Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN KEPATUHAN CUCI TANGAN PERAWAT DENGAN

RESIKO INFEKSI PHLEBITIS DI RSUD H. ANDI SULTHAN


DAENG RADJA BULUKUMBA

1
Nurhikma 2Adam 3Muriyati

1
Program Studi S1 Keperawatan Stikes Panrita Husada Bulukumba
2
Stikes Panrita Husada Bulukumba

Alamat Koresponden :

Nurhikma
Alamat
Kabupaten Bulukumba
Hp. 085386074622
Email : @gmail.com
Abstrak

Latar belakang: Phlebitis merupakan Infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh mikroorganisme yang dialami oleh
pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit diikuti dengan manifestasi klinis yang muncul sekurang-
kurangnya 3x24 jam. Salah satu langkah yang efektif memutuskan rantai transmisi penyakit infeksi yang
mengakibatkan phlebitis adalah dengan mengimplementasikan cuci tangan yang benar. Kepatuhan untuk
melaksanakan hand hygiene dipengaruhi oleh salah satunya yaitu kepatuhan perawat. Tujuan penelitian:
diketahuinya gambaran kepatuhan cuci tangan perawat dengan resiko infeksi phlebitis di RSUD H. Andi
Sulthan Daeng Radja Bulukumba. Metode: Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan
desain non eksperimen dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 49
responden yang diambil dengan metode accidental sampling. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
uji statistik uji fisher. Hasil: Berdasarkan hasil analisa univariat diketahui kualitas tidur paling banyak terdapat
pada kategori baik yaitu 23 responden (53,5%), sedangkan kadar glukosa darah paling banyak terdapat pada
kategori tinggi sebanyak 30 yaitu (69,8%). Hasil analisis menggunakan uji statistic chi-square dengan tingkat
kepercayaan (α = 0,05), diperoleh nilai significancy sebesar 0,007. Kesimpulan: Terdapat hubungan gambaran
kepatuhan cuci tangan perawat dengan resiko terjadinya infeksi di RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja
Bulukumba. Dan disarankan bagi institusi rumah sakit diharapkan dapat mempertimbangkan untuk
diterapkannya sebagai asuhan keperawatan tentang gambaran kepatuhan cuci tangan perawat dengan resiko
terjadinya infeksi.

Kata Kunci: Kepatuhan Cuci Tangan Perawat. Resiko Terjadinya Infeksi

Abstract

Background: Phlebitis is a nosocomial infection that is an infection by microorganisms experienced by patients


acquired during hospital treatment followed by clinical manifestations that appear at least 3x24 hours. One of
the effective steps of severing the transmission chain of infectious diseases resulting in phlebitis is to implement
the correct hand washing. Compliance to carry out hand hygiene is influenced by one of them is nurse
compliance. The purpose of the study: the idea of compliance of hand washing nurses with the risk of phlebitis
infection at H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba Hospital. Method: This type of research is quantitative
research using non-experimental designs using a Cross Sectional approach. A sample of 49 respondents was
taken by accident sampling method. The data analysis in this study used fisher test statistics. Result: Based on
the results of univariate analysis known the most sleep quality is found in the good category of 23 respondents
(53.5%), while the most blood glucose levels are found in the high category of 30 that is (69.8%). The results of
the analysis used a chi-square statistic test with a trust level (α = 0.05), obtained a significancy value of 0.007.
Conclusion: There is a relationship between the nurse's hand washing compliance with the risk of infection at
H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba Hospital. And it is recommended that hospital institutions are
expected to consider applying for nursing care on the compliance picture of nurses with the risk of infection.

