Anda di halaman 1dari 10

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN

HAND HYGIENE PADA PERAWAT INTENSIVE CARE


TERHADAP PENCEGAHAN HAIS DI RUMAH
SAKIT SENTRA MEDIKA CIBINONG
TAHUN 2018

Sri Setianingsih*), Ns. Armi, S.Kep, M.Kep**), Ns. Yana Setiawan, SKM, S.Kep,
M.Kep**)
*) Mahasiswa Program Studi Keperawatan Stikes Medika Cikarang
**) Dosen Program Studi Keperawatan Stikes Medika Cikarang

Email : srisetianingsih45@gmail.com

ABSTRAK

Presentase infeksi yang didapatkan dari RS di negara Asia mencapai 9% atau lebih 1,4 juta
pasien (Depkes, 2012). Tahun 2016 di RS Sentra Medika Cibinong terjadii Phlebitis 6.7‰,
IDO 0.07% dan VAP 3,5‰. Hal ini diperlukan pencegahan dan pengendalian infeksi lebih
lanjut yang salah satunya adalah peningkatan kepatuhan melakukan hand hygiene dimana
angka kepatuhan hand hygiene perawat intensive care mencapai 58,7%. Kepatuhan
dipengaruhi faktor pengetahuan, motivasi dan kemampuan. Penelitian ini bertujuan
mengetahui hubungan antara Pengetahuan, motivasi dan kemampuan dengan kepatuhan hand
hygiene perawat intensive care Rs Sentra Medika Cibinong. Desain penelitian ini
menggunakan pendekatan studi kasus (case study) dengan rancangan penelitian Cohort
bersifat retrospektif. Besar sampel 36 responden, data diolah menggunakan uji Chi Square
dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan pengetahuan
perawat intensive care terhadap kepatuhan hand hygiene (p value= 0,009), adanya hubungan
motivasi perawat intensive care terhadap kepatuhan hand hygiene (p value= 0,001) dan
adanya hubungan kemampuan perawat intensive care terhadap kepatuhan hand hygiene (p
value=0,006). Berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan pihak RS mengadakan
pelatihan secara terprogram, memasukan peraturan hand hygiene di setiap tindakan Standar
Prosedur Operasional keperawatan ataupun medis serta melakukan pengawasan kepatuhan
hand hygiene secara terus menerus.
Kepustakaan : 40 Buku (2002-2017)
Kata Kunci : Pengetahuan, motivasi, kemampuan, kepatuhan, hand hygiene, perawat
intensive care.
ABSTRACT

The percentage of infections acquired from hospitals in Asian countries reached 9% or more
1.4 million patients (MOH, 2012). Year 2016 atRs Sentra Medika Cibinong happenedi
Phlebitis 6.7 ‰, IDO 0.07% and VAP 3.5 ‰. This is necessary for the prevention and
control of further infections, one of which is the improvement of adherence to Hand Hygiene
where the compliance rate of hand hygiene intensive care nurses reached 58.7%. Compliance
is influenced by factors of knowledge, motivation and ability. This study aims to determine
the relationship between knowledge, motivation and ability with adherence hand hygiene
intensive care Rs Sentra Medika Cibinong. This research design using case study approach
with Cohort research design is retrospective. Sample size 36 respondents, the data is
processed using Chi Square test with 95% confidence level. The result of the analysis shows
that there is a correlation between knowledge of nurse intensive care toward hand hygiene
compliance (p value = 0,009), intensive care nurse motivation toward hand hygiene
compliance (p value = 0,001) and intensive care nurse ability correlation to hand hygiene
compliance (p value = 0.006). Based on the results of the study the authors suggest the RS
held a programmed training, enter the rules of hand hygiene in every standard procedure
Nursing or medical operations and supervise the hand hygiene compliance continuously.
Referensi : 40 Books (2002-2017)
Keywords : Knowledge, motivation, ability, obedience of hand hygiene, intensive care
nurses.

