Anda di halaman 1dari 13

SURVEILANS CATHETER ASSOCIATED URINARY TRACT INFECTION

BERDASARKAN ATRIBUT SURVEILANS DI RSU HAJI SURABAYA


Catheter Associated Urinary Tract Infection Based on Surveillance Attributes in RSU Haji Surabaya

Spica Redina Vebrilian


FKM Universitas Airlangga, spicaredina@gmail.com
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Sistem surveilans sangat berperan dalam menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial, sehingga sistem
surveilans infeksi nosokomial perlu untuk dilaksanakan di rumah sakit. Surveilans Catheter-associated
Urinary Tract Infection (CAUTI) merupakan salah satu fokus program dalam upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi di Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Surabaya tahun 2015. Keberhasilan suatu sistem
surveilans sangat bergantung pada keterkaitan atribut yang terdapat di dalamnya. Pada tahun 2015, terjadi
keterlambatan dalam pengumpulan laporan melebihi batas waktu yang ditentukan dan terdapat pula kolom
pada lembar konfirmasi tidak terisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi surveilans CAUTI
berdasarkan atribut surveilans di RSU Haji Surabaya tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif evaluatif. Variabel yang diteliti adalah atribut surveilans CAUTI di RSU Haji Surabaya yaitu
kesederhanaan, fleksibilitas, akseptabilitas, sensitivitas, nilai prediktif positif, kerepresentatifan, ketepatan
waktu, kualitas data, dan stabilitas, sedangkan responden penelitian adalah Perawat Pencegah dan Pengendali
Infeksi (IPCN), Perawat Pencegah dan Pengendali Link Infeksi (IPCLN), dan kepala ruangan. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa atribut surveilans sudah sederhana, memiliki akseptabilitas tinggi, sensitivitas tinggi, nilai prediktif
positif tinggi, representatif, dan stabilitas tinggi. Namun, atribut lain tidak fleksibel, tidak tepat waktu, dan
memiliki kualitas data rendah. Alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan fungsi pengawas
di setiap unit, menetapkan standarisasi data rumah sakit, pengaturan sistem reward dan punishment.

Kata kunci: surveilans, evaluasi, infeksi nosokomial, catheter-associated urinary tract infection

ABSTRACT
The surveillance system is very instrumental in reducing the incidence of nosocomial infections, so the
nosocomial infection surveillance system needs to be implemented in hospitals. Catheter-associated Urinary
Tract Infection (CAUTI) surveillance is one of the program's focuses on infection prevention and control
efforts at the Haji Public Hospital (RSU Haji) Surabaya in 2015. The success of a surveillance system is
highly dependent on the interrelation of the attributes contained therein. In 2015, there was a delay in the
collection of reports exceeding the specified deadline and there were also columns in the confirmation sheet
that were not filled. This study aims to evaluate CAUTI surveillance based on surveillance attributes at the
RSU Haji Surabaya in 2015. This study is an evaluative descriptive study. The variables studied were CAUTI
surveillance attributes at RSU Haji Surabaya, namely simplicity, flexibility, acceptability, sensitivity, positive
predictive value, representativeness, timeliness, data quality, and stability, while the research respondents
were Infection Control Nurse (ICNs), Infection Control Link Nurses (ICLN), and the head of the room. Data
collection techniques carried out by interview and documentation study. The results showed that the
surveillance attributes were simple, had high acceptability, high sensitivity, high positive predictive value,
representative, and high stability. However, other attributes are inflexible, not timely, and have low data
quality. Alternative solutions that can be done are improving supervisory functions in each unit, establishing
hospital data standardization, setting reward, and punishment systems.

Keywords: surveillance, evaluation, nosocomial infections, catheter-associated urinary tract infection

PENDAHULUAN Muwarni, 2012). Rumah sakit selain memberikan


pelayanan yang utama juga harus diimbangi
Rumah sakit merupakan salah satu tempat dengan peningkatan mutu pelayanan serta kualitas.
yang memberikan pelayanan medik, rehabilitasi Salah satu indikator yang menjadi penilaian dalam
medik, dan penunjang medik (Herlambang dan mutu pelayanan rumah sakit adalah angka kejadian

©2016 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY– SA license doi: 10.20473/jbe.v4i3. 2016. 313–325
Received 23 June 2016, received in revised form 26 June 2016, Accepted 21 July 2016, Published online: 21 January 2017
314 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 4 Nomor 3, September 2016, hlm. 313–325

infeksi nosokomial. Berdasarkan Keputusan Menteri Pada upaya pencegahan dan pengendalian
Kesehatan Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar infeksi, tentu perlu adanya rencana yang terintegrasi,
Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM RS) standar program (penggunaan sarung tangan dalam tindakan
kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit sebesar aseptik, membatasi transmisi organisme, sterilisasi
≤ 1,5%, apabila melebihi dari standar tersebut maka dan disenfeksi) dan monitoring. Pada program
izin operasional rumah sakit dapat dicabut. pengendalian infeksi nosokomial, terdapat tiga hal
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang yang perlu ada, diantaranya adalah terdapatnya
terjadi di rumah sakit yang dapat terjadi pada pasien, peraturan yang tegas dan jelas sehingga dapat
petugas kesehatan, serta orang yang mengunjungi menurunkan risiko kejadian infeksi, adanya program
rumah sakit. Infeksi luka operasi, pneumonia edukasi untuk semua petugas rumah sakit dengan
nosokomial, infeksi saluran kemih, bakteremia tujuan membangun karakter serta sikap dalam
nosokomial, infeksi phlebitis, dan infeksi nosokomial merawat pasien, serta adanya sistem surveilans yang
lainnya termasuk dalam infeksi nosokomial di rumah bagus (Septiari, 2012).
sakit (Septiari, 2012).Pada tahun 2011, sebanyak 25 Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
juta kematian di dunia disebabkan oleh penyakit Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2014 tentang
infeksi (WHO, 2011). Faktor yang berpengaruh Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan, surveilans
dalam terjadinya infeksi nosokomial adalah host kesehatan merupakan kegiatan pemantauan yang
(daya tahan tubuh), agent (patogenesitas, reservoir, dilakukan secara terus menerus dan sistematis
dosis, sumber penularan), environment (udara, suhu, terhadap data dan informasi mengenai masalah
kelembaban, sarana pembuangan limbah rumah kesehatan untuk memperoleh serta memberikan
sakit). Selain itu, dampak yang dapat ditimbulkan informasi yang dapat digunakan sebagai pembuatan
dari infeksi nosokomial adalah meningkatkan program dalam tindakan pencegahan dan
angka kesakitan dan kematian, meningkatkan biaya penanggulangan secara efektif dan efisien. Kegiatan
kesehatan di Negara yang tidak mampu, waktu dan surveilans terdiri dari pengumpulan data, kompilasi
tenaga yang akan dapat membebani pemerintah dan data, analisis data, interpretasi data, dan diseminasi
rumah sakit, petugas, pasien, keluarga, serta dapat informasi. Kegiatan surveilans tersebut juga dapat
memengaruhi citra rumah sakit, seperti penurunan digunakan sebagai bahan evaluasi suatu program
citra rumah sakit (Septiari, 2012). yang telah atau akan berjalan dalam pengendalian
Catheter Associated Urinary Tract Infection dan pencegahan suatu kejadian.
(CAUTI) merupakan salah satu dari infeksi Pada pedoman surveilans infeksi rumah sakit
nosokomial yang terjadi di rumah sakit yang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun
disebabkan oleh penggunaan kateter urin. 2010 menyatakan bahwa, dalam pelaksanaan
Berdasarkan laporan National Healthcare Safety surveilans infeksi di rumah sakit pada pengumpulan
Network (NHSN) tahun 2006, prevalensi pasien data dan pencatatannya dilaksanakan oleh
infeksi saluran kemih dengan menggunakan kateter Infection Prevention and Control Link Nurse
urin di rumah sakit perawatan akut Amerika rata- (IPCLN) dan Tim Pencegahan dan Pengendalian
rata mencapai 1000 per hari kejadian infeksi. Infeksi Rumah Sakit (PPI RS). IPCLN mengisi
Infeksi saluran kemih merupakan urutan pertama dan mengumpulkan formulir surveilans terhadap
pada beberapa rumah sakit di Amerika Serikat dan pasien di setiap unit rawat masing-masing setiap
Eropa dengan angka infeksi sebesar 11% di Amerika harinya. Pada awal bulan atau paling lambat tanggal
Serikat dan 42% di Eropa. Pada urutan kedua 5, formulir surveilans diserahkan pada Tim PPI
didapati bahwa kejadian infeksi luka operasi sebesar dengan ditandatangani oleh kepala ruangan, apabila
24%, dan infeksi saluran napas sebesar 11% (Hooton terdapat kecurigaan terjadinya infeksi, maka IPCLN
et al., 2010). Kejadian kesakitan dan kematian pada akan segera melaporkan ke Infection Prevention
infeksi saluran kemih dengan penggunaan kateter Control Nurse (IPCN) untuk ditindaklanjuti. Setelah
dianggap rendah dibandingkan dengan kejadian data dikumpulkan, akan dilakukan kompilasi data
infeksi nosokomial lainnya. Prevalensi penggunaan dan analisis data yang dilaksanakan oleh Tim
kateter yang tinggi dapat menyebabkan besarnya PPI RS. Analisis dan interpretasi data dilakukan
kejadian infeksi yang dapat menimbulkan komplikasi untuk mengetahui suatu kejadian mengalami
infeksi dan kematian (Gould, et al., 2009). peningkatan atau penurunan yang kemudian
dibandingkan dengan jumlah kasus. Hasil dari
Spica Redina Vebrilian, Surveilans Catheter Associated Urinary Tract Infection ... 315

kompilasi data dan analisis data disajikan dalam (0,70%), dan tahun 2015 menurun menjadi 11
bentuk tabel, grafik, dan diagram serta, akan kejadian (0,33%).
menghasilkan sebuah laporan yang kemudian
hasilnya akan dilaporkan kepada Komite PPI
untuk dilakukan pembahasan serta penyusunan 1.00%
rekomendasi. Komite PPI melaporkan keseluruhan 0.70%
0.60%
hasil dan rekomendasi kepada direktur rumah 0.50%
0.33%
sakit. Komite PPI juga akan melaksanakan umpan
0.00% 0.09%
balik dan rekomendasi ke unit terkait, lalu untuk
rekomendasi akan dilakukan oleh Tim PPI RS. 2012 2013 2014 2015
Diseminasi informasi atau penyebarluasan informasi
dilakukan agar pihak atau unit terkait dapat Sumber: Laporan Kejadian CAUTI RSU Haji Surabaya
memanfaatkan informasi tersebut dengan tepat dan Tahun 2015 oleh Tim PPI RSU Haji Surabaya
benar. Laporan yang dihasilkan tersebut tidak hanya
ditujukan pada direktur rumah sakit, tetapi juga Gambar 2. Trend Kejadian CAUTIdi RSU Haji
akan disampaikan pada seluruh anggota komite dan Surabaya Tahun 2015
ruangan atau unit terkait.
RSU Haji Surabaya merupakan rumah sakit Peningkatan kejadian infeksi nosokomial
milik pemerintah provinsi Jawa Timur dan telah CAUTI tersebut perlu untuk dilakukannya
melaksanakan kegiatan pencegahan dan pengendalian pemantauan secara berkala atau secara terus
infeksi. Data sekunder laporan kejadian Healthcare menerus dengan cara yang sistematis, sehingga
Associated Infections (HAIs) Tim PPI RSU Haji dapat dilakukannya pembuatan suatu program untuk
Surabaya melaporkan bahwa, trend kejadian HAIs mencegah dan mengendalikan kejadian tersebut.
pada tahun 2012hingga 2015 bersifat fluktuatif, Salah satu program kerja pada komite PPI RSU Haji
pada tahun 2012 sebesar 0,05%, pada 2013 sebesar Surabaya adalah surveilans HAIs.
0,15%, tahun 2014 meningkat menjadi 0,37%, dan Program pencegahan dan pengendalian
pada tahun 2015 menurun menjadi 0,24%. Berikut berkaitan dengan sistem surveilans yang terdapat
merupakan gambaran trend HAIs pada RSU Haji pada RSU Haji Surabaya, sehingga dari kegiatan
Surabaya tahun 2012 hingga 2015: surveilans tersebut dapat dipantau dari segi
pelaksanaannya, pelaporannya, hingga dilakukannya
diseminasi informasi dan feedback.
0.40% 0.37%
Surveilans Catheter Associated Urinary Tract
0.30% Infection (CAUTI) merupakan salah satu fokus
0.24% program dalam upaya pencegahan dan pengendalian
0.20%
0.15% infeksi di RSU Haji Surabaya pada tahun 2015,
0.10% sehingga dari menjadi fokus program tersebut
0.05%
0.00% diharapkan dapat lebih memantau secara berkala
2012 2013 2014 2015 mengenai kejadian CAUTI dan angka kejadian
infeksi tersebut dapat diminimalisir.
Sumber: Laporan Kejadian HAIs RSU Haji Surabaya Pada kegiatan surveilans dibutuhkannya
Tahun 2015 oleh Tim PPI RSU Haji Surabaya
sumber data yang sangat lengkap dan valid sehingga
Gambar 1. Trend Kejadian HAIs di RSU Haji dapat menghasilkan informasi epidemiologi yang
Surabaya Tahun 2012–2015 valid. Informasi epidemiologi berfungsi dalam
menggambarkan masalah kesehatan secara lengkap
dan tepat, serta sebagai pengendalian masalah
Berdasarkan laporan kejadian HAIs RSU Haji
kesehatan. Karakteristik pada suatu sistem sangatlah
Surabaya tahun 2015, diketahui angka kejadian
penting untuk diperhatikan namun, terkadang kurang
CAUTI di RSU Haji Surabaya mengalami
untuk diperhatikan padahal hal tersebut saling
peningkatan dari tahun 2012 hingga 2014,
berkaitan (Noor, 2008).
mengalami penurunan pada tahun 2015. Angka
Diketahui bahwa pencatatan dan pelaporan
kejadian CAUTI pada tahun 2012 sebanyak 7
konfirmasi kejadian CAUTI di RSU Haji Surabaya
kejadian (0,09%), tahun 2013 sebanyak 10 kejadian
mengalami berbagai kendala seperti laporan
(0,60%), tahun 2014 meningkat menjadi 15 kejadian
316 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 4 Nomor 3, September 2016, hlm. 313–325

tidak disampaikan ke PPI, kasus CAUTI tidak kemudian digambarkan dalam bentuk grafik, tabel,
terdokumentasi pada lembar konfirmasi CAUTI, serta serta gambar. Hasil yang diperoleh kemudian
adanya lembar konfirmasi yang telah dikumpulkan dibandingkan dengan Updated Guidelines for
ke PPI lalu dipinjam untuk suatu kepentingan dan Evaluating Public Health Surveilance System tahun
tidak dikembalikan sehingga laporan kasus pada 2001, Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Bulan Mei, Oktober, dan Desember tahun 2015 tidak Indonesia Nomor 1116 tahun 2003, Keputusan
terlaporkan. Selain itu, terjadinya keterlambatan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
dalam pengumpulan laporan ke PPI yang melebihi 129 tahun 2008, dan Pedoman Surveilans Infeksi
dari tanggal yang telah ditentukan dan terdapat pula Rumah Sakit tahun 2010. Penelitian ini telah melalui
beberapa kolom pada lembar konfirmasi yang tidak kaji etik yang disetujui oleh komisi etik Fakultas
terisi. Hal tersebut berpengaruh pada pelaksanaan Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
sistem surveilans yang ada pada RSU Haji Surabaya, Surabaya.
baik pada kompilasi data, analisis data, diseminasi
informasi, kualitas data, dan pada ketepatan waktu.
HASIL
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
sistem surveilans Catheter Urinary Tract Infection Gambaran Pelaksanaan Surveilans CAUTI di
(CAUTI) berdasarkan atribut surveilans di RSU Haji RSU Haji Surabaya
Surabaya tahun 2015. Kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi
di RSU Haji Surabaya dilakukan oleh Komite
METODE Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (Komite
PPI) RSU Haji Surabaya yang bertanggung jawab
Penelitian ini menggunakan desain penelitian
langsung kepada Direktur RSU Haji Surabaya.
yang bersifat deskriptif dan apabila ditinjau dari
Komite PPI RSU Haji Surabaya memiliki 15
tujuannya merupakan penelitian evaluasi (evaluation
program kerja dalam pencegahan dan pengendalian
study) yaitu menilai program yang sedang atau
infeksi di RSU Haji Surabaya, salah satu program
sudah dilaksanakan dalam periode waktu tertentu
kerjanya adalah surveilans Healthcare Associated
(Notoadmojo, 2010). Penelitian ini dilakukan dengan
Infections (HAIs). Surveilans HAIs di RSU Haji
cara mengevaluasi atribut surveilans yang terdiri
Surabaya terdiri dari berbagai macam penyakit
dari kesederhanaan, fleksibilitas, akseptabilitas,
infeksi, salah satu yang menjadi fokus program pada
sensitivitas, nilai prediktif positif, kerepresentatifan,
tahun 2015 adalah surveilans CAUTI.
ketepatan waktu, kualitas data, dan stabilitas.
Pada tahun 2015, kasus CAUTI tercatat dengan
Subjek dalam penelitian ini adalah atribut
11 kasus. Tercatatnya kasus tersebut didapatkan
surveilans CAUTI di RSU Haji Surabaya, sedangkan
dari pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh
responden dalam penelitian ini adalah IPCN, IPCLN,
Tim PPI RSU Haji Surabaya. Tim PPI RSU Haji
dan kepala ruangan rawat inap. Lokasi penelitian
Surabaya melaksanakan kegiatan surveilans yaitu
dilaksanakan di RSU Haji Surabaya, dengan
meliputi pengumpulan data, kompilasi data, analisis
pelaksanaan penelitian dimulai dari Bulan April
data, interpretasi data, dan diseminasi informasi yang
2016 hingga Bulan Mei 2016.
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi keberhasilan
Pengumpulan data primer dilakukan dengan
suatu program pencegahan dan pengendalian infeksi.
cara wawancara kepada responden dengan
Alur kegiatan surveilans CAUTI di RSU Haji
menggunakan lembar kuesioner. Wawancara
Surabaya dapat digambarkan sebagai berikut:
dilakukan kepada IPCN, IPCLN, dan kepala
Pelaporan diawali dengan pasien yang terpasang
ruangan untuk mengetahui pelaksanaan dari sistem
alat invasif (kateter urin) > 48 jam, lalu dilakukan
surveilans, sedangkan data sekunder dikumpulkan
observasi setiap hari untuk memantau apabila
melalui studi dokumentasi berupa laporan evaluasi
terdapat gejala pada pasien, serta dilakukannya
tahunan atau arsip data surveilans CAUTI RSU Haji
pengisian atau pencatatan pada form bundle
Surabaya dengan menggunakan lembar observasi
prevention. Pengisian form bundle prevention
dalam bentuk checklist.
tersebut dilakukan oleh perawat dan/atau IPCLN
Analisis data dilakukan secara deskriptif
setiap ruangan.
yaitu mendeskripsikan dengan narasi dalam
Pasien yang terjadi infeksi akan dilakukan
penguraian suatu keadaan dari suatu komunitas yang
konfirmasi ke IPCN, IPCO, kepala ruangan, dan
diteliti berdasarkan hasil yang telah didapatkan,
dokter yang merawat dengan menggunakan lembar
Spica Redina Vebrilian, Surveilans Catheter Associated Urinary Tract Infection ... 317

Pasien terpasang alat


invasif (urine catheter) Tidak Tabulasi dan Laporan dan umpan
> 48 jam Infeksi Interpretasi balik dari IPCN

Observasi setiap shift gejala


infeksi dan lakukan Konfirmasi ke IPCN,
tindakan pencegahan IPCO, Kepala Ruangan,
dan Dokter yang Penatalaksanaan
infeksi dengan mengisi Infeksi
merawat infeksi sesuai SOP
form bundle prevention
menggunakan lembar

Sumber: Pedoman Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSU Haji Surabaya

