Anda di halaman 1dari 26

ICRA (Infection Control Risk Assesment)

MATA KULIAH : MANAJEMEN RESIKO DAN KEBIJAKAN KLINIS PADA PELAYANAN KESEHATAN

DAN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

DIANA BANTARA MUNTI (20180000020)

EGGIE DWINUARISHA (20180000017)

EKA WIGYAWATI (20180000030)

FITRIA NINGSIH 20180000026)

HARIANA ERDEWI (20180000032)

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU TAHUN 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahma-tNya

sehingga makalah tentang “ICRA (Infection Control Risk Assesment)” ini dapat terseleaikan

tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat guna menunjukkan partisipasi kami dalam

menyelesaikan tugas pembuatan makalah sebagai salah satu penunjang nilai mata kuliah

Manajemen Risiko dan Kebijakan Klinis Pada Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan Tak lupa

pula kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah akan datang.

Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan manfaat kepada pembaca


sebagai bekal selanjutnya. Dan tentunya makalah ini masih sangat jauh dari
sempurna. Untuk itu kepada dosen saya mintamasukannya demi perbaikanpembuatan makalah k
ami di masa yang akan datang.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... .........ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar belakang......................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................................3
A. Pengertian.............................................................................................................................3
B. Tujuan ICRA.........................................................................................................................4
C. Komponen ICRA..................................................................................................................4
D. PERAN KOMITE PPI..........................................................................................................5
E. Infection Control Risk Assessment, terdiri dari:...................................................................5
F. Infection Control Risk Assessmen Renovasi/Pembangunan Gedung Baru.........................12
G. RUANG LINGKUP........................................................................................................13
BAB III..........................................................................................................................................21
KESIMPULAN..............................................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infection
(HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia, termasuk
Indonesia. Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global health
Security Agenda (GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi
agenda yang di bahas. Hal ini menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak
secara langsung sebagai beban ekonomi negara.

Dengan adanya data surveilans mengenai HAIs, kebijakan dan program yang ada
di rumah sakit dapat dilakukan sebagai usaha pengendalian dan pencegahan infeksi serta
dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Di Asia, pengumpulan data surveilan
sangatlah jarang, dan hanya dilakukan di Negara-negara maju seperti Jepang, Taiwan,
Singapura dan Korea. (Ling, Apisarnthanarak and Madriaga, 2015). Prevalensi HAIs di
Indonesia yang merupakan bagian dari negaranegara berpendapatan menengah mencapai
7,1%.
Negara berpendapatan rendah dan menengah tidak memiliki sistem surveilans
infeksi nosokomial yang baik dan belum melaporkan data atau tidak memiliki data yang
representatif, oleh karena itu prevalensi HAIs di negara-negara berpendapatan rendah dan
menengah kemungkinan besar tidak mencerminkan data yang sebenarnya (WHO,2010).
Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan
kesehatan secara konsisten melaksanakan program PPI. Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap
kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat menerima
pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pelayanan
kesehatan, perawatan pasien tidak hanya dilayani di rumah sakit saja tetapi juga di
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan di rumah (home care)

1
2

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang berpusat di United
States telah mengeluarkan instrumen yang telah terstandar untuk menilai pengendalian
risiko infeksi. Instrumen tersebut adalah Infection Control Risk Assessment (ICRA) yang
merupakan bagian dari proses perencanaan program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) (APIC, 2011). Dengan adanya ICRA, rumah sakit dapat
mengambil kebijakan berdasarkan data yang dapat dipercaya.

B. Tujuan
1. Mengetahui mengenai pengertian ICRA dan renovasi
2. Mengetahui tujuan ICRA
3. Mengetahui peran Komite PPI
4. Mengetahui komponen ICRA
5. Mengetahui ICRA Renovasi
6. Memahami Ruang lingkup penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi
menggunakan metode icra
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Pengkajian Risiko Infeksi (Infection Control Risk Assesment/Icra)
Salah satu program dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan adalah melakukan pengkajian risiko.Pengkajian risiko sebaiknya dilakukan
setiap awal tahun sebelum memulai program dan dapat setiap saat ketika dibutuhkan.
Risiko adalah potensi terjadinya kerugian yg dapat timbul dari proses kegiatan
saat sekarang atau kejadian dimasa datang (ERM,Risk Management Handbook for
Health Care Organization).

Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai


dan menyusun prioritas risiko, dan pengelolaannya dengan tujuan untuk menghilangkan
atau meminimalkan dampak yang ditimbulkan.

Risk assessment merupakan suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses
secara rinci dan berurutan, baik kejadian yang aktual maupun yang potensial berisiko
ataupun kegagalan dan suatu yang rentan melalui proses yang logis, dengan
memprioritaskan area yang akan di perbaiki berdasarkan dampak yang akan di timbulkan
baik aktual maupun potensial dari suatu proses perawatan, pengobatan ataupun pelayanan
yang diberikan.

Pencatatan risiko adalah pencatatan semua risiko yang sudah diidentifikasi, untuk
kemudian dilakukan pemeringkatan (grading) untuk menentukan matriks risiko dengan
kategori merah, kuning dan hijau.
ICRA adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi,
pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas dan
program:
1. Fokus pada pengurangan risiko dari infeksi,
2. Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan fasilitas,

3
4

3. Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan lingkungan perawatan, yang


memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.

ICRA merupakan pengkajian yang di lakukan secara kualitatif dan kuantitatif


terhadap risiko infeksi terkait aktifitas pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan serta mengenali ancaman/bahaya dari aktifitas tersebut.
Infection Control Risk Assessment (ICRA) merupakan suatu sistem pengontrolan
pengendalian infeksi yang terukur dengan melihat kontinuitas dan probabilitas pengendalian
infeksi di lapangan berbasiskan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan dan mencakup
penilaian beberapa aspek penting infeksi. ICRA dilaksanakan secara berkesinambungan dan
memiliki fungsi preventif dalam peningkatan mutu pelayanan (Lardo et al, 2016).

B. Tujuan ICRA
Tujuan dari Program ICRA adalah untuk meminimalkan risiko terjadinya Healthcare
Associated Infections (HAIs) kepada pasien yang dapat terjadi bila jamur atau bakteri
tersebar ke udara melalui debu atau air aerosolisasi selama konstruksi, renovasi, atau
proses pemeliharaan di area terdekat dan juga untuk mengontrol penyebaran debu dari
komponen bangunan selama renovasi.

Menurut (Subhan ,2011), kegiatan ICRA ini bertujuan untuk :


1) Tercapainya perlindungan terhadap pasien,petugas dan pengunjung rumah sakit dari

risiko infeksi.

2) Tersusunnya data identifikasi dan grading risiko infeksi di Rumah Sakit.

3) Tersedianya acuan penerapan langkah-langkah penilaian risiko infeksi di rumah sakit

4) Tersedianya rencana program pencegahan dan pengendalian risiko infeksi di seluruh area
rumah sakit

C. Komponen ICRA
5

Menurut ( Subhan,2015) Komponen metode ICRA meliputi:


1) Aspek standar prosedur operasional (SPO) bidang terkait.

2) Monitoring kelayakan fasilitas seperti : alat medik, non medik, kelayakan


bangunan, kebersihan lingkungan, pengelolaan limbah rumah sakit.

3) Edukasi dan kepedulian staf.

4) Penilaian infeksi terhadap dampak renovasi di rumah sakit (Subhan, 2015).

D. PERAN KOMITE PPI


Peran Komite PPI pada program ini antara lain :
1. Membuat Infection Control Risk Assessment (ICRA) dampak dari renovasi;
2. Mengembangkan ijin renovasi yang ditanda tangani oleh Ketua Komite PPI,
pimpinan/ departemen/ unit kerja dari pimpinan proyek;
3. Memberikan edukasi sebelum memulai pekerjaan pada penggunaan Personal
Protective Equipment (PPE/APD);
4. Melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi menggunakan check list.
5. Mengikuti pertemuan/rapat selama proses renovasi dengan seluruh tim.

E. Infection Control Risk Assessment, terdiri dari:


a. External

1. Terkait dengan komunitas: Kejadian KLB dikomunitas yang berhubungan dengan


penyakit menular: influenza, meningitis.

2. Penyakit lain yg berhubungan dengan kontaminasi pada makanan, air seperti


hepatitis A dan salmonela.

3. Terkait dengan bencana alam : tornado, banjir, gempa, dan lain-lain.

4. Kecelakaan massal : pesawat, bus, dan lain-lain.

b. Internal
1. Risiko terkait pasien : Jenis kelamin, usia, populasi kebutuhan khusus
6

2. Risiko terkait petugas kesehatan


 Kebiasaan kesehatan perorangan
 Budaya keyakinan tentang penyakit menular

 Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit

 Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (Kebersihan tangan, pemakaian


APD , tehnik isolasi),

 Skrening yang tidak adekuat terhadap penyakit menular

 Kebersihan tangan
3. Risiko terkait pelaksanaan prosedur

 Prosedur invasif yang dilakukan

 Peralatan yang dipakai

 Pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu tindakan

 Persiapan pasien yang memadai

 Kepatuhan terhadap tehnik pencegahan yang direkomendasikan


4. Risiko terkait peralatan
Pembersihan, desinfektan dan sterilisasi untuk proses peralatan:
 Instrumen bedah

 Prostesa

 Pemrosesan alat sekali pakai

 Pembungkusan kembali alat

 Peralatan yang dipakai


5. Risiko terkait lingkungan

 Pembangunan / renovasi

 Kelengkapan peralatan

 Pembersihan lingkungan

Pengkajian Risiko Infeksi (Infection Control Risk Assesment/ICRA) terdiri dari 4


(empat) langkah, yaitu :
7

1) Identifikasi risiko
Proses manajemen risiko bermula dari identifikasi risiko dan melibatkan:
a) Penghitungan beratnya dampak potensial dan kemungkinan frekuensi munculnya
risiko.

b) Identifikasi aktivitas-aktivitas dan pekerjaan yang menempatkan pasien, tenaga


kesehatan dan pengunjung pada risiko.

c) Identifikasi agen infeksius yang terlibat, dan

d) Identifikasi cara transmisi.

2) Analisa risiko
a) Mengapa hal ini terjadi ?

b) Berapa sering hal ini terjadi ?

c) Siapa saja yang berkontribusi terhadap kejadian tersebut ?

d) Dimana kejadian tersebut terjadi ?

e) Apa dampak yang paling mungkin terjadi jika tindakan yang sesuai tidak
dilakukan ?

f) berapa besar biaya untuk mencegah kejadian tersebut ?

3) Kontrol risiko
a) Mencari strategi untuk mengurangi risiko yang akan mengeliminasi atau
mengurangi risiko atau mengurangi kemungkinan risiko yang ada menjadi
masalah.
b) Menempatkan rencana pengurangan risiko yang sudah disetujui pada masalah.

4) Monitoring risiko
a) Memastikan rencana pengurangan risiko dilaksanakan.
b) Hal ini dapat dilakukan dengan audit dan atau surveilans dan memberikan umpan
balik kepada staf dan manajer terkait.
8

Dalam bentuk skema langka-langkah ICRA digambarkan sebagai berikut:

Derajat keparahan dan frekuensi terjadinya masalah:


9

Pemeringkatan (grading) untuk menentukan matriks risiko dengan kategori merah, kuning
dan hijau. Pemeringkatan (grading) dalam bentuk table sebagai berikut:
10
11

SKOR : Nilai Probabilitas X Nilai Risiko/Dampak X Nilai Sistem yang ada

Untuk Kasus yang Membutuhkan Penanganan Segera Tindakan sesuai Tingkat dan Band Risiko
12
13

F. Infection Control Risk Assessmen Renovasi/Pembangunan Gedung Baru


Penilaian Risiko Dampak Renovasi atau Konstruksi yang dikenal sebagai Infection
Control Risk Assessment (ICRA) adalah suatu proses terdokumentasi yang dilakukan
sebelum memulai kegiatan pemeliharaan, perbaikan, pembongkaran, konstruksi, maupun
renovasi untuk mengetahui risiko dan dampaknya terhadap kualitas udara dengan
mempertimbangkan potensi pajanan pada pasien.
Sistem HVAC (heating, ventilation, air conditioning) adalah sistem pemanas,
ventilasi, dan pendingin udara di sarana pelayanan kesehatan yang dirancang untuk:
a. Menjaga suhu udara dan kelembaban dalam ruangan pada tingkat yang nyaman
untuk petugas, pasien, dan pengunjung;
14

b. Kontrol bau,
c. Mengeluarkan udara yang tercemar,
d. Memfasilitasi penanganan udara untuk melindungi petugas dan pasien dari
patogen airborne, dan
e. Mememinimalkan risiko transmisi patogen udara dari pasien infeksi. Sistem
HVAC mencakupudara luar inlet, filter, mekanisme modifikasi kelembaban
(misalnya kontrol kelembaban musim panas, kelembaban musim dingin),
pemanas dan pendingin peralatan, exhaust, diffusers, atau kisi-kisi untuk distribusi
udara. Penurunan kinerja sistem fasilitas kesehatan HVAC, inefisiensi filter,
pemasangan yang tidak benar, dan pemeliharaan yang buruk dapat berkontribusi
pada penyebaran infeksi airborne.

G. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi atau konstruksi
menggunakan metode ICRA adalah:
1. Identifikasi Tipe Proyek Konstruksi
Tahap pertama dalam kegiatan ICRA adalah melakukan identifikasi tipe proyek
konstruksi dengan menggunakan Tabel 10.Tipe proyek konstruksi ditentukan
berdasarkan banyaknya debu yang dihasilkan, potensi aerosolisasi air, durasi kegiatan
konstruksi, dan sistem sharing HVAC.
15
16

2. Identifikasi Kelompok Pasien Berisiko


Selanjutnya identifikasi Kelompok Pasien Berisiko (Tabel 11.) yang dapat terkena
dampak konstruksi. Bila terdapat lebih dari satu kelompok pasien berisiko, pilih
kelompok berisiko yang paling tinggi.Pada semua kelas konstruksi, pasien harus
dipindahkan saat pekerjaan dilakukan.

3. Menentukan Kelas Kewaspadaan dan intervensi PPI


Kelas Kewaspadaan ditentukan melalui pencocokan Kelompok Pasien Berisiko
(R,S,T,ST) dengan Tipe Proyek Konstruksi (A,B,C,D) berdasarkan matriks
pencegahan dan pengendalian infeksi.
17

4. Menentukan Intervensi Berdasarkan Kelas Kewaspadaan


Penentuan intervensi PPI dilakukan setelah Kelas Kewaspadaan diketahui. Apabila
Kelas Kewaspadaan berada pada Kelas III dan IV, maka diperlukan Perizinan Kerja
dari Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dan dilakukan identifikasi dampak
lain di daerah sekitar area proyek.
18
19
20
21

5. Identifikasi area di sekitar area kerja dan menilai dampak potensial


Pada Kelas Kewaspadaan III dan IV, perlu dilakukan identifikasi daerah sekitar area
proyek dan tingkat risiko lokasi tersebut. Identifikasi dampak potensial lain dapat
diketahui dengan mengisi Tabel 14.
BAB III

KESIMPULAN

Kejadian HAIs dapat dicegah bila fasilitas pelayanan kesehatan secara konsisten
melaksanakan program PPI. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk
memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap kemungkinan tertular infeksi dari
sumber masyarakat umum dan disaat menerima pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas
kesehatan.
Dengan adanya ICRA, rumah sakit dapat mengambil kebijakan berdasarkan data yang
dapat dipercaya.

22
Daftar Pustaka

https://linisehat.com/download-peraturan-menteri-kesehatan-republik-indonesia-nomor-27-
tahun-2017-pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-fasilitas-kesehatan/ diunduh tanggal
26 Juni 2019 jam 20.00 wib

http://mariaulfa.staff.umy.ac.id/2017/02/28/infection- control-risk-assesment- icra/ diunduh


tanggal 26 Juni 2019 jam 20.00

Yunus Waedanela. 2018. Modul Pelatihan IPCN lanjutan ed.I. Jakarta : HIPPII

23

Anda mungkin juga menyukai