PENDAHULUAN
penyakit (pencegahan). (WHO, 2017; Moh. Satria Diantoro dan Alfi Ari
rawat inap, rawat jalan serta gawat darurat. Rumah sakit ialah bagian asal
1
tangan petugas kesehatan sehingga menjaga kebersihan tangan dengan
infeksi nosokomial. Hal tersebut dikuatkan oleh bukti substansial oleh World
Endang Sri Lestari, 2019). Mencuci tangan lima momen untuk petugas
prosedur bersih atau steril, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien,
1,4 juta pasien rawat inap. Kejadian ini menyebabkan lenght of stay (LOS),
Asia Tenggara (10%) sedangkan di Eropa (7,7%) dan Pasifik Barat (9%).
masker, kaca mata, baju pelindung, alas kaki, pengelolaan jarum suntik dan
2
Menurut laporan World Health Organozations (WHO) sekitar 5% dari
WHO dari 55 rumah sakiit dari 14 negara mewakili wilayah kerja WHO
Bambang Edi Warsito, Ayu Miftahul Jannah, Sarah Ulliya, Agus Santoso dan
dunia mencapai 9% atau kurang lebih 1,40 juta pasien rawat inap di rumah
negara yang berada di Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Pasifik
3
menunjukkan adanya Healthcare Associated Infections (HAIs). Prevalensi
Timur dan Asia Tenggara yaitu sebesar 11,80% dan 10% sedangkan di
Eropa dan Pasifik Barat masing-masing sebesar 7,70% dan 9% (Susi Anisia
adalah infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit. Infeksi nosokomial
dikenal pertama kali pada tahun 1847 oleh Samwelweis dan hingga saat
langsung kematian pasien, hal ini dapat dicegah melalui perilaku cuci
4
Mencuci tangan sangat berperan penting didalam pencegahan infeksi
cuci tangan dirumah sakit India 53.4%, dokter 42.5%, serta petugas
rendah sebanyak 25.92%, Malang kepatuhan cuci tangan sebesar 19.5% serta
meningkat setelah diberi intervensi. (Eka Novita Sari, M. Ricko Gunawan dan
9,1 % dengan variasi 6,1 % - 16,0 % (Susi Anisia Laila dan M. Arifki
Zainaro, 2020).
mengidentifikasi bahwa hampir 1,7 juta pasien yang dirawat di rumah sakit
ketika sedang dirawat dan bahwa lebih dari 98.000 pasien (1 dari 17)
5
Penelitian dan Kualitas Perawatan Kesehatan melaporkan bahwa
penyebab utama kematian di AS. Dari setiap 100 pasien yang dirawat di
infeksi nosokomial 5-8 kali lebih tinggi dari pada pasien yang dirawat di
ruang biasa. Infeksi nosokomial banyak terjadi di ICU pada kasus pasca
bedah dan kasus dengan pemasangan infus dan kateter yang tidak sesuai
diterapkan di rumah sakit. (Ruhul Chairani, Saiful Riza dan Yadi Putra,
2022).
RI), telah melakukan survey pada tahun 2019 terhadap 10 Rumah Sakit
6
rumah sakit di Daerah Khusus Istimewa Jakarta ini menunjukkan bahwa
pasien rawat inap yang mendapat infeksi yang baru selama dirawat di rumah
sakit adalah sebanyak 9,8%. Phlebitis adalah infeksi yang tertinggi di rumah
sakit swasta atau pemerintah dengan jumlah pasien 2.168 pasien dari jumlah
pasien berisiko 124.733 (1.7%). (Ruhul Chairani, Saiful Riza dan Yadi Putra,
2022).
berperilaku benar dalam cuci tangan. Melalui penelitian Sukron dan Katriasa
Fatmawati juga didapatkan data bahwa hanya 12 orang (12,4%) perawat yang
kurang dan 18 orang (8,6%) dengan kepatuhan sedang. (Anita Syarifah dan
Nurhasnah, 2021).
satu pusat layanan kesehatan daerah di Kabupaten Barito Utara yang sedang
giat mencanangkan cuci tangan dengan KPI (Key Performe Indicator) rumah
(SOP) pada bulan Januari sampai Maret 2022 adalah 78,20%, kejadian
plebitis di ruang teratai perawatan bedah dan ruang tulip perawatan penyakit
dalam tahun 2021 pada bulan Oktober sampai Desember 2021 rerata 3,366
per mil ( nilai standar 1,5 permil ) dimana pada bulan Oktober 3,868 permil
7
dan meningkat pada bulan Desember 2021 menjadi 5,357 permil. Data
laporan terkain ILO (Infeksi Luka Operasi) pada ruang kebidanan tahun
2021 periode bulan Januari sampai dengan Juni 2022 diperoleh data ada 3
pasien yang mengalami ILO. Saat diobservasi 5 perawat, masih ada 4 perawat
yang lupa dengan gerakan cuci tangan tidak berurutan seperti menggosok
dan hand rub, namun saat dilakukan kegiatan supervisi dan diminta untuk
memperagakan cara cuci tangan mereka mampu melakukan dengan baik dan
benar.
Peran dan fungsi dari IPCN (Infection Prevention Control Nurse) atau
atau brosur dan evaluasi serta kontral pelaksannaan cuci tangan sesuai SOP
pelayanan yang ada di rumah sakit seperti meningkatnya angka kesakitan dan
kematian, semakin lamanya pasien dirawat atau tinggal di rumah sakit, stress
gangguan fisik dan psikologis, bagi pasien dan keluarga pengeluaran biaya
8
pelayanan di rumah sakit serta kepercayaan masyarakat akan menurun. Dari
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
9
dikendalikan (menurun atau tidak ada) diruang perawatan RSUD
Muara Teweh.
c. Bagi Mahasiswa
keperawatan nantinya.
d. Bagi Dosen
keperawatan.
e. Bagi Peneliti
10
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi media yang bisa
Banjarmasin.
E. Keaslian Penelitian
11
Judul dan Nama Metode dan Hasil Persamaa
No Tahun Peneliti Penelitian dan
Penelitian Perbedaan
Penelitian
Dalam subjek penelitian peneliti
Pencegahan menggunakan yaitu sama-
Infeksi Teknik Purposive sama ingin
Nasokomial Sampling yaitu 15 mengetahui
Tahun 2018 perawat dan 2 sejauh mana
orang petugas PPI kepatuhan
dengan cara perawat
wawancara. dalam
Hasil penelitian melaksanak
dilihat bahwa an lima
kepatuhan moment
perawat dalam cuci tangan.
melakukan hand Sedangkan
hygiene perbedaan
berdasarkan penelitian
prinsip five ini dengan
moment for hand penelitian
hygiene masih yang akan
belum optimal dilakukan
terutama pada peneliti
moment sebelum yaitu
kontak dengan terletak
pasien hanya pada cara
mencapai 66,7% mengumpul
dan moment data dengan
sebelum tindakan wawancara
asepsis dengan sedangkan
persentase 73,4% peneliti
yang termasuk dengan
dalam katagori observasi,
kepatuhan kemudian
minimal padahal waktu,
standar cuci tempat dan
tangan yang tahun
diterapkan oleh penelitian.
RSUD Wonosari
harus mencapai
≥85%.
12
Judul dan Nama Metode dan Hasil Persamaa
No Tahun Peneliti Penelitian dan
Penelitian Perbedaan
Penelitian
Semarang dan Sectional, Subjek dilakukan
Terhadap Endang Sri penelitian Perawat peneliti
Pelaksanaan Lestari RS X. yaitu sama-
Cuci Tangan Penelitian sama ingin
Tahun 2019 dilakukan dengan mengetahui
Total Sampling sejauh mana
namun tidak kepatuhan
disebutkan berapa perawat
jumlah responden dalam
hanya disebutkan melaksanak
4 ruangan an lima
perawatan saja. moment
Penelitian cuci tangan.
menggnakan Sedangkan
analisis univariat perbedaan
yaitu analisis penelitian
variable yang ini dengan
diteliti. penelitian
Menggambarkan yang akan
distribusi dan dilakukan
presentasi dari peneliti
variable yang yaitu
diteliti. terletak
Hasil penelitian pada
didapat tingkat variable
kepatuhan penelitian,
perawat RS X jenis
terhadap penelitian
pelaksanaan 5 cara
moment cuci mengumpul
tangan rendah data,
(37,8%), seluruh kemudian
perawat sudah waktu,
mengetahui tempat dan
tentang 5 momen tahun
cuci tangan penelitian.
namun lebih
lanjut masih tetap
perlu observasi
dan pengawasan
untuk
meningkatkan
kualitas pelayanan
rumah sakit.
13
Judul dan Nama Metode dan Hasil Persamaa
No Tahun Peneliti Penelitian dan
Penelitian Perbedaan
Penelitian
14
Judul dan Nama Metode dan Hasil Persamaa
No Tahun Peneliti Penelitian dan
Penelitian Perbedaan
Penelitian
sedangkan
peneliti
hanya 1
variabel saja
yaitu
melihat
tingkat
kepatuhan
cuci tangan
perawat,
begitu juga
jenis
penelitian
cara
mengumpul
data,
kemudian
waktu,
tempat dan
tahun
penelitian.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Kepatuhan
a. Definisi Kepatuhan
kepatuhan adalah :
16
1) Pendidikan
2) Akomodasi
konsumsi alkohol.
pengobatan tersebut.
17
6) Pengetahuan
7) Usia
dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup
18
7) Keyakinan bahwa terapi yang diprogramkan akan membantu
sulit dilakukan
19
Seseorang tidak dapat mematuhi instruksi jika terjadi salah
2) Kualitas interaksi
kepatuhan.
mereka terima.
kepatuhan, yaitu :
20
2) Dukungan sosial
3) Pemberian informasi
f. Pengukuran Kepatuhan
1) Patuh
2) Tidak patuh
1) Kurangnya pengetahuan
21
2) Sikap dari tenaga kesehatan yang tidak baik
a. Pengertian
b. Tujuan
22
Health Care” yang diterbitkan pada tahun 2009 diketahui bahwa
23
mencuci tangan digunakan dan harus dilakukan untuk antisipasi
yaitu:
pemasangan infus.
24
pasien. Tiga lainnya terjadi setelah kontak, hal ini ditujukan untuk
pasien
25
yang berada di tubuh pasien dan melindungi lingkungan
sebaliknya
Hygiene
26
hygiene sesuai prosedur masih rendah. Akyol (2007) dalam
rumah sakit.
1) Usia
27
2) Tingkat Pendidikan
3) Masa Kerja
28
masa kerja mempengaruhi tingkat seorang perawat dalam
4) Pengetahuan
29
mengadakan pelatihan atau sosialisasi secara periodik
30
f. Prosedur Cuci Tangan
31
Gambar 2. Cuci tangan dengan HandRub
3. Konsep Perawat
a. Definisi Perawat
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata
32
keperawatan dan yang memberikan asuhan kepada individu,
b. Peran Perawat
system dimana semua itu dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
yaitu :
33
6) Peran Perawat sebagai Pembaharu
c. Fungsi Perawat
diantaranya:
1) Fungsi independen
(Hidayat, 2011).
34
dalammelakukan tindakan dalam memenuhi kebutuhan dasar
2) Fungsi Dependen
kegiatanya atas pesan atau instruksi dari perawat lain (Rifiani &
Sulihandari, 2013).
3) Fungsi Interpenden
35
bersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan tim lain
intereset).
keinginan perawat.
menghina (derogatory).
36
6) Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam
society).
sebagaimana berikut:
37
sampai perawat memaksakan sebuah norma di tengah
ini sebagai bagian dari tugas perawat dan kewajiban perawat bagi
B. Landasan Teoritis
38
faktor lingkungan dan social, perubahan model terapi, meningkatkan
1) Patuh
39
c) Motivasi atau dorongan dalam melakukan suatu pekerjaan
(Abdullah, 2014).
2) Tidak patuh
2018).
a) Kurangnya pengetahuan
yang efektif.
40
yang membuat mereka banyak melakukan kesalahan dalam
41
42
Gambar 3. SPO Cuci Tangan Di RSUD Muara Teweh
43
Gambar 4. SOP Cuci Tangan dengan Hand Crub
44
C. Skema Kerangka Teori
(Sumber ; Arikunto, 2010;; SPO Cuci Tangan RSUD Muarateweh, 2022, Hamzah
(2008), Karabay, dkk. (2008), Damanik, dkk. (2010), Notoatmodjo (2010),
Kepmenkes RI (2009), Suryoputri (2011).
Keterangan :
45
D. Kerangka Konsep Penelitian
lainnya, atau variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah
sebagai berikut :
Patuh
Kepatuhan
Mencuci Tangan
Tidak Patuh
46
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Variabel Penelitian
C. Definisi Operasional
2012).
47
Tabel 3.1. Definisi Operasional Kepatuhan
1. Populasi
48
(Nursalam, 2013), populasi ada dua yaitu populasi target dan populasi
2. Sampel
bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian dari jumlah
antara 30 sampai dengan 500, bila sampel dibagi dalam kategori maka
49
memiliki peluang yang sama yaitu menggunakan rumus cluster
2 n
n = ×N1
N
Keterangan :
n2 = jumlah sampel setiap ruangan rawat inap
n = jumlah populasi tiap ruangan rawat inap
N = jumlah populasi penelitian
N1 = jumlah sampel penelitian
a. Kriteria Inklusi
50
1) Perawat (staf) yang bekerja di 10 Ruang di RSUD Muara Teweh
b. Kriteria Eksklusi
belajar.
F. Instrumen Penelitian
ada alat ukur yang baik. Alat ukur yang dipakai dalam sebuah penelitian
(Sugiyono, 2012).
tangan dengan air mengalir, 3. Ambil sabun cairan kurang lebih 3 cc, 4.
Gosok kedua punggung tangan dan sela jari secara bergantian, 6. Gosok
51
Keringkan dengan handuk atau tisu. Observasi dalam penelitian ini akan
mendapat skor 0, dengan total tertinggi skor 9 dan terendah dengan skor 0.
52
kesepakatan dengan semua perawat dalam menjalankan pengamatan
observasi penelitian.
H. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
penelitian, yaitu:
Muara Teweh.
53
meminta izin penelitian dan meminta surat balasannya.
sampel.
2. Tahap Pelaksanaan
tiga kali.
1. Pengolahan Data
a. Editing
54
Peneliti akan memeriksa kembali kebenaran data yang
excel.
b. Coding
komputer.
c. Scoring
d. Tabulating
e. Data entry
Data dalam bentuk kode skor dibuat kedalam master tabel pada
55
kemudian dianalisa. Dalam entri data peneliti mencari nilai median,
2. Analisa data
presentasi.
(Arikunto, 2010).
f
P= x 100%
n
Keterangan:
P = Hasil presentase
f = Nilai frekuensi
n = Jumlah responden
Kategori :
Patuh = 100%
56
Tidak patuh = < 100%
J. Pertimbangan Etik
dibagikan.
57
2. Anonimity (tanpa nama)
3. Confidentiality (kerahasiaan)
4. Justice (keadilan)
5. Beneficience (manfaat)
58
Penelitian yang dilakukan harus memberikan manfaat
K. Kelemahan Penelitian
59
BAB IV
yang terus meningkat jenis dan volumenya. Saat ini RSUD Muara Teweh
gedung penunjang terpisah, bertipe / kelas C dengan Surat Izin Tetap dari
2024.
60
Berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah No.22 Tahun
Intensif (ICU dan PICU), Pelayanan Operasi (One Day Care), Pelayanan
61
PERATURAN BUPATI BARITO UTARA
NOMOR 50 TAHUN 2020
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUARA TEWEH
DIREKTUR
INSTALASI-INSTALASI
SUBBAG UMUM DAN SUBBAG PERENCANAAN, SUBBAG KEUANGAN DAN
KEPEGAWAIAN EVAL. DAN PELAPORAN ASET
ARIS YAS WANDIE, S KM NAOMI RITHA TONDOK, S T. YULIUS HARIANTO, A.Md.
Penata (III/c) Penata Tk. I (III/d) Penata Tk. I (III/d)
STAF MEDIS NIP. 19760218 200501 1 012 NIP. 19770109 200903 2 002 NIP. 19710725 199303 1 005
1. Karakteristik Responden
60
di atas 35 tahun banyak pegawai yang bekerja di instalasi rawat jalan
61
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin di
RSUD Muara Teweh (n= 30)
Frekuensi Persentase
Laki-laki 8 26,67
Perempuan 22 73,33
Total 30 100.0
tapi sekarang sudah sering di pakai dengan sebutan perawat saja. Dan
perempuan dari laki – laki bila di lihat dari jumlah. Dari hasil tersebut
62
kondisi tersebut sekarang sudah berubah, sudah banyak laki-laki yang
yang secara umum lebih baik dikerjakan oleh laki-laki, ada juga
(Syaifullah, A, 2015).
(3,33%).
63
Pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir individu.
64
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa hampir sebagian
tangan yang benar sesuai SOP karena perawat akan semakin terlatih
(Setianingsih,2020).
65
dasar dan berorientasi pada tugas dapat meningkatkan ketaatan dalam
hand hygiene, dalam hal ini adalah sebelum dan sesudah kontak
sudah pelatihan (100 %). Pelatihan yang di ikuti oleh para responden
diwaspadai.
Hal ini sejalan dengan jurnal Siti Nurhaliza tahun 2020 ada
66
paling banyak sejumlah 78 (70,9%) yaitu dari pelatihan yang diikuti
meningkat.
fitrahnya.
2. Analisis Univariat
67
Tabel 4. 11 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Cuci Tangan Perawat
di RSUD Muara Teweh Tahun 2023
Kepatuhan Cuci Tangan Frekuensi Persentase
Patuh 22 73,33
Tidak Patuh 8 26,67
Total 30 100
68
Kepatuhan dari perawat terhadap pelaksanaan SOP sangat
masyarakat.
69
dan terorganisir sehingga tenaga kerja non manajerial mempelajari
kepada karyawan.
masih belum patuh sebanyak 26,67%, dimana bila kita lihat dari
70
dilakukan hampir sama oleh perawat masing – masing ruangan
71
Cuci tangan Five moment yang dipatuhi oleh perawat adalah
cuci tangan setelah terkena cairan tubuh atau darah pasien dan cuci
perawat dan juga ada 1 perawat yang tidak patuh untuk mencuci
72
diketahui 49 orang (56.3%) pengetahuan kurang baik dan 38 orang
pola pikir dan sikap terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi
73
perubahan perilaku. Sehingga dengan pengetahuan yang baik maka
(Notoatmodjo, 2012).
74
BAB V
A. Kesimpulan
pada bulan Mei 2023 dapat disimpulkan bahwa kepatuhan cuci tangan
responden (73,33%).
B. Saran
mencuci tangan
dengan pasien.
75
2. Bagi Keperawatan
76
DAFTAR PUSTAKA
Budiman & Riyanto A. (2013). Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap
Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
Budiono, Pertami SB. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi Medik
Depkes RI 2008 Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2007. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Depkes, (2010), Buku Panduan Peringatan Hari Cuci Tangan Sedunia, Jakarta
Depkes RI. (2019). Klasifikasi umur menurut kategori. Jakarta: Ditjen Yankes
77
Hidayat 2011 Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Koizer, B. G., Audrey, B., & Shirlee, J. S. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan . Jakarta: EGC.
Mani, Amet dkk. (2010) .Hand Hygiene Among Health Care Works. Diunduh
dari: http//web.ebscohots.com
Moh, Satrua Diantoro dan Alfi Ari Fakhur, (2020) Tradisional literature riview :
Kepatuhan mencuci tangan perawat dengan kejadian infeksi nasokomial
Pratita, M.Y.E., & Putra, S.R., (2012) Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Termofilik
Dari Sumber Mata Air Panas Di Songgoriti Setelah Dua Hari Inkubasi,
Jurnal Teknik Pomits, Vol. 1 No. 1
78
Stephen P. Robbins and Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi Edisi 12
Buku 1. Terjemahan: Diana Angelica, Ria Cahyani dan Abdul Rosyid.
Jakarta: Salemba Empat.
Susi Anisia Laila dan M.Arifki Zainaro, (2022) Hubungan Motivasi Dan Sikap
Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Hand Hygiene Di Ruang
Rawat Inap Rsud Dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/manuju/article/view/1679
79
Velji, K., Baker, R., Fancott, Andreoli, A., Boaro, N., & Tardif, G. (2008).
Effectiveness of an Adapted SBAR communication Tool for a
rehabilitation setting. Healthcare Quartely,
80