PENDAHULUAN 5.000 orang diantaranya meninggal


HAIs (Hospital Associated dikarenakan infeksi tersebut. HAIs
Infections) merupakan infeksi yang menyebabkan Leght of Stay (LOS),
didapatkan pasien selama menjalani mortalitas dan biaya perawatan meningkat.
perawatan di rumah sakit HAIs merupakan World Health Organization (WHO)
masalah penting diseluruh dunia yang menyatakan bahwa pada 7 juta orang yang
meningkat (Depkes RI, 2012). Angka terkena HAIs terdapat peningkatan biaya
kejadian HAIs di Indonesia belum perawatan sebesar 80 milyar dolar
diketahui jumlahnya, namun terdapat data Amerika. Central of Diases Control
dari beberapa Negara di dunia seperti (CDC) mengestimasi biaya pengeluaran.
United Kingdom (UK) menujukan sekitar Suatu penelitian yang dilakukan
300.000 pasien terkena HAIs, dan sekitar oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar
8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara sebelum tindakan (8,3%) dan sesudah
yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, tindakan tergolong rendah (33,3%),
Asia Tenggara dan pasifik menunjukkan kecakapan perawat dalam melakukan hand
adanya infeksi rumah sakit dan untuk Asia hygiene tergolong baik (58,33%).
Tenggara sebanyak 10,0% (WHO, 2002). Menurut jurnal yang berjudul Hand
Presentase infeksi rumah sakit dinegara hygiene compliance before and after
asia mencapai 9% (variasi 3 –21%) wearing gloves among intensive care unit
(Depkes, 2012), atau lebih 1,4 juta pasien nurses in Iran. 2016 diketahui bahwa
rawat inap di rumah sakit seluruh dunia Infeksi osokomial dianggap sebagai faktor
mendapatkan infeksi rumah sakit. risiko utama di bangsal rumah sakit, dan
Hasil survey point prevalensi dari kebersihan tangan adalah langkah pertama
11 Rumah Sakit di DKI Jakarta yang dalam pengendaliannya. Studi
dilakukan oleh Perdalin Jaya dan Rumah observasional dilakukan pada tahun 2015
Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti dengan 200 perawat yang bekerja di unit
Saroso Jakarta pada tahun 2003 didapatkan perawatan intensif di rumah sakit
angka infeksi nosokomial untuk ILO pendidikan Tabriz, Iran. Data dikumpulkan
(Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK dengan menggunakan kuesioner Hand
(Infeksi Saluran Kemih) 15,1%, IADP Hygiene Observation Tool. Para periset
(Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, memantau peluang perawat untuk
Pneumonia 24,5% dan Infeksi Saluran kebersihan tangan selama periode 8
Napas lain 15,1%, serta Infeksi lain 32,1%. minggu dari 3 Februari sampai 4 April
Negara berkembang termasuk 2015. Sebanyak 1.067 peluang terjadi
Indonesia, rata-rata prevalensi infeksi untuk kebersihan tangan sebelum dan
sekitar 91% dengan variasi 6.1%-16% sesudah memakai sarung tangan. Hasilnya
(Suroso, 2007). Program hand hygiene di menunjukkan bahwa kepatuhan hand
Rumah Sakit Cipto mangunkusumo hygiene sebelum memakai sarung tangan
(RSCM) yang sudah tahun 2008 tetapi kurang baik di kalangan perawat yang
masih saat ini kepatuhan perawat bekerja di unit perawatan intensive
melakukan hand hygiene hanya sekitar (14,8%). Oleh karena itu perlu dilakukan
60% Perdalin, 2010) penelitian terkait oleh intervensi yang efektif melalui program
nurul (2009), menunjukan bahwa pendidikan berkelanjutan untuk
pengetrahuan perawat tentang hand memperbaiki kepatuhan hand hygiene.
hygiene tergolong baik (83,33%), Rumah Sakit Sentra Medika
kepatuhan perawat tentang hand hygiene Cibinong merupakan sebuah rumah sakit
yang juga mempunyai program penerapan hygiene sebagai langkah pencegahan
hand hygiene pada pegawainya. infeksi nosokomial, masih terdapat
Berdasarkan wawancara tidak terstruktur kejadian infeksi di rumah sakit ini. Dari
antara peneliti dan salah satu anggota data surveilens komite PPI mengenai
Komite Pencegahan dan Pengendalian kejadian infeksi nosokomial hingga tahun
Infeksi RS (PPIRS), sejak tahun 2016, 2016 diketahui Phlebitis yaitu adalah
telah dibentuk sebuah tim yang bertugas 6.7‰, Infeksi Daerah Operasi (IDO) yaitu
melakukan pencegahan infeksi 0.07% dan VAP (Ventilator Assosiated
nosokomial. Salah satu program yang Pneumonia) yaitu 3.5‰.
dijalankan untuk mengurangi infeksi Melihat hal tersebut peneliti
adalah program hand hygiene. Program memperkirakan bahwa program hand
hand hygiene ini sudah ada sejak tahun hygiene yang merupakan sebuah langkah
2016 tersebut. Dengan mengadopsi teknik efektif untuk mencegah infeksi
pelaksanaan hand hygiene menurut WHO, nosokomial, masih belum berjalan sesuai
Komite PPIRS ini telah melakukan dengan prosedur di rumah sakit ini.
sosialisasi penerapan hand hygiene pada Dari hasil data tahun 2016 angka
perawat dan pekerja lain yang bekerja di kepatuhan perawat perawat di ruang
Rumah Sakit Sentra Medika Cibinong. Intensive Care (ICU, ICCU, NICU) di
Namun, hingga saat ini kepatuhan Rumah Sakit Sentra Medika Cibinong
pelaksanaa hand hygiene tahun 2016 yaitu mencapai 58.7% dan terjadi peningkatan
63 % dan tahun 2017 mencapai 82%, pada tahun 2017 78%, dimana terlihat
dimana angka kepatuhan hand hygiene kepatuhan pelaksanaan hand hygiene
terendah pada saat sebelum kontak dengan masih rendah dalam kesesuaian dengan
pasien dan sebelum tindakan aseptic. prosedur yang ditetapkan WHO. Melihat
Begitu juga dengan fasilitas kebutuhan fakta dan masalah di atas sangat menjadi
hand hygiene, menurut komite PPIRS perhatian bahwa pelaksanaan hand hygiene
Sentra Medika Cibinong kebutuhan sangatlah berpengaruh dalam mencegah
fasilitas hand hygiene pada tahun 2017 terjadinya HAIs atau Infeksi nasokomial
mencapai > 85%, dimana pencapaian Di Rumah Sakit Sentra Medika Cibinong,
tersebut dikatagorikan baik. sehingga sehingga peneliti ingin mengetahui Faktor-
faktor – faktor yang mempengaruhi Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
pemenuhan pelaksanaan hand hygiene di hand hygiene Perawat Intensive Care
rumah sakit ini juga belum diketahui. Terhadap Pencegahan HAIs Rumah Sakit
Walaupun sudah dilakukan program hand Sentra Medika Cibinong Tahun 2017
METODE PENELITIAN berdasarkan kelompok usia perawat
Metode Penelitian ini intensive care di Rumah Sakit Sentra
menggunakan pendekatan study kasus Medika Cibinong untuk dewasa
(case study) dengan rancangan penelitian awal(75,0%), remaja akhir (13,9%), dan
menggunakan Cohort bersifat retrospektif. dewasa akhir (11,1%). Untuk karakteristik
Penelitian ini memusatkan diri secara responden berdasarkan kelompok jenis
intensif pada satu obyek tertentu yang kelaminya itu jenis kelamin perempuan
mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data (72,2%), dan laki-laki (27,8%). Kelompok
studi kasus dapat diperoleh dari semua pendidikan D3 (66,7%) dan pendidikan
pihak yang bersangkutan, dengan kata lain S1/Ners (33,3%). Menurut kelompok
dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai ruang kerja di ruang ICU (38,9%), ruang
sumber (Nawawi, 2003: 1). ICCU (33,3%) dan ruang NICU (27,8%).
Karakteristik responden berdasarkan lama
HASIL DAN PEMBAHASAN
kerja yaitu yang pengalaman kerja baru
GAMBARAN PENELITIAN
(66,7%) dan pengalaman kerja lama
RS Sentra Medika Cibinong
(33,3%). Perawat pada kelompok
Diresmikan pada tanggal 10 Januari 2011
pengetahuan kurang (58,3%) dan
oleh Bupati Bogor, Bpk. Rahmat Yasin.
pengetahuan baik (41,7%). Karakteristik
RS Sentra Medika Cibinong menjadi satu-
responden untuk kelompok motivasi
satunya rumah sakit di wilayah Bogor
terdapat kelompok motivasi kurang
yang memiliki fasilitas penunjang medik
(52,8%) dan motivasi baik (47,2%).
dan layanan yang berkelas.
Bagian kelompok kemampuan yang
Mulai dari kelas C dengan 125
kelompok mampu (52,8%) dan tidak
Tempat tidur, tahun 2013 dikembangkan
mampu sebanyak (47,2%). Karakteristik
menjadi RS kelas B dengan 244 Tempat
responden menurut kelompok kepatuhan
tidur, sekaligus dibukanya pelayanan
hand hygiene,kelompok yang tidak patuh
laboratorium kateterisasi jantung vaskuler
(55,6%) dan patuh (44,4%).
dan otak. Melayani pasien umum, BPJS
Kesehatan/KIS, BPJS Ketenagakerjaan, ANALISIS VARIABEL
Asuransi Swasta, Perusahaan Mitra BERHUBUNGAN DENGAN
Pelanggan disekitarnya. PENCEGAHAN HAIS
A. Hubungan Pengetahuan dan
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
Kepatuhan perawat intensive care
Hasil analisis variabel bebas menunjukkan
melakuan hand hygiene
bahwa Karakteristik responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibagikan untuk seluruh petugas kesehatan
karakteristik responden menurut di rumah sakit khusunya bangsal ICU dan
kelompok pengetahuan didominasi oleh NICU. Hasil penelitian ini sejalan dengan
kelompok pengetahuan kurang sebanyak penelitian Jamaluddin, dkk (2012),
(58,3%). menunjukkan adanya peningkatan
kepatuhan cuci tangan sesuai dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
peningkatan pengetahuan, yaitu sebelum
p = 0.009, yang membuktikan bahwa ada
sosialisasi hanya sekitar 80% perawat yang
hubungan yang signifikan antara
mengetahui kepentingan dan prosedur cuci
pengetahuan dengan kepatuhan hand
tangan dan setelah sosialisasi meningkat
hygiene pada perawat intensive care yang
menjadi 100% bahwa proses sosialisasi
memiliki pengetahuan kurang dengan
berdampak positif terhadap kepatuhan cuci
perawat yang berpengetahuan baik.
tangan. Menurut penelitian Solely (2015),
Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = Pelatihan kebersihan tangan dengan
8,800, artinya perawat yang fluorescence lotion dapat meningkatkan
berpengetahuan baik mempunyai peluang motivasi dan rasa antusias sehingga akan
sebanyak 8.800 kali untuk patuh meningkatkan kepatuhan staf dalam
melakukan hand hygiene dibandingkan melakukan kebersihan tangan karena
dengan perawat yang berpengetahuan melakukan dan melihat langsung (learning
kurang. Berdasarkan hasil penelitian yang by doing).
dilakukan Suhartini (2017) di RSUD B. Hubungan Motivasi dan Kepatuhan
Sleman, dari 60 responden yang diteliti, perawat intensive care melakuan hand
sebanyak 38 orang (63,3%) patuh dalam hygiene
hand hygiene dan sebanyak 22 orang Hasil penelitian ini didapatkan bahwa
(36,75) tidak patuh dalam hand hygiene. responden menurut kelompok motivasi
Sesuai dengan penelitian Wulandari pada perawat di RS Sentra Medika
(2017), pengetahuan perawat di bangsal Cibinong di dominasi oleh kelompok
ICU dan NICU tentang cuci tangan motivasi kurang sebanyak (52,8%).
sebagian besar baik dikarenakan perawat Penelitian ini memperoleh uji statistic
di RSUD Sukoharjo mendapatkan yaitu nilai p = 0.001, membuktikan ada
sosialisasi dari tim Panitia Pengendalian hubungan yang signifikan antara yang
Infeksi (PPI) rumah sakit, tim PPI rumah memiliki motivasi kurang dengan perawat
sakit mengingatkan dengan media poster yang motivasinya baik motivasi dengan
yang terdapat di dinding ruangan dan
kepatuhan hand hygiene pada perawat orang (21,3%) memiliki motivasi sedang
intensive care. melakukan hand hygiene dan 32 orang
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR (52,5%) memiliki motivasi lemah
= 17.333, artinya perawat yang memiliki melakukan hand hygiene. Hasil ini tidak
motivasi baik mempunyai peluang memiliki perbedaan yang jauh, dengan
sebanyak 17.333 kali untuk patuh adanya sosialisasi tentang kepatuhan hand
melakukan hand hygiene dibandingkan hygiene, maka tingkat motivasi perawat
dengan perawat yang memiliki motivasi terhadap kepatuhan hand hygiene akan
kurang.Berdasarkan penelitian yang meningkat. Adapun penelitian Boyle dkk.
dilakukan oleh Quirina Sumariyem (2015) (2011) juga menemukan bahwa motivasi
di Ruang Cendana IRNA I RSUP Dr, berhubungan signifikan dengan kepatuhan
Sardjito, dari 40 orang perawat yang praktik hand hygiene yang menggunakan
menjadi responden, didapatkan hasil pendekatan teori tindakan beralasan
sebanyak 39 orang (97,5%) memiliki (Theory Of Planned Behavior) terhadap
motivasi yang baik dalam kepatuhan hand 120 perawat di ICU menemukan bahwa
hygiene, 1 orang (2,5%) memiliki motivasi motivasi merupakan faktor pemediasi bagi
yang cukup dalam kepatuhan hand hygiene kepatuhan praktik hand hygiene
dan tidak ada kurang motivasi kepatuhan (Septyaningrum, 2017).
hand hygiene, didapatkan hasil analisis C. Hubungan Kemampuan dan
statistik tentang hubungan motivasi dan Kepatuhan perawat intensive care
kepatuhan praktik hand hygiene melakuan hand hygiene
menggunakan rumus Spearmen’s Rho Hasil karakteristik responden menurut
diperoleh nilai p<0,05 yaitu sebesar 0,000 kelompok kemampuan di dominasi oleh
dengan nilai koefisiensi korelasi sebesar kelompok mampu sebanyak (52,8%).
0,559 menunjukkan ada hubungan yang Data uji statistic diperoleh nilai p = 0.006,
bermakna, dengan sifat korelasi memiliki maka dapat disimpulkan ada hubungan
keeratan yang kuat. yang signifikan antara kemampuan dengan
Penelitian lain yang dilakukan oleh kepatuhan hand hygiene pada perawat
Muthiah dan Fakhrudin (2016) tentang intensive care yang tidak mampu dengan
Hubungan Motivasi dengan Tingkat perawat yang mampu.
Kepatuhan Cuci Tangan Perawat di RSI Dari hasil analisis diperoleh pula
Klaten, dari 61 perawat sebagai responden, nilai OR = 10.111, artinya perawat yang
diketahui 16 orang (26,2%) memiliki memiliki kemampuan mempunyai peluang
motivasi kuat melakukan hand hygiene, 13 sebanyak 10.111 kali untuk patuh
melakukan hand hygiene dibandingkan terhadap kepatuhan hand hygiene dimana
dengan perawat yang tidak memiliki perawat intensive care semakin dia sering
kemampuan. Hasil penelitian ini sama melakukan hand hygiene dengan benar dan
dengan hasil penelitian Sobur (2015) tepat semakin baik kepatuhan hand
dalam Suhartini (2017) yang menyatakan hygiene rumah sakit serta semakin
ada hubungan bermakna antara sikap berkurangnya angka terjadinya infeksi
dengan kepatuhan mencuci tangan dengan nasokomial yang terjadi di Rumah Sakit
nilai probabilitas 0,005 sejalan dengan Sentra Medika Cibinong. Kemampuan
teori perubahan perilaku bahwa kepatuhan perawat dapat di tingkatkan dengan
dipengaruhi oleh sikap positif, adanya dilakukan edukasi, simulasi atau pun
peraturan dan persepsi yang sama terhadap pelatihan secara terus menerus serta
pentingnya cuci tangan sebagai upaya kompetensi melakukan kepatuhan hand
pencegahan penyakit infeksi. hygiene masuk ke dalam salah satu
Peningkatan kemampuan melakukan penilaian kinerja perawat.
hand hygiene sangatlah berpengaruh
Tabel 1.1 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Hand Hygiene Pada
Perawat Intensive Care Terhadap Pencegahan Hais Di Rumah Sakit Sentra Medika
Cibinong Tahun 2018
No Faktor Resiko OR Nilai p Keterangan
1 Pengetahuan 8.8 0,009 Ada hubungan
2 Motivasi 17,33 0,001 Ada hubungan
3 Kemampuan 10,11 0,006 Ada hubungan

KESIMPULAN remaja akhir (13,9%), dan dewasa


Berdasarkan analisis hasil penelitian dan akhir (11,1%). Untuk karakteristik
pembahasan yang telah dijelaskan dan responden berdasarkan kelompok
dijabarkan pada bab sebelumnya, jenis kelaminya itu jenis kelamin
kesimpulan dari penelitian ini sebagai perempuan (72,2%), dan laki-laki
berikut: (27,8%). Kelompok pendidikan D3
(66,7%) dan pendidikan S1/Ners
1. Karakteristik responden berdasarkan
(33,3%). Menurut kelompok ruang
kelompok usia perawat intensive care
kerja di ruang ICU (38,9%), ruang
di Rumah Sakit Sentra Medika
ICCU (33,3%) dan ruang NICU
Cibinong untuk dewasa awal(75,0%),
(27,8%). Karakteristik responden
berdasarkan lama kerja yaitu yang kemampuan dengan kepatuhan hand
pengalaman kerja baru (66,7%) dan hygiene pada perawat intensive care
pengalaman kerja lama (33,3%). yang tidak mampu dengan perawat
Perawat pada kelompok pengetahuan yang mampu.
kurang (58,3%) dan pengetahuan baik
DAFTAR PUSTAKA
(41,7%). Karakteristik responden
1. Depkes. 2002. Pedoman Sanitasi
untuk kelompok motivasi terdapat
Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta
kelompok motivasi kurang (52,8%)
2. Jamaluddin, dkk. “Kepatuhan Cuci
dan motivasi baik (47,2%). Bagian
Tangan 5 Momen di Unit Perawatan
kelompok kemampuan yang
Intensif.” Majalah Kedokteran Terapi
kelompok mampu (52,8%) dan tidak
Intensifno. 3 (Juli, 2012): h. 125-129
mampu sebanyak (47,2%).
3. Muthiah dan Fakhrudin.”Hubungan
Karakteristik responden menurut
Motivasi Perawat dengan Tingkat
kelompok kepatuhan hand
Kepatuhan melakukan Cuci Tangan.
hygiene,kelompok yang tidak patuh
PROFESI, no. 2 (Maret, 2017): h. 11-
(55,6%) dan patuh (44,4%).
18.
2. Hasil uji statistic memperlihatkan nilai
4. Septyaningrum, Sisca. “Hubungan
p = 0.009, yang membuktikan bahwa
Motivasi dengan Tingkat Kepatuhan
ada hubungan yang signifikan antara
Perawat dalam melakukan Hand
pengetahuan dengan kepatuhan hand
Hygiene di Ruang Rawat Inap Kelas II
hygiene pada perawat intensive care
dan III Rumah Sakit PKU
yang memiliki pengetahuan kurang
Muhammadiyah.” Skripsi S1 Fakultas
dengan perawat yang berpengetahuan
Ilmu Kesehatan, Universitas
baik.
‘Aisyiyah, Yogyakarta. 2017.
3. Penelitian ini memperoleh uji statistic
5. Solely, dkk. “Peningkatan
yaitu nilai p = 0.001, membuktikan
Pengetahuan dan Kepatuhan
ada hubungan yang signifikan antara
melakukan Kebersihan Tangan
yang memiliki motivasi kurang
melalui Pelatihan dengan
dengan perawat yang motivasinya
Fluorescence Lotion”.Jurnal
baik motivasi dengan kepatuhan hand
Keperawatan Indonesia, no.2 (2015):
hygiene pada perawat intensive care.
h. 123-131.
4. Data uji statistic diperoleh nilai p =
6. Suhartini, Esti. “Hubungan Sikap
0.006, maka dapat disimpulkan ada
dengan Kepatuhan Perawat dalam
hubungan yang signifikan antara
Hand Hygiene Five Moment di Ruang
Rawat Inap Kelas III RSUD Sleman."
7. Skripsi S1 Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Achmad Yani,
Yogyakarta, 2017.
8. Sumariyem,Quirina. “Hubungan
Motivasi dengan Kepatuhan Perawat
dalam Praktik Hand Hygiene di Ruang
Cendana IRNA I RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta.” Skripsi S1 Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah,
Yogyakarta, 2017.
9. WHO. 2009. Guide To
Implementation – A Guide to the
Implementation of the WHO
Multimodal Hand Hygiene
Improvement Strategy. <29 Oktober
2011>. Diunduh dari :
http://whqlibdoc.who.int
10. WHO. 2009. WHO Guidelines on
Hand Hygiene in Health Care: a
Summary. <29 Oktober 2011>.
Diunduh dari :
http://whqlibdoc.who.int

Anda mungkin juga menyukai