Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas
utama, hal ini berkaiatan dengan tuntutan profesi dan tuntanan global bahwa
setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara
professional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di
Indonesia (Nursalam, 2011).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan produktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup
kegiatan planning, organizing, actuating, controlling terhadap staf, sarana,
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey, 1999) .
Manajemen juga diartikan sebagai organisasi bisnis yang difokuskan pada
produksi dan banyak hal untuk menghasilkan suatu keuntungan (Nursalam,
2011)
Keperawatan sebagai profesi merupakan bagian dari masyarakat akan
terus berubah sejalan dengan masyarakat yang terus berkembang dan
mengalami perubahan. Dengan terjadinya perubahan atau pergeseran dari
berbagai faktor yang mempengaruhi keperawatan, akan berdampak pada
perubahan dalam pelayanan/ asuhan keperawatan, maupun perubahan dalam
masyarakat keperawatan, baik sebagai masyarakat ilmuwan maupun sebagai
masyarakat profesional. ( Nursalam, 2011)
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada era
global akan terus berubah karena masalah kesehatan yang dihadapi
masyarakat juga terus mengalami perubahan. Masalah keperawatan sebagai
bagian masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat terus menerus berubah
karena berbagai faktor yang mendasarinya juga terus mengalami perubahan
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga
diharapkan keduanya dapat saling mendukung untuk mempermudah
pelaksanaan proses keperawatan.
Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan
menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang
optimal. Era globalisasi hendaknya oleh para penggiat keperawatan
1

dipersiapkan secara benar dan menyeluruh, mencakep seluruh aspek keadaan


atau peristiwa yang telah, sedang, dan yang akan berlangsung. Oleh karena
itu diperlukan kemampuan managerial dari tenaga keperawatan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Nursalam, 2011)
Meningkatnya upaya dan kegiatan pembangunan kesehatan dewasa
ini dan dimasa yang akan datang, tantangan yang selalu kita hadapi adalah
masalah penyediaan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
perorangan, keluarga dan masyarakat dengan jumlah dan mutu yang
memadai. Tantangan ini akan terus meningkat dari hari ke hari disebabkan
karena upaya peningkatan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
kesehatan melalui rumah sakit harus selalu berpacu dengan kesadaran,
harapan serta permintaan masyarakat yang makin meningkat, tumbuh dan
berkembangnya dinamika masyarakat itu sendiri. Masyarakat mengharapkan
pelayanan yang bermutu tanpa menghadapi kesulitan untuk memperolehnya.
Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap pelayanan perawatan yang
dengan sendirinya pemberi jasa pelayanan itu harus selalu tanggap dan
mampu menghadapi serta menyesuaikan diri dengan dinamika masyarakat
itu. Sasaran pembangunan kesehatan di Indonesia di antaranya adalah
terselenggarannya Pelayanan Kesehatan yang semakin bermutu dan merata.
Untuk mencapai sasaran ini, maka ditetapkan peningkatan mutu pelayanan
Rumah Sakit sebagai bagian dari tujuan program pembangunan kesehatan.
Mutu pelayanan menunjukkan pada tingkat kesempatan pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap pasien (Moenir,
2006). Perawat sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan memiliki
peranan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Namun
perkembangan keperawatan di Indonesia sampai saat ini masih jauh dari
memuaskan, yaitu berada pada tahap awal perkembangan status profesi.
Seiring dengan era globalisasi yang terus meningkat dimana perkembangan
ilmu dan teknologi yang begitu pesat dan adanya jalur komunikasi yang
terbuka menyebabkan pola pikir masyarakat yang kritis dalam memandang
segala hal dan mengharapkan suatu perubahan yang lebih baik (Ahmad
Sujumi, 2000).

Tuntunan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan


dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon
yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar banyak tentang konsep
pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaanya.
Langkah-langkah tersebut dapat berupa system pemberian pelayanan
keperawatan professional (SP2KP) yang merupakan pengembangan dari
MPKP ( Model Praktek Keperawatan Profesional), dimana dalam SP2KP ini
terjadi kerjasama professional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet
(PA) serta tenaga kesehatan lainnya.
Menurut Lestari Sukmarini (1990) bahwa selama ini pelayanan
keperawatan yang diberikan rata-rata masih belum bersifat profesional,
dimana asuhan keperawatan yang diberikan pada klien tidak komprehensif,
terpilah-pilah dan lebih berorientasi pada tugas dan kebutuhan klien. Hal ini
sering menimbulkan ketidakpuasan pada klien, keluarga maupun masyarakat
terhadap pelayanan keperawatan.
Manajemen keperawatan di Indonesia di masa depan perlu
mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa
depan.Hal ini berkaitan dengan tuntunan profesi dan tuntunan global bahwa
setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara
profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di
Indonesia.
Pelayanan keperawatan profesional merupakan bagian yang integral
dari pelayanan kesehatan yang berdasarkan ilmu keperawatan yang kokoh,
berorientasi pada pelayanan yang bermutu tinggi dalam bentuk pelayanan
biopsiko-sosial dan spiritual, mulai dari tingkat individual dan mencakup
seluruh sudut kehidupan sampai tingkat masyarakat. Pelayanan keperawatan
profesional mempunyai kode etik keperawatan yang menjamin bahwa
masyarakat mendapat pelayanan yang bertanggung gugat dan bertanggung
jawab atas tindakan yang diberikannya dan menuju kode etik profesi dimana,
setiap tindakan dan keputusan. Keputusan yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan ditetapkan oleh perawat (Shortriglge, 1985 dalam Baffar, 1997,
15).

