Anda di halaman 1dari 66

MAKALAH

LAPORAN AKHIR MENEJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG


ANAK

Di Susun Oleh :
1. Cep Agus Gunawan : 19.156.03.11.006
2. Desi Wulandari : 19.156.03.11.012
3. Endeh : 19.156.03.11.018
4. Fitri Melani : 19.156.03.11.022
5. Gina Anggiarti : 19.156.03.11.023
6. Ranny Ega Andhika : 19.156.03.11.053
7. Silfia Ramadhani : 19.156.03.11.060

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S1) SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA BEKASI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan ridho-Nya
dapat menyelesaikan Laporan Akhir Manajemen Keperawatan di Ruang Anak
”Makalah ini diajukan untuk tugas akhir stase manajemen keperawatan pada Program
Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIKes Medistra Indonesia .
Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari semua pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Safer Mangandar Ompusunggu, SE selaku Ketua Yayasan Medistra Indonesia

2. Vermona Marbun, MKM selaku BPH STIKes Medistra Indonesia

3. Linda K. Telaumbanua, SST., M.Keb selaku Ketua STIKes Medistra Indonesia

4. Nurmah ,.SST., M.Kes selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik STIKes Medistra

Indonesia.

5. Farida Banjarnahor, SH selaku Wakil Ketua II Bidang Administrasi dan

Kepegawaian STIKes Medistra Indonesia

6. Hainun Nisa, SST, M.Kes selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan STIKes

Medistra Indonesia

7. Lisna Agustina. S.Kep, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan

(S1 dan Ners) STIKes Medistra Indonesia.

8. Ibu Kiki Deniati, S.Kep., Ners., M.Kep selaku pempimbing akademik Stase

Menejemen Keperawatan Stikes Medisra Indonesia

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan penulis berharap semoga Laporan Akhir ini dapat bermanfaat. Semoga

Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memudahkan setiap langkah-lanhkah kita menuju

kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Aamiin.
Bekasi, 12 Juni 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan derajat hidup

masyarakat, maka semua negara berupaya menyelenggarakan pelayanan

kesehatan yang sebaik-baiknya. Pelayanan kesehatan ini berarti suatu upaya

yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit

serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok ataupun masyarakat

(Maulida agustiari lubis, 2018)

Menurut WHO (2013), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu

organisasi social dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit

(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihat bagi

tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Sedangkan menurut undang-

undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan dengan

rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Di Indonesia, rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan rujukan utama

bagi masyarakat yang ingin memperoleh pelayanan kesehatan baik untuk

pengobatan maupun untuk pemulihan kesehatannya. Sebagai pusat rujukan


kesehatan utama, rumah sakit dituntut mampu memberikan pelayanan yang

komprehensif bagi setiap pasiennya (seterusnya akan disebut sebagai klien).

Pelayanan kesehatan yang komprehensif adalah berbagai bentuk pelayanan yang

diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin sesuai kebutuhan pasien.

Salah satu disiplin ilmu yang berperan dalam memberikan pelayanan kepada

klien adalah tim keperawatan, disebut tim keperawatan oleh karena seorang

tenaga perawat tidak dapat secara mandiri melakukan asuhan keperawatan yang

komprehensif kepada seorang pasien dengan spesifikasi penyakit tertentu,

melainkan butuh kerjasama dari tenaga perawat yang lain. Dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit, tim keperawatan

merupakan garda terdepan untuk tercapainya kepuasaan klien terhadap

kebutuhan pemulihannya dari kondisi sakit. Hal ini dikarenakan, tim

keperawatan melakukan pelayanan keperawatan (atau disebut asuhan

keperawatan) selama 24 jam secara terus menerus terhadap klien. Menimbang

pentingnya peranan tenaga tim keperawatan di rumah sakit untuk mewujudkan

penyembuhan dan pemulihan kesehatan klien, maka dibutuhkan sosok

pemimpin atau manager yang profesional dalam lingkup keperawatan ini yang

disebut manager keperawatan rumah sakit.

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,

banyak hal yang harus diperhatikan. Termasuk yang terpenting adalah faktor

lingkungan (environment) pelayanan kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan

faktor lingkungan di sini ialah keadaan sekitar yang mempengaruhi

penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Faktor lingkungan ini banyak macamnya.


Salah satu diantaranya adalah sistem manajemen yang diterapkan pada institusi

kesehatan. Secara umum disebutkan apabila sistem manajemen tersebut tidak

sempurna, dalam arti tidak menopang prinsip-prinsip mutu, maka sulitlah

diharapkan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu (Donabedian,

1980).

Manajemen keperawatan itu memiliki beberapa pengertian. Pertama,

manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf

keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional

(Nursalam, 2014). Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam

tatanan pelayanan nyata, yaitu di Rumah Sakit dan Komunitas sehingga perawat

perlu memahami konsep dan aplikasi. Konsep manajemen keperawatan

perencanaan berupa rencana strategi melalui pendekatan yaitu pengumpulan

data, analisa SWOT dan menyusun langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan

secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan metoda asuhan keperawatan,

melakukan pengawasan dan pengadilan serta dokumentasi yang lengkap.

B. Tujuan Umum

Penulisan ini bertujuan untuk memberi gambaran dari seluruh kegiatan

praktik manajemen keperawatan yang telah dilaksanakan dan merupakan

penanggung jawab kepada Ruang Anak.

C. Tujuan Khusus

1. Menganalisa situasi manajemen dari Ruang Anak.


2. Mengidentifekasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait

dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisa situasi nyata di Ruang

Anak

3. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan

bersama pihak di Ruang Anak

4. Menyusun tujuan dan rencana alternative pemenuhan kebutuhan dan

penyelesaian masalah yang telah ditetapkan.

5. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah

yang bersifat tehnik oprasional bagi Ruang Anak

6. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah

yang disepakati bersama unit terkait di Ruang Anak

7. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan dan proses pada

manajemen keperawatan

8. Merencanakan tindakan lanjut dari hasil yang dicapain berupa upaya

mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit

terkait di Ruang Anak

D. Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit


a. Sebagai bahan informasi tambahan dan masukan dalam rangka untuk

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam pelayanan RS dan

kualitas manajemen di setiap ruangan.

b. Sebagai masukan dan informasi kepada perawat ruangan untuk

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan terutama dalam efektifitas pengisian pengkajian

keperawatan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai acuan memberikan informasi dan pengalaman tentang

pengetahuan dalam penerapan menejemen keperawatan di ruangan dalam

memberikan asuhan keperawatan yang professional

3. Bagi Mahasiswa

Dapat menambah pengetahuan tentang penerapan manajemen

keperawatan antara teori dan praktek.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Manajemen

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam


menjalankan suatu kegiatan di organisasi yang mencakup kegiatan koordinasi
dan supervise terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi (Nursalam 2002).

Manajemen keperawatan adalah cara untuk mengelola sekelompok perawat


dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk dapat memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien secara professional (Gillies,
dalam Nursalam 2002).

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf


keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Nursalam, 2014).

Melalui manajemen ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan.


Dalam manajemen terdapat suatu proses yang mengubah suatu input menjadi
suatu output yang diharapkan. Input manajemen ini terdiri atas manusia, uang,
dan material, alat dan metode yang selanjutnya akan mengalami proses
manajemen sehingga tercapailah output. Output pada manajemen berupa
efisiensi dalam pelayanan, staf yang kompeten dan ahli dibidangnya serta
peningkatan mutu suatu pelayanan.

Pengetahuan manajemen merupakan pengetahuan yang universal, demikian


juga pengetahuan manajemen yang ada di dalam ilmu keperawatan. Pengetahuan
manajemen keperawatan menggunakan konsep-konsep yang berlaku terhadap
semua situasi manajemen keperawatan. Teori manajemen keperawatan
berkembang dari teori manajemen umum yang memprioritaskan penggunaan
sumber daya manusia dan materi secara efektif. Sejalan dengan prinsip
manajemen secara umum, manajemen dalam keperawatan juga terdiri atas input,
proses dan output.

Input dari manajemen keperawatan terdiri atas tenaga keperawatan, bahan-


bahan, peralatan, bangunan fisik, klien, pengetahuan, dan keterampilan yang
akan mengalami suatu proses transformasi melalui manajemen asuhan
keperawatan oleh tenaga keperawatan sehingga dihasilkan suatu resolusi
masalah keperawatan klien.

Prinsip-prinsip manajemen ini diterapkan oleh perawat klinis, perawat


kepala, pengawas, direktur dan tingkat eksekutif di bidang keperawatan. Tapi
pada dasarnya, prinsip manajemen yang diterapkan adalah sama. Lima elemen
besar dari teori manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan dan pengendalian. Seluruh aktivitas manajemen serta sumber daya
yang ada bergerak secara simultan untuk mencapai output yang diinginkan.
Adapun output yang diinginkan dalam proses manajemen keperawatan adalah
resolusi masalah keperawatan sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif kepada klien, keluarga, dan masyarakat. Aktifitas ini
dilakukan secara mandiri dan saling ketergantungan.

B. Fungsi Fungsi Manajemen

Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan


(planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing),
kepemimpinan (leading), pengendalian (controling) aktifitas-aktifitas
keperawatan (Swanburg, 2000). Pada dasarnya manajemen keperawatan adalah
proses dimana seorang perawat menjalankan profesi keperawatannya. Segala
bentuk dari organisasi perawatan kesehatan memerlukan manajemen
keperawatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Berikut ini adalah pembahasan fungsi-fungsi manajemen secara lebih


mendalam.
1. Fungsi Perencanaan

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara


matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Sedangkan menurut
Fayol didalam Swansburg (2000) mendefinisikan bahwa yang dimaksud
dengan manajemen adalah membuat suatu rencana untuk memberikan
pandangan kedepan. Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang
penting karena mengurangi risiko pembuatan keputusan yang kurang tepat
atau membantu mengantisipasi jika suatu proses tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Perencanaan juga dapat menolong pekerja-pekerja mencapai
kepuasan dalam bekerja.selain itu perencanaan juga membantu penggunaan
waktu yang efektif.