Gambar 3. Alur Kegiatan Surveilans di RSU Haji Surabaya

konfirmasi, dan sesegera mungkin dilakukan dan interpretasi data akan menghasilkan sebuah
penatalaksanaan infeksi sesuai dengan standar laporan berkala, laporan tersebut akan disampaikan
operasional prosedur untuk dilakukannya perawatan kepada direktur rumah sakit setiap 6 bulan sekali.
dan pengobatan. Laporan pasien yang terjadi
infeksi akan direkap kejadian pemasangan alat yang Atribut Surveilans CAUTI di RSU Haji
digunakan untuk bahan laporan triwulan, semester, Surabaya
serta tahunan yang nantinya akan dibuat untuk Kesederhanaan
rencana tindak lanjut (RTL).
Pasien yang tidak terjadi infeksi akan dilakukan Pelaksanaan surveilans CAUTI di RSU Haji
pendokumentasian setiap hari melalui form bundle Surabaya menggunakan Standar Operasional
prevention, form bundle prevention yang telah Prosedur (SOP) yang ada, standar operasional
terisi selama 1 bulan akan dilakukan rekap kejadian prosedur tersebut adalah SOP pemasangan kateter
pemasangan alat yang gunanya untuk keperluan dan SOP pelaksanaan surveilans kejadian infeksi di
laporan. Data yang telah terkumpulkan tersebut akan rumah sakit.
dikompilasi, dianalisis, serta interpretasi data hingga Pengisian formulir surveilans CAUTI
menghasilkan suatu laporan. Laporan tersebut dinyatakan mudah untuk diisi, pengisian pada
ditujukan pada direktur rumah sakit, Peningkatan form bundle prevention hanya memberikan tanda
Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP), bidang checklist (√) pada setiap kolomnya dan pada
keperawatan, serta unit terkait. Pada setiap bulannya, lembar konfirmasi juga memiliki konten yang tidak
data surveilans CAUTI yang dikumpulkan ke IPCN jauh berbeda pengisiannya dengan form bunlde
yaitu berupa surveilans harian kejadian infeksi, prevention. Petugas surveilans telah mampu dalam
laporan rekap kejadian HAIs, dan formulir analisa melakukan kegiatan pencatatan dan perekapan
kejadian infeksi saluran kemih karena pemasangan data setiap harinya pada setiap ruangan, kegiatan
kateter yang disertai dengan hasil laboratorium. pencatatan dan perekapan dilakukan oleh IPCLN,
Pengumpulan dan pencatatan data di RSU sedangkan untuk pengumpulan data dilakukan oleh
Haji Surabaya dilakukan oleh IPCLN pada masing- perawat dan/atau IPCLN ruangan. Alur pengumpulan
masing ruang. Kompilasi dan analisis data dilakukan data ke PPI dan konfirmasi kejadian infeksi ke IPCN,
setiap 3 bulan sekali, 6 bulan sekali, serta tahunan, IPCO, kepala ruangan, dan dokter yang merawat
kompilasi dan analisis data tersebut dilakukan oleh dinyatakan oleh IPCLN tidak rumit dan mudah.
IPCN dan tenaga epidemiologi. Kejadian tersebut didokumentasikan melalui lembar
Diseminasi informasi dilakukan setiap 2 konfirmasi kejadian infeksi.
minggu sekali oleh IPCN dalam 1 bulan yang akan Setiap bulan, rekapan yang dilakukan oleh
disampaikan ke komite PPI, ketua PPI, IPCLN, IPCLN akan dikumpulkan ke IPCN dan akan
dan perawat mengenai hasil kejadian yang didapat dilakukan analisis, interpretasi data yang dilakukan
selama 1 bulan. Diseminasi informasi tersebut setiap 3 bulan. Diseminasi informasi yang dilakukan
dilakukan dalam forum pertemuan. Hasil analisis oleh Tim PPI dilaksanakan 2 minggu sekali dalam
318 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 4 Nomor 3, September 2016, hlm. 313–325

1 bulan dan akan dilakukan evaluasi dari hasil surveilans CAUTI yang dihasilkan oleh RSU Haji
tersebut. Surabaya dimanfaatkan oleh Rumah Sakit Ibnu
Berdasarkan wawancara dengan IPCN dan Sina, Rumah Sakit Sudono, dan Rumah Sakit Jiwa
IPCLN bahwa sistem pelaporan surveilans CAUTI Menur. Pemanfaatan data juga dimanfaatkan oleh
yang ada pada RSU Haji Surabaya sudah sederhana, unit lain pada RSU Haji Surabaya, diantaranya yaitu
ditinjau dari alur pelaporannya. dimanfaatkan oleh rawat inap dan sasaran mutu
rumah sakit. Hasil analisis yang dihasilkan oleh PPI
Fleksibilitas juga ditujukan pada Personal Protective Equipment
Pelaksanaan surveilans CAUTI di RSU (PPE), pelayanan medik, dan direktur rumah sakit.
Haji Surabaya selalu mengalami perubahan pada Berdasarkan hal tersebut, surveilans CAUTI sudah
tahun-tahun sebelumnya. Perubahan yang terjadi termasuk dalam akseptabilitas tinggi, ditinjau dari
meliputi perubahan form bundle prevention, lembar pemanfaatan data yang telah dimanfaatkan oleh
konfirmasi kejadian infeksi, dan pendokumentasian orang yang berada di luar sistem.
secara komputerisasi dengan menggunakan epi
Sensitivitas
info dalam input, analisis, kompilasi, analisis, dan
interpretasi data. Perubahan yang terjadi tersebut Pelaksanaan surveilans CAUTI pada RSU
telah dilakukannya pelatihan dan sosialisasi Haji Surabaya dinilai pada atribut sensitivitas yang
mengenai cara pengisian form surveilans, serta ditinjau pada tingkat pengumpulan data, proporsi
pendokumentasian secara komputerisasi dengan kasus penyakit, dan deteksi dari trend infeksi
menggunakan software epi info. nosokomial di rumah sakit.
Sistem surveilans pada RSU Haji Surabaya Pada tahun 2015, kasus CAUTI tercatat 11
belum mampu menyesuaikan dengan perubahan kasus dengan 2960 pasien yang melakukan
yang terjadi, terkait dengan perubahan-perubahan pemasangan kateter atau dengan proporsi sebesar
pada form surveilans dan tata cara pendokumentasian 0,37%. Pelaporan kasus tersebut didapatkan dari
dalam pelaksanaan surveilans di RSU Haji Surabaya petugas surveilans yang melaksanakan kegiatan
yang dapat memengaruhi fleksibilitas, sehingga pencatatan dan pelaporan pada setiap harinya
dapat disimpulkan bahwa atribut fleksibilitas pada sehingga dapat terkumpul data pada setiap bulannya,
RSU Haji Surabaya tidak fleksibel. lalu akan diserahkan pada IPCN.
Pencatatan tersebut mampu memprediksi
Akseptabilitas dan mendeteksi adanya kasus CAUTI yang
Penerimaan atau kemauan seseorang dan juga dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang
instansi lain untuk berpartisipasi dalam pemanfaatan (pemeriksaan laboratorium) yang mencakup
data RSU Haji Surabaya telah dimanfaatkan hasil laboratorium urin lengkap, hasil kultur, dan
sebagai data pembanding dengan kejadian HAIs kultur darah. Angka kejadian CAUTI di RSU Haji
per infeksi pada beberapa rumah sakit. Data Surabaya pada tahun 2015 seperti pada gambar 4.

Sumber: Laporan Kejadian HAIs RSU Haji Surabaya Tahun 2015


Gambar 4. Angka Kejadian CAUTI di RSU Haji Surabaya Tahun 2015
Spica Redina Vebrilian, Surveilans Catheter Associated Urinary Tract Infection ... 319

Pada gambar tersebut diketahui bahwa kejadian melalui pengumpulan data, proporsi kasus penyakit,
CAUTI di RSU Haji Surabaya pada tahun 2015 dan trend kejadian CAUTI.
bersifat fluktuatif, yaitu mengalami peningkatan
dan penurunan pada periode April hingga Desember Nilai Prediktif Positif
2015, sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan Pelaksanaan surveilans CAUTI di RSU Haji
yaitu < 2%. Tercatatnya kasus CAUTI tersebut Surabaya juga dinilai terkait dengan nilai prediktif
didapatkan melalui pengumpulan data yang positif. Nilai prediktif positif dinilai dengan
dikumpulkan oleh IPCLN setiap bulannya ke PPI. melihat proporsi populasi yang diidentifikasi
Pencatatan tersebut dilakukan setiap hari untuk dapat sebagai kasus, kenyataannya memang kasus. Kasus
mengetahui gejala pada pasien, pemakaian kateter tersebut dibuktikan dan/ atau dinyatakan dengan
pada satu bulan dan dapat pula pada satu tahun. hasil laboratorium atau kultur. Laporan rekap yang
Kejadian CAUTI di RSU Haji Surabaya tahun 2012 dilakukan oleh IPCLN pada setiap ruang akan
hingga 2015 juga dapat digambarkan dengan trend dikumpulkan ke IPCN, jika terjadi infeksi maka
kejadian CAUTI sebagai berikut: lembar konfirmasi akan disertai dengan lampiran
hasil dari laboratorium.
Kasus CAUTI di RSU Haji Surabaya diketahui
melalui lembar konfirmasi kejadian infeksi dan
lampiran hasil laboratorium yang dilaporkan
kepada PPI. Berikut merupakan rekapan kejadian
dan konfirmasi hasil dari kejadian CAUTI di RSU
Haji Surabaya: Tabel 1 membuktikan bahwa kasus
CAUTI yang dilaporkan memang benar kasus,
dibuktikan melalui lembar konfirmasi dan lampiran
Sumber: Laporan Kejadian HAIs RSU Haji Surabaya hasil laboratorium atau hasil kultur. Sehingga dapat
Tahun 2015
diketahui nilai prediktif positif pada surveilans
Gambar 5. Trend Kejadian CAUTI di RSU Haji CAUTI di RSU Haji Surabaya termasuk dalam nilai
Surabaya Tahun 2012–2015 prediktif positif tinggi yaitu sebesar 0,37%.
Kasus CAUTI pada tahun 2015 tercatat
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui 11 kasus namun, yang terdokumentasi hanya 8
bahwa sensitivitas data pada RSU Haji Surabaya kasus. Hal tersebut disebabkan lembar konfirmasi
termasuk dalam sensitivitas tinggi, dapat dinilai dipinjam untuk suatu keperluan, kasus CAUTI tidak

Tabel 1. Nilai Prediktif Positif CAUTI di RSU Haji Surabaya Tahun 2015
Konfirmasi Hasil
Jumlah Pasien Pasang Kasus Proporsi
Bulan Laboratorium/Kultur
Kateter (%)
+ - + –
Januari 198 2 √ 1,01
Februari 218 1 √ 0,46
Maret 224 - 0,00
April 276 1 √ 0,36
Mei 213 - 0,47
Juni 275 1 √ 0,36
Juli 182 1 √ 0,55
Agustus 219 - 0,00
September 273 - 0,00
Oktober 307 1 √ 0,70
November 282 - 0,00
Desember 293 1 √ 0,72
Total 2960 8 0,37
Sumber: Laporan Kejadian HAIs RSU Haji Surabaya Tahun 2015
320 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 4 Nomor 3, September 2016, hlm. 313–325

terdokumentasi, dan terjadinya kelolosam kasus tahunan yang nantinya akan dilaporkan pada direktur
sehingga tidak terdokumentasi. rumah sakit setiap 6 bulan sekali, hal tersebut sesuai
dengan pedoman surveilans infeksi RS. Tim PPI
Kerepresentatifan RSU Haji Surabaya melakukan penyampaian hasil
Kerepresentatifan dilihat berdasarkan hasil atau penyebarluasan informasi dan evaluasi yang
analisis dan interpretasi data yang disampaikan dilakukan setiap 2 minggu sekali dalam 1 bulan
dari kegiatan pemantauan pada periode waktu kepada seluruh IPCLN.
tertentu dan didistribusikan menurut orang, waktu,
Kualitas Data
dan tempat. Berdasarkan studi dokumentasi yang
dilakukan, surveilans CAUTI di RSU Haji Surabaya Pelaksanaan surveilans CAUTI di RSU Haji
pada penyajian datanya telah berdasarkan orang Surabaya dinilai pula pada kualitas data berdasarkan
(jenis kelamin, lama hari perawatan, lama hari kelengkapan data serta validitas data yang tercatat
pemasangan kateter, dan tanda infeksi), waktu pada sistem surveilans. Kualitas data tersebut dilihat
(triwulan, tahun), dan tempat (ruang perawatan). dari persentase jawaban kosong yang terdapat pada
Penyajian data pada laporan berkala tersebut form surveilans, terutama pada lembar konfirmasi
ditampilkan dalam diagram garis untuk melihat kejadian CAUTI. Hasil dari studi dokumentasi
kecenderungan pada periode waktu tertentu dan didapatkan bahwa lembar konfirmasi tidak diisi
diagram batang untuk membandingkan jumlah secara lengkap atau persentase jawaban kosong
kasus. Sehingga dapat diketahui bahwa surveilans sebesar 87,5% terutama pada bagian tanggal
CAUTI di RSU Haji Surabaya sudah representatif, pengkajian, riwayat kesehatan, riwayat pemasangan
ditinjau dari pendistribusian kasus berdasarkan kateter, dan pada analisa kejadian (diagnosis ISK
orang, waktu, dan tempat. symptomatik atau asymptomatik). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kualitas data pada RSU Haji
Ketepatan Waktu Surabaya masih tergolong pada kualitas data yang
Ketepatan waktu dinilai berdasarkan lama rendah.
waktu pelaksanaan surveilans CAUTI di RSU Haji
Stabilitas
Surabaya, ditinjau dari waktu pengumpulan data
hingga diseminasi informasi serta dilakukannya Stabilitas dapat dinilai dari sumber daya
tindakan pencegahan. Pelaksanaan surveilans yang tersedia pada pelaksanaan surveilans dalam
CAUTI di RSU Haji Surabaya pada pengumpulan keandalan dan ketersediaan dari sistem surveilans.
laporan ke PPI diberikan batas waktu pada setiap Sarana penunjang kegiatan surveilans di RSU Haji
bulannya, yaitu sebelum tanggal 5. Pada ketepatan Surabaya yang digunakan adalah form surveilans,
waktu pengumpulan data, IPCN memiliki lembar 1 paket komputer, dan telepon. Data yang telah
absen untuk mendata waktu pengumpulan laporan dikumpulkan akan dilakukan entry ke aplikasi
surveilansnya ke PPI. komputer dan setiap 3 bulannya akan dilakukan
Studi dokumentasi yang telah dilakukan, analisis dan interpretasi data serta disimpan pada
didapatkan bahwa sebagian besar ruangan rawat suatu file dan folder. Dokumentasi yang dilakukan
inap mengalami keterlambatan pengumpulan laporan secara manual, disimpan dengan baik pada suatu
dari tanggal yang telah ditentukan, keterlambatan lemari khusus.
tersebut sebesar 42,86% yang termasuk dalam Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
kategori tidak tepat waktu. Berdasarkan Kepmenkes dengan IPCN dan tenaga epidemiologi, sarana
RI Nomor 1116 tahun 2003 disebutkan bahwa penunjang (komputer) surveilans pada tahun 2015
ketepatan laporan unit pelapor sebesar 80%, namun dapat berjalan dengan baik, serta dalam penggunaan
pada RSU Haji Surabaya didapatkan hasil ketepatan sarana komputer tidak pernah terjadi kehilangan
waktu pelaporan sebesar 35,12%. Sehingga dapat data, kerusakan, terkena virus, dan terformat.
diketahui bahwa ketepatan waktu pada RSU Haji IPCN dan tenaga epidemiologi mempunyai cara
Surabaya pada tahun 2015 tidak tepat waktu. dalam menghindari terjadinya hal tersebut, yaitu
Berdasarkan pada pedoman surveilans mempunyai back-up data agar tidak terjadi hambatan
infeksi RS Kemenkes RI tahun 2010, analisis dan dalam pelaksanaan surveilans. Sehingga sarana
interpretasi dilakukan oleh IPCN RSU Haji Surabaya penunjang tersebut dapat menjamin data memiliki
dilakukan setiap 3 bulan sekali, 6 bulan sekali, dan sifat reliabilitas tinggi dan avalibilitas tinggi,
Spica Redina Vebrilian, Surveilans Catheter Associated Urinary Tract Infection ... 321

didapatkan kesimpulan bahwa stabilitas pada RSU Kompilasi data dan analisis data dilakukan oleh
Haji Surabaya termasuk dalam stabilitas tinggi. tim PPI yang kemudian hasilnya akan dilaporkan
pada komite PPI untuk dilakukannya pembahasan
Identifikasi Permasalahan dan penyusunan rekomendasi. Komite PPI juga
Permasalahan yang ditemukan dari bertugas dalam melaporkan keseluruhan hasil dan
surveilans catheter associated urinary tract rekomendasi ke direktur rumah sakit.
infectionberdasarkan atribut surveilans di RSU
Atribut Surveilans CAUTI
Haji Surabaya tahun 2015 yaitu tidak fleksibel
dikarenakan sistem belum mampu menyesuaikan Kesederhanaan
terhadap perubahan yang terjadi pada RSU Haji
Kesederhanaan dinilai dari struktur yang
Surabaya, tidak tepat waktu dalam pengumpulan
ada pada sistem dan kesederhanaan pada cara
laporan ke PPI dengan perolehan persentase
pengoperasiannya seperti kesederhanaan struktur,
ketepatan pelaporan sebesar 35,12% yang tidak
kesederhanaan dalam alur informasi, cara
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
pengumpulan data, kompilasi, analisis, pelaporan,
Republik Indonesia tahun 2008, dan terjadinya
dan pemanfaatan laporan (WHO, 2006).Pada
kekosongan pada lembar konfirmasi yang
pengumpulan data yang dilakukan di RSU Haji
memengaruhi kualitas data di RSU Haji Surabaya
Surabaya menggunakan form surveilans yang telah
dengan perolehan persentase jawaban kosong
mengacu pada Center for Disease Control and
sebesar 87,5%, sehingga kualitas data termasuk
Prevention (CDC), baik pada form bundle prevention
dalam kualitas data yang rendah.
maupun pada lembar konfirmasi. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara, cara pengisian form
PEMBAHASAN surveilans, alur pelaporan, dan alur pengumpulan
data dinyatakan tidak rumit dan sederhana. Hal
Gambaran Pelaksanaan Surveilans CAUTI
tersebut dapat ditinjau pada form bundle prevention
Pelaksanaan surveilans CAUTI pada RSU CAUTI yang pengisiannya hanya memberikan
Haji Surabaya meliputi kegiatan pengumpulan tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia, alur
data, kompilasi data, analisis dan interpretasi data, pengumpulan data dan pelaporan data juga cukup
serta diseminasi informasi. Berdasarkan penelitian sederhana dan terstruktur, IPCLN menyerahkan
yang dilakukan oleh Raras (2012) pada salah satu langsung ke ruang PPI lalu akan dilakukan
rumah sakit di Surabaya bahwa dalam pelaksanaan kompilasi data dan analisis data oleh IPCN yang
surveilans dilakukan oleh perawat dalam pencatatan kemudian akan menghasilkan sebuah laporan dan
data pasien yang menggunakan alat invasif yang akan didiseminasikan pada unit terkait, pelayanan
didokumentasikan dalam buku catatan infection medik, Personal Protective Equipment (PPE), dan
control, serta dicatat pada formulir monitoring direktur.
pasien setiap harinya. Data tersebut direkap setiap
bulannya oleh IPCLN dan akan dilaporkan pada Fleksibilitas
IPCN dengan batas tanggal yang telah ditetapkan. Fleksibilitas diukur dari kemampuan suatu
Data akan dikompilasi dan dilakukan analisis data sistem yang dapat menyesuaikan terhadap perubahan
hingga menjadi laporan yang akan didiseminasikan informasi atau situasi yang dibutuhkan dengan
kepada pihak atau unit terkait. terbatasnya kebutuhan biaya, waktu, dan tenaga
Pada pedoman surveilans infeksi rumah sakit (CDC, 2001). Selain itu, fleksibilitas mengacu pada
tahun 2010 menjelaskan mengenai pelaksanaan kemampuan sistem dalam beradaptasi terhadap
surveilans infeksi rumah sakit, bahwa pada perubahan yang terjadi seperti pada modifikasi pada
pengumpulan serta pencatatannya dilakukan oleh sistem surveilans, kebutuhan akan data, dan lain-lain
IPCLN dan tim PPI rumah sakit, IPCLN bertugas (WHO, 2006).
dalam mengisi dan mengumpulkan formulir Fleksibilitas berkaitan dengan standarisasi
surveilans setiap pasien yang berisiko pada ruang data, standarisasi data dan informasi merupakan
rawat inap masing-masing setiap harinya. Setelah hal penting yang mencakup sistem modifikasi
1 bulan data terkumpul maka, akan dikumpulkan pendefinisian data, format, dan struktur database.
paling lambat tanggal 5 yang diserahkan ke tim Hal tersebut berpengaruh pada standarisasi data
PPI yang telah ditandatangani oleh kepala ruangan. dalam pengaturan kebijakan sistem informasi
322 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 4 Nomor 3, September 2016, hlm. 313–325

kesehatan. Pendefinisian data tersebut diperlukan Sensitivitas pada RSU Haji Surabaya dapat dilihat
kode yang sama sehingga dapat terinterpretasi pada gambar 3 dan gambar 4. Tercatatnya jumlah
dengan baik dan perlu untuk distandarisasi data kasus yang berbeda-beda setiap bulan dan tahun
melalui Health Data Dictionary (HDD). HDD juga dapat diketahui melalui pendokumentasian yang
merupakan acuan bagi pengguna, sistem analisis, dilakukan oleh tim PPI. Hal tersebut dapat
perancang dan pengembang dalam mengelola digunakan dalam identifikasi untuk melakukan
sistem informasi kesehatan. Hal ini disampaikan tindakan segera, identifikasi berbagai faktor
pada konferensi informatika kesehatan Indonesia penyebab untuk menilai potensi terjadinya masalah
tahun 2010 yang disampaikan oleh Menteri kesehatan, dan identifikasi tren (CDC, 2001).
Kesehatan Republik Indonesia, dr. Endang Rahayu
Sedyaningsih, MPH, Dr. PH. Selain itu, standarisasi Nilai Prediktif Positif
data berhubungan dengan mutu yang merupakan Nilai prediktif positif dapat dinilai dengan
salah satu indikator penilaian dalam mutu pelayanan melihat proporsi kasus yang diidentifikasi sebagai
rumah sakit, apabila sering terjadi modifikasi maka kasus memang kenyataannya benar-benar kasus,
akan berpengaruh pula pada fleksibilitas. kasus tersebut dibuktikan dengan hasil laboratorium
Perubahan yang terjadi pada sistem surveilans di atau hasil kultur (CDC, 2001). Kasus CAUTI yang
RSU Haji Surabaya adalah perubahan form bundle terjadi di RSU Haji Surabaya diketahui melalui
prevention, lembar konfirmasi kejadian infeksi, dan lembar konfirmasi yang dilaporkan oleh IPCLN,
menggunakan komputerisasi dalam input, analisis, dapat dilihat pada rekapan di tabel 1 terkait dengan
kompilasi, analisis dan interpretasi data. Sistem konfirmasi kasus dan hasil laboratorium atau kultur.
surveilans yang efektif adalah sistem yang mampu Nilai prediktif positif untuk masalah kesehatan
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi seperti berhubungan dengan kejelasan dan definisi kasus
perubahan kebutuhan informasi, fokus penyakit, yang diterapkan pada sistem surveilans, apabila
maupun kondisi operasi (Murti, 2003). nilai prediktif positif tinggi maka dapat mengurangi
penggunaan sumber daya dan pengendalian masalah
Akseptabilitas
kesehatan akan lebih berjalan efektif (Noor, 2008).
Akseptabilitas pada atribut surveilans dinilai
dari penerimaan atau kemauan dalam memanfaatkan Kerepresentatifan
data, baik dari orang yang berada dalam sistem Representatif dinilai dari gambaran kejadian
maupun yang berada di luar sistem (CDC, 2001). masalah kesehatan dengan mendistribusikannya
Akseptabilitas pada RSU Haji Surabaya termasuk berdasarkan variabel orang, waktu, dan tempat
dalam akseptabilitas tinggi yang berarti data yang (CDC, 2001). Selain itu menurut Noor (2008),
dihasilkan tersebut dimanfaatkan oleh orang yang representatif dapat dilihat dengan sumber data yang
berada di luar sistem dan di dalam sistem. Orang digunakan dengan membandingkannya dengan
yang berada di luar sistem yaitu dimanfaatkan oleh jumlah kasus yang tercatat pada sumber data.
rumah sakit lain, dan pada orang di dalam sistem Berdasarkan studi dokumentasi dan
dimanfaatkan oleh rawat inap, sasaran mutu rumah wawancara, pelaporan yang ada pada RSU Haji
sakit. Surabaya pada analisis dan interpretasi datanya
dilakukan berdasarkan orang (jenis kelamin, lama
Sensitivitas
hari perawatan, lama hari pemasangan kateter,
Sensitivitas pada atribut surveilans dinilai dan tanda infeksi), waktu (triwulan, tahun), dan
pada pengumpulan data yang terjamin validitasnya, tempat (ruang perawatan). Distribusi tersebut
proporsi kasus, dan pendeteksian trend infeksi sangat penting untuk dilakukan, karena berguna
nosokomial (CDC, 2001). Menurut Murti (2003), dalam mengidentifikasi kelompok yang berisiko
surveilans yang efektif adalah mampu dalam tinggi dan indentifikasi tempat berisiko tinggi
mendeteksi semua insiden penyakit maupun bukan (Guerra, et al., 2012). Menurut Loustalot (2012),
penyakit. pendistribusian tersebut juga dapat digunakan dalam
Sistem surveilans pada RSU Haji Surabaya memperkirakan jumlah dan persentase orang dengan
telah mampu dalam mendeteksi adanya kasus masalah kesehatan tertentu, memantau tren, faktor
CAUTI, dapat diketahui pula proporsi kasus, serta risiko, dan prevalensi. Penyajian data pada laporan
dapat menggambarkan trend infeksi nosokomial. berkala ditampilkan dengan diagram, tabel, dan
Spica Redina Vebrilian, Surveilans Catheter Associated Urinary Tract Infection ... 323

grafik yang disertai dengan narasi. Sistem surveilans Stabilitas dapat menjadi rendah apabila terjadi
yang representatif merupakan sistem surveilans yang kurangnya sumber daya. Penilaian stabilitas
efektif dalam memantau situasi yang sebenarnya berdasarkan pada tujuan dari pendekatan sistem akan
terjadi di lapangan (Murti, 2003). lebih berguna, karena sistem surveilans bervariasi
dalam metode, ruang lingkup, tujuan, dan sasaran
Ketepatan Waktu (Arana, 2009).
Ketepatan waktu sangat perlu untuk Berdasarkan wawancara dengan IPCLN
diperhatikan, dimulai dari ketepatan waktu dalam dan tenaga epidemiologi RSU Haji Surabaya,
pelaporan, pencegahan dan pengendalian suatu kasus, kestabilan sistem surveilans pada RSU Haji
dan diseminasi informasi pada sistem surveilans Surabaya menunjukkan bahwa memiliki reliabilitas
(Barr, et al., 2011). Berdasarkan Keputusan Menteri tinggi dan avalibilitas tinggi yang berarti memiliki
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1116 tahun stabilitas tinggi. Stabilitas tinggi ditunjukkan dari
2003 menyatakan bahwa untuk ketepatan pelaporan sarana penunjang (komputer) yang digunakan
yaitu sebesar > 80%, sedangkan ketepatan waktu dapat digunakan secara maksimal dan optimal
di RSU Haji Surabaya hanya sebesar 35,12%, dalam pelaksanaan surveilans. Selain itu tim
sehingga dapat diketahui bahwa ketepatan laporan PPI juga melakukan back-up untuk menghindari
sangat rendah. Menurut Kartono (2006), data yang kejadian yang tidak diinginkan, sehingga dalam
dilaporkan secara tepat waktu dan lengkap akan pelaksanaannya tidak terjadi hambatan, sumber
sangat membantu dalam kualitas data yang dapat daya yang tersedia juga telah mampu melaksanakan
membantu dalam analisis dan interpretasi data, serta sistem surveilans.
pada pendeteksian dini suatu masalah kesehatan.
Alternatif Solusi
Selain itu, apabila data digunakan secara tepat waktu
serta informasi yang dihasilkan juga berkualitas Alternatif solusi dari surveilans catheter
tinggi maka, dapat menunjang dalam identifikasi associated urinary tract infection berdasarkan
masalah kesehatan dan penentuan prioritas masalah atribut di RSU Haji Surabaya adalah sebagai berikut:
kesehatan secara efektif dan efisien (Wilkins, et al., (a) Meningkatkan pengawasan pada setiap unit;
2008). hal ini bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan
pengumpulan data yang terfokus pada kelengkapan
Kualitas Data pengisian form surveilans. (b) Menetapkan
Monitoring pada kualitas data sangat penting standarisasi data rumah sakit; standarisasi memiliki
untuk dilakukan, kegiatan tersebut merupakan hubungan dengan mutu yang merupakan salah satu
kegiatan dalam validasi data yang dikumpulkan indikator mutu dalam rumah sakit adalah infeksi
agar bermakna sehingga dapat memenuhi tujuan nosokomial. Sehingga standarisasi data perlu
dari sistem surveilans. Kegiatan tersebut juga dilakukan sebagai acuan yang dapat digunakan pada
dapat membantu dalam peningkatan analisis dan berbagai aplikasi yang terintegritas terutama pada
interpretasi data dalam laporan surveilans (ECDC, layanan publik. Standarisasi data rumah sakit agar
2014). Kualitas data dapat diketahui melalui lebih diutamakan pada form surveilans dan lembar
kelengkapan data, validitas data, serta terdapatnya konfirmasi yang harus memiliki standarisasi yang
jawaban kosong atau tidak tahu dalam form tepat, sehingga perubahan atau modifikasi jarang
surveilans (CDC, 2001). Kekosongan jawaban yang terjadi, apabila modifikasi sering terjadi maka akan
terjadi di RSU Haji Surabaya pada form surveilans berpengaruh pada fleksibilitas. (c) Pengaturan sistem
sangatlah tinggi, yaitu sebesar 87,5%. reward dan punishment; pengaturan sistem tersebut
diterapkan pada ketepatan waktu pelaporan yang
Stabilitas dikumpulkan ke PPI dikarenakan ketepatan waktu
tersebut berpengaruh pada kompilasi data, analisis,
Stabilitas mengacu pada keandalan (kemampuan
dan interpretasi data. Sehingga dari diterapkannya
mengumpulkan data, mengelola, dan memberikan
metode tersebut diharapkan mampu meningkatkan
data tanpa ada kecacatan) dan ketersediaan
motivasi dan kemauan dalam meningkatkan
(kemampuan dioperasikan bila diperlukan) pada
kinerjanya.
sistem surveilans kesehatan masyarakat (CDC,
2001).
324 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 4 Nomor 3, September 2016, hlm. 313–325

SIMPULAN DAN SARAN REFERENSI


Simpulan Arana, Carolina., 2009. Assessment and Comparison
of Behavior Risk Factor Surveillance Systems
Surveilans catheter associated urinary tract
for the U,S., Canada, and Italy. Thesis. Geogia
infection berdasarkan atribut surveilans di RSU
State University.
Haji Surabaya menunjukkan bahwa sistem sudah
Barr C., Hoefer D., Cherry B. Noyes KA, 2011. A
sederhana dan mampu dalam menyediakan data
Process Evaluation of an Active Surveillance
tanpa adanya kecatatan dan selalu tersedia saat
System for Hospitalized 2009-2010 H1N1
dibutuhkan. Berdasarkan atribut fleksibilitas masih
Influenza Cases. Tersedia di: <http://www.ncbi.
tidak fleksibel, dikarenakan sistem surveilans
nlm.nih.gov/pubmed/21135655> [diakses tanggal
yang ada belum mampu menyesuaikan terhadap
2 Juni 2016].
perubahan yang terjadi. Selain itu untuk atribut
CDC, 2001. Updated Guidelines for Evaluating Public
pada akseptabilitas memiliki akseptabilitas
Health Surveillance System Recommendations
tinggi, sensitivitas tinggi, nilai prediktif positif
from the Guidelines Working Group.Tersedia
tinggi yang dibuktikan dengan hasil laboratorium
di: http://www.cdc.gov/mmwr/pdf/rr/rr5013.pdf
atau hasil kultur dari kasus yang terjadi, serta
[diakses tanggal 22 Desember 2015]
data yang dihasilkan sudah representatif dengan
ECDC, 2014. Data Quality Monitoring and
didistribusikannya berdasarkan orang, tempat, dan
Surveillance System Evaluation. Stockholm:
waktu. Pada atribut ketepatan waktu, memiliki
European Centre for Disease Prevention and
penilaian yang tidak tepat waktu yaitu sebesar
Control.
42,86%, sedangkan ketepatan pelaporan didapatkan
Gould, Carolyn., Umscheid, Craig., Agarwal,
persentase sebesar 35,12%. Kualitas data yang
Rajender., MSW, Gretchen., Pegues, David.,
dikumpulkan ke PPI masih termasuk dalam kualitas
2009. Guideline for Prevention of Catheter
data yang rendah, ditunjukkan dari perolehan
Associated Urinary Tract Infections 2009. USA:
persentase jawaban kosong sebesar 87,5%.
Departement of Health and Human Service.
Alternatif solusi yang dapat dilakukan yaitu
Guerra. J.M. Bachir, D. Ali, L. M. Mahamane, E.L.
meningkatkan pengawasan pada setiap unit,
Augusto, F.G. Rebecca., 2012. Evaluation and
menetapkan standarisasi data rumah sakit, dan
Use of Surveillance System Data Toward The
pengaturan sistem reward dan punishment.
Identification of High Risk Areas for Potential
Cholera Vaccination: A Case Study From Niger.
Saran
BMC Researce Notes, 5 (231):pp.1-7. Tersedia
Saran yang dapat diajukan antara lain adalah di:<http://www.biomedcentral.com/content/
mengadakan sosialisasi dan pelatihan secara merata pdf/1756-0500-5-231.pdf> [diakses tanggal 18
yang dapat diikuti oleh seluruh bagian dari RSU Haji Juni 2016]
Surabaya untuk meningkatkan kompetensi, motivasi, Herlambang dan Muwarni, 2012. Cara Mudah
pengetahuan, serta kemauan dari perawat dan Memahami Manajemen Kesehatan dan Rumah
IPCLN dalam pengisian form surveilans dan dapat Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
menyerahkan laporan tepat pada waktunya. Perlunya Hooton, T.M., Bradley, S.F., Cardenas, D.D.,
penerapan dan optimalisasi pencatatan pelaporan Colgan, R., Geerlings S.R., Rice, J.C., et al.,
dengan berbasis teknologi, terutama dengan aplikasi 2010. Diagnosis, Prevention, and Treatment of
epi info di RSU Haji Surabaya agar lebih efektif Catheter Associated Urinary Tract Infection in
dan efisien dalam pelaksanaan sistem surveilans Adults.International Clinical Practice Guidelines
CAUTI, meningkatkan fungsi pengawasan kegiatan from the Infectious Diseases Society of America,
surveilans pada setiap unit agar dapat meningkatkan 50: pp. 625–663.
kedisiplinan dalam kelengkapan pengisian form Kartono, 2006. Profesi dan Praktek Keperawatan
dan ketepatan waktu dalam pengumpulan data ke Profesional. Jakarta: EGC.
PPI, serta menetapkan standarisasi data sebagai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
acuan dalam meningkatkan pelaksanaan sistem Nomor 129 Tahun 2008 Tentang Standar
surveilans. Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Spica Redina Vebrilian, Surveilans Catheter Associated Urinary Tract Infection ... 325

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Rumah Sakit Umum Haji Surabaya, 2013. Pedoman
Nomor 1116 Tahun 2003 Tentang Pedoman Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Penyelenggaraan Sistem Surveilans. Surabaya: Unit Pencegahan dan Pengendalian
Loustalot, F., 2012. CDC Coffee Break: Streamlining Infeksi (PPI).
the Evaluation of Public Health Surveillance Septiari, Betty. Bea. 2012. Infeksi Nosokomial.
System. CDC. Yogyakarta: Nuha Medika.
Murti, Bhisma. 2003. Prinsip dan Metode Riset Vebrilian, Spica., 2016. Evaluasi Sistem Surveilans
Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mda University Infeksi Nosokomial Catheter Associated Urinary
Press. Tract Infection di RSU Haji Surabaya Tahun
NHSN. 2006. The National Healthcare Safety 2015. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga
Network at the Center for Disease Control and WHO. 2006. Communicable Disease Surveillance
Prevention. Infection Control and Hospital and Response Systems, Guide to Monitoring and
Epidemiology.29:pp.996-1011. Tersedia di: < Evaluating.
http://www.jstor.org/stable/10.1086/591861> WHO. 2011. Report on the Burden of Endemic Health
[diakses tanggal 18 Juni 2016] Care Associated Infection Worldwide. Geneva.
Notoatmodjo, S., 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Wilkins K, Nsubuga P, Mendlein J, Mercer D,
Jakarta: Rineka Cipta. Pappaioanou M., 2008. The Data for Decision
Noor, Nur. Nasy., 2008. Epidemiologi. Jakarta: Making Project: Assessment of Surveillance
Rineka Cipta. Systems in Developing Countries to Improve
Raras, Sanityasa., 2011. Evaluasi Sistem Surveilans Access to Public Health Information. Public
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di Health, 2(9): pp. 914–922.
Rumah Sakit “X” Surabaya. Skripsi. Surabaya:
Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai