlah perawat di Bangsal G berjumlah 15 orang dengan formasi 3 orang S1 NE
RS, 5 orang D3 Keperawatan, 6 orang D3 Kebidanan, 1 orang D4 Kebidanan
b. BOR pasien rata-rata pada bulan Januari adalah 34.15 dengan total 222 orang pa
sien, bulan Febuari 52.8% dengan total 322 orang pasien, bulan Maret 71.4% de
ngan total 465 orang pasien
c. Bangsal G memiliki kapasitas 21 tempat tidur,
d. Pada saat operan sering memnbahas masalah lain yang bukan masalah utama da
n sering ada interupsi
2. Material
a. Bangsal G merawat pasien kebidanan, pediatrik, dewasa dan bedah
b. Bangsal G memiliki fasilitas 1 ruang bersalin untuk persalinan normal. Ruang In
kubator bayi,
c. Perawat memiliki ruangan kantor khusus, dan memiliki 4 unit computer yang ter
hubung ke internet untuk pengisian HIS
d. Terdapat format list observasi pasien baik secara tertulis maupun melalui HIS ya
ng harus dimasukkan dalam jangka waktu tertentu
3. Money
a. Pasien di bangsal G menggunakan biaya penjaminan BPJS, asuransi dan pribadi
b. Kelas perawatn di bangsal G adalah kelas 1, 2, dan 3
c. AC kantor perawat tidak berfungsi baik dan meyebabkan udara menjadi panas, p
engajuan perbaikan sudah dilakukan tapi belum ada tindak lanjut
4. Method
a. Model keperawatan Bangsal G adalah Keperawatan Modular
b. Serah terima pasien dilakukan 3 kali sehari sesuai dengan alur dinasan perawat
Dinas pagi : pkl 07.00 - 14.00
Dinas sore : pkl 14-00 - 21.00
Dinas malam : pkl 21.00 – 07.00
c. Dokumentasi keperawatan dilakukan dengan format tertulis dan elektronik melal
ui HIS
d. Setelah operan serah terima shift, dilakukan ronde ke setiap pasien yang ada di b
angsal G
e. Discharge planning dilakukan ketika pasien pulang dengan memberikan edukasi
pemberian obat, jadwal kontrol atau terapi selanjutnya dan didokumentasikan da
lam format tertulis
f. Resume pasien pulang ditulis oleh dokter untuk selanjutnya dibaca ulang oleh pe
rawat, proses ini berpotensi menghambat pasien pulang karena harus menunggu
perawat mencetak Resume pasien
5. Machine
a. Bangsal G memiliki 1 unit inkubator dan 1 unit inkubator transportasi
b. Lampu Blue Light 1 unit
c. Terdapat ponsel khusus untuk melakukan komunikasi melalui aplikasi Whatsapp,
namun saat ini sedang tidak dapat digunakan karena akun Whatsapp bangsal G
di-Suspend
Stregth Bobot Rating Skor
3 orang S1 NERS 0. 25 4 1
Total 1.00 4
Total 1.00 3
Total Skor Strength – Total skor Weakness Total Skor Opotunitty – Total s
kor Treats
(4 - 3) : 2 ; (4.7 - 3.45) : 2
0.5 ; 0.625
Flow of Hand over pasien di Bangsal G
Operan dinas malam ke dinas pagi
1. Serah terima pagi pukul 06.45 didahuluui dengan ibadah pagi bersama-sama
2. Pukul 07.00 operan dimulai, dibuka oleh Koordinator Bangsal G, coordinator mem
bagi tugas perawat dinas pagi berdasarkan keahlian perawat/bidan yang berdinas pa
gi.
3. Koordniator menyerahkan kepada PJ Dinas Malam untuk memulai operan
4. PJ Dinas Malam menyebutkan jumlah pasien yang dirawat, pasien observasi khusu
s, pasien baru beserta diagnosa medis dan keperawatan/kebidanan dan rencana Tind
akan/perawatan, menjelaskan kendala pelayanan sepanjang malam, menjelaskan ke
rusakan/gangguan yang terjadi selama Dinas malam berlangsung, menjelaskan pesa
n dari SOD malam, bila ada.
