Anda di halaman 1dari 12

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT

DALAM PENERAPAN SOP INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO) DI UNIT


BEDAH TERPADU RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

Oleh;
Widya Akhiryani , Aliana Dewi2), Puji Astuti Wiratmo3)
1)
1)
MahasiswaProdi Keperawatan STIKes Binawan, Email : w_akhriyani@yahoo.co.id,
2)
Dosen Prodi Keperawatan STIKes Binawan, Email; aliana@binawan.ac.id,
3)
Dosen Prodi Ners STIKes Binawan, Email; puji@binawan.ac.id

ABSTRAK

Latar belakang: Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aisyah tahun 2012 di Rumah
Sakit X Surabaya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kejadian infeksi daerah operasi
dari 2011 hingga 2012. Berdasarkan Evidence Update June 2013 dari National Institute for
Health and Care Excellence kejadian infeksi luka operasi dapat dipengaruhi oleh factor risiko
dari pasien dan kepatuhan petugas dalam menjalani SOP pencegahan terjadinya IDO sebelum
dan selama tindakan operasi berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana
gambaran karakteristik dan tingkat kepatuhan perawat dalam penerapan SOP Infeksi Daerah
Operasi (IDO).
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan teknik sampling
yang digunakan adalah random sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah staff perawat
yang bekerja di ruang bedah terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan jumlah
sample sebanyak 45 responden.
Hasil: Hasil penelitian berdasarkan pendidikan dengan tingkat kepatuhan pada perawat
didapatkan bahwa perawat S1+Ners memiliki tingkat kepatuhan yang lebih tinggi ( 100%)
dibandingkan perawat DIII (86%). Berdasarkan lama kerja dengan tingkat kepatuhan maka
perawat yang berkerja lebih lama (>10tahun) memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi ( 94 –
100%) dibandingkan pewarat yang lain.
Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa gambaran karakteristik
perawat mempengaruhi tingkat kepatuhan perawat terhadap penerapan SOP IDO.

Kata kunci : Karakteristik Perawat, Tingkat Kepatuhan Perawat, SOP IDO.

38
A DESCRIPTION OF THE CHARACTERISTIC AND LEVEL OF COMPLIANCE OF
NUSES IN THE APPLICATION OF STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE
FOR SURGICAL SITE INFECTION IN SURGICAL UNIT
CIPTO MANGUNKUSUMO HOSPTAL JAKARTA

By;
Widya Akhiryani , Aliana Dewi2), Puji Astuti Wiratmo3)
1)
1)
Student of Nursing Program of STIKes Binawan, Email : w_akhriyani@yahoo.co.id,
2)
Lecturer of Nursing Program of STIKes Binawan, Email; aliana@binawan.ac.id,
3)
Lecturer of Nursing Program of STIKes Binawan, Email; puji@binawan.ac.id

ABSTRACT

Backgorund; Based on the research conducted by Aisyah (2012) at one Hospital in Surabaya
showed that thewe was an increase in the incidence of infection in the operating area from
2011 to 2012. Based on Evidence Update from the National Institute for Health and Care
Excellence (2013) the incidence of surgical wound infections can be influenced by risk
factors from patients and staff compliance in undergoing Standard Operating Procedure
(SOP) to prevent Surgical Site Infection (SSI) before and during the operation. This study
aims to look at how the characteristics and level of compliance of nurses in the application of
SOP (SSI).
Method: The research design used was descriptive research and the sampling technique used
was random sampling. The population in this study were nursing staff working in the
integrated surgery room at Cipto Mangunkusumo Jakarta Hospital with a sample size of 45
respondents.
Result: The results of research based on education with the level of adherence to nurses
found that nurses S1 + Nurse had a higher level of compliance (100%) than DIII nurses
(86%). Based on the length of work with the level of compliance, nurses who work longer (>
10 years) have higher level of compliance (94-100%) compared to others.
Conclusion: Based on the results of the study it can be concluded that the characteristics of
nurses influences the level of compliance of nurses to the application of SOP SSI.

