I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara berkembang dan ikut berperan
dalam era globalisasi dimana kemajuan teknologi mengalami
perkembangan secara pesat. Salah satu teknologi yang ikut
mengalami perkembangan yaitu di bidang pembangunan kesehatan.
Masuknya ilmu dan teknologi luar tentu saja mempengaruhi kualitas
atau mutu pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan pada
hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan
kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya
program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang
telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya. Pembangunan
kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat
dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemeratan pelayanan kesehatan. Program Indonesia Sehat
dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat,
penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1)
pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi kesehatan dalam
pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan
masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan
strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem
1
rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan
pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko.
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi
tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Kemenkes 1204,
2004). Untuk menjalankan fungsinya rumah sakit sebagai pemberi
layanan kesehatan menetapkan standar pelayanan rumah sakit yang
sesuai dengan undang-undang. Hal ini dilakukan dalam upaya
meningkatkan dan menjamin mutu pelayanan. Salah satu upaya
yang dilakukan yaitu Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Rumah Sakit (PPHAIS), dimana kegiatan yang dilakukan untuk
meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi pada pasien,
petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit. Program
ini harus dilakukan secara terencana dan berkesinambungan sebagai
pedoman atau tolak ukur bagi pelayanan kesehatan dalam
mengevaluasi dan membuat rencana tindak lanjut sehingga
peningkatan mutu pelayanan yang diharapkan dapat tercapai.
2
kesehatan yang mana infeksi tersebut bukan dibawa dari luar
fasilitas, hal ini juga mencakup infeksi yang terjadi setelah keluar
rumah sakit dan juga infeksi yang didapatkan oleh tenaga kesehatan
saat bekerja di fasilitas kesehatan (WHO, 2011). Didapatkan data dari
WHO dan European Centers for Disease Control and Prevention
(European CDC), menunjukkan bahwa World Health Organization
sendiri membedakan prevalensi HAIs atas negara dengan pendapatan
perkapita tinggi juga negara dengan pendapatan perkapita yang
rendah hingga menengah. Prevalensi HAIs di negara dengan
pendapatan perkapita yang tinggi atau biasa disebut negara maju
bervariasi dari 3,5% sampai 12%. Sedangkan menurut European CDC
melaporkan bahwa rata – rata prevalensi HAIs di benua Eropa adalah
7,1%. Mereka menyebutkan bahwa estimasi ada 4.131.000 pasien
yang terpapar, dan ada 4.544.100 episode HAIs tiap tahunnya di
Eropa (WHO, 2011). Di benua Amerika pada survei yang dilakukan di
183 rumah sakit yang ada di Amerika Serikat didapatkan 504 kasus
Healthcare-associated infections. Dari 504 infeksi tersebut, terdeteksi
452 dari 11.282 pasien, oleh karena itu 4,0 % dari total pasien
mengalami 1 atau lebih infeksi terkait dengan perawatan kesehatan
(CDC, 2014). Sedangkan prevalensi HAIs berada di rentang 5,7% dan
19,1% di negara dengan pendapatan perkapita rendah dan sedang. Di
negara berkembang, resiko infeksi adalah 2-20 kali lebih tinggi
daripada di negara maju, dan porsi pasien yang terkena bertambah
sekitar 25%. Catheter Associated Urinary Tract Infections (CAUTI)
adalah jenis HAIs yg paling sering terjadi di negara dengan
pendapatan tinggi, sebaliknya Infeksi Daerah Operasi (IDO/SSI) di