Dalam suatu perencanaan dibutuhkan suatu pengetahuan yang mengacu


kepada proses, unsur, dan standar dari suatu perencanaan. Selain hal tersebut
juga perlu didalami ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang pelaksanaan
perencanaan sehingga perencanaan yang akan dilakukan dapat berjalan
sesuai dengan tujuan awal. Suatu perencanaan yang baik harus berdasarkan
pada sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar dan bersifat fleksibel,
seimbang, dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia lebih dahulu
(Swansburg, 2000). Dengan menjalankan prinsip-prinsip yang ada dalam
perencanaan ini, maka diharapkan tujuan dapat tercapai dengan efektif baik
dalam penggunaan sumber daya manusia maupun sumber daya material.

Dalam manajemen keperawatan, perencanaan dimulai dengan kegiatan


menentukan tujuan, mengumpulkan data, menganalisis dan
mengorganisasikan data-data yang akan digunakan untuk menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan dan menentukan sumber-sumber untuk
memenuhi kebutuhannya. Selain itu perencanaan juga membantu untuk
menjamin bahwa klien dapat menerima pelayanan yang mereka inginkan
serta mereka butuhkan. Selain itu sumber daya yang digunakan dapat
digunakan seefektif dan seefisien mungkin.

2. Fungsi Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan


mencapai objektif, menentukan cara untuk pengorganisasian aktivitas yang
tepat dengan unit lainnya baik secara vertikal maupun horisontal yang
bertanggungjawab untuk mencapai objektif organisasi (Swansburg, 2000).

Prinsip-prinsip pengorganisasian diantaranya adalah prinsip rantai


komando, kesatuan komando, rentang kontrol, dan spesialisasi. Prinsip rantai
komando menggunakan hubungan dalam alur yang hirarkis dalam alur
autokratis dari atas kebawah. Komunikasi terjadi sepanjang rantai komando
dan cenderung satu arah. Sedangkan dalam prinsip kesatuan komando
memiliki satu pengawas, satu pemimpin, dan satu rencana untuk kelompok
aktifitas dengan objektif yang sama. Prinsip rentang kontrol menyatakan
bahwa individu harus menjadi pengawas yang mengawasi secara efektif
dalam hal jumlah, fungsi maupun geografi. Prinsip spesialisasi menampilkan
satu fungsi kepemimpinan tunggal.

3. Fungsi Pengarahan

Menurut Douglas didalam Swansburg (2000), pengarahan adalah


pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan pekerja
memahami apa yang diharapkan darinya dan pedoman serta pandangan
pekerja sehingga ia dapat bekerja dan berperan secara efektif dan efisien
untuk mencapai objektif organisasi. Pada pengarahan yang harus
dipertimbangkan adalah komunikasi dalam hubungan interpersonal.

Pengarahan itu dapat terjadi apabila seorang pemimpin mendapatkan


masukan yang optimum dari bawahannya untuk kepentingan semua masalah
oleh karena itu seorang pemimpin harus benar-benar mengerti keterbatasan
bawahannya.

Di dalam manajemen keperawatan, yang dimaksud dengan pengarahan


adalah tindakan fisik dari manajemen keperawatan, proses interpersonal
dimana personil keperawatan mencapai objektif keperawatan (Swansburg,
2000). Sebagai seorang pemimpin dalam manajemen keperawatan, ia harus
mempunyai kemampuan untuk membujuk bawahan bersama-sama bekerja
keras untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam pelayanan
keperawatan.untuk mencapai hal tersebut pimpinan keperawatan seharusnya
telah dibekali ilmu dasar yang kuat tentang kebijaksanaan organisasi, tujuan,
program-program baru dan rencana untuk perubahan. Selain itu pimpinan
keperawatan juga harus mempunyai perilaku yang dapat diterima secara
sosial, kualitas personal yang dapat diterima bawahan, keterampilan dalam
memimpin, serta kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Jika
semua ini ada pada seorang pimpinan keperawatan maka pengarahan yang
efektif dapat dilaksanakan sehingga dukungan bawahan untuk mencapai
tujuan manajemen keperawatan optimal. Secara operasional keefektifan
pengarahan dapat dilihat dari kesamaan komando dan terciptanya tanggung
jawab bawahan secara penuh kepada satu pimpinan.

4. Fungsi Pengendalian

Pengendalian adalah pemeriksaan untuk melihat apakah segala


sesuatunya terjadi sesuai rencana yang telah disepakati, instruksi yang telah
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan
untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan
tidak terjadi lagi (Fayol dalam Swansburg, 2000).

Pengontrolan dilakukan sesuai fakta yang ada. Bila isu muncul sebaiknya
satu sama lain bertemu dan menenangkan mereka melalui kontak langsung.
Untuk merangsang kerja sama, perlu peran serta sejak semula. Proses
pengontrolan dapat digambarkan dengan salah satunya membuat standar
bagi semua dasar-dasar manajemen dalam istilah-istilah yang diterima serta
hasil yang dapat diukur yang ukuran ini harus dapat mengukur pencapaian
dan tujuan yang ditentukan.

Kontrol termasuk koordinasi sejumlah kegiatan, pembuatan keputusan


yang berhubungan dengan perencanaan dan kegiatan organisasi, serta
informasi dari pengarahan dan pengevaluasian setiap kinerja petugas. Kron
dan Gray dalam Swansburg (2000), menunjukkan bahwa kontrol
menggunakan pengevaluasian dan keteraturan. Karakteristik suatu sistem
kontrol yang baik adalah harus menunjukkan sifat dari aktivitas, melaporkan
kesalahan-kesalahan dengan segera, memandang ke depan, menunjukkan
penerimaan pada titik-titik kritis, objektif, fleksibel, menunjukkan pola
organisasi, ekonomis, dapat dimengerti, dan menunjukkan tindakan
perbaikan.

Manajer perawat akan merealisasikan cara terbaik dalam menjamin


kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan di ruangan-ruangan untuk
menegakkan filosofi, standar pelayanan, dan tujuan-tujuan.

5. Fungsi ketenagaan

a. Definisi

Ketenagaan adalah anggota organisasi/badan usaha yang memperoleh


imbalan.

b. Tujuan manajemen ketenagaan diruang rawat:

Mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang


dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna
jasa.

c.    Fungsi utama ketenagaan:


Memenuhi falsafah organisasi dan budget organisasi, dimana pelayanan
kerepawatan tergantung pada kuantitas tenaga keperawatan yang bertugas
selama 24 jam yang dibagi menjadi 3 shif dan pelaksanaannya saling
berkesinambungan

Dukungan SDM yang optimal diharapkan mampu meningkatkan mutu


pelayanan keperawatan. Untuk itu selain kuantitas tenaga diperlukan juga
pengembangan karir bagi perawat, seperti keikutsertaan dalam pelatihan-
pelatihan, peningkatan jenjang pendidikan dan lain-lain.

Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan :

1)   Kategori klien:

a)    keperawatan mandiri/Self Care

Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindakan


keperawatan dan pengobatan.

b)   keperawatan sebagian/Partial Care.

Klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindakan keperawatan dan


pengobatan tertentu seperti pemberian obat intravena.

c)    Keperawatan penuh/Total Care.

Memerlukan bantuan secara penuh dalam perawatan diri dan


memerlukan observasi ketat.

2)   Metoda penugasan:Cara untuk membagi pekerjaan yang ada di satu unit
perawatan kepada tenaga yang ada di unit tersebut. Metode penugasan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dapat mengunakan beberapa
metode.

3)   Analisa kebutuhan tenaga keperawatan: Perencanaan tenaga keperawatan


merupakan proses memperkirakan secara kuantitatif dan kualitatif tenaga
keperawatan yang diperlukan. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan organisasi dalam mencapai sasarannya melalui
strategi pengembangan kontribusi karyawan di masa mendatang.

Penyusunan program bidang sumber daya manusia dalam manajemen


strategi suatu pasien dirawat. Metode pendekatan primer ini mendorong
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana dan
pelaksanaannya rumah sakit, meliputi langkah-langkah:

a). Langkah-langkah perencanaan kebutuhan sumber daya mausia

(1) Inventarisasi sumber daya manusia yang ada

(2).  Inventarisasi beban kerja masing-masing

(3). Evaluasi kebutuhan sumber daya manusia di masing-masing unit


kerja

(4). Penetapan jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia yang benar-
benar dibutuhkan

b). Langkah perencanaan pengisian kebutuhan sumber daya manusia

(1)    Identifikasi jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia yang ada
di rumah sakit

(2)   Identifikasi jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia yang


diperlukan

(3)    Penetapan jumlah kebutuhan sumber daya manusia yang diisi dari
dalam organisasi

(4)   Perencanaan pengisian kebutuhan sumber daya manusia

3)   Langkah Perencanaan pengembangan sumber daya manusia

(1) Evaluasi kemampuan sumber daya manusia yang ada

(2) Identifikasi usaha-usaha peningkatan kemampuan sumber daya


manusia
(3) Evaluasi hasil prestasi sumber daya manusia

(4)  Alternatif pendidikan dan latihan yang diperlukan akan dilakukan

(5) Perluasan wilayah pelayanan

(6) Usaha pengembangan jasa pelayanan kesehatan dan wilayah


pelayanan

Langkah-langkah perencanaan tenaga menurut Drucker (1989) dan Gillies


(1989) antara lain:

a)    Mengidentifikasi bentuk dan tujuan jumlah perawatan yang akan


diberikan

b)   Menentukan kategori perawat yang akan dipekerjakan untuk


memberikan pelayanan keperawatan yang dibutuhkan

c)    Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat diperlukan


untu memberikan pelayanan keperawatan yang diperlukan

d)   Menerima (menyaring) tenaga untuk mengisi posisi yang ada

e)    Menyeleksi calon yang berminat untuk bekerja

f)    Menentukan tenaga perawat dalam konfigurasi sesuai unit kerja dan
jadwal yang tertuang dalam shift

g)   Memberikan tanggungjawab untuk pelayanan asuhan keperawatan


dalam berbagai model pemberian asuhan keperawatan

4)   Penghitungan Tenaga:

Perhitungan Rumus ada beberapa yaitu:

a)    Rumus Gillies

∑ jam keperawatan u/ psn/hari x rata-rata sensus psn/hari x ∑ hari/thn

∑ hari/thn – hari libur prwt x ∑ jam kerja/hari


= ∑ jam kprwtn u/ psn/thn = jumlah perqawat di suatu unit

∑ jam kerja prwt/thn

Catatan:

      Waktu perawatan menurut Gillies, 1989

1.    Perawatan langsung

Minimal care = 2 jam

Partial care = 3-4 jam

Total care = 4-7 jam

Rata-rata keperawatan langsung = 4 – 5 jam

2.    Waktu perawatan tidak langsung = 38 menit / pasien / hari

3.    Waktu penyuluhan = 15 menit / pasien / hari

      Rasio perawatan ahli : trampil = 55 % : 17 %

      Proporsi dinas pagi : sore : malam = 47 % : 36 % : 17 %

b)   Rumus Douglas

∑ perawat = ∑ pasien x derajat ketergantungan

Tabel 2.1 ketergantungan pasien

∑ Minimal care Partial care Total care


Pasien Pagi Sore Malam pagi Sore Malam Pagi sore Malam
1 0.17 0.14 0.07 0.27 0.15 0.10 0.36 0.30 0.20
2 0.34 0.28 0.14 0.54 0.30 0.20 0.72 0.60 0.40
c) 
Rumus
Depkes 2003

Berdasarkan:

- Tingkat ketergantungan pasien


- Rata-rata pasien per hari

- Jam perawatan yang diperlukan hari per pasien

- Jam perawatan yang diperlukan per ruangan per hari

- Jam kerja efektif setiap perawat

Cara perhitungan:

1.    Hitung jumlah perawat yang tersedia

2.    Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur / cuti / hari besar dan tugas-
tugas non keperawatanLoss day / hari libur / cuti / hari besar

3.    Tugas non keperawatan

Jumlah perawat yang dibutuhkan = A + B +

C. Dokumentasi Proses Keperawatan

1. Definisi

Dokumentasi berasal dari kata ”document” yang berarti semua warkat


asli yang dapat dibuktikan dalam persoalan hukum yang bersifat kebenaran
(Jon ME, 1975). Dokumentasi proses keperawatan adalah bahan komunikasi
yang terulis untuk mendukung informasi atau kejadian (Fiosbach, 1991).

Jadi, dokumentasi asuhan keperawatan adalah dokumentasi tentang fakta –


fakta terhadap penyakit klien, gejala – gejala, diagnosa, penatalaksanaan
serta evaluasinya. Catatan tersebut harus lengkap, akurat dan terbaru, mudah
dan cepat diakses serta sistematis sehingga dapat memberikan informasi
yang akurat.

2. Tujuan Dokumentasi Proses Keperawatan

a. Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien


b. Memastikan kemajuna hasil yang berfokus pada klien
c. Memfasilitasi komunikasi antara disiplin mengenai konsistensi tujuan
dan kemajuan pengobatan
d. Teknik evaluasi

Pencatatan dan pelaporan dibuat untuk mempermudah penilaian


terhadap perawatan yang telah diberikan pada klien dan dapat dipastikan
apakah rencana yang diimplementasikan sudah mencapai kemajuan.

e. Pembayaran kembali ( Reinforcement )

Catatan perawatan merupakan sumber untuk mendapatkan informasi


tentang penanganan klien dan memberikan bukti adanay pelayanan.

f. Akreditasi

Salah satu syarat penting bagi fasilitas perawatan kesehatan menurut


lembaga pemberi lisensi dan akreditasi adalah mempertahankan rekam
medik, termasuk dokumentasi asuhan keperawatan.

3. Hal – hal Yang Penting Diperhatikan Dalam Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan

a. Elemen dari proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa,


perencanaan, implementasi, dan eveluasi
b. Catatan data dasar awal menggunakan format yang sistematis, serta
berdasarkan sistem tubuh atau dari kepala sampai ke kaki.
c. Data pengkajian dikumpulkan dan diletakkan sesuai dengan format yang
dirancang oleh institusi
d. Diagnosa keperawatan formulasikan dari data yang dikumpulkan
e. Rencana keperawatan ditulis untuk setiap klien dan meliputi tujuan, hasil
yang diharapkan dan aktifitas keperawatan yang ditetapkan berdasarkan
diagnosa keperawatan
f. Implementasi rencana keperawatan mencakup intervensi yang membuat
klien dapat berpartisipasi dalam promosi, pemeliharaan dan restorasi
kesehatan dan juga untuk memaksimalkan potensi kesehatan
g. Catatan evaluasi tepat waktu kesehatan dan perkembangan atau
kurangnya perkembangan ke arah pencapaian tujuan yang diharapkan
h. Aktivitas, prioritas dan tujuan direvisi berdasarkan respon klien terhadap
perawatan atau perubahan dalam kondisi klien.

4. Pedoman Umum dalam Mendokumentasikan Proses Keperawatan

a. Dokumentasi harus ditulis secara objektif tanpa bisa dan informasi


subjektif
b. Gambaran penafsiran data subjektif harus didukung oleh hasil
pengamatan khusus
c. Hindari pernyataan yang bersifat umum karena memiliki arti ganda
d. Data dokumentasi sacara jelas, singkat dan ringkas
e. Hasil pengkajian dicatat dengan tulisan yang bersih dan dapat dibaca
f. Temuan-temuan hendaknya diuraikan sejelas mungkin
g. Ejaan harus jelas
h. Dokumentasi harus ditulis dengan tinta jangan dengan pensil, untuk data
biasa gunakan tinta hitam atau biru dan tinta merah untuk obat-obatan
i. Apabila catatan tidak penuh jangan dikosongkan tetapi buatlah garis
horizontal atau vertikal sepanjang bagian yang kosong
j. Jika ada kesalahan, pernyataan yang salah dicoret, twetapi harus dapat
dibaca selanjutnya diparaf
k. Pencatatan harus selalu dimulai dari tanggal, jam dan diakhiri dengan
tanda tangan, nama jelas serta jabatan perawat

5. Pentingnya Dokumentasi Keperawatan


a. Pendokumentasian merupakan mekanisme komunikasi antara anggota tim
pelayanan kesehatan. Ada hubungan berbagai disiplin ilmu yang terlibat
dalam pelayanan kesehatan:

1) Masing-masing disiplin ilmu butuh informasi mutakhir dari klien


melalui pengkajian
2) Agar informasi terpelihara dengan baik perlu didokumentasikan

b. Dengan catatan yang akurat dapat membantu tercapainya hubungan yang


kreatif antara klien dan provider
c. Dapat mempermudah pelaksanaan pelayanan klien, fokus asuhan
keperawatan dapat ditentukan
d. Sesuai dengan empat peran yang harus dijalankan perawat dan
tanggungjawab serta tanggung gugat
e. Data yang lengkap dapat digunakan untuk menentukan status kesehatan
klien dan tingkat ketergantungan klien, sehingga dapat diperkirakan jumlah
kebutuhan teaga perawat
f. Bahan audit keperawatan, penghitung jasa, pertimbangan pihak ketiga dan
bukti tuntutan hukum

6. Unsur-Unsur Dokumentasi Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan,


dimana pada fase ini perawat mengumpulan data tentang status kesehatan
klien secara sistematis menyeluruh, akurat dan berkesinambungan.

b. Mengumpulkan Data

Meliputi pengumpulan data dasar mencakup informasi tentang klien:


1) Riwayat kesehatan dulu, seperti riwayat alergi terhadap makanan atau
obat tertentu, riwayat pernah dilakukan tindakan bedah, riwayat
menderita penyakit kronis dan lain-lain

2) Riwayat kesehatan sekarang seperti adanya perasaan nyeri, mual,


gangguan tidur dan lain-lain

3) Pemeriksaan fisik, dalam hal ini perawat dapat menggunakan teknik


inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi (IPPA) dengan prinsip pemeriksaan
”head to toe” atau berdasarkan sistem tubuh seperti sistem pernapasan,
pencernaan, eliminasi dan lain-lain

4) Pemeriksaan penunjang seperti meliputi: pemeriksaan laboratorium,


radiologi, CT scan dan lain-lain.

Tipe data yang dikumpul yaitu:

1) Data subjektif yaitu:

Data yang meliputi gejala yang dirasa kan oleh klien ,kebiasaan
dan persepsi klien terhadap kesehatannya saat ini. Selain klien ,informasi
juga didapatkan dari keluarga, teman, dan orang terdekat pasien atau
tenaga kesehatan yang mengetahui keadaan klien.

