PENDAHULUAN
A. Latar belakang
rehabilitatif bagi masyarakat. Maka dari itu adanya tuntutan peningkatan pelayanan
kesehatan menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh tenaga perawat.
didalamnya asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya kasus
1
2
(Nugrahandini, 2015)
perawat tentang MPKP tentunya motivasi dalam pelaksanaaan MPKP juga berbeda.
pelayanan yang rendah. Sedangkan motivasi kerja yang tinggi dari perawat maka
bisa menghasilkan kinerja yang tinggi sehingga akan bisa mencapai tujuan dari
asuhan keperawatan yang maksimal dan tujuan dari rumah sakit yang pada
akhirnya akan tercapai mutu pelayanan rumah sakit yang tinggi dan memuaskan
2015).
3
mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang
tampak dalam dua segi yang berbeda, yaitu dilihat dari segi aktif/dinamis, motivasi
mengarahkan daya serta potensi tenaga kerja, agar secara produktif berhasil
dilihat dari segi pasif/statis, motivasi akan tampak sebagai kebutuhan sekaligus
Hasil penelitian yang dilakukan (Udianto et al., 2017) di Ruang Rawat Inap
Penelitian oleh Safitri. D.S (2018) dengan judul hubungan motivasi dengan
sikap perawat dalam pelaksanaan MAKP tim RSUD dr. Sayidiman Magetan tahun
dengan sikap perawat dalam pelaksanaan MAKP Tim di Instalasi Rawat Inap.
Ruang Komodo, dan Ruang Anggrek RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes Kupang
Menurut hasil penelitian dari (Dion, Fernandez, & Paun, 2019) berdasarkan
persepsi pasien yang dirawat, Implementasi MAKP Tim – Primer disebagian besar
ruangan rawat inap adalah Cukup Baik Namun, penerapan MAKP Tim-Primer
yang dilakukan oleh perawat belum memenuhi standar yang normatif yang
disebabkan oleh syarat tenaga Kepala Ruangan dan Perawat Primer belum
ruangan
penerapan metode tim di Rumah Sakit Umum Abdul Manaf dan Rumah Sakit Jiwa
MPKP perawat dianggap tidak ada bedanya dengan model penugasan fungsional,
B. Rumusan Masalah
Kota Baubau ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
Kelimuan
TINJAUAN TEORI
a. Pengertian
suatu sistem yang meliputi struktur, proses, dan nilai profesional yang
disimpulkan bahwa MPKP merupakan suatu tatanan yang terdiri dari struktur,
7
8
model berarti sebuah ruang perawatan dapat menjadi contoh dalam praktik
suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh para pengelola keperawatan
sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun sumber dana. Dengan
b. Tingkatan MPKP
a. MPKP Pemula
b. MPKP Tingkat I
primer. Ketenagaan pada tingkat ini jumlah harus sesuai kebutuhan, Ners
c. MPKP tingkat II
Ners spesialis: PP (1:1) Ners spesialis sebagai CCM, S1/Ners sebagai PP,
ilmu keperawatan.
Tenaga Keperawatan
Jenis Model Asuhan Keperawatan menurut Grant dan Massey (1997) dan
d. Komponen MPKP
Hoffart & Woods (1996) dalam (Suni, 2018) menyimpulkan bahwa MPKP
a. Nilai Profesional
keperawatan,yaitu:
menyatakan kode etik perawat adalah suatu pernyataan atau keyakinan yang
Hubungan itu akan terus dibina selama klien dirawat diruang rawat tersebut
b. Pendekatan manajemen
dengan disipin untuk menjamin pelayanan yang diberikan kepada klien atau
tingkat unit yang terdii dari kepala Ruangan (KaRu),perawat pimer (PP),dan
yang meliputi:
1) Manajemen Operasional
pada peran perawat primer (PP) sebagai pembuat keputusan untuk klien
populasi klien. Saat ini yang dikenal beberapa jenis metode pemberian
asuhan keperawatan, yang terdiri dari: metode kasus, fungsional, tim, primer
d. Hubungan professional
kesehatan lain dikenal dengan kolaborasi dan juga dapat terjadi antara tim
manfaat,yaitu:
mereka.
1. Pengertian
terhadap suatu objek tertentu melalui proses pengindraan yang lebih dominan
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti
20
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang,
semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (word
health organization), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan, A. & M., 2016)
secara umum juga menunjukkan penjenjangan atau hierarki, yaitu dari tingkat
kognitif yang sederhana ke proses kognitif yang lebih rumit atau kompleks.
Namun, Taksonomi yang baru lebih fleksibel sifatnya.. Adapun dimensi proses
a. Mengingat (C1)
kembali pengetahuan baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah
b. Memahami (C2)
(explaining).
c. Mengaplikasikan (C3)
(implementing).
d. Menganalisis (C4)
mengatribusikan (attributing).
22
e. Mengevaluasi (C5)
f. Mencipta (C6)
sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang
menganalisis
tingkat tinggi. Tiga aspek kognitif yang meliputi mengingat (C1), memahami
(C2) dan aplikasi (C3) menjadi bagian dari keterampilan berpikir tingkat
rendah. Sedangkan tiga aspek kognitif lainya yang meliputi analisa (C4),
1. Pengertian
masing sebagai ciri pribadinya. Sikap pada umumnya sering diartikan sebagai
23
suatu hal. Pengertian sikap dijelaskan oleh (Saifudin, 2013) sikap diartikan
sebagai suatu reaksi atau respon yang muncul dari sseorang individu terhadap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
2. Tingkatan sikap
atau stimulasi dari luar yang datang pada diri peserta didik. Hal ini dapat
terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini dapat dicontohkan dengan
tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan akan tetapi berkemampuan
pula untuk menilai fenomena itu baik atau buruk. Hal ini dapat
25
nilai, serta pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki. Hal ini dapat
e. Karakteristik (A5)
dan memecahkan.
3. Komponen sikap
termasuk perilaku yang biasa saja atau perilaku yang salah menjalankan
konsep MPKP.
MPKP, adalah apa yang dilakukan Manajer Perawat bila ada Perawat tim
4. Pengukuran Sikap
Menurut Azwar (2011), salah satu aspek yang sangat penting guna
mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap,
sikap mungkin pula dapat berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang
Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak
semua negative yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung
sama sekali objek sikap. Isi kuesioner: Favorable dengan nilai item yaitu: 4:
Sangat Setuju (SS) 3: Setuju (S) 2: Tidak Setuju (TS) 1: Sangat Tidak
Setuju (STS) Unfavorable dengan nilai item: 1: Sangat Setuju (SS) 2: Setuju
D. Motivasi
1. Pengertian
motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja.
Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin yakni movere yang
suatu faktor yang mendorong untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh
karena itu motivasi seringkali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku
seseorang. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pasti memiliki suatu
faktor yang mendorong aktivitas tersebut. Oleh karena itu, faktor pendorong dari
a. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri individu
c. Motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit secara
kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada
ketidakseimbangan antara apa yang mereka miliki dengan apa yang mereka
giat.
kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni merasa aman dari ancaman
mengarah kepada dua bentuk: (1) Kebutuhan akan keamanan jiwa di tempat
terdiri dari empat golongan, yaitu: (1) Kebutuhan akan diterima orang lain
(3) Kebutuhan akan kemajuan dan tidak gagal (sense of achievement); (4)
e. Self Actualization
2. Klasifikasi Motivasi
a. Motivasi Kuat/tinggi
harapan yang tinggi, dan memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penderita
b. Motivasi Sedang
c. Motivasi Lemah/rendah
4) Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan
1.
4) Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan
4.
E. Kerangka Teori
F. Kerangka Konsep
berikut:
Pengetahuan
Motivasi Perawat
dalam Pelaksanaan
Sikap
MPKP
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Hubungan
F. Definisi Operasional
Menjawab ≤
60 %
(Hidayat, 2009, (Abdullah, 2015)
B. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Nol
2. Hipotesis Alternatif
Baubau
.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
rancangan studi cross sectional. Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian
dimana variabel yang termasuk faktor hubungan variabel dan variabel yang
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Interna dan Bedah RSUD Kota Baubau
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono,2011)
Populasi dalam penelitian ini adalah 37 Perawat yang terdiri dari Ruang
37
38
2. Sampel
Jumlah Sampel pada penelitian ini adalah 37 Perawat Ruang Interna dan
3. Sampling
1. Data primer
2. Data sekunder
Data diperoleh dari data Diklat dan Perawat Ruang Interna dan Bedah
E. Instrumen Penelitian
lakukan di ruang Perawatan Bedah dan Interna dengan kriteria penilaian sangat
39
tidak setuju (STS) 1, tidak setuju (TS) dinilai 2, Setuju (S) dinilai 3, Sangat
2. Sikap
kuesioner likert scale dengan skala Interval dimana responden diminta untuk
penilaian Sangat Tidak Setuju (STS) 1, Tidak Setuju (ST) dinilai 2, Setuju (S)
3. Pengetahuan
F. Pengolahan Data
1. Editing
Pada tahap ini, penulis melakukan penilaian terhadap data yang diperoleh
2. Coding
3. Tabulating
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
Metode Korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor
variable tak bebas dari pengetahuan kita tentang variable bebas, dan 3)
adalah Uji Korelasi Spearman Rank dan Uji Korelasi Kendall Tau, Teknik
41
korelasi ini digunakan untuk mencari koefisien korelasi antara data ordinal dan
data ordinal lainnya. Teknik korelasi ini dapat digunakan dengan rumus;
6∑ 2
d
Yho=1− 2
N ( N −1)
Keterangan :
1 = Bilangan Konstan
6 = Bilangan Konstan
H. Etika Penelitian
menghindari terjadinya tindakan yang tidak etis dalam melakukan penelitian, maka
penelitian ini dijalankan. Untuk responden yang bersedia maka mengisi dan
2. Anonimitas
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama
3. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Confidentiality yaitu tidak akan menginformasikan data dan hasil
kelompok.
4. Sukarela
Peneliti bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan secara
langsung maupun tidak langsung dari peneliti kepada calon responden atau
1. Profil
kepada Pemerintah Kota Baubau dan berubah nama menjadi RSUD Kota
Kabupaten Buton tersebut.Pada bulan Agustus tahun 2008 rumah sakit pindah
2. Keadaan Geografis
6000 m² dan luas bangunan 2071,10 m². Dengan lokasi yang sangat strategis
43
45
kesehatan yang menjadi milik Pemerintah Kota Baubau untuk itu keadaan
3. Lingkungan Fisik
pembangunan wilayah Kota Baubau, sarana dan prasarana rumah sakit yang
ada dinilai sudah tidak layak lagi, maka sejak tahun 2002 Pemerintah Kota
a. Poliklinik
1) Poliklinik Umum
2) Poliklinik Gigi
7) Poliklinik Mata
8) Poliklinik THT
46
9) Poliklinik Edelweis
1) Instalasi Radiologi
3) Instalasi Laboratorium
4) Instalasi Gizi
5) Instalasi Farmasi
non medis. Dari segi jumlah, secara umum, sarana dan prasarana tersebut
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Tabel 4.1
Distribusi Umur responden di ruangan Interna dan Bedah
RSUD Kota Baubau
Umur Frekuensi
n %
<30 Tahun 16 43.2
30-40 Tahun 17 45.9
>40 Tahun 4 10.8
Total 37 100.0
Sumber : Data Primer, 2021
dikelompokkan menjadi 3 yaitu umur <30 tahun, 30-40 tahun, dan >40 tahun.
responden berumur 30-40 tahun yaitu 17 responden (45,9%) dan sebagian kecil
Tabel 4.2
Distribusi Jenis Kelamin responden di ruangan Interna dan Bedah RSUD
Kota Baubau
Jenis Kelamin Frekuensi
N %
Laki-laki 17 45.9
Perempuan 20 54.1
Total 37 100.0
Sumber : Data Primer, 2021
Tabel 4.3
Distribusi Pendidikan responden di ruangan Interna dan Bedah RSUD
Kota Baubau
Pendidikan Frekuensi
n %
D3 11 29.7
Ners 23 62.2
S2 3 8.1
Total 37 100
Sumber : Data Primer, 2021
Tabel 4.4
Distribusi Pengetahuan responden di ruangan Interna dan Bedah RSUD
Kota Baubau
Pengetahuan Frekuensi
n %
Baik 21 56.8
Cukup 14 37.8
Kurang 2 5.4
Total 37 100.0
Sumber : Data Primer, 2021
(5.4%).
49
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Distribusi Motvasi responden di ruangan Interna dan Bedah RSUD Kota
Baubau
Motivasi Frekuensi
n %
Tinggi 14 37.8
Kurang 19 51.4
Rendah 4 10.8
Total 37 100.0
Sumber : Data Primer, 2021
2. Analisis Bivariat
Tabel 4.7
Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Motivasi Pelaksanaan Model
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang Interna dan Bedah
RSUD Kota Baubau
Motivasi Pelaksanaan (MPKP)
Jumlah
Pengetahuan Tinggi Sedang Rendah
n % n % n % n %
Baik 12 57.1 8 38.1 1 4.8 21 100.0
Cukup 2 14.3 11 78.6 1 7.1 14 100.0
Kurang 0 0.0 0 0.0 2 100 2 100.0
Total 14 37.8 19 51.4 4 10.8 37 100.0
Analisis Spearman's rho : Corelation Coefficient : 0.510
Sig. (2-tailed) : 0.001
Sumber : Data Primer, 2021
Interna dan Bedah RSUD Kota Baubau dengan kategori baik sebesar
Sig. (2-tailed) sebesar 0.001, karena nilai Sig. (2-tailed) 0.001 < lebih kecil
dari 0.005, diperoleh nilai p-value = 0.001 atau lebih kecil dari a = 0.05,
Tabel 4.8
Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Motivasi Pelaksanaan Model
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Ruang Interna dan Bedah
RSUD Kota Baubau
Motivasi Pelaksanaan (MPKP)
Jumlah
Sikap Tinggi Sedang Rendah
n % n % n % n %
Baik 13 76.5 4 23.5 0 0.0 17 100.0
Cukup 1 6.3 15 93.8 0 0.0 16 100.0
Rendah 0 0.0 0 0.0 4 100 2 100.0
Total 14 37.8 19 51.4 4 10.8 37 100.0
Analisis Spearman's rho : Corelation Coefficient : 0.813
Sig. (2-tailed) : 0.000
Sumber : Data Primer, 2021
Bedah RSUD Kota Baubau dengan kategori baik sebesar (76.5%), Uji
sebesar 0.00, karena nilai Sig. (2-tailed) 0.000 < lebih kecil dari 0.005,
diperoleh nilai p-value = 0.000 atau lebih kecil dari a = 0.05, yang artinya
C. Pembahasan
Ruang Interna dan Bedah RSUD Kota Baubau dengan kategori baik sebesar
(57.1%), Uji Korelasi Spearman di atas, diketahui nilai signifikansi atau Sig.
(2-tailed) sebesar 0.001, karena nilai Sig. (2-tailed) 0.001 < lebih kecil dari
0.005, diperoleh nilai p-value = 0.001 atau lebih kecil dari a = 0.05, yang
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang,
semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (word
53
health organization), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan, A. & M., 2016)
formal dan informal akan berdampak bukan hanya kuantitas namun juga pada
Dapat dilihat pada tabel 4.3 hasil bahwa pendidikan dari 37 responden
perawat dengan motivasi pelaksanaan MPKP didapatkan hasil 0,003 (p< 0,05)
positif menunjukkan adanya hubungan yang positif dari kedua variabel yang
diteliti. Sedangkan nilai 𝑧ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =4,11 lebih besar dari 𝑧𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,96
pendidikan yang lebih tinggi. Melalui tindakan dan belajar, seseorang akan
Interna dan Bedah RSUD Kota Baubau dengan kategori baik sebesar (76.5%),
Uji Korelasi Spearman di atas, diketahui nilai signifikansi atau Sig. (2-tailed)
sebesar 0.00, karena nilai Sig. (2-tailed) 0.000 < lebih kecil dari 0.005,
diperoleh nilai p-value = 0.000 atau lebih kecil dari a = 0.05, yang artinya
kuat
beberapa faktor diantaranya sistem imbalan yang baik, faktor lingkungan kerja,
gaya supervisi, kebijakan dan prosedur yang mendukung. Sikap perawat yang
sakit tidak hanya perawat juga dukungan dari tingkat manajemen rumah sakit.
(Safitri, 2018).
Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh (Usmara, 2006 dalam
tindakan yang sudah dilakukan secara profesional. Di dalam sikap sendiri ada
bagian dari motivasi intrinsik dalam diri seorang perawat. Sehingga motivasi
yang muncul dari dalam tiap perawat akan menumbuhkan sikap yang baik
reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek.Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
MAKP Tim di di IRNA II Bedah, IRNA III Orthopaedi, dan IRNA IV Saraf
RSUD dr Sayidiman Magetan tahun 2018. Dari hasil pengujian statistik dengan
uji korelasi rank Spearman dengan SPSS versi 23.0, antara motivasi dengan
sikap perawat dalam pelaksanaan MAKP Tim didapatkan Sig. (2-tailed) 0.000
sehingga kurang dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa HA diterima. Artinya ada
dapat dipengaruhi oleh sikap dan motivasi perawat. Sikap antara lain tanggung
terdiri dari internal, eksternal, dan terdesak. Untuk itu diperlukan strategi untuk
PENUTUP
A. Kesimpulan
Interna dan Bedah RSUD Kota Baubau didapatkan pernyataan sebagai berikut:
B. Saran
penelitian disemua ruangan dan dilakukan rutin setiap bulan. Hal tersebut
Baubau.
2. Bagi Perawat
melaksanakan MPKP agar lebih baik lagi, salah satu cara meningkatkan
58
59
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Purnomo Setiady dan Usman, H. (2017). Metodologi Penelitian Sosial. PT.
Bumi Aksara.
Aziz Alimul Hidayat. (2014). metode penelitian kebidanan dan teknik analisis data. In
Narratives of Therapists’ Lives.
Gitosudarmo, Indriyo dan Mulyono, A. (2009). Prinsip Dasar Manajemen: Vol. Edisi 3.
BPFE-YOGYAKARTA.
Marquis, B., & Huston, C. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Teori
& Aplikasi. Managemen Keperawatan.
Wawan, A. & M., D. (2016). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. In Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
62