Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BUDAYA MUTU

MUTU, MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN BUDAYA MUTU

Dosen Pengampu : Syarifah Masitah

Disusun Oleh :

Nurfitri Akhmad (1713201059)

Amalia Iswandini (1713201081)

Rafena Karolina (1713201026)

Tenezia Amanda Putri (1713201043)

ADMINISTRASI KEBIJAKAN & KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARKAT

UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM

SAMARINDA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb.

Dengan mengucap puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
ksrena dengan berkah, rahmat, karunia serta hidayah-Nyalah kami dapat
menyelesaikan Makalah tentang Mutu, Mutu Pelayanan Kesehatan, dan Budaya
Mutu ini.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Budaya Mutu. Untuk itu kami selaku penyusun sangat berterima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Terutama kepada Dosen Mata Kuliah yaitu Ibu Syarifah Masitah yang telah
memberikan bimbingannya sehingga Makalah ini dapat kami selesaikan tepat
pada waktunya.

Selaku penyusun kami sangat menyadari bahwa Makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi kami
selaku penyusun.

Wassalamualaikum. Wr.Wb

Samarinda, 12 Maret 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar.........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................

C. Tujuan...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Mutu ..........................................................................................

B. Mutu Pelayanan Kesehatan..........................................................................

C. Budaya Mutu................................................................................................

D. Bagaimana Mutu, Mutu Pelayanan Kesehatan, dan Budaya Mutu di


Aplikasikan dalam Instansi Kesehatan ............................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................

B. Saran.........................................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mutu adalah suatu perkataan yang sudah lazim digunakan, baik oleh
lingkungan kehidupan akademis ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Mutu
digunakan untuk menyatakan bahwa suatu barang atau jasa yang unggul,
mempunyai kelebihan, the best, top, dan lain-lain. Dengan istilah pemasaran
yang sederhana, mutu dapat diartikan bagaimana membuat konsumen agar
mau datang kembali, mau membeli lagi, atau dengan perkataan lain, mutu
adalah bagaimana menyediakan kebutuhan konsumen dengan barang atau
jasa yang terbaik mutunya.
Bagi lingkungan layanan kesehatan, mutu itu bukan lagi merupakan hal
baru. Setiap upaya peningkatan mutu layanan kesehatan harus dilakukan
secara berkesinambungan.
Setiap orang akan menilai mutu layanan kesehatan berdasarkan standar
atau karakteristik/kriteria yang berbeda-beda. Mutu layanan kesehatan bukan
sesuatu yang dapat memenuhi pasien/konsumen dengan biaya berapa saja,
harus selalu dihubungkan dengan penggunaan sumber daya yang efisien.
Kesimpulannya, mutu layanan kesehatan itu harus dapat memenuhi
kebutuhan pasien/konsumen, seperti yang ditentukan profesi layanan
kesehatan, dan harus pula memenuhi harapan pasien, tetapi dengan biaya
yang seefisien mungkin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Mutu?
2. Apakah yang dimaksud Mutu Pelayanan Kesehatan ?
3. Apakah Budaya Mutu itu?
4. Bagaimana Mutu, Mutu Pelayanan Kesehatan, dan Budaya Mutu di
Aplikasikan dalam Instansi Kesehatan?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Mutu

2. Untuk Mengetahui Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan

3. Untuk Mengetahui Tentang Budaya Mutu

4. Untuk Mengetahui Bagaimana Mutu, Mutu Pelayanan Kesehatan, dan


Budaya Mutu di Aplikasikan dalam Instansi Kesehatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mutu

Pada dasarnya mutu (quality) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan


performa secara terus-menerus (continuous performance improvement) pada
setiap level operasi atau proses dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi
dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.
(Vincent Gaspersz, 2001). Sistem mutu merupakan bagian dari praktek, tanggung
jawab, kebijakan, dan prosedur yang digunakan sebuah organisasi untuk
melaksanakan dan mempertahankan tingkatan mutu dalam produk, proses, dan
jasa.

Mutu adalah tingkat kesempurnaan dan penampilan sesuatu yang sudah


diamati ( Wnston Dictionary, 1956 ).

Menurut Donabedian 1980, Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu
progam, dan Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau jasa
yang didalamnya terkandung pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan
para pengguna ( DIN ISO 8402, 1986 )

Menurut Edward Deming (1940), Mutu adalah pelayanan yang dapat


memuaskan pelanggan, Menurut Joseph M. Juran (1954), bahwa mutu merupakan
kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Sedangkan
menurut Supriyanto & Wulandari (2011), mutu merupakan keseluruhan
karakteristik dan gambaran dari barang atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan pelanggan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa mutu adalah sesuatu yang digunakan


untuk menjamin tujuan atau luaran yang diharapkan dan mutu harus selalu
mengikuti perkembangan pengetahuan professional terkini agar dapat memuaskan
pelanggan.

Jadi , Mutu ( quality ) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan karakteristik


barang atau jasa yang menunjukkan kemampuan dalam memuaskan kebutuhan
konsumen, baik kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat.

Mutu atau kualitas (quality) memiliki definisi yang bervariasi dari yang
konvensional sampai yang lebih strategis. Definisi konvensional dari kualitas
biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk, seperti
performa (performance), keandalan (reliability), mudah dalam menggunakan,
estetika (esthetics), dan sebagainya. Definisi strategis dari kualitas adalah segala
sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the
needs of customers). (Vincent Gaspersz, 2001).

B. Mutu Pelayanan Kesehatan

Beberapa pengertian tentang mutu pelayanan kesehatan:

Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat atau tingkat kesempurnaan


pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan standar pelayanan
yang berlaku. mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari tiga sudut pandang
yaitu dari pihak pemakai jasa pelayanan, pihak penyelenggara pelayanan, dan
pihak penyandang dana mutu (Azwar,1996).

Mutu pelayanan kesehatan adalah Memenuhi dan melebihi kebutuhan


serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh
proses. Pelanggan meliputi pasien, keluarga, dan lainnya yang datang untuk
mendapatkan pelayanan dokter, karyawan (Mary R. Zimmerman,2011)

Mutu pelayanan kesehatan di puskesmas dan di rumah sakit adalah


produk akhir dari interaksi dan ketergantungan yang rumit antara berbagai
aspek komponen atau aspek pelayanan (Bustami, 2011).

Mutu pelayanan kesehatan merupakan gambaran total sifat dari suatu jasa
pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan kebutuhan kepuasan pasien (Kotler, 2005).

Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat


kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan
standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di
rumah sakit atau puskesmas secara wajar, effisien, dan efektif serta diberikan
secara aman dan menuaskan secara norma , etika, hukum dan sosial budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah , serta
masyarakat konsumen.

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang dimaksud (Azwar, 1996)


adalah :
1. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah
pelayanan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta
bersifat berkesinambungan (continuous). Artinya semua jenis
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah
dicapai oleh masyarakat.
2. Dapat diterima dan wajar
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang
dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar
(appropriate). Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak
bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan,
kepercayaan masyarakat dan bersifat wajar.
3. Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang
mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian
yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian
untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan
sarana kesehatan menjadi sangat penting.
4. Mudah dijangkau
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah
dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan di
sini terutama dari sudut biaya. Pengertian keterjangkauan di sini
terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan keadaan
seperti ini harus dapat diupayakan pendekatan sarana pelayanan
kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan
ekonomi masyarakat.
5. Bermutu
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang
bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai
jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
Selain itu mutu pelayanan kesehatan diartikan berbeda sebagai berikut :

1. Menurut pasien/ masyarakat empati , menghargai, dan tanggap sesuai


dengan kebutuhan dan ramah.
2. Menurut petugas kesehatan adalah bebas melakukan segala sesuatu
secara profesional sesuai dengan ilmu pengetahuan, keterampilan ,
dan peralatan yang memenuhi standar.
3. Menurut manajer / administrator adalah mendorong manager untuk
mengatur staf dan pasien/ masyarakat yang baik.
4. Menurut yayasan atau pemilik adalah menuntut pemilik agar memiliki
tenaga profesional yang bermutu dan cukup.

Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi tentang masalah peayanan


kesehatan seharusnya pedoman yang dipakai adalah hakekat dasar dari
diselenggaranya pelayanan kesehatan tersebut. Yang dimaksud hakekat dasar
tersebut adalah memenuhi kebutuhan dan tuntunan para pemakai jasa
pelayanan kesehatan yang apabila berhasil dipenuhi akan menimbulkan rasa
puas ( client satisfaction ) terhadap pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.

Jadi yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk


pada ringkat pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri
setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu
pelayanan kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan
keputusan ini telah diterima secara luas , namun penerapannya tidaklah
semudah yang diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karena
kepuasan tersebut bersifat subjektif. Tiap orang, tergantung dari kepuasan
yang dimiliki, dapat saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu
mutu pelayanan kesehatan yang sama. Disamping itu sering pula ditemukan
pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien, namun
ketika ditinjau dari kode etik serta standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap
tidak terpenuhi.

