Anda di halaman 1dari 54

PELAKSANAAN HAND HYGIENE OLEH TENAGA KESEHATAN DI RUANG

BERSALIN PASCA AKREDITASI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KASIH IBU

MANADO

LAPORAN RESIDENSI

PROGRAM STUDI
MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

KONSENTRASI
ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

Oleh
Virgin Enjel Pioh
18202111024

PROGAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Permenkes 012 tahun 2012, akreditasi adalah pengakuan yang diberikan kepada

rumah sakit karena telah berupaya meningkatkan mutupelayanan secara berkesinambungan.

Pengakuan ini diberikan oleh lembaga independen yangbertugas melakukan akreditasi dan

sudah memperoleh pengakuan dari Menteri Kesehatan.Lembaga independen yang bertugas

melakukan akreditasi terhadap rumah sakit di Indonesiaadalah Komisi Akreditasi Rumah sakit

(KARS).1 Akreditasi merupakan strategi utama peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang

telah diinisiasi sejak tahun 1995. Visi KARS adalah ‘Menjadi Badan Akreditasi yang Memiliki

Kredibilitas Tinggi di Tingkat Nasional dan Internasional”. Untuk mencapai visi tersebut,

KARS memiliki misi untuk:membimbing dan membantu rumah sakit untuk meningkatkan

mutu pelayanan dan keselamatan pasien melalui akreditasi; serta memperoleh pengakuan

internasional sebagai badan akreditasi berkelas internasional oleh ISQua dan memperoleh

pengakuan masyarakat baik ditingkat nasional maupun internasional.2

Menurut Lumenta (2003) akreditasi sangat berkaitan erat dengan mutu pelayanan yang

diberikanrumah sakit. Artinya jika akreditasi dilakukan dengan baik, maka akan terjadi

peningkatan mutupelayanan rumah sakit. Adanya kewajiban untuk melakukan akreditasi

terhadap pelayanan yang diberikan mendorong hampir semua rumah sakit untuk melaksanakan

program tersebut, apalagi pemerintah juga memberikan kewajiban kepada pemerintah pusat

dan daerah untuk mendukungrumah sakit yang ada di daerahnya ketika melakukan akreditasi.
1
Sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit mempunyai

peran penting dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Ketentuan akreditasi

sebagai salah satu kewajiban rumah sakit harus dilakukan setiap minimal 1 kali dalam tiga

tahun seperti yang tercantum dalam undang-undang no. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit

pasal 40 ayat 1. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keselamatan

pasien. Hampir setiap tindakan medis di rumah sakit memliki risiko yang perlu antisipasi

seawal mungkin. Begitu banyak orang dan profesi terlibat dalam penanganan pasien.

Kegagalan dalam pengelolaan terhadap kondisi tersebut, dapat meningkatkan risiko kejadian

tidak diharapkan di rumah sakit.3

Menurut manadawati (2018), perawat memiliki persepsi positif terhadap pelaksanaan

akreditasi rumah sakit. Perawat berpendapat bahwa akreditasi mendorong perawat untuk lebih

memperhatikan upaya keselamatan pasien di rumah sakit, diantaranya penerapan standar

operasional prosedur yang lebih baik dalam upaya pencegahan infeksi, mobilisasi pasien,dan

asuhan keperawatan. Selain itu akreditasi juga mendorong perawat melakukan

pendokumentasian secara lengkap, mendorong perawat melakukan pendidikan kesehatan

kepada pasien dan keluarga secara intensif serta mendorongdokumentasi yangterintegrasi

sehingga menimbulkan komunikasi antar tim kesehatan yang merawat pasien.1

Instrumen Survei Standar Nasioanl Akeditasi Rumah Sakit Edisi I Tahun 2018 oleh

Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dalam Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) pada

sasaran yang ke lima mengenai Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan menjelaskan

bahwa Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk menggunakan dan melaksanakan “evidenc-

based hand hygiene guidelines” untuk menurunkan risiko infeksi terkait layanan kesehatan,

yang sesuai dengan ketentuan PPI.4 Upaya terpenting menghilangkan masalah infeksi ini dan

infeksi lainnya adalah dengan menjaga kebersihan tangan melalui cuci tangan. Pedoman

kebersihan tangan (hand hygiene) tersedia dari World Health Organization (WHO). Rumah
sakit mengadopsi pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) dari WHO ini untuk

dipublikasikan di seluruh rumah sakit. Staf diberi pelatihan bagaimana melakukan cuci tangan

dengan benar dan prosedur menggunakan sabun, disinfektan, serta handuk sekali pakai (towel),

tersedia di lokasi sesuai dengan pedoman. Dalam elemen penilaian PPI 9, Rumah Sakit

menetapkan regulasi hand hygiene yang mencakup kapan, di mana, dan bagaimana melakukan

cuci tangan mempergunakan sabun (handwash) dan atau dengan disinfektan (hand rubs) serta

ketersediaan fasilitas hand hygiene. (R) Sabun, disinfektan, serta tissu/handuk sekali pakai

tersedia di tempat cuci tangan dan tempat melakukan disinfeksi tangan. (O) Hand hygiene

sudah dilaksanakan dengan baik. (S,O) Ada bukti pelaksanaan pelatihan hand hygiene kepada

semua pegawai termasuk tenaga kontrak. (D,W).5

Perilaku hand hygiene merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar

terhadap pencegahan terjadinya infeksi yang berkembang di rumah sakit atau biasa disebut

infeksi nosokomial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hand hygiene bisa menurunkan

kejadian infeksi nosokomial (INOS). Kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan kegiatan

hand hygiene dapat menurunkan angka INOS sebanyak 40%. Dalam jurnal Bagus (2015),

terdapat 12 langkah hand hygiene yaitu basuh tangan dengan air, tuangkan sabun secukupnya,

ratakan dengan telapak tangan, gosok punggung dan sela-sela jari, gosok telapak tangan dan

sela-sela jari, jari-jari dalam saling mengunci, gosok ibu jari memutar, gosok ujung jari

memutar dalam telapak tangan, bilas tangan dengan air, keringkan dengan handuk sekali pakai,

gunakan handuk untuk menutup kran air, lakukan prosedur dalam 40-60 detik. Sedangkan

moment kepatuhan hand hygiene terdapat 5 moment yaitu sebelum kontak dengan pasien,

sesudah kontak dengan pasien, sebelum tindakan asepsis, sesudah terkena cairan tubuh pasien,

sesudah kontak dengan area sekitar pasien.6


Berdasarkan hasil observasi di IGDRumah Sakit “X” oleh Bagus (2015) dengan

menggunakan lembar observasi dan check list, hampir semua pelaksanaan langkah-langkah

dan momen cuci tangan belum dilaksanakan dengan tepat. Untuk pelaksanaan langkah-langkah

cuci tangan, persentase ketepatannya hanya 67%, sedangkan untuk momen cuci tangan

persentasenya adalah 0%. Rendahnya ketepatan langkah-langkah kegiatan hand hygiene

mungkin disebabkan oleh kurangnya pengetahuan petugas kesehatan terkait langkah-langkah

kegiatan hand hygiene.6

Chou et al (2010) mengatakan bahwa penerapan hand hygiene oleh perawat belum

sepenuhnya dijalankan dengan baik oleh petugas. Sama halnya dengan yang ada di American