5. PJ dinas malam dan teman dinas malamnya untuk melakukan operaan pasien ke ma
sing-masing perawat sesuai tugas yang sudah diberikan oleh koordinator
6. Setelah selesai melakukan operan pasien, pj dinas malam menyerahkan kembali pro
ses operan ke Koordinator Bangsal G
7. Koordinator memberikan feedback terkait operan yang sudah dilakukan dan memb
erikan kesempatan perawat dinas pagi untuk memberikan feedback atau pertanyaan
terkait dinas.
8. Koordinator memastikan seluruh perawat dinas pagi sudah memahami apa yang me
njadi tugasnya dan meminta perawat dinas pagi untuk memberika feedback terkait f
ocus pelayanannya saat dinas pagi
9. Koordinator, PJ dinas malam dan perawat dinas malam, dan perawat dinas pagi mel
akukan ronde ke seluruh kamar pasien dengan sambal memperkenalkan diri kepada
setiap pasien dan memperkenalkan perawat yang akan merawat pasien di kamar ter
sebut,
10. Operan selesai
7. Operan dimulai pukul 2045 dengan PJ dinas sore membuka operan dan memulai op
eran dengan menjelaskan jumlah menyebutkan jumlah pasien yang dirawat, pasien
observasi khusus, pasien baru beserta diagnosa medis dan keperawatan/kebidanan d
an rencana Tindakan/perawatan, menjelaskan kendala pelayanan sepanjang pagi me
njelaskan kerusakan/gangguan yang terjadi selama Dinas sore berlangsung
8. Perawat dinas sore melakukan operaan pasien ke masing-masing perawat sesuai tug
as yang sudah diberikan oleh PJ dinas sore
9. PJ dinas malam memberikan feedback terkait operan yang sudah dilakukan dan me
mberikan kesempatan perawat dinas malam untuk memberikan feedback atau perta
nyaan terkait dinas.
10. PJ dinas malam memastikan seluruh perawat dinas malam sudah memahami apa ya
ng menjadi tugasnya dan meminta perawat dinas sore untuk memberikan feedback t
erkait focus pelayanannya saat dinas malam
11. Perawat dinas sore dan perawat dinas malam melakukan ronde ke seluruh kamar pa
sien dengan sambal memperkenalkan diri kepada setiap pasien dan memperkenalka
n perawat yang akan merawat pasien di kamar tersebut
12. Operan selesai
B. FISHBONE ANALYSIS
C. PRIORITAS MASALAH
Metode PAHO (Pan American Health Organization). Metode ini digunakan untuk men
entukan prioritas masalah berdasarkan:
1. Kecenderungan dan seringnya masalah terjadi (Magnitude/Mg)
2. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (Saverty/Sv)
3. Kemampuan menyelesaikan masalah (Managebility/Mn)
4. Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat (Nursing Content/Nc)
5. Ketersediaan sumber daya (Affordability/Af)
Di ruang rawat inap G di dapati masalah saat hand over diantaranya:
1. Tidak adanya kesepakatan waktu untuk hand over
2. Adanya intrupsi saat hand over belum selesai
3. Membahas hal lain yang bukan masalah utama pasien saat hand over
4. Ruangan hand over yang kurang nyaman karena AC tidak dingin
D. PENYELESAIAN MASALAH
Ruangan G adalah ruang rawat inap untuk anak, yang dikelola oleh kepala ruangan
yang berdidikan S1 + Ners. Hasil kajian situasi yang dilakukan pada tanggal 15-20 April
2024 di dapatkan suatu masalah yaitu Belum optimalnya proses dalam melaksanakan
handover di ruangan. Dari masalah yang ditemukan maka kelompok mendapatkan solusi
untuk menyelesaikan masalah yaitu dengan cara melakukan desiminasi terkait dengan
Belum optimalnya proses dalam melaksanakan handover di ruangan. Adapun tahap-
tahapan dari penyelesaian masalah ini adalah sebagai berikut :
a. Melakukan koordinasi dan diskusi dengan kepala ruangan terkait masalah yang
ditemukan
b. Mencari literatur dari jurnal yang medukung terkait dengan Belum optimalnya
proses dalam melaksanakan handover di ruangan
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu tahap pada saat
seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi inovasi
tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami tetapi membuka diri
untuk mengetahui inovasi. Seseorang menyadari atau membuka diri terhadap suatu
inovasi tentu dilakukan secara aktif bukan secara pasif.
Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk sikap
menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan
proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada tidak dapat
menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang inovasi. Dalam tahap persuasi
ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang peran. Pada tahap ini berlangsung
seleksi informasi disesuaikan dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan
karakteristik inovasi dalam mempengaruhi proses keputusan inovasi.
Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan
yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima inovasi
berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan
menerapkan inovasi. Sering terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah ia
mencoba lebih dahulu. Bahkan jika mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu,
baru kemudaian dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai
dengan yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat dicoba dengan dipecah
menjadi beberapa bagian. Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian akan lebih
cepat diterima.
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang
telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh
informasi yang bertentangan dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini
sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau
menolak inovasi yang berlangsung dalam waktu yang tak terbatas. Selama dalam
konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya disonansi paling tidak berusaha
menguranginya.
B. Jurnal pendukung
1. Pendahuluan
2. Masalah
Suatu proses standar untuk memandu kegiatan serah terima pasien dalam
mentransfer informasi penting direkomendasikan. Penggunaan protokol yang
mencakup klarifikasi fonetik dan angka, penting dalam membantu menyampaikan
informasi secara akurat. Penggunaan protokol terkait dengan serah terima pasien dan
pemindahan telah di rekomendasikan untuk praktek yang aman dan lebih efektif.
Hughes (2008) membuat sebuah ringkasan tentang masalah dan hambatan faktor
individu, kelompok dan organisasi dalam proses serah terima pasien menurut hasil
kajian literatur berbasis bukti, sebagaif berikut:
3. Pembahasan Masalah
1) Komunikasi
Masalah :
Bahasa dapat menyebabkan masalah dalam beberapa cara serah terima pasien.
Dialek yang berbeda, aksen, dan nuansa dapat disalahpahami atau disalahtafsirkan
oleh perawat menerima laporan. Singkatan dan akronim yang unik untuk
pengaturan pelayanan keperawatan tertentu mungkin membingungkan bagi
seorang perawat yang bekerja di lingkungan yang berbeda atau khusus
2) Gangguan
Masalah :
3) Interupsi
Masalah:
4) Kebisingan
Masalah:
5) Kelelahan
Masalah:
Peningkatan kesalahan dapat terjadi oleh perawat yang bekerja pada shift yang
berkepanjangan. Strategi untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan
keselamatan: Batasi jumlah jam kerja untuk mengurangi kelelahan dan kesalahan.
6) Pengetahuan/pengalaman
Masalah:
Perawat pemula dan perawat ahli memiliki kebutuhan dan kemampuan yang
berbeda. Perawat pemula mungkin menghadapi masalah dengan serah terima
pasien. Perawat pemula mungkin memerlukan infromasi tambahan yang lebih
selama serah terima pasien.
7) Komunikasi tertulis
Masalah :
8) Hirakhi
Masalah :
Struktur hirarkis dapat menghambat komunikasi terbuka. Perawat mungkin
merasa tidak nyaman mengajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi informasi
atau mungkin merasa terintimidasi.
BAB V
A. KESIMPULAN
1. Bidang Keperawatan
2. Ruangan G
Melakukan supervisi berjenjang sesuai dengan acuan yang telah ditentukan oleh
Direksi Rumah Sakit.
Membuat kebijakan untuk menjadikan Hand over dengan komunikasi SBAR sebagai
rutinitas perawat dalam memberikan asuhan Keperawatan kepada pasien.
B. Saran
1. Bidang Perawatan
Melakukan supervisi secara teratur ke ruangan agar kemampuan yang sudah terbentuk
menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan dan ditingkatkan, memberi pujian
terhadap hasil yang telah dicapai untuk meningkatkan motivasi dan kualitas kerja
perawat.
2. Ruangan G
Melakukan supervisi tingkat ruang sesuai dengan acuan yang ada yang telah
ditentukan oleh Direksi Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN