Anda di halaman 1dari 31

12

13
14
15
HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN PROSEDUR PENCEGAHAN
INFEKSI PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN PROSES
PENYEMBUHAN LUKA
DI RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA MALANG

Miftahur Rahman1), Tanto Haryanto2), Vita Maryah Ardiyani3)

1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang
2)
Dosen Program Studi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang
3)
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang
E-mail : 44miftahur@gmail.com

ABSTRAK

Pelaksanaan prosedur pencegahan infeksi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan di rumah sakit,
apabila tidak dilakukan dengan standar operasional pelayanan maka kemungkinan terjadi infeksi pada luka
operasi pasien. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan prosedur pencegahan infeksi
dengan proses penyembuhan luka pada pasien post operasi di Rumah Sakit Islam UNISMA – Malang. Desain
penelitian mengunakan desain analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 63 pasien yang melakukan operasi pada bulan Juli 2016 dengan penentuan sampel penelitian
menggunakan random sampling yang berarti pengambilan sampel secara acak dengan jumlah 20 pasien post
operasi. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Metode analisa data yang di gunakan
yaitu uji spearman rank dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian membuktikan lebih dari separuh(70,0%)
responden mendapatkan pelaksanaan prosedur pencegahan infeksi baik dan lebih dari separuh(55,0%)
responden mengalami proses penyembuhan luka cepat. Terdapat hubungan antara pelaksanaan prosedur
pencegahan infeksi dengan proses penyembuhan luka pada pasien post operasi dengan p-value = (0,000)
<(0,050). Diharapkan pasien selalu menjaga lokasi luka operasi agar tetap steril untuk menghindari dari
kajadian infeksi dengan bertanya kepadapihak layanan kesehatan tentang cara merawat luka operasi yang benar
untuk mempercepat penyembuhan.

Kata Kunci : Pasien post operasi, pelaksanaan prosedur, pencegahan infeksi, proses penyembuhan luka operasi

16
RELATIONSHIP BETWEEN THE IMPLEMENTATION OF INFECTION
PREVENTION PROCEDURES IN POST OPERATION PATIENTS WITH HEALING
PROCESS IN ISLAMIC HOSPITAL UNISMA – MALANG

ABSTRACT

Implementation of infection prevention procedures are nursing actions performed in the


hospital, if they were not done with the operational standard of service then the chances of
surgical wound infections can experience by patients. The aim of research is to determine
the relationship between the implementation of infection prevention procedures with the
wound healing process in postoperativepatientsof University of Islam Malang Hospital.
The design of study used correlation analysis design with cross sectional approach. The
population in this study was 63 patients undergoing surgery in July 2016, with the
determination of the sample used random sampling, which means random sampling with
the number of 20 post operative patients. Data collection technique used observation sheet.
Data analysis method used is spearmen rank test using SPSS. The result of the study
showed more than half of the (70.0%) of respondents got better implementation of infection
prevention procedures and more than half of the (55.0%) of respondents experienced a
rapid wound healing process. And also there is a correlation between the implementation
of infection prevention procedures with the wound healing process in patients
postoperatively with p value = (0.000) <(0.050). Therefore, patients always kept the
wound site operations in order to remain sterile to avoid infection by asking the health
service on how to treatthe correct operation wound to accelerate healing.

Keywords : Post operative Patients, Implementation Procedures, Infection Prevention,


Wound Healing Process Operations.

17
Pelaksanaan prosedur pencegahan Kegiatannya dilakukan secara baik dan
infeksi merupakan tindakan keperawatan benar di semua sarana rumah sakit;
yang sering dilakukan di rumah sakit, peralatan medis dan non medis, ruang
apabila tidak dilakukan dengan standar perawatan dan prosedur serta lingkungan
operasional pelayanan maka (Roslaili, 2013).
kemungkinan terjadin infeksi klinis. Mengingat kegiatan pencegahan
Komplikasi yang dapat terjadi karena infeksi melibatkan berbagai disiplin dan
perawatan luka post operasi seperti tingkatan personil rumah sakit.
oedema, hematoma, perdarahan sekunder, Diperlukan adanya prosedur baku untuk
luka robek, fistula, adesi atau timbulnya setiap tindakan yang berkaitan dengan
jaringan scar. Pelaksanaan prosedur pengendalian infeksi dituangkan dalam
perawatan luka yang tepat akan tata laksana pengendalian infeksi yang
mempercepat penyembuhan luka operasi merupakan prosedur maksimal yang
(Fridawaty, 2013). harus diupayakan untuk dilaksanakan
Tindakan perawatan luka post seluruhnya sesuai dengan situasi pada
operasi yang berkualitas selalu saat dan tempat pelaksanaannya (Molina,
memperhatikan metode universal 2012).
precautions yang telah ditetapkan seperti Infeksi luka operasi terjadi karena
mencuci tangan, alat-alat yang digunakan adanya gangguan penyembuhan luka.
harus steril sebelum digunakan pada Luka operasi dikatakan terinfeksi apabila
pasien. Keberhasilan pengendalian luka tersebut mengeluarkan nanah atau
infeksi pada tindakan perawatan luka post pus dan kemungkinan terinfeksi apabila
operasi ditentukan oleh kesempurnaan luka tersebut mengalami tanda-tanda
petugas dalam melaksanakan asuhan inflamasi atau mengeluarkan rabas
keperawatan klien secara benar, karena serosa. Infeksi Luka Operasi merupakan
sumber bakteri Infeksi Luka Operasi salah satu komplikasi pasca operasi
(ILO) dapat berasal dari pasien, perawat karena dapat meningkatkan lama
dan tim, lingkungan, dan termasuk juga perawatan yang tentunya akan menambah
instrumentasin (Molina, 2012). biaya perawatan, Selain itu infeksi luka
Pencegahan Infeksi merupakan suatu operasi dapat mengakibatkan cacat dan
upaya penting dalam meningkatkan mutu bahkan kematian (Alexandra, 2015).
pelayanan medis rumah sakit. Hal ini Pendapat yang sama disampaikan
hanya dapat dicapai dengan keterlibatan Lisnawati (2011), menyatakan bahwa
secara aktif semua personil rumah sakit, infeksi luka pasca operasi merupakan
mulai dari petugas kebersihan sampai salah satu masalah utama dalam praktek
dengan dokter dan mulai dari pekarya pembedahan dan infeksi menghambat
sampai dengan jajaran Direksi. proses penyembuhan luka sehingga

18
menyebabkan angka morbiditas dan sectional. Populasi dalam penelitian ini
mortalitas bertambah besar. sebanyak 63 pasien yang melakukan
Hasil penelitian Bahtia (2013), operasi pada bulan Juli 2016 dengan
kejadian infeksi luka post operasi di penentuan sampel penelitian
RSUP TB dari 20 pasien yang dilibatkan menggunakan random sampling yang
dalam penelitian terdapat 5 pasien (25%) berarti pengambilan sampel secara acak
mengalami kejadian infeksi pendarahan dengan jumlah 20 pasien post operasi.
dan sebanyak 15 pasien (75%) tidak Instrumen pengumpulan data yang
mengalami infeksi. Kejadian infeksi digunakan adalah kuisioner. Metode
dialami pasien pada hari ke-7 dan 10 post analisa data yang di gunakan yaitu uji
operasi. Seiring dengan masih tingginya spearman rank dengan menggunakan
angka kejadian infeksi pasca operasi SPSS.
mengakibatkan bertambahnya biaya Variabel bebas pada penelitian ini
perawatan yang ditanggung pasien. adalah Pelaksanaan Prosedur Pencegahan
Berdasarkan data Rumah Sakit Islam Infeksi. Variabel terikat dalam penelitian
UNISMA – Malang bulan Juni 2016 ini adalah Kejadian infeksi. Kriteria
diketahui bahwa sebanyak 17 pasien yang inklusi adalah pasien post operasi di
melakukan operasi didapatkan sebanyak Rumah Sakit Islam Unisma - Malang
3 orang mengalami infeksi pada luka pada hari ke-7 dan hari ke-10,bersedia
operasi berupa terjadi pendarahan. Hal ini menjadi responden. Sedangkan kriteria
menyebabkan perlu adanya pelaksanaan eksklusi pasien post operasi di Rumah
prosedur pencegahan infeksi pada pasien Sakit Islam Unisma - Malang yang tidak
post operasi, karena luka operasi perlu bersedia menjadi responden, tidak hadir
mendapatkan perawatan yang steril dan pada saat penelitian. Lokasi penelitian
intensif. dilakukan di Rumah Sakit Islam Unisma
Tujuan penelitian untuk mengetahui - Malang, beralamat di Jl. MT. Haryono,
hubungan antara pelaksanaan prosedur Malang, Kota Malang, Jawa Timur
pencegahan infeksi dengan proses 65144, Indonesia. Adapun penelitian
penyembuhan luka pada pasien post dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus
operasi di Rumah Sakit Islam UNISMA – 2016 sampai 25 September 2016.
Malang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


METODE PENELITIAN
Berdasarkan Tabel 1 di ketahui
Desain penelitian mengunakan desain bahwa frekuensi responden berdasarkan
analitik korelasi dengan pendekatan cross karakteristik pada pasien post operasi di

19
Rumah Sakit Islam Unisma – Malang. Tabel 2. Distribusi Frekuensi
didapatkan kurang dari separuh (30%) Pelaksanaan Prosedur
responden berumur 30-39 tahun, lebih Pencegahan Infeksi di Rumah
dari separuh 12 (60%) responden berjenis Sakit Islam Unisma – Malang.
kelamin perempuan, didapatkan separuh Prosedur Pencegahan
f (%)
10 (50%) responden melakukan operasi Infeksi
Baik 14 70
caesar dan lebih dari separuh 25 (75%) Tidak baik 6 30
responden baru satu kali melakukan Total 20 100
operasi.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Proses
Tabel.1 DistribusiFrekuensi Berdasarkan Penyembuhan Luka Pada Pasien
Karakteristik Responden di Post Operasi Di Rumah Sakit
Rumah Sakit Islam Unisma – Islam Unisma – Malang.
Malang Proses Penyembuhan
f (%)
Umur f (%) Luka
20-29 tahun 4 20 Cepat 11 55
30-39 tahun 7 35 Cukup Lama 6 30
40-49 tahun 6 30 Lama 3 15
50-59 tahun 3 13 Total 20 100
Total 20 100
Jenis Kelamin f (%) Berdasarkan Tabel 3 didapatkan
Laki-laki 8 40 lebih dari separuh 11 (55,0%) responden
Perempuan 12 60
Total 20 100 mengalami proses penyembuhan luka
Jenis Operasi f (%) cepat.
Caesar 10 50 Berdasarkan penilitian ini
Kista 1 5 mengunakan uji spearman rank untuk
Luka Robek 3 15
menentukan hubungan antara
Tumor 3 15
Usus Buntu 3 15 pelaksanaan prosedur pencegahan infeksi
Total 20 100 dengan proses penyembuhan lukapada
OperasiKe f (%) pasien post operasi di Rumah Sakit Islam
1 15 75 Unisma – Malang, keapsahaan data
2 5 35
dilihat dari tingkat signifikasi (α) kurang
Total 20 100
dari 0,050. Hasil uji spearman rank
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan diketahui dari p-value = (0,000) < (0,050)
lebih dari separuh 14 (70,0%) responden sehingga H0 ditolak yang artinya ada
mendapatkan pelaksanaan prosedur hubungan antara pelaksanaan prosedur
pencegahan infeksi baik. pencegahan infeksi dengan proses
penyembuhan lukapada pasien post

20
operasi di Rumah Sakit Islam Unisma – (2014),mengemukakan umur yang masih
Malang. produktif terutama pada usia dewasa
mendukung mempercepat kemampuan
Pelaksanaan Prosedur Pencegahan penyembuhan jaringan dalam tubuh
Infeksi Pada Pasien Post Operasi karena adanya kedisiplinan responden
Berdasarkan Tabel 1 didapatkan untuk menjaga kebersihan luka dan
bahwa lebih dari separuh 14 (70,0%) meminum obat secara teratur hal ini
responden mendapatkan pelaksanaan didasarkan oleh adanya dukungan dari
prosedur pencegahan infeksi baik di anggota keluarga terutama suami/istri dan
Rumah Sakit Islam Unisma – Malang. anak-anaknya. Adapun pelaksanaan
Diketahui pelaksanaan prosedur prosedur pencegahan infeksi baik juga
pencegahan infeksi baik didasarkan oleh berhubungan dengan pengelaman dimana
tekhnik septic dan antiseptic yang benar didapatkan sebanyak (25%) responden
sebanyak (100%) responden melakukan operasi sudah dua kali.
menggunakan pembalut yang bersih dan Kecepatan penyembuhan luka
selalu diganti setelah pembersihan luka, tergantung dari steril permukaan kulit
sedangkan sebanyak (85%) responden selama proses pembersihan luka sebelum
mendapatkan perawatan luka steril dengan pembalutan dan kecepatan membunuh
mendapatkan pembersihan luka dilakukan mikroorganisme pada pemberian teknik
secara teratur sesuai jadwal dan sebanyak antiseptik. Berdasarkan penjelasan HIPPII
(70%) responden tidak terdapat daki dan (2014), mengemukakan cara yang
kerak yang menempel disekitar luka. dilakukan untuk pencegahan infeksi
Diketahui responden mendapatkan dengan menggunakan antiseptik
pelaksanaan prosedur pencegahan infeksi dilakukan dalam waktu sekurang-
baik didukung oleh faktor bimbingan kurangnya 30 menit untuk instrumen
pihak medis dengan mendapatkan terbungkus. Tujuan pembalutan untuk
perawatan luka steril dan faktor melindungi luka dari kontaminasi
keterlibatan pasien untuk mempercepat mikroorganisme, membantu hemostasis,
penyembuhan luka operasi seperti pasien mempercepat penyembuhan dengan cara
selalu rutin melakukan pembersihan luka menyerap drainase dan untuk melakukan
secara teratur. Adapun faktor lain dari debredemen luka, menyangga atau
pasein dalam pencegahan infeksi mengencangkan tepi luka dan melindungi
didukung oleh umur sebanyak (35%) klien agar tidak melihat keadaan luka (bila
responden berumur 30-39 tahun, sehingga luka terlihat tidak menyenangkan).
pasien akan lebih disiplin dalam menjaga Salah satu cara pencegahan infeksi
kebersihan disekitar luka operasi, hal ini yang bisa dilakukan pasien sesuai dengan
sesuai dengan penjelasan Maryunani penejlasan Alexandra (2015) yaitujangan

21
menyentuh daerah luka insisi dengan kulit untuk operasi caesar kurang lebih 7-
tangan, cuci tangan sebelum dan sesudah 10 hari pascaoperasi, jahitan sudah
tindakan / perawatan luka, alat-alat melekat sempurna.
perawatan luka yang akan digunakan Didapatkan sebanyak (15%)
harus dalam keadaan steril (bebas dari responden mengalami proses
kuman), bersihkan luka dengan penyembuhan luka lama berhubungan
menggunakan tekhnik septic dan dengan faktor usia didapatkan sebanyak
antiseptic dan setelah dibersihkan luka (30%) responden berumur 30-39 tahun
insisi ditutup kembali dengan verband. dimana dapat dipahami semakin tua akan
semakin lama proses penyembuhan. Hal
Proses Penyembuhan Luka Pada ini dipengaruhi oleh adanya penurunan
Pasien Post Operasi elastisitas dalam kulit dan perbedaan
Berdasarkan Tabel 2 menunjukan penggantian kolagen yang mempengaurhi
lebih dari separuh 11 (55,0%) responden penyembuhan luka (Ekaputra, 2013).
mengalami proses penyembuhan luka Tindakan yang dapat dilakukan
cepat di Rumah Sakit Islam Unisma – untuk mempercepat proses penyembuhan
Malang. Proses penyembuhan luka cepat luka operasi melakukan hudup sehat
diketahui dari luka pasien sudah kering, dengan mengkonsumsi makan yang sehat
tidak bernanah dan jahitan sudah dan bergizi tinggidan teratur
menutup dalam waktu kurang dari 7 hari. mengkonsums obat sesuai anjuran dokter.
Penyebab responden mengalami Sesuai penjelasan Brunner dan Suddarth
penyembuhan lukaoperasi cepatkarena (2014), mengemukanperawatan yang baik
adanya perawatan yang baik diberikan didasarkan oleh terpenuhi kecukupan
pihak medis melalui penggunaan alat nutrisi sehingga mempercepat proses
yang steril dan adanya motivasi diri penyembuhan luka, dengan makan
untuk menjaga kebersihan lokasi luka makanan yang mengandung protein
yang di dukungan oleh keluarga dalam tinggi: telur, ikan, daging, dll, karena
merawat perawatan luka pasien. protein sangat diperlukan untuk proses
Sedangkan hal lain yang mempercepat penyembuhan luka.
penyembuhan luka operasi seperti jenis
operasi yang dilakukan pasien dimana Hubungan Antara Pelaksanaan
didapatkan sebanyak (50%) responden Prosedur Pencegahan Infeksi Dengan
melakukan operasi caesar. Sesuai Proses Penyembuhan LukaPada
pendapat Fridawaty (2013), menjelaskan Pasien Post Operasi
bagian yang paling cepat mengalami Berdasarkan analisis Tabel 3
proses penyembuhan adalah bagian kulit dengan mengunakan uji spearman rank
dan subkutis jaringan lemak di bawah didapatkan bahwa p value = (0,000) <

22
(0,050) sehingga H0 ditolak yang artinya penyembuhan luka operasi. Kegiatan
ada hubungan antara pelaksanaan prosedur pencegahan infeksi dilakukan
prosedur pencegahan infeksi dengan secara baik dan benar diketahui dari
proses penyembuhan luka pada pasien sterilisasi sarana rumah sakit seperti
post operasi di Rumah Sakit Islam peralatan medis dan non medis, ruang
Unisma – Malang. Didapatkan hasil perawatan dan prosedur serta lingkungan.
tabulasi silang menunjukan dari 14 (70%) Sedangkan berdasarkan penelitian Bahtia
responden yang mendapatkan (2013), menjelaskan perlu adanya
pelaksanaan prosedur pencegahan infeksi pelaksanaan prosedur pencegahan infeksi
baik berdampak terhadap proses pada pasien post operasi, karena luka
penyembuhan luka operasi cepat pada 11 operasi perlu mendapatkan perawatan
(55%) pasien post operasi. yang steril dan intensif sehingga
Pelaksanaan prosedur pencegahan mempercepat penyembuhan luka operasi.
infeksi yang sesuai standar akan Cara dilakukan pasien untuk
mempercepat proses penyembuhan luka mempercepat proses penyembuhan luka
pada pasien post operasi, dengan operasi yaitu mengkonsumsi makanan
melakukan tindakan perawatan luka post yang bernutrisi tinggi, hal ini sesuai
operasi yang berkualitas selalu penjelasan Fridawaty (2013),
memperhatikan metode universal menemukakan proses penyembuhan luka
precautions yang telah ditetapkan seperti memerlukan protein sebagai dasar untuk
mencuci tangan, alat-alat yang digunakan terjadinya jaringan kolagen. Sedangkan
harus steril sebelum digunakan pada tindakan dari pihak rumah sakit dengan
pasien. Infeksi luka operasi terjadi karena melaksanakan prosedur pencegahan
adanya gangguan penyembuhan luka, infeksi dengan baik berupa sterilisasi alat
kemungkinan terinfeksi apabila luka dan fasilitas yang digunakan saat
tersebut mengalami tanda-tanda inflamasi pembedahan dan pengobatan luka operasi
atau mengeluarkan rabas serosa (Bahtia, pasien.
2013).
Hasil penelitian ini sepaham KESIMPULAN
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hakim (2015), diketahui ada hubungan 1) Lebih dari separuh 14 (70,0%)
penerapan standar operasional prosedur responden mendapatkan pelaksanaan
perawatan luka terhadap mempercepat prosedur pencegahan infeksi baik
proses penyembuhan lukapada pasien diRumah Sakit Islam Unisma –
post operasi. Sehingga dapat di pahami Malang.
pelaksanaan prosedur perawatan luka
yang tepat akan mempercepat

23
2) Lebih dari separuh 11 (55,0%) Brunner & Suddarth. 2014. Keperawatan
responden mengalami proses Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta:
penyembuhan luka cepat di EGC.
RumahSakit Islam Unisma – Malang. Depkes RI. 2013 Pedoman Pencegahan
3) Ada hubungan antara pelaksanaan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
prosedur pencegahan infeksi dengan Sakit dan Fasilitas Pelayanan K Di
proses penyembuhan lukapada pasien RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
post operasi di Rumah Sakit Islam Jurnal: Universitas Gadjah Mada
Unisma – Malang dengan p Yogyakarta. (No.1. Vol.6. Oktober
value=(0,000) <(0,050). 2013).
Hakim. 2015. Hubungan Penerapan
Standar Operasional Prosedur
SARAN Perawatan Luka Terhadap
Mempercepat Proses Penyembuhan
Diharapkan peneliti selanjutnya LukaPada Pasien Post Operasi Di
melakukan penelitian menambah jumlah RS. Panti Nirmala Malang. Skripsi:
sampel penelitian dan melakukan Universitas Brawijaya Malang.
penelitian pada pasien post operasi yang Hasdianah 2015 Buku Ajar Dasar-Dasar
bersedia untuk dilakukan observasi pada Riset Keperawatan Cetakan Ke -1.
luka operasinya. Jakarta : Nuha Medika.
HIPPII. 2014. Kebijakan Kemenkes
DAFTAR PUSTAKA Dalam Pencegahan dan Pengendalian
Infeks. Jakarta : IPCN
Alexandra, O. 2015. Pencegahan Infeksi Maryunani A. 2014. Pencegahan Infeksi
Dalam Pelayanan Keluarga dalam Kebidana. Jakarta: EGC.
Berencana (Manual Rujukan Molina, V. F . 2012. Analisis
Berdasarkan Pemecahan Masalah). Pelaksanaan Program Pencegahan
Jakarta: PKMI. dan Pengendalian Infeksi
Bahtiar H. 2013. Hubungan Tingkat Nosokomial di Rumah sakit Dr.
Kepatuhan Pelaksanaan Protap Mintohardjo Jakarta Tahun 2012
Perawatan Luka Post SC Dengan Tesis Program Pasca sarjana
Kejadian Infeksi Luka Post Sectio Universitas Indonesia. Universitas
Caesarea Di Ruang Melati RSUP Indonesia.
NTB. Jurnal: Universitas NTB (No.1. Mansjoer A . 2013. Kapita Selekta
Vol.16. April 2013). Kedoktera Edisi 3 Jilid 2 Jakarta:
Media Aescul

24
36
ISSN: 2548-1843
EISSN: 2621-8704

STUDI DESKRIPTIF PERAWATAN LUKA PASIEN


DENGAN INFEKSI POST OP LAPAROTOMI DI
KABUPATEN SUMEDANG

Ressa Andriyani Utami1), Cecep Eli Kosasih2), Anastasia Anna2)

1
) Dosen Akademi Keperawatan RS Husada , Jakarta, 10730, Indonesia
2
) F.Kep, Universitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor, 45363, Indonesia

E-mail : ressa.andriyani.utami@gmail.com

ABSTRAK

Laparotomi merupakan tindakan pembedahan pada area abdominal untuk mengatasi


masalah kesehatan. Risiko infesi dapat terjadi akibat perawatan luka yang tidak adekuat
pasca operasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk mengetahui
gambaran pelaksanaan perawatan luka pasien post operasi laparotomi di Kabupaten
Sumedang. Sampel penelitian adalah 60 responden, diambil dengan random sampling.
Pengukuran pelaksanaan perawatan luka digunakan menggunakan instrumen SOP
Pelaksanaan Perawatan Luka Depkes RI menggunakan metode observasi non partisipasif.
Hasil penelitian menunjukkan tahap pengkajian yang dilakukan oleh perawat dilaksanakan 44%
adekuat, 35% tahap analisa data adekuat, 48% perencanaan keperawatan adekuat , 32%
implementasi adekuat, dan 80% tahap evaluasi dan dokumentasi adekuat. Penelitian ini
merekomendasikan untuk perawat untuk melakukan perawatan luka sesuai SOP dan pihak
Rumah Sakit menyediakan fasilitas yang memadai untuk melakukan tindakan keperawatan.

Kata kunci : infeksi nosokomial, laparotomi, pasca operasi, perawatan luka

ABSTRACT

Laparotomy is a surgical procedure in the abdominal area to overcome health problems. The risk of
infection can occur due to inadequate postoperative wound care. This study used a descriptive
approach to determine the description of the implementation of wound care for postoperative
laparotomy patients in Sumedang District. The study sample was 60 respondents, taken by random
sampling. Measuring the implementation of wound care was used using the SOP of the Ministry of
Health's Republic of Indonesia Health Care Implementation Instrument using a non-participatory
observation method. The results showed that the stage of the study carried out by nurses was 44%
adequate, 35% of the data analysis stage was adequate, 48% of adequate nursing planning, 32% of
adequate implementation, and 80% of the evaluation and documentation stages were adequate.
. This study recommends that nurses do wound care according to the SOP and the Hospital provides
adequate facilities to carry out nursing actions.

Keywords: nosocomial infections, laparotomy, postoperative, wound care


47

PENDAHULUAN kematian. Mikroorganisme dapat


Pelayanan keperawatan di Rumah mencapai jaringan selama dilakukan
Sakit merupakan salah jenis pembedahan, perawatan luka,
pelayanan kuratif professional utama penggantian balutan, dan tindakan
yang diselenggarakan untuk minor yang melibatkan luka bedah.
memenuhi kebutuhan serta tuntutan Sedangkan penyebaran
masyarakat sebagai pengguna jasa mikroorganisme tersebut dapat
kesehatan. Pelayanan keperawatan melalui manusia (yaitu: perawat,
dilakukan sebagai upaya pasien atau setiap orang yang
meningkatkan derajat kesehatan, menyentuh luka tersebut); benda mati
mencegah penyakit, penyembuhan, (yaitu: instrument, benang jahit, sprei,
pemulihan dan pemeliharaan kain kassa dan cairan); udara (yaitu:
kesehatan yang dilakukan sesuai debu, droplet udara dari orang yang
dengan wewenang, tanggung jawab membantu bedah atau yang merawat
dan etika profesi keperawatan. (Awad luka, serta teknik sterilisasi dan
et al, 2009). desinfeksi yang dipakai kurang tepat).
Tujuan teknis aseptik adalah untuk
Permasalahan yang sering dihadapi mengurangi atau menghilangkan
pada post operasi adalah terjadinya sejumlah mikroorganisme, baik yang
komplikasi pada luka operasi terdapat pada permukaan benda hidup
terutama infeksi, yaitu suatu keadaan (kulit/jaringan) maupun yang terdapat
masuknya kuman, menetap dan pada permukaan benda-benda mati
multiplikasi. Infeksi Luka Operasi (alat-alat kesehatan) hingga mencapai
(ILO) merupakan kondisi yang taraf yang aman (Gruendemann,
ditandai dengan adanya pus, 2005).
inflamasi, bengkak nyeri dan panas .
(Awad et al, 2009). Kuman tersebut Laparatomi merupakan pembedahan
masuk ke dalam tubuh yang perut sampai membuka selaput perut.
mengakibatkan berbagai manifestasi Sedangkan yang dimaksud
dari yang ringan seperti pengingkatan pembedahan perlaparatomi adalah
suhu tubuh sampai yang berat seperti berbagai jenis operasi pada uterus,
sepsis yang dapat mengakibatkan operasi pada tuba fallopii dan operasi

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019


1 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)
48

pada ovarium. Ada empat cara dilakukan untuk menemukan adanya


pembedahan pada perut, yaitu: kebutuhan-kebutuhan fisik dan
midline incision, paramedium, psikologis yang ada dan memfasilitasi
,transverse upper abdomen incision, pasien untuk pulih (Lippincott, 1997).
dan transverse lower abdomen Seorang pasien yang masuk Rumah
incision. Indikasi untuk dilakukan Sakit untuk menjalani perawatan
laparatomi adalah jika terjadi trauma tentu berharap mendapat kesembuhan
abdomen (baik tumpul maupun atau perbaikan penyakitnya,
tajam), perforasi, peritonitis, setidaknya mendapat keringanan
perdarahan saluran pencernaan keluhannya. Namun adakalanya
(Internal Blooding), adanyan pasien terkena infeksi baru yang
sumbatan pada usus halus dan besar mengakibatkan penyakitnya lebih
dan adanya masa pada abdomen. berat, lebih lama perawatannya,
Komplikasi yang biasanya terjadi banyak tindakan diagnostik yang
pada klien post laparatomi, harus dilakukan serta obat yang
diantaranya; infeksi luka operasi, dibutuhkan dan biaya yang
ventilasi paru tidak adekuat, meningkat.
gangguan kardiovaskuler, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, Perawatan pasca bedah merupakan
gangguan rasa nyaman dan injury salah satu runtutan dari keperawatan
(Arif & Kumala, 2009). perioperatif, yaitu istilah yang
digunakan untuk menggambarkan
Setiap operasi merupakan tindakan tanggungjawab keperawatan yang
yang dapat mengancam jiwa berhubungan dengan fase-fase pre
penderita. Operasi pada dasarnya operasi, intra operasi dan pasca
merupakan trauma yang akan operasi (Capernito, 1999). Perawatan
menimbulkan perubahan faali sebagai pasca bedah dimulai sejak klien
respon (Sjamsuhidajat, 1997). Oleh selesai pembedahan dan berlanjut
karena itu, maka perawatan pasca sampai klien selesai perawatan medis
bedah dinilai sangat penting karena (Lewis et.all. 2000). Perawatan post
merupakan fase pemulihan pasien laparatomi adalah bentuk pelayanan
(Kozier, 1991). Proses perawatan perawatan yang di berikan kepada

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


49

pasien yang telah menjalani operasi mulai dari pre operatif dapat
pembedahan perut. Adapun tujuan mencegah infeksi luka operasi di atas
perawatan post laparatomi, antara 1 % sadangkan intra operatif dan
lain; mengurangi komplikasi akibat post operatif dapat mencegah infeksi
pembedahan, mempercepat nosokomial di bawah 1%.
penyembuhan, mengembalikan fungsi
pasien semaksimal mungkin seperti Infeksi post laparatomi adalah infeksi
sebelum operasi, mempertahankan pada waktu penderita di rawat di
konsep diri pasien, dan rumah sakit tidak sedang dalam masa
mempersiapkan pasien pulang. inkubasi dari infeksi tersebut (Kozier,
et al, 1991:462). Infeksi nosokomial
Infeksi Rumah Sakit sering disebut terjadi karena adanya interaksi antara
sebagai Infeksi Nosokomial. Infeksi host, agent dan environment. Ada
nosokomial adalah infeksi yang beberapa faktor yang mempengaruhi
timbul atau terjadi sesudah 72 jam terjadinya infeksi nosokomial, yaitu:
perawatan pada pasien rawat inap faktor endogen seperti umur, seks,
didapat di rumah sakit dan terjadi penyakit penyerta dan faktor eksogen
pada pasien yang dirawat lebih lama seperti lama penderita dirawat di
dari masa inkubasi suatu penyakit rumah sakit, kelompok yang merawat
(Zulkarnain, Iskandar, 2006). Infeksi penderita, lingkungan, peralatan, dan
nosokomial dapat terjadi karena teknis medis yang dilakukan
faktor kontaminasi kuman, keadaan (Hasbullah T, 1993:8). Infeksi
penderita, keadaan setempat pada nosokomial merupakan masalah yang
luka, lama perawatan sebelum besar di suatu Rumah Sakit, apalagi
operasi, dan lama operasi (Depkes di Rumah Sakit dengan jumlah pasien
RI, 1993:3). Hal ini perlu diantisipasi yang banyak dan tenaga perawat yang
agar kejadian tersebut tidak dialami sedikit. Di negara maju program
oleh pasien dengan melakukan pengendalian infeksi lebih baik
perawatan secara paripurna mulai dari dibandingkan dengan negara
persiapan pre operatif dan post berkembang. Di Amerika Serikat
operatif dengan baik. Menurut Palmar dilaporkan infeksi mencapat 5 % per
(1987), persiapan yang dilakukan tahun bahkan mungkin lebih baik

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


50

dengan angka mortalitas 1 % (Utji R, terhadap rumah sakit akan menurun


1993:5). dengan tingginya angka Infeksi
Nosokomial. Untuk menurunkan
Hasil penelitian di beberapa Rumah tingkat Infeksi Nosokomial harus
Sakit Amerika memperlihatkan dilakukan beberapa pencegahan,
insiden infeksi nosokomial diantaranya; mengisolasi sumber
menduduki peringkat kedua setelah infeksi potensial dengan barrier
infeksi saluran kemih. Datanya adalah keperawatan, membersihkan dan
sebagai berikut: infeksi saluran melakukan desinfeksi secara efektif
kemih: 42%, infeksi luka operasi terhadap lingkungan fisik, mencuci
nosokomial: 21%, infeksi saluran tangan efektif, teknik pembalutan
bagian bawah: 14% dan bekteriemia: aseptik, dan barrier keperawatan
5%, sisanya infeksi yang lain terbalik atau isolasi protektif
(Beunett, 1998). Di Indonesia, data (Morison, Moya, 2004).
dari studi epidemiologi tentang
infeksi nosokomial masih sangat Penelitian mengenai gambaran
sedikit. Data klinis yang berasal dari perawatan post operasi laparatomi ini
Rumah Sakit Rujukan nasional dilakukan karena berdasarkan hasil
ataupun profesi menunjukan bahwa Studi Pendahuluan yang didapatkan
insiden nosokomial masih tergolong dari Instalasi Bedah Sentral dan SIM
tinggi. RS , jumlah tindakan operasi
laparatomi lebih banyak dilakukan
Pencegahan Infeksi Nosokomial daripada jumlah tindakan operasi
sangat penting karena dampak dari lainnya, seperti: appendectomy.
infeksi tersebut sangat merugikan, Berdasarkan data yang diperoleh,
diantaranya: proses penyembuhan jumlah tindakan laparatomi dari bulan
luka laparatomi akan menjadi Januari 2016 sampai Desember 2016
semakin lama, hospitalisasi menjadi sebanyak 185 orang, sedangkan
semakin lama, biaya perawatan dan jumlah tindakan appendectomy dari
pengobatan akan meningkat serta bulan Januari 2016 sampai Desember
mortalitas semakin naik. Selain itu, 2016 hanya 121 orang. Selain itu,
tingkat kepercayaan masyarakat data mengenai kejadian laparatomi

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


51

pada tahun 2016 adalah sebanyak kasa steril di area yang steril.
0,29% dan infeksi post laparatomi Sedangkan terhadap 2 pasien lainnya
pada tahun 2016 adalah 1,81%. tindakan perawatan luka dilakukan
Angka infeksi tersebut menunjukkan sesuai dengan SOP (Standar
angka yang cukup tinggi karena Operasional Prosedur) yang mengacu
sebaiknya angka tersebut adalah pada standar Departeman Kesehatan
dibawah 1%. R.I. dimana perawat mempertahankan
prinsip steril, menggunakan sarung
Pada saat dilakukan studi tangan, mencuci tangan dengan
pendahuluan melalui observasi dan antiseptic serta menggunakan pinset
wawancara pada perawat pelaksana steril untuk mengambil kassa/kapas
dan pasien yang sedang dirawat pada steril.
di RS di wilayah Kabupaten
Sumedang, pelaksanaan tindakan Ruang perawatan pasca bedah
secara aseptik terhadap 3 (tiga) dari 5 memiliki SOP (Standar Operasional
(lima) orang pasien yang meliputi Prosedur) mengenai perawatan luka
kesterilan alat, dan antiseptik yang mengacu pada Panduan
meliputi: desinfeksi luka, mencuci Perawataan Luka Departemen
tangan dan isolasi masih kurang Kesehatan R.I tahun 1995 dan sudah
diperhatikan, misalnya dalam hal disosialisasikan kepada perawat
mencuci tangan sebelum dan sesudah pelaksana yang berkerja di RS. Akan
melaksanakan perawatan luka masih tetapi, pelaksanaannya terkadang
ada diantaranya perawat yang tidak tidak sesuai SOP tersebut. Banyak hal
melakukan cuci tangan terlebih yang mempengaruhi petugas/perawat
dahulu, ada juga yang mencuci tangan melakukan tindakan yang kurang
tidak memakai antiseptik, dan dalam baik, karena tindakan seseorang akan
pelaksanaan perawatan luka sendiri dipengaruhi oleh fasilitas, kebiasaan
masih ada perawat yang tidak dan dukungan dari lingkungan
menggunakan sarung tangan dan juga sekitar, sikap dan
penggunaan pinset yang telah
dipergunakan pada luka tetapi dipakai
juga untuk mengambil kapas atau

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


52

Pelaksanaan perawatan luka pasca menurunkan angka kejadian infeksi


laparatomi dilakukan melalui proses nosokomial. Berdasarkan latar
perawatan yang terdiri dari 4 (empat) belakang di atas, maka penulis
tahapan, yaitu: pengkajian, persiapan melakukan studi deskriptif mengenai
(klien, alat-alat dan lingkungan), perawatan Luka pada Pasien dengan
pelaksanaan perawatan luka, dan infeksi Post Laparatomy di RS yang
evaluasi serta dokumentasi yang ada di Kabupaten Sumedang”.
masing-masing saling
berkesinambungan dan berkaitan satu METODE
sama lain. Perawatan luka pasca Jenis penelitian yang digunakan
laparatomi dikatakan adekuat jika dalam penelitian ini adalah penelitian
proses pengkajian, persiapan (klien, deskriptif. Pada penelitian ini penulis
alat-alat dan lingkungan) didapat hasil ingin menjelaskan gambaran
lebih dari 65%, dan tidak adekuat jika mengenai kondisi perawatan luka
didapat hasil kurang atau sama pada klien pasca laparatomi di RS
dengan 65%. Pelaksanaan perawatan Jakarta, apakah pelaksanaannya
luka pada klien pasca operasi adekuat atau tidak adekuat mulai dari
laparatomi di RS nampak masih tahap pengkajian, persiapan (klien,
belum optimal/ adekuat sehubungan alat-alat dan lingkungan),
dengan latar belakang pendidikan dan pelaksanaan, serta evaluasi dan
pengalaman kerja perawat yang dokumentasi. Sampel pada penelitian
bervariasi dan kurang lengkapnya ini adalah 60 orang perawat dengan
alat-alat atau instrument di ruangan menggunakan metode total sampling.
serta dokumentasi yang kurang Instrumen yang digunakan berasal
lengkap. dari Pedoman Pelaksanaan Perawatan
Luka Dep.Kes. R.I. tahun 1995
Setelah melakukan studi pendahuluan
halaman 66-67. Jumlah instrument
maka penelitian ini penting dilakukan
yang akan digunakan tergantung pada
untuk mengetahui bagaimana
variabel yang diteliti. Pada penelitian
gambaran perawatan luka post
ini variabel yang diteliti jumlahnya
laparatomi sehingga dapat dilakukan
satu variabel dengan empat sub
pencegahan-pencegahan untuk
variabel. Pengisian instumen

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


53

dilakukan oleh tiga orang observer. Tabel 1


Distribusi frekuensi karakteristik
Teknik observasi menggunakan
responden
metode observasi non partisipasif. Variabel Sub n %
variabel
Lembar observasi akan diisi pada saat
Jenis Laki-laki 17 28,3
responden melakukan tindakan
kelamin Perempuan 43 71,7
perawatan luka oleh observer, yaitu
Masa kerja ≤ 10 tahun 18 30
peneliti itu sendiri dan dua orang tim >10 tahun 42 70
pengumpul data yang akan membantu Tingkat DIII 49 81,7

penulis. Teknik pemilihan tim pendidikan Profesi 11 18,3

bantuan pengumpul datanya adalah


Hasil analisa variabel pengkajian,
dengan bekerjasama dengan pihak
analisa data, perencanaan pelaksanaan
Rumah Sakit dengan kriteria: perawat
dan evaluasi serta dokumentasi
pelaksana minimal memiliki tingkat
keperawatan digambarkan melalui
pendidikan DIII dan memiliki
tabel di bawah ini:
pengalaman bekerja minimal 5 tahun.
Tabel 2
Pembobotan instrument menggunakan Distribusi frekuensi pelaksanaan
scoring 0 dan 1. Jumlah observasi 44 perawatan luka pada pasien dengan
infeksi post op laparatomy
pernyataan. Kriteria scoring dari tiap- Variabel Sub variabel n %
Pengkajian Adekuat 44 73,3
tiap observasi sebagai berikut: nilai 1
Tidak adekuat 16 26,7
jika kegiatan kritikal point Analisa Data Adekuat 21 35
dilaksanakan dan nilai 0 jika kegiatan Tidak adekuat 39 65

kritikal point tidak dilaksanakan. Perencanaan Adekuat 48 80


Tidak adekuat 12 20
Implementasi Adekuat 32 53,3
HASIL Tidak adekuat 28 46,7

Pada penelitian ini didapatkan hasil Evaluasi dan Adekuat 48 80


dokumentasi
analisis univariat mengenai usia,
Tidak adekuat 12 20
jenis kelamin dan tingkat pendidikan
dengan data sebagai berikut Pada penelitian ini diperoleh
gambaran pelaksanaan perawatan
luka, mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan tahap evaluasi. Pada

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


54

tahap pengkajian didapatkan data miring (diagonal) (Monahan, et. all.,


44% adekuat melaksanakan tahapan 1998). Pendapat yang lebih singkat
pengkajian sesuai SOP, pada tahap dikemukakan oleh (Ahmad, 2002)
analisa data didapatkan 35% adekuat bahwa laparatomi merupakan
perawat membuat analisa data pembedahan perut, membuka selaput
keperawatan, pada tahap perencanaan perut dengan operasi. Berdasarkan
48% perawat secara adekuat data dari SIM RS, tindakan operasi
melakukan perencanaan keperawatan, laparatomy dapat dilakukan atas
pada tahap implementasi sebanyak berbagai indikasi misalnya
32% perawat secara adekuat herniotomy, operasi caesar dan
melaksanakan tahapan implementasi operasi lainnya yang membuka
sesuai SOP, pada tahap evaluasi dan jaringan perut.
dokumentasi sebanyak 80% perawat
secara adekuat melaksanakan tahapan Widasari (2002) mengungkapkan
evaluasi dan dokumentasi sesuai faktor-faktor yang mempengaruhi
SOP. terjadinya infeksi pada luka pasca
bedah (laparatomi) adalah
PEMBAHASAN karakteristik pasien, misalnya usia,
Fokus penelitian ini adalah untuk nutrisi, imunologi, penyakit dan obat-
mengatahui gambaran yang jelas obatan, serta jenis perlukaan
tentang pelaksanaan perawatan luka (bersih/kotor). Selain hal-hal diatas,
pada pasien dengan infeksi post jenis pembedahan bisa menjadi faktor
laparatomi di RS. Luka adalah suatu risiko terjadinya infeksi nosokomial,
kerusakan anatomi berupa jenis operasi cito lebih berisiko
diskontinuitas jaringan yang mengalami infeksi dibandingkan jenis
disebabkan oleh trauma dari luar operasi elektif. Infeksi luka operasi
(Perdanakusuma, 1998). laparatomi, yang hampir seluruhnya
Laparatomi merupakan suatu tindakan merupakan infeksi nosokomial,
pembedahan membuka abdomen menjadi kendala bagi kesehatan,
dengan cara membuat sayatan, karena menyebabkan efek bermakna
dimana tipe sayatan tersebut dapat pada peningkatan angka mortalitas
berupa sayatan tegak lurus (vertikal), dan morbiditas. Teknik perawatan