Keyword : Nurse Compliance, Standard Operational Procedure, Surgical Infection Area.

39
PENDAHULUAN Data National Healthcare Safety
Rumah sakit merupakan health care Network (NHSN) selama tahun 2006—
system yang di dalamnya terdapat system 2008 menunjukkan bahwa terjadi 16.147
surveilans sebagai upaya pengendalian dan kasus Surgical Site Infection (SSI) di
pencegahan yang di dalamnya. Rumah antara 849.659 prosedur operatif, yang
sakit mempunyai peran strategis dalam berarti insiden rate dari infeksi daerah
upaya mempercepat peningkatan operasi sebesar 1,9% (CDC, 2013).
kesehatan masyarakat di Indonesia, karena Selain itu, di USA terjadi 300.000
rumah sakit merupakan fasilitas yang kasus SSI tiap tahun dan angka tersebut
padat karya dan padat teknologi. Peran merupakan 17% dari seluruh kejadian
strategis rumah sakit sangat diperlukan (Health Care Associated Infection) HAI.
untuk menghadapi transisi epidemiologi 75% pasien di pelayanan kesehatan yang
yang terjadi saat ini. meninggal telah didiagnosis mengalami
Perawat adalah tenaga kesehatan infeksi daerah operasi.
yang professional yang selalu bersama Di Indonesia, berdasarkan penelitian
pasien terus menerus dan mempunyai pendahuluan yang dilakukan oleh Aisyah
peranan penting di dalam pengelolaan tahun 2012 di Rumah Sakit X Surabaya
pasien dengan nyeri pasca bedah, yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
berdampak dari keluhan nyeri dan keadaan kejadian infeksi daerah operasi dari 2011
luka pasien.(Suriya and S. Zuriati, 2019) hingga 2012. Pada tahun 2011 terjadi 3
Kejadian infeksi luka operasi di Amerika kasus (Infeksi Daerah Operasi) IDO di
Serikat hampir 40% dari kejadian infeksi antara 970 operasi bersih dan bersih
nasokomial (Salkind& Rao, 2011). terkontaminasi, sedangkan pada 2012
Kejadian infeksi luka operasi menempati terjadi 6 kasus IDO di antara 1098 operasi
posisi ke-3, dengan angka kejadian bersih dan bersih terkontaminasi. Dan dari
mencapai 14-16% dari infeksi nosokomial hasil survey yang dilakukan di RSUPN
keseluruhan (Beldiet al, 2009). Kejadian Cipto Mangun Kusumo tahun 2015, angka
infeksi luka operasi di Amerika Serikat kejadian infeksi daerah operasi pada bulan
sekitar 2-5% dari pasien yang menjalani Desember tertinggi mencapai 2,52%.
operasi, setiap tahun ada 15 juta prosedur HAIs (Health-care associated
operasi yang dilakukan, dengan demikian infection) merupakan kejadian infeksi yang
terdapat sekitar 300,000-500,000 kejadian didapatkan penderita setelah mendapatkan
infeksi luka operasi setiap tahun perawatan lebih dari 48 jam dan pasien
(Anderson, 2011).

