Anda di halaman 1dari 4

INFECTION CONTROL RISK

ASSESSMENT (ICRA)

Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi pada
pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit.
Pengendalian infeksi harus dilaksanakan oleh semua rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Salah satu program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) adalah kegiatan menilai risiko infeksi.

Infection Control Risk Assessment (ICRA) adalah sebuah kegiatan dalam


rangka peningkatan mutu pelayanan rumah sakit untuk menilai dan
mengontrol risiko infeksi di rumah sakit baik itu dilakukan per unit
bagian/instalasi maupun dapat dilakukan secara keseluruhan di rumah
sakit. Infection Control Risk Assessment (ICRA) merupakan suatu sistem
pengontrolan pengendalian infeksi yang terukur dengan melihat kontinuitas
dan probabilitas aplikasi pengendalian infeksi di lapangan berbasiskan
hasil yang dapat dipertanggungjawabkan, mencakup penilaian beberapa
aspek penting pengendalian infeksi seperti kepatuhan cuci tangan,
pencegahan penyebaran infeksi, manajemen kewaspadaan kontak, dan
pengelolaan resistensi antibiotik.
ICRA adalah suatu proses berkesinambungan yang memiliki fungsi preventif dalam
peningkatan mutu pelayanan. Menurut definisi APIC (Association for Professionals In
Infection Control and Epidemiology), ICRA merupakan suatu perencanaan proses dan
bernilai penting dalam menetapkan program dan pengembangan kontrol infeksi. Proses ini
berdasarkan kontinuitas surveilans pelaksanaan regulasi jika terdapat perubahan dan
tantangan di lapangan. ICRA merupakan bagian proses perencanaan pencegahan dan kontrol
infeksi, sarana untuk mengembangkan perencanaan, pola bersama menyusun perencanaan,
menjaga fokus surveilans dan aktivitas program lainnya, serta melaksanakan program
pertemuan reguler dan upaya pendanaan (Lardo, 2016).

Menurut Subhan (2011), kegiatan ICRA ini bertujuan untuk :

1. Tercapainya perlindungan terhadap pasien, petugas dan pengunjung


rumah sakit dari risiko infeksi.
2. Tersusunnya data identifikasi dan grading risiko infeksi di rumah
sakit.
3. Tersedianya acuan penerapan langkah-langkah penilaian risiko
infeksi di rumah sakit.
4. Tersedianya rencana program pencegahan dan pengendalian risiko
infeksi di seluruh area rumah sakit.

Kegiatan ICRA ini sendiri merupakan salah satu kegiatan yang penting dan
luas dalam program pengendalian infeksi, dan suatu hal yang harus
dilakukan untuk mencapai keberhasilan dari program PPI di rumah sakit.
Kegiatan ini dimulai dari perencanaan program kegiatan, kepatuhan cuci
tangan, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), kewaspadaan kontak dan
isolasi, pencegahan penyebaran infeksi, pengelolaan resistensi antibiotik,
kegiatan surveillance hingga kegiatan pengembangan dan renovasi rumah
sakit.

Dengan adanya ICRA dapat menekan/mengurangi angka kejadian


Healthcare Associated Infections (HAIs) atau yang sering dikenal dengan
sebutan Infeksi Nosokomial, yaitu infeksi yang di dapat oleh pasien saat
dirawat di fasilitas kesehatan dalam hal ini rumah sakit. HAIs sendiri
memiliki dampak yang sangat merugikan baik itu kepada pasien dan
keluarga pasien maupun kerugian bagi rumah sakit. Kerugian yang
ditimbulkan dapat berupa beban kesehatan, ekonomi, sosial maupun
lingkungan.

Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan komitmen struktural dan


kultural organisasi rumah sakit. Pendekatan organisasi selain dukungan
personil juga pada pelaksanaan tahap-tahap kegiatan :

1. Tahap pertama meliputi :


o Menggambarkan faktor dan karakteristik yang meningkatkan
risiko infeksi.
o Karakteristik yang menurunkan risiko infeksi.
o Menentukan adanya risiko infeksi.
o Melaksanakan pertemuan untuk menentukan langkah dan
tindakan lebih lanjut.
2. Tahap kedua adalah proses penilaian perencanaan penilaian risiko,
standar, laporan surveilans dan pengetahuan saat ini yang terkait
dengan isu pengendalian infeksi.
3. Tahap ketiga adalah melaksanakan pertemuan untuk mengukuhkan
komitmen dan partisipasi, saat pelaksanaan diskusi, prioritas risiko,
dan merencanakan kontrol infeksi, sedangkan komitmen kultural
merupakan suatu proses stimulasi setiap petugas kontrol infeksi
untuk konsisten meningkatkan kinerjanya. Pendekatan kultural ini
merupakan proses pemberdayaan berkesinambungan melalui proses
pelatihan dan pendidikan bahkan learning by doing.

Sumber Pustaka

1. CDC. 2015. Infection Control Assessment tool for Acute Care Hospital.
US : Departement of Health and Human Services.
2. CDC. 2015. Infection Control Assessment Tool for Hemodialysis
Facilities. US : Departement of Health and Human Services.
3. CDC. 2015. Infection Control Assessment Tool for Long Term Care
Facilities. US : Departement of Health and Human Services.
4. CDC. 2015. Infection Control Assessment Tool for Outpatient
Settings. US : Departement of Health and Human Services.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman
Surveilans Infeksi. 616.9.Ind.P
6. Lardo, Soroy. 2016. Infection Control Risk Assessment (ICRA) RSPAD
Gatot Soebroto. Jakarta
7. Subhan. 2015. Penerapan Metode Infection Controle Risk Assessment
(ICRA) Untuk Mencegah Kejadian Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
Pada Pasien Dewasa di RSUP Fatmawati. Jakarta.
8. USAID. 2006. Infection Control Assessment Tool (ICAT) : A
Standardized Approach for Improving Hospital Infection Control
Practices. Washington DC : USAID Rational Pharmaceutical Plus
Project, Management Sciences for Health.
9. USAID. 2009. Infection Control Assessment Tool. USA : SPS
(Strengthening Pharmaceutical Systems).
10. USAID. 2013. Infection Control Self Assessment Tools for
Primary Health Care Facilities. USA : SIAPS.
11. Weber, Stephen G., Salgado, C. 2013. Healthcare Associated
Infections : A Case Based Approach to Diagnosis and Managemen.
New York : Oxford American Infectious Disease Library.

Anda mungkin juga menyukai