Pelayanan keperawatan yang disebut profesional bukan sekedar


terampil dalam melakukan prosedur keperawatan tetapi mencakup terampilan
interpersonal, keterampilan intelektual dan keterampilan teknikal. Dalam
keterampilan intelektual dan interpersonal komunikasi antara 2 orang atau
kelompok yang dianggap ada dalam lingkungan keperawatan profesional
misalnya antara perawat dengan sesama perawat, perawat dengan pasien,
perawat dengan dokter, dan perawat dengan manajer (Roger, 2000 dalam
Gaffar, 1997; 32).
Rumah Sakit sebagai suatu tempat pelayanan kesehatan memiliki
suatu sistem yang terdiri dari tim pelayanan kesehatan seperti dokter,
perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya, yang mempunyai satu tujuan
untuk meningkatkan pelayanan kesekatan. RS. Dr. M. Djamil merupakan
rumah sakit rujukan di Sumatera Bagian Tengah yang mengutamakan mutu
pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien khususnya di
Aster Embun Pagi.
Dari hasil pengamatan dan wawancara di ruangan VIP Lantai 1: Aster
IRNA E Embun Pagi RSUP Dr. M. Djamil Padang, didapatkan bahwa
pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat belum sesuai dengan standar
pendokumentasian, overan

sering dipimpin oleh katim dan sering tidak

sesuai dengan waktu karena sulit mengumpulkan anggota, dalam pelaksanaan


asuhan keperawatan terlihat masih menggunakan metode fungsional. Pre
konferen telah dilakukan tetapi masih ada beberapa kekurangan yang tampak
seperti

pelaporan

kondisi

pasien

dilakukan

secara

cepat,

tingkat

ketergantungan pasien tidak disampaikan saat pre konferens. Sedangkan


untuk post konferens, terlihat tidak ada dilakukan, biasanya hanya overan
saja dan setelah itu pulang. Dari hasil pengamatan singkat di atas, maka
kelompok B-12 mengangkat masalah dalam manajemen pelayanan dan
manajemen keperawatan. Untuk memecahkan masalah yang terjadi,
kelompok merasa perlu mengadakan pertemuan dalam bentuk lokakarya
mini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Dapat menerapkan manajemen keperawatan pada pengelolaan


Asuhan Keperawatan dan pelayanan Keperawatan di ruangan VIP
Lantai 1 : Aster IRNA E Embun Pagi RSUP Dr. M. Djamil Padang
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifkasi masalah manajemen pelayanan keperawatan yang
ada di ruangan VIP Lantai 1: Aster IRNA E Embun Pagi RSUP Dr.
M. Djamil Padang.
b. Mengidentifikasi alternatif

pemecahan

masalah

manajemen

pelayanan keperawatan di ruangan VIP Lantai 1 : Aster IRNA E


Ambun Pagi RSUP Dr. M. Djamil Padang.
c. Menetapkam solusi pemecahan masalah manajemen pelayanan
keperawatan di ruangan VIP Lantai 1 : Aster IRNA E Embun Pagi
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
d. Melakukan implementasi pemecahan

masalah

manajemen

pelayanan keperawatan di ruangan VIP Lantai 1 : Aster IRNA E


Embun Pagi RSUP Dr. M. Djamil Padang.
e. Melakukan evaluasi terhadap keefektifan solusi penyelesaian
masalah

manajemen

pelayanan

keperawatan

yang

telah

dilaksanakan di ruangan VIP Lantai 1 : Aster IRNA E Embun Pagi


RSUP Dr. M. Djamil Padang.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Membantu dalam memberikan informasi tentang manajemen
keperawatan yang terbaru sehingga dapat memberikan perubahan.
2. Bagi Kepala Ruangan
Menbantu dalam mengidentifikasi masalah yang dihadapi
ruangan dalam menjalankan asuhan keperawatan

BAB II
TEORITIS
A. Pengertian Manajemen

Swansburg, 2000 menyatakan bahwa manajemen keperawatan yaitu


manajemen yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian,
pengaturan staf, kepemimpinan dan pengendalian.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata, yaitu di Rumah Sakit dan Komunitas sehingga perawat
perlu memahami konsep dan aplikasi. Konsep manajemen keperawatan
perencanaan berupa rencana strategi melalui pendekatan yaitu pengumpulan
data,

analisa

SWOT

dan

menyusun

langkah-langkah

perencanaan,

pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan metoda


asuhan

keperawatan,

melakukan

pengawasan

dan

pengadilan

serta

dokumentasi yang lengkap.


B.

Fungsi manajemen
Menurut G.R.Terry dalam Suarli & Bachtiar, 2002 fungsi manajemen terdiri
dari :perencanaan, pengorganisasian, pengerakan, pengawasan.
1. Manajemen pelayanan
a.
Perencanaan / planning
Perencanaan adalah suatu keputusan untuk masa yang akan
datang artinya apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang
akan dan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Secara umum perencanaan dapat di tinjau dari sisi :
1) Proses: pemilihan dan pengembangan tindakan yang paling
menguntungkan untuk mencapai tujuan.
2) Fungsi : kepemimpinan dan kewenangan yang dapat mengarahkan
kegiatan dan tujuan yang harus dicapai organisasi
3) Keputusan : apa yang akan dilakukan untuk waktu yang akan datang
Unsur-unsur perencanaan
Meramalkan
/forecasting,
misalnya
memperkirakan

kecenderungan masa depan(peluang dan tantangan)


Menetapkan tujuan(establing objectives), misalnya menyusun

acara yang urutan kegiatannya berdasarkan skala prioritas


Menurus jadwal pelaksanaan ( scheduling), misalnya menentukan

tata cara yang paling tepat


Menyusun anggaran (budgeting), mengalokasikan sumber yang
tersedia (uang, alat, manusia) dengan memperhitungkan waktu
yang tepat
6

Menafsirkan

dan

menetapkan

kebijakan

(interpreting

and

estabishing policy), misalnya menafsirkan menafsirkan kebijakan


atasan dan menetapkan kebijakkan operasional.
b.