Journal of Infection Controle mengemukakan bahwa kebersihan tangan adalah metode terbaik

untuk mencegah penularan infeksi dalam perawatan kesehatan. Kepatuhan petugas kesehatan

dalam melakukan hand hygiene dengan teknik enam langkah dan waktu lima momen (five

moments) di rawat inap merupakan salah satu indikator mutu area sasaran patient safety yang

ada pada Standar Pelayanan Minimal (SPM). Menurut Depkes RI (2013) petugas kesehatan

harus menerapkan five moments for hand hygiene, yaitu: sebelum menyentuh pasien, sebelum

melakukan prosedur kebersihan atau aseptik, setelah berisiko terpajan cairan tubuh, setelah

bersentuhan dengan pasien, dan setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien, termasuk

permukaan atau barang-barang yang tercemar. Sedangkan untuk enam langkah cuci tangan

adalah : 1) menggosok bagian dalam telapak tangan, 2) menggosok punggung tangan

bergantian, 3) menggosok sela-sela jari tangan, 4) menggosok ruas jari tangan dengan

mengkaitkan kedua tangan, 5) menggosok ibu jari tangan bergantian, dan 6) menggosok ujung

jari tangan.7

Dalam penelitian Ningsih (2017), kegiatan menunjukkan pada pelaksanaan kegiatan

hand hygiene didapatkan nilai presentase petugas kesehatan yaitu perawat yang tidak

melakukan kegiatan hand hygiene dalam kegiatan five moments terdapat pada kegiatan
sesudah melakukan kontak dengan cairan tubuh pasien, sebagian besar tidak melakukan hand

higiene dilakukan oleh perawat sebanyak 39%. ketidak patuhan pelaksanaan kegiatan hand

hygienedalam kegiatan five moments disebabkan karena media yang digunakan kurang

memadai seperti campuran air pada sabun yang terlalu banyak, tisu yang jarang tersedia,

antiseptik berbasis alkohol murni sehingga menimbulkan bau yang menyengat dan terasa panas

ditangan serta lengket.7

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh pitted (2001) menyatakan bahwa salah satu

kendala dalam ketidak patuhan terhadap hand hygiene adalah sulitnya mengakses tempat cuci

tangan atau persediaan alat lainnya yang digunakan untuk melakkan hand hygiene. Kemudahan

dalam mengakses persediaan alat-alat untuk melakkan hand hygiene, bak cuci tanga, sabun

atau alkohl jell adalah sangat penting untuk membuat kepatuahn menjadi optimal sesuai

standar.8

Untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi dibutuhkan pendidikan

dan pelatihan baik terhadap seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) fasilitas pelayanan

kesehatan maupun pengunjung dan keluarga pasien. Salah satu ketentuan pendidikan dan

pelatihan bagi Staf Fasilitas Pelayanan Kesehatan yaitu semua staf non pelayanan di fasilitas

pelayanan kesehatan harus dilatih dan mampu melakukan upaya pencegahan infeksi meliputi

hand hygiene, etika batuk, penanganan limbah, APD (masker dansarung tangan) yang sesuai.9

Pencapaian tujuan persalinan dapat berlangsung secara efektif jika manajemen persalinan

dilakukan dengan baik. Karena manajemen merupakan ilmu atau seni tentang penggunaan

sumber daya secara efisien, efektifdan rasional untuk mencapai tujuan, yaitupersalinan yang

efektif dan efisien tanpa komplikasi. Manajemen persalinan bertujuan untuk memberikan

asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang

bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan bayi.10 Upaya melakukan

asuhan pada ibu bersalin, proses persalinan dilakukan dengan cara mengawasi kondisi ibu dan
janinnya agar dapat diketahui adanya komplikasi sedini mungkin, maka asuhan kebidanan

dilakukan dengan memberikan pelayanan kepada ibu bersalin dengan pendekatan manajemen

kebidanan. Berdasarkan manajemen asuhan kebidanan Varney terdapat 7 langkah, yaitu :

Pengumpulan Data Dasar, Interpretasi Data Dasar, Diagnosa Potensial, Tindakan Segera,

Menyusun Rencana, Melaksanakan Secara Menyeluruh Asuhan Kebidanan serta

Mengevaluasi Keberhasilannya.11 Dalam tujuh langkah ini dilakukan kontak berulang oleh

petugas kesehatan terhadap pasien, guna mengawasi kondisi ibu dan janin untuk mengetahui

bila ada komplikasi sedini mungkin. Oleh sebab itu , penting bagi seluruh petugas kesehatan

untuk melakukan hand hygiene demi mencegah terjadinya infeksi bagi ibu dan janin.

Akreditasi rumah sakit mempunyai dampak positif terhadap kualitas perawatan yang

diberikan kepada pasien dan kepuasan pasien (Yildiz, 2014). Penerapan standar akreditasi

mendorong perubahan pelayanan rumah sakit yang lebih berkualitas dan peningkatan kerja

sama antara displin profesi dalam perawatan pasien.3 Pada penerapannya, salah satu penilaian

Standar Nasional Akreditasi RS tahun 2018 yaitu mengurangi resiko infeksi pelayanan

kesehatan dalam hal ini dengan melakukan hand hygiene. 4 Dari beberapa penelitian yang ada,

kepatuhan hand hygiene oleh petugas kesehatan masih rendah. Hal ini didasari dengan

berbagaialasan salah satunyaadalah karena terlalu sibuk dan cuci tangan sangat

menghabiskanbanyak waktu. Beban kerja tenaga kesehatan seperi kondisi yang perlu segera

ditangani (urgent care) merupakan salah satu alasan utama ketidak patuhan petugas kesehatan

dalam melakukan kegiatan hand hygiene.6 Sepeti yang diketahi, pelaksanaan hand hygiene

yang benar teknik dan waktunya dapat mencegahan penyakit baik dari petugas kesehatan

kepada pasien, dari pasien kepada petugas kesehatan, ataupun dari pengunjung lain. Hand

hygiene haru diterapkan karena tangan sering menjadi agen yag membawa kuman dan

menyebakan pathogenberpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung

ataupun kontak tidak langsung. 7


Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kasih Ibu Manado merupakan salah satu Rumah

Sakit Swasta yang diharapakan mampu memberikan pelayanan rumah sakit yang baik dan

memuaskan bagi masyarakat. Dalam perkembangannya, Rumah Sakit ini mampu memberikan

kemajuan dengan berbagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang efektif.

Tujuannya agar rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kehamilan, persalinan dan

pemeliharaan kesehatan ibu, bayi dan anak secara professional, terpadu, bermutu, dan

terjangkau dengan didukung fasilitas yang memadai serta tenaga kesehatan yang handal.12

Berdasarkan dari profil RSIA Kasih Ibu Manado, rumah sakit tersebut memiliki jumlah

tenaga keperawatan sebanyak 37 orang terdiri dari, yang berpendidikan Sarjana Keperawatan

ada 13 orang, D-3 kebidanan ada 4 orang, Tenaga Kebidanan lainnya ada 5 orang, Tenaga

Keperawatan lainnya ada 15 orang. Sedangkan untuk fasilitas ruangan terdiri dari ruang

perawatan pasien, ruang operasi, ruang bersalin, ruang pemulihan, ruang bayi, ruang observasi

pasien, ruang poliklinik obstetri dan ginekologi, ruang poliklinik tumbuh kembang dan

imunisasi, apotek, laboatorium klinik, dan rang gawat darurat.12

Diketahui saat ini RSIA Kasih Ibu Manado sedang dalam proses Akreditasi Rumah Sakit.