40
tidak dalam masa inkubasi. Macam- METODE
macam kejadian HAIs banyak di Penelitian ini merupakan metode
hubungkan karena pemasangan alat, penelitian deskriptif yaitu penelitian non-
seperti CAUTI (Catheter Associated eksperimental yang bertujuan untuk
Urinary Tract Infection), VAP (Ventilator mengetahui gambaran karakteristik dan
Associated Pneumonia), CRBSI (Catheter tingkat kepatuhan perawat dalam
(IV, Central) Related Blood Stream penerapan SOP infeksi daerah operasi
Infection) dan IDO (Infeksi Daerah (IDO) di Unit Bedah Terpadu RS Cipto
Operasi) karena tindakan operasi. Karena Mangunkusumo Jakarta (Nursalam, 2011).
HAIs, di identifikasi melalui kegiatan Populasi dalam penelitian ini adalah staff
surveilans. perawat bedah yang berjumlah 75 orang di
Sejalan dengan teori tersebut, Unit Bedah Terpadu RS Cipto
terdapat penelitian yang dilakukan oleh Mangunkusumo Jakarta. Jumlah sample
mengenai kegiatan evaluasi pelaksanaan yang dibutuhkann sebanyak 45 responden.
tindakan keperawatan berdasarkan SOP di Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Cipto Mangunkusumo dan dilakukan
Prof DR. Aloei Saboe Kota Gorontalo, mulai pada awal bulan November 2016.
diperoleh hasil observasi bahwa masih ada
tahapan-tahapan pada prosedur perawatan HASIL PENELITIAN
luka yang tidak di lakukan sesuai dengan 1. Jenis Kelamin
standar operasional prosedur (SOP). Di Table 1; Distribusi Jenis Kelamin
Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Jenis Kelamin f (%)
Prof. DR. Aloei Saboe Kota Gorontalo Laki-laki 12 26.7
terdapat 38 orang perawat dan setelah Perempuan 33 73.3
dilakukan observasi terhadap perawat yang Total 45 100
melakukan perawatan luka tindakan yang
dilakukan belum sesuai dengan standar 2. Pendidikan
operasional prosedur (SOP). Table 2; Distribusi Pendidikan
Tujuan umum dari penelitian ini Tingkat Pendidikan f (%)
adalah untuk mengetahui gambaran D3 41 91.1
karakteristik dan tingkat kepatuhan S1 0 0
perawat dalam penerapan SOP IDO di S1+Ners 4 8.9
Unit Bedah Terpadu RSUPN Cipto Total 45 100
Mangunkusumo Jakarta.

41
3. Lama Kerja 4. Tingkat Kepatuhan Perawat
Table 3; Distribusi Lama Kerja Table 4; Tingkat Kepatuhan Perawat
Lama Kerja f (%) Tingkat Kepatuhan f (%)
1-5 Tahun 6 13.3 Patuh 39 86.7
6-10 Tahun 37 82.2 Kurang Patuh 6 13.3
11-15 Tahun 2 4.4 Tidak Patuh 0 0
Total 45 100 Total 45 100

5. Jenis Kelamin dan Tingkat Kepatuhan Perawat


Table 5; Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dengan
Tingkat Kepatuhan Perawat
Kurang Patuh Patuh Total
Jenis Kelamin
n % n % n %
Laki-laki 4 33.4 8 66.6 12 100
Perempuan 2 6 31 94 33 100

6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat


Table 6; Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Dengan
Tingkat Kepatuhan Perawat
Kurang Patuh Patuh Total
Pendidikan
n % n % n %
DIII 6 13,4 36 86,6 41 100
S1+Ners 0 0 4 100 4 100

7. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat


Table 7; Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja
Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat
Tingkat Kepatuhan
Lama Kerja Kurang Patuh Patuh Total
n % n % n %
1-5 Tahun 4 66.6 2 33.4 6 100
6-10 Tahun 2 5.4 35 94.5 37 100
11-15 Tahun 0 0 2 100 2 100

42
Berdasarkan tabel diatas, perawat jenjang pendidikan D3 sebanyak 41 orang
yang sudah bekerja selama 1-5 tahun (91.1%), dan jenjang pendidikan S1+Ners
memiliki tingkat kepatuhan dalam kategori sebanyak 4 orang (8.9%).
patuh sebanyak 2 orang (33.4%), dan Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa
sisanya perawat kurang patuh sebanyak 4 semakin tinggi pendidikan seseorang
orang (66.6%). Kemudian untuk perawat merupakan salah satu faktor yang
yang sudah bekerja dalam rentang 6-10 mempengaruhi perepsi seseorang untuk
tahun sebagian besar memiliki tingkat lebih mudah menerima pengetahuan baru
kepatuhan dalam kategori patuh sebanyak dan semakin tinggi pengetahuan seseorang
35 orang (94,5%) dan perawat yang akan semakin baik.
kurang patuh sebanyak 2 orang (5,4%). Dari hasil penelitian yang dilakukan
Begitu pula dengan perawat yang sudah peneliti pada 45 responden perawat ruang
bekerja dalam rentang 11-15 tahun bedah di RS Cipto Mangunkusumo
semuanya memiliki tingkat kepatuhan mayoritas perawat memiliki tingkat
dalam kategori patuh sebanyak 2 orang kepatuhan yang baik yaitu sebanyak 39
(100%). orang (86.7%). Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali
PEMBAHASAN (2012), didapatkan bahwa perawat yang
Berdasarkan Jenis Kelamin berpendidikan D3 yang melaksanakan
Berdasarkan hasil penelitian tingkat implementasi prosedur perawatan luka
kepatuhan pada perawat perempuan lebih post operasi sudah tergolong baik dan
banayak dibandingkan dengan perawat sesuai dengan SOP.
laki-laki. Penelitian terkait lainnya yang
dilakukan oleh Setyobudi (dalam bawelle, Berdasarkan Lama Kerja
2013) mengatakan bahwa perempuan Hasil penelitian pada variable
memiliki tingkat kepatuhan lebih tinggi lamanya bekerja didapatkan sebagian besar
dari pada pria karena perempuan memiliki perawat berada pada lama kerja 6-10 tahun
sifat yang sabar, tekun dan telaten. sebanyak 37 orang (82.2%), lama kerja 1-5
tahun sebanyak 6 orang (13.3%), dan lama
Berdasarkan Pendidikan kerja 11-15 tahun sebanyak 2 orang
Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa (4.4%).
frekuensi tingkat pendidikan responden Terdapat penelitian terkait yang
perawat bedah yang terdistribusi adalah dilakukan oleh Heni Kurniati (2011) di

43
RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Berdasarkan Tingkat Kepatuhan
hasil penelitian menunjukkan bahwa dari Perawat
58 perawat yang melakukan implementasi Berdasarkan table 4, diketahui bahwa
prosedur perawatan luka post operasi frekuensi tingkat kepatuhan dari responden
sesuai dengan SOP yaitu perawat dengan perawat bedah yang terdistribusi adalah
masa kerja kurang dari 5 tahun dan yang perawat patuh sebanyak 39 orang (86.7%),
tidak sesuai dengan SOP yaitu lebih dari 5 dan perawat kurang patuh sebanyak 6
tahun sebanyak 2 perawat, seperti dari orang (13.3%).
hasil observasi yang peneliti lakukan Senada dengan penelitian Onggang
didapatkan hasil bahwa perawat yang masa (2001) mengenai Evaluasi Penerapan
kerjanya lebih lama melaksanakan Teknik Aseptik dan Cuci Tangan Dengan
implementasi prosedur perawatan luka Kejadian Infeksi Luka Post Sectio
post operasi tidak sesuai dengan SOP. Caesarea di RSUP dr. Sardjito, sebagai
Menurut Setiyobudi (2013) hasilnya 3 perawat (5.2%) mengetahui
menjelaskan bahwa perawat dengan teknik dan mampu menerapkan sedangkan
pengetahuan yang tinggi dengan lama 55 perawat (94.8%) tidak mampu
kerja yang masih rendah cenderung menerapkan, sedangkan kejadian
memiliki kepatuhan lebih tinggi infeksinya 15%.
dibandingkan perawat yang masa kerjanya Insiden terjadinya infeksi luka
lebih lama. Namun, terdapat pula operasi dapat dipengaruhi oleh beberapa
penelitian dengan hasil yang berbeda faktor, seperti yang dikutip menurut Riza
seperti yang dilakukan oleh Hakim (2015) (2007), faktor-faktor yang berperan dalam
menunjukkan hasil yaitu perawat yang terjadinya infeksi luka diantaranya pertama
masa kerjanya kurang dari 5 tahun yaitu Safe staffing perawat, staffing
melakukan perawatan luka tidak sesuai merupakan situasi dimana jumlah dan
dengan SOP. kualifikasi perawat untuk memenuhi
Hal ini dapat disebabkan karena kebutuhan klien yang komplek dalam
adanya faktor-faktor lain seperti usia berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Safe
responden yang semakin lanjut, staffing tidak hanya berarti jumlah dan
pendidikan responden yang masih rendah jenis tenaga keperawatan untuk
dan ketidakpatuhan responden sehingga memberikan asuhan keperawatan kepada
pelaksanaan implementasi prosedur klien, tetapi meliputi beban kerja,
perawatan luka post operasi tidak sesuai lingkungan kerja, kompleksitas pasien,
dengan SOP. tingkat keterampilan staf, kombinasi

44
tenaga keperawatan, efisien dana dan 100% dibandingkan dengan perawat DIII
keterkaitannya dengan hasil pada pasien yang memiliki tingkat kepatuhan 86.6%.
dan perawat, bahkan mencakup elemen Salah satu faktor yang dapat
keselamatan pasien. Kedua, ketersediaan meningkatkan produktifitas atau kinerja
sarana prasarana, ini terkait dengan perawat adalah pendidikan formal perawat.
keselamatan pasien dan akan menunjang Pendidikan memberikan pengetahuan
tindakan pelayanan kesehatan di dalam bukan saja yang langsung dengan
institusi tersebut. Ketiga, tingkat sterilitas. pelaksanaan tugas, tetapi juga landasan
untuk mengembangkan diri serta
Tingkat Kepatuhan Perawat kemampuan memanfaatkan semua sarana
Berdasarkan Jenis Kelamin yang ada di sekitar kita untuk kelancaran
Berdasarkan hasil penelitian perawat tugas. Semakin tinggi pendidikan semakin
perempuan memiliki tingkat kepatuhan tinggi produktivitas kerja (Arfida, 2003).
dalam kategori patuh sebanyak 31 orang Tingkat pendidikan yang tinggi dari
(94%), dan sisanya perawat berjenis perawat dalam penelitian ini akan
kelamin laki-laki memiliki tingkat mempengaruhi bagaimana cara berfikir
kepatuhan kurang patuh sebanyak 4 orang dan mengolah informasi yang diterima
(33.4%). termasuk tentang pengetahuan mengenai
Hasil penelitian ini sejalan dengan SOP IDO yang sudah ditetapkan dari
penelitian Haslina (2011) yang rumah sakit itu sendiri.
menyatakan bahwa responden yang Dalam penelitian ini tingkat
berjenis kelamin Perempuan lebih banyak pendidikan 45 perawat yang menjadi objek
(76,1%) yang berperilaku baik dalam mayoritas memiliki latar belakang DIII
pelaksanaan SOP woundcare, Keperawatan yaitu mencapai 41 orang,
dibandingkan berperilaku kurang (23,9%). sedangkan sisanya sebanyak 4 orang
Demikian pula responden laki-laki lebih perawat yang memiliki pendidikan
banyak (78,8%) yang berperilaku baik S1+Ners dengan tingkat kepatuhan
dalam pelaksanaan SOP woundcare, perawat yang kurang patuh sebanyak
dibandingkan berperilaku kurang (21,2%). 13,4%. Boleh dikatakan bahwa perawat
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Tingkat Kepatuhan Perawat jakarta masih berpendidikan vocational
Berdasarkan Pendidikan dan hanya sebagian kecil yang sudah
Berdasarkan hasil penelitian perawat teregistrasi ners. Menurut Asmadi (2010),
S1+ Ners memiliki tingkat kepatuhan Pendidikan keperawatan mempunyai