Pengorganisasian/organization
Organisai dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
pengertian secara statis dan pengertian secara dinamis. Jika dilihat
secara statis, organisai merupakan wadah kegiatan sekelompok orang
untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan secara dinamis, organisai
merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan
sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
1) Ciri-ciri organisasi
a) terdiri dari sekelompok orang
b) ada kegiatan yang berbeda tetapi saling berkaitan
c) tiap anggota mempunyai sumbangan usaha
d) adanya suatu tujuan
2) Prinsip organisasi
a) Tujuan yang jelas
(1)Skala hiraki
(2)Kesatuan komando/perintah
(3)Pelimpahan wewenang
(4)Pertanggung jawaban
(5)Pembagian kerja
(6)Rentang kendali
(7)Fungionalisasi
(8)Pemisahan tugas
(9)Fleksibilitas
(10) Keseimbangan
(11) Kepemimpinan
b) Proses pengorganisasi
Proses pengorganisasian pada intinya dapat dibagi
menjadi 2 kelompok analisis, yaitu analisis tujuan organisasi
dan analisis jabatan.
3) TimbangTerima
Pengertian :
Operan adalah teknik/ cara untuk penyampaian dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien
a) Tujuan umum
Mengkomunikasikan

keadaan

informasi yang penting

klien

dan

menyampaikan

b)

Tujuan khusus
(1) Menyampaikan kondisi dan keadaan klien (data fokus)
(1) Menyampaikan hal yang sudah dan yang belum dilakukan
dalam asuhan keperawatan pada klien
(2) Menyampaikan hal yang penting dan harus di tindak

lanjuti oleh perawat dinas berikutnya


(3) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
c)
Manfaat :
(1) Bagi perawat:
meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
menjalin kerjasama yang bertanggungjawab antar
perawat
perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara
paripurna
(2) Bagi klien: klien
dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada
yang belum terungkap
d) Langkah-langkah
Langkah-langkah

yang

harus

diperhatikan

dalam

melakukan operan atau timbang terima ialah:


(1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
(2) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal-hal yang akan di sampaikan
(3) Ketua Tim menyampaikan kepada penaggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
(a) Kondisi atau keadaan klien secara umum
(a) Tindak lanjut untuk klien yang dinas yang menerima

(4)

operan
(b)
Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
Penyampaian operan diatas (Point 3) harus dilakukan

secara jelas dan tidak terburu-buru


(5) Ketua Tim, Perawat pelaksana dan anggota kedua shift
yang dinas bersama-sama secara langsung melihat
keadaan klien
e) Prosedur Operan atau timbang terima
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam prosedur ini adalah:
(1) Persiapan
(a) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap

(a)

Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku

catatan
f) Pelaksanaan
Dalam penerapan sistim MAKP dengan metode tim
maka ketua tim timbang terima dengan Tim berikutnya yang
menggantikan dinas selanjutnya.
(1)

Timbang

terima

dilaksanakan

setiap

pergantian

shift/operan
(2)

Dari

nurse

station

perawat

berdiskusi

untuk

melaksanakan timbang terima dengan mengkaji dengan


komprehensif

yang

berkaitan

tentang

masalah

keperawatan pasien , rencana tindakan yang sudah dan


belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang
perlu dilimpahkan
(3)

Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian


yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahkan kepada perawat jaga berikutnya.

(4)

Hal-hal yang perlu disampaikan saat timbang terima


adalah:
(a) Identitas pasien dan diagnosa medis
(b) Masalah keperawatan yang memungkinkan masih
muncul
(c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilakukan
(d) Intervensi kolaboratif dan depedensi
(e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
dalam kegiatan selanjutnya.
(f) Perawat yang melakukan timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan
validasi trhadap hal-hal yang di timbang terimakan
dan berhak menanyakan mengenai hal yang kurang
(g)

jelas.
Penyampaian pada saat timbang terima secara
singkat dan jelas

(h)

Lama timbang terima tidak lebih dari 5 menit


kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan

(i)

penjelasan yang lengkap


Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara
langsung pada buku laporan ruangan oleh Katim
Hal-hal yang perlu di perhatikan
(1) Operan dilakukan tepat pada waktu pergantian
shif
(2) Dipimpin oleh kepala ruangan
(3) Diikuti semua perawat yang telah dan akan
dinas
(4) Informasi yang disampaikan harus singkat,
akurat dan sistematis
(5) Berorientasi pada permasalahan klien
(6) Sesuatu yang rahasia dan yang membuat klien
terkejut sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung didekat klien

Format overan penderita


Nama pasien :
Umur

Tanggal

Asuhan keperawatan
Shif pagi
Masalah keperawatan
Data fokus

Intervensi yang dilakukan


Intervensi yang belum dilakukan
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Tandatangan pp

Shif malam

S:

S:

S:

O:

O:

O:

A:

A:

A:

P:

P:

P:

PP pagi

PP sore

PP malam

PP sore

PP malam

PP pagi

Karu
4)

Overan
Shif sore

karu

Conference Keperawatan
Konfren adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek
klinik dan kegiatan konsultasi, yang dilakukan sebelum dan
10

sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Pre


konfren adalah diskusi tentang aspek kinis sebelum melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien. Post konfren adalah diskusi
tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien.
Yang terlibat dalam konfren adalah kepala ruangan, ketua
tim dan anggota tim. Pre konfren dilakukan sebelum pemberian
asuhan keperawatan dan post konfren dilakukan sesudah
pemberian asuhan keperawatan. Waktu efektif yang diperlukan 10
atau 15 menit.Topic yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya
tentang keadaan pasien, perencanaan, tindakan rencana dan datadata yang perlu ditambahkan.
a) Tujuan Conference Keperawatan
Secara

umum

tujuan

konfren

adalah

untuk

menganalisa masalah- masalah secara kitis dan menjabarkan


alternative penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran
berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk
menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan
kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan
merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan
non kognitif (Mc Kechie, 1962). Juga membantu koordinasi
dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak
terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi
pemberi asuhan (T. M. Marelli, et. Al, 1997).
1) Tujuan Pre Konfren adalah :
(a) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah
pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan
evaluasi hasil
(b) Mempersiapkan

hal-hal

yang

akan

ditemui

dilapangan
(c) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang
keadaan pasien
2) Tujuan Post Konfren adalah :

11

Untuk

memberikan

kesempatan

mendiskusikan

penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang


dijumpai.
3) Pedoman pelaksanaan konfren
(a) Sebelum dimulai tujuan konfren harus dijelaskan
(b) Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika
kelompok
(c) Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga focus
diskusi tanpa mendominasi dan member umpan
balik
(d) Pemimpin harus merencanakan topic yang penting
(e)

secara periodic
Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran
serta, keinginan mengambil tanggung jawab dan

menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda.


(f) Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka
pada saat diskusi
(g) Pada saat menyimpulkan

konfren

ringkasan

diberikan oleh pemimpin dan kesesuaiannya dengan


situasi lapangan
c.

Penggerakan/actuating
Pengerakan adalah melakukan kegiatan untuk memengaruhi
orang lain agar mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan
tugas, demi tercapainya tujuan bersama. Ada tiga tipe pergerakan
yang dapat dijadikan bahan acuan, yaitu kepemimpinan, motivasi
kerja, serta KISS dan komunikasi
1)
Kepemimpinan
Pengertian : suatu kegiatan yang mempengaruhi prilaku orang2)

orang agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.


Pola dasar kepemimpinan
Merupakan kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal.
Komponen

peristiwa

kepemimpinan

manajemen keperawatan : hal15) adalah:


a) Pemimpin
b) Pengikut
c) Situasi
d) Proses komunikasi
e) Tujuan

12

(Kison,1989

dalam

Tipe kepemimpinan ada enam yaitu otokratis, paternalistis,


militeristis, karismatis, demokratis, dan liberalistis
3)

Motivasi kerja
Yang dimaksud dengan motivasi kerja ialah dorongan
yang

menyebabkan

seseorang

mau

melaksanakan

suatu

pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Motivasi


kerja terbagi menjadi tiga yaitu jenis motivasi, faktor motivator,
dan faktor demotivator.
4)

KISS dan Komunikasi


Adalah

koordinasi,

integrasi,

singkronisasi

dan

simplifikasi. Sedangkan komunikasi merupakan penambahan.


a) Koordinasi pola kerjasama yang merupakan satu kesatuan
yang teratur. Sasaran koordinasi adalah agar pekerjaan
dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta mencapai
tujuan.

Koordinasi

terdiri

atas

koordinasi

vertikal,

koordinasi horizontal dan koordinasi fungsional.


b) Integrasi merupakan kesatuan terpadu dalam satu sistem
kerja yang bertujuan untuk efiensi
c) sinkronisasi merupakan penyesuaian dan penyelarasan
gerak pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsi masingd)

masing.
Simplifikasi merupakan penyerderhanakan proses dan
prosedur kerja untuk penghematan termasuk didalamnya

deregulasi dan debirokratisasi.


e) Komunikasi
Untuk mewujudkan KISS, maka faktor komunikasi sangat
berperan. Untuk menciptakan komunikasi yang baik
5)

diperlukan arus informasi yang lancar.


Pendelegasian
menurut

ANA

dalam

Marquis,

(2010),

pendelegasian sebagai pemberi wewenang kepada individu


yang kompenten untuk melakukan aktivitas keperawatan
tertentu pada situasi yang ditentukan.
a) Kesalahan dalam pendelegasian

13

(1)

Kurangnya pendelegasian, merupakan kurangnya


kemampuan manajer dalam melakukan tugasnya
dengan benar dan lengkap penyebab lain manajer
ingin menyelesaikan seluruh tugasnya sendiri,

(2)

kurangnya kepercayaan manajer kepada pegawai.


Terlalu banyak penguraian, beberapa manajer
terlalu

banyak

mendelegasikan

tugas

karena

mereka adalah manajer waktu yang buruk,


waktunya

habis

untuk

melakukan

pengorganisasian, mereka merasa tidak yakin


dengan kemampuan mereka dalam melakukan
(3)

tugas.
Pendelegasian yang tidak tepat; mendelegasikan
pada saat yang salah, pada orang yang salah, atau

6)

untuk alasan yang salah.


Manajemen konflik
Menurut Johnson, 11994 didalam Marquis 2002,
manajemen konflik merupakan pengelolaan konflik dapat
menghasilkan pertumbuhan, inovasi, dan produktivitas.
Kategori konflik :
Ada tiga kategori utama:
a) Intra personal
b) Inter personal
c) Inter kelompok
Proses konflik:
a) Konflik

laten

berisi

tentang

menyebabkan konflik
b) Konflik yang dipersepsikan:

kondisi

merupakan

yang
konflik

inteltual dan sering melibatkan isu serta peran.


c) Konflik yang dirasakan: terjadi ketika konflik
melibatkan emosi
d) Konflik yang dimanisfestasikan:diperlukan tindakan,
dapat berupa menarik diri, berdebat, bersaing, atau
mencari penyelasaian konflik
Penyelesaian konflik:
a) Win win solution
14

b)
c)
d)
e)
f)
g)

Berkompromi
Kompetisi
Kerjasama
Smoothing
Menghindar
Berkolaborasi

d. pengawasan/kontroling
Pengawasan adalah suatu

prose

untuk

mengetahui

apakah

pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan rencana,


pedoman, ketentuan, kebijakan, tujuan dan sasaran yang sudah
ditentukan sebelumnya.
Tujuan pengawasan

ialah

untuk

mencegah

dan

memperbaiki kesalahan, penyimpangan dan ketidak sesuaian yang


dapat menyebabkan tujuan organisasi tidak tercapai dengan baik
karena pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan tidak efisien dan tidak
efektif.
Guna pengawasan:
1) Mencegah terjadinya

penyelewengan,

penyalahgunaan

wewenang dan kerugian dalam organisasi


2) Meningkatkan rasa tanggungjawab orang yang melakukan
pekerjaan
3) Memperbaiki kesalahan, penyelewengan dan penyalahgunaan
wewenang yang telah terjadi
4) Mendidik setiap orang agar bekerja sesuai dengan prosedur
dan peraturan yang berlaku
C. Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional
Sistem model asuhan keperawatan profesional merupakan
suatu kerangka kerja yang mendefenisikan standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan dan system model asuhan
keperawatan profesional. Dimana keberhasilan suatu asuhan
keperawatan pada klien sangat ditentukan oleh metode pemberian
asuhan keperawatan profesional.
Dasar pertimbangan asuhan keperawatan (MAKP) adalah:

Sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit

Dapat diterapkannya prosedur keperawatan

Efesisensi dan efektif penggunaan biaya

Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat


15

Kepuasan kinerja perawat

Terlaksananya komunikasi yang adekuat antar perawat dan tim


kesehatan

1.

Sistem

Penugasan

Model

Asuhan

Keperawatan

Profesional
Menurut Grant dan Massey (1997) serta Marcquis dan Huston
(2003), dalam Suarli Dan Bahtiar, manajemen keperawatan hal
45, terdapat 5 model asuhan keperawatan profesional (MAKP).
a.