3) Data objektif yaitu:

Meliputi tanda dan gejala mengenai kondisi klien dapat dilihat,


didengar, dirasakan atau dicium serta data-data lain yang dapat diperoleh
dari observasi dan pemeriksaan fisik.
c. Pengorganisasian Data

Untuk mendapat data secara sistematik, perawat menggunakan format


pengkajian atau disebut juga pengkajian perawat. Format pengkajian dapat
dimodifikasi dengan keadadan klien. Dalam keperawatan format pengkajian
yang di gunakan dapat didasarkan ada berbagai teori keperawatan,
diantaranya:

1). Teori Gordon tentang fungsi kesehatan

2). Teori Orem tentang perawatan diri

3). Teori Roy tentang model adaptasi

4). Teori Maslow berdasarkan tingkat kebutuhan manusia

d. Validasi Data

Informasi yang telah dikumpulkan harus slengkap, akurat dan sesuai


dengan keadaan klien sehingga harus dilakukan validasi atau
pemeriksaan kembali terhadap data yang telah dikumpulkan tersebut.

e. Pencatatan Data

Untuk melengkapi pengkajian, dokumentasi data akurat dan


mencakup semua keadaan kesehatan klien dan tidak berdasarkan hasil
intervensi perawat.

f. Diagnosa Keperawatan

Diagnsa keperawatan adalah kesimpulan klinis tentang individu,


keluarga atau masyarakat yang aktual, resiko dari status kesehatan
seseorang. Diagnosa keperawatan ini merupakan dasar untuk melakukan
intervensi keperawatan dalam mencapai tujuan dan dapat dievalusi
(NANDA, 1990).

Tipe diagnosa keperawatan yaitu:

1) Aktual

Pernyataan tentang respon klien terhadap kesehatannya saat ini


berdasarkan hasil pengkajian yang meliputi tanda dan gejala seperti
jalan nafas tidak efektif dan ansietas.

2) Resiko

Resiko penyertaan klinis dari kondisi kesehatan klien dimana


masalah lebih beresiko untk menjadi aktual pada klien tersebut
dibanding dengan orang lain pada kondisi atau situasi yang sama.

Komponen dari diagnosa keperawatan yaitu:

Problem

Menggambarkan masalah kesehatan klien atau responnya terhadap


terapi yang diberikan oleh perawat yang di tuliskan dalam beberapa kata
antara lain:

1) Perubahan (perubahan dari sebelumnya)

2) Gangguan (kelemahan, kerusakan dan pengurangan)

3) Penurunan (pengecilan, dari segi ukuran, jumlah atau tingkat/derajat)

4) Tidak efektif (tidak menghasilkan efek yang sesuai)

5) Akut (terjadi dalam waktu yang mendadak dan pendek)


6) Kronis (terjadi dalam waktu yang lama, berulang dan tetap)

Etiologi

Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dari masalah kesehatan dalam


melakukan intervensi keperawatan yang mencakup tingkah laku,
lingkungan disekitar atau gabungan dari keduanya.

Simptom

Pengelompokan tanda dan gejala yang merupakan bagian dari diagnosa


keperawatan.

g. Perencanaan

Perencanaan adalah tahap sistematik proses keperawatan yang


melibatkan perbuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Dalam
perencanaan, perawat mengacu pada pengkajian dasar klien dan
pernyataan diagnostik sebagai acuan dalam mewujudkan tujuan klien dan
mendesain strategi keperawatan untuk mencegah, mengurangi masalah
kesehatan klien.

Proses perencanaan keperawatan meliputi:

1) Membuat prioritas perencanaan

Prioritas perencanaan adalah suatu proses dalam melakukan strategi


keperawatan.

2) Membuat tujuan dan kriteria hasil

Tujuan adalah pernyataan yang lebih luas tentang dampak dari


intervensi keperawatan. Kriteria hasil adalah pernyataan yang lebih
spesifik, dan diukur untuk mengevaluasi apakah tujuan tercapai.
h. Implementasi

Dalam proses keperawatan implementasi merupakan suatu tahap dimana


perawat melaksanakan rencana keperawatan dalam suatu tindakan.
Implementasi terdiri dari melaksanakan tindakan keperawatan,
mendelegasi dan mencatat apa yang dilakukan. Dalam melaksanakan
tindakan keperawatan perawat mencatat tindakan apa saja yang
dilakukan serta respon klien.

i. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan .evaluasi merupakan


perencanaan, pelaksanaan, kemajuan aktivitas yang mana klien dan
profesional kesehatan lainnya dapat mempertimbangkan kemajuan klien
sesuai tujuan dan keefektifan rencana keperawatan.

D. Metode Pemberian Pelayanan Kesehatan

Menurut Ann Marriner Tomei (1991) Grat & Massey (1997) dan
Marquis& Huston (1998) metoda pemberian asuhan keperawatan profesional
yang sudah ada dan akan terus di kembangkan di masa depan dalam
menghadapi trend pelayanan keperawatan yaitu:

1. Metode Fungsional

a. Perawat melakukan tugas tertentu sesuai jaswal kegiatan yang ada

b. Perawat senior akan sibuk melakukan tugas manajerial sedangkan


asuhan keperawatan pada pasien dilakukan oleh perawat yunior
atau yang belum punya pengalaman

c. Penanggung jawab askep dibebankan kepada perawat yang bertugas


pada tindakan tertentu
Kelebihan

a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pemberian tugas yang


jelas dan pengawasan yang baik

b. Sangat baik untuk rumah sakit yang tenaga dengan perbandingan


tenaga perawat profesiaonal (pelaksana lanjutan atau penyedia)
yang lebih sedikit di bandingkan dengan tenaga perawat pelaksana
san perawat pembantu (pemula).

Kekurangan

a. Tidak memberikan kepuasan pasa pasien ataupun perawat

b. Pelayanan keperawatan silakukan terpisah-pisah sehingga tidak


dapat menerapkan proses keperawatan

c. Perawat cebdrung berorientasi pasa tindakan yang berkaitan dengan


keterampil saja

2. Metode Tim

Metoda ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang


berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap pasien. Perawat
dibagi menjadi 2-3 grup yang terdiri dari tenaga profesional teknikal
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu bengan jumlah
tenaga 6-7 orang dalam satu tim.

a. Konsep metoda tim:

1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu


menggunakan berbagai teknik kepemimpinan
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
dan pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan terjamin

3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim

4) Peran kepala ruangan penting dalam model ini model tim akan
berhasil baik bila di dukung oleh KARU

b. Tanggung jawab ketua tim

1) Membuat perencanaan

2) Membuat koordinasi, penugasan, supervisi,dan evaluasi

3) Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai


tingkat kebutuhan pasien

c. Tanggung jawab anggota tim

1) Memberikan askep kepada pasien sesuai tanggung jawab secara


langsung

2) Kerja sama antar anggota tim dan antar tim

3) Memberikan laporan

4) Mengembangkan kepemimpinan anggota

5) Menyelenggarakan konferensi selama 15-20 menit setiap hari


untuk pengembangan dan revisi rencana askep

Kelebihan

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh


b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di
atasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim

Kekurangan

Komunikasi antar tim bisa membutuhkan waktu dimana sulit


melaksanakan di waktu sibuk.

d. Metode Primer

Metoda penugasan dimana satu perawat bertanggung jawab


penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai pasien masuk
sampai keluar rumah sakit, mendorong pratik mandiri perawat, ada
kejelasan antar si pembuat rencana askep pelaksana. Metoda primer ini
di tandai dengan adanya keterkaitan kuat yang terus menerus antara
pasien dan perawat yang di tugaskan untuk merencanakan, melakukan
dan koordinasi askep selama pasien di rawat.

Konsep dasar model askep ini adalah adanya tanggung jawab,


tanggung gugat serta otonomi dari perawat serta melibatkan
keterlibatan pasien dan keluarga.

a. Tugas perawat primer

1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara


komprehensif

2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan

3) Melaksanakan rencana yang telah di buat selama dinas

4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang di


berikan dokter maupun perawat lain
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

6) Menerima dan menyesuaikan rencana

7) Menyiapkan penyuluhan pulang

8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan


lembaga sosial masyarakat

9) Membuat jadwal perjanjian klinik

10) Mengadakan kunjungan rumah sakit

b. Ketenagaan metoda primer

1) Setiap perawat primer adalah perawat bed side

2) Beban kasus pasien 4-6 orang perawat atau debgan rasio perawat
dan pasien sebesar 1:4 atau 1; 5 disesuaikan dengan jumlah
yang ada di ruangan dab jumlah perawat yang ada

Kelebihan

a. Bersifat kontiniunitas dan komprehensif

b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap


hasil dan memungkinkan pengembangan diri

c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, doter dan


rumah sakit (Gillies, 1989)

d. Keuntungan yang di rasakan adalah pasien merasa di


manusiawikan karena terpenuhi kebutuhan secara individu
e. Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan
yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi informasi
dan advokasi

f. Pertukaran informasi tentang kondisi pasien selalu di perbaharui


dan komprehensif kekurangan

g. Hanya dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman


dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria insertif, sel
direction. Kemampuan pengambilan keputusan yang tepat
menguasai keperawatan klinik accountable serta mampu
berkolaborasi dan berbagai disiplin.

4. Metode Pengelolaan Kasus

Model ini menggunakan pendekatan holistic dari filosofi keperawatan


dimana setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien selam jam dinasnya. Pasien akan dirawat oleh perawat yamg
berbeda untuk setiap shif dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan di
rawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan
kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat. Dalam hal ini umumnya
dilaksanakan oleh perawat privat atau untuk keperawatan khusus seprti
isolasi dan intensive care.

