Anda di halaman 1dari 2

Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat

hampir 1,7 juta pasien yang dirawat di rumah sakit setiap tahunnya mendapatkan HAIs ketika
sedang dirawat dan lebih dari 98.000 pasien (1 dari 17) meninggal karena HAIs. Selain itu
Badan Penelitian dan Kualitas Perawatan Kesehatan juga melaporkan bahwa HAIs
merupakan satu dari 10 penyebab utama kematian di AS. (Haque et al., 2018).

Infeksi nosokomial menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia. Di
negara berkembang, diperkirakan >40% pasien di RS terserang infeksi nosokomial. Sebesar
8,7% pasien RS menderita infeksi nosokomial selama menjalani perawatan di RS (Wiku,
2019)

Indonesia melalui Departemen Kesehatan RI, telah melakukan survey pada tahun 2019
terhadap 10 Rumah Sakit Umum Pendidikan, didapatkan angka yang cukup tinggi 6-16 %
angka infeksi nosokomial, dengan rata-rata 9,8%. Survey yang dilakukan di 10 rumah sakit di
DKI Jakarta ini menunjukkan bahwa pasien rawat inap yang mendapat infeksi yang baru
selama dirawat di rumah sakit adalah sebanyak 9,8%. Phlebitis adalah infeksi yang tertinggi
di rumah sakit swasta atau pemerintah dengan jumlah pasien 2.168 pasien dari jumlah pasien
berisiko 124.733 (1.7%) (Riani & Syafriani, 2019).

Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang professional


terhadap suatu anjuran, prosedur, atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati.
Kepatuhan perawat dalam pelaksanaan cuci tangan enam l angkah lima momen
diartikan sebagai ketaatan untuk melaksanakan cuci tangan enam langkah lima momen
sesuai prsedur tetap (protap) yang telah ditetapkan. Kepatuhan cuci tangan sangat
perlu diperhatikan agar tetap dilaksanakan sesuai dengan standar operasional
prosedur yang ada yaitu dengan cara enam langkah lima momen yang tepat. (Mathuridy,
2015)

Menurut Widyastuti, dkk., 2019, dalam jurnal Hubungan Kepatuhan Cuci Tangan Enam
Langkah Lima Momen Dengan Kejadian Infeksi Nosocomial Di Ruang Mawar RSUD Dr. H.
Soewondo Kendal, menunjukkan bahwa kepatuhan cuci tangan enam langkah lima momen
di ruang mawar RSUD dr.H.Soewondo Kendal diketahui bahwa dari 30 responden
yang melakukan cuci tangan patuh penuh adalah sebanyak 8 orang (26,7%) dan tim
tenaga kesehatan yang melakukan cuci tangan tidak patuh sebanyak 22 orang (73,3%).

Tingkat kepatuhan tenaga kesehatan sudah dalam kategori patuh dan perlu ditingkatkan lagi untuk
mencapai nilai 100% dengan cara seperti adanya penyuluhan dan penilaian tentang five moments
for hand hygiene. (Firsia Sastra Putri, dkk., 2018)
Pada tahun 2007, CDC dan HICPAC merekomendasikan 11 (sebelas) komponen utama yang
harus dilaksanakan dan dipatuhi dalam kewaspadaan standar, yaitu kebersihan tangan (Hand
Hygiene), Alat Pelindung Diri (APD),dekontaminasi peralatan perawatan pasien,kesehatan
lingkungan, pengelolaan limbah, penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan petugas,
penempatan pasien, hygiene respirasi/etika batuk dan bersin, praktik menyuntik yang aman
dan praktik lumbal pungsi yang aman. (Permenkes RI No. 27, 2017)

Perawat harus memiliki tingkat pendidikan dan pengetahuan yang baik dalam membentuk tindakan
perawat dalam melayani pasien, terutama tindakan pencegahan HAIs. Perilaku yang didasari
pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Peningkatan
pendidikan dan pengetahuan melalui pelatihan mengenai identifikasi HAIs bagi perawat merupakan
salah satu bukti upaya pencegahan dan pengendalian HAIs. (Zulkarnain, 2018).

Health Care Associated Infections (HAIs) merupakan infeksi yang didapat pasien selama
menjalani prosedur perawatan dan tindakan medis di pelayanan kesehatan setelah = 48 jam
dan setelah = 30 hari setelah keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan (Haque et al., 2018)

Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi sangat penting untuk dilaksanakan di Rumah
sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya sebagai tempat pelayanan kesehatan
disamping sebagai tolak ukur mutu pelayanan juga untuk melindungi pasien, petugas juga
pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas dan
berkunjung ke suatu Rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (Alifariki, 2019)

Perilaku terkait mencuci tangan ini juga dihubungkan dengan pengetahuan, Ketika
pengetahuan sesorang baik maka akan berdampak dalam pelaksanaannnya (Papagiannis et al,
2020), namun ada juga hasil penelitian yang menunjukan sebaliknya pengetahuan baik
namun tindakan pencegahan dan pengendaliannya kurang baik (Heriyati dkk, 2020). Hal ini
bisa disebabkan karena kepatuhan yang rendah atau dapat disebakan oleh kondisi lingkungan
kerja yang tidak mendukung (Bekele et al, 2015). Bahwa dapat dinyatakan bahwa temuan
penelitian tentang strategi pengembangan kapasitas perawat dalam pelayanan kesehatan dapat
diwujudkan dengan; pendidikan dan pelatihan berdasarkan aspek spiritual dan aspek
teknologi dalam mengembangkan kapasitas perawat (Suprapto & Mulat, 2021)

Anda mungkin juga menyukai