Dengan kondisi tersebut, RSIA Kasih Ibu Manado harus senantiasa menjaga kualitas pelayanan

yang di berikan kepada pasien maupun keluarga. Berdasarkan wawanara yang dilakukan

dengan Direktur RSIA Kasih Ibu Manado, dr. F. J. O. Pelealu, MPH mengatakan bahwa salah

satu kendala di rumah sakit ini adalah kepatuhan hand hygiene oleh tenaga kesehatan. Dimana,

dalam penilaian akreditasi sebelumnya masih ada tenaga kesehatan yang tidak melakukan 5

moment kepatuhan hand hygiene dan ada tenaga kesehatan yang tidak tepat dalam melakukan

6 langkah hand hygiene. Hal ini berdampak pada akreditasi Rumah Sakit, dimana pada

penilaian akreditasi sebelumnya RSIA Kasih Ibu Manado belum mencapai SKP 5 yang

didalamnya mengharuskan tenaga kesehatan untuk memahami pedoman kebersihan tangan

sesuai standar WHO.


Dengan adanya penulisan laporan residensi ini, dapat diketahui bagaimana pelaksanaan

hand hygiene oleh perawat khususnya di ruang bersalin dalam proses berkaitan dengan

akreditasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu Manado.

1.2 TUJUAN PENELITIAN

1.TujuanUmum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan hand hygiene oleh perawat

di ruang bersalin berkaitan dengan Akreditasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu

Manado

1. Tujuan Khusus:

a. Mengetahui pelaksanaan 5 momen hand hygiene oleh perawat di ruang bersalin

berkaitan dengan Akreditasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu Manado

b. Mengetahui pelaksanaan 6 langkah hand hygiene oleh perawat di ruang bersalin

berkaitan dengan Akreditasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu Manado

c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pelaksanaan hand hygiene oleh perawat

di ruang bersalin berkaitan dengan Akreditasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih

Ibu Manado

1.3 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pelaksanaan 5 momen hand hygiene oleh perawat di ruang bersalin

berkaitan dengan Akreditasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu Manado?
2. Bagaimanakah pelaksanaan 6 langkah hand hygiene oleh perawat di ruang bersalin

berkaitan dengan Akreditasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu Manado?

3. Apakah faktor yang mempengaruhi pelaksanaan hand hygiene oleh perawat di

ruang bersalin berkaitan dengan Akreditasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu

Manado?

1.4 MANFAAT RESIDENSI

Manfaat yang dapat diharapkan dari hasil penulisan yang dilakukan adalah:

1. Bagi Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu Manado

Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit apabila pada hasil penulisan ini

diketahui perilaku pelaksanaan hand hygiene oleh perawat di ruang bersalin

berkaitan dengan Akreditasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu Manado

2. Bagi Mahasiswa

Sebagai penambah wawasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya

dalam pemahaman mengenai pelaksanaan hand hygiene oleh perawat di ruang

bersalin.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan referensi bagi kalangan yang

akan melakukan penulisan laporan residensi dengan topik yang berhubungan sesuai

judul penulis di atas.

1.5 RUANG LINGKUP RESIDENSI

1. Lingkup Waktu:

Pelaksanaan penelitian pada bulan September 2019 – November 2019

2. Lingkup Tempat:
Lokasi penelitian adalah RSIA Kasih Ibu Manado

3. Lingkup Materi:

Materi dibatasi pada pemahaman pelaksanaan hand hygiene oleh perawat di ruang

bersalin berkaitan dengan akreditasi Rumah Sakit


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akreditasi Rumah Sakit

2.1.1 Pengertian Akreditasi Rumah Sakit

Salah satu upaya pemerintah untuk mendorong agar rumah sakit mengutamakan

pelayanan,keselamatan dan perlindungan kepada masyarakat adalah dengan mewajibkan

rumah sakit untukmelakukan akreditasi(Permenkes 012 th 2012). Menurut Permenkes 012

tahun 2012, akreditasiadalah pengakuan yang diberikan kepada rumah sakit karena telah

berupaya meningkatkan mutupelayanan secara berkesinambungan. Pengakuan ini

diberikan oleh lembaga independen yangbertugas melakukan akreditasi dan sudah

memperoleh pengakuan dari Menteri Kesehatan.Lembaga independen yang bertugas

melakukan akreditasi terhadap rumah sakit di Indonesiaadalah Komisi Akreditasi Rumah

sakit (KARS).1

Akreditasi merupakan strategi utama peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang

telah diinisiasi sejak tahun 1995. KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) merupakan

badan yang melaksanakan akreditasi rumah sakit. Visi KARS adalah ‘Menjadi Badan

Akreditasi yang Memiliki Kredibilitas Tinggi di Tingkat Nasional dan Internasional”.

Untuk mencapai visi tersebut, KARS memiliki misi untuk:membimbing dan membantu

rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien melalui

akreditasi; serta memperoleh pengakuan internasional sebagai badan akreditasi berkelas

internasional oleh ISQua dan memperoleh pengakuan masyarakat baik ditingkat nasional

maupun internasional.Bagi lembaga KARS, upaya berkelanjutan untuk meningkatkan


mutu dan keselamatan pasien tidak hanya berlaku bagi rumah sakit, namun juga bagi

lembaga KARS yang melaksanakan akreditasi.2

Seluruh potensi rumah sakit, baik dalam bidang pelayanan, penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat terus didorong oleh KARS melalui berbagai strategi. Sebagai lembaga

yang melakukan akreditasi rumah sakit, organisasi KARS menunjukkan komitmen

terhadap mutu melalui akreditasi oleh the International Society for Quality in Health Care

(ISQua) dan memperoleh sertifikasi pada tahun 2014. Pengembangan Standar Nasional

Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) dan senantiasa memperkuat sistem manajemen surveior

dilakukan secara berkelanjutan, sehingga memperoleh sertifikasi ISQua untuk program

pelatihan surveior pada tahun 2017.Sejalan dengan roadmap Indonesia memasuki revolusi

industri 4.0, KARS mengembangkan sistem informasi untuk lembaga KARS (SIKARS),

Sistem Informasi Dokumentasi Akreditasi RS (SISMADAK), Sistem Informasi RS

(SIRSAK), Tracking Sistem untuk Surveior (ReDOWSKo), dan Sistem Pembelajaran

Surveior (KARS e-learning).2

Akreditasi rumah sakit merupakan proses kegiatan peningkatan mutu pelayanan yang

dilakukan terus menerus oleh rumah sakit. Akreditasi adalah pengakuan terhadap mutu

pelayanan Rumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi

Standar Akreditasi. Sejalan dengan proses kegiatan peningkatan mutu maka KARS secara

berkala melakukan review sandar akreditasi mengikuti perkembangan standar akreditasi di

tingkat global. Pada bulan agustus 2017, KARS telah memperkenalkan Standar Nasional

Akreditasi Rumah Sakit edisi 1 (SNARS 1), yang diberlakukan mulai tahun 2018.4
2.1.2 Tujuan Akreditasi Rumah Sakit

Akreditasi rumah sakit mempunyai dampak positif terhadap kualitas perawatan yang

diberikan kepada pasien dan kepuasan pasien (Yildiz, 2014). Penerapan standar akreditasi

mendorong perubahan pelayanan rumah sakit yang lebih berkualitas dan peningkatan kerja

sama antara displin profesi dalam perawatan pasien (Manzo, 2012). Implementasi standar

akreditasi rumah sakit versi 2012 mempunyai manfaat yang antara lain, rumah sakit lebih

mendengarkan keluhan/kritik dan saran dari pasien dan keluarganya. Di samping itu rumah

sakit juga akan berusaha menghormati hak-hak pasien dan melibatkan pasien dalam proses

perawatan sebagai mitra. Pasien dan keluarganya diajak berdialog dalam menentukan

perawatan yang terbaik. Dampak yang diharapkan bahwa rumah sakit yang melakukan

upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien, dapat meningkatkan

kepercayaan masyarakat (Rahma, 2012).3

Adapun tujuan akreditasi dalam Instrumen Survei Standar Nasional Akreditasi Rumah

Sakit Edisi 1, yaitu:4

1. Untuk Surveior:

a. Sebagai acuan dalam melakukan telaah regulasi pada waktu survei

b. Sebagai acuan dalam melakukan telaah dokumen bukti pelaksanaan kegiatan pada

waktu survei

c. Sebagai acuan dalam melakukan wawancara, observasi dan meminta staf rumah

sakit melakukan simulasi.

d. Sebagai panduan dalam memberikan skor dan nilai.