negara dengan sumber daya yangg terbatas (SSI terjadi pada 1/3 dari
pasien yg di operasi, sembilan kali lebih tinggi dibandingkan negara
negara maju). Berikut juga dilaporkan beberapa data penyakit yang
biasa terkait dengan HAIs. Transfusi darah yang tidak aman
menyebabkan 16 juta infeksi Hepatitis B, 5 juta infeksi hepatitis C,
160000 kasus HIV pertahun. Penggunaan kembali alat yang sudah
terkontaminasi menyebabkan 21 juta infeksi hepatitis B (33% infeksi
3
baru), 2 juta infeksi hepatitis C (40% infeksi baru), 26000 infeksi HIV
(5% infeksi baru) pada tahun 2000. Pembuangan barang sekali pakai
yang tidak aman di 22 negara, proporsi fasilitas kesehatan yang
melakukan pembuangan barang sekali pakai ada dalam rentang 18%
hingga 64% (Allegranzi B &Pittet D, ICHE 2007). Health care-
associated infections tentunya menimbulkan infeksi yang bervariasi,
begitu juga prevalensinya di tiap negara. Menurut survey di Inggris,
prevalensi keseluruhan HAIs di Inggris sekitar 6,4%. 22,8%
diantaranya infeksi saluran pernapasan (pneumonia dan infeksi
pernapasan lainnya), Urinary Tract Infections (UTI) atau di Indonesia
lebih dikenal sebagai infeksi saluran kemih (ISK) sebesar 17.2%,
Surgical Site Infections (SSI) atau infeksi luka oprasi (IDO) berkisar
15.7%, clinical sepsis sebesar 10.5%, infeksi saluran pencernaan
sebesar 8.8% dan Bloodstream Infections (BSI) atau infeksi aliran
darah primer (IADP) sebesar 7.3%. sedangkan survey yang dilakukan
pada populasi anak-anak didapatkan, clinical sepsis sebesar 40,2%,
infeksi saluran pernafasan sebesar 15.9% dan IADP sebesar 15.1%
(Health Protection Agency, 2012). Sedangkan di Amerika, surrvei yang
dilakukan di 183 rumah sakit dari 11.282 pasien, 452 mendapatkan
1 atau lebih infeksi di rumah sakit atau sekitar 4.0%. Pasien dengan
pneumonia sebesar 21,8%, IDO sebesar 21,8%, infeksi saluran
pencernaan sebesar 17,1%, infeksi saluran kemih 12,9% dan IADP
sebesar 9,9%. Sebanyak 43 pasien pneumonia atau sekitar 39,1%
disebabkan oleh pemasangan ventilator, sebanyak 44 kasus infeksi
saluran kemih atau sekitar 67,7% dikaitkan dengan pemasangan
kateter dan sebanyak 42 kasus infeksi aliran darah primer atau
sekitar 84% dikaitkan kateter sentral (Shelley, dkk., 2014). Penelitian
di Amerika, menghasilkan bahwa di laporkan 344 dari 386 investigasi
wabah HAIs mengindikasikan bahwa penyebab wabah tersebut 4
adalah organisme (38,1%), organisme yang paling sering
menyebabkan wabah HAIs adalah norovirus (53 atau 18,2% dari
seluruh presentase wabah), Staphylococcus aureus (51 atau 17,5%
dari seluruh presentase wabah) dan yang ketiga ialah Acinetobacter
4
spp (40 atau 13,7% dari seluruh presentase wabah), dll. Hampir dari
seluruh rumah sakit yang merespon penelitian tersebut mempunyai
program pengawasan (99,4%) termasuk pengawasan infeksi yang
diakibatkan karena darah (88,6%), pneumonia yang berkaitan dengan
pemasangan ventilator 79,7%, organisme yang resisten obat – obatan
(87,7%) dan ISK akibat kateterisasi (80,4%). Hampir setengah (49,8%)
mempertunjukkan sudah adanya pengawasan pada semua pasien
operasi, dengan 61,4% mereka merespon melakukan pengawasan
pada infeksi akibat operasi pada prosedur operasi tertentu. Pada
rumah sakit dengan Neonatal Intensive Care Units, 15% melakukan
pengawasan ketat pada semua aspek, dan 20,8% melakukan
pengawasan yang tertarget dengan baik (Emily, dkk. 2012).
Sedangkan di Indonesia, prevalensi HAIs memiliki angka yang
bervariasi. Prevalensi HAIs di Indonesia yang merupakan bagian dari
negara negara berpendapatan menengah mencapai 7,1%. Negara
berpendapatan rendah dan menengah tidak memiliki sistem
surveilans infeksi nosokomial yang baik dan belum melaporkan data
atau tidak memiliki data yang representatif, oleh karena itu prevalensi
HAIs di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah
kemungkinan besar tidak mencerminkan data yang sebenarnya
(WHO, 2010).
5
pneumonia akibat tirah baring (HAP) 9,1 per 1000 hari tirah baring
total, phlebitis 12,1 per 1000 hari pemakaian infus perifer dan
decubitus grade II 3,8 per 1000 hari tirah baring. Sedangkan untuk
IDO jenis operasi bersih dan bersih tercemar Sectio caesar 3,4 %. Bila
dibandingkan dengan acuan nasional maka hasil tersebut masih
tidak sesuai dengan standar indikator dan perlu ditindak lanjuti
upaya-upaya untuk menurunkan Incident Rate HAIs di RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
Komite PPI juga telah melaksanakan program untuk
mengidentifikasi jenis mikroba dan sensitifitas antimikroba pada
pasien–pasien yang dicurigai HAIs dengan pemeriksaan kultur di
Laboratorium Prodia. Beberapa mikroba yang ditemukan seperti
Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, Burkholderia
cepacia, Staphylococcus aureus, Acinetobacter baumanii,
Enterococcus dan MRSA serta ditemukan adanya pertumbuhan
koloni jamur pada beberapa spesimen. Bila ditinjau dari habitatnya
mikroba tersebut hidup di lingkungan seperti air, udara, tanah
namun begitu dia berada dalam tubuh pasien yang mengalami
immunocompromissed maka mikroba tersebut menjadi patogen.
Penggunaan antimikroba yang tidak rasional memicu terjadinya risiko
resistensi dari mikroba terhadap antibiotik sehingga memungkinkan
tumbuhnya jamur dan dapat menyebabkan terjadinya sepsis bahkan
kematian (CDC, 2017).
1. Infeksi terkait layanan kesehatan dapat dicegah dengan
melakukan pemantauan secara teratur untuk mengenali
kasus infeksi sehingga sistem pencegahan dan pengendalian
infeksi dapat dilaksanakan dengan mudah, tepat dan cost
effective serta memudahkan dalam mengidentifikasi
terjadinya Kejadian Luar Biasa. Komite PPI juga telah
mengidentifikasi kajian risiko terkait area pelayanan (ICRA)
di RSUD dr. Doris Sylvanus pada tahun 2018 dan hasilnya
menjadi acuan bagi Tim PPI menyusun Program tahun 2019.
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ini harus
6
dilakukan secara terencana dan berkesinambungan sebagai
pedoman atau tolak ukur bagi pelayanan kesehatan dalam
mengevaluasi dan membuat rencana tindak lanjut sehingga
peningkatan mutu pelayanan yang diharapkan dapat
tercapai. Dukungan dan komitmen dari berbagai pihak
khususnya pimpinan rumah sakit dan manajemen serta
tenaga medik dan non medik secara terus menerus
mendukung keberhasilan program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit RSUD Muara Teweh.
TUJUAN
a. Tujuan Umum
Melindungi pasien, keluarga/pengunjung dan petugas dari
infeksi terkait layanan kesehatan (HAIs) dalam upaya
meningkatkan keselamatan pasien (patient safety) dan
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
b. Tujuan Khusus
2. Mencegah dan mengendalikan Kejadian Infeksi Rumah Sakit
(Incident Rate HAIs) melalui Surveilans, investigasi KLB,
audit tentang kepatuhan PPI
3. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman, panduan
dan SPO terkait PPI
4. Mengembangkan fasilitas/sarana pendukung pelaksanaan
atau penerapan PPI
5. Meningkatkan kualitas dan kompetensi Komite PPI RSUD
Muara Teweh
6. Meningkatkan penggunaan antimikroba yang rasional
7. Meningkatkan pengetahuan petugas, pasien, pengunjung
dan lingkungan tentang PPI melalui edukasi PPI
8. Meningkatkan Kesehatan dan keselamatan kerja petugas
7
III. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Adapun kegiatan pokok dan rincian kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
A. Mencegah dan mengendalikan Incident Rate HAIs yang
berkaitan dengan pemasangan ventilator (VAP), infeksi daerah
operasi (IDO), infeksi pneumonia akibat tirah baring (HAP),
infeksi akibat pemakaian kateter sentral (IADP), infeksi saluran
kemih berkaitan dengan pemasangan kateter menetap (ISK),
decubitus dan phlebitis.
Kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
1. Surveilance HAIs
2. Investigasi Outbreak/Wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB)
HAIs
3. Membuat Pengkajian Resiko Infeksi Rumah Sakit (ICRA
HAIs)
4. Menerapkan Bundles Pencegahan HAIs
5. Monitoring pelaksanaan Hand hygiene pada petugas,
pengunjung dan pasien beserta fasilitasnya
6. Monitoring Pelaksanaan Sterilisasi di Rumah Sakit
7. Monitoring pelaksanaan Manajemen Laundry dan Linen
Rumah Sakit
8. Monitoring pembuangan sampah infeksius dan non
infeksius, cairan tubuh dan darah
9. Monitoring pembuangan jarum dan benda tajam
10. Monitoring pelaksanaan manajemen peralatan single-use
yang menjadi re-use
11. Monitoring pelayanan makanan
12. Monitoring pembongkaran, pembangunan dan renovasi
13. Monitoring pelaksanaan Isolasi Pasien
8
14. Monitoring penggunaan Alat Pelindung Diri
15. Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
9
1. Mengajukan usulan pengadaan sarana pendukung
penerapan PPI seperti pengadaan sarana kebersihan tangan
(wastafel, cairan antiseptik, tisu, handrub), Alat Pelindung
Diri, tempat sampah yang sesuai fungsi (beserta plastik dan
label), termometer pengukur suhu dan kelembaban, exhaust
fan di ruang tertentu, penyediaan alat – alat kebersihan yang
sesuai standar, dll.
2. Mengusulkan pengadaan peralatan terkait Pencegahan HAIs
VAP/HAP seperti connector pasien single use untuk ruangan
perawatan ICU dan transparan dressing untuk pencegahan
phlebitis, gantungan urine di bed serta gelas ukur urine per
pasien untuk pencegahan ISK.
3. Berkoordinasi dengan pihak terkait seperti bagian
Perencanaan dan Evaluasi RS terkait pengadaan sarana
pendukung penerapan PPI.
10
F. Meningkatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Petugas
dengan berkoordinasi dengan Tim K3RS untuk kegiatan :
1. Turut serta dalam penyusunan Kebijakan dan
Pedoman/Panduan serta SPO Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Petugas
2. Pemeriksaan berkala bagi petugas kesehatan sesuai Risiko
area kerja
3. Imunisasi Hepatitis B pada petugas yang telah teridentifikasi
tidak memiliki kekebalan antibodi terhadap Virus Hepatitis
B
4. Laporan Pajanan dan tertusuk jarum bekas pasien
5. Pengobatan dan konseling pada petugas yang teridentifikasi
infeksi akibat pekerjaan.
11
a. Surveilans ISK di ruang perawatan
Yang diobservasi adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang
terjadi setelah pemasangan kateter urine menetap ≥ 2x24 jam
(48 jam) dan kateter tersebut di pasang di RSUD RSUD Muara
Teweh
12
terjadi pada pasien setelah dirawat lebih dari 48 jam akibat
tirah baring tanpa dilakukan intubasi, dan sebelumnya tidak
menderita infeksi saluran napas.
e. Surveilans IDO
Untuk pelaksanaan Surveilans IDO, Tim PPI mengobservasi
pasien pasca Sectio Caesar di ruang perawatan maternity
(Asoka) dan pasien pasca rawat di Klinik Kandungan, operasi
yang jenis luka operasi jenis bersih dan bersih tercemar di
ruang rawat Dahlia dan pasien pasca rawat di Klinik Bedah.
13
Jumlah Kasus Phlebitis
14
3. Mengoptimalkan Penggunaan Antibiotik yang Rasional terkait
pencegahan Resistensi Antibiotik yang menjadi polemik saat ini
15
Pencegahan HAIs dengan sosialisasi kembali bundles ISK,
VAP/HAP, IADP, IDO ke seluruh unit terkait dan monitoring
penerapannya oleh petugas.
