Anda di halaman 1dari 8

INFECTION CONTROL

RISK ASSESMENT
( ICRS=ICRS PENYAKIT
DAN PEMBANGUNAN)
DISUSUN OLEH KELOMPOK 4

1.ANDREAS PAKAIMU
2.AMBROSIUS VIKTOR GIRING
3. YUNUS AMENDA
4.ANDREAS YAMANG BEAGAIMU.
INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT
(ICRA)

• Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan


fasilitas pelayanan kesehatan merupakan suatu upaya
kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya
infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat
sekitar rumah sakit. Pengendalian infeksi harus dilaksanakan
oleh semua rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya. Salah satu program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) adalah kegiatan menilai risiko infeksi.
LANJUTAN…..
• Infection Control Risk Assessment (ICRA) adalah sebuah kegiatan
dalam rangka  peningkatan mutu pelayanan rumah sakit untuk
menilai dan mengontrol risiko infeksi di rumah sakit baik itu
dilakukan per unit bagian/instalasi maupun dapat dilakukan
secara keseluruhan di rumah sakit. Infection Control Risk
Assessment (ICRA) merupakan suatu sistem pengontrolan
pengendalian infeksi yang terukur dengan melihat kontinuitas dan
probabilitas aplikasi pengendalian infeksi di lapangan berbasiskan
hasil yang dapat dipertanggungjawabkan, mencakup penilaian
beberapa aspek penting pengendalian infeksi seperti kepatuhan
cuci tangan, pencegahan penyebaran infeksi, manajemen
kewaspadaan kontak, dan pengelolaan resistensi antibiotik.
LANJUTAN…..
• ICRA adalah suatu proses berkesinambungan yang memiliki fungsi
preventif dalam peningkatan mutu pelayanan. Menurut definisi
APIC (Association for Professionals In Infection Control and
Epidemiology), ICRA merupakan suatu perencanaan proses dan
bernilai penting dalam menetapkan program dan pengembangan
kontrol infeksi. Proses ini berdasarkan kontinuitas surveilans
pelaksanaan regulasi jika terdapat perubahan dan tantangan di
lapangan. ICRA merupakan bagian proses perencanaan
pencegahan dan kontrol infeksi, sarana untuk mengembangkan
perencanaan, pola bersama menyusun perencanaan, menjaga
fokus surveilans dan aktivitas program lainnya, serta melaksanakan
program pertemuan reguler dan upaya pendanaan (Lardo, 2016).
Menurut Subhan (2011), kegiatan ICRA
ini bertujuan untuk :
1. Tercapainya perlindungan terhadap pasien, petugas dan
pengunjung rumah sakit dari risiko infeksi.
2. Tersusunnya data identifikasi dan grading risiko infeksi di
rumah sakit.
3.Tersedianya acuan penerapan langkah-langkah penilaian
risiko infeksi di rumah sakit.
4.Tersedianya rencana program pencegahan dan
pengendalian risiko infeksi di seluruh area rumah sakit.
LANJUTAN….
• Kegiatan ICRA ini sendiri merupakan salah satu kegiatan
yang penting dan luas dalam program pengendalian infeksi,
dan suatu hal yang harus dilakukan untuk mencapai
keberhasilan dari program PPI di rumah sakit. Kegiatan ini
dimulai dari perencanaan program kegiatan, kepatuhan cuci
tangan, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), kewaspadaan
kontak dan isolasi, pencegahan penyebaran infeksi,
pengelolaan resistensi antibiotik, kegiatan surveillance
hingga kegiatan pengembangan dan renovasi rumah sakit.
LANJUTAN….
• Dengan adanya ICRA dapat menekan/mengurangi angka
kejadian Healthcare Associated Infections (HAIs) atau yang sering
dikenal dengan sebutan Infeksi Nosokomial, yaitu infeksi yang di
dapat oleh pasien saat  dirawat di fasilitas kesehatan dalam hal ini
rumah sakit. HAIs sendiri memiliki dampak yang sangat merugikan
baik itu kepada pasien dan keluarga pasien maupun kerugian bagi
rumah sakit. Kerugian yang ditimbulkan dapat berupa beban
kesehatan, ekonomi, sosial maupun lingkungan.
• Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan komitmen struktural
dan kultural organisasi rumah sakit. Pendekatan organisasi selain
dukungan personil juga pada pelaksanaan tahap-tahap kegiatan :
TAHAP TAHAPAN
1.Tahap pertama meliputi :
1. Menggambarkan faktor dan karakteristik yang meningkatkan risiko infeksi.
2. Karakteristik yang menurunkan risiko infeksi.
3. Menentukan adanya risiko infeksi.
4. Melaksanakan pertemuan untuk menentukan langkah dan tindakan lebih lanjut.

2.Tahap kedua adalah proses penilaian perencanaan penilaian risiko, standar, laporan
surveilans dan pengetahuan saat ini yang terkait dengan isu pengendalian infeksi.

3.Tahap ketiga adalah melaksanakan pertemuan untuk mengukuhkan komitmen dan


partisipasi, saat pelaksanaan diskusi, prioritas risiko, dan merencanakan kontrol
infeksi, sedangkan komitmen kultural merupakan suatu proses stimulasi setiap
petugas kontrol infeksi untuk konsisten meningkatkan kinerjanya. Pendekatan
kultural ini merupakan proses pemberdayaan berkesinambungan melalui proses
pelatihan dan pendidikan bahkan learning by doing.

Anda mungkin juga menyukai