Model fungsional
Model fungsional berdasarkan orientasi tugas dari
filosofi Keperawatan, dimana perawat melaksakan tugas
(tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada.
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat pengelolaan
dalam Asuhan Kperawatan sebagai pilihan utama.
Penanggung jawab Model fungsional adalah perawat
yang bertugas pada tindakan tertentu, misalnya dalam
pemasangan infus, pemberian obat, dan lain-lain.
Kelebihan dari metode fungsional yaitu:
1) Menekankan efesiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan
2) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan
3)

tenaga
Perawat

senior

menyibukan

diri

dengan

tugas

manajerial, sedangkan pasien di serahkan kepada


perawat yunior dan atau yang belum berpengalaman.
Kekurangan dari metode fungsional yaitu:
1)

Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun

perawat
2) Pelayanan
3)

keperawatan

terpisah-pisah,

menerapakan proses keperawatan


Persepsiperawat cenderung kepada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan saja.

b.

tidak

Model Tim
16

Model tim merupakan metoe pemberian asuhan


keperawatan, yaitu seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1992 dalam Sitorus
2006).
Model Tim berdasarkan pada kelompok filosofi
keperawatan. Enam tujuh perawat profesional dan
perawat associate bekerja sebagai suatu tim, disupervisi
oleh tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan Asuhan
Keperawatan terhadap sekelompok pasien, perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri dari tenaga
profesional, teknikal dan pembantu dalam satu grup kecil
yang saling membantu. Penanggung jawab dalam Model
Tim ini adalah Ketua Tim.
Kelebihan dari metode ini adalah:
1) Memungkinkan

pelayanan

keperawatan

yang

menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik
mudah di atasi dan memberikan kepuasan kepada
anggota tim
Kelemahan dari metode ini adalah:
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama
dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan
waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu
sibuk.
c.

Model Primer
Model primer berdasarkan pada tindakan yang
komprehensif
bertanggung

dari

filosofi

jawab

terhadap

Keperwatan.

Perawat

semua

Asuhan

aspek

Keperawatan dari hasil pengkajian, kondisi pasien untuk

17

mengkoordinir Asuhan Keperwatan, dimana ratio Perawat:


Pasien 1: 4 / 1:5
Metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap Asuhan
Keperawanan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit.
Model primer mendorong praktek kemandirian
perawat dan terdapat kejelasan antara si pembuat rencana
Asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan koordinasi Asuhan Keperawatan selama pasien
dirawat. Penanggung jawab pada model primer ini adalah
Perawat primer.
Kelebihan dan sistem model primer adalah:
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
3) Keuntungan terhadap pasien, perawat, dokter dan Rumah
Sakit misalnya pasien merasa dimanusiakan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu.
Kelemahan dan sistem model primer adalah:
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan
kemampuan

self

direction,

kemampuan

mengambil

keputusan yang tepat menguasai keperawatan klinik dan


mampu bekolaborasi dengan berbagai disiplin.
d.

Model Kasus
Model Kasus berdasarkan pendekatan holistik dari
filosofi Keperawatan, dimana perawat bertanggung jawab
terhadap Asuhan observasi pada pasien tertentu dan ratio
Pasien : Perawat adalah 1:1.
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat
yang melayani semua kebutuhannya pada saat dinas. Pasien
18

akan dirawat oleh perawat yang berbeda oleh orang yang


sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasanya ditetapkan satu pasien satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat private untuk perawatan
khusus seperti isolasi, intensive care. Penanggung jawab
pada Model Kasus adalah Manajer Keperawatan.
Kelebihan dari metode kasus yaitu:
1)
2)

Perawat lebih memahami kasus per kasus


Sistem evaluasidari manajerial menjadi lebih mudah

Kelemahan dari metode kasus yaitu:


Belum dapat di identifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
1)

yang sama
e. Model Modular
Model modular adalah suatu variasi dari metode keperawatan
primer. Metode ini sama dengan model keperawatan tim karena baik
perawat profesional maupun non profesional bekerja bersama dalam
memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang
perawat profesional. Disamping itu, dikatakan memiliki kesamaan
dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat
bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam
perawatan hingga pulang bahkan sampai dengan waktu follow up care.
Sekalipun didalam memberikan asuhan keperawatan dengan
menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga orang
perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada pada perawat
profesional. Perawat profesional juga memiliki kewajiban untuk
membimbing dan melatih non profesional. Apabila perawat profesional
sebagi ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas
dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat profesional lainnya
yang berperan sebagai ketua tim.
Peran perawat kepala ruang diarahkan dalam hal membuat
jadwal dinas dengan mempetimbangkan kecocokan anggota untuk

19

bekerja sama dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta


motivator.

2.

Manajemen asuhan keperawatan


a. Proses keperawatan
Pengertian
Merupakan metode sistematis dan ilmiah yang digunakan
perawat untuk memenuhi kebutuhan perawat dalam mencapai atau
mempertahankan keadaan biologis, psikologis, social,dan pritual
yang optimal memalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis
keperawatn, penentuan rencana keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan serta evaluasi.
Mamfaat penggunaan proses keperawatan
1) Mamfaat bagi pelayanan kesehatan
a)
Sebagai pedoman yuan g sistematis bagi terselenggaranya
b)

yankes
Sebagai alat peningkatan mutu pelayanan kesehatan

khususnya perawatan
2) Mamfaat bagi pelaksana kesehatan
a) Memupuk rasa percaya diri dalam memberikan asuhan
keperawatan
b) Menimbulkan kepuasan kerja
c) Menimbulkan profesionalisme
d) Proses keperawatan mengandung tanggung gugat dan
tanggung jawab perawat untuk mengkaji, menganalisis,
merencanakan, dan melaksanakan dan menilai asuhan
keperawat.
3) Mamfaat bagi klien
a) Merangsang partisipasi klien dalam perawatan dirinya
b) Dapat menghindari pengulangan instruksi
Tahapan proses perawatan
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Pengkajian
Analisa data
Diagnosis keperawatan
Perencanaan/intervensi
Implementasi
Evaluasi

b. Dokumentasi Keperawatan
Pengertian

20

Catatan keperawatan adalah dokumen yang penting dalam


asuhan keperawatan yang merupakan bukti dari pelaksanaan
keperawatan dan catatan tentang tanggapan atau respon pasien
terhadap tindakan keperawatan, medis atau respon pasien gterhadap
penyakit. (Suarli Dan Bahtiar, 2002 ).
1) Komponen Dokumentasi Keperawatan

a) Komunikasi
Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan
perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan
lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan yang
akan dikerjakan oleh perawat.
Kegunaan komunikasi :
(1) Dapat digunakan ulang untuk keperluan yang bermanfaat
(2) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan
tenaga kesehatan apa yang telah terjadi dan diharapkan
terjadi
(3) Manfaat dan data pasien yang akurat dapat dicatat
(4) Penulisan catatan menggambarkan sesuatu yang kreatif
b) Proses Keperawatan
Pengkajian ulang dan evaluasi respon klien terhadap
tindakan keperawatan medis dapat sebagai petunjuk dan
kesinambungan dalam proases keperawatan,dan dapat sebagai
petunjuk

adanya

perubahan

dari

setiap

tahap.

Pendokumentasian Proses Keperawatan yang efektif adalah :


(1) Penggunaan standar terminologi (Pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi),
(a) Data yang bermanfaat dan relevan dikumpulkan
kemudian dicatat sesuai dengan prosedur dalam
(b)

catatan yang permanen,


Diagnosa
keperawatan

(c)

klasifikasi dan analisa data yang akurat


Rencana tindakan keperawatan ditulis dan dicatat

(d)

sebagai bagian dari catatan yang permanen


Observasi dicatat secara akurat, lengkap dan sesuai
urutan waktu

21

disusun

berdasarkan

(e)

Evaluasi dicatat sesuai urutan waktunya, meliputi


selama dirawat, dirujuk, pulang ataupun perubahan

(f)

keadaan klien.
Rencana tindakan

keperawatan

yang

direvisi

berdasarkan hasil yang diharapkan dari klien.

2) Standar Dokumentasi

Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk


memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman
praktik

pendokumentasian

dalam

memberikan

tindakan

keperawatan.
Penggunaan Pola Standar Dokumentasi yang Efektif
meliputi :
a) Kepatuhan

terhadap

aturan

pendokumentasian

yang

ditetapkan oleh profesi atau pemerintah


b) Standar profesi keperawatan dituliskan ke dalam catatan
kesehatan, Data yang ada menjabarkan apa yang dilakukan
pearawat,

Perawat

merumuskan

mempunyai

diagnosa

kewenangan

keperawatan

dan

untuk

intervensi

keperawatan terhadap respon klien terhadap masalah


kesehatan klien actual dan resiko/potensial.
c) Peraturan tentang praktik keperawatan dapat dilihat pada
catatan

pelayanan

kesehatan.

Data

yang

tertulis

menunjukan kegiatan perawat yang independen dan


interdependen. Diagnosa keperawatan tidak secara khusus
mempunyai ijin mendiagnosa masalah medis sebaliknya
diagnosa medis tidak terdapat pada catatan keperawatan,
tetapi diagnosa keperawatan dituliskan pada catatan,
keperawatan.
d) Pedoman akreditasi harus diikuti, Penekanan yang khusus
pada data tentang kegiatan observasi dan evaluasi. Tahap
pada proses keperawatan adalah dituliskannya data setiap
klien pada waktu masuk rumah sakit sampai pulang.

22

3) Proses Dokumentasi Keperawatan

a)

Pengkajian
Mengumpulkan Data
Validasi data
Organisasi data
Mencatat data

b)

Diagnosa Keperawatan
Analisa data
Identifikasdi masdalah
Formulasi diagnosa

c)

Perencanaan / Intervensi
Prioritas Masalah
Menentukan tujuan
Memilih strategi keperawatan
Mengembangkan rencana keperawatan

d)

Pelaksanaan / implementasi
Melaksanakan intervensi keperawatan
Mendokumentasikan asuhan keperawatan
Memberikan laporan secara verbal
Mempertahankan rencana asuhan

e)

Evaluasi
Mengidentifikasikan kriteria hasil
Mengevaluasi pencapaian tujuan
Memodifikasi rencana keperawatan

Daftar Pustaka

Marquis, B. L & Hustan, C.J. (2003).Leadershiproles role and management


function in nursing : theory and application. Fift eition.Philadelpia
Lippicot.
Nursalam.(2012). Manajemen keperawatan edisi 3. Jakarta. Salemba medika.

23

Sitorus, R (2006). Model praktek keperawatan professional di rumah


sakit.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suali, S. & Bahtiar, Y. (2009).Manajemen keperawatan dengan pendekatan
praktis.Jakarta : Penerbit Erlangga.
Swansburg, R.C. & Swansburg R.J. (2000).Introduction management &
leadership for nurse manage, Boston : James & Barlett Publisher.
http://ayuningnurse.blogspot.com/2011/11/dokumentasi-keperawatan.html

BAB III
ANALISA SITUASI

A.

Analisa Situasi Ruangan (Winshield Survey)


1. Manajemen pelayanan
a. Perencanaan
24

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, diperoleh informasi:


1) Visi dan misi Rumah Sakit sudah ada, namun staff diruangan masih
kurang memahami maksud dari visi dan misi tersebut
2) Penyebaran angket untuk sosialisasi visi dan misi telah dilaksanakan
terakhir pada tahun 2011
3) SOP telah ada di ruangan Aster, namun pada pelaksanaannya masih
belum optimal
Identifikasi masalah:
-

Belum semua perawat tersosialisasi dengan visi dan misi ruangan

Aster
Belum semua perawat tersosialisasi dengan SOP yang ada di ruang
Aster

b. Pengorganisasian
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, diperoleh informasi:
1) Pengembangan staff diruangan ini ada dilakukan, hal ini terlihat
pada

2 orang staff ruangan yang sedang mengikuti jenjang S1,

sementara itu masih ada staff yang berpendidikan SPR/SPK


2) Penghitungan Kebutuhan tenaga keperawatan diruangan Aster
c. Staffing
1) Perekrutan tenaga keperawatan terakhir dilaksanakan pada tahun
2012, dan telah dilakukan orientasi pada staff baru tersebut dalam 1
bulan
2) Metoda yang digunakan diruangan Aster secara tertulis adalah
metode Tim, namun dalam pelaksanaannya metoda yang digunakan
fungsional
3) Kebutuhan tenaga perawat pada 1 hari diruang Aster :
a. Pagi
Minimal care : 0.17 x 4
= 0.68
Partial care : 0.27 x 14
= 3.78
Total care
:0.36 x 3
= 1.08 +
Jumlah
6.14 = 6 orang
b. Sore
Minimal care : 0.14 x 4
Partial care : 0.15 x 14
Total care
: 0.30 x 3
Jumlah

= 0.56
= 2.1
= 0.90 +
3.56 = 4 orang

c. Malam
-

Minimal care : 0.07 x 4


25

= 0.28

Partial care : 0.10 x 14


= 1.4
Total care
:0.20 x 3
= 0.60 +
Jumlah
2.28 = 2 orang
Total jumlah tenaga perawat dalam 1 hari di Ruang Aster
berjumlah
Identifikasi masalah:
- belum efektifnya pelaksanaannya metode tim diruang Aster Embun
-

Pagi
belum mencukupinya tenaga keperawatan sesuai standar diruang
Embun Pagi

d. pengarahan
berdasarkan hasil observasi dan wawancara, diperoleh informasi bahwa:
1. pre konfren belum terlaksana secara optimal, sedangkan pada post
konfren belum terlaksana
Identifikasi masalah:
- belum efektifnya pelaksanaan pre konfren dan belum dilakukannya
post konfren sehingga pendelegasian belum jelas
e. Kontroling
Berdasarkan observasi diperoleh informasi:
1. Penyebaran kuesioner pada pasien tentang mutu pelayanan
keperawatan di ruang Aster ada dilaksanakan pada tanggal 10 dan
11 januari 2013

2.

Manajemen Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, diperoleh informasi:
- Pengkajian belum dilakukan secara optimal
b. Diagnosa Keperawatan
- Diagnosa dibuat belum berdasarkan kondisi pasien pada saat itu
- Pada pembuatan diagnose hanya tergambar masalah tanpa etiologi
c. Dokumentasi
a. TimbangTerima
Tanggal 07 09 Januari 2013

Saat kegiatan timbang terima, tidak selalu didampingi oleh Kepala


Ruangan,
Belum ada

terlihat

penyampaian

terkait

dengan:

masalah

keperawatan actual, data fokus (keluhansubyektifdanobyektif),


dan tindakan keperawatan,
Pelaporan untuk timbang terima ditulis secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat primer.
b. Konfren
26

Tanggal 07 09 Januari2013 :
Belum adanya penetapan tujuan dilaksanakan konfren, serta belum
terlihat pembagian tugas kepada tiap tiap perawat pelaksana
Post konfren hanya dilakukan oleh mahasiswa fakultas keperawatan
c. Pendokumentasian
Tanggal 07 09 Januari 2013
Pendokumentasian belum sesuai dengan standar, seperti pada:
Formulir dokumentasi,
Buku pendokumentasian overran ruangan belum ada,
Pada kolom data objektif dan data subjektif yang ditulis diagnose
medis, pada kolom implementasi kebanyakan tindakan kolaboratif,
pada kolom evaluasi belum tergambar SOAP secara lengkap
Pendokumentasian dilaksanakan sebelum tindakan dilakukan

27

KUESIONER MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG RAWAT INAP MARWA
RSI SITI MARWA PADANG

Data Umum
1. No. Responden

2. Umur

3. Jenis kelamin

4. Pendidikan terakhir

5. Lama bekerja

6. Status Kepegawaian :
Petunjuk untuk mengisi lembaran kuesioner:
Beri tanda silang pada jawaban yang di anggap paling benar.
Isilah kuesioner dengan jujur dan tepat

28

I. TIMBANG TERIMA
a. Pengetahuan
1. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan timbang terima?
a. Kepala ruangan, ketua tim, seluruh perawat yang dinas pada shift
tersebut, dan salah satu perawat shift sebelumnya.
b. Kepala ruangan, ketua tim, seluruh perawat yang dinas pada shift
sebelum dan saat overan.
c.
2.

Kepala ruangan, ketua tim, shift sebelum dan berikutnya.

Apa yang dipersiapkan sebelum timbang terima?


a. Status klien, buku timbang terima dan alat tulis.
b. Buku timbang

terima, status klien, kartu kendali, asuhan

keperawatan.
c. Buku timbang terima, daftar terapi klien, kartu kendali.
3. Apa saja yang disampaikan pada saat timbang terima?
a. Jumlah pasien, identitas klien, tingkat ketergantungan, diagnose
medis, data (subjektif dan objektif), masalah keperawatan, intervensi
keperawatan, rencana tindakan medis yang belum dan akan
b.

dilaksanakan
Jumlah pasien, identitas klien, diagnose medis, data (subjektif dan
objektif), masalah keperawatan,

c.

4.

intervensi keperawatan dan

kolaborasi yang sudah dan belum dilaksanakan


Jumlah pasien, data (subjektif dan objektif), intervensi keperawatan

dan kolaborasi yang akan dilaksanakan


Apa saja yang dilakukan perawat kepada klien saat timbang
terima/overan?
Memberi salam pada klien/keluarga, memperkenalkan perawat yang

a.

akan bertugas pada shift berikutnya, menanyakan kondisi dan


masalah klien saat ini
b. Memberi tahu perawat yang akan memberikan pelayanan pada tugas
berikutnya
c. Menanyakan kondisi klien, menanyakan diet dan obat klien
5. Kapan overan sebaiknya dilakukan?
a. Pergantian shift malam ke pagi
b. Setiap pergantian shift
c. Pergantian shift pagi ke sore saja
6. Siapakah yang seharusnya memimpin overan?
29

a. Kepala ruangan
b. Ketua tim
c. Perawat pelaksana
b. Sikap
Berilah tanda checklist (v) pada jawaban yang menurut anda paling tepat
No.
Pertanyaan
S
1
Timbang terima di ikuti oleh kepala ruangan
atau ketua tim pada shift dinas sebelum dan
berikutnya
2
Perawat memberikan salam pada pasien atau
keluarga serta memberi tahu perawat yang
akan memberikan pelayanan pada shift
berikutnya
3
Pada saat timbang terima seluruh pasien harus
di kunjungi
4
Timbang terima tidak harus dengan membawa
buku timbang terima, status klien, kartu
kendali, asuhan keperawatan
5
Pada saat timbang terima tidak perlu
disampaikan tindakan keperawatan, tindakan
medis dan penunjang lainnya yang akan
dilakukan pada pasien, serta tingkat
ketergantungan pasien
6
Timbangterimacukupdilakukan di nurse center
saja

S
=

TS

Setuju
TS

= TidakSetuju

c. Observasi
No Tindakan yang Diobservasi
Ya Tidak Ya
1

Beri salam pada pasien/keluarga


30

Tidak Ya Tidak

dan beritahu perawat yang akan


memberikan pelayanan pada
tugas berikutnya
2

Kunjungi seluruh pasien dan


timbang terimakan pasien yang
membutuhkan tindakan
keperawatan lanjutan, persiapan
tindakan medis, dan penunjang
serta tingkat ketergantungan
pasien.
Pastikan semua status pasien
lengkap sesuai dengan jumlah
pasien, bila tidak lengkap
jelaskan dengan catatan dimana
status tersebut berada.
Pastikan semua kartu kendali
pasien sudah terisi sesuai
tindakan yang telah dilakukan

Timbang terimakan dokumentasi


asuhan keperawatan dan catatan
perawatan lainnya sesuai dengan
ketentuan.

Cek laporan pasien apakah sudah


sesuai jumlah pasien yang ada
dilaporan dengan hasil observasi.

II. PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengetahuan
1. Kapan pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan...
a.

Sebelum tindakan dilakukan pada klien

31

b.

Saat tindakan dilakukan pada klien

c.

Setiap tindakan yang telah dilakukan pada klien

2. Data apa sajakah yang perlu didokumentasikan....


a.

Pengkajian biopsikososiospiritual klien dari masuk sampai pulang

b.

Data dasar, pengkajian, diagnosa medis, daftar masalah klien,


tindakan medis, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
tindakan keperawatan, catatan perkembangan

c.

Tindakan apa saja yang dilakukan pada pasien dan evaluasi

3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendokumentasian asuhan


keperawatan.....
a.

Informasi klien dan perawatan yang diberikan harus berdasarkan


fakta

b.

Catatan harus akurat

c.

Informasi yang dicatatkan harus singkat, tentang perawatan klin

4. Apakah saudara mengalami kendala dalam melakukan


pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah dilakukan....
a.

Ya

b.

Tidak

c.

Kadang-kadang

5. Apakah saudara selalu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang


diberikan pada klien sesuai dengan format yang ada......
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang

b. Sikap
Berilah tanda checklist (v) pada jawaban yang menurut saudara paling tepat
No.
Pertanyaan
1
Pendokumentasian asuhan keperawatan
yang dilakukan saat ini sudah tepat
32

TS

2
3
4
5
6
7

Penulisan data objektif, data subjektif, dan


evaluasi tidak perlu didokumentasikan
Penulisan diagnosa keperawatan hanya
perlu satu setiap klien
Rencana keperawatan harus sesuai dengan
diagnosa yang ditemukan
Implementasi yang dilakukan harus sesuai
intervensi yang ada
Penyegaran tentang pendokumentasian
asuhan keperawatan tidak diperlukan
Pendokumentasian keperawatan tidak ada
hambatan

Keterangan :

c.
No

= Setuju

TS

= Tidak Setuju

Observasi
Tindakan yang Diobservasi
Ya

Perawat melakukan
pendokumentasian askep
33

tidak

Ada

Tidak

Ya

Tidak

2
3

4
5

dengan menuliskan data


objektif , data subjektif pada
klien
Perawat mendokumentasikan
diagnosa keperawatan klien
Perawat mendokumentasikan
rencana tindakan yang akan
dilakukan pada klien
berdasarkan diagnosa
prioritas
Perawat melakukan
pendokumentasian dari
tindakan yang telah dilakukan
Perawat melakukan
pendokumentasian dari hasil
evaluasi kepada klien

III. Conference
a. Pengetahuan
1.
Menurut anda konferen adalah

34

a.

Diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan kegiatan


konsultasi yang dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan asuhan

b.

keperawatan pada pasien


Merupakan diskusi antara perawat dengan tim kesehatan lainnya
tentang kegiatan keperawatan pada pasien sebelum dan sesudah

c.

2.

sesudah melakukan asuhan keperawatan


Menurut anda tujuan dari pelaksanaan konferen adalah
a. Membahas masalah klien berdasarkan askep yang telah dibuat oleh
b.

3.

melakukan asuhan keperawatan,


Merupakan diskusi antara kepala ruangan dan ketua tim sebelum dan

katim
Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masing-masing

perawat pelaksana
c. A dan B benar
Kegiatan yang dilakukan pada saat konfren:
a. Membicarakan keadaan umum pasien, keluhan utama, masalah
b.

keperawatan, dan askep hari ini


Menentukan ketepatan pemberian infuse, pemantauan haluaran cairan

intake output
Mengidentifikasi tugas perawat pelaksana untuk semuaklien
Menurut anda kapan pre konferen dilakukan :
a. Setelah overan
b. Setelah melakukan tindakan keperawatan
c. Di akhir jam dinas
Menurut anda tujuan dilakukan post konfren adalah :
a. Untuk melihat hasil kegiatan hari itu
b. Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian dan
c.

4.

5.

c.

membandingkan masalah
Membantu mengidentifikasi masalah klien,

b. Sikap
N
Pertanyaan
S TS
o.
1. Manfaat konfren untuk menganalisa masalah secara kritis dan
menjabarkan alternative pemecahan masalah
2. Konfren diikuti oleh kepala ruangan, katim, pada shift dinas
berikutnya
3. Konfren tidak membawa catatan keperawatan, buku timbang
terima,
4. Pada saat konfren sebaiknya rencana medis juga dibicarakan
5. Pada saat konfren tidak seluruh masalah klien harus
dibicarakan
35

c. Observasi
No
.

Pertanyaan

ada

1. Karu hadir saat konfren dan memimpin jalannya


konfren
2. Karu memaparkan keadaan pasien secara umum
dan mendelegasikan kepada masing-masing katim
3. Katim menghadiri konfren
4. Katim memaparkan masalah keperawatan masingmasing klien, RTL, dan membagi tugas kepada
masing-masing perawat pelaksana
5. Perawat pelaksana menghadiri konfren
6. Perawat pelaksana mengikuti jalannya konfren

36

tidak

ada

tidak

ada

Anda mungkin juga menyukai