Abstract: This study aims to determine the effect of individual, organization and behavior
towards hand hygiene compliance of nurses. The research design used analytic descriptive
study design with cross sectional approach on 71 respondents. Then, the researcher tested
using descriptive statistical test, multiple linear regression analysis, hypothesis testing, and
test the dominant variable. Individuals, organizations and behaviors significantly influence
hand hygiene compliance of nurses. Individual variable dominantly influence on hand hy-
giene compliance of nurses.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh individu, organisasi dan perilaku
terhadap kepatuhan hand hygiene perawat. Desain penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional pada 71 responden. Dilakukan uji statistik deskriptif, analisis regresi
linear berganda, pengujian hipotesis dan uji variabel dominan. Individu, organisasi dan perilaku
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan hand hygiene perawat. Variabel individu
berpengaruh dominan terhadap kepatuhan hand hygiene perawat
Infeksi nosokomial (INOS) melalui udara, percikan dan kontak langsung dengan
adalah infeksi yang diperoleh pasien. Hal ini dapat dicegah melalui perilaku cuci
atau terjadi di rumah sakit. tangan (hand hygiene) petugas kesehatan di rumah
Kejadian infeksi nosokomial sakit (Schaffer, et al., 2000).
Jurnal Aplikasi belum diimbangi dengan pe- Perilaku hand hygiene perawat merupakan salah
Manajemen (JAM) mahaman tentang bagaimana satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap
Vol 12 No 4, 2014 mencegah dan implementasi pencegahan terjadinya INOS di rumah sakit. Data
Terindeks dalam
Google Scholar secara baik. Karena itu perlu menunjukkan tingginya angka INOS baik di dunia
pemahaman yang baik tentang maupun indonesia. Dari data surveilans World Health
cara penyebaran infeksi yang Organization (WHO) tahun 2002, presentase infeksi
Alamat Korespondensi: mungkin terjadi di rumah sakit. nosokomial di rumah sakit dunia mencapai 9% (variasi
Neila Fauzia, Program Magis-
ter Manajemen Rumah Sakit
Penyebaran infeksi nosoko- 3–21%) atau lebih 1,4 juta pasien rawat inap mendapatkan
FK Universitas Brawijaya Hp: mial di rumah sakit umumnya infeksi nosokomial (Roeshadi dan Winarti, 1993). Di
085260126414, Email: fauzia
nayla@ymail.com terjadi melalui tiga cara yaitu Amerika Serikat angka ini mencapai 6% (Hasbullah,
1993). Di negara berkembang termasuk Indonesia, tinggi angka infeksi nosokomial yaitu 2,58%. Ting-
rata-rata prevalensi infeksi nosokomial adalah sekitar ginya angka infeksi nosokomial salah satu penyebab-
9,1% dengan variasi 6,1%–16,0%. nya dari perilaku cuci tangan perawat. Perilaku cuci
Dalam buku Standar Pelayanan Minimal Rumah tangan perawat merupakan salah satu faktor yang
Sakit disebutkan bahwa pencegahan dan pengenda- mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan pera-
lian infeksi nosokomial merupakan pelayanan yang wat dalam pencegahan terjadinya infeksi nosokomial.
wajib diselenggarakan oleh rumah sakit. Tujuan dari Perawat memiliki andil yang sangat besar terhadap
pengendalian INOS adalah untuk melindungi pasien terjadinya infeksi nosokomial karena perawat ber-
dari infeksi dalam bentuk pencegahan, surveilans, dan interaksi secara langsung dengan pasien selama 24
pengobatan yang rasional (Wijono, 2000). jam (Tohamik, 2003).
Saat ini angka kejadian infeksi nosokomial telah Dari hasil observasi selama magang di RST dr.
dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah Soepraoen Malang pada lima ruang rawat inap dengan
sakit. Berdasarkan Kepmenkes no. 129 tahun 2008, 43 responden didapatkan perilaku hand hygiene pe-
standar kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit rawat berada pada kategori baik 11 perawat (25.6%),
sebesar 1,5 %. Di negara maju, ijin operasional kategori cukup 10 perawat (23.25%), dan kategori
sebuah rumah sakit bisa dicabut karena tingginya kurang yaitu 22 perawat (51.15%). Serta dari hasil
angka kejadian infeksi nosokomial. Bahkan pihak wawancara mereka mengatakan salah satu faktor
asuransi tidak mau membayar biaya yang ditimbulkan mengapa belum optimalnya perilaku hand hygiene
oleh infeksi nosokomial sehingga pihak penderita dikarenakan fasilitas yang masih kurang mendukung
sangat dirugikan (Hasbullah, 1993). dan masih belum terbiasanya perawat untuk melaku-
Cara paling efektif untuk mencegah terjadinya kan hand hygiene pada lima moment dalam mem-
infeksi nosokomial adalah dengan menjalankan Uni- berikan pelayanan kepada pasien.
versal Precautian yang salah satunya adalah dengan Kepatuhan untuk melaksanakan hand hygiene
melakukan hand hygiene pada setiap penanganan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor individu,
pasien di rumah sakit. Hand hygiene menjadi salah organisasi dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut
satu langkah yang efektif untuk memutuskan rantai mempunyai ketergantungan dalam mempengaruhi
transmisi infeksi, sehingga insidensi nosokomial dapat kepatuhan dalam melaksanakan hand hygiene. Fak-
berkurang. Pencegahan dan pengendalian infeksi tor individu yang mempengaruhi yaitu pengetahuan,
mutlak harus dilakukan oleh perawat, dokter dan sikap, beban kerja, dan motivasi. Faktor organisasi
seluruh orang yang terlibat dalam perawatan pasien meliputi ada tidaknya prosedur tetap, sanksi, peng-
(Duerink, 2006). hargaan, dukungan, pelatihan dan ketersediaan fasilitas
Beberapa penelitian mengatakan bahwa hand sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan
hygiene bisa menurunkan kejadian infeksi nosoko- hand hygiene. Faktor lingkungan meliputi air dan
mial. Di beberapa negara berkembang kejadian INOS arsitektur bangunan (Pittet, 2001). Faktor-faktor lain
menurun seiring dengan meningkatnya kesadaran penentu perilaku kepatuhan seperti sikap, pengeta-
akan hand hygiene. Beberapa studi juga menunjuk- huan, pengaruh sosial, dan self-efficacy. Pentingnya
kan adanya hubungan antara hand hygiene dengan memahami dinamika perubahan perilaku untuk me-
berkurangnya infeksi. Pada penelitian meta analisis rancang strategi untuk meningkatkan kepatuhan tenaga
dari beberapa penelitian disimpulkan bahwa hand kesehatan dalam melakukan hand hygiene (Wandel,
hygiene mampu menurunkan angka INOS et al., 2010).
(Allegranzi dan Pittet, 2009). Berdasarkan fenomena dan fakta di atas, maka
Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Oktober sampai dengan Desember 2013 di rumah pengaruh faktor individu, organisasi dan perilaku terha-
sakit tentara (RST) dr. Soepraoen Malang diperoleh dap kepatuhan perawat dalam melaksanakan hand
data sekunder hasil pencapaian SPM (standar pelayanan hygiene di ruang rawat inap RST dr. Soepraoen
minimal) di ruang rawat inap, salah satunya masih Malang.
1 2 3 4 5 Mean
No Item Pernyataan STS TS N S SS
F % F % F % F % F %
1 Pengertian hand hygiene - - - - 1 1,4 26 36,6 44 62,0 4,61
2 Tujuan hand hygiene - - - - 1 1,4 32 45,1 38 53,5 4,52
3 Indikasi hand hygiene - - - - 3 4,2 37 52,1 31 43,7 4,39
4 Enam langkah hand hygiene - - 3 4,2 16 22,5 29 40,8 23 32,4 4,01
5 Pencegahan infeksi tanggung - - - - 3 4,2 25 35,2 43 60,6 4,56
jawab perawat
6 Hand hygiene tindakan wajib - - - - 4 5,6 25 35,2 42 59,2 4,54
perawat
7 Hand hygiene sudah menjadi - - 1 1,4 3 4,2 38 53,5 29 40,8 4,34
kebiasaan perawat
8 Keyakinan perawat merubah - - - - 9 12,7 37 52,1 25 35,2 4,23
kebiasaan hand hygiene di rs
9 Perawat tidak melakukan hand - - - - 16 22,5 41 57,7 14 19,7 3,97
hygiene demi pasien
10 Perawat tidak ada waktu untuk - - - - 2 2,8 30 42,3 39 54,9 4,52
hand hygiene
11 Perawat selalu mencuci tangan - - - - 15 21,1 35 49,3 21 29,6 4.08
walaupun sibuk
12 Perawat mencuci tangan - - - - 11 15,5 40 56,3 20 28,2 4,13
sebelum mealkukan tindakan
13 Hand hygiene dilakukan - - 3 4,2 21 29,6 33 46,5 14 19,7 3,82
karena peraturan di rs
14 Hand hygiene tanggung jawab - - - - 5 7,0 28 39,4 38 53,5 4,46
perawat
15 Perawat bersemangat - - - - 2 2,8 29 40,8 40 56,3 4,54
melakukan hand hygiene
16 Hand hygiene dilakukan 1 1,4 29 40,8 41 57,7 4,56
karena paksaan dari atasan
Mean Variabel 4.33
Sumber: Data kuesioner diolah 2014
berarti sebagian besar responden mempunyai perila- kepatuahan hand hygiene perawat adalah 4.32 yang
ku yang baik. Nilai mean tertinggi (4,25) terdapat pada berarti sebagian besar responden mempunyai kepa-
item pernyataan menurut perawat jika tangan kotor tuhan yang sangat baik terhadap pelaksanaan hand
seharusnya mencuci dengan menggunakan sabun dan hygiene. Nilai mean terendah (3,96) terdapat pada
air sebanyak 68 responden (95,8%) menyatakan setuju item pernyataan perawat melakukan hand hygiene
dan sangat setuju. Nilai mean terendah terdapat pada sebelum bersentuhan dengan pasien sebanyak 60 res-
item pernyataan tentang kesadaran perawat untuk ponden (84,5%). Sedangkan nilai mean tertinggi (4,86)
melakukan hand hygiene terdapat 8 responden terdapat pada item pernyataan perawat melakukan
(11,3%) yang menyatakan tidak setuju. Hal ini menun- hand hygiene setelah bersentuhan dengan cairan tu-
jukkan bahwa hanya sebagian kecil perawat yang buh pasien sebanyak 71 responden (100%) menyata-
belum memiliki ksadaran diri dalam melaksanakan kan setuju dan sangat setuju.
hand hygiene di RST dr. Soepraoen Malang.
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa seba- Analisis Regresi Linear Berganda
gian besar 67 responden (94,36%) yang memberikan Dari tabel 6 dapat dilihat nilai F hitung adalah
pernyataan setuju dan sangat setuju pada variabel Ke-
61.673 lebih besar dari nilai Ftabel 274 yang berarti
patuhan hand hygiene perawat. Mean dari variabel
hipotesis diterima. Hal ini menunjukkan bahwa secara Variabel yang mempunyai pengaruh dominan
simultan variabel individu, organisasi dan perilaku dapat dilihat pada hasil koefisien yang tertinggi ada-
berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan lah variabel individu. Hasil koefisien pada variabel
hand hygiene perawat. individu menunjukkan nilai sebesar 0,644.
terdapat pada indikator pengetahuan. Hal ini menun- Variabel organisasi menunjukkan bahwa seba-
jukkan bahwa pengetahuan akan mempengaruhi ki- gian besar responden menyatakan setuju dan sangat
nerja seseorang. Pengetahuan adalah informasi yang setuju pada pernyataan dari lima indikator variabel
dapat merubah seseorang karena pengetahuan itu organisasi yaitu prosedur tetap, sangsi, penghargaan,
menjadi dasar dalam bertindak dan mempunyai keca- pelatihan dan fasilitas. Dari lima indikator tersebut
kapan dalam melakukan tindakan yang benar. Oleh yang mempunyai nilai mean paling besar adalah pada
karena itu semakin tinggi pengetahuan maka akan item pernyataan fasilitas yang dimiliki RST sudah
semakin baik kinerja seseorang dalam bekerja mendukung perawat melaksanakan hand hygiene
(Notoatmodjo, 2012). sebesar (4,83). Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas
yang dimiliki oleh organisasi merupakan salah satu wat. Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan hand
bentuk dukungan yang diberikan oleh organisasi dalam hygiene perawat di RST dr. Soepraoen Malang
menunjang kinerja perawat dalam melakukan hand tergolong sangat tinggi. Hasil penelitian ini sesuai
hygiene di RST dr. Soepraoen Malang. Hasil peneli- dengan WHO (2010) yang menyatakan bahwa kepa-
tian ini bertentangan dengan penelitian yang menga- tuhan hand hygiene perawat atau tenaga kesehatan
mati kepatuhan cuci tangan petugas kesehatan di suatu di rumah sakit harus lebih dari 50%.
unit perawatan intensif yang mempunyai fasilitas-
fasilitas seperti wastafel, tissue pengering, larutan ber- Pengaruh Faktor Individu, Organisasi terhadap
bahan dasar alkohol, dan anjuran untuk cuci tangan Kepatuhan Hand Hygiene Perawat secara
yang terpampang pada screen saver komputer dan Bersama-sama
dinding setiap ruang rawat. Hasil penelitian menun-
jukan bahwa kepatuhan cuci tangan paling tinggi Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa
(43%) (Pittet, 2001). Hal ini membuktikan bahwa faktor individu, organisasi dan perilaku secara bersama-
fasilitas yang ada di rumah sakit mempengaruhi kepa- sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap
tuhan perawat melaksanakan hand hygiene. kepatuhan hand hygiene perawat. Temuan ini kon-
Variabel perilaku menunjukkan bahwa sebagian sisten dan mendukung pendapat yang menyatakan
besar responden mempunyai perilaku yang baik. Hal bahwa faktor individu dan organisasi mempengaruhi
ini menunjukkan sebagian besar kesadaran perawat kepatuhan perawat dalam melaksanakan hand
akan perlunya hand hygiene sudah baik dan hanya hygiene dan juga perilaku dapat mempengaruhi kepa-
sebagian kecil perawat yang belum memiliki kesa- tuhan perawat dalam melaksanakan hand hygiene
daran diri dalam melaksanakan hand hygiene di RST (Pittet, 2001; Wandel, et al., 2010).
dr. Soepraoen Malang. Hasil penelitian ini serupa dengan
hasil penelitian yang meyatakan bahwa kesadaran diri Pengaruh Faktor Individu terhadap Kepatuhan
seseorang akan mempengaruhi perilaku orang terse- Hand Hygiene Perawat
but dalam melaksanakan tugasnya (Wandel, et al., Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa
2010). faktor individu berpengaruh positif dan signifikan ter-
hadap kepatuhan hand hygiene perawat. Salah satu
Gambaran Kepatuhan Hand Hygiene Perawat faktor individu yang berpengaruh paling besar adalah
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar pengetahuan perawat, di mana semakin tinggi pengeta-
responden (94,36%) menyatakan setuju dan sangat huan perawat maka akan semakin tinggi juga kepa-
setuju pada variabel kepatuhan hand hygiene pera- tuhan hand hygiene perawat. hal ini serupa dengan
hasil penelitian yang menyatakan bahwa faktor indi- Pengaruh Perilaku terhadap Kepatuhan Hand
vidu merupakan faktor yang terdapat dalam diri se- Hygiene Perawat
orang perawat yang mempengaruhi kepatuhannya
Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa
dalam melaksanakan hand hygiene. Faktor individu
perilaku tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan
tersebut meliputi: pengetahuan, sikap, beban kerja dan
terhadap kepatuhan hand hygiene perawat. Temuan
motivasi (Pittet, 2001).
penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian yang
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
dilakukan oleh Wandel, et al. (2010) yang menyatakan
ketidakpatuhan petugas kesehatan dalam melakukan
bahwa perilaku perawat mempengaruhi kepatuhan
hand hygiene adalah kurangnya pengetahuan
perawat dalam melaksanakan hand hygiene. Menu-
tentang praktek hand hygiene sesuai dengan standar,
rut Wandel, et al. (2010) perilaku yang mempengaruhi
kurangnya pengetahuan akan pentingnya melakukan
kepatuhan hand hygiene perawat meliputi: self-
hand hygiene dalam mengurangi penyebaran bakteri
efficacy dan pengaruh sosial.
dan mencegah terjadinya kontaminasi pada tangan
(Pittet, 2001). Hasil penelitian yang berbeda didapat-
kan bahwa tidak adanya hubungan antara sikap dan
Faktor Individu, Organisasi dan Perilaku yang
pengetahuan terhadap kepatuhan perawat dalam Berpengaruh Dominan terhadap Kepatuhan
melaksanakan hand hygiene (Kusmayati, 2004). Hand Hygiene
Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa
Pengaruh Organisasi terhadap Kepatuhan organisasi tidak berpengaruh domina terhadap kepa-
Hand Hygiene Perawat tuhan hand hygiene perawat. Temuan penelitian ini
Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa berlawanan dengan penelitian Afrianti yang menya-
dukungan organisasi berpengaruh positif dan signifikan takan bahwa faktor organisasi berpengaruh dominan
terhadap kepatuhan hand hygiene perawat. Hasil terhadap kepatuhan hand hygiene perawat. Hasil
penelitian ini serupa dengan penelitian yang menyata- pengujian hipotesis menunjukkan bahwa faktor indi-
kan bahwa faktor organisasi merupakan dorongan yang vidu yang berpengaruh dominan terhadap kepatuhan
diberikan oleh organisasi untuk meningkat kepatuhan hand hygiene perawat. Hal ini disebabkan pada fak-
perawat dalam melaksanakan hand hygiene. Du- tor individu terdapat motivasi dan pengetahuan yang
kungan organisasi yang mempengaruhi kepatuhan menjadi dasar bagi seseorang untuk melaksanakan
perawat meliputi: standar prosedur operasional (SPO), tugasnya dengan baik dan mematuhi setiap peraturan
sangsi, penghargaan, pelatihan dan fasilitas (Pittet, yang berlaku. Hasil temuan ini serupa dengan peneli-
2001). Faktor organisasi berhubungan dengan kepa- tian yang dilakukan oleh Siregar (2013) menyatakan
tuhan hand hygiene perawat di rumah sakit (Afrianti, bahwa kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh tingkat
2010) pendidikan dan pengetahuan yang mendasari. Penge-
Penelitian yang dilakukaan oleh Takahashi tahuan, sikap dan ketrampilan perawat mempengaruhi
(2010) menilai kepatuhan hand hygiene pada pera- terhadap kinerjanya dalam melaksanakan hand
wat yang bekerja di unit perawatan intensif dengan hygiene (Herpan dan Wardani, 2012).
fasilitas cuci tangan lengkap dan sebelum penelitian
para perawat diberikan edukasi tentang prosedur cuci KESIMPULAN DAN SARAN
tangan yang benar. Angka kepatuhan petugas kese- Kesimpulan
hatan meningkat dari 46% sebelum diberi edukasi Kepatuhan hand hygiene perawat yang bekerja
menjadi 77%12. Hasil penelitian Damanik, et al. di RST dr. Soepraoen Malang sebagian besar baik.
(2011) menyatakan bahwa adanya pengawasan atau Hal ini didukung oleh faktor individu (pengetahuan,
evaluasi dari organisasi terhadap pelaksanaan hand sikap, beban kerja dan motivasi), dukungan organisasi
hygiene akan membuat perawat lebih banyak patuh (prosedur tetap, penghargaan, sangsi, pelatihan dan
melakukan hand hygiene. fasilitas) dan perilaku (self-efficacy dan pengaruh
sosial) yang dimiliki oleh setiap responden sebagian Duerink, D. 2006. ’Preventing Nosocomial Infection: Im-
besar tergolong baik. proving Compliance With Standar Precautions In An
Hasil uji statistik diperoleh bahwa faktor individu, Indonesia Teaching Hospital’, Journal of Hospital
organisasi dan perilaku berpengaruh signifikan secara Infection.
Hasbullah, H.T. 1993. ’Pengendalian Infeksi Nosokomial
simultan (bersama-sama) terhadap kepatuhan hand
di RS Persahabatan Jakarta’, Cermin Kedokteran
hygiene perawat, sedangkan secara parsial hanya Indonesia, vol. 82, pp. 8–12.
faktor individu dan organisasi yang berpengaruh signi- Herpan & Wardani 2012. ’Analisis Kinerja Perawat dalam
fikan terhadap kepatuhan hand hygiene perawat dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di RSU PKU Bantul
variabel perilaku tidak berpengaruh signifikan terhadap Muhammadiyah Yogyakarta’, Kesehatan Masyara-
kepatuhan perawat dalam melaksanakan hand kat, vol. 6, no. 3, pp. 144–211.
hygiene. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa orga- Kusmayati. 2004. ’Hubungan Fungsi Manajemen dengan
nisasi tidak berpengaruh dominan terhadap kepatuhan Kepatuhan Perawat Pelaksana dalam Upaya Pence-
hand hygiene perawat sehingga yang berpengaruh gahan Infeksi Nosokomial di Ruang Perawatan
paling dominan terhadap kepatuhan hand hygiene Bedah RSUP Fatmawati Jakarta’.
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku
perawat dalam penelitian ini adalah faktor individu.
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pittet, D. 2001. ’Improving Adherence to Hand Hygiene
Saran Practice: A Multidisiplinary Approach’, Emerging
Pihak rumah sakit perlu mempertahankan dan Infectious Desease, vol. 7, pp. 234–40.
meningkatkan kedisiplinan perawat dalam kepatuhan Roeshadi, D., & Winarti, A. 1993. ’Pengendalian Infeksi
Nosokomial di RSUD dr. Soetomo Surabaya’, Cermin
hand hygiene. Pendidikan dan pelatihan berkelan-
Kedokteran Indonesia, vol. 82, pp. 13–5.
jutan harus diprogramkan dan dukungan dari mana- Schaffer, G., Heroux, & Korniewicz. 2000. Pencegahan
jemen terkait evaluasi dan pemberian reward dan Infeksi dan Praktik yang Aman. Jakarta: EGC.
punishment juga harus diterapkan untuk menjadikan Siregar, C. 2013. ’ Pengaruh Kepuasan Kerja dan
kepatuhan hand hygiene sebagai budaya dalam Kepatuhan terhadap Kinerja Petugas Layanan
bekerja. Kesehatan di Puskesmas Perawatan Merlung Tahun
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mela- 2012’.
kukan penelitian terkait evaluasi perilaku perawat Takahashi. 2010. ’ Evaluation of individual and facility fac-
terhadap kepatuhan hand hygiene secara observasi tors that promote hand washing in aged-care facili-
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan tentang ties in Japan’, Nursing & Health Sciences, vol. 12,
no. 1, pp. 127–34.
kepatuhan hand hygiene perawat dilihat dari sudut
Tohamik. 2003. ’ Nosocomial Infection In Adult Intensive
pandang pasien atau masyarakat. Care Unit’, The Lancet, vol. 42.
Wandel, D., Maes, L., Labeau, S., Vereecken, C., & Blot, S.
DAFTAR RUJUKAN 2010. ’Behavioral determinants of Hand Hygiene Com-
Afrianti. 2010. ’Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan pliance In Intensive Care Units’, American Journal
Tingkat Kepatuhan Cuci Tangan Perawat di RSI of Critical Care, vol. 19, no. 3.
Sultan Agung Semarang’. Semarang: Universitas WHO 2010. Using WHO Hand Hygiene Improvement Tools
Muhammadiyah. to Support The Implementation of National Sub-na-
Allegranzi, B., & Pittet, D. 2009. ’Role of Hand Hygiene In tional Hand Hygiene Campaigns Patient Safety Save
Healthcare-Associated Infection Prevention’, Lives Clean Your Hand.
Elsevier, pp. 305–15. Wijono, D. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan,
Damanik, S., & Amrullah. 2011. Kepatuhan Hand Hygiene Teori, Strategi, dan Aplikasi. Surabaya: Airlangga
di Rumah Sakit Immanuel Bandung, Bandung: University Press.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran
Bandung.