45
pengaruh besar terhadap kualitas pelayanan bimbingan dibandingkan dengan petugas
keperawatan. Pendidikan yang tinggi dari yang pengalaman kerjanya sedikit.
seorang perawat akan memberi pelayanan
yang optimal. KESIMPULAN
1. Hasil penelitian karakteristik
Tingkat Pengetahuan Perawat responden berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan Lama Kerja menunjukkan bahwa frekuensi jenis
Hasil dalam penelitian ini kelamin responden perawat bedah
menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan dari mayoritas adalah perempuan sebanyak
45 responden sebagian besar perawat yang 33 orang (73.3%), dan sisanya laki-laki
sudah bekerja dalam rentang 1-5 tahun sebanyak 12 orang (26.7%).
terdapat 31 orang perawat yang patuh dan 2. Hasil penelitian karakteristik
sisanya 6 orang perawat yang kurang responden berdasarkan pendidikan
patuh, sedangkan perawat yang sudah menunjukkan bahwa frekuensi tingkat
bekerja lebih dari 5 tahun mayoritas pendidikan responden perawat bedah
memperoleh nilai patuh. Ini terlihat bahwa mayoritas adalah jenjang pendidikan
sesorang yang berstatus sebagai pegawai D3 sebanyak 41 orang (91.1%), dan
baru lebih dapat bekerja dengan jenjang pendidikan S1+Ners sebanyak
menunjukkan kinerja yang baik daripada 4 orang (8.9%).
pegawai yang telah lama bekerja, namun 3. Hasil penelitian karakteristik
adapula yang menunjukkan kinerja kurang responden berdasarkan lama kerja
baik. menunjukkan bahwa frekuensi lama
Menurut Handoko (2011), lama kerja dari responden perawat bedah
bekerja adalah suatu kurun waktu atau mayoritas adalah lama kerja 6-10 tahun
lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu sebanyak 37 orang (82.2%).
tempat. Lama kerja adalah jangka waktu 4. Hasil penelitian responden berdasarkan
yang telah dilalui seseorang sejak tingkat kepatuhan menunjukkan bahwa
menekuni pekerjaan. Lama kerja dapat frekuensi tingkat kepatuhan dari
menggambarkan pengalaman seseorang responden perawat bedah sebagian
dalam menguasai bidang tugasnya. Pada besar adalah perawat patuh sebanyak
umumnya, petugas dengan pengalaman 39 orang (86.7%), dan sisanya perawat
kerja yang banyak tidak memerlukan kurang patuh sebanyak 6 orang
(13.3%).

46
5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang (66.6%). Kemudian untuk
frekuensi responden berdasarkan jenis perawat yang sudah bekerja dalam
kelamin dengan tingkat kepatuhan rentang 6-10 tahun sebagian besar
perawat 45 responden sebagian besar memiliki tingkat kepatuhan dalam
perawat yang berjenis kelamin kategori patuh sebanyak 35 orang
perempuan memiliki tingkat kepatuhan (94,5%) dan perawat yang kurang
dalam kategori patuh sebanyak 31 patuh sebanyak 2 orang (5,4%). Begitu
orang (94%), dan sisanya perawat pula dengan perawat yang sudah
berjenis kelamin laki-laki memiliki bekerja dalam rentang 11-15 tahun
tingkat kepatuhan kurang patuh semuanya memiliki tingkat kepatuhan
sebanyak 4 orang (33.4%). dalam kategori patuh sebanyak 2 orang
6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (100%)..
frekuensi responden berdasarkan
pendidikan dengan tingkat kepatuhan DAFTAR PUSTAKA
dari 45 responden sebagian besar Ambar T. Sulistiyani dn Rosidah. (2003).
Manajemen Sumber Daya Manusia.
perawat yang memperoleh tingkat
Cetakan Pertama. Penerbit Graha Ilmu.
pendidikan terakhir DIII memiliki Yogyakarta.
tingkat kepatuhan dalam kategori patuh
Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian
sebanyak 36 orang (86.6%), dan Suatu Pendekatan Praktek. Yogya:
Rineka Cipta.
sisanya perawat kurang patuh sebanyak
6 orang (13.4%). Sedangkan untuk Bawelle, S.C., J.S.V, Sinolungan, R.
Hamel. (2013). Hubungan
perawat yang memperoleh tingkat
Pengetahuan dan Sikap Perawat
pendidikan terakhir S1+Ners, dengan Pelaksanaaan Keselamatan
Pasien (Patient Safety) di Ruang
semuanya memiliki tingkat kepatuhan
Rawat Inap RSUD Liun Kendage
dalam kategori patuh sebanyak 4 orang Tahuna, Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran
(100%).
Universitas Sam Ratulangi. ejournal
7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keperawatan (e-Kp) Volume 1.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/j
frekuensi responden berdasarkan lama
kp/article/view/2237/1794 Diunduh
kerja dengan tingkat kepatuhan dari 45 pada Juni 2017 pukul 16:02 WIB.
responden perawat yang sudah bekerja
Depdikbud.(1984). Kamus Besar Bahasa
dalam rentang 1-5 tahun memiliki Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
tingkat kepatuhan dalam kategori patuh
Depkes RI. (2010). Petunjuk Praktis
sebanyak 2 orang (33.4%), dan sisanya Surveilens Infeksi Rumah Sakit. Jakarta
: Kemenkes RI.
perawat kurang patuh sebanyak 4

47
Kususma Purwokerto. Skripsi.
Ensiklopedia, (2010). Bedah Sesar. Program Studi DIII Keperawatan
(Online), STIKes Harapan Bangsa Purwokerto.
(http://www.wikipedia.ensiklopedia.co Diunduh pada Juni 2017 pukul 17:00
m/2010/09/01/bedah-sesar.html/ wib
diakses tanggal, 20-9-2016, jam 03.58
WIB) Notoatmodjo Soekidjo, (2005).
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Harmono, S. (2002). Faktor-faktor resiko Jakarta :RinekaCipta.
Infeksi Luka Operasi Pada Pasien
Pasca Bedah Dewasa di Unit Bedah Nunung, (2009). Seputar Sectio saesar.
RSUP DR Sardjito Yogjakarta, (Online),
Yogyakarta, UGM (http://www.nunung.himapid.blogspot.
com/2009/08/01/seputar-sectio-
Haslina. (2011). Faktor yang berhubungan saesar.html/ diakses tanggal, 24-8-
dengan kepatuhan perawat Dalam 2016, jam 17.58 WIB)
menjalankan Protap pemasangan
Kateter Uretra Di ruang perawatan Nursalam, (2011). Konsep dan Penerapan
bedah dan interna RSUD Syekh Yusuf Metodologi Penelitian Keperawatan.
Gowa. Makasar: Skripsi tidak Jakarta :Salemba Medika.
diterbitkan. Fakultas Ilmu
Keperawatan-UMI. Potter Perry. (2006). Fundamental
Keperawatan. Jakarta EGC.
Hidayat Alimul Aziz, (2007). Metode
Penelitian Keperawatan dan Teknik Pusorowati. (1998). Hubungan Durasi
Analisa Data. Jakarta : Salemba Hospitalisasi Pre Operasi dan
Medika. Kejadian Infeksi Nosokomial Luka
Operasi di RSUP dr. Sardjito Skripsi.
Himatusujanah. (2008). Hubungan Tingkat Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas
Kepatuhan Pelaksanaan Protap Gadjah Mada.
Perawatan Luka Dengan Kejadian
Infeksi Luka Post Sectio Caesara Di Riza. (2007). Safe Staffing Dalam
Ruang Mawar I RSUD DR. Moewardi Pelayanan Kesehatan. Online.
Surakata. Skripsi. Fakultas Ilmu http://nursingbrainiza/2007/11 diunduh
Keperawatan Universitas pada 30 September 2016 pukul 10.14
Muhamadiyah Surakarta. WIB