8. Monitoring Farmasi
16
Tim PPI berkoordinasi dengan Farmasi terkait dispensing obat,
kebersihan peralatan yang digunakan, kebersihan lingkungan
sekitar, penataan obat-obatan, penatalaksanaan obat dan bahan
habis pakai kadaluarsa, pencatatan suhu ruangan dan kulkas
serta kelembaban ruangan, monitoring Pelayanan Kemoterapi.
Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil
dilaporkan tiap bulan.
17
12. Pengendalian Lingkungan
Komite PPI berkoordinasi dengan Bagian Instalasi Sanitasi dan
Pertamanan meliputi kegiatan berikut :
a. Monitoring pembuangan sampah infeksius dan non infeksius,
cairan tubuh dan darah
Monitoring dilakukan terhadap penanganan sampah infeksius
dan non infeksius, cairan tubuh dan darah mulai dari
sumbernya termasuk kantong dan tempat sampah yang
digunakan, sampai dikumpulkan di TPS dan diangkut oleh
pihak ke3. SPO yang tersedia juga akan direview dan berkaitan
dengan ini Tim PPI akan berkoordinasi dengan Tim Sanitasi
RSUD RSUD Muara Teweh. Kepatuhan petugas menerapkan
SPO juga akan diaudit. Kegiatan monitoring dilakukan minimal
1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
b. Monitoring pembuangan jarum dan benda tajam
Sosialisasi SPO terkait penanganan limbah benda tajam
kepada seluruh petugas dan monitoring kepatuhan petugas
dalam penanganan benda tajam dilakukan bersamaan
kunjungan ke ruangan tiap hari. Monitoring dilakukan
minimal 1 kali tiap bulan dan hasil dilaporkan tiap bulan.
c. Uji kualitas udara pada area perawatan dua kali setahun dan
hasilnya dievaluasi untuk dibuat rencana perbaikan
d. Usap lantai dan permukaan area perawatan dua kali setahun
dan hasilnya dievaluasi untuk dibuat rencana perbaikan
e. Usap alat dua kali setahun dan hasilnya dievaluasi untuk
dibuat rencana perbaikan
f. Uji kualitas air bersih dua kali setahun dan hasilnya dievaluasi
untuk dibuat rencana perbaikan
g. Uji air limbah tiap bulan
h. Monitoring pembersihan lingkungan baik permukaan dan
peralatan yang berada diarea perawatan
i. Pengadaan Pest control oleh pihak ketiga
18
j. Monitoring kebersihan lingkungan rumah sakit, masing-
masing unit pelayanan termasuk prosedur seperti mengepel
lantai, membersihkan dinding dan dekontaminasi permukaan
termasuk prosedur pencampuran larutan desinfektan.
Kegiatan monitoring dilakukan tiap bulan dan hasil monitoring
dilaporkan.
19
dengan K3, Sanitasi dan Pelaksana melakukan monitoring
pelaksanaan sebelum, selama dan setelah renovasi. Hasil
kegiatan ini disusun dalam laporan ICRA
Renovasi/rekonstruksi (Infections Control Risk Assesment) yang
akan dilaporkan ke Direktur RSUD RSUD Muara Teweh.
20
prasarana, kepatuhan kebersihan tangan, penggunaan APD,
penempatan pasien, pencatatan suhu, tekanan dan
kelembaban udara. Hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
21
APD, kebersihan lingkungan, ketersediaan sarana/prasarana
kebersihan tangan.
22
sarana dan prasarana, kepatuhan kebersihan tangan,
penggunaan APD, pencatatan suhu, tekanan dan kelembaban
udara, penanganan limbah, dekontaminasi lingkungan. Hasil
monitoring dilaporkan tiap bulan.
23
Penambahan kapasitas tempat tidur menjadi 357 tempat tidur,
sehingga mengusulkan penambahan 1 orang IPCN purna waktu
yang sudah mendapatkan Pelatihan IPCN.
V. SASARAN
24
Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun
2018 adalah :
a. Mengidentifikasi dan mengendalikan angka insiden infeksi
rumah sakit (HAIS/Incident Rate HAIs) :
1) Insiden Rate ISK kurang dari 5 ‰
2) Insiden Rate VAP kurang dari 10 ‰
3) Insiden Rate HAP kurang dari 10 ‰
4) Insiden Rate IADP kurang dari 8 ‰
5) Insiden Rate IDO 2 %
6) Insiden Rate Phlebitis kurang dari 10 ‰
7) Insiden Rate Dekubitus kurang dari 6 ‰
b. Mengoptimalkan Penggunaan Antibiotik yang rasional :
1) Tersedianya Kebijakan, Pedoman, Panduan dan SPO PPRA
100%
2) Tersedianya Laporan Pemetaan Kuman dan antibiotik 100 %
setiap 6 bulan
3) Teridentifikasinya jenis kuman HAIs yang ada di pasien 80%
25
5) Audit kepatuhan petugas membuang sampah sesuai jenisnya
(infeksius/non infeksius/limbah tajam) 90% di ruang
perawatan
6) Monitoring pelaksanaan PPI di semua unit pelayanan 80%
terlaksana
d. Mengoptimalkan fasilitas pendukung pelaksanaan PPI di unit
pelayanan :
1) Tersedianya fasilitas kebersihan tangan 70% di semua unit
pelayanan dalam waktu 6 bulan
2) Tersedianya tempat sampah beserta etiket yang sesuai 90%
di semua unit pelayanan
3) Tersedianya media informasi (poster, banner, leaflet) di
tempat umum tentang Kebersihan tangan dan etika batuk
100%
e. Meningkatkan kualitas dan kompetensi petugas Tim PPI :
1) IPCN purna waktu 100%
2) IPCN dapat mengikuti pelatihan lanjutan dalam 1 tahun
3) Lebih dari 80% Petugas rumah sakit (medik dan non medik)
dapat mengikuti in house training PPI dasar dan
mendapatkan sertifikat, kegiatan terlaksana minimal 1 kali
setahun
4) Sosialisasi PPI dasar diikuti seluruh mahasiswa praktek dan
petugas kebersihan serta pegawai baru > 90%
5) Lebih dari 70% dari Tim PPI dapat mengikuti
seminar/simposium/workshop terkait PPI dalam 1 tahun.
6)
26
VI. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
27
No Kegiatan Bulan Ket
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
4 ICRA
1. HAIs V
2. Pemberian Obat Intra V
Vena tidak adekuat
3. Sterilisasi V
4. Linen dan Laundry V
5. Pelayanan makanan V
6. Pengelolaan Sampah V
7. Kamar Jenazah V
8. Renovasi/demolisi V V V V V V V V V tiap ada
bangunan (sebelum, Renovasi
selama dan setelah)
5 Bundles HAIs
1. Sosialisasi Bundles HAIs V V V V V V V V V V V
2. Edukasi/sosialisasi HH V V V V V V V V V V V V
3. Audit HH pada Petugas :
28
risiko pajanan
3. Audit APD pada petugas V V V V V V V V V V V V
a. Dispensing Obat di V V V V V V V V V V V V
rawat jalan dan rawat inap
b. Kebersihan Peralatan V V V V V V V V V V V V
c. Kebersihan Lingkungan V V V V V V V V V V V V
d. Penataan Obat-obatan V V V V V V V V V V V V
e. Penatalaksanaan Alat V Pihak
dan Obat Kadaluarsa ke 3
f. Pencatatan Suhu V V V V V V V V V V V V
Ruangan dan Kulkas
g. Pencatatan Kelembaban V V V V V V V V V V V V
Ruangan
9 Monitoring Sterilisasi /
Dekontaminasi:
a. Single Use menjadi Re- V V V V V V V V V V V V
use
b. Prosedur Penerimaan V V V V V V V V V V V V
Alat-alat Kotor
c. Pembersihan Alat V V V V V V V V V V V V
d. Pengeringan V V V V V V V V V V V V
e. Pengemasan V V V V V V V V V V V V
f. V V V V V V V V V V V V
Sterilisasi/Dekontaminasi
29
g. Pelabelan (Kadaluarsa, V V V V V V V V V V V V
steril, alat)
h. Penyimpanan V V V V V V V V V V V V
i. Pendistribusian V V V V V V V V V V V V
j. Kepatuhan Petugas V V V V V V V V V V V V
dalam HH dan APD
k. Pencatatan Suhu dan V V V V V V V V V V V V
kelembaban ruangan
l. Monitoring Kadaluarsa V V V V V V V V V V V V
alat-alat/instrumen di
ruang perawatan dan rawat
jalan
m. Uji biologi alat steril V V
c. Pencucian V V V V V V V V V V V V
d. Pengeringan V V V V V V V V V V V V
penyimpanan
e. Pendistribusian V V V V V V V V V V V V
f. Alur linen kotor dan V V V V V V V V V V V V
bersih
30
11 Monitoring Pengendalian
Lingkungan Koordinasi
dengan Sanitasi :
1. Monitoring pembuangan V V V V V V V V V V V V
sampah infeksius, cairan
tubuh dan darah
2. Monitoring pembuangan V V V V V V V V V V V V
jarum dan benda tajam
3. Uji kualitas udara V V 2 kali
setahun
4. Usap lantai dan V V 2 kali
permukaan lingkungan setahun
5. Usap alat V V 2 kali
setahun
6. Uji kualitas air V V 2 kali
setahun
7. Uji air limbah V V V V V V V V V V V V
8. Monitoring Pembersihan V V V V V V V V V V V V
lingkungan
9. Pest control V
10. Tempat Penampungan V
Sampah Sementara
dipindahkan ke area IPAL
31
12 Monitoring Pelayanan
Makanan Koordinasi
dengan Instalasi Gizi :
1. Penyediaan bahan V V V V V V V V V V V V
makanan mentah
2. Penataan V V V V V V V V V V V V
3. pengolahan makanan V V V V V V V V V V V V
4. Penyajian dan V V V V V V V V V V V V
pendistribusian makanan
ke ruang perawatan
5. Pencucian dan V V V V V V V V V V V V
penyimpanan bahan
makanan dan alat-alat
makan
6. Pencatatan suhu dan V V V V V V V V V V V V
kelembaban ruangan
7. Kepatuhan petugas V V V V V V V V V V V V
dalam HH dan APD
1. Penggunaan Kamar V V V V V V V V V V V V
Isolasi
32
3. Kepatuhan HH V V V V V V V V V V V V
4. Kepatuhan APD V V V V V V V V V V V V
5. Penempatan Pasien V V V V V V V V V V V V
4. Pemeliharaan 1 tahun
Permesinan di seluruh area sekali
perawatan dan
setiap
ada
laporan
33
5. Kalibrasi alat-alat V 1 kali
kedokteran setahun
15 Monitoring Kamar
Jenazah:
1. Penatalaksanaan V V V V V V V V V V V V
jenazah Kasus Infeksi dan
kasus autopsi
2. penggunaan APD V V V V V V V V V V V V
3. kebersihan Lingkungan V V V V V V V V V V V V
4. ketersediaan V V V V V V V V V V V V
Sarana/prasarana PPI
16 Monitoring Ambulans :
1. Sarana/prasarana V V V V V V V V V V V V
2. Prosedur Dekontaminasi V V V V V V V V V V V V
3. Penanganan Limbah V V V V V V V V V V V V
4. Penempatan Pasien V V V V V V V V V V V V
5. Dekontaminasi V V V V V V V V V V V V
Permukaan dan peralatan
18 Monitoring Ruang
Intensif :
34
1. Fasilitas HH dan APD V V V V V V V V V V V V
3. Penempatan Pasien V V V V V V V V V V V V
3. Penempatan Pasien V V V V V V V V V V V V
3. Penempatan Pasien V V V V V V V V V V V V
2. Kebersihan Lingkungan V V V V V V V V V V V V
3. Tempat sampah V V V V V V V V V V V V
35
No Kegiatan Bulan Ket
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
22 Monitoring Ruang
Perawatan :
3. Penempatan Pasien V V V V V V V V V V V V
23 Monitoring IGD
3. Penempatan Pasien V V V V V V V V V V V V
36
24 Monitoring Laboratorium
dan Bank Darah :
3. Manajemen Limbah V V V V V V V V V V V V
37
2. Kepatuhan HH dan APD V V V V V V V V V V V V
3. Manajemen Limbah V V V V V V V V V V V V
26 Keselamatan dan
Kesehatan Petugas,
koordinasi dengan K3RS :
1. Pemeriksaan kesehatan V V V V V V V V V V V V
secara berkala pada
petugas yang berisiko
tinggi
2.Melaksanakan Vaksinasi V V V V V V V V V V V V
Hep B pada petugas yang
berisiko tinggi
4. Penanganan Pegawai V V V V V V V V V V V V
Infeksi akibat pekerjaan
5. Pengobatan dan V V V V V V V V V V V V
Konseling
38
No Kegiatan Bulan Ket
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
27 Pendidikan dan Pelatihan
1. Pelatihan IPCD V
3. Pelatihan Surveilans V
(internal dan eksternal)
8. Simposium/workshop V
PPI (eksternal)
39
3. Rapat dengan Komite V V V
Medik dan Keperawatan
4. Rapat IPCN/IPCLN V V V V V V V V V V V V
29 Evaluasi Kebijakan, V V V V V V V V V V V V
Pedoman, Panduan dan
SPO PPI
30 V
Kaji banding ke RS untuk
benchmark
40
VII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap enam bulan
sekali atau dua kali setahun yang dilakukan oleh IPCN dan
berkoordinasi dengan Tim PPI dan Komite PPI. Laporan hasil evaluasi
pelaksanaan kegiatan dibuat sesuai pelaksanaan kegiatan yang
sudah atau belum atau bahkan tidak dapat dilakukan sesuai jadwal
serta kendala yang dihadapi maupun perbaikan yang perlu,
didokumentasikan secara tertulis dan ditujukan kepada Komite PPI
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
b. Pelaporan
Hasil surveilans HAIs tiap bulan dikumpulkan dan dibuatkan
laporan oleh Tim PPI dan didiskusikan dengan Komite PPI dan
hasilnya dilaporkan kepada Direktur RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya. Hasil audit kepatuhan kebersihan tangan dan
monitoring kepatuhan penerapan PPI dikumpulkan selama
periode tiga bulan, dianalisa dan didiskusikan oleh Tim PPI
dengan Komite PPI dan hasilnya dibuatkan laporan yang dikirim
kepada Direktur RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
ditembuskan kesemua Direksi, bidang Keperawatan, Pelayanan
Medik dan Mutu.
41
Semua hasil pelaksanaan program PPI selama 1 tahun dibuatkan
Laporan Tahunan yang akan dikirim kepada Direktur RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
c. Evaluasi Kegiatan
Setiap kegiatan yang dilaksanakan harus dibuat dokumentasi
kegiatan yang akan dievaluasi mulai dari proses dan hasilnya. Dari
evaluasi proses akan tampak semua program berjalan sesuai
jadwal dan formulir surveilans, audit dan monitoring terisi.
Evaluasi hasil akan menunjukkan hasil kegiatan program PPI tiap
bulan dan dalam 1 tahun, serta umpan balik dari Direktur dan
tindak lanjutnya oleh Komite PPI. Evaluasi kegiatan ini
dilaksanakan pada setiap pertemuan Komite PPI tiap 6 bulan dan
pelaporannya dilaporkan ke Direktur RSUD dr. Doris Sylvanus
tiap 1 tahun.
IX. PENUTUP
Program Komite PPI di RSUD dr. Doris Sylvanus yang disusun
untuk tahun 2019 meliputi empat kegiatan utama bertujuan untuk
melindungi pasien, keluarga/pengunjung dan petugas dari infeksi
rumah sakit dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien (patient
safety) dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Oleh karena
itu dibutuhkan dukungan semua pihak demi terlaksananya program
ini.
42