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


55

luka pada klien post laparatomi yang penurunan fungsi hati dapat
baik akan mengurangi risiko mengganggu sintesis dari faktor
timbulnya komplikasi terhadap pembekuan darah; berdasarkan nutrisi
pasien, tetapi apabila teknik yang menyatakan penyembuhan
dilakukan kurang baik, maka akan menempatkan penambahan
meningkatkan risiko timbulnya pemakaian pada tubuh. Klien
komplikasi. memerlukan diit kaya protein,
karbohidrat, lemak, vitamin C dan A,
Luka adalah kerusakan hubungan dan mineral seperti Fe, Zn. Klien
antar jaringan-jaringan pada kulit, kurang nutrisi memerlukan waktu
mukosa membran dan tulang atau untuk memperbaiki status nutrisi
organ tubuh lain (Agung, 2005). mereka setelah pembedahan jika
Selain itu, menurut Koiner dan mungkin. Klien yang gemuk
Taylan (2001), Luka adalah meningkatkan resiko infeksi luka dan
terganggunya integritas normal dari penyembuhan lama karena supply
kulit dan jaringan di bawahnya yang darah jaringan adipose tidak adekuat,
terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, berdasarkan infeksi menyatakan
tertutup atau terbuka, bersih atau infeksi luka menghambat
terkontaminasi, superficial atau penyembuhan (Ismail, 2008).
dalam. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengertian luka Kondisi fisik dapat mempengaruhi
seperti Klasifikasi Luka yang penyembuhan luka. Adanya sejumlah
diklasifikasikan dalam beberapa besar lemak subkutan dan jaringan
bagian antara lain luka disengaja dan lemak (yang memiliki sedikit
Luka tidak disengaja. pembuluh darah) mengakibatkan
gangguan sirkualsi dan oksigenisasi
Ismail (2008) menjelaskan faktor pada jaringan. Pada orang-orang yang
yang mempengaruhi luka yaitu: gemuk penyembuhan luka lambat
berdasarkan usia menyatakan bahwa karena jaringan lemak lebih sulit
anak dan dewasa penyembuhan lebih menyatu, lebih mudah infeksi, dan
cepat daripada orang tua. Orang tua lama untuk sembuh. Aliran darah
lebih sering terkena penyakit kronis, dapat terganggu pada orang dewasa

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


56

dan pada orang yang menderita tubuh akibat dari obstruksi dari aliran
gangguan pembuluh darah perifer, darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari
hipertensi atau diabetes millitus. balutan pada luka terlalu ketat. Dapat
Oksigenasi jaringan menurun pada juga terjadi akibat faktor internal
orang yang menderita anemia atau yaitu adanya obstruksi pada
gangguan pernapasan kronik pada pembuluh darah itu sendiri; Diabetes
perokok. Kurangnya volume darah dengan Hambatan terhadap sekresi
akan mengakibatkan vasokonstriksi insulin akan mengakibatkan
dan menurunkan ketersediaan oksigen peningkatan gula darah, nutrisi tidak
dan nutrisi untuk penyembuhan luka; dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal
Hematoma (bekuan darah), tersebut juga akan terjadi penurunan
merupakan hal yang sering terjadi, protein-kalori tubuh; Keadaan luka
sehingga darah pada luka secara menyatakan bahwa keadaan khusus
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk dari luka mempengaruhi kecepatan
kedalam sirkulasi. dan efektifitas penyembuhan luka.
Beberapa luka dapat gagal untuk
Apabila terdapat bekuan yang besar, menyatu. Beberapa diantaranya
hal tersebut memerlukan waktu untuk adalah penggunaan obat anti
dapat diabsorbsi oleh tubuh, sehingga inflamasi (seperti steroid dan aspirin),
menghambat proses penyembuhan dimana heparin dan anti neoplasmik
luka; berdasarkan faktor benda asing mempengaruhi penyembuhan luka.
bahwa benda asing seperti pasir atau
mikroorganisme akan menyebabkan Penggunaan antibiotik yang lama
terbentuknya suatu abses sebelum dapat membuat seseorang rentan
benda tersebut diangkat. Abses ini terhadap infeksi luka seperti steroid
timbul dari serum, fibrin, jaringan sel akan menurunkan mekanisme
mati dan lekosit (sel darah putih), peradangan normal dan tubuh
yang membentuk suatu cairan yang terhadap cedera, antikoagulan dapat
kental yang disebut dengan nanah mengakibatkan perdarahan, antibiotik
(Ismail, 2008) Iskemia merupakan dapat efektif diberikan segera
suatu keadaan dimana terdapat sebelum pembedahan untuk bakteri
penurunan suplai darah pada bagian penyebab kontaminasi yang spesifik.

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


57

Jika diberikan setelah luka melaksanakan SOP perawatan luka


pembedahan tertutup, tidak akan dengan adekuat.
efektif akibat koagulasi intravaskular
(Ismail, 2008). Data lain yang diperoleh dari
penelitian ini adalah jumlah perawat
Sotani (2009) mengungkapkan bahwa dengan latar pendidikan DIII
dalam proses penyembuhan luka keperawatan sebanyak 81,7 5 dan
dapat diklasifikasikan menjadi perawat dengan latar belakang
penyembuhan primer dimana luka pendidikan Ners sebanyak 18,3 %.
diusahakan bertaut, biasanya dengan Hal ini juga tidak menjamin bahwa
bantuan jahitan dan penyembuhan perawat DIII yang merupakan
sekunder dimana penyembuhan luka perawat vokasi dan terampil mampu
tanpa ada bantuan dari luar melaksanakan SOP dengan adekuat.
(mengandalkan antibodi).
Pada pelaksanaan pengkajian
Pada penelitian ini didapatkan data sebanyak 73,3% perawat
bahwa terdapat 71% perawat melaksanakan SOP dengan adekuat,
perempuan yang melakukan artinya masih ada 26,7% perawat
perawatan luka di instalasi bedah yang belum melaksanakan pengkajian
sentral dan 28,3 % perawat berjenis keperawatan secara adekuat.
kelamin laki-laki. Perawat yang Pengkajian dalam penelitian ini
memiliki masa kerja atau pengalaman meliputi: lokasi dan letak luka, bentuk
kerja lebih dari 10 tahun ada 70% dan dan ukuran luka, tanda-tanda infeksi,
yang masa kerjanya kurang dari 10 dan mengkaji apakah ada perdarahan,
tahun terdapat 30%. Berdasarkan pus atau bau tidak sedap.Persiapan
penelitian ini meskipun mayoritas dalam penelitian ini meliputi tiga
perawat memiliki masa kerja yang bagian, yaitu: persiapan pasien pasca
lama, akan tetapi tingkat kepatuhan laparatomi, persiapan alat-alat steril
perawat terhadap SOP tidak berjalan dan tidak steril, dan lingkungan yang
linear hal ini dibuktikan dengan mendukung misalnya membatasi
adanya data 46,7% perawat tidak pengunjung, memasang sampiran
(bila perlu), alat tenun dalam keadaan

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


58

bersih dan ruangan sudah dibersihkan membuka plester, membuka balutan


(Nursalam, 2003). lama, mencuci tangan, memakai
sarung tangan, mengambil alat steril,
Pada penelitian ini didapatkan data mencuci atau membersihkan luka,
sebanyak 35 % perawat tidak mengeringkan lukaa, membuang
melaksanakan analisa data sesuai kapas lidi/ kassa yang kotor,
dengan SOP. Hal ini sejalan dengan menyimpan pinset dan gunting yang
data lain yaitu jumlah perawat DIII telah digunakan pada tempat alat yang
yang dominan, hal ini terjadi terpisah dari alat steril, memberikan
dikarenakan perawat DIII merupakan topical terapi, memberi kompres
perawat vokasi yang memiliki peran lembab, menutup luka, melepas
lebih sedikit dalam menyusun analisa sarung tangan, memasang plester,
data. Tahap analisa data keperawatan melakukan komunikasi, merapikan
meliputi penyusunan data fokus (data klien, membereskan alat-alat dan
objektif dan subjektif), menentukan mencuci tangan kembali dengan
diagnosa keperawatan dan menyusun benar (Potter & Perry, 2005).
prioritas diagnosa keperawatan
(Nursalam, 2003). Hasil penelitian pada tahap evaluasi
dan dokumentasi didapatkan data
Pada penelitian ini didapatkan data sebanyak 80% perawat melaksanakan
bahwa terdapat 53,3% perawat tidak sesuai SOP dan sebanyak 20% tidak
menyusun perencanaan sesuai SOP, menjalankan SOP dengan adekuat.
artinya 46,7% perawat tidak Evaluasi dalam penelitian ini
menyusun perencanaan sesuai SOP meliputi: mengamati respon pasien,
dengan adekuat. Data lain menanyakan kenyamanan pasien.
menunjukkan 80% perawat Sedangkan dokumentasi adalah
melaksanakan implementasi sesuai pencatatan yang dilakukan setelah
SOP, artinya masih ada 20% perawat tindakan selesai dilaksanakan,
tidak melaksanakan prosedur sesuai meliputi: mendokumentasikan tanda-
SOP. Pelaksanaan dalam penelitian tanda infeksi jika ada dan proses
ini mulai dari memasang perlak/ penyembuhan atau granulasi (Potter
pengalas, mendekatkan bengkok, & Perry, 2005)

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


59

KESIMPULAN berupa poster di gedung Jamkesmas


Hasil penelitian ini menunjukkan dan menyosialisasikan kepada seluruh
bahwa pada tahap pengkajian 44% perawat dan tenaga kesehatan lain
perawat adekuat melaksanakan tanpa terkecuali tentang standar
tahapan pengkajian sesuai SOP, pada keselamatan pasien yang tercakup
tahap analisa data didapatkan 35% dalam patient safety.
perawat adekuat membuat analisa
data keperawatan, pada tahap Hasil penelitian ini diharapkan
perencanaan 48% perawat secara menjadi acuan untuk perawat agar
adekuat melakukan perencanaan meningkatkan pengetahuan tentang
keperawatan, pada tahap keselamatan pasien dengan mengikuti
implementasi sebanyak 32% perawat sosialisasi dan pelatihan yang
secara adekuat melaksanakan tahapan diselenggarakan oleh tim patient
implementasi sesuai SOP, pada tahap safety rumah sakit serta memberikan
evaluasi dan dokumentasi sebanyak asuhan keperawatan sesuai dengan
80% perawat secara adekuat prinsip keselamatan pasien (patient
melaksanakan tahapan evaluasi dan safety) di rumah sakit. Bagi perawat
dokumentasi sesuai SOP. yang memiliki sikap yang mendukung
diharapkan bisa terus
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempertahankan dan
menjadi bahan masukan bagi pihak meningkatkannya untuk mewujudkan
manajemen rumah sakit untuk keselamatan pasien dengan sebaik-
mengoptimalkan pelayanan baiknya. Untuk peneliti selanjutnya
keperawatan terhadap pasien dengan diharapkan melakukan penelitian
memfasilitasi kegiatan yang lebih lanjut mengenai faktor lain yang
berbentuk sosialisasi dan pelatihan menyebabkan infeksi luka operasi
tentang keselamatan pasien kepada seperti faktor nutrisi dan media
seluruh staf rumah sakit, penyembuhan luka.
mengevaluasi pelaksanaan standar
operasional prosedur (SOP) asuhan
keperawatan yang aman,
mencantumkan informasi pendukung

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


60

DAFTAR PUSTAKA Gitarja, W. S. (2002).


Penatalaksanaan Perawatan
Adams J., Anderson S., Bateman H., Luka dengan Pendekatan
Djonokusumo E., Hillmore R., Konsep Modern. Makalah
Jackson D., Lakhani I., disampaikan pada pelatihan
Lusznat S., Adam M.K., Wound dan Stoma Care ke-2
Sargeant H. (2007). Bagi Perawat. 21-25 Mei
Dictionary of Nursing. 2005. Bandung. RSUP
London. A&C Black. Dr.Hasan Sadikin Bandung.
Alimul A.A., (2003). Riset Gruandemann, Barbara J. (2005).
Keperawatan dan Teknik Keperawatan Perioperatif
Penulisan Ilmiah. Jakarta. Volume 1. Terjemahan Oleh
Salemba Medika. Brahm Pendit. Jakarta : EGC.
Arif Muttaqin dan Kumala Sari. Ignatavicius D.D. & Bayne M.V.
(2009). Asuhan Keperawatan (1994). Medical Surgical
Perioperatif. Jakarta: Salemba Nursing: A Nursing Process
Medika. Approach. Philadelphia. W.
Arikunto, S. (2010). Prosedur B. Saunders Company
Penelitian Suatu Pendekatan Ibrahim, C. (1986). Pengantar
Praktek. Jakarta: PT Rineka Konsep Keperawatan dan
Cipta. Teori Keperawatan. Bandung.
Berger, K.J. (2000). Fundamental of AKPER Padjadjaran Dep.Kes
Nursing: Collaborating For R.I. Bandung.
Optimal Health. Connecticut. Lewis et.all..(2000). Medical Surgical
2nd Edition. Appleton&Lange. Nursing. St.Louis, USA:
Bennett. J.V. (2007). Hospital Mosby.
Infection. Boston. New York. Morison, M. J. Manajemen
Brown & Co. Luka.(2004). Penerbit Buku
Carpenito, L.J. (1997). Rencana Kedokteran EGC. Jakarta
Asuhan Keperawatan dan Notoatmodjo, S. (2001). Pendekatan
Dokumentasi. Jakarta. EGC. Praktis Metodologi Penelitian
Fisbach F.T. (2000). Documenting Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Care. Philadelphia. F.A. Davis Cipta.
Company. Nursalam. (2003). Konsep &
Gaffer (1999). Pengantar Penerapan Metodologi
Keperawatan Profesional. Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta. EGC Jakarta. Salemba Medika.

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)


61

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)

View publication stats


62

Perry. (1991). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. Jakarta.


EGC.
Potter and Perry. (2005). Fundamental Keperawatan. Terjemahan oleh Diah Nur,dkk.
Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat & Jong, de Wim. (1997). Buku Ajar Bedah. Jakarta:EGC.
Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2001). Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta. EGC.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)

View publication stats


63

Taylor C.L.C. & Lemone P. (1998). Fundamental of Nursing: The Art and Science
of Nursing Care. Volume I. Philadelphia- New York. Lippocott.
Tietjen L. (1994). Pencegahan Infeksi. Alih Bahasa Siti Dhyanti W. & Abdul Bari
Saifuddin. Cetakan I. Jakarta. PKMI
Zulkarnain, I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (2006). Pusat penerbitan Ilmu penyakit Dalam
Fakultas
Kedokterq
aan Universitas Indonesia. Jaka

JKH/ Volume 3/ Nomor 1/Januari 2019 (ISSN: 2548-1843, EISSN: 2621-8704)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai