Anda di halaman 1dari 2

STIGMA MASYARAKAT TENTANG ORANG DENGAN HIV

Martha Wahyuni

113063C1221054

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang atau menginfeksi sel
darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired Immunne
Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh maka orang tersebut sangat mudah
terkena berbagai penyakit infeksi yang sering berakibat fatal (Kemenkes, 2021). Menurut data dari
PUSDATIN 2021 estimasi jumlah orang dengan HIV di Indonesia pada tahun 2020 sebanyak 543.100
orang dengan jumlah infeksi baru sebanyak 29.557 orang dan kematian sebanyak 30.137 orang (Hasil
Pemodelan Spectrum 2020). Kasus HIV terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, ada sekitar 38,4 juta orang hidup dengan HIV (Human
Immunodeficiency Virus) di seluruh dunia pada 2021.

Sejak tahun 1980an stigma tentang HIV sudah ada dan hal ini menyebabkan meningkatnya
prasangka dan diskriminasi terhadap orang yang tertular virus tersebut sampai saat sekarang ini.
Menurut CDC (2020), stigma HIV adalah sikap dan keyakinan negatif tentang penderita HIV. Ini adalah
prasangka yang datang dengan melabeli seseorang sebagai bagian dari kelompok yang diyakini tidak
dapat diterima secara sosial. Apa lagi HIV sering diasosiasikan dengan perilaku atau kebiasaan buruk
yang dianggap tidak sesuai dan bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Rasa
takut dan kurangnya pengetahuan tentang virus HIV ditambah lagi penderita HIV dan AIDS yang
seringkali akhirnya selalu berujung pada kematian makin memperberat timbulnya stigma tersebut.

Stigma pada ODHIV (Orang Dengan HIV) akan menghambat proses sosialisasi bahkan
pengobatan karena membuat mereka merasa terkucilkan bahkan dianggap pantas menerima hukuman
akibat perbuatannya sendiri. Tentu saja hal ini juga akan berdampak membuat individu takut untuk
melakukan tes dan juga merasa enggan untuk mencari informasi dan cara perlindungan terhadap
penyakit AIDS. Stigma dan diskriminasi yang terjadi ini juga akan memunculkan komunitas yang terisolir.

Dalam Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA FORIKES (2019) hasil penelitian menunjukkan bahwa
bentuk diskriminasi yang diterima oleh ODHA dari lingkungan adalah penolakan keluarga (dijauhi
keluarga), pemisahan peralatan makan, dikucilkan, dan penolakan dari lingkungan sekitar seperti warga
kampung dan lingkungan kerja. Stigma dan diskriminasi juga tidak saja dilakukan oleh masyarakat awam
yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit HIV dan AIDS, tetapi dapat juga
dilakukan oleh petugas kesehatan, sehingga ODHIV seringkali mendapat pelayanan kesehatan yang
seadanya. Diskriminasi ini terjadi karena adanya ketakutan lingkungan akan tertular penyakit HIV dan
AIDS yang menyebabkan penderita menarik diri dari lingkungan agar tidak menjadi bahan pergunjingan
masyarakat.

Stigma yang ada dimasyarakat merupakan tantangan terberat dalam program pemerintah
pengendalian HIV dan AIDS, karena stigma yang ada membuat penderita HIV takut untuk menunjukkan
statusnya ke masyarakat. Ketakutan dikucilkan, ditinggalkan, diasingkan dan menjadi bahan
pergunjingan oleh keluarga juga masyarakat membuat penderita takut datang ke pusat kesehatan untuk
mendapat terapi Antiretroviral (ARV). Tanpa mendapatkan terapi ARV maka dapat dipastikan ODHIV
akan jatuh dalam kondisi AIDS yang dapat berujung pada kematian.

Dalam jurnal yang saya dapatkan penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan terhadap
HIV berhubungan erat dengan berkembangnya stigma. Adapun ketidaktahuan tentang mekanisme
penularan, over estimasi tentang resiko penularan, dan sikap negatif yang tidak semestinya, sangat
berhubungan dengan berkembangnya stigma yang buruk tentang penderita HIV.

REFERENSI :

1. Shaluhiyah, Z., Musthofa, S. B., & Widjanarko, B. (2015). Stigma masyarakat terhadap orang
dengan HIV/AIDS. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health
Journal), 9(4), 333-339.

2. Nuwa, M. S., Kiik, S. M., & Vanchapo, A. R. (2019). Penanganan Terhadap Stigma Masyarakat
tentang Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Komunitas. Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA
FORIKES"(Journal of Health Research" Forikes Voice"), 10(1), 49-54.

3. Hati, K., Shaluhiyah, Z., & Suryoputro, A. (2017). Stigma Masyarakat Terhadap ODHA Di Kota
Kupang Provinsi NTT. Stigma Masyarakat Terhadap ODHA Di Kota Kupang Provinsi NTT, 12(1).
Form :
https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1405080&val=1285&title=Stigma
%20Masyarakat%20Terhadap%20ODHA%20Di%20Kota%20Kupang%20Provinsi%20NTT

4. Nawangwulan, A. T. (2020). Stigma Anak dengan HIV/AIDS pada Masyarakat. HIGEIA (Journal of
Public Health Research and Development), 4(4), 621-631. Form :
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/34615

5. Utami, W. N., Hutami, M. S., Hafidah, F., & Pristya, T. Y. R. (2020). Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap stigma dan diskriminasi kepada ODHA (orang dengan HIV/AIDS):
Systematic review. In Prosiding Forum Ilmiah Tahunan (FIT) IAKMI. Form : Form :
http://jurnal.iakmi.id/index.php/Fitiakmi/article/view/68

6. Yani, F., Sylvana, F., & Hadi, A. J. (2020). Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA) Di Kabupaten Aceh Utara. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 3(1),
56-62. Form : https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/MPPKI/article/view/1028/877

Anda mungkin juga menyukai