Kelebihan

a. Perawat lebih memahami kasus per kasus

b. Sistem evaluasi dari manajerial lebih mudah

Kekurangan

a. Belum dapat di identifikasinya perawat penanggung jawab


b. Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang
sama.
BAB III

HASIL PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. HASIL PENGKAJIAN

1. 5M

a. Man

Man/women merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki


oleh organisasi. Man dalam ruangan Camelia ( ruang Anak), ditinjau dari
kuantitas sumber daya manusia berjumlah pegawai 11 orang dengan
perawat 7 orang dan kualisifikasi pendidikann S1 berjumlah 7 orang,
prakarya 2 orang serta administrator 2 orang. Berdasarkan tenaga
perawat sesuai tingkat ketergantungan pasien dari bulan juni yaitu
Minimal Care tidak ada, Partial Care berjumlah 6 pasien dan Total Care
berjumlah 8 pasien.

b. Materi and Machine

1) Sarana dan prasarana


Lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial
keperawatan diruang Camelia secara keseluruhan minimal harus
mempunyai ruang perawatan lengkap dengan tempat tidur yaitu
ruang VIP 2 tempat tidur, ruang utama 4 tempat tidur, ruang HCU 2
tempat tidur, kelas 1 sejumlah 6 tempat tidur, kelas 2 sejumlah 12
tempat tidur, kelas 3 sejumlah 12 tempat tidur, jadi total keseluruhan
tempat tidur adalah 38. Terdapat kamar mandi pasien, ruang
tindakan, ruang perawat atau nurse station berada di tengah ruangan
perawatan, ruang kepala ruangan, ruang tamu, kamar mandi, ruang
perawatan, ruang ganti perawat, kamar mandi perawat, ruang
administrasi, ruang pantry, ruang farmasi, ruang diskusi dan ruang
slopzing. Kondisi setiap ruangan yang berada di ruang Sakura bersih
dan terdapat cukup ventilasi sehingga memudahkan cahaya matahari
untuk masuk.
a) Peralatan
Tensimeter, stetoskop, timbangan bb/tb, irigator set,
tabung oksigen dan flow meter, slim zulger, gunting perban,
korentang, bak spuit, bak instrumen besar, bak instrumen sedang,
bak instrumen kecil, blas spuit, gliserin spuit, bengkok, set ganti
balutan, termometer, standar infus, nasal kateter, reflek hammer,
masker oksigen, nebulazer, tong spatel, nelaton kateter, tempat
tidur dewasa, tempat tidur anak, urinal, pispot, senter, waskom/air
hangat, hecting set, metal kateter set, safety box, troli, troli
emergency, alat ekg, kursi roda, tempat sampah medis, peralatan
pasien safety (gelang resiko jatuh, papan puasa, papan mika miki
dll)
b) Bahan Kesehatan
Plester, kasa, bethadin, alkohol, formalin, savlon, kapas,
cairan infus, obat-obatan emergency, cairan kimia lainnya.
c) Kebutuhan sarana dan prasarana di sesuaikan dengan kebutuhan
minimal ruangan
Kebutuhan minimal di ruang Camelia adalah seperti
sarana dan prasarana di atas yang sudah di sebutkan, karena
sarana dan prasarana tersebut menunjang dalam melakukan
asuhan keperawatan secara holistic.
Berdasarkan hasil pengkajian di ruang Camelia kuantitas
sarana dan prasana yang belum ada di ruangan sebagai berikut :
timbangan tb, irigator setbak spuit, bak instrumen besar, reflek
hammer, tempat tidur anak, troli emergency, kursi roda, peralatan
pasien safety (gelang resiko jatuh, papan puasa, papan mika miki
dll). Adapun kendala yang ada dalam kebutuhan bahan kesehatan
yang berada di ruang Camelia yaitu kurangnya kesediaan obat
sehingga membuat keterlambatan jadwal pemberian obat ke pada
pasien.
c. Method

Berdasarkan fungsi-fungsi management keperawatan di ruang


Camelia yaitu mengenai methode atau proses keperawatan profesional
(MPKP) sudah sesuai dengan proses asuhan keperawatan seperti
pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi. Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan
profesional adalah methode Tim yang terdiri dari kepala ruang, ketua
tim, perawat pelaksana. Dasar utama penentuan model pemberian asuhan
keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi Rumah Sakit Namun
belum ada di Ruang Camelia

d. Money

Sistem pengupahan melibatkan seluruh payroll process dan


personnel reporting dan menyajikan informasi terkait dengan personalia,
seperti keterampilan pegawai, pajak, dan potongan-potongan karyawan.
System pengupahan mencakup pegawai tetap yang sekaligus merupakan
pegawai negeri sipil dan pegawai tidak tetap (honorer daerh dan kontrak)
dengan remunisasi dalam bentuk gaji, insentif, dan / honor
Sumber pendapatan ruang sakura didapat dari sumber penerimaan kas
rumah sakit yang terkait dengan operasi rumah sakit yaitu pendapatan
rawat jalan, pendapatan rawat inap, pendapatan tindakan medis,
pendapatan penunjang medis, pendapatan operasional lainnya.
Pendapatan non operasional yaitu pendapatan jasa keuangan, pendapatan
kerja sama operasi, pendapatan sewa, penerimaan hiba dan penerimaan
anggaran APBN.
e. Market

Sasaran market layanan kesehatan dan asuhan keperawatan ruang


rawat inap sakura adalah pasien yang menglami masalah saraf dan
jantung, yang berasal dari wilayah bekasi dengan kualifikasi pembayaran
Askes, JKN, BPJS, Umum dan lain-lain.

2. Fungsi-Fungsi Manajemen Keperawatan

a. Fungsi perencanaan

1) Visi Misi, Falsafah Dan Tujuan

Wawancara :berdasarkan hasil wawancara di Ruang Camelia


didapatkan informasi bahwa sampai saat ini belum ada visi,misi dan
falsafah di ruang Camelia kerena ruang Camelia ruangan baru dan
terletak digedung baru.

Observasi : dari hasil observasi diruang Camelia tidak


terlihat visi-misi keperawatan yang ditempel di dinding ruangan yang
dapat terbaca dengan mudah oleh semua orang.

Kuesioner : dari hasil kuesioner yang di bagikan kepada


perawat pelaksana yang mengetahui visi misi ruang sakura
didapatkan hasil 97,1% dan yang tidak mengetahui visi misi ruang
sakura didapatkan hasil 2,9%.

Masalah : perumusan visi misi ruangan belum tersedia

2) Perencanaan Strategi

Wawancara : berdasarkan hasil wawancara di Ruang Camelia


didapatkan bahwa sudah membuat rencana harian, bulanan dan
tahunan.

Observasi : dari hasil observasi diruang sakura terdapat


catatan harian, bulanan, dan tahunan di ruang camelia

Kuesioner : dari hasil kuesioner yang di bagikan kepada


perawat pelaksana, perawat yang mengetahui rencana harian,
bulanan, tahunan 100%
Masalah : tidak ada masalah

3) Kebijakan Dan Prosedur

Wawancara : berdasarkan hasil wawancara di Ruang Camelia


didapatkan informasi bahwa sudah memiliki kebijakan dan prosedur
yang merujuk ke Depkes, tetapi dalam pelayanan tetap memakai
aturan.

Observasi :dari hasil observasi ruang sakuraterdapat uraian


peraturan kepegawaian

Kuesioner : dari hasil kuesioner pada perawat pelaksana


didapatkan bahwa terdapat 88,2% perawat di Ruang Camelia yang
memahami kebijakan prosedur yang telah di buat dan perawat yang
tidak memahami kebijakan prosedur adalah 11,8% .

Masalah : tidak ada masalah

b. Fungsi pengorganisasian

1) Struktur Organisasi

Wawancara : berdasarkan hasil wawancara di Ruang Camelia


didapatkan informasi bahwa struktur ketenagaan yang ada sudah
dibentuk dalam 2 tim sesuai dari konsep MPKP diruangan.

Observasi : Tidak adanya struktur organisasi yang di pasang


di dinding ruangan nurse station.

Kuesioner : dari hasil kuesioner pada perawat pelaksana


didapatkan bahwa terdapat struktur organisasi 94,1% dan yang
menjawab tidak 5,9%.

Masalah : Belum optimalnya pembuatan struktur organisasi


di Ruang Sakura

2) Uraian tugas
Wawancara : berdasarkan hasil wawancara di Ruang Camelia
didapatkan informasi bahwa setiap perawat sudah mempunyai uraian
tugas sebagai kepala ruangan, kepala Tim, perawat pelaksana. Batas
wewenang dan tanggung jawab perawat cukup jelas dengan dibuat
job discription dimasing-masing ruangan.

Observasi : Diruangan sudah ada buku uraian tugas perawat


sesuai perannya.

Kuesioner : dari hasil kuesioner pada perawat pelaksana di


Ruang Sakura didapatkan bahwa sudah mempunyai uraian tugas
sesuai dengan job discription yaitu 100%

Masalah : Tidak ada masalah

3) Pelayanan keperawatan

Wawancara : berdasarkan hasil wawancara di Ruang Camelia


didapatkan informasi bahwa perhitungan jumlah tenaga sudah
disesuaikan dengan rasio klien.

Observasi : Jumlah perawat sudah cukup dengan dinas


rincian dinas sebagai berikut Pagi = 5, Siang = 4,  malam 4, libur = 4.
Untuk  dinas pagi ditambah 1 kepala ruang, 1 ketua tim.

Kuesioner : dari hasil kuesioner pada perawat pelaksana di


Ruang Camelia didapatkan bahwa jumlah tenaga kerja sudah
terpenuhi 100%

Masalah : Tidak ada masalah

4) Pendidikan kesehatan

Wawancara : berdasarkan hasil wawancara di Ruang Camelia


didapatkan informasi bahwa pendidikan kesehatan dilakukan setiap
menerima pasien baru, pasien yang akan dilakukan tindakan invasif
atau pasien yang akan dilakukan operasi dan pada saat pasien pulang.

Observasi : Sudah tersedianya leaflet untuk pasien.


Kuesioner :dari hasil kuesioner pada perawat pelaksana di
Ruang Camelia didapatkan bahwa pendidikan kesehatan dilakukan
100 %

Maasalah : Tidak ada masalah

5) Pengorganisasian Perawatan Pasien

Wawancara : berdasarkan hasil wawancara di Ruang Camelia


didapatkan informasi bahwa metode penugasan yang dilakukan
menggunakan metode tim, dengan membentuk ruangan dalam 2 tim.

Observasi : Metode 2 tim diruangan yang dibuat belum


berjalan maksimal sesuai tugas sehari-hari. Pembagian tanggung
jawab terhadap pasien dilakukan bersama-sama.