2. Untuk Rumah Sakit:

a. Sebagai acuan dalam menyusun regulasi yang diwajibkan oleh akreditasi

b. Sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan dan dokumentasinya


c. Sebagai acuan dalam melatih staf terkait dengan standar dan elemen penilaian

dalam SNARS 1

2.1.3 Manfaat Akreditasi Rumah Sakit

Menurut tenaga kesehatan akreditasi memiliki manfaat dalam pelaksanaannya di

rumah sakit. Akreditasi umah sakit memberikan dampak positif antara lain lebih tertatanya

pengelolaan rumah sakit, perubahan cara pengambilan keputusan oleh pimpinan, serta

semua pegawai menjadi tahu indikator apa yang harus diperhatikan dalam pelayanan, cara

pelaporan masalah, dan keputusan berdasar aspirasi dari bawahan. Adapun dampak dari

pelaksanaan akreditasi yaitu:1

1. Manajemen membaik. Adanya dokumentasi, maka alur komunikasi dan alur pelaporan

menjadi lebih baik. Sehinggajika ada masalah perawat menajdi tahu kemana harus

menyelesaikan masalah tersebut. Akreditasi di Indonesia identik dengan

pendokumentasian dan kelengkapan administrasi darikegiatan tersebut perawat-

perawat menjadi belajar semua proses kegiatan pelayanankeperawatan.

2. Bekerja sesuai standar. Dengan akreditasi perawat bekerja sesuai dengan standar

operasional Sehingga perawatmerasa aman selama bekerja. Akreditasi mendorong

perawat untuk membuka kembali standar operasionalproseduryangselama inihanya

sebagai dokumentasi. Semua kegiatan keperawatan ada SOP yang harusditaati.Hal ini

sesuai dengan prinsip keselamatan pasien, bahwa semua pasien harus diayanisesuai

SOP.

3. Pencegahan infeksi dan keselamatan pasien menjadi prioritas. Akreditasi menjadikan

cuci tangan menjadi bagian dari pencegahan infeksi yang sangatditekankan, selain itu

keselamatan pasien juga menjadi prioritas. Pencegahan infeksi dan menjaga keselaman
pasien ini antara lain adalah dengan cuci tangan, pemasangan identitas pasien,

pencegahan jatuh.

4. Meningkatkan Komunikasi dan dokumentasi lebih lengkap. Format ini menjadikan

perawat, dokter, nutrisionist, fisioterapist, dll menuliskan analisis dan intervensinya

dalam satu format dan mendorong atara petugaskesehatanmembaca apa yang terjadi

pada pasie dan penatalaksanaan apa yang sudah diberikan.

5. Fasilitas meningkat.

Akreditasi mendorong rumah sakit untuk memperbaii dan melengkapi faslitas

pelayanankesehatan sesuai denga standar yang diberikan oleh borang akreditasi.

6. Pendidikan kesehatan kepada pasien lebih baik. Pasien menjadi prioritas utama, pasien

mendapat informasi dari mulai pintu pendaftaran sampai saat dirawat. Mulai dari tata

cara mendaftar sampai dengan cara memberikan asuhan kepada keluarga.

2.1.4 Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit

Ketentuan akreditasi sebagai salah satu kewajiban rumah sakit harus dilakukan

setiap minimal 1 kali dalam tiga tahun seperti yang tercantum dalam undang-undang no.

44 Tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 40 ayat 1. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai

upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Hampir setiap tindakan medis di rumah

sakit memliki risiko yang perlu antisipasi seawal mungkin. Begitu banyak orang dan profesi

terlibat dalam penanganan pasien. Kegagalan dalam pengelolaan terhadap kondisi tersebut,

dapat meningkatkan risiko kejadian tidak diharapkan di rumah sakit.3

Instrumen akreditasi SNARS I merupakan instrumen yang dipergunakan KARS

untuk menilai kepatuhan rumah sakit terhadap SNARS I yaitu standar pelayanan berfokus

pada pasien untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dengan pendekatan
manajemen risiko di Rumah Sakit.Instrumen akreditasi SNARS I ini terdiri dari standar,

maksud dan tujuan, elemen penilaian (EP), telusur dan skor dengan penjelasan sebagai

berikut :4

1. Standar.

Standar KARS mencakup harapan kinerja, st ruktur, atau fungsi yang harus diterapkan

agar suatu rumah sa kit dapat terakreditasi oleh KARS. Pengelompokan Standar

Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (SNARS Edisi 1) sebagai berikut:5

 Sasaran Keselamatan Pasien

Sasaran 1 : Mengidentifikasi pasien dengan benar

Sasaran 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif

Sasaran 3 : Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (High

Alert Medications)

Sasaran 4 : Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,

pembedahan pada pasien yang benar.

Sasaran 5 : Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Sasaran 6 :

Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh

 Standar Pelayanan Berfokus Pasien

Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)

Hak Pasien dan Keluarga (HPK)

Asesmen Pasien (AP)

Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP)

Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)

Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)

Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)

 Standar Manajemen Rumah Sakit


Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)

Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS)

Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)

 Program Nasional

Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

Menurukan Angka Kesakitan HIV/AIDS.

Menurukan Angka Kesakitan TB Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)

Pelayanan Geriatri

2. Maksud dan tujuan.

Maksud dan tujuan dari suatu standar akan membantu menjelaskan makna sepenuhnya

dari st andar terse but. Maksud dan tuju an akan mendesk ripsikan tujuan dan rasionalisa

si dari standar, memberikan penje lasan bagaimana st andar tersebut selaras dengan

program secara keseluruhan, menentukan parameter untuk Ketentuan-Ketentuannya,

atau memberikan “gambaran tentang Ketentuan dan tujuan-tujuannya.

3. Elemen Penilaian (EP).

Elemen Penilaian (EP) dari suatu st andar akan menuntun rumah sakit dan surveior

terhadap apa yang akan diti njau dan dinilai sel ama proses survei. EP untuk setiap st

andar menunjukkanketentuan untuk kepatuhan terhadap standar tersebut. EP ditujukan

untuk memberikan kejelasanpada st andar dan membantu rumah sakit untuk memenuhi

sepenuhnya ketentuan yang ada, untuk membantu mengedukasi pimpinan dan tenaga

kesehatan mengenai standar yang ada serta untuk memandu rumah sakit dalam persi

apan proses akreditasi.


4. Telusur.

Telusur yang ada pada instrumen akreditasi SNARS ini adalah untuk mengetahui

pemenuhan elemen standar dari setiap elemen penilaian

5. SKOR.

Pada kolom skor tertulis sebagai berikut :

10: TL (terpenuhi lengkap)

5:TS (Terpenuhi sebagian)

0:TT (Tidak Terpenuhi)

2.2 Hand Hygiene

2.2.1 Definisi Hand Hygiene

Mencuci tangan atau hand hygiene adalah membasahi tangan dengan air mengalir

memakai sabun maupun tanpa memakai sabun non antiseptik untuk menghilangkan

kotoran dan flora transien untuk. menghindari kontaminasi silang. Mencuci tangan secara

higienis adalah membasahi tangan dengan air mengalir dengan memakai sabun

antiseptik, sedangkan disinfeksi tangan adalah menggunakan cairan antiseptik untuk

membersihkan tangan baik cairan antiseptik atau alkohol tanpa mencuci tangan.13

2.2.2 Tujuan Hand Hygiene

Hand hygiene merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar

terhadap pencegahan terjadinya Infeksi nososkomial (INOS) di rumah sakit. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa hand hygiene bisa menurunkan kejadian INOS.

Kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan kegiatan hand hygiene dapat

menurunkan angka INOS sebanyak 40%. Beberapa studi juga menunjukkan adanya

hubungan antara hand hygiene dengan berkurangnya infeksi. Pada penelitian


metaanalisis dari beberapa penelitian disimpulkan bahwa hand hygiene mampu

menurunkan angka INOS.6

2.2.3 Pelaksanaan Hygiene

Chou et al (2010) mengatakan bahwa penerapan hand hygieneoleh perawat belum

sepenuhnya dijalankan dengan baik oleh petugas.7 Rendahnya ketepatan langkah-

langkah kegiatan hand hygiene mungkin disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

petugas kesehatan terkait langkah-langkah kegiatan hand hygiene. Hal lainnya juga bisa

didasari dengan berbagai alasan salah satunya adalah karena terlalu sibuk dan cuci tangan

sangat menghabiskan banyak waktu. Penanganan cepat terhadap pasien adalah halyang

terpenting, maka hampirsemua responden melakukan cuci tangan setelah menangani

beberapa pasien dengan alasan untuk mempersingkat waktu. Beban kerja tenaga

kesehatan seperi kondisi yang perlu segera ditangani (urgent care) merupakan salah satu

alasan utama ketidak patuhan petugaskesehatan dalam melakukan kegiatan hand

hygiene. Faktor banyaknya pasien dalam waktu yang bersamaan dan aktivitas yang

banyak merupakan faktor yang mempengaruhi masih rendahnya tingkat kepatuhan

pelaksanaan hand hygiene. Faktor sarana juga dapat mempengaruhi kepatuhan petugas

kesehatan dalam kegiatan hand hygiene.6

Pada tahun 2009, WHO mencetuskan global patient safety challenge dengan clean

care is safe care,yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk

petugas kesehatan dengan My five moments for hand hygiene, yaitu :14

1. Melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan pasien,

2. Sebelum melakukan prosedur bersih dan steril,

3. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien,


4. Setelah bersentuhan dengan pasien,

5. Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien

Sedangkan untuk enam langkah cuci tangan adalah : (HH7)

1. Menggosok bagian dalam telapak tangan,

2. Menggosok punggung tangan bergantian,

3. Menggosok sela-sela jari tangan,

4. Menggosok ruas jari tangan dengan mengkaitkan kedua tangan,

5. Menggosok ibu jari tangan bergantian, dan

6. Menggosok ujung jari tangan

2.2.4 Hal-hal yang Diperhatikan dalam Hand Hygiene.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan hand hygiene: 9

1. Perhatikan kebersihan tangan dengan menucinya dengan sabun dan air

mengalir, bila tangan kotor atau terkena cairan tubuh atau alkohol bila tidak

tampak kotor.

2. Kuku petugas harus bersih dan terpotong pendek. Tidak ada pemakaian

aksesoris lain seperti kuku palsu ataupun perhiasan cincin.

3. Cuci tangan menggunakan sabun biasa / antimikroba kemudian bilas dengan

airmengalir.

Lakukan saat:

a) Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah,

cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband,

walaupun telah memakai sarung tangan.


b) Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya

yang bersih, walaupun pada pasien yang sama. Indikasi kebersihan tangan:-

Sebelum kontak pasien;

-Sebelum tindakan aseptik;

-Setelah kontak darah dan cairan tubuh;

-Setelah kontak pasien;

-Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

2.2.5 Fasilitas Hand Hygiene

Hand hyegiene dengan menggunakan handwash maupun handrub

tekniknya sama saja yaitu dengan enam langkah, waktu pelaksanaannya juga

sama yaitu dengan five moments, yang membedakan hanyalah pada medianya,

yaitu dimana pada handwash menggunakan sabun dan air mengalir, sedangkan

handrub dengan media antiseptik berbasis alkohol.7 Dalam standar nasional

akreditasi rumah sakit menyeutkan beberapa fasilitas hand hygiene adalah

Sabun, disinfektan, serta tissu/handuk sekali pakai tersedia di tempat cuci tangan

dan tempat melakukan disinfeksi tangan.5

2.3 Hand Hygiene Dalam Akreditasi Rumah Sakit

Hand hygiene dalam kaitannya dengan akreditasi masuk dalam standar SKP atau

standa keselamata kerja. Dalam standar SKP 5 Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk

menggunakan dan melaksanakan “evidence-based hand hygiene guidelines” untuk

menurunkan risiko infeksi terkait layanan kesehatan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah

pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) yang mengacu pada standar WHO.4
Dalam SKP 5 juga membahas mengenai hand hygiene berkaitan dengan PPI.

Tujuan pengorganisasian program PPI adalah mengidentifikasi dan menurunkan risiko

infeksi yang didapat serta ditularkan di antara pasien, staf, tenaga profesional kesehatan,

tenaga kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa, dan pengunjung. Dalam PPI 9 menjelaskan

bahwa Rumah sakit menetapkan regulasi hand hygiene yang mencakup kapan, di mana,

dan bagaimana melakukan cuci tangan mempergunakan sabun (handwash) dan atau dengan

disinfektan (hand rubs) serta ketersediaan fasilitas hand hygiene. Risiko infeksi dan

kegiatan program dapat berbeda dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya bergantung

pada kegiatan klinis dan pelayanan rumah sakit, populasi pasien yang dilayani, lokasi

geografi, jumlah pasien, serta jumlah pegawai.5


BAB 3

PROFIL RUMAH SAKIT

3.1 SEJARAH SINGKAT RUMAH SAKIT

RSIA Kasih Ibu Manado didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 01/Thn 2009 tentang

pendirian PT. Regina Kasih Bunda yang diperbaharui dengan Akta Notaris No. 10/Thn 2010

yakni tentang pendirian PT. Regina Kasih Bunda dimana dimaksud dan tujuan pendirian adalah

“Berusaha dalam bidang kesehatan”, yakni dalam pelaksanaannya sesuai dengan keputusan

kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulut No. 050 /SEK/KEP/2388/VI/2010 tentang izin

penyelenggaraan sementara “RSIA Kasih Ibu” selanjutnya mengalami perubahan menjadi

“RSIA Kasih Ibu”, sesuai dengan keputusan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara

No 188.4/SK.Dinkes/4461/XII/2010 pada tanggal 14 Desember 2010

RSIA Kasih Ibu Manado ditetapkan sebagai Rumah Sakit khusus kelas D, sesaui dengan

keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: Hk. 02.03/I/0252/2014 tanggal 21

Februari 2014 dan sesuai dengan keputusan kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu No.

