Anda di halaman 1dari 8

Studi Kasus

Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepatuhan Kebersihan Tangan Keluarga


Pasien
Maulana*, Fauzia*, Fredynata*, Jauhari*, Pujiono*
Diah Riayantini, S.kep., Ners, M.Kep**
Kristin, S.ST., Ners*** Indarti, S.Kep., Ners*** Dewi M.S.Kep., Ners***

*Mahasiswa Keperawatan FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya


**Dosen Keperawatan FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya
Email :

ABSTRAK
Pendahuluan : Rumah sakit merupakan tempat dengan risiko infeksi nosokomial
(HAIs) yang tinggi. Perilaku keluarga dan pasien di rumah sakit berpengaruh
besar terhadap kejadian HAIs, salah satunya adalah praktik cuci tangan. Mencuci
tangan adalah salah satu cara paling efektif untuk memutus rantai infeksi, yang
dapat mengurangi kejadian infeksi yang didapat di rumah sakit. Pemantauan
kepatuhan kebersihan tangan oleh keluarga pasien merupakan bagian penting dari
program promosi cara mencuci tangan yang benar harus mengikuti enam tahap
mencuci tangan dan lima waktu pencucian. Tujuan : Mengevaluasi bagaimana
dampak penyuluhan tentang kepatuhan mencuci tangan pada keluarga pasien.
Metode : Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara
non probability sampling yaitu purposive sampling. Penyuluhan, demontrasi dan
observasi. Dengan responden 5 orang keluarga pasien. Hasil : Saat ini
menemukan kepatuhan cuci tangan dan urutan tahap cuci tangan keluarga pasien
meningkat. Diskusi : Studi ini telah memberikan dasar yang kuat untuk
kebersihan tangan adalah ukuran utama yang terbukti efektif dalam mencegah
penularan infeksi dan penyebaran resistensi antimikroba. Kebersihan tangan
merupakan bagian dari sasaran keselamatan pasien yang wajib harus dilaksanakan
di rumah sakit.

Keywords : :6 langkah cuci tangan; pendidikan kesehatan; metode demonstrasi;


kebersihan tangan lima moment
I. PENDAHULUAN banyak dari keluarga tersebut
Healthcare-Associated masih mengabaikan hand hygiene
Infections (HAIs) merupakan saat keluar masuk ruangan atau
infeksi yang ada baik dirumah saat melakukan kontak dengan
sakit ataupun fasilitas kesehatan pasien sementara perawat tidak
lain yang tidak hanya terjadi pada mengetahui pasti terkait status
pasien melainkan pada kesehatan dari keluarga itu
pengunjung maupun petugas sendiri. Sumber utama terjadinya
kesehatan yang tertular saat kontaminasi silang karena adanya
berada dalam lingkungan perpindahan mikroorganisme
pelayanan kesehatan atau didapat antar kedua tangan yang diperoleh
saat melakukan perawatan pasien. saat kontak langsung dengan
HAIs terjadi akibat terinfeksi oleh pasien. Sementara disisi lain
sejumlah agen baik dari bakteri, keluarga juga akan melakukan
jamur, parasit, maupun virus kontak dengan lingkungan luar
(Rajab dkk, 2018). Dimana HAIs rumah sakit baik perlengkapan
tersebut sangat rentan terjadi pada benda ataupun tempat yang
pasien yang tinggal lama di rumah sebelumnya sudah
sakit, pasien dengan keadaan terkontaminasi. Dari situlah akan
defisiensi imun terjadi transmisi organisme yang
(immunocompromised), operasi sudah mengkontaminasi keluarga
invasif dan manajemen luka pasien dan dapat meningkatkan
rumah (Percival dkk, 2015). resiko infeksi bagi pasien yang
Angka kejadian infeksi HAIs dirawat di rumah sakit (Meida,
di Rumah Sakit RSUD Haji 2016).
Provinsi Jawa Timur pada tahun Risiko terjadinya infeksi
2018-2020 terdiri Blood Stream paling tinggi di rumah sakit
Injection (BSI) 0%, Catheter yaitu pada perawatan Intensive
Associated Urinary Track Care Unit (ICU). Pasien yang
Infection (CAUTI) sebanyak 5%, sedang dalam perawatan di
Ventilator Associated Pneumonia Intensive Care Unit (ICU)
(VAP) 0%, dan Surgical Site memiliki resiko yang lebih tinggi
Infection (SSI) menunjukkan terkena HAIs dan seringkali
angka kejadian sebanyak 31%. disebut sebagai episentrum
Dengan jumlah total angka infeksi jika dibandingkan dengan
kejadian HAIs pada 40% dengan perawatan di ruang rawat biasa,
proporsi 0,28. hal itu terjadi karena pasien
Tingginya angka kejadian dalam ruang intensif mengalami
HAIs dalam pelayanan kesehatan kondisi immunocompromised
juga dapat berdampak pada yang menyebabkan dirinya sangat
turunnya kualitas mutu pelayanan rentan terinfeksi karena
medis. Salah satu faktor penyebab mendapatkan beberapa tindakan
terjadinya HAIs yaitu dalam invasif seperti pemasangan
melakukan hand hygiene. Selain ventilator, intubasi ataupun
petugas kesehatan, keluarga ventilasi mekanik, pemasangan
pasien ternyata juga ikut berperan infus, dan tindakan lainnya
aktif dalam penyebaran HAIs sehingga rentan dan mudah
yang ada di rumah sakit karena terinfeksi mikroorganisme

2
(Kurniawati, 2015). Dampak yang merupakan bagian dari rantai
diakibatkan dari kejadian tersebut transmisi penyebaran infeksi.
selain dapat memperparah Cara mencuci tangan yang benar
keadaan pasien, HAIs juga harus mengikuti enam tahap
menyebabkan waktu rawat pasien mencuci tangan dan lima waktu
akan semakin lama sehingga pencucian. Saat yang tepat untuk
dapat menimbulkan kerugian dari melakukan kegiatan mencuci
segi materi juga. Selain itu HAIs tangan pakai sabun dan air
juga dapat menularkan kepada mengalir adalah 40-60 detik. Saat
keluarga pasien akibat adanya menggunakan hand scrub,
kontak langsung dengan pasien durasinya 20-30 detik. Hasil
yang menderita HAIs (Abubakar penelitian menunjukkan bahwa
dkk, 2017). mencuci tangan dengan benar
Tingginya angka kejadian dapat menekan jumlah kejadian
HAIs dalam pelayanan kesehatan infeksi nosokomial hingga 20-
juga dapat berdampak pada 40%. (WHO, 2016).
turunnya kualitas mutu pelayanan
medis. Salah satu factor penyebab II. METODE PENELITIAN
terjadinya HAIs yaitu dalam Penelitian ini menggunakan
melakukan hand hygiene. Selain desain penelitian deskriptif yang
petugas kesehatan, keluarga bertujuan untuk mengidentifikasi
pasien ternyata juga ikut berperan gambaran kepatuhan dalam mencuci
aktif dalam penyebaran HAIs tangan penunggu pasien
yang ada di rumah sakit karena menggunakan penyuluhan,
banyak dari keluarga tersebut demontrasi dan observasi. Sampel
masih mengabaikan hand hygiene dalam penelitian ini adalah penunggu
saat keluar masuk ruangan atau pasien di ruang ICU RSUD Haji
saat melakukan kontak dengan Provinsi Jawa Timur. Teknik
pasien sementara perawat tidak pengambilan sampel pada penelitian
mengetahui pasti terkait status ini dilakukan dengan cara non
kesehatan dari keluarga itu probability sampling yaitu purposive
sendiri. Mencuci tangan sampling dengan kriteria inklusi pada
merupakan salah satu tahap penelitian ini meliputi: keluarga
efektif untuk memutus rantai pasien (penunggu pasien) Ruang ICU
infeksi hilang, yang dapat RSUD Haji Provinsi Jawa Timur.
mengurangi kejadian infeksi Sampel berjumlah 5 responden.
nosokomial (Rahmawati & Variabel independen pada penelitian
Sofiana, 2017). Pelaksanaan ini adalah Pendidikan Kesehatan
kegiatan cuci tangan disesuaikan Dengan Menggunakan Metode
dengan tata cara standar untuk Demonstrasi Hand Hygiene,
mencegah bakteri sedangkan variabel dependen
berkembangbiak. Upaya ketepatan pelaksanaan cuci tangan 6
peningkatan kepatuhan perilaku langkah keluarga pasien. Instrumen
cuci tangan harus dilakukan pengumpulan data yang digunakan
secara simultan tidak hanya pada penelitian ini adalah: Lembar
kepada seluruh civitas rumah observasi berisi tabel monitoring
sakit, namun juga kepada ketepatan cuci tangan serta
pengunjung rumah sakit yang menggunakan checklist. Melakuan

3
cuci tangan di centang “ya” bila tidak tangan
di centang “tidak”. Dan dengan
menggunakan media lembar balik tepat
cuci tangan 6 langkah sebagai Ketepatan keluarga pasien
promosi kesehatan. dalam cuci pada kelompok di Ruang
ICU RSUD Haji Provinsi Jawa
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Timur setalah diberikan pendidikan
3.1 Hasil kesehatan PKMRS dan dengan
Penelitian ini dilakukan di Ruang metode demonstrasi.
ICU RSUD Haji Provinsi Jawa
Timur. Responden dalam penelitian Tabel 3. Ketepatan Keluarga Pasien
ini adalah keluraga pasien di Ruang Dalam Cuci setalah dilakukan
ICU RSUD Haji Provinsi Jawa PKMRS dan demonstrasi
Timur Saiful Anwar Malang Keterangan Frekuensi Presentasi
berjumlah 5 responden.
Tidak
Tabel 1. Distribusi Responden 0 0%
Keluarga Pasien Dalam Cuci Tangan melakukan
Cuci
Karakteristik tangan 1 20 %
Frekuensi %
Responden
tidak tepat
Jenis Kelamin Cuci
 Laki-laki 60 % tangan
3 4 80 %
 Perempua 40 % dengan
n 2 tepat
Berdasarkan kriteria jenis Kegiatan mencuci tangan
kelamin, sebagian besar responden adalah kegitan yang penting
memiliki jenis kelamin Laki-laki dilakukan pada lingkungan tempat
yaitu sebanyak 3 responden (60%) pasien dirawat, termasuk rumah
sakit.
Ketepatan keluarga pasien Mencuci tangan adalah rutinitas yang
dalam cuci pada kelompok di Ruang murah dan murah penting dalam
ICU RSUD Haji Provinsi Jawa pengendalian infeksi dan
Timur sebebelum pendidikan perlindungan terbaik terhadap infeksi
kesehatan PKMRS dan dengan Mikroorganisme
metode demonstrasi.
Tabel 2. Ketepatan Keluarga Pasien III.2 Pembahasan
Dalam Cuci sebelum dilakukan Pelaksanaan cuci tangan
PKMRS dan demonstrasi harus sesuai dengan prosedur standar
Keterangan Frekuensi Presentasi untuk mencegah perkembangbiakan
mikroorganisme kuman. Cuci tangan
Tidak yang benar yakni sesuai dengan
4 80 %
melakukan enam langkah cuci tangan dan sesuai
Cuci dengan lima momen cuci tangan.
tangan 1 20 % Ketepatan durasi dalam melakukan
tidak tepat cuci tangan dengan menggunakan
sabun dan air mengalir 40-60 detik,
Cuci 0 0%

4
bila menggunakan handrub 20-30 Provinsi Jawa Timur setelah di
detik (WHO, 2016). berikan pendidikan kesehatan. Adanya
Dengan diberikannnya pendidikan menggunakan metode
pendidikan kesehatan metode demonstrasi). Dengan adanya
demonstrasi maka meningkatkan pendidikan kesehatan metode
pengetahuan. Penelitian Rogers demonstrasi mampu meningkatkan
dalam Yunita dalam (Binti Rosidah, ketepatan dan kepatuhan pelaksanaan
2022) dengan adanya pendidikan cuci tangan pada keluarga pasien di
kesehatan maka terjadi proses yang Ruang ICU RSUD Haji Provinsi
berurutan yakni sebagai berikut: Jawa Timur.
a Awareness: timbulnya kesadaran
dan keyakinan mengenai cuci V. Saran
tangan dengan tepat Peneliti berharap hasil
penelitian ini dapat meningkatkan
b Interest: orang tersebut mulai
kesehatan masyarakat dan tenaga
tertarik untuk mencuci tangan
kesehatan melalui program kesehatan
dengan tepat
yang telah ditetapkan, termasuk
c Evaluation: Orang tersebut menurunkan angka kejadian infeksi
sudah mulai mempertimbangkan nosokomial. Peneliti menyarankan
cuci tangan dengan tepat penggunaan informasi audio-visual
d Trial : Mencoba cuci tangan (langkah-langkah cuci tangan yang
dengan tepat benar) serta pengawasan dengan
e Adoption : Orang tersebut media elekronik di setiap ruang
melakukan cuci tangan dengan strategis, hal seperti ini dapat di
tepat guakan untuk meningkatkan
Keuntungan dari metode penegtahuan dan memudahkan
presentasi adalah: Responden fungsi pengawasan terkait kepatuhan
didorong untuk aktif mengamati dan cuci tangan serta dapat mengurangi
mampu melakukannya coba lakukan kejadian infeksi nosokomial.
sendiri (Binti Rosidah, 2022) Peringatan tertulis dari penyedia jasa
Sejalan dengan penelitian kesehatan saja tidak cukup untuk
yang di lakukan oleh Binti Rosida menambah informasi dan kepatuhan
(2022). Di Saiful Anwar Malang cuci tangan.
antara kelompok kontrol dan
intervensi (pelatihan diberikan. Dukungan Finansial dan Sponsor
Pelatihan dilakukan dengan metode Tidak ada.
demonstrasi). Dengan bantuan
penyuluhan kesehatan, metode Konflik Kepentingan
demonstrasi dapat menunjukkan Tidak Ada konflik kepentingan.
ketepatan cuci tangan pada keluarga
pasien di IRNA 2 Ruang Bedah
Kelas 3 RSUD Dr. Saiful Anwar DAFTAR PUSTAKA
Malang meningkat 6 langkah dalam cuci tangan.2012.
(online)www.dechacare.com
IV. SIMPULAN (diakses pada tanggal 23
Terdapat perbedaan ketepatan Februari 2023)
pelaksanaan cuci tangan pada keluarga
pasien di Ruang ICU RSUD Haji

5
Abubakar, N., dan N. Nilamsari.
2017. Pengetahuan dan Sikap
Keluarga Pasien Rawat Inap
Rumah Sakit Haji Surabaya
Terhadap Pencegahan Infeksi
Nosokomial. Jurnal
Manajemen Kesehatan. 3(1):
49‐61.

inti Rosidah, W. A. (2022). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN


METODE DEMONSTRASI TERHADAP. MHJNS.
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta

JNPK_KR. (2004). Panduan


Pencegahan Infeksi Untuk
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Dengan Sumber
Daya Terbatas. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.

Kepatuhan dalam cuci tangan 2012.


(online)www.surabaya-
ehealth.org (diakses pada
tanggal 23 Februari 2023)
Kurniawati, A. F., P. Satyabakti, dan
N. Arbianti. 2015. Perbedaan
Risiko Multidrug Resistance
Organisms (Mdros) Menurut
Faktor Risiko dan Kepatuhan
Hand Hygiene. Jurnal
Berkala Epidemiologi. 3(3):
277–289.
M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik
S. (2000). Kapita Selekta
Kedokteran, ED : 3 jilid : 1.

6
Jakarta: Media Aesculapius FKUI.

Tarwoto & Wartonah. (2000).


Kebutuhan Dasar Manusia
dan Proses Keperawatan :
Jakarta

World Health Organization (WHO).


2009. Hand Hygiene
Technical Reference Manual:
To be used by healthcare
workers, trainers and
observers of hand hygiene
practices (dikutip pada
tanggal 10 Desemberm 2019
pukul 18:10
melalui:https://apps.who.int/ir
is/bitstream/handle/10665/44
196/978924159
8606_eng.pdf;jsessionid=1C0
8856E4C8B3F17F14A0FD4
AD0A5515?seq uence=1).

7
8

Anda mungkin juga menyukai