Kuesioner : dari hasil kuesioner pada perawat pelaksana di


Ruang Camelia menunjukan bahwa penugasan metode tim dilakukan
100%

Masalah : Belum optimalnya metode tim dalam


pengorganisasian perawatan pasien

6) Klasifikasi pasien

Wawancara : berdasarkan hasil wawancara di Ruang Camelia


didapatkan informasi bahwa penerapan klasifikasi pasien berdasarkan
kelas yaitu Kelas VIP, Kelas 1, Kelas 2 dan Kelas 3

Observasi : Adanya ruangan berdasarkan kelas yaitu Kelas


VIP, Kelas 1, Kelas 2 dan Kelas 3.

Kuesioner : dari hasil kuesioner pada perawat pelaksana di


Ruang Camelia didapatkan bahwa klasifikasi pasien sudah diterapkan
dengan baik yaitu 100%

Masalah : Tidak ada masalah

7) Pendokumentasian proses keperawatan


Wawancara : berdasarkan hasil wawancara di Ruang Camelia
didapatkan informasi bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan
sesuai dengan format yang ada dan sudah disepakati bersama antara
kepala ruang dan komite keperawatan dan audit sudah dilakukan
secara rutin.

Obseravasi : Tersedia lembar penulisan standar asuhan


keperawatan seperti pendokumentasian pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

kuesioner : dari hasil kuesioner pada perawat pelaksana di


Ruang Camelia didapatkan menunjukan hasil bahwa
pendokumentasian sudah dilakukan 100%

Masalah : Tidak ada masalah

c. Fungsi ketenagaan

Wawancara : Berdasarkan hasil wawancara di ruang Camelia terkait


mutasi rotasi telah dilakukan dan perhitungan jumlah tenaga sudah di
sesuaikan dengan rasio klien dengan menggunakan standart perhitungan
rumus Gillis.
Obserbasi : Berdasarkan hasil jumlah perawat kepala ruangan
menunjuk 1 kepala tim, dan 4 orang non medis. Terdapat keterlibatan
dalam pembuatan jadwal dinas meliputi permintaan jadwal dinas.
Perencanaan kebutuhan tenaga perawat di ruang Camelia dari
hasil pengkajian di dapatkan tingkat ketergantungan pasien dan
kebutuhan tenaga keperawatan secara keseluruhan di ruang sakura dalam
satu hari pada 10 Juni 2020 yaitu :
Tabel 3.1 Kebutuhan Tenaga Keperawatan Secara
Keseluruhan Di Ruang Sakura

Klasifikasi Jumlah Kebutuhan tenaga keperawatan


pasien pasien Pagi Sore Malam

Total care 4 7x0,17=1,19 7x0,14=0,98 7x0,10=0,7

Partial care 14 14x0,27=3,78 14x0,15=2,1 14x0,07=0,98

Total 21 4,97 3,08 1,6

Total tenaga keperawatan :


Pagi : 4,97
Sore : 3,08
Malam : 1,6
Total : 9,65 = 10 orang
Jumlah perawat masih kurang dengan dinas rincian dinas sebagai
berikut Pagi = 5, Siang = 4,  malam 4, libur = 4. Untuk  dinas pagi
ditambah 1 kepala ruang, 1 ketua tim.
TOI (Trun over interval)

Rumus = (jumlah tempat tidur x periode) – hari rawatan) / jumlah pasien


keluar (hidup/mati)

= (38 x 30 ) – 1134 / 39

= 1140 – 1134 / 39

= 6 / 39

= 0,15

LOS

Rumus = jumlah hari rawat / jumlah pasien keluar (hidup/mati)

= 1134 / 39

= 29,07

Penerimaan dan system seleksi maupun penempatan ruangan


dilakukan sesuai kebijakan rumah sakit. Jenjang karir di tinjau dari lamanya
kerja, pendidikan terakhir dan perstasi yang didapat. Pada saat dilakukan
pengkajian didapatkan pengembangan staf yang meliputi pelatihan tenaga
perawat yaitu :
Tabel 3.3 Daftar Pengembangan Staf

No Jumlah Yang
Pelatihan
. Mengikuti
1 PPI 7 orang
2 BTCLS 7 orang
3 KMKP 5 orang
4 KOMUNIKASI TERAPETIK 7 orang
5 EKG 4 orang
6 PERAWATAN LUKA 3 orang
7 TROMBOLITIK 4 orang
Kuesioner : berdasarkan hasil kuesioner terhadap perawat pelaksana
menunjukan bahwa dilakukan rotasi 76,5% dan yang
menjawab tidak 23,5%
Masalah :tidak ada masalah

d. Fungsi pengarahan

1) Komunikasi dan koordinasi

a) Arah komunikasi

Wawancara :berdasarkan hasil wawancara di dapatkan hasil


bahwa jika kepala ruangan mempunyai informasi maka akan
menyampaikan ke staff lainnya, karena komunikasi di ruangan
Camelia di lakukan secara bottom up dan top down, yang terbaru
akan di sampaikan oleh kepala ruangan dan diberitahukan kepada
kepala tim serta perawat pelaksana

Observasi : menurut hasil observasi yang di dapatkan ketika


operan shift khususnya pagi kepala ruangan selalu memberi
informasi yang terbaru dan pengarahan kepada kepala tim dan
perawat pelaksana.
Kuesioner : menurut hasil kuesioner pada perawat pelaksana
di dapatkan hasil yaitu 100 % menunjukan bahwa kepala ruangan
memberikan pengarahan kepada perawat pelaksana.

Masalah : tidak ada masalah

b) Jadwal pertemuan atau rapat

Wawancara : berdasarkan hasil wawancara di dapatkan hasil


bahwa jadwal pertemuan atau rapat rutin di lakukan setiap 3
bulan sekali.

Observasi : menurut hasil observasi yang di lakukan selama


dinas pertemuan atau rapat sudah terlewati dan akan di adakan
kembali pada bulan Juni 2020.

Kuesioner : menurut hasil kuesioner pada perawat pelaksana


menunjukan bahwa 100% rapat rutin di lakukan setiap 3 bulan
sekali.

Masalah : tidak ada masalah

c) Faktor penghambat komunikasi

Wawancara : menurut wawancaradi dapatkan hasil bahwa


faktor penghambat komunikasi antara kepala ruangan, kepala tim
dan perawat pelaksana tidak ada, karena komunikasi di lakukan
secara bottom up dan top down. Asuhan keperawatan yang di
dokumentasikan di beritahukan pada saat serah terima pasien dan
di tindaklanjuti oleh perawat yang bertugas pada shift berikutnya.

Observasi : dari hasil observasi yang sudah di dapat di


ruangan Came;ia komunikasi antara staff sudah sesuai dengan
jalur, pada saat serah terima pasien di ruangan, di laporkan
tindakan yang telah di lakukan dan yang akan di lanjutkan oleh
perawat pada shift berikutnya. Jika mempunyai masalah maka
selalu berdiskusi bersama, dan jika kepala ruangan sedang libur
atau sudah pulang dinas maka akan melaporkan di grup yang
sudah ada yaitu WhatsApp.

Kuesioner : menurut hasil kuesioner pada perawat pelaksana


menunjukan bahwa 100% tidak ada hambatan pada komunikasi
antara kepala ruangan, kepala tim dan perawat pelaksana.

Masalah :tidak ada masalah

2) Motivasi

Wawancara :menurut wawancaradi dapatkan bahwa


peningkatan motivasi sebenarnya sudah di lakukan oleh rumah sakit
baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya diklat secara
rutin mengadakan pelatihan dan pembinaan.

Kuesioner : menurut hasil kuesioner pada perawat pelaksana


menunjukan bahwa 84,5% perawat pelaksana sudah di berikan
motivasi dan yang tidak 15,5%.

Masalah : tidak ada masalah

3) Supervisi

a) Mekanisme supervise terhadap staff

Wawancara : menurut hasil wawancara di dapatkan hasil


bahwa di ruang Camelia di adakan supervise rutin setiap 1
minggu sekali.

Observasi : dari hasil observasi yang di dapatkan selama


dinas supervise di ruangan bulan ini belum dilaksanakan.
Kuesioner : menurut hasil kuesioner pada perawat pelaksana
menunjukan bahwa 67,6% di adakan supervise rutin setiap 1
minggu sekali dan yang tidak 32,4%

Masalah : tidak ada masalah

b) Mekanisme supervisi terhadap asuhan keperawatan

Wawancara :menurut hasil wawancaradi dapatkan hasil bahwa


jika akan di lakukan supervise di ruangan maka sehari
sebelumnya kepala ruangan akan memberitahukan kepada semua
staff.

Observasi : dari hasil observasi yang di dapatkan selama


dinas supervise belum di adakan

Kuesioner : dari hasil kuesiner pada perawat pelaksana


menunjukan bahwa 67,6% terdapat supervise dan yang tidak
32,4%

Masalah :tidak ada masalah

c) Faktor penghambat supervise

Wawancara :menurut hasil wawancara di dapatkan hasil bahwa


hambatan pada saat supervise adalah waktu yang kurang.

Observasi : dari hasil observasi yang di dapatkan selama dinas


supervise belum di adakan.

Kuesioner : menurut hasil kuesioner pada perawat pelaksana


menunjukan bahwa 67,6 % di adakan supervise dan yang tidak
32,4%

Masalah : tidak ada masalah

4) Pendelegasian
Wawancara : menurut hasil wawancara di dapatkan hasil
bahwa pendelegasian di ruangan secara tertulis belum ada tetapi di
lakukan hanya dengan secara lisan.

Observasi : dari hasil observasi format pendelegasian tertulis


di ruangan tidak ada dan hanya pendelegasian secara lisan.

Kuesioner : menurut hasil kuesioner pada perawat pelaksana


menunjukan terdapat pendelegasian yaitu 52,9% dan yang tidak
47,1%.

Masalah :belum adanya format pendelegasian secara


tertulis di ruangan Sakura dan hanya ada pendelegasian secara lisan.

5) Mekanisme penyelesaian masalah

Wawancara : menurut hasil wawancara di dapatkan hasil


bahwa diruangan Camelia penyelesaikan masalah di lakukan dengan
cara berdiskusi bersama kepala ruangan, kepala tim, dan perawat
pelaksana.

Observasi : dari hasil observasi yang di dapatkan selama


dinas yaitu di ruangan Camelia sering di adakan pre conference dan
post conference setiap pada operan dinas.

Kuesioner : menurut hasil kuesioner pada perawat pelaksana


menunjukan bahwa 100% di adakan diskusi pada saat pre conference
dan post conference

Masalah : tidak ada masalah

e. Fungsi Evaluasi/Pengendalian

Wawancara : Dari hasil wawancara didapatkan bahwa sudah


memiliki penilaian penampilan kerja, yang digunakan untuk melihat
hasil kinerja perawat ruang sakura dan reward / punishment sudah
diberikan kepada seluruh perawat. Menurut kapala ruangan sudah ada
tim pengendalian mutu ruang sakura. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
sudah mengacu pada Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang sudah
ditetapkan.

Observasi : sudah ada alat penilaian kinerja perawat dan


Stanar Asuhan Keperawatan (SAK).

Kuesioner : dari hasil kuesioner dari peraat pelaksana


menunjukan bahwa dilakukan 98% dan yang yang tidak 2%

Masalah : tidak ada masalah

B. ANALISA SWOT

1. Strenght

a. Tenaga keperawatan ruang camelia terdiri dari S1 keperawatan


b. Sudah terdapat tim pengendalian mutu pelayanan
c. Seluruh perawat ruang sakura sudah mendapat pelatihan PPI, BTCLS,
KMKP, komunikasi terapeutik dan EKG.
d. Tenaga keperawatan ruang sakura memiliki pengalaman kerja > 3th
e. Ruangan bersih, nyaman, luas, ventilasi cukup dengan sarana dan
prasarana yang memadai
f. Dilakukannya supervisi dan pertemuan dengan tim keperawatan yang
diselenggarakan secara teratur.
g. Sudah terdapat reward / punishment yang di berikan kepada perawat
2. Weakness

a. Belum optimalnya perumusan visi misi di Ruang Camelia

b. Belum optimalnya pelaksaan pembuatan catatan harian bulanan tahunan


belum dilaksanakandi Ruang Camelia

c. Belum optimalnya pembuatan struktur organisasi di Ruang Camelia


d. Belum optimalnya metode tim dalam pengorganisasian perawatan pasien
di Ruang Camelia

e. Belum optimalnya format pendelegasian secara tertulis hanya ada secara


lisan di Ruang Camelia

f. Belum optimalnya penerapan papan resiko jatuh atau gelang resiko jatuh
pada pasien di Ruang Camelia
3. Opportunity

a. Adanya kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih


tinggi
b. Adanya pelatihan untuk miningkatkan wawasan perawat
c. Adanya program akreditasi RS dari pemerintah dimana MPKP
merupakan salah satu penilaian
d. Adanya kerjasama yang baik antara institusi keperawatan pendidikan
dengan RS dalam kegiatan praktik klinik mahasiswa.
4. Threatened

a. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih


profesional
b. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan hukum
c. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
d. Persaingan antar RS yang semakin kuat
BAB IV

PRIORITAS MASALAH

A. Perencanaan penyelesaian masalah

1. Masalah manajemen keperawatan yang ditemukan

a. Belum optimalnya perumusan visi misi di Ruang Anak

b. Belum optimalnya sumber daya perawat di Ruang Anak

c. Belum memadai jenjang pendidikan dari perawat di Ruang Anak

d. Belum optimalnya pelatihan – pelatihan yang diikuti oleh perawat di


Ruang Anak

2. Prioritas masalah

Metode pembobotan dengan memperhatikan aspek-aspek berikut :

a. Magnitude(Mg) : kecenderungan besar dan sering terjadi masalah

b. Saverity (Sv) : besarnya kerugian yang akan ditimbulkan

c. Manageability (Mn) : dapaat diselesaikan/ dikelola

d. Nursing concern (Nc) : berfokus pada keperawatan

e. Affordability (Af) : ketersedian sumber daya

Rentang nilai yang digunakan adalah 1 sampai 5 dengan kriteria :

a. Nilai 1 : sangat kurang penting

b. Nilai 2 : kurang penting

c. Nilai 3 : cukup penting

d. Nilai 4 : penting

e. Nilai 5 : sangat penting


Tabel 3.4 Prioritas Masalah

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Score

1 Belum optimalnya 5 5 4 5 5 2.500


perumusan visi misi di
Ruang Anak
2 Belum optimalnya 5 5 4 4 4 1.600
sumber daya perawat
di Ruang Anak

3 Belum memadai 3 3 4 3 3 324


jenjang pendidikan
dari perawat di Ruang
Anak

4 Belum optimalnya 3 2 2 3 2 72
pelatihan – pelatihan
yang diikuti oleh
perawat di Ruang
Anak
B. Langkah-langkah penyelesaian masalah

1. Rencana penyelesaian masalah menggunakan Analisa Fish Bone

Skema 3.1 Belum optimalnya perumusan visi misi di Ruang Sakura

Memotivasi dalam
perumusan visi dan misi

PP ikut kontribusi dalam


perumusan visi dan misi Material
SDM
97,1% perawat mengetahui
Belum ada
tentang visi misi dan yang
rancangan
tidak mengetahui 2,9%.
visi dan misi
Belum optimalnya
perumusan visi dan
misi di Ruangan
Sakura
Perawat beranggapan visi
misi ruangan sama dengan
visi misi di RSUD Kota
Bekasi
Metiode
Skema 3.2 Belum optimalnya pembuatan struktur organisasi di Ruang Anak

Memotivasi dalam ikut serta


pada setiap pelatihan –
pelatihan yang ada

94,1% menunjukan sudah Material


memiliki sertifikat terkait SDM Belum ada
pelatihan yg diikuti dan
rencana untuk
5,9% menjawab tidak ada
mengikuti Belum optimalnya
pelatihan pelatihan –
pelatihan yang
diikuti oleh
perawat di
Pemahaman terkait pelatihan Ruang Anak
bersifat otodidak
berdasarkan pemahaman
sendiri yang di lihatnya dari
youtube Metiode
2. Alternative penyelesaian masalah

Tabel 3.5 Alternative penyelesaian masalah


Belum optimalnya perumusan visi misi di Ruang Sakura
No Daftar masalah C A R L Total Nilai Urutan

1 Bersama kepala 4 4 4 4 256 I


ruangan merumuskan
bentuk visi dan misi
yang efektif dan
efesien untuk Ruang
Anak

2 Melakukan sosialisasi 4 4 4 3 192 II


visi dan misi kepada
perawat pelaksana di
Ruang Anak

3 Melakukan aplikasi 4 4 3 3 144 III


penerapan visi dan misi
di Ruang Anak secara
bertahap

4 Melakukan evaluasi 4 3 3 3 108 IV


pelaksanaan visi dan
misi di Ruang Anak

Tabel 3.5 Alternative penyelesaian masalah


Belum optimalnya pelatihan – pelatihan yang diikuti oleh perawat di
Ruang Anak

No Daftar masalah C A R L Total Nilai Urutan

1 Bersama kepala 4 4 4 4 256 I


ruangan merumuskan
dan bentuk list
pelatihan apa saja yang
perlu diikuti oleh
perawat di Ruang
Anak

2 Melakukan sosialisasi 4 4 4 3 192 II


dari hasil list pelatihan
yang perlu diikuti oleh
perawat di Ruang
Sakura

3 Melakukan aplikasi 4 4 3 3 144 III


penerapan prlatihan
yang sudah diikuti

4 Melakukan evaluasi 4 3 3 3 108 IV


pelaksanaan pelatihan
yang sudah diikuti oleh
perawat di Ruang Anak

3. Prioritas alternative pemecahan masalah di seleksi dengan menggunakan


pembobotan berdasarkan metode CARL meliputi aspek sebagai berikut :

a. Capability (C) : kemampuan melaksanakan alternatif

b. Acessibility (A) : Kemudahan melaksanakan alternatif

c. Readiness (R) : Kesiapan dalam melaksanakan alternatif

d. Leverage (L) : day ungkit alternative dalam penyelesian masalah

Rentang nilai yang di gunakan adalah 1 sampai 5 dengan kriteria sebagai


berikut:

a. Nilai 1 = tidak mampu

b. Nilai 2 = cukup mampu

c. Nilai 3 = mampu

d. Nilai 4 = sangat mampu


BAB V

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

1. Implementasi

Membuat visi dan misi ruang anak dan membuat list pelatihan yang perlu diikuti
oleh perawat di ruang anak
2. Evaluasi

Berdasarkan hal tersebut maka penetapan visi sebagai bagian dari


perencanaan strategis, merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan suatu
suatu organisasi. Visi tidak hanya penting untuk menentukan standar kinerja
tetapi juga pada kehidupan organisasi itu selanjutnya. Kehidupan oraganisasi
sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan internal dan eksternal oleh
karena itu visi organisasi juga harus terbuat. Visi merupakan mental masa depan,
dengan demikian visi harus menjadi milik bersama dan diyakini oleh seluruh
anggota organisasi

Pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus misi


menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukan dan bagai mana
melakukannya. Dengan demikian diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang
berkepentingan dapat mengenal organisasi dan mengetahui perannya dan
pelaksanaannya sehingga hasil yang akan diperoleh dimasa mendatang.

3. Hambatan

Tidak terdapat hambatan dalam pembuatan visi misi dan strutur


organisasi di ruang anak.

4. Format POA
Table 4.1 Plant Of Acton (POA)
Pembuatan Visi Dan Misi Ruang Anak
No Kegiatan Tujuan Metode Sasaran Tempat/waktu Pj

1 Membuat Untuk komputerisasi Tenaga Ruang anak, 02 Mahasiswa


perumusan visi menentukan kesehatan juni 2020
misi bersama standar ruang anak
kepala ruangan kinerja dan seperti
anak untuk karu,
meningkatkan katim, dan
mutu pp
pelayanan
kesehatan
2. Melakukan Agar perawat Ceramah Tenaga Ruang anak, Kepala
sosialisasi visi ruang anak kesehatan 2020 ruangan
misi kepada mengetahui ruang anak anak
perawat di visi dan misi seperti
ruang anak yang sudah di karu,
buat katim, dan
pp

3. Melakukan Agar perawat Simulasi Tenaga Ruang anak, Kepala


aplikasi pelaksana kesehatan 2020 ruangan
penerapan visi mempunyai ruang anak serta
dan misi di motivasi seperti perawat
ruang anak untuk karu, ruang anak
secara bertahap meningkatkan katim, dan
mutu pp
pelayanan

4. Melakukan Untuk Analisa Tenaga Ruang anak, Kepala


evaluasi visi dan melihat kesehatan 2020 ruangan
misi di ruang tingkat ruang anak serta
anak keberhasilan seperti perawat
visi dan misi karu, ruang anak
yang telah di katim, dan
buat pp

Table 4.2 Plant Of Acton (POA)


Pembuatan List Pelatihan Yang Perlu Diikuti Oleh Perawat di Ruangan Anak

No Kegiatan Tujuan Metode Sasaran Tempat /waktu Pj

1. Pembuatan Digunakan Komputerisasi Tenaga Ruang anak, Mahasiswa


struktur dalam kesehatan 2020
organisasi pembagian seperti
bersama tugas setiap karu,
kepala ruang inividu katim, dan
anak perawat dan PP
untuk
melakukan
pekerjaan
secara baik

2. Melakukan Agar perawat Ceramah Tenaga Ruang anaka, Kepala


sosialisasi ruang anak kesehatan 2020 ruangan
struktur mengetahui seperti anak
organisasi stuktur karu,
kepada organisasi katim, dan
perawat di yang sudah di PP
ruang anak buat

3. Melakukan Agar perawat Simulasi Tenaga Ruang anak, 202 Kepala


aplikasi pelaksana kesehatan ruangan
penerapan mempunyai seperti serta
struktur tanggung karu, perawat
organisasi jawab sesuai katim, dan ruang anak
ruang anak tugasnya PP
secara masing-
bertahap masing untuk
meningkatkan
mutu
pelayanan

4. Melakukan Untuk Analisa Tenaga Sakura, 2018 Kepala


evaluasi melihat kesehatan ruangan
pelaksanaan sejauh mana seperti serta
struktur berjalannyan karu, perawat
organisasi tanggung katim, dan ruang anak
sesuai engan jawab sesuai PP
tugasnya tugasnya
masing- masing-
masing di masing
ruang anak
BAB VI

PEMBAHASAN

Kegiatan aplikasi menejemen keperawatan merupakan kegiatan yang sangat


penting untuk memberikan wawasan dan pengalaman mahasiswa secara langsung dalam
mengaplikasikan teori dan konsep manajemen keperawatan.yang sudah didapatkan di
akademik. Kegiatan aplikasi ini sudah dilakukan selama 11 hari dari tanggal 02 Juni
sampai 13 Juni 2020. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan maka
ditemukan 4 masalah pada Ruang Anak RSUD Kota Bekasi yaitu : 1) Belum
optimalnya perumusan visi misi di Ruang anak, 2) Belum optimalnya sumber daya
perawat di Ruang Anak, 3) Belum memadai jenjang pendidikan di Ruang Anak, 4)
Belum optimalnya pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh perawat di Ruang Anak. Dari
ke empat masalah yang ditemukan, mahasiswa hanya melakukan penyelesaian
(implementasi dan evaluasi) pada masalah pertama dan ke dua yaitu belum optimalnya
perumusan visi misi di ruang Anak dan belum optimalnya sumber daya perawat di
Ruang Anak.

Visi diartikan sebagai gambaran dari proyeksi masa depan atau karakteristik
yang ingin dicapai oleh suatu organisasi atau lembaga melalui seluruh hal yang akan
dilakukan selama kurun waktu yang ditentukan (Lewis,2015). Poin yang yang harus
tercakup dalam sebuah visi antara lain : mengacu pada masa depan, dirancang dan
dibuat bukan berdasarkan kepada kondisi atau tren saat ini, mengekspresikan
kreativitas, mengekspresikan kreativitas, berdasarkan pada prinsip nilai, normal dan
kultur budaya serta sejarah, mempunyai standar yang tinggi, ideal serta harapan bagi
anggota organisasi, memberikan semangat dan mendorong timbulnya dedikasi pada
organisasi.

Misi adalah sebuah urutan langkah-langkah yang tersusun untuk mencapai suatu
visi yang sudah dirancang terlebih dahulu. Dalam sebuah organisasi, misi didefinisikan
sebagai langkah-langkah yang harus dlakukan secara bertahap untuk mencapai tujuan
ideal dari organisasi tersebut.

Tujuan pembuatan visi dan misi yaitu membangun komitmen organisasi untuk
bergerak maju menuju masa depan yang lebih baik.

Dari hasil wawancara didapatkan bahwa sampai saat ini belum ada visi dan misi
ruang anak, berdasarkan hasil observasi tidak adanya visi-misi keperawatan ruang anak,
berdasarkan kuesioner 97,1 % perawat pelaksana mengetahui visi-misi dan 2,9 perawat
belum mengetahui visi-misi ruang anak.

Struktur organisasi adalah susunan dari beberapa komponen yang dalam sebuah
organisasi, yang masing-masing komponen tersebut saling berkaitan satu sama lain dan
memiliki perannya masing-masing.

Tujuan struktur organisasi yaitu pembagian tugas antar komponen yang terkait
pada struktur organisasi dan meningkatkan rasa tanggung jawab unutk menjalankan
pembagian tugas yang telah ditetapkan.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa struktur


ketenagaan sudah dibentuk menjadi 2 tim sesuai dari konsep MPKP, dari hasill
observasi didapatkan hasil tidak adanya struktur organisasi di ruang anak, hasil
kuesioner didapatkan bahwa 94,1% perawat menjawab adanya struktur organisai dan
5,9% menjawab tidak adanya struktur organisasi.
BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengkajian data diruang praktek manajemen memakai alat kuesioner,

wawancara dan lembar observasi dan dari hasil analisa ditemukan 5 masalah

yang perlu dilakukan diruangan antara lain visi misi belum tersedia dan tidak

tersedianya struktur organisasi.

2. Model yang digunakan dalam asuhan keperawatan memakai model

modifikasi TIM dengan pembagian 2 tim kelompok besar yang diketuai

dengan penanggung jawab.

3. Kegiatan manajemen dilakukan dengan mengikuti standar operasional

prosedur dengan rutinitas kegiatan antara lain operan, prekonference, post

konference dan dokumentasi keperawatan.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas disarankan kepada :

1. Pimpinan/ kepala

a. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai khususnya note book

dan penyediaan format asuhan keperawatan yang telah diuji cobakan,

bagi terselenggaranya ruang MPKP.

b. Memberikan dukungan dan kesempatan serta kemudahan bagi profesi

keperawatan untuk mengembangkan karir dan pendidikan berkelanjutan

ke D3 dan S1 Keperawatan yang diperlukan diruang MPKP.

2. Subdepartemen Keperawatan
a. Melakukan supervisi secara teratur ke ruangan agar kemampuan yang

sudah terbentuk menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan dan

ditingkatkan, memberi pujian terhadap hasil yang telah dicapai untuk

meningkatkan motivasi dan kualitas kerja perawat.

b. Memberikan pengkayaan fungsi manajerial bagi kepala ruangan terutama

pada fungsi pengawasan.

c. Menggunakan format asuhan keperawatan dan rencana asuhan

keperawatan yang telah diuji cobakan

3. Kepala Ruangan dan Ketua Tim

a. Kepala ruangan dan ketua tim hendaknya melakukan bimbingan kepada

perawat pelaksana untuk pembuatan rencana harian dan dokumentasi

asuhan keperawatan.

b. Melakukan audit keperawatan secara berkala pada pasien yang akan

pulang atau dalam proses perawatan.

c. Melakukan supervisi tingkat ruang sesuai dengan acuan yang ada yang

telah ditentukan oleh direksi Rumah Sakit.

4. Perawat Pelaksana

a. Membudayakan kegiatan yang telah ajarkan dan menjadikan suatu

rutinitas kegiatan.

b. Membudayakan membaca dan menulis asuhan keperawatan pasien

c. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk menunjang

profesionalisme perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar A. Menjaga mutu pelayanan kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan, 1996.
Nursalam. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika. 2014.
Onabedian A. Exploration in quality and monitoring. Ann Arbor,
Michigan: Health Administration Press, 1980
Gillies, D.A. Nursing Management: A System Approach. (3rd ed).
Philadelphia: WB Saunders. 1994

Suarli, S, Yanyan Bachtiar. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan


Praktis. Jakarta: Penerbit Erlangga

Supriyatno. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC. 2005

Kron. The Management of Patient Care: Putting Leadership Skill to


Work. Toronto: WB Saunder Co. 1981

Smeltzer & Bare. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical


Nursing. (8th ed). Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers. 1996

Swansburg. R.C., & Swansburg R.J. Pengantar Kepemimpinan dan


Manajemen Keperawatan untuk Perawat Klinis. Jakarta : EGC.
2000

Rangkuti, F. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:


Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. 2006

Nursalam. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. 2009

http://arulmtp.wordpress.com/2008/08/03/analisa-swot-sebagai-alat
perumusan-strategi/. Diakses tanggal 24 April 2018 pukul 12.00
WIB. Visitor: Agus dan Dian.

Anda mungkin juga menyukai