Keywords: Compliance Wash Nurse's Hands. Risk of Infection


PENDAHULUAN Berdasarkan data awal di RSUD H. Andi
Rumah sakit sebagai salah satu sistem Sulthan Daeng Radja Bulukumba, angka kejadian
pelayanan kesehatan, secara garis besar phlebitis pada tahun 2018 berjumlah 408 kejadian,
memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa dan rata-rata perbulannya berjumlah 34 kejadian
pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan dari 134 pasien (sebesar 3,9%), dan kemudian pada
medik, pelayanan penunjang medik, dan pelayanan tahun 2019 berjumlah 420 kejadian dan rata-rata
perawatan. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perbulannya jumlah pasien yang mengalami
dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi baik phlebitis meningkat sebesar 35 kejadian dari 141
karena perawatan atau datang berkunjung ke rumah pasien (sebesar 4,02%).
sakit. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi Kepatuhan perawat melakukan cuci
nosokomial (Marfu’ah and Sofiana, 2018). tangan secara benar sesuai standar prosedur
Flebitis adalah inflamasi vena yang operasional masih termasuk rendah. Tingkat
disebabkan oleh iritasi kimia mekanik maupun kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan di
agen bakterial. Tanda-tanda flebitis diantaranya Amerika Serikat masih sekitar 50 % dan di negara
kemerahan, nyeri, dan bengkak di daerah insersi Australia masih sekitar 65 %. Untuk di Indonesia
atau sepanjang vena. Faktor penyebab terjadinya sendiri, program cuci tangan yang sudah
flebitis ada empat hal yaitu factor kimiawi, dicanangkan pada tahun 2008 di RS.Cipto
mekanik, agen bakterial, dan post infus (INS, Mangunkusumo sebagai pusat rujukan nasional
2016). Salah satu langkah efektif memutuskan ternyata kepatuhan perawatnya masih mencapai
transmisi infeksi yang mengakibatkan flebitis diangka 60 %. Hal ini menjadi tantangan yang
adalah melakukan hand hygiene dengan cara yang cukup serius bagi tim pengendali infeksi rumah
benar dan pada waktu yang tepat, sesuai dengan sakit untuk mempromosikan program cuci tangan
yang tertuang dalam komponen kewaspadan (Lestari, 2019).
standar. Hand hygiene merupakan salah satu Dari hasil observasi di ruang rawat inap
komponen dalam agen bakterial yang bisa seruni RSUD H. A. Sulthan Daeng Radja
menyebabkan terjadinya flebitis (Lestari, 2019). Bulukumba dari 10 perawat didapatkan perilaku
Kemampuan perawat dalam untuk hand hygiene perawat berada pada kategori baik 4
mencegah tranmisi infeksi di rumah sakit dan perawat, kategori cukup 3 perawat, dan kategori
upaya pencegahan adalah tingkatan pertama dalam kurang yaitu 3 perawat. Serta dari hasil wawancara
pemberian pelayanan bermutu. Tindakan salah mereka mengatakan salah satu factor mengapa
yang sering dilakukan perawat adalah jarang belum optimalnya perilaku hand hygiene
mencuci tangan dalam melakukan tindakan. dikarenakan fasilitas yang masih kurang
Kadang kala ada juga perawat yang menggunakan mendukung dan masih belum terbiasanya perawat
sarung tangan dalam melakukan tindakan untuk melakukan hand hygiene pada lima moment
(Marfu’ah and Sofiana, 2018). dalam memberikan pelayanan kepada pasien,
Kepatuhan untuk melaksanakan hand padahal di momen dua ini sangatlah penting untuk
hygiene dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dilakukan hand hygiene karena dapat menurunkan
faktor individu, organisasi dan lingkungan. Ketiga terjadinya angka infeksi nosokomial.
faktor tersebut mempunyai ketergantungan dalam Berdasarkan hasil study pendahuluan yang
mempengaruhi kepatuhan dalam melaksanakan dilakukan peneliti di dapatkan data dari tim IPCN
hand hygiene. Faktor individu yang mempengaruhi (Infection Prevention Control Nurse) tim
yaitu pengetahuan, sikap, beban kerja, dan pengendali infeksi nosokomial di rumah sakit, serta
motivasi. Faktor organisasi meliputi ada tidaknya wawancara dengan salah seorang tim IPCN
prosedur tetap, sanksi, penghargaan, dukungan, mengatakan bahwa dari beberapa infeksi
pelatihan dan ketersediaan fasilitas sarana dan nosokomial yang terjadi di rumah sakit angka
prasarana yang menunjang pelaksanaan hand phlebitis merupakan penyakit infeksi nosocomial
hygiene (Fauzia, et.al., 2014). dengan kejadian yang paling tinggi dialami pasien
Menurut data WHO (2014) bahwa sekitar selama dirawat.
8,7% dari 58 rumah sakit dari 14 negara yang Upaya yang dilakukan untuk mencegah
berasal dari timur tengah, eropa, asia tenggara dan dan mengendalikan flebitis di RSUD H. A. Sulthan
pasifik menunjukkan adanya infeksi nosokomial Daeng Radja Bulukumba diantaranya adalah
dengan asia tenggara sebanyak 12,2%. Di meningkatkan fasilitas pendukung serta Standar
Indonesia belum ada angka yang pasti tentang Prosedur Operasional tentang cuci tangan yang
pravalensi kejadian phlebitis, kemugkinan benar dengan enam langkah lima benar. Tenaga
disebabkan oleh penelitian dan publikasi yang keperawatan diberikan pelatihan manajemen insersi
berkaitan dengan phlebitis jarang dilakukan. Data intra vena secara bertahap, namun denikian flebitis
Depkes RI Tahun 2016 angka kejadian phlebitis di masih menjadi masalah utama infeksi. Hand
Indonesia sebesar 50,11% untuk Rumah Sakit hygiene dengan cara yang benar adalah suatu upaya
Pemerintah sedangkan untuk Rumah Sakit Swasta untuk mengurangi transmisi infeksi nosocomial.
sebesar 32,70%.
Berdasarkan masalah yang terjadi diatas, dengan di harapkan dengan derajat kemaknaan
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian 0,05. Bila P-Value ,< 0,05 berarti ada hubungan
dengan judul “Gambaran kepatuhan cuci tangan yang bermakna (Ho di tolak) sedangkan P-Value >
perawat dengan resiko infeksi phlebitis di RSUD 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna
H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba“.. (Ho diterima).
Tujuan umum dari penelitian ini adalah
diketahuinya gambaran kepatuhan cuci tangan HASIL
perawat dengan resiko infeksi phlebitis di RSUD 1. Analisa univariat
H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui dari 49 jumlah responden paling
METODE PENELITIAN banyak yang berjenis kelamin perempuan
Desain Penelitian sebanyak 40 orang (81,6%), sedangkan
Jenis penelitian ini merupakan penelitian responden yang berjenis kelamin laki-laki
observasional deskriptif dengan pendekatan “cross sebanyak 9 orang (18,4%). Berdasarkan
sectional”. Penelitian cross sectional adalah jenis jumlah responden paling banyak responden
penelitian yang menekankan waktu berumur antara 26-30 tahun sebanyak 24 orang
pengukuran/observasi data variabel independent (49,0%), sedangkan paling kurang responden
dan dependent hanya satu kali pada satu saat yang berumur antara 41-50 tahun sebanyak 3
(Nursalam, 2014). orang (6,1%). Berdasarkan jumlah responden
Populasi dan Teknik Sampel paling banyak responden dengan tingkat
Populasi adalah wilayah generalisasi yang pendidikan diploma III sebanyak 25 responden
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai (51,0%), dan paling kurang pada kategori
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan tingkat pendidikan sarjana sebanyak 8
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik responden (16,3%).
kesimpulannya (Hidayat AA, 2017). Sampel dalam Berdasarkan hasil penelitian ini dari 49
penelitian ini berjumlah 49 responden. jumlah responden dengan lama kerja paling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian banyak responden terdapat pada kategori 0-5
ini adalah dengan cara Accidental Sampling, teknik tahun sebanyak 27 responden (55,1%),
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu sedangkan paling kurang responden terdapat
siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan pada lama kerja kategori 11-15 tahun sebanyak
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila 5 responden (10,2%). Berdasarkan jumlah
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok responden dengan kepatuhan cuci tangan
sebagai sumber data (Sugiyono, 2014). perawat paling banyak terdapat pada kategori
Instrumen Pengumpulan Data patuh sebanyak 37 responden (75,5%).
Sedangkan kepatuhan cuci tangan perawat
Instrumen penelitian adalah suatu alat
pada kategori kurang patuh sebanyak 12
pengumpul data yang digunakan untuk mengukur
responden (24,5%). Berdasarkan jumlah
fenomena dan mencari informasi yang lengkap
responden dengan resiko infeksi phlebitis
mengenai masalah yang ingin diketahui dalam
paling banyak terdapat pada kategori tidak
suatu penelitian (Sugiyono, 2014). Instrumen
phlebitis sebanyak 32 responden (65,3%).
dalam penelitian ini adalah : pada kepatuhan
Sedangkan resiko infeksi phlebitis pada
perawat menggunakan lembar kuesioner yang
kategori phlebitis sebanyak 17 responden
berisi tentang kepatuhan perawat dalam melakukan
(34,7%).
tindakan cuci tangan sesuai dengan standar
2. Analisa Gambaran Kepatuhan Cuci Tangan
prosedur yang telah ditentukan. Kuesioner dibuat
dengan menggunakan skala guttman dengan jumlah Perawat Dengan Resiko Infeksi Phlebitis Di
pertanyaaan 15 pertanyaan. Lembar kuesioner RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja
resiko infeksi phlebitis dengan menilai apakah ada Bulukumba.
tanda dan gejala phlebitis yang dialami responden Berdasarkan hasil penelitian diketahui
selama dirawat di rumah sakit. bahwa responden yang kepatuhan cuci tangan
Analisa Data perawat kategori patuh dengan terjadinya
Analisa data yang digunakan peneliti phlebitis sebanyak 8 responden (47,1%), dan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan yaitu yang kepatuhan cuci tangan perawat kategori
dengan mempelajari pengaruh masing-masing kurang patuh dengan terjadinya phlebitis
variabel. Analisa bivariat dilakukan untuk sebanyak 9 responden (52,9%), sedangkan
mengetahui hubungan antara variabel independent yang kepatuhan cuci tangan perawat kategori
dan variabel dependent. Uji statistik yang patuh dengan tidak terjadi phlebitis sebanyak
digunakan adalah uji fisher. Uji ini bertujuan untuk 29 responden (90,6%), dan yang kepatuhan
melihat ada atau tidaknya perbedaan proporsi yang cuci tangan perawat kategori kurang patuh
bermakna antara distribusi frekuensi yang di amati
dengan tidak terjadi phlebitis sebanyak 3 kepatuhan dalam melaksanakan hand hygiene.
responden (9,4%). Faktor individu yang mempengaruhi yaitu
Hasil analisis dengan menggunakan uji pengetahuan, sikap, beban kerja, dan motivasi.
Fisher diperoleh nilai significancy sebesar
Faktor organisasi meliputi ada tidaknya
0,001 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa “terdapat hubungan gambaran prosedur tetap, sanksi, penghargaan,
kepatuhan cuci tangan perawat dengan resiko dukungan, pelatihan dan ketersediaan fasilitas
infeksi phlebitis di RSUD H. Andi Sulthan sarana dan prasarana yang menunjang
Daeng Radja Bulukumba”. pelaksanaan hand hygiene (Fauzia, et.al.,
2014).
PEMBAHASAN Menurut peneliti bahwa kepatuhan
a. Kepatuhan cuci tangan perawat merupakan suatu perubahan perilaku dari
Pada hasil penelitian ini dari 49 jumlah perilaku yang tidak mentaati peraturan ke
responden dengan kepatuhan cuci tangan perilaku yang mentaati peraturan. Kepatuhan
perawat paling banyak terdapat pada kategori perawat melakukan cuci tangan secara benar
patuh sebanyak 37 responden (75,5%). sesuai standar prosedur operasional masih
Sedangkan kepatuhan cuci tangan perawat termasuk rendah, Salah satu langkah yang
pada kategori kurang patuh sebanyak 12 efektif memutuskan rantai transmisi penyakit
responden (24,5%). Penelitian ini sejalan infeksi adalah dengan mengimplementasikan
dengan hasil penelitian yang dilakukan cuci tangan yang benar, cuci tangan di momen
(Hermawan et.al., 2018) mengenai hubungan dan cara yang tepat sesuai dengan cara yang
kepatuhan perawat melaksanakan spo cuci tertuang dalam komponen kewaspadaan
tangan terhadap kejadian phlebitis di rumah standar Perawat yang akan melakukan
sakit graha husada bandar lampung tindakan pemasangan infus tanpa didahului
menunjukkan bahwa sebagian besar 18 dengan cuci tangan atau melakukan cuci
(38,3%) melakukan 6 langkah dan 5 moment tangan tetapi tidak sesuai standar, maka kedua
cuci tangan dan 29 (61,7%) tidak melakukan 6 tangannya masih terdapat banyak flora transien
langkah dan 5 moment cuci tangan dari 47 dan residen. Ketika tangan perawat kontak
responden. langsung dengan kulit pasien yang telah
Mencuci tangan dapat menurunkan 20- dilakukan tindakan pemasangan infus besar
40% kejadian infeksi nosokomial. Namun kemungkinan mikrobakterium dari tangan
pelaksanaan cuci tangan itu sendiri belum perawat berpindah ke kulit pasien.
mendapat respon yang maksimal. Di negara b. Resiko infeksi phlebitis
berkembang kegagalan pelaksanaan cuci Pada hasil penelitian ini dari 49 jumlah
tangan terkendala karena kurangnya kepatuhan responden dengan resiko infeksi phlebitis
petugas kesehatan untuk mentaati prosedur paling banyak terdapat pada kategori tidak
cuci tangan. Pada perilaku profesi perawat, phlebitis sebanyak 32 responden (65,3%).
kepatuhan ini akan optimal jika perawat itu Sedangkan resiko infeksi phlebitis pada
sendiri menganggap perilaku ini bernilai kategori phlebitis sebanyak 17 responden
positif yang akan diintegrasikan melalui (34,7%). Penelitian ini sejalan dengan
tindakan asuhan keperawatan. Perilaku penelitian yang dilakukan oleh (Basuki and
keperawatan ini akan dapat dicapai jika Nofita, 2016) tentang hubungan kepatuhan
manajer keperawatan merupakan orang yang cuci tangan enam langkah lima momen
dapat dipercaya dan dapat memberikan perawat dengan kejadian phlebitis di rsud dr.
motivasi. Kepatuhan perawat adalah perilaku wahidin sudiro husodo mojokerto, Hasil
perawat sebagai seorang yang profesional penelitian didapatkan sebagian besar
terhadap suatu anjuran, prosedur atau pasien/responden tidak mengalami phlebitis,
peraturan yang harus dilakukan atau ditaati yaitu sebanyak 14 orang (70%) dan responden
(Hermawan, et.al., 2018). terkecil mengalami phlebitis sebanyak 6 orang
Kepatuhan untuk melaksanakan hand (30%).
hygiene dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu Phlebitis adalah salah satu bentuk infeksi
faktor individu, organisasi dan lingkungan. nosokomial yang sering muncul dirumah
Ketiga faktor tersebut mempunyai sakit,yaitu merupakan peradangan pada
ketergantungan dalam mempengaruhi
dinding vena akibat terapi cairan intravena, mengalami phlebitis meskipun perawat tidak
yang ditandai dengan nyeri, kemerahan , teraba patuh cuci tangan yaitu tidak menggunakan
lunak, pembengkakan dan hangat pada lokasi alas ketika melakukan pemasangan infus tetapi
penusukan jarum infus. Phlebitis merupakan hal tersebut tidak menyebabkan transmisi
infeksi oleh mikroorganisme yang dialami oleh mikroorganisme ke daerah penusukan jarum
pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah infus.
sakit diikuti dengan manifestasi klinis yang c. Gambaran kepatuhan cuci tangan perawat
muncul sekurang-kurangnya 3x24 jam. dengan resiko infeksi phlebitis
Phlebitis didefinisikan sebagai peradangan Hasil analisis dengan menggunakan uji
pada dinding pembuluh darah balik atau vena Fisher diperoleh nilai significancy sebesar
(Lestari, 2019) 0,001 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan
Menurut (Fatmawati and Winarko, 2017) bahwa “terdapat hubungan gambaran
Karakteristik angka kejadian phlebitis yang kepatuhan cuci tangan perawat dengan resiko
terjadi berdasarkan penyebabnya masih infeksi phlebitis di RSUD H. Andi Sulthan
variatif, penyebab yang sering terjadi pada Daeng Radja Bulukumba”.
pasien sering dipengaruhi diantaranya adalah Penelitian ini sejalan dengan penelitian
faktor usia, penyakit kronis (misal diabetes yang dilakukan oleh (Basuki and Nofita,
mellitus, hipertensi, gagal ginjal kronik, 2016) Hasil statistik menggunakan spearman
kanker), jenis cairan yang diberikan rho didapatkan nilai ρ value 0,007 (ρ < 0,05).
(osmolaritas cairan), juga teknik pemasangan Hal ini menunjukkan H0 ditolak artinya ada
yang salah serta masih ditemukan petugas hubungan antara kepatuhan perawat dalam
yang tidak melakukan dressing atau perawatan melakukan cuci tangan enam langkah lima
luka infus yang seharusnya dilakukan setiap momen dengan kejadian phlebitis di RSUD dr.
hari. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto,
Menurut analisa peneliti faktor-faktor dengan nilai r = 0,579 yang menunjukkan
yang ikut berperan dalam phlebitis bakteri, korelasi positif dengan keeratan korelasi
meliputi teknik aseptik termasuk didalamnya sedang
kebersihan tangan petugas, lama perawatan, Hasil Penelitian ini sejalan dengan
alat atau cairan yang terkontaminasi, phlebitis penelitian yang dilakukan oleh (Lestari, 2019)
dapat timbul secara spontan ataupun penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
merupakan akibat dari prosedur medis dan hubungan kepatuhan perawat dalam
faktor lainnya yaiut faktor pasien yang dapat melakukan hand hygiene dengan kejadian
mempengaruhi angka phlebitis mencakup usia, flebitis, hasil penelitian ini diperoleh harga
jenis kelamin dan kondisi dasar (yaitu diabetes koefisien nilai p-value sebesar 0,000 >0,05
melitus, infeksi, luka bakar). Insiden Phlebitis dengan nilai keeratan -0,995 dalam kategori
meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan tinggi.
jalur intravena, komposisi cairan atau obat Faktor faktor yang menyebabkan
yang diinjeksi (terutama pH dan tonisitasnya), terjadinya phlebitis adalah factor kimia seperti
ukuran kanul dan tempat pemasangan jalur jenis cairan obat yang digunakan, kecepatan
intravena yang tidak sesuai dan masuknya aliran infus serta bahan kateter, faktor mekanik
microorganisme saat penusukan yaitu terjadi ketika vena trauma oleh kontak
Menurut asusmsi peneliti, berdasarkan fisik, trauma fisik tersebut bisa ditimbulkan
data didapatkan mayoritas pasien yang oleh ukuran kateter dan lokasi penusukan
dilakukan pemasangan infus tidak terjadi yang tidak sesuai, faktor bakterial biasanya
phlebitis. Hal tersebut dikarenakan dalam berhubungan dengan adanya kolonisasi bakteri
melaksanakan pemasangan infus perawat telah (Fatmawati and Winarko, 2017)
sesuai dengan langkah–langkah atau prosedur Selain ketiga faktor diatas mengemukakan
yang berlaku di Rumah Sakit seperti mengikuti bahwa faktor lain seperti usia, status gizi,
prosedur cuci tangan, mematuhi five moment, penyakit yang mendasari dan jenis kelamin
serta memulai terapi infus dengan benar berpengaruh terhadap kejadian plebitis. Usia
sehingga mayoritas pasien tidak terjadi dan status gizi berpegaruh dikarenakan
phlebitis. Namun ada juga pasien yang tidak pertahanan tubuh seseorang terhadap infeksi
dapat berubah sesuaiusia. Salah satu upaya sehingga kebiasaan cuci tangan sudah mulai
untuk menekan kejadian phlebitis tersebut membudaya di kalangan perawat. Perawat
adalah dengan melakukan manajemen yang yang patuh dalam melakukan cuci tangan enam
baik pada saat pemasangan intravena line atau langkah lima momen tetapi masih
infus. Selain itu tingkat pendidikan, mengakibatkan terjadinya phlebitis,
keterampilan serta sikap perawat juga kemungkinan disebabkan oleh faktor lain
mempunyai peran yang sangat penting dalam seperti lokasi penusukan yang tidak sesuai,
terjadinya kejadian phlebitis (Trianiza, 2013). teknik pemasangan infus, penggunaan kateter
Kemampuan perawat dalam untuk infus yang kurang sesuai dan pergerakan
mencegah tranmisi infeksi di rumah sakit dan ekstermitas yang dipasang infus.
upaya pencegahan adalah tingkatan pertama Perawat yang tidak patuh melakukan cuci
dalam pemberian pelayanan bermutu. tangan sesuai dengan SPO cuci tangan yang
Tindakan salah yang sering dilakukan perawat berlaku sebagian besar mengakibatkan
adalah jarang mencuci tangan dalam phlebitis. Hal ini dikarenakan bakteri yang
melakukan tindakan. Kadang kala ada juga terdapat di tangan perawat bertransmisi ke
perawat yang menggunakan sarung tangan tangan pasien dan masuk melalui luka bekas
dalam melakukan tindakan. Kadang juga ada tusukan kanul infus pada saat pemasangan
perawat yang menggunakan sarung tangan dan infus, sehingga mengakibatkan infeksi silang
lupa menggantinya sewaktu memeriksa satu (phlebitis). Hasil penelitian menunjukkan
pasien ke pasien lain, atau dari satu bagian bahwa semakin tinggi tingkat kepatuhan
tubuh ke bagian tubuh lainnya. Kebersihan perawat dalam melakukan cuci tangan enam
tangan merupakan hal yang paling penting langkah lima momen, maka semakin rendah
untuk mencegah penyebaran infeksi. Cuci insiden/kejadian phlebitis. Sehubungan dengan
tangan dengan sabun dan air mengalir bila hal tersebut, upaya peningkatan kesadaran
tangan terlihat kotor atau terkontaminasi dan pentingnya cuci tangan harus lebih
menggunakan hand rub berbasis alkohol secara ditingkatkan agar kejadian phlebitis bisa
rutin untuk dekontaminasi tangan, jika tangan dicegah atau dikurangi.
tidak terlihat ternoda. Pada kondisi cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir keringkan KESIMPULAN DAN SARAN
dengan lap/ handuk tisu sekali pakai. Hand Berdasarkan hasil penelitian diatas maka
hygiene adalah istilah yang digunakan untuk disimpulkan bawah :
1. Kepatuhan cuci tangan perawat paling banyak
mencuci tangan menggunakan antiseptik
terdapat pada kategori patuh sebanyak 37
pencuci tangan (Marfu’ah and Sofiana, 2018).
responden (75,5%).
Menurut asumsi peneliti, berdasarkan data
2. Resiko infeksi phlebitis paling banyak terdapat
yang sudah didapatkan diketahui bahwa
pada kategori tidak phlebitis sebanyak 32
dengan kepatuhan perawat dalam cuci tangan
responden (65,3%).
tidak terjadi phlebitis. Hal ini terjadi karena
3. Terdapat hubungan gambaran kepatuhan cuci
yang berkontribusi dengan kejadian phlebitis
tangan perawat dengan resiko infeksi phlebitis
salah satunya adalah teknik aseptik (cuci
di RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja
tangan) dan ini telah diatur dalam SPO.
Bulukumba.
Dengan perawat patuh pada cuci tangan maka
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka
transmisi mikroorganisme terhadap Phlebitis
disrankan:
pada daerah penusukan infus tidak terjadi
1. Diharapkan penelitian ini dapat menambah
sehingga tidak terjadi phlebitis pada pasien
informasi dan masukan bagi petugas kesehatan
yang dilakukan pemasangan infus oleh
agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan
perawat.
kesehatan yan diberikan dan diharapkan juga
Hasil penelitian didapatkan perawat yang
akan memberikan manfaat kepada masyarakat
patuh dalam melaksanakan cuci tangan enam
dalam hal informasi tentang Gambaran
langkah lima momen tidak menyebabkan
kepatuhan cuci tangan perawat dengan resiko
terjadinya phlebitis dikarenakan sebagian besar
infeksi phlebitis.
perawat telah menyadari pentingnya cuci
2. Bagi penelitian keperawatan diharapkan dapat
tangan baik bagi perawat maupun pasien,
dilakukan penelitian lanjutan mengenai
Gambaran kepatuhan cuci tangan perawat Jakarta.
dengan resiko infeksi phlebitis. Munandar Imam And Koto Yeni. 2018. Kepatuhan
Perawat dalam Pelaksanaan Standar
Operasional Prosedur (SOP) Perawatan Luka
DAFTAR PUSTAKA dengan Kejadian Infeksi Luka Operasi Post
Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Sectio Caesaria. J. Ilmiah Ilmu Keperawatan
Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Indonesia. Vol. 8 No. 2
Yogyakarta. Notoatmodjo, 2014. Promosi Kesehatan dan
Basuki Duwi And Nofita Martika. 2017. Hubungan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Kepatuhan Cuci Tangan Enam Langkah Notoatmojo, S., 2010. Metodologi penelitian
Lima Momen Perawat Dengan Kejadian kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Phlebitis Di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Nursalam, 2014. Metodologi Penelitian Ilmu
Husodo Mojokerto Keperawatan Pendekatan Praktis. Salemba
Darmadi, S, (2012). Infeksi Nosokomial Medika, Jakarta.
Problematika & Pengendaliannya. Jakarta: Potter & Perry. (2010) Buku Ajar Fundamental
salemba Medika Keperawatan : Konsep, Proses & Praktek.
Dharma, K.K., 2011. Metodologi penelitian Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC
keperawatan. Trans Info Media, Jakarta. Priandika Angga Satria. 2015. Hubungan Antara
Fatmawati Lilis And Winarko Heri. 2017. Kepatuhan Prosedur Cuci Tangan Perawat
Kepatuhan Cuci Tangan Dapat Menghambat Dan Penggunaan Sarung Tangan Dengan
Terjadinya Plebitis Pada Proses Pasca Kejadian Phlebitis Di Rsud Dr.Soedirman
Pemasangan Infus (Handwashing Kabupaten Kebumen. Sekolah Tinngi Ilmu
Compliance May Inhibit Plutitis Occurrence Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Post-Infusion Installation Process). Jurnal Of Rohani dan Hingawati setio. (2014). Panduan
Nursing Community Praktik Keperawatan Nosokomial.
Fauzi N, Ahsan, Azzuhri M,. 2015. Pengaruh Yogyakarta : PT Citra Parama
Faktor Individu, Organisasi dan Perilaku Riskesdas, 2018. Laporan Nasional Riset
terhadap Kepatuhan Perawat dalam Kesehatan Dasar tahun 2018. Badan Penelit.
Melaksanakan Hand Hygiene di Ruang Dan Pengemb. Kesehat. Kementeri. Kesehat.
Rawat Inap Rumah Sakit Tk. II Dr. RI.
Soepraoen Malang. Jurnal Aplikasi Saryono, 2014. Metodologi penelitian keperawatan.
Manajemen (JAM) UNSOED, Purwokerto.
Fauzia N, Ansyori A, Hariyanto T. 2014. Saryono, Anggraeni, nani, 2013. Metodologi
Kepatuhan Standar Prosedur Operasional Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dalam
Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Bidang Kesehatan. Nuha Medika, Jakarta.
Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Septiari. 2016. Infeksi Nosokomial. Jogjakarta:
Brawijaya Nuha Medika.
Hermawan D, Junika E, Nadeak J., 2018. Sugiyono, 2014. Metode penelitian kuantitaif,
Hubungan Kepatuhan Perawat Melaksanakan kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung.
Standar Prosedur Operasional (SPO) Cuci Susiati, (2015). Keterampilan Keperawatan Dasar,
Tangan Terhadap Kejadian Phlebitis Di Paket 1, Erlangga Medical Series, Jakarta
Rumah Sakit Graha Husada Bandar Syamsuddin, 2015. Pedoman praktis metodologi
Lampung. Holistik Jurnal Kesehatan penelitian internal (pendekatan kualitatif,
Lestari. 2019. Hubungan Kepatuhan Perawat kuantitatif, pengembangan dan mix-method).
Dalam Melakukan Hand Hygiene Dengan Wade Group, Indonesia.
Kejadian Flebitis Di RSUD Wonosari. Widyawati, S.N (2016). Konsep Dasar
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustaka.
‘Aisyiyah Yogyakarta  asa Dan Sastra Indonesia, 3 (budaya literasi
Marfu’ah Siti And Sofiana Liena. 2018. Analisis dalam pembelajaran bahasa), 12–16.
Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene Perawat
dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial. J.
Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Margaretha S, Sholichin, Annisa. 2017. Hubungan
Kepatuhan Perawat Mencuci Tangan Dengan
Kejadian Hais (Flebitis) Di Rumah Sakit
Dirgahayu Samarinda. Jurnal Medika
Sekolah Tinggi Kesehatan Wiyata Husada
Samarinda
Moniung, N., 2016. Perilaku Kesehatan dalam
Psikologi Kesehatan, edisi kedua. EGC,
A. Hasil Penelitian

1. Analisa univariat

Tabel 5.1.
Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin perawat di RSUD H. Andi Sulthan Daeng
Radja Kabupaten Bulukumba Tahun 2020
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-Laki 9 18,4
Perempuan 40 81,6
Jumlah 49 100
Sumber : Data Primer 2020

Tabel 5.2.
Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Umur perawat di RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja
Kabupaten Bulukumba
Tahun 2020
Umur Frekuensi Persentase
21-25 tahun 7 14,3
26-30 tahun 24 49,0
31-35 tahun 9 18,4
36-40 tahun 6 12,2
41-50 tahun 3 6,1
Jumlah 49 100
Sumber : Data Primer 2020

Tabel 5.3.
Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan tingkat pendidikan Perawat di RSUD H. Andi Sulthan
Daeng Radja Kabupaten Bulukumba Tahun 2020
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
Diploma III 25 51,0
Sarjana 8 16,3
S1+Ners 16 32,7
Jumlah 49 100
Sumber : Data Primer 2020

Tabel 5.4.
Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan lama kerja perawat di RSUD H. Andi Sulthan Daeng
Radja Kabupaten Bulukumba Tahun 2020
Lama Kerja Frekuensi Persentase
0-5 Tahun 27 55,1
6-10 Tahun 17 34,7
11-15 Tahun 5 10,2
Jumlah 49 100
Sumber : Data Primer 2020
Tabel 5.5.
Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan kepatuhan cuci tangan perawat di RSUD H. Andi
Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba Tahun 2020
Kepatuhan Cuci Tangan
Frekuensi Persentase
Perawat
Patuh 37 75,5
Kurang patuh 12 24,5
Jumlah 49 100
Sumber : Data Primer 2017

Tabel 5.6.
Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan resiko infeksi phlebitis di RSUD H. Andi Sulthan Daeng
Radja Bulukumba Tahun 2020
Resiko Infeksi Phlebitis Frekuensi Persentase

Phlebitis 17 34,7
Tidak Phlebitis 32 65,3
Total 49 100
Sumber : Data Primer 2020

2. Analisa bivariat

Tabel 5.7.
Analisis gambaran kepatuhan cuci tangan perawat dengan resiko infeksi phlebitis di RSUD H.
Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba Tahun 2020
Kepatuhan Cuci Tangan
Perawat
Total p
Patuh Kurang patuh
n % N %
Resiko Phlebitis 8 47,1 9 52,9 17
Infeksi
Tidak Phlebitis 29 90,6 3 9,4 32 0,001
Phlebitis
Total 37 75,5 12 25,5 49
*Sumber : uji Fisher

Anda mungkin juga menyukai