Kesimpulan, Jadi mutu pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat


kesempurnaan pelayanan kesehatan, di mana di satu pihak dapat
menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan
rata- rata penduduk, akan tetapi di pihak lain dalam tatacara
penyelenggaraannya juga sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan.

C. Budaya Mutu

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya (cultural) diartikan


sebagai: pikiran; adat istiadat; suatu yang sudah berkembang; sesuatu yang
menjadi kebiasaan yang sukar diubah. 

Istilah “budaya” mula-mula datang dari disiplin Ilmu Antropologi


Sosial. Apa yang tercakup dalam definisi budaya sangatlah luas. Istilah budaya
dapat diartikan sebagai totalitas pola perilaku, kesenian, kepercayaan,
kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan pemikiran manusia yang
mencirikan kondisi suatu masyarakat atau penduduk yang ditransmisikan
bersama.
Quality Culture (budaya mutu) adalah tingkat kesiapan, komitmen, dan
kumpulan sikap dan kebiasaan dari suatu perusahaan berkenaan dengan
masalah mutu.
Menurut Kujala dan Ullrank (2004), untuk memahami pengertian
budaya mutu hendaknya dipahami dahulu akar dari dari budaya mutu yaitu
budaya organisasi, karena budaya mutu merupakan subset dari budaya
organisasi. Menurut Robbins (2001), budaya organisasi merupakan system
makna Bersama terhadap nilai-nilai primer yang dianut Bersama dan dihargai
organisasi, yang berfungsi menciptakan pembedaan yang jelas antara satu
organisasi dengan organisasi yang lainnya, menciptakan rasa identitas bagi
para anggota organisasi, mempermudah timbulnya komitmen kolektif terhadap
organisasi, meningkatkan kemantapan system social, serta menciptakan
mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu membentuk sikap dan
perilaku para anggota organisasi.
Sedangkan menurut Goestch D.L dan Davis D.L (2002), budaya mutu
adalah system nilai organisasi yang menghasilkan suatu lingkungan yang
kondusif bagi pembentukan dan perbaikan mutu secara terus menerus. Budaya
mutu terdiri dari filosofi, keyakinan, sikap, norma, tradisi, prosedur, dan
harapan yang meningkatkan kualitas.
D. Bagaimana Mutu, Mutu Pelayanan Kesehatan, dan Budaya Mutu di
Aplikasikan dalam Instansi Kesehatan
1. puskesmas
Puskesmas merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang
bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif di suatu wilayah kerja. Puskesmas
sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan
kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, baik secara sosial maupun ekonomi. Puskesmas merupakan salah
satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjalankan
fungsinya sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) serta bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan di wilayah kerjanya.
Berdasarkan Permenkes No. 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi pada bagian lampiran I Standar Akreditasi
Puskesmas menyebutkan bahwa agar Puskesmas dapat menjalankan
fungsinya secara optimal perlu dikelola dengan baik mulai dari sumber daya
yang digunakan, proses pelayanan hingga kinerja pelayana sebab masyarakat
menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, serta dapat
menjawab kebutuhan mereka. Oleh karena itu upaya peningkatan mutu,
manajemen risiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam
pengelolaan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif kepada masyarakat melalui upaya pemberdayaan masyarakat
dan swasta (Permenkes, 2015)
Keselamatan pasien menurut Permenkes RI No. 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien adalah sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman,
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya,
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
Upaya Keselamatan Pasien yang diterapkan oleh puskesmas bertujuan
untuk meningkatkan mutu pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan melalui
penerapan manajemen risiko yang diterapkan ke seluruh aspek pelayanan
yang disediakan Puskesmas Selain itu, upaya keselamatan pasien juga
menjamin bahwa seluruh tindakan dalam pelayanan kesehatan dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan minimal dan kode etik profesi tenaga
kesehatan.

2. Rumah sakit

Six Sigma adalah sebuah metode ilmiah yang digunakan untuk


memecahkan berbagai masalah di bidang industri dan bisnis. Six Sigma
berorientasi pada proses serta mendegah terjadinya kegagalan dalam proses
pelayanan tersebut. Six Sigma juga merupakan suatu program untuk
meningkatkan kualitas, di mana terdapat proses pengukuran, investigasi,
analisis, dan evaluasi dari suatu masalah.
Dalam bidang pelayanan kesehatan, penerapan Six Sigma telah
dilaporkan dapat mempersingkat waktu kunjungan pasien di rumah sakit,
meningkatkan mutu pelayanan, dan berkontribusi pada proses administrasi
yang lebih efisien (Heuvel and Does, 2004). Aplikasi praktik dari Six Sigma
dalam pelayanan kesehatan telah dijelaskan oleh Van Heuvel et al. (2004),
serta Woodard (2005). Stahl and B. Schultz (2003) berargumen bahwa proses
dalam bidang layanan kesehatan seringkali desainnya lebih sederhana
dibandingkan dengan proses industri.

Salah satu organisasi layanan kesehatan pertama selain di Amerika


Serikat yang menerapkan Six Sigma adalah Red Cross Hospital di Beverwijk,
Belanda, dengan asistensi terhadap Institute for Business and Industrial
Statistics di the University of Amsterdam: total penghematan sebesar 1,2
miliar dolar dilaporkan setelah tiga tahun penerapan (Heuvel and Does, 2004)

Six Sigma terbukti dapat meningkatkan kualitas suatu sistem. Selain


mampu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit, Six Sigma
juga mampu menekan biaya pengeluaran dari rumah sakit tersebut. Di
samping itu, kualitas manajemen organisasi kesehatan dapat meningkat
dengan diterapkannya Six Sigma. Organisasi kesehatan pun mendapatkan
keuntungan dengan penerapan Six Sigma ini berupa penghematan biaya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mutu ( quality ) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan


karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuan dalam
memuaskan kebutuhan konsumen, baik kebutuhan yang dinyatakan
maupun kebutuhan yang tersirat. Sedangkan, Mutu pelayanan kesehatan
yaitu pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap jasa pemakai
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata- rata
penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik
profesi. Dan, Budaya mutu adalah tingkat kesiapan, komitmen, dan
kumpulan sikap dan kebiasaan dari suatu perusahaan atau organisasi
berkenaan dengan masalah mutu.

B. Saran

Alhamdulillah kami panjatkan sebagai implementasi rasa syukur kami


atas selesainya makalah tentang Mutu, Mutu Pelayanan Kesehatan, dan
Budaya Mutu ini. Namun, dengan selesainya bukan berarti telah sempurna,
karena kami sebagai manusia, sadar bahwa dalam diri kami tersimpan
berbagai sifat kekurangan dan ketidak sempurnaan yang tentunya sangat
mempengaruhi terhadap kinerja kami.

Oleh karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun dari
pembaca sangat kami perlukan guna penyempurnaan dalam tugas berikutnya
dan dijadikan suatu pertimbangan dalam setiap langkah sehingga kami terus
termotivasi ke arah yang lebih baik dan semoga makalah kami ini bermanfaat
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Pohan, Imbalo. S. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC
Sugian O, Syahu. 2006. Kamus Manajemen (Mutu). Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Ronal A, Manilian, Simanjuntak, dan Skarlet Sinta Suawa. 2014. Analisis
Manajemen Mutu dan Pengaruhnya dalam Meningkatkan Kinerja
Operasional Bangunan Gedung Tinggi Perkantoran di Jakarta Pusat. Jurnal
Ilmiah Media Engineering, 4(2).
Azwar. Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara.
Jakarta.1996.
Nurcahyanti, Eka, Happy Setiawan. 2017. STUDI HUBUNGAN ANTARA MUTU
PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI UNIT
PELAYANAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BHAKTI
DHARMA HUSADA KOTA SURABAYA. Surabaya : STIKES Yayasan
Rumah Sakit Dr. Soetomo
Departemen Pedidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Balai Pustaka,1997.

Ulumiyah, Nurul, Hidayatul. 2018. MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN


KESEHATAN DENGAN PENERAPAN UPAYA KESELAMATAN
PASIEN DI PUSKESMAS. Jawa Timur : Universitas Airlangga

Nurcahyanti, Eka, dan Happy Setiawan. 2017. Studi Hubungan Antara Mutu
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada. Jurnal
Manajemen Kesehatan, 3(1): 15-30

Goetsch D.L dan Davis D.L (2002). Introduction to Total Quality: Quality
Management for Production, Process, and Service. Edisi Terjemahan. Alih
Bahasa oleh Benyamin Molan, Manajemen Mutu Total: Manajemen Mutu
untuk Produksi, Pengelolaan, dan Pelayanan. Jilid I. Jakarta: PT. Prenhalindo
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015) Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas,
Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri
Dokter Gigi. Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017) Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai