BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
salah satu permasalahan yang sering dibahas dalam forum Asian Pacific
angka kejadian HAIs. Tingginya angka infeksi menjadi masalah yang penting
di suatu rumah sakit karena dari infeksi tersebut, kondisi pasien bisa menjadi
buruk, jika kondisi pasien menjadi buruk maka lama perawatan pasien akan
bertambah panjang, hal tersebut akan sangat merugikan pasien dan keluarga,
karena semakin lama pasien dirawat maka akan bertambah biaya rawat dan
keadaan pasien akan menjadi lebih buruk dan yang paling berbahaya dapat
1
2
kesehatan. Angka kejadian HAIs telah dijadikan tolak ukur mutu pelayanan
rumah sakit Indonesia. Menurut Komite Akreditasi Rumah Sakit (2012) Izin
rumah sakit dapat dicabut apabila angka kejadian infeksi tersebut tinggi.
(Kemenkes, 2017).
hygiene respirasi/etika batuk dan bersin, praktik menyuntik yang aman dan
Salah satu profesi dirumah sakit yang terkait langsung dengan angka
kejadian HAIs adalah perawat. Keperawatan adalah salah satu profesi yang
tangan dan dari petugas kesehatan maupun dari personil kesehatan lainnya,
melalui jarum injeksi, kateter intra vena, kateter urin, kasa pembalut atau
perban, dan cara yang keliru dalam menangani luka. Infeksi nosokomial ini
pun tidak hanya mengenai pasien saja, tetapi juga dapat mengenai seluruh
di rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta. Hasil Penelitian Agnes
Silvina (2015) bahwa hasil uji menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara sikap dengan pencegahan infeksi nosokomial di ruang ICU dan rawat
inap lantai 3 RSU Sari Mutiara. Hasil penelitan Andi Amran Amrullah (2016)
bahwa hasil uji menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tindakan
4
pasien yang sedang rawat inap mengalami HAIs. Data yang diperoleh World
yang diantaranya berasal dari Eropa, Asia Tenggara, Timur Tengah, dan
ditemukan di Asia Tenggara dan Mediterania Timur sekitar 11,8% dan 10%,
(Kurniawati dkk, 2015). Pada tahun 2014, didapatkan hasil survei angka
akut hingga mencapai 722.000 dan sekitar 75.000 pasien meninggal karena
15% kejadian HAIs terjadi pada pasien yang sedang rawat inap dan menjadi
Kesehatan RI, telah melakukan survey pada tahun 2013 terhadap 10 Rumah
infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas dan infeksi aliran darah (Depkes,
5
2013). Phlebitis adalah infeksi yang tertinggi di rumah sakit swasta atau
yang dilakukan Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr.
Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003 didapatkan angka infeksi nosokomial
untuk infeksi Luka Operasi (ILO) 18,9%, Infeksi saluran kemih (ISK) 15,1%,
Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) 26,4%, Pneumonia 24,5% dan infeksi
Sulawesi Tenggara bahwa terdapat kejadian HAIs yaitu Phlebitis pada tahun
2017 sebesar 3,68%, dan pada tahun 2018 terjadi peningkatan sebesar 6,38%,
dan pada bulan september tahun 2019 terjadi peningkatan lagi sebesar 8,91%
Tenggara, data angka kejadian infeksi rumah sakit untuk phlebitis yang
diperoleh dari laporan PPI pada tahun 2019 di bulan Januari sebesar 1,78%,
Februari sebesar 0,73%, dan Maret sebesar 0,84%. Dan pada tahun 2020
untuk bulan Januari sebesar 1,20%, Februari sebesar 3,64%, Juli sebesar
sebesar 31,05%, dan Desember sebesar 13,15%. Sedangkan pada tahun 2021
untuk bulan Januari sebesar 3,28% dan Maret sebesar 1,62%, dan pada bulan
Januari 2020 terlihat angka kejadian Infeksi daerah Operasi (IDO) di ruang
6
perawatan bedah sebesar 3,57%. Angka tersebut telah melebihi dari standar
ruang perawatan bedah dan interna RSUD Kota Baubau Tahun 2021.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
infeksi
3. ManfaatBagi Peneliti
ini maka juga akan menambah wawasan peneliti terkait peran perawat
4. ManfaatBagi Pembaca
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada
infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah
sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan
pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan
10
11
b. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam
3x24 jam sejak mulai perawatan. Secara umum, pasien yang masuk
pasien masuk rumah sakit (infeksi bukan berasal dari rumah sakit).
2. Rantai Infeksi
secara cermat rantai infeksi. Menurut Kagan, Ovadia, & Kaneti (2009),
pasien dan dapat menjadi media transmisi infeksi baik bagi perawat
agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur danparasit. Ada tiga
b. Reservoir
pada orang sehat, permukaan kulit, selaput lendir mulut, saluran napas
binatang pengerat).
saluran kemih dan kelamin atau melalui kulit yang tidak utuh.
4%.
infeksi : 5-15%.
3) Operasi terkontaminasi
terjadi 6-10 jam dengan atau tanpa benda asing, tidak ada tanda-
atau kemih dibuka. Contoh : operasi usus besar, operasi kulit (luka
25%.
4) Operasi kotor
terbuka yang telah terjadi lebih dari 10 jam, luka dengan tanda-
tanda klinis infeksi dan luka perforasi organ visera. Contoh : luka
infeksi : 40-70%.
15
dan jenis kontaminasi mikroba pada luka, keadaan luka pada akhir
kateter dalam jangka waktu lama, tetapi pasien tersebut juga akan
kandung kemih. Pada ISK bagian atas yaitu nyeri panggul, demam,
kemungkinan timbul. Tetapi pasien usia lanjut dan dan lemah, tanda-
menunjukkan kolonisasi.
dari phlebitis.
17
hari.
meliputi :
kesehatan
a Usia
HAIs lebih rentan terjadi pada neonatus dan orang yang telah lanjut
tubuh. Sama halnya dengan neonatus karena daya tahan tubuh pada
Penggunaan antibiotika yang tidak bijak atau tidak tepat sasaran akan
berdampak terhadap :
(HAIs)
a. Kewaspadaan Standar
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik yang telah
1) Kebersihan Tangan
yaitu darah, cairan tubuh sekresi, eksresi, kulit yang tidak utuh,
a) Sarung tangan
b) Masker
mukosa mulut dari cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien
airborne.
c) Gaun Pelindung
dekontaminasi CSSD.
e) Sepatu Pelindung
f) Topi Pelindung
(SPO).
4) Pengendalian Lingkungan
5) Pengelolaan Limbah
(TPA).
pembuangan/pojok limbah.
6) Penatalaksanaan Linen
penatalaksanaan linen
cairan tubuh
tersebut
kebocoran.
terpecik
dengan mulut
8) Penempatan Pasien
infeksius
penyakit pasien
beikut :
lengan atas
mencuci tangan
Pakai spuit dan jarum suntik steril sekali pakai untuk setiap
1) Melalui kontak
sarung tangan.
30
2) Melalui droplet
pembunuh kuman.
kewaspadaan transmisinya.
1. Pengetahuan (knowledge)
a. Tahu (know)
b. Memahami (comprehension)
tersebut.
32
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
diketahui.
e. Sintesa (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
2. Sikap
senang ataupun tidak senang, tidak setuju atau setuju, dan sebagainya.
33
a. Menerima (receiving)
b. Menanggapi (responding)
c. Menghargai (valving)
d. Bertanggung jawab
diyakininya.
34
a. Persepsi (Perception)
dengancontoh
c. Mekanisme (mecanism)
d. Adaptasi (adaption)
1. Definisi Peran
Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
2. Peran Perawat
dengan kompleks.
c. Peran educator
d. Peran coordinator
klien.
e. Peran kolaborator
timkesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-
D. Kerangka Teori
Pengetahuan
Dampak
Tahu
1. Pasien
Memahami 2. Pengunjung
3. Perawat
Aplikasi 4. Rumah Sakit
Analisis
Sintesa
Perilaku
Pencegahan Evaluasi
Praktik Universal
Healthcare Precautions :
Sikap
Associated 1. Mencuci tangan
Infection 2. Memakai APD
Menerima 3. Mengelola alat
(HAIs) kesehatan bekas
Menanggapi pakai
4. Mengelola benda
Menghargai tajam
Bertanggung Jawab
Tindakan / Praktik
Lingkungan
Cara penularan HAIs:
Persepsi 1. Penularan secara
kontak
ResponTerpimpin 2. Penularan melalui
common vehicle
Mekanisme 3. Penularan melalui
udara dan inhalasi
Adaptasi
4. Penularan denga
perantara vector
39
E. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Pencegahan Healthcare
Associated Infection (HAIs)
Sikap
Tindakan
Keterangan :
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
F. Hipotesis Penelitian
G. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Kriteria Objektif Skala
Operasional Ukur
1 Pencegahan Kegiatan yang Kuesioner a. Baik : apabila Ordinal
Healthcare dilakukan skor ≥ 60%
Associated sebelum b. Kurang : apabila
Infection seseorang skor ≤ 60%
(HAIs) terjangkit (Citra Yuliana,
(HAIs), seperti 2012)
mencuci tangan
sebelum dan
setelah kontak
dengan pasien,
penanganan
jarum suntik dan
benda tajam,
serta
penggunaan
APD.
2 Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner a. Baik : apabila Ordinal
yang diketahui skor ≥50%
oleh responden b. Kurang : apabila
seperti skor <50%
pengetian HAIs, (Zakiyah
penyebab HAIs, Ramdlani, 2017)
serta
pencegahan dan
pengendalian
HAIs.
3 Sikap Reaksi atau Kuesioner a. Baik : apabila Ordinal
tanggapan balik skor ≥60%
perawat b. Kurang : apabila
terhadap risiko skor <60%
infeksi atau (Hernawati
HAIs Simanjuntak,
2018)
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Ruang Perawatan Bedah dan Interna RSUD Kota Baubau tahun 2021.
1. Lokasi penelitian
2. Waktu penelitian
1. Populasi
berstatus PNS dan non PNS di ruang rawat inap interna dan flamboyan
2. Sampel
42
Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling, dimana
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria eksklusi
penelitian
D. Instrumen Penelitian
benar diberi nilai tidak pernah (1), hamper tidak pernah (2), kadang-
kadang (3), sering (4), dan selalu (5). Kuesioner diadopsi dari
2. Pengetahuan
Ramdlani, 2017).
3. Sikap
hampir tidak pernah (2), kadang-kadang (3), sering (4), dan selalu (5).
4. Tindakan / Praktik
hampir tidak pernah (2), kadang-kadang (3), sering (4), dan selalu (5).
1. Data primer
45
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari dokumen tertulis tim
2. Coding ialah proses dalam pemberian kode berupa angka (numerik) atau
data tersebut.
windows, dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi serta dilengkapi dengan
penjelasan.
1. Analisis univariat
2. Analisis bivariat
Interpretasi :
apabila ada nilai harapan dengan < 5 maka digunakan uji fisher
exact test.
H. Etika Penelitian
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
I. Alur Penelitian
Studi pustaka
Populasi
Permohonan
Perawat yang berstatus PNS dan non PNS di ruang
izin penelitian
rawat inap interna dan bedah RSUD Kota Baubau
Sampel
37 perawat di ruang interna dan flamboyan
Informend Consent
Pengisian Kuosioner
Pengolahan Data
49
Analisis Data
2
Uji Chi-Square (X ) dengan Koreksi yates (Yates Correction)
Penyajian Data
J. Jadwal Penelitian
berikut:
BAB IV
A. Hasil
a. Profil
b. Letak Geografis
mendatang.
c. Lingkungan Fisik
prasarana rumah sakit yang ada dinilai sudah tidak layak lagi, maka
1) Poliklinik
penunjang medis, dan pelayanan non medis. Dari segi jumlah, secara
2. Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Ruang
Perawatan Bedah dan Interna RSUD Kota Baubau
Tahun 2021
Umur Frekuensi Persentase (%)
28-33 22 59,5
34-39 12 32,4
>40 3 8,1
Total 37 100,0
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 37 responden
responden (59,5%), dan sebagian kecil memiliki umur >40 tahun yaitu 3
responden (8,1%).
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis KelaminDi
Ruang Perawatan Bedah dan Interna
RSUD Kota Baubau
Tahun 2021
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-Laki 3 8,1
Perempuan 34 91,9
Total 37 100,0
Sumber : Data Primer, 2021
54
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan PendidikanDi Ruang
Perawatan Bedah dan Interna RSUD Kota Baubau
Tahun 2021
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
D3 30 81,1
Ners 7 18,9
Total 37 100,0
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 37 responden
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama KerjaDi Ruang
Perawatan Bedah dan Interna RSUD Kota Baubau
Tahun 2021
Lama Kerja Frekuensi Persentase (%)
3-8 19 51,4
9-14 13 35,1
15-20 4 10,8
>20 1 2,7
Total 37 100,0
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 37 responden
(51,4%) dan sebagian kecil mmiliki lama kerja >20 tahun yaitu 1
responden (2,7%).
55
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status PegawaiDi
Ruang Perawatan Bedah dan Interna RSUD Kota Baubau
Tahun 2021
Status Pegawai Frekuensi Persentase (%)
PNS 12 32,4
Non PNS 25 67,6
Total 37 100,0
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa dari 37 responden
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelatihan HAIsDi
Ruang Perawatan Bedah dan Interna RSUD Kota Baubau
Tahun 2021
Pelatihan HAIs Frekuensi Persentase (%)
Pernah 5 13,5
Tdk Pernah 32 86,5
Total 37 100,0
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa dari 37 responden
3. Analisis Univariat
a. Pengetahuan
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di
Ruang Perawatan Bedah dan Interna RSUD Kota Baubau
Tahun 2021
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 24 64,9
Kurang 13 35,1
Total 37 100,0
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa dari 37 responden
b. Sikap
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Di Ruang
Perawatan Bedah dan Interna RSUD Kota Baubau
Tahun 2021
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Baik 32 86,5
Kurang 5 13,5
Total 37 100,0
Sumber : Data Primer, 2021
57
sebagian besar sikap baik yaitu 32 responden (86,5%) dan sebagian kecil
c. Tindakan
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Di Ruang
Perawatan Bedah dan Interna RSUD Kota Baubau
Tahun 2021
Tindakan Frekuensi Persentase (%)
Baik 26 70,3
Kurang 11 29,7
Total 37 100,0
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa dari 37 responden
d. Pencegahan HAIs
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pencegahan HAIs Di
Ruang Perawatan Bedah dan Interna RSUD Kota Baubau
Tahun 2021
Pencegahan HAIs Frekuensi Persentase (%)
Baik 30 81,1
Kurang 7 18,9
Total 37 100,0
Sumber : Data Primer, 2021
58
4. Analisis Bivariat
Tabel 4.11
Hubungan Pengetahuan Dengan Pencegahan HAIs Di Ruang
Perawatan Bedah dan Interna RSUD Kota Baubau
Tahun 2021
Pencegahan HAIs
Pengetahua Total Nilai
Baik Kurang
n
n % n % n %
Baik 23 95,8 1 4,2 24 100
Kurang 7 53,8 6 46,2 13 100 0.04
Total 30 81,1 7 18,9 37 100
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.11 di atas menunjukan bahwa dari 24
(46,2%).
59
chi-square dengan SPSS versi 22 dengan signifikasi ρ = 0,04 < 0,05 maka
Tabel 4.12
Hubungan Sikap Dengan Pencegahan HAIs Di Ruang Perawatan
Bedah dan Interna RSUD Kota Baubau
Tahun 2021
Pencegahan HAIs
Total Nilai
Sikap Baik Kurang
n % n % n %
Baik 28 87,5 4 12,5 32 100
Kurang 2 40,0 3 60,0 5 100 0.037
Total 30 81,1 7 18,9 37 100
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.12 di atas menunjukan bahwa dari 32
HAIs baik yaitu 28 responden (87,5), dan pencegahan HAIs kurang yaitu 4
Tabel 4.13
Hubungan Tindakan Dengan Pencegahan HAIs Di Ruang
Perawatan Bedah dan Interna RSUD Kota Baubau
Tahun 2021
Pencegahan HAIs
Total Nilai
Tindakan Baik Kurang
n % n % n %
Baik 26 100 0 0,0 26 100
Kurang 4 36,4 7 63,6 11 100 0.00
Total 30 81,1 7 18,9 37 100
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.13 di atas menunjukan bahwa dari 26
memiliki tindakan kurang serta memiliki pecegahan HAIs yang baik yaitu
(63,6%).
61
chi-square dengan SPSS versi 22 dengan signifikasi ρ = 0,00 < 0,05 maka
B. Pembahasan
(Notoatmodjo, 2010).
(2016)di Ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang, bahwa hasil uji
Rumah Sakit Islam Kendal dengan nilai p value 0,002 dan 0,017.
terjadinya infeksi nosokomial pada pasien, perawat, tenaga medis lain atau
tindakan. Dan untuk sikap yang kurang hal ini di sebabkan rendahnya
65
di rumah sakit.
oleh karena nilai p value (0,017 < 0,05), sehingga adahubungan antara
2018.
Surakarta.
chi-square dengan SPSS versi 22 dengan signifikasi ρ = 0,00 < 0,05 maka
perawatan bedah dan tidak ada alat pengering tangan. Perilaku kurang
baik yang dilihat saat observasi dan pernyataan responden saat mengisi
ruang perawatan interna RSUD Bima tahun 2018 dengan nilai p = 0,023,
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
dan bulletin.
pelayanan keperawatan