Kurniawati, Heni. (2011). Faktor-faktor Rollinson, D.,Kish. (2010). Care Concept


yang Mempengaruhi Tingkat in advanced nursing.St. Louis. Mosby
Kepatuhan Perawat Terhadap A Hancourt Health Science Company
Penerapan Standar Operasional
Prosedur pada Perawatan Luka Post Rumpea, S. d. (2010). Hubungan
Operasi di RS PKU Muhammadiyah karakteristik perawat dengan tingkat
Gombong. E-journal. Diunduh pada kepatuhan perawat melakukan cuci
Juni 2017 pukul 16:25 wib tangan di rumah sakit Columbia.
Medan: universitas Darma Agung.
Martyarini, dkk. (2013). Hubungan Antara
Kepatuhan Perawat Pada Prosedur Saifuddin, 2005. Panduan Pencegahan
Tetap Pemasangan Infus Dengan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan
Kejadian Flebitis Di RS Wijaya Kesehatan dengan Sumber Daya

48
Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina T. Hani Handoko. (2011). Manajemen :
Pustaka Sarwono Prawiro hardjo. Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE-
Yogyakarta.
Santoso, 2009. Penyembuhan Luka.
(Online). Tjahyono Sigit A. (2009). Penyembuhan
http://www.Dr.Budhi.Santoso@ho.otsu Bedah Caesar. (Online),
ka.co.id/2009/10/28/penyembuhan- (http://www.Dr.A.Sigit.Tjahyono,Sp.B
luka.html/ diakses tanggal 30-8-2016 ,Sp.BTKV(K).detikhealth.com/2009/0
jam 15.40 WIB) 7/17/penyembuhan-bedah-saesar.html/
diakses tanggal 25-8-2016 jam 15.10
SDM RSCM. (2013). Bundle Standar WIB)
Operasional Prosedur Pada
Pelayanan Pasien. Jakarta : RSUPN Ulfa, Maria. (2016). Pengaruh Faktor
Cipto Mangunkusumo Internal dan Eksternal Terhadap
Kepatuhan Perawat Dalam
Signaterdadie’s, (2009). Desinfektan. Melaksanakan Standar Prosedur
(Online), Operasional Pemasangan Kateter di
(http://www.signaterdadie’s.com/2009/ Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
10/04/desinfektan.html./ diakses Yogyakarta Unit II. Yogyakarta :
tanggal, 20-8-2016, jam 19.30 WIB) Magister Manajemen Rumah Sakit
UMY.
Sugiharto A. (2007). Faktor-Faktor Resiko
Hipertensi Grade II Pada Masyarakat. WHO. (2011). Healthcare Associated
Tesis. Semarang : Universitas Infection (HAI). Online.
Diponegoro. Diunduh pada Juni 2017 http://whqlibdoc.who.int/2005/WHO_
EIP_SPO_QPS_05.2.pdf Diunduh
Sugiyono, (2009). Statistika Untuk pada 30 Agustus 2016 pukul 12.30
Penelitian. Bandung : Alfebeta. WIB

Suriya, M and S. Zuriati (2019). The Effect Zuhrotul, Aisyah. (2012). Surveilens
of Rose Aromatherapy on Reducing Infeksi Daerah Operasi Menurut
the Post-Operative Pain Scale in Kompnen Surveilens Di RS X Surabaya
Aisyiyah Padang Hospital, West Tahun 2012. E-journal FKM
Sumatra, Indonesia. International Universitas Airlangga Surabaya.
Journal of Advancement in Life Diunduh pada November 2016
Sciences Research, 2(1), pp.11-15. doi:
10.31632/ijalsr.2019v02i01.002

49

Anda mungkin juga menyukai