Menu
Menu
MAKALAH
KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Mata Kuliah: Pendidikan Inklusif
Dosen Pengampu: Drs. Wahyudi, M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 5
Kelas IV B
1. Mahmudatul Amani K7110541
2. Nani Wahyuni K7110546
3. Rokhimi K7110560
4. Titis Prihatiningtyas K7110571
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki arti yang lebih luas dibandingkan pengertian Anak Luar Biasa. ABK adalah anak yang dalam
pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan
dalam belajar dan perkembangan. Oleh karena itu memerlukan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing
anak.
Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu anak berkebutuhan khusus permanen, yaitu akibat dari
kelainan tertentu, dan anak berkebutuhan khusus temporer, yaitu mereka yang mengalami hambatan dalam perkembangan dan belajar
karena kondisi dan situasi lingkungan. Anak berkebutuhan khusus temporer apabila tidak mendapatkan intervensi yang tepat dan sesuai
dengan hambatan belajarnya bisa menjadi permanen. Secara umum faktor yang menyebabkan hambatan belajar ada tiga, yaitu (1) faktor
lingkungan (2) faktor internal/ diri sendiri (3) kombinasi diantara keduanya.
Berikut ini akan dibahas mengenai anak berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus permanen.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anak Berkebutuhan Khusus Temporer
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan
perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat
https://avanda.id/klasifikasi-anak-berkebutuhan-khusus/ 1/9
11/13/22, 12:45 AM KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS - Avanda Alvin
diperkosa sehingga anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementara tetapi apabila anak ini tidak memperoleh
Menu
intervensi yang tepat boleh jadi akan menjadi permanen. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu
pendidikan yang disesuikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi anak ini tidak perlu dilayani di sekolah khusus. Di sekolah biasa banyak
anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yang bersifat temporer, dan mereka memerlukan pendidikan yang disesuaikan yang disebut
pendidikan kebutuhan khusus.
Contoh lain, anak baru masuk kelas I Sekolah Dasar yang mengalami kehidupan dua bahasa antara pada saat di rumah dan di sekolah.
Hal ini dapat menyebabkan munculnya kesulitan dalam belajar membaca dalam bahasa Indonesia. Anak seperti ini dapat dikategorikan
sebagai anak berkebutuhan khusus sementara (temporer). Oleh karena itu ia memerlukan layanan pendidikan yang disesuikan. Apabila
hambatan belajar membaca seperti itu tidak mendapatkan intervensi yang tepat boleh jadi anak ini akan menjadi anak berkebutuhan khusus
permanen. Anak akan sulit memahami dan membedakan bahasa yang ia pelajari. Ini akan menyebabkan anak berkesulitan dalam berbahasa
dengan sifat permanen.
B. Anak Berkebutuhan Khusus Permanen
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anak-anak yang
mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan akibat langsung dari kondisi kecacatan, yaitu seperti
anak yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, gannguan perkembangan kecerdasan dan kognisi, gangguan gerak (motorik),
gangguan iteraksi-komunikasi, gangguan emosi, sosial dan tingkah laku. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus yang bersifat
permanent sama artinya dengan anak penyandang kecacatan. Anak berkebutuhan khusus permanen meliputi:
1. Anak dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra)
Secara umum tunanetra dikelompokkan menjadi buta dan kurang lihat. Sebagian ahli mengelompokkannya menjadi kurang lihat (low
vision), buta (blind), dan buta total (totally blind). Anak yang memiliki kerusakan ringan pada penglihatannya (seperti myopia dan
hypermetropiaringan) masih dapat dikoreksi dengan bantuan kacamata dan bisa mengikuti pendidikan seperti anak lainnya, sehingga tidak
dikelompokkan pada tunanetra.
Ketunanetraan dapat diklasifikasikan berdasarkan 3 hal, yaitu tingkat ketajaman penglihatan,saat terjadinya ketunanetraan serta
adaptasi pendidikannya.
a. Berdasarkan Tingkat Ketajaman Penglihatan
1) Tunanetra dengan ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m atau 20/70 feet-20/200 feet disebut tunanetra kurang lihat (low vision).
Pada taraf ini para penderita masih mampu melihat dengan bantuan alat khusus.
2) Tunanetra dengan ketajaman penglihatan antara 6/60m atau 2/200 feet atau kurang, dikatakan tunanetra berat atau secara
umum dapat dikatakan buta (blind). Kelompok ini masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi tunanetra yang masih dapat melihat
gerakan tangan dan tunanetra yang hanya dapat membedakan terang dan gelap.
3) Tunanetra yang memiliki visus 0. Pada taraf yang terakhir ini, anak sudah tidak mampu lagi melihat rangsangan cahaya atau
dapat dikatakan tidak dapat melihat apapun dan disebut buta total.
b. Berdasarkan Saat Terjadinya Ketunanetraan
1) Tunanetra sebelum dan sejak lahir
Kelompok ini masih belum mempunyai konsep penglihatan. Oleh karena itu, peran orang tua sangat besar untuk melatih
penggunaan indra-indra yang masih dimilikinya.
2) Tunanetra batita (di bawah 3 tahun)
Konsep penglihatan yang telah dimiliki lama kelamaan akan hilang sehingga kesan-kesan visual atau konsep-konsep tentang benda
atau lingkungan yang dimilikinya tidak terlalu bermanfaat bagi kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu, orang-orang di sekitarnya
perlu membantu mengulang kembali segala sesuatu yang telah dimengerti anak, saat ia masih dapat melihat.
3) Tunanetra balita (3-5 tahun)
Konsep penglihatan akan tetap terbentuk dengan cukup berarti sehingga akan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan
langkah-langkah pendidikannya. Peran orang tua dan guru TK sangat besar artinya dalam membina dan mengarahkan konsep yang
telah dimiliki.
4) Tunanetra pada usia sekolah (6-12 tahun)
Konsep penglihatan telah terbentuk dan mempunyai kesan-kesan visual yang banyak dan bermanfaat bagi perkembangan
pendidikannya. Namun demikian, mereka harus tetap mendapat perhatian khusus dari orang tua dan gurunya dalam menempuh
pendidikannya karena mereka cenderung mengalami guncangan jiwa. Oleh karena itu, tugas para guru adalah menyadarkan
mereka agar mau menerima kenyatan sehingga anak dapat berkembang dan menambah pengalamannya dalam ketunanetraannya.
5) Tunanetra remaja (13-19 tahun)
Anak remaja sudah memiliki kesan-kesan visual yang sangat mendalam. Kesan ini akan bermanfaat dalam mendukung
perkembangan kehidupan selanjutnya. Namun, ketunanetraan pada usia remaja dapat menimbulkan guncangan jiwa yang sangat
berat karena terjadi konflik batin dan jasmani.
6) Tunanetra dewasa (19 tahun ke atas)
Pada umumnya di usia dewasa ini mereka sudah memiliki keterampilan dan kemungkinan pekerjaan yang diharapkan untuk
kelangsungan hidupnya dan keluarganya. Ketunanetraan yang dialaminya menjadi pukulan yang sangat berat dan menimbulkan
guncangan jiwa atau putus asa. Oleh karena itu, mereka hendaknya mendapatkan layanan dan bimbingan baik secara jasmani,
maupun rohani secara khusus.
https://avanda.id/klasifikasi-anak-berkebutuhan-khusus/ 2/9
11/13/22, 12:45 AM KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS - Avanda Alvin
c. Hydrocephal
Menu
Anak ini memiliki ciri -ciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.
d. Microcephal
Anak ini memiliki ukuran kepala yang kecil.
e. Macrocephal
Anak ini memiliki ukuran kepala yang besar dari ukuran normal.
4. Anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa (gifted and talented)
a. Cerdas istimewa (gifted IQ 140-179 and genius IQ 180 ke atas) anak dengan IQ di atas rata-rata.
Gifted, yang termasuk dalam golongan ini yaitu mereka yang tidak jenius, tetapi menonjol dan terkenal. Anak cerdas istimewa
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Membaca pada usia lebih muda, lebih cepat, dan memiliki perbendaharaan kata yang luas.
2) Memiliki rasa ingin tahu yang kuat, minat yang cukup tinggi.
3) Berinisiatif, kreatif, dan original dalam menunjukkan gagasan.
4) Mampu memberikan jawaban-jawaban atau alasan yang logisi, sistematis dan kritis.
5) Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati.
6) Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi.
7) Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah.
https://avanda.id/klasifikasi-anak-berkebutuhan-khusus/ 4/9
11/13/22, 12:45 AM KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS - Avanda Alvin
suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam
susunan saraf pusat, bersifat dan bersifat kronik.
Anak berkelainan Cerebral palsy
6. Anak Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan prilaku).
Anak Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan prilaku) memiliki ciri-ciri, diantaranya:
a. Cenderung membangkang.
b. Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
c. Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.
d. Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.
e. Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah, sering bolos, jarang masuk sekolah.
Anak dengan gangguan perilaku dan emosi, dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Anak dengan gangguan perilaku
1) Anak dengan gangguan perilaku taraf ringan
2) Anak dengan gangguan perilaku taraf sedang
3) Anak dengan gangguan perilaku taraf berat
b. Anak dengan gangguan emosi
1) Anak dengan gangguan emosi taraf ringan
2) Anak dengan gangguan emosi taraf sedang
3) Anak dengan gangguan emosi taraf berat
7. Anak Dengan Kesulitan Belajar Spesifik (specific learning disability)
Menurut Federal law atau hukum federal (IDEA, 1997): Istilah “kesulitan belajar spesifik” menerangkan semua anak yang mengalami
gangguan pada satu atau lebih proses psikologis dasar yang melibatkan pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan dimana
gangguan yang terjadi dapat termanifestasikan menjadi kemampuan yang tidak sempurna untuk mendengar, berpikir, berbicara, membaca,
menulis, mengeja, atau mengerjakan perhitungan matematika. Menurut Association for Children and Adult with Learning Disability (ACALD)
“Kesulitan belajar spesifik” adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber dari faktor neurologis yang secara selektif mengganggu
perkembangan, integrasi dan /atau kemampuan verbal dan/atau non verbal.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar spesifik meupakan kelainan sistem saraf
yang dialami oleh seseorang yang mengakibatkan pola pertumbuhan yang tidak seimbang dan kelemahan pada proses syaraf, sehingga akan
mengakibatkan seseorang kesulitan dalam menyelesaikan tugas akademik dan pembelajaran. Kesulitan-kesulitan tersbut seperti kesulitan
berfikir, membaca, berhitung, berbicara. Karakteristik anak berkesulitan belajar spesifik antara lain:
a. Pada masa kanak-kanak:
1) Kesulitan mengekspresikan diri.
2) Lambat dalam mengerjakan tugas seperti mengikat sepatu
3) Tidak perhatian, mudah terganggu
4) Ketidakmampuan mengikuti arahan karena ketidakmampuan memahami instruksi lisan.
5) Lemah dalam ketrampilan bermain di lapangan.
https://avanda.id/klasifikasi-anak-berkebutuhan-khusus/ 5/9
11/13/22, 12:45 AM KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS - Avanda Alvin
c) Bimbing siswa lebih dekat ke proses pengajaran. Dengan cara membawa mereka dekat dengan kita sebagai guru secara fisik
Menu
dan harfiah akan membawa si anak lebih dekat kepada proses pengajaran.
d) Berikan dorongan secara langsung dan berulang-ulang, seperti dengan memberikan penghargaan atas kehadirannya.
e) Utamakan ketekunan perhatian daripada kecepatan menyelesaikan tugas. Siswa mungkin merasa kecil hati dan tidak
diperhatikan bila mereka dihukum karena terlambat menyelesaikan dibanding temannya. Guru haruslah membuat penyesuaian
dalam jumlah tugas maupun waktu yang disediakan untuk menyelesaikan tugas berdasar kemampuan masing-masing individu.
f) Ajarkan self-monitoring of attention. Melatih siswa untuk memonitor perhatian mereka sendiri sewaktu-waktu dengan
menggunakan timer. Hal ini akan membantu menciptakan perhatian yang lebih besar bagi kebutuhan dalam memfokuskan
perhatian juga bisa berguna dalam strategi untuk memperkokoh keterampilan memperhatikan.
2) Bimbingan bagi anak dengan masalah daya ingat.
a) Ajarkan menggaris bawahi dengan penanda, untuk membantu memancing ingatan. Guru harus memberi tahu siswa cara
memilih kalimat dan istilah kunci untuk diberi garis bawah.
b) Perbolehkan menggunakan alat bantu memori. Karena alat-alat itu bisa berfungsi bagi mereka sebagai alat pengingat dan bisa
jadi juga sebagai alat pengajaran.
c) Biarkan siswa yang mengalami masalah sulit mengingat untuk mengambil tahapan yang lebih kecil dalam pengajaran. Misalnya
dengan membagi tugas kelas dan rumah atau dengan memberikan tes kemampuan penguasaan lebih sering.
d) Ajarkan siswa untuk berlatih mengulang dan mengingat. Misalnya dengan memberikan tes langsung setelah pelajaran
disampaikan.
3) Bimbingan bagi anak dengan masalah kognisi.
a) Berikan materi yang dipelajari dalam konteks “high meaning”. Ini berguna untuk untuk mengetahui apakah siswa memahami
arti bacaan suatu pertanyaan mengenai materi baru.
b) Menunda ujian akhir dan penilaian. Bagi sebagian siswa, menunda ujian akhir mereka sampai siswa menguasai sepenuhnya
materi yang dipelajari, mungkin merupakan cara terbaik.
c) Tempatkan siswa dalam konteks pembelajaran yang “tidak pernah gagal”. Siswa biasanya memiliki perasaan akan gagal
berbagai hal yang mereka lakukan. Memutuskan rantai kegagalan dan menciptakan kepercayaan diri bagi siswa ini merupakan
sesuatu yang paling penting bagi guru untuk melakukannya.
4) Bimbingan bagi anak dengan masalah social dan emosional
a) Buatlah sistem perhargaan kelas yang dapat diterima dan dapat diakses. Siswa berkesulitan belajar perlu memahami sistem
penghargaan dikelas dan merasa ikut serta di dalamnya. Jangan sampai mereka merasa tidak memilki kesempatan untuk
mendapatkan penghargaan yang diterima siswa lain.
b) Membentuk kesadaran tentang diri dan orang lain. Membantu siswa menjadi lebih mengenal sikap mereka dan dampaknya
pada orang lain merupakan kesempatan yang berarti bagi perkembangan sosial dan emosional.
c) Mengajarkan sikap positif. Ketika siswa berkesulitan belajar menjadi lebih sadar terhadap sikapnya dan mendapat pemahaman
yang lebih baik atas interaksi dengan orang lain, mereka akan merespon dengan baik intruksi-intruksi tentang cara membentuk
hubungan yang baik dan lebih positif.
d) Minta bantuan. Cari bantuan pada teman sejawat disekolah yang mungkin dapat memberikan bantuan.
9. Anak Autis
Autisme berasal dari kata “autos” yang berarti segala sesuatu yang mengarah pada diri sendiri. Dalam kamus psikologi umum (1982),
autisme berarti preokupasi terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran subyektifnya
sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penderita autisme sering disebut orang yang hidup di
“alamnya” sendiri.
Autismeadalah gangguan yang parah pada kemampuan komunikasi yang berkepanjangan yang tampak pada usia tiga tahun pertama,
ketidakmampuan berkomunikasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autis menyendiri dan tidak ada respon terhadap orang lain
(Sarwindah, 2002). Yuniar (2002) menambahkan bahwa Autisme adalah gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku,
dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga sulit untuk mempunyai
ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan definisi autismeadalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia
luar, merupakan gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi,
hubungan sosial dan emosional dengan orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan,
geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan.
Autisme atau autisme infantil (Early Infantile Autism) pertama kali dikemukakan oleh Dr. Leo Kanner 1943 seorang psikiatris Amerika.
Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom
Kanner. Ciri yang menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran
dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi. Gejala-gejala anak autis tampak sejak
lahir, biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.
Berikut beberapa gejala-gejala anak autis:
a. Tidak bermain dengan teman sebaya dengan cara yang sesuai
b. Terlambat bicara/tak bisa bicara tanpa kompensasi penggunaan isyarat
https://avanda.id/klasifikasi-anak-berkebutuhan-khusus/ 7/9
11/13/22, 12:45 AM KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS - Avanda Alvin
Pendidikan
PENEMPATAN ABK DI SEKOLAH INKLUSI
PERBEDAAN PENDIDIKAN INKLUSI, SEGREGASI DAN REGULER
Telusuri
Cari …
https://avanda.id/klasifikasi-anak-berkebutuhan-khusus/ 8/9
11/13/22, 12:45 AM KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS - Avanda Alvin
Menu
Postingan Terbaru
© 2021 Avanda
https://avanda.id/klasifikasi-anak-berkebutuhan-khusus/ 9/9