MATA KULIAH : MANAJEMEN RESIKO DAN KEBIJAKAN KLINIS PADA PELAYANAN KESEHATAN
DAN KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahma-tNya
sehingga makalah tentang “ICRA (Infection Control Risk Assesment)” ini dapat terseleaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat guna menunjukkan partisipasi kami dalam
menyelesaikan tugas pembuatan makalah sebagai salah satu penunjang nilai mata kuliah
Manajemen Risiko dan Kebijakan Klinis Pada Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan Tak lupa
pula kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah akan datang.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infection
(HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia, termasuk
Indonesia. Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global health
Security Agenda (GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi
agenda yang di bahas. Hal ini menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak
secara langsung sebagai beban ekonomi negara.
Dengan adanya data surveilans mengenai HAIs, kebijakan dan program yang ada
di rumah sakit dapat dilakukan sebagai usaha pengendalian dan pencegahan infeksi serta
dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Di Asia, pengumpulan data surveilan
sangatlah jarang, dan hanya dilakukan di Negara-negara maju seperti Jepang, Taiwan,
Singapura dan Korea. (Ling, Apisarnthanarak and Madriaga, 2015). Prevalensi HAIs di
Indonesia yang merupakan bagian dari negaranegara berpendapatan menengah mencapai
7,1%.
Negara berpendapatan rendah dan menengah tidak memiliki sistem surveilans
infeksi nosokomial yang baik dan belum melaporkan data atau tidak memiliki data yang
representatif, oleh karena itu prevalensi HAIs di negara-negara berpendapatan rendah dan
menengah kemungkinan besar tidak mencerminkan data yang sebenarnya (WHO,2010).
Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan
kesehatan secara konsisten melaksanakan program PPI. Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap
kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat menerima
pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pelayanan
kesehatan, perawatan pasien tidak hanya dilayani di rumah sakit saja tetapi juga di
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan di rumah (home care)
1
2
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang berpusat di United
States telah mengeluarkan instrumen yang telah terstandar untuk menilai pengendalian
risiko infeksi. Instrumen tersebut adalah Infection Control Risk Assessment (ICRA) yang
merupakan bagian dari proses perencanaan program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) (APIC, 2011). Dengan adanya ICRA, rumah sakit dapat
mengambil kebijakan berdasarkan data yang dapat dipercaya.
B. Tujuan
1. Mengetahui mengenai pengertian ICRA dan renovasi
2. Mengetahui tujuan ICRA
3. Mengetahui peran Komite PPI
4. Mengetahui komponen ICRA
5. Mengetahui ICRA Renovasi
6. Memahami Ruang lingkup penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi
menggunakan metode icra
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Pengkajian Risiko Infeksi (Infection Control Risk Assesment/Icra)
Salah satu program dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan adalah melakukan pengkajian risiko.Pengkajian risiko sebaiknya dilakukan
setiap awal tahun sebelum memulai program dan dapat setiap saat ketika dibutuhkan.
Risiko adalah potensi terjadinya kerugian yg dapat timbul dari proses kegiatan
saat sekarang atau kejadian dimasa datang (ERM,Risk Management Handbook for
Health Care Organization).
Risk assessment merupakan suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses
secara rinci dan berurutan, baik kejadian yang aktual maupun yang potensial berisiko
ataupun kegagalan dan suatu yang rentan melalui proses yang logis, dengan
memprioritaskan area yang akan di perbaiki berdasarkan dampak yang akan di timbulkan
baik aktual maupun potensial dari suatu proses perawatan, pengobatan ataupun pelayanan
yang diberikan.
Pencatatan risiko adalah pencatatan semua risiko yang sudah diidentifikasi, untuk
kemudian dilakukan pemeringkatan (grading) untuk menentukan matriks risiko dengan
kategori merah, kuning dan hijau.
ICRA adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi,
pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas dan
program:
1. Fokus pada pengurangan risiko dari infeksi,
2. Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan fasilitas,
3
4
B. Tujuan ICRA
Tujuan dari Program ICRA adalah untuk meminimalkan risiko terjadinya Healthcare
Associated Infections (HAIs) kepada pasien yang dapat terjadi bila jamur atau bakteri
tersebar ke udara melalui debu atau air aerosolisasi selama konstruksi, renovasi, atau
proses pemeliharaan di area terdekat dan juga untuk mengontrol penyebaran debu dari
komponen bangunan selama renovasi.
risiko infeksi.
4) Tersedianya rencana program pencegahan dan pengendalian risiko infeksi di seluruh area
rumah sakit
C. Komponen ICRA
5
b. Internal
1. Risiko terkait pasien : Jenis kelamin, usia, populasi kebutuhan khusus
6
Kebersihan tangan
3. Risiko terkait pelaksanaan prosedur
Prostesa
Pembangunan / renovasi
Kelengkapan peralatan
Pembersihan lingkungan
1) Identifikasi risiko
Proses manajemen risiko bermula dari identifikasi risiko dan melibatkan:
a) Penghitungan beratnya dampak potensial dan kemungkinan frekuensi munculnya
risiko.
2) Analisa risiko
a) Mengapa hal ini terjadi ?
e) Apa dampak yang paling mungkin terjadi jika tindakan yang sesuai tidak
dilakukan ?
3) Kontrol risiko
a) Mencari strategi untuk mengurangi risiko yang akan mengeliminasi atau
mengurangi risiko atau mengurangi kemungkinan risiko yang ada menjadi
masalah.
b) Menempatkan rencana pengurangan risiko yang sudah disetujui pada masalah.
4) Monitoring risiko
a) Memastikan rencana pengurangan risiko dilaksanakan.
b) Hal ini dapat dilakukan dengan audit dan atau surveilans dan memberikan umpan
balik kepada staf dan manajer terkait.
8
Pemeringkatan (grading) untuk menentukan matriks risiko dengan kategori merah, kuning
dan hijau. Pemeringkatan (grading) dalam bentuk table sebagai berikut:
10
11
Untuk Kasus yang Membutuhkan Penanganan Segera Tindakan sesuai Tingkat dan Band Risiko
12
13
b. Kontrol bau,
c. Mengeluarkan udara yang tercemar,
d. Memfasilitasi penanganan udara untuk melindungi petugas dan pasien dari
patogen airborne, dan
e. Mememinimalkan risiko transmisi patogen udara dari pasien infeksi. Sistem
HVAC mencakupudara luar inlet, filter, mekanisme modifikasi kelembaban
(misalnya kontrol kelembaban musim panas, kelembaban musim dingin),
pemanas dan pendingin peralatan, exhaust, diffusers, atau kisi-kisi untuk distribusi
udara. Penurunan kinerja sistem fasilitas kesehatan HVAC, inefisiensi filter,
pemasangan yang tidak benar, dan pemeliharaan yang buruk dapat berkontribusi
pada penyebaran infeksi airborne.
G. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi atau konstruksi
menggunakan metode ICRA adalah:
1. Identifikasi Tipe Proyek Konstruksi
Tahap pertama dalam kegiatan ICRA adalah melakukan identifikasi tipe proyek
konstruksi dengan menggunakan Tabel 10.Tipe proyek konstruksi ditentukan
berdasarkan banyaknya debu yang dihasilkan, potensi aerosolisasi air, durasi kegiatan
konstruksi, dan sistem sharing HVAC.
15
16
KESIMPULAN
Kejadian HAIs dapat dicegah bila fasilitas pelayanan kesehatan secara konsisten
melaksanakan program PPI. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk
memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap kemungkinan tertular infeksi dari
sumber masyarakat umum dan disaat menerima pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas
kesehatan.
Dengan adanya ICRA, rumah sakit dapat mengambil kebijakan berdasarkan data yang
dapat dipercaya.
22
Daftar Pustaka
https://linisehat.com/download-peraturan-menteri-kesehatan-republik-indonesia-nomor-27-
tahun-2017-pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-fasilitas-kesehatan/ diunduh tanggal
26 Juni 2019 jam 20.00 wib
Yunus Waedanela. 2018. Modul Pelatihan IPCN lanjutan ed.I. Jakarta : HIPPII
23