Anda di halaman 1dari 7

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091

VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT


MELAKUKAN HAND HYGIENE SESUAI SPO DI RUANG KELIMUTU DAN CEMPAKA
RSUD. PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG

Yuni Pundar1Maria Getrida Simon1Angela Muryanti Gatum1


1
Program studi Ners Universitas Citra Bangsa
Email: yunipundar1106@gmail.com

ABSTRAK
Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah
ditentukan, kepatuhan adalah sejauh mana perilaku seseorang sesuai dengan ketentuan yang diberikan
oleh profesional kesehatan, menurut Niven dalam Ghana (2010). Patuh adalah suka menurut perintah atau
aturan. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin, menurut Lukman Ali (1999),
dalam Suparyono (2010). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apakah dari kelima
karakteristik perawat : usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja, pengetahuan yang
mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melaklukan hand hygiene sesuai SPO diruang perawatan
Kelimutu dan Cempaka RSUD. Prof. Dr. W. Z Johannes Kupang dengan responden sebanyak 39 orang.
Metode penelitian menggunakan cross sectional dengan menggunakan teknik total sampling. Pengolahan
data analisis secara bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian membuktikan bahwa
hanya faktor masa kerja yang mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan perawat melakukan hand
hygiene, dimana didapatkan hasil nilai P-value 0,033 < α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa masa kerja
dapat mempengaruhi kepatuhan perawat melakukan hand hygiene karena semakin lama seseorang bekerja
semakin banyak pengalaman yang didapat dan semakin besar tanggung jawab dan kepedulian akan
keselamatan pribadi, keluarga dan pasien yang dirawat.

Kata Kunci : Kepatuhan, perawat, hand hygiene, masa kerja

ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE NURSE’S COMPLIANCE WITH


HANDHYGIENE ACCORDING TO SPO IN THE KELIMUTU AND CEMPAKA ROOM AT
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG.

ABSTRACT
Compliance was a term used to describde obedience or submissive to pre-determined goal, compliance
was the extent to a person's behavior complies with the provisions given by health professionals,
according to Niven in Ghana (2010). Obedience was like submissive to orders or rules. Whereas
obedience was behavior according to the rules and discipline, according to Lukman Ali (1999), in
Suparyono (2010). The purpose of this study was to find out the factors of the five characteristics of
nurses: age, sex, level of education, years of service, knowledge that affected nurses' compliance on
carrying out hand hygiene according to SPO in the Kelimutu and Cempaka room of RSUD Prof. Dr. W. Z
Johannes Kupang with 39 respondents. This research used cross-sectional method study used total
sampling techniques. Bivariate analysis of data processing used the Chi-Square test. The results of the
study proved that only the work period factor has an influence to the nurse’s compliance with hand
hygiene, which results in a P-value of 0.033 <α = 0.05. It can be concluded that the length of service can
affected nurse’s compliance with hand hygiene because the longer a person works, the more experience
he/she gets and the greater the responsibility and concern for personal, family and patient care.

Keywords: Compliance, nurses, hand hygiene, work period.

138
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

PENDAHULUAN nosokomial cukup tinggi yaitu 6 – 16%


Kepatuhan adalah suatu istilah yang dengan rata-rata 9,8%. Sedangkan propinsi
dipakai untuk menjelaskan suatu ketaatan NTT berdasarkan proporsi perilaku cuci
pada tujuan yang telah ditentukan atau tangan dengan benar pada penduduk umur
sejauh mana perilaku sesorang sesuai dengan >10 tahun pada tahun 2018 paling rendah
ketentuan yang diberikan oleh profesional yaitu hanya sebesar 20% dibanding propinsi
kesehatan(1). Kepatuhan perawat dalam lain di Indonesia berdasarkan hasil Rikesda
melakukan Hand hygiene sesuai dengan tahun 2018. Sesuai dengan Keputusan
SPO yang berlaku dalam rumah sakit Menteri Kesehatan RI No
dimana perawat itu bekerja sangatlah 382/Menkes/SK/III/2007 tentang pedoman
penting mengingat infeksi nosokomial dapat pencegahan dan pengendalian infeksi
disebabkan oleh petugas kesehatan termasuk dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya
perawat karena ketidak patuhan perawat dan diperbaharui dengan Peraturan Menteri
dalam melaksanakan SPO Hand hygiene Kesehatan No 27 tahun 2017 tentang
setiap kali melakukan tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
keperawatan,karena melakukan Hand Berdasarkan penelitian yang
hygiene yang sesuai dengan SPO yang dilakukan oleh Rosa, dkk di RS PKU
berlaku dirumah sakit tersebut merupakan Muhammadiyah Sleman tahun 2006, dengan
salah satu cara dalam memutuskan mata judul Efektifitas Simulasi Hand Hygiene
rantai atau penyebab terjadinya infeksi Pada Handover Keperawatan Dalam
nosokomial. Jadi Hand hygiene sesuai Meningkatkan Kepatuhan Hand Hygiene
dengan SPO wajib diterapkan setiap kali Perawat, mengemukakan bahwa masih
perawat akan melakukan aktifitas dan banyak perawat yang belum menyadari
sesudah melakukan tindakan keperawatan keharusan mencuci tangan sebelum
pada pasien. Karena kegagalan melakukan bersentuhan dengan pasien dengan angka
Hand hygiene yang baik dan benar dapat 30,8 %. Berdasarkan hasil audit yang
dianggap sebagai penyebab infeksi dilakukan Tim Pencegahan dan
nosokomial dan penyebaran mikroorganisme Pengendalian Infeksi tentang kepatuhan
difasilitas kesehatan dan telah diakui melakukan Hand Hygiene Five moment di
berkontribusi penting dalam pelayanan RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
kesehatan(2). pada bulan Januari – September 2017
Menurut WHO tahun 2013, didapatkan sebelum kontak dengan pasien
presentase infeksi nosokomial dirumah sakit sebesar 74,98 %, sebelum melakukan
di seluruh dunia mencapai 9% (variasi 3 – tindakan aseptik 79,55 %, setelah terkena
21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien dirawat cairan tubuh pasien sebesar 95,91%,setelah
inap di rumah sakit diseluruh dunia kontak dengn pasien sebesar 94,14 % dan
mendapat infeksi nosokomial. Sekitar 8,7% setelah kontak dengan lingkungan sekitar
dari 55 rumah sakit di 14 negara di Eropa, pasien 89,93 % dan berdasarkan hasil
Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik observasi peneliti pada bulan September
menunjukkan adanya infeksi nosokomial 2018 diruang Kelimutu dan Cempaka
dan untuk Asia Tenggara sebanyak 10%(3). didapatkan perawat yang belum melakukan
Di Indonesia angka kejadian infeksi Hand Hygiene sesuai SPO yang berlaku
nosokomial diambil dari 10 RSU pendidikan dengan benar, perawat hanya melakukan
yang mengadakan surveillance aktif tahun Hand Hygiene sesuai SPO pada saat ada
2010 dilaporkan angka kejadian infeksi

139
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

kepala ruangan atau ada tim PPI yang dapat menularkan penyakit dari pasien yang
berkeliling. satu kepada pasien yang lain sehingga dapat
Dari hasil wawancara yang dilakukan meningkatkan angka infeksi nosokomial,
dengan perawat PPI, kepala ruangan dan berdampak pada lamanya hari rawat dan
Kelimutu dan kepala ruangan Cempaka tingginya biaya rumah sakit.
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, Melihat fenomena diatas dimana
mereka mengatakan bahwa berbagai upaya masih banyak perawat yang tidak patuh
sudah dilakukan dalam rangka melakukan Hand Hygiene sesuai protap
meningkatkan kepatuhan perawat-perawat yang ada yang dengan sadar dan sudah
dalam melaksanakan Hand Hygiene sesuai mengetahui resiko yang diterima baik itu
SPO yang ada, antara lain : sosialisasi pasien maupun oleh perawat itu sendiri tapi
mengenai cuci tangan, mengadakan lomba masih dilakukan oleh perawat, sehingga
dance dengan tema cuci tangan antar penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
ruangan yang ada di RSUD Prof. Dr. W. Z. tentang “Analisis Faktor-faktor Yang
Johannes Kupang. Mempengaruhi Kepatuhan Perawat
Pasien, petugas kesehatan, pengunjung Dalam Melakukan Hand Hygiene Sesuai
dan penunggu pasien merupakan kelompok dengan SPO di Ruang Kelimutu dan
yang beresiko menyebabkan dan menderita Cempaka RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
karena infeksi nosokomial. Banyak perawat Kupang”.
yang belum menyadari keharusan mencuci METODE PENELITIAN
tangan sebelum dan sesudah bersentuhan Desain penelitian merupakan rencana
dengan pasien. Terlebih ketika perawat akan penelitian yang disusun sedemikian rupa
melakukan tindakan yang mengharuskannya sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban
untuk menggunakan Handscoon. Perawat terhadap pertanyaan penelitian(5). Desain
merasa aman jika sudah menggunakan penelitian adalah sesuatu yang sangat
Handscoon, sehingga dianggap tidak perlu penting dalam penelitian, yang
untuk melakukan Hand Hygiene lagi, memungkinkan pemaksimalan kontrol
sedangkan untuk frekuensi five moment beberapa faktor yang bisa mempengaruhi
setelah kontak dengan pasien, perawat akurasi suatu hasil(6). Penelitian ini
menganggap tidak perlu melakukan Hand merupakan jenis penelitian non-eksperimen
Hygiene jika hanya bersentuhan dengan dengan rancangan penelitian deskriptif
pasien dalam waktu beberapa detik. Perawat menggunakan pendekatan Deskriptif Analitik
seringkali tidak melakukan Hand Hygiene Design yang bertujuan mencari hubungan
setelah kontak dengan pasien kemudian antar variabel(5). Dengan menggunakan
kontak lagi dengan pasien lainnya, benda pendekatan Cross Sectional yaitu rancangan
lingkungan sekitar pasien dan untuk penelitian yang objek penelitiannya diukur
melindungi lingkungan perawat terhadap dan dikumpulkan secara simultan, sesaat
kontaminasi kuman dan potensi atau satu kali saja dalam satu kali waktu
penyebarannya dan yang terakhir five (dalam waktu yang bersamaan) dan tidak
moment setelah melakukan tindakan ada follow up(5). Dalam penelitian ini yang
aseptik(4). diukur adalah variabel dependennya adalah
Dampak terburuk bila perawat tidak kepatuhan perawat dalam melakukan Hand
patuh melakukan Hand Hygiene sesuai hygiene sesuai SPO diruang Kelimutu dan
Standar Prosedur Operasional yang berlaku Cempaka dan yang menjadi variabel
dimana perawat itu bekerja adalah perawat independennya adalah usia, jenis kelamin,

140
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

tingkat pendidikan, masa kerja, dan dan tanggung jawab yang harus
pengetahuan perawat. dilakukannya,harus menjadi contoh atau
. rollmodel bagi juniornya. Hal ini didukung
HASIL DAN PEMBAHASAN pendapat A”sad (2000) yang menyatakan
1. Pengaruh Faktor Usia Terhadap bahwa seseorang yang berusia 20-30 tahun
Kepatuhan Perawat Melakukan Hand mempunyai motivasi kerja relatif tinggi
Hygiene Sesuai SPO dibandingkan sesorang yang berusia diatas
Hasil penelitian ini menunjukkan 30 tahun, berbeda dengan Bramantya (2015)
bahwa usia tidak mempengaruhi kepatuhan yang mengatakan usia > 30 tahun lebih
perawat dalam melakukan Hand Hygiene. patuh dari pada perawat yang berusia < 30
Hal ini dibuktikan dengan p-value > α = tahun. Hasil penelitian ini didukung dengan
0.05. hasil penelitian Sri Melfa Damanik (2011)
Semakin cukup usia seseorang akan yang mengatakan bahwa pada rentang usia
semakin matang dalam berpikir dan dewasa akhir lebih patuh malakukan Hand
bertindak. Usia berpengaruh terhadap pola Hygiene dibanding dengan usia dewasa awal
pikir dan perilaku seseorang. Usia seseorang dalam melakukan Hand Hygiene di Ruang
secara garis besar menjadi indikator dalam Rawat Inap Prima I Rumah Sakit Imanuel
setiap pengambilan keputusan dan mengacu Bandung(10).
pada setiap pengalaman. Semakin tua usia 2. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin
seseorang maka dalam penerimaan sebuah terhadap kepatuhan Perawat
instruksi dan dalam melaksanakan suatu Melakukan Hand Hygiene
prosedur akan semakin bertanggung jawab Hasil penelitian ini menunjukkan tidak
dan berpengalaman(7). Semakin ada pengaruh antara jenis kelamin dengan
bertambahnya usia seseorang maka disertai kepatuhan perawat melakukan Hand
dengan peningkatan pengalaman dan hygiene. Hal ini buktikan dengan p-value
ketrampilan(8). sebesar 0,333 > α = 0,05
Hasil penelitian ini menunjukkan Jenis kelamin adalah istilah yang
bahwa tidak ada pengaruh antara usia membedakan antara laki-laki dan perempuan
perawat terhadap kepatuhan mereka dalam secara biologis, dan dibawa sejak lahir
melakukan Hand Hygiene sesuai dengan dengan sejumlah sifat yang diterima orang
SOP yang berlaku, ada perawat yang berada sebagai karakteristik laki-laki dan
pada kategori remaja akhir dan patuh perempuan. \ Dari hasil penelitian, peneliti
sebaliknya ada perawat yang sudah berada berpendapat bahwa tidak ada perbedaan
pada masa dewasa akhir tapi tidak patuh. kepatuhan antara laki-laki dan perempuan
Hal ini menjadikan peneliti berpendapat dalam melakukan Hand Hygiene sesuai SPO
bahwa kepatuhan perawat tidak hanya yang berlaku, perempuan merasa lebih repot
dipengaruhi oleh usia, walaupun secara usia kalau harus cuci tangan dikarenakan ia harus
seseorang sudah dianggap dewasa tetapi melepaskan semua perhiasan yang
dilapangan tempat ia bekerja kurangnya digunakan dan merasa kalau terlalu sering
ketersediaan fasilitas yang mendukung ia cuci tangan akan mengurangi kelembapan
patuh, beban kerja yang banyak dan waktu tangannya. Sebaliknya responden laki-laki
yang kurang merupakan faktor penghambat merasa repot dengan 6 langkah cuci tangan
seseorang untuk patuh walaupun sebenarnya yang harus dilakukan setiap kali mereka cuci
responden sadar bahwa semakin tangan. Hal ini didukung oleh penelitian
bertambahnya usia semakin besar akan tugas Bramantyia (2015) yang mengatakan

141
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

perawat yang berjenis kelamin laki-laki lebih menjadikan peneliti berpendapat bahwa
patuh melakukan Hand Hygiene semakin tinggi pendidikan seseorang tidak
dibandingkan perawat perempuan. Dengan berarti semakin patuh melakukan Hand
demikian peneliti berpendapat bahwa tidak Hygiene. Hasil penelitian ini didukung
ada pengaruh antara perbedaan jenis kelamin dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
pada perawat dalam melakukan Hand Hasan (2004) yang mengatakan tidak ada
Hygiene. pengaruh antara tingkat pendidikan dengan
3. Pengaruh Faktor Tingkat Pendidikan kepatuhan seorang perawat. Hasil penelitian
Terhadap Kepatuhan Perawat ini tidak sesuai dengan penelitian Setiawati
Melakukan Hand Hygiene (2010) yang menyebutkan bahwa perawat
Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan pendidikan lebih tinggi memiliki
tingkat pendidikan tidak mempengaruhi kepatuhan yang lebih dalam melakukan
kepatuhan perawat dalam melakukan Hand Hand Hygiene.
Hygiene. Hal ini dibuktikan dengan P-value 4. Pengaruh Faktor Masa Kerja
sebesar 0,882 > α = 0,05 Terhadap Kepatuhan Perawat Dalam
Pendidikan berpengaruh terhadap pola Melakukan Hand Hygiene Sesuai SPO
pikir individu, pola pikir berpengaruh Hasil penelitian ini menunjukkan
terhadap perilaku seseorang dengan kata lain bahwa masa kerja mempunyai pengaruh
pola pikir seseorang yang berpendidikan terhadap kepatuhan perawat dalam
tinggi akan berbeda dengan seseorang yang melakukan Hand Hygiene,hal ini dibuktikan
berpendidikan tinggi. Pendidikan dengan P-value sebesar 0,033 < α = 0,05.
keperawatan mempunyai pengaruh yang Masa kerja atau lama kerja merupakan
besar terhadap kualitas pelayanan pengalaman individu yang akan menentukan
(9)
keperawatan .Pendidikan yang tinggi dari pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan.
seorang perawat diharapkan akan Semakin lama seseorang bekerja maka
menghasilkan pelayanan yang optimal. tingkat prestasi akan lebih tinggi, prestasi
Dari hasil penelitian didapatkan yang tinggi didapat dari perilaku yang baik.
responden berjumlah 39 orang, 6 orang yng Seseorang yang telah lama bekerja
berpendidikan Sarjana Keperawatan Ners mempunyai wawasan yang lebih luas dan
dan 33 orang berpendidikan DIII mempunyai pengalaman yang lebih banyak
Keperawatan, Hasil penelitian menunjukkan dalam peranannya membentuk perilaku
bahwa yang berpendidikan DIII lebih patuh petugas kesehatan(11).
melakukan Hand Hygiene dibandingkan Dari hasil penelitian didapatkan 39
dengan yang berpendidikan Sarjana orang responden,14 orang dengan masa
Keperawatan. Sering kali di lapangan tempat kerja 1 – 5 tahun.14 orang dengan masa
kerja, cuci tangan hanya dianggap sebagai kerja 6 – 10 tahun dan yang bekerja lebih
suatu kebiasaan yang tidak harus dilakukan dari 10 tahun, dari hasil penelitian ini yang
oleh seorang perawat tanpa adanya paling patuh melakukan Hand Hygiene
berbedaan tingkat pendidikan, karena adalah perawat dengan masa kerja > 10
sekembalinya seseorang setelah ia menuntut tahun. Asumsi peneliti bahwa hal ini
ilmu ia akan kembali kepada kebiasaan disebabkan banyaknya pengalaman yang
lama, begitu pula dengan perawat baru yang sudah dilalui oleh respoden yang
datang dengan tingkat pendidkan S1 Kep mengajarkan responden pentingnya
dan Ners sampai diruangan ia akan kepatuhan melakukan Hand Hygiene akan
mengikuti kebiasaan yang ada. Hal ini membawa dampak yang besar bagi

142
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

kesehatan dan kelangsungan pekerjaan Hygiene hanya sebagai kebiasaan yang tidak
responden itu sendiri, bagi kesehatan harus dilakukan terutama bila sudah
keluarganya dan bagi pasien yang sementara menggunakan Hand scoen responden merasa
dirawat. Hasil penelitian ini didukung oleh sudah aman jadi tidak perlu lagi melakukan
penelitian yang dilakukan oleh Sri Melfa Hand Hygiene. Dari hasil observasi peneliti
Damanik (2015) bahwa semakin lama masih kurangnya ketersediaan Hand rub
seseorang bekerja semakin besar tanggung diruangan Kelimutu dan Cempaka, masih
jawab dan kepedulian akan keselamatan kurangnya ketersediaan fasilitas. Penelitian
pribadi dan pasien yang dirawat (10). ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
5. Pengaruh Faktor Pengetahuan oleh Sangi (2014) dan penelitian yang
Terhadap Kepatuhan Perawat dilakukan oleh Effendi diruang rawat inap
Melakukan Hand Hygiene Sesuai SPO RSUP. Dr. H. Moch. Anwar Kabupaten
Hasil penelitian ini menunjukkan Sumenep tahun 2014 yang menyatakan tidak
bahwa pengetahuan tidak mempunyai ada pengaruh antara pengetahuan dan
pengaruh terhadap kepatuhan perawat dalam kepatuhan perawat melakukan Hand
melakukan Hand Hygiene, hal ini dibuktikan Hygiene.
dengan P-value sebesar 0,468 > α = 0,05. SIMPULAN
Notoatmodjo (2012) menyatakan 1. Tidak ada pengaruh antara usia
bahwa pengetahuan merupakan hasil “tahu” perawat terhadap kepatuhan
pengindraan terhadap suatu objek melakukan Hand Hygiene yang
tertentu.Pengetahuan erat hubungannya sesuai dengan SPO yang berlaku.
dengan pendidikan, diharapkan dengan 2. Tidak ada pengaruh antara jenis
pendidikan yang tinggi seseorang akan kelamin perawat terhadap kepatuhan
semakin luas pengetahuannya, tetapi bukan perawat dalam melakukan Hand
berarti seseorang yang berpendidikan rendah Hygiene sesuai SPO yang berlaku.
mutlak berpengetahuan rendah, peningkatan 3. Tidak ada pengaruh antara tingkat
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan seorang perawat terhadap
pendidikan formal, tetapi juga dapat juga kepatuhan perawat melakukan Hand
diperoleh dari pendidikan non formal(12). Hygiene sesuai SPO yang berlaku.
Dari hasil penelitian terhadap 39 4. Tidak ada pengaruh antara
responden, diperoleh sebagian besar perawat pengetahuan terhadap kepatuhan
berpengetahuan baik dan patuh (64,3%) tapi melakukan Hand Hygiene sesuai
masih ada juga perawat yang SPO yang berlaku di Rumah Sakit.
berpengetahuan baik tetapi masih kurang 5. Dari kelima karakteristik perawat
patuh dalam melakukan Hand Hygiene yaitui : usia, jenis kelamin,
(35,7%), asumsi peneliti secara teori pendidikan, masa kerja dan
responden tahu dan memehami betul tentang pengetahuan hanya masa kerja yang
Hand Hygiene dan dampak yang punya pengaruh terhadap kepatuhan
ditimbulkan tetapi masih banyak responden melakukan Hand Hygiene sesuai
yang tidak melakukannya dengan berbagai SPO yang berlaku di RSUD Prof. Dr.
alasan, ada perawat yang mengatakan agak W. Z. Johannes Kupang diruang
repot karena harus melepaskan perhiasan perawatan Kelimutu dan Cempaka
yang dipakai, ada yang mengatakan tidak RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
sempat karena keadaan pasien yang gawat, Kupang.
masih ada yang menganggap bahwa Hand

143
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

DAFTAR PUSTAKA 11. Hidayat, A. A. A. (2009). Metode


1. Niven. (2008). Psikologi Kesehatan: Penelitian Keperawatan dan Teknik
Pengantar Untuk Perawat dan Analisis Data. Jakarta: Salemba
Profesional. Jakarta: EGC Medika
2. Boyce, J. M. & Pittet, D. (2002). 12. Notoatmodjo, S. (2012). Promosi
Guideline For Hand Hygiene in Kesehatan. Teori dan aplikasi.
Health-Care Settings Morbidity and Jakarta: Rineka Cipta
Mortality. Weekly Report
3. World Health Organization (WHO).
(2014). 10 Facts on Patient Safety.
Diakses pada 01 Oktober 2018 jam 09.30
dari World Health Organization website:
http://www.who.int/features/factfiles/patie
nt_safety/en/.
4. Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial
Problematika dan Pengendaliannya,
Jakarta: Salemba Medika.
5. Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan
Riset Keperawatan, Edisi 1,
Yogyakarta: Bumi Aksara
6. Nursalam. (2016). Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan
Pendekatan Praktis, Edisi 4, Jakarta:
Salemba Medika
7. Evin. (2009). Penelitian Karakteristik
Perawat di Rumah Sakit Ambarawa.
8. Retyaningsih, I. Y. & Warsito, B. E.
(2013). Hubungan Karakteristik
Perawat, Motivasi, Dan Supervisi
Dengan Kualitas Dokumentasi Proses
Asuhan Keperawatan. Diakses pada
tanggal 30 September 2018 jam 10.30
WITA.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/J
MK/article/download/1006/1055
9. Asmadi. (2010). Teknik prosedural
keperawatan konsep dan aplikasi
kebutuhan dasar klien. Jakarta:
Salemba Medika
10. Damanik, S, M. et al. (2010).
Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah
Sakit Imanuel Bandung, Jurnal.
Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjajaran.

144

Anda mungkin juga menyukai