328/2252/1/IRSA/BP2T/II/285 tanggal 27 Februari 2015 tentang “Memberikan izin

penyelenggara Rumah Sakit

Seiring dengan kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang

kedokteran dan kesehatan Rumah sakit telah menjadi suatu Lembaga berupa suatu unit social

ekonomi yang kompleks. Sehubungan dengan maksud tersebut sebagai konstitusi di RSIA

Kasih Ibu Manado yang mengatur kehidupan professional pelayanan Rumah Sakit.

3.2 LOKASI BANGUNAN

Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu Manado berkedudukan di Jl. R. W. Monginsidi

No.1 Kompleks Bahu Mall Blok. C.23 Kelurahan Bahu, Kecamatan Malalayang Manado.
3.3 VISI MISI RUMAH SAKIT

VISI: Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yang bermutu dan professional

berdasarkan kasih.

MISI:

1. Memberikan pelayanan kesehatan ibu (hamil, bersalin, nifas) sesuai standard,

professional, paripurna dan terjangkau

2. Memberikan pelayanan kesehatan anak (bayi, balita dan anak sampai usia 18 tahun)

sesuai standard, professional, paripurna dan terjangkau

3. Melaksanakan pelayanan Keluarga Berencan secara paripurna.

4. Melaksankan pengembangan tenaga kesehatan baik kuantitatif, kualitatif sesuai

standard Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu melalui pengangkatan, pelatihan,

maupun Pendidikan tenaga sesuai standard profesi.

5. Melaksanakan pelayanan pemeriksaan penunjang dengan peralatan medik/diagnostic

yang bermutu dan sesuai perkembangan IPTEK Kesehatan.

3.4 TUJUAN RS

Berusaha dalam bidang kesehatan.


3.5 STRUKTUR ORGANISASI
3.6 SDM

KETENAGAAN

NO KUALIFIKASI PENDIDIKAN KEADAAN KEBUTUHAN KEKURANGAN


L P L P L P
TENAGA KESEHATAN
A TENAGA MEDIS
1 Dokter Umum 2 2
2 Dokter PPDS *)
3 Dokter Spes Bedah 1
4 Dokter Spes Penyakit Dalam 1
5 Dokter Spes Kes. Anak 6 1
6 Dokter Spes Obgin 5 7
7 Dokter Spes Radiologi
8 Dokter Spes Onkologi Radiasi
9 Dokter Spes Kedokteran Nuklir
10 Dokter Spes Anesthesi 1
11 Dokter Spes Patologi Klinik
12 Dokter Spes Jiwa
13 Dokter Spes Mata
14 Dokter Spes THT
15 Dokter Spes Kulit & Kelamin
16 Dokter Spes Kardiologi
17 Dokter Spes Paru
18 Dokter Spes Saraf
19 Dokter Spes Bedah Saraf
20 Dokter Spes Bedah Orthopedi
21 Dokter Spes Urologi
22 Dokter Spes Patologi Anatomi
23 Dokter Spes Patologi Forensik
24 Dokter Spes Rehabilitasi Medik
25 Dokter Spes Bedah Plastik
26 Dokter Spes Ked. Olah Raga
27 Dokter Spes Mikrobiologi Klinik
28 Dokter Spes Parasitologi Klinik
29 Dokter Spes Gizi Medik
30 Dokter Spes Farma Klinik
31 Dokter Spes Lainnya
32 Dokter Sub Spesialis Lainnya
33 Dokter Gigi 1
34 Dokter Gigi Spesialis

TOTAL 17 10

NO KUALIFIKASI PENDIDIKAN KEADAAN KEBUTUHAN KEKURANGAN


L P L P L P

B KEPERAWATAN
1 S3 Keperawatan
2 S2 Keperawatan
3 S1 Keperawatan 13
4 D4 Keperawatan
5 Perawat Vokasional
6 Perawat Spesialis
7 Pembantu Keperawatan
8 S3 Kebidanan
9 S2 Kebidanan
10 S1 Kebidanan
11 D3 Kebidanan 4
12 Tenaga Kebidanan Lainnya 5
13 Tenaga Keperawatan Lainnya 15
TOTAL 37

C KEFARMASIAN
1 S3 Farmasi / Apoteker
2 S2 Farmasi / Apoteker
3 Apoteker
4 S1 Farmasi / Farmakologi Kimia 1
5 AKAFARMA *)
6 AKFAR **)
7 Analis Farmasi
8 Asisten Apoteker / SMF 2
9 ST Lab Kimia Farmasi
10 Tenaga Kefarmasian Lainnya
TOTAL 3

D KESEHATAN MASYARAKAT
S3 - Kesehatan Masyarakat
S3 - Epidemiologi
S3 - Psikologi
S2 - Kesehatan Masyarakat
S2 - Epidemiologi
S2 - Biomedik
S2 - Psikologi
S1 - Kesehatan Masyarakat
S1 - Psikologi
D3 - Kesehatan Masyarakat
D3 - Sanitarian
D1 - Sanitarian
Tenaga Kesehatan Masy.
TOTAL
Lainnya
NO KUALIFIKASI PENDIDIKAN KEADAAN KEBUTUHAN KEKURANGAN
L P L P L P

E GISI
S3 - Gizi / Dietisien
S2 - Gizi / Dietisien
S1 - Gizi / Dietisien
D4 - Gizi / Dietisien
Akademi / D3 - Gizi / Dietisien
D1 - Gizi / Dietisien
Tenaga Gizi Lainnya
TOTAL

KEADAAN KEBUTUHAN KEKURANGAN


NO KUALIFIKASI PENDIDIKAN
L P L P L P
TENAGA NON-KESEHATAN
A SARJANA
1 Sarjana Ekonomi 1 3
TOTAL 3

B SARJANA MUDA
Sarjana Sastra 3
Sarjana Muda Lainnya 1
TOTAL 4
C SMU SEDERAJAD 15
TOTAL 15

D SMP SEDERAJAD 4
TOTAL 4

3.7 PELAYANAN RS

PELAYANAN KESEHATAN

Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak kasih Ibu Manado meliputi :

1. Instalasi Rawat Jalan

a. Poliklinik Osbstetri dan Ginekologi

- Pelayanan USG

- Pelayanan Kolposkopi

b. Poliklinik Tumbuh Kembang dan Imunisasi (Anak)

c. Poliklinik Penyakit Dalam

d. Poliklinik Bedah Umum

e. Poliklinik Gigi

f. Poliklinik THT

2. Instalasi Rawat Inap

a. Perawatan Ibu

- Obstetri dan Ginekologi

- Umum

b. Perawatan Anak

- Perawatan Neonati

- Perawatan Anak sampai dengan umur 18 tahun

3. Instalasi Persalinan

- Persalinan Normal
- Persalinan Patologis

- Persalinan Operasi / SC

4. Instalasi Kamar Bedah

5. Instalasi Laboratorium Klinik

6. Instalasi Farmasi

7. Instalasi Gawat Darurat

3.8 DIAGNOSIS ORGANISASI

Diagnosis Organisasi Misi

Visi

Analisis Faktor Analisis Faktor


Lingkungan Eksternal Lingkungan Internal

SWOT

Isu Pengembangan

3.8.1 MISI

Misi organisasi, menurut para pakar, merupakan pernyataan yang bersifat umum

mengenai tujuan yang membedakan suatu lembaga dengan lembaga lain yang sejenis.

Hal ini karena dalam pernyataan misi terkandung definisi mengenai tujuan utama

lembaga dan kontribusinya terhadap masyarakat yang dilayani. Oleh karena itu dalam

pernyataan misi sebuah lembaga pelayanan publik harus terkandung komponen

mengenai untuk apa atau atas alasan apa lembaga itu ada, fungsi apa yang dijalankan

dan harapan apa yang harus dipenuhi. Itulah sebabnya, sebagaimana yang disebutkan
oleh Napier, dkk (1998) misi tidak akan pernah tercapai atau terlaksana sepenuhnya

karena hal itulah yang menjadi alasan berdirinya atau beroperasinya sebuah lembaga.

Adapun misi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu Manado, yaitu :

1. Memberikan pelayanan kesehatan ibu (hamil, bersalin, nifas) sesuai standard,

professional, paripurna dan terjangkau

2. Memberikan pelayanan kesehatan anak (bayi, balita dan anak sampai usia 18

tahun) sesuai standard, professional, paripurna dan terjangkau

3. Melaksanakan pelayanan Keluarga Berencan secara paripurna.

4. Melaksankan pengembangan tenaga kesehatan baik kuantitatif, kualitatif sesuai

standard Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu melalui pengangkatan, pelatihan,

maupun Pendidikan tenaga sesuai standard profesi.

5. Melaksanakan pelayanan pemeriksaan penunjang dengan peralatan

medik/diagnostic yang bermutu dan sesuai perkembangan IPTEK Kesehatan.

3.8.2 VISI

Visi rumah sakit adalah gambaran keadaan rumah sakit di masa mendatang dalam

menjalankan misinya. Isi pernyataan visi tidak hanya berupa gagasan-gagasan

kosong. Visi merupakan gambaran mengenai keadaan lembaga di masa depan yang

berpijak dari masa sekarang. Dalam visi, terdapat dasar logika (nalar) dan naluri yang

digunakan secara bersama-sama. Visi harus mempunyai nalar dan memberi ilham

bagi seluruh pihak terkait. Sifat mempunyai nalar berarti visitersebut bukan impian.

Secara logika visi tersebut dapat diwujudkan melalui berbagai strategi dan program

kegiatan. Di samping itu, visi sebaiknya menyiratkan harapan dan kebanggaan jika

dapat dicapai. Berdasarkan penjelasan tersebut maka Rumah Sakit Ibu dan Anak
Kasih Ibu Manado menetapkan visi Rumah Sakit yaitu “Mewujudkan Pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak yang bermutu dan professional berdasarkan kasih”.

3.8.3 Analisis Lingkungan Internal

Dalam proses penentuan strategi, analisis lingkungan internal merupakan proses

pengkajian unsur-unsur manajemen yang terdapat dalam organisasi untuk menentukan

dimana perusahaan mempunyai kemampuan yang penting sehingga perusahaan dapat

memanfaatkan kekuatan dengan cara yang paling efektif dan dapat mengantisipasi

kelemahan dalam lingkungannya. Dalam analisis lingkungan internal rumah sakit

terdapat beberapa faktor, yaitu :

1. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta

posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan

operasional untuk mencapai tujuan yang di harapakan dan di inginkan. Struktur

Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang

satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam

struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor

kepada siapa, jadi ada satu pertanggung jawaban apa yang akan di kerjakan.

Adapun susunan organisasi RSIA Kasih Ibu Manado sebagai berikut:

1. Direktur Utama PT Regina Kasih Bunda

2. Direktur RSIA Kasih Ibu

3. Komite Medik

4. Satuan Pengawasan Internal

5. Seksi Pelayanan Medis dan Penunjang Medis

6. Seksi Pelayanan Kebidanan dan Keperawatan


7. Instalasi Rumah Sakit: Rawat Inap & Rawat Jalan; IGD; Laboratorium;

Rekam Medik; Anasthesi; Gizi; Farmasi; Linen/Loundry ;

IPSRS/Kebersihan Lingkungan

8. Sub Bagian Adm. Keuangan; Umum/TU; Ketenagaan dan Diklat

Seperti yang telah diketahu bahwa RSIA Kasih Ibu Manado merupakan salah satu

rumah sakit swasta yang berada dalam naungan perusahaan yaitu PT. Regina Kasih

Bunda. Dalam struktur organisasi di atas Direktur Utama PT. Regina Kasih Bunda

sebagai pemilik perusahaan yaitu Ir. Hendrik Ong. Sedangkan Direktur RSIA Kasih

Ibu oleh Dr. F. J. O. Pelealu, MPH. Dalam hal ini Direktur Rumah sakit bertugas

memimpin dan bertindak sebagai koordinator penyusunan kebijaksanaan, pelaksanaan

dan pengawasan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Direktur Rumah

Sakit memiliki tanggung jawab langsung pada pemilik Rumah Sakit (Direktur PT).

Tugas lain sebagi direktur rumah sakit yaitu membawahi langsung dan memiliki

wewenang penuh untuk memerintah dan mengarahkan bagian-bagian yang ada di

Rumah Sakit.

2. Produk Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang disediakan oleh RSIA Kasih Ibu Manado terdiri dari

pelayanan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan darurat medis. Kapasitas tempat tidur

yang disediakan mencapi 60 tempat tidur di ruangan rawat inap. Selain itu untuk

pelayanan rawat jalan menyediakan beberapa poliklinik yaitu osbstetri dan ginekologi,

poliklinik tumbuh Kembang dan imunisasi (anak), poliklinik penyakit dalam, poliklinik

bedah umum, poliklinik gigi dan poliklinik THT. Sedangkan untuk instalasi atau unit

penunjang yang tidak berhubungan langsung dengan pasien yang mendukung


pelayanan yaitu instalasi Gizi, instalasi laboratorium, instalasi rekam medik, farmasi

serta instalaso linen/loundry.

3. Sumber Daya Manusia

Dalam industri jasa pelayanan kesehatan, sumber daya manusia memegang peranan

yang sangat penting. Kecanggihan teknologi dan ilmu oegetahuan yang ada harus

didukung oleh sumber manusia yang baik. Tenaga medis dan paramedis menempati

posisi yang sangat penting di suatu rumah sakit. Oleh karena itu pengembangan

sumberdaya manusia sangat mendapat perhatian dari suatu rumah sakit. Jumlah

keseluruhan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih

Ibu Manado yaitu 93 orang, dimana tenaga kesehatan terdiri dari 67 orang sedangkan

tenaga non kesehatan 26 orang.

3.8.4 Analisis Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal perusahaan adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol oleh

manajemen dan salah satu cara mengatasi masalah yang berasal dari ingkungan luar

perusahaan dengan beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Analisis ini merupakan

suatu prses yang digunakan untk memantau sektor lingkungan di luar organisasi dalam

menentukan peluang dan ancaman terhadap organisasi. Adapun faktor eksternal dari

rumah sakit terdiri atas:

1. Ekonomi

Perkembangan ekonomi yang cepat akan mempengarhi daya beli masyarakat untuk

keperluan kesehatan. Secara nasional perkembangan ekonomi Indonesia mengalami

penurunan, situasi politik yang berimbas pada terjadinya krisis moneter

menyebabkan terpuruknya perekoomian Indonesia. Keadaan ekonomi yang

memburuk mempengaruhi sistem pembiayaan kesehatan.


2. Teknologi

Teknologi dalam bidang kesehatan maju dengan pesat, banyak ditemukan alat-alat

baru dengan teknologi yang canggih. Perkembangan teknologi tersebu dapat dilihat

dari banyaknya perubahan sistem yang digunakan di rumah sakti dari zaman

dahulu hingga saat ini. Zaman dahulu sistem yang digunakan dalam bidang

kesehatan lebih bersifat manual, sedangkan pada saat ini perubahan di dalam

bidang kesehatan lewat perpaduannya dengan teknologi telah menciptakan

berbagai macam teknik terbaru yang dahulu belum pernah terlaksanakan.

Kemajuna teknologi tersebut sangat besar dalam bidang kesehatan, dengan

perkembangan teknologi menimbulkan dampak perkembangan pengetahuan yang

begitu cepat. Seperti, penggunaan teknologi informasi untuk mendukung

manajemen informasi kesehatan yang memiliki kemampuan pengolahan lebih

cepat dengan berbagai aplikasi inovatif terbaru. Secara umum teknologi di bidang

kesehatan yang mengalami perubahan begitu pesat yaitu dalam hal penggunaan

rekam medis. Rekam medis dengan berbasis komputer akan menghimpun berbagai

data klinis pasien secara lengkap. Kemajuan teknologi lainnya yaitu adanya resep

elektronik. Jika pada zaman dahulu, penulisan resep secara manual yang lebih

memungkinkan adanya keselahan. Pada saat ini, resep elektronik ini diharapkan

dapat mengurangi kesalahan pembacaan oleh pihak lain yang mengolah resep

tersebut menjadi obat yang diberikan kepada pasien. Selain itu, resep elektronik

merupakan bagian dari sistem catatan kesehatan pasien yang akan membantu

tenaga kesehatan untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang biasanya terjadi

dalam peresepan obat misalnya interaksi obat, cara pemakaian yang salah, atau

pencegahan reaksi alergi akibat obat. Selain itu, adanya alat-alat canggih dalam

bidang kesehatan yang berfungsi untuk menunjang dalam penanganan pasien


seperti mesin USG yang dapat mendeteksi penyakit sejak dini dan sebagai alat

pemeriksaan penunjang kesehatan.

3. Lingkungan Industri

Tuntutan masyakarat semakin meningkat dalam mendapatkan pelayanan

kesehatan. Sebagian masyarakat sebagai konsumen rumah sakit semakin tidak

memperhitungkan faktor harga dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan.

Hal ini sejalan dengan pergeseran nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.

Kebutuhan pelayanan kesehatan merupakan hal yang sangat diprioritaskan oleh

masyarakat sehingga terjadi kecenderungan diabaikannya faktor-faktor ekonomi

dan cost efficiency menjadikan jasa pelayanan kesehatan ini bersifat tidak

signifikan dengan harga. Keadaan ini membuat posisi tawar menawar konsumen

menjadi lemah. Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan jasa perawatan

kesehatan semakin meningkat.

3.8.5 Analisis SWOT (Strength Weakness Opportunity and Threat)

Analasisi SWOT merupakan cara sistematis untuk mengidentifikasi faktor-faktor

eksternal dan internal yang ada dalam perusahaan. Cara yang sistematis yang dilakukan

oleh perusahaan untuk menganalisis dan mendiagnosis faktor kekuatan dan kelemahan

juga faktor peluang dan ancaman sehingga dapat ditemukam keunggulan-keunggulan

yang dimiliki serta masalah-masalah yang ada.

1. Strength (Faktor Kekuatan)

- RSIA Kasih Ibu Manado merupakan rumah sakit swasta yang memiliki sumber

daya manusia yang berpotensi pada bidangnya.

- Dalam penanganan kesehatan ditangani langsung oleh dokter ahli atau dokter

spesialis baik anak ataupun kandungan.


- Mempunyai fasilitas dan sarana memadai yang dapat menunjang dalam

pelayanan kesehatan

- Lokasi Rumah Sakit yang strategis

- Terjadi peningkatan kunjungan baik pasien BPJS ataupun pasien umum

2. Weakness (Faktor Kelemahan)

- Pengelolaan Rekam Medik Pasien belum berjalan dengan baik

- Beberapa pelayanan masih ada yang dilaksanakan dibawah standar yang ada

karena belum sesuai dengan SOP pelayanan

- Tanah tempat parkiran yang kurang luas

- Fasilitas dan sarana yang dimiliki belum dijalankan secara optimal

- Kurangnya sumber daya manusia dalam hal tenaga kesehatan

- Kurangnya sumber daya manusia dalam tenaga administrasi sehingga

mengalami kerja rangkap

- Sistem pengajian bagi tenaga kerja dan kesehatan yang belum terkoordinir

dengan baik

3. Opportunity (Faktor Peluang)

- Lokasi RSIA Kasih Ibu cukup jauh dengan lokasi rumah sakit bersalin lainnya

- Jumlah pasien umum di RSIA Kasih Ibu cukup besar

- Meningkatnya kepercayaan dari masyakarakat dengan ditunjukkannya penignkatan

layanan rawat jalan dan rawat inap

- Penambahan pembangunan untuk fasilitas jumah ruangan rawat inap dan jumlah

tempat tidur pasien

- Lokasi Rumah Sakit yang mudah di capai, mempermudah akses kendaraan atau

kunjungan pasien ke rumah sakit


4. Threats (Faktor Ancaman)

- Masih kurangnya kesadaran pasien dan keluarga untuk melakukan cek up

- Meningkatnya keinginan masyakarat untuk pelayanan yang cepat dan puas

- Masyarakat semakin kritis terhadap perubahan pelaayanan yang ada, yang

menginginkan adanya pembenahan setiap waktu

- Adanya standar kelengkapan untuk memenuhi akreditasi rumah sakit

- Akan adanya biaya yang meningkat seiring dengan penambahan pegawai di tahun

yang akan datang

- Akses menuju Rumah Sakit agi masyarakat pedesaan masih jauh untuk ditempuh
BAB IV

GAMBARAN UNIT

4.1 Intalasi Rawat Inap

Instalasi Rawat Inap adalah fasilitas yang digunakan merawat pasien yang harus dirawat

lebih dari 24 jam (pasien menginap di rumah sakit). Lingkup kegiatan di Ruang Rawat Inap

rumah sakit meliputi kegiatan asuhan dan pelayanan keperawatan, pelayanan medis, gizi,

administrasi pasien, rekam medis, pelayanan kebutuhan keluarga pasien (berdoa, menunggu

pasien, mandi, dapur kecil/pantry, konsultasi medis).

Pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kasih Ibu Manado terdiri dari 8 Ruang

Perawatan yaitu Ruang Perawatan VVIP, VIP, Kelas 1, Kelas 2, Kelas 3, Ruang Bersalin,

Ruang Pemulihan (RR) dan Ruang Bayi.

4.1.1. Visi dan Misi Instalasi Rawat Inap

4.1.2 Struktur Organisasi Instalasi Rawat Inap


4.1.3 Ruang dan Persyaratan Teknis Bangunan di Ruang bersalin

Kebutuhan ruang dan persyaratan teknis banugunan Instalasi Rawat Inap


khususnya ruang bersalin di Rumah Sakit Kelas D Pratama, yaitu:

Kebutuhan Ruang pada Ruang


Kondisi di Ruang Kebidanan RSIA
Kebidanan Rumah Sakit Kelas
No. Kasih Ibu Manado
D

1. Ruang Tindakan Persalin

2. Toilet

3. Ruang Tindakan Neonatus

4. Ruang Membersihkan Bayi

5. Ruangan Bayi

6. Ruang Konsultasi/Klinik
Kebidanan
7. Ruang Tunggu dilengkapi toilet

Persyaratan Teknis Bangunan


Kondisi di Ruang Kebidanan RSIA
pada Ruang Kebidanan
No. Kasih Ibu Manado
Rumah Sakit Kelas D

1. Luas ruang tindakan persalinan


min. 9 mm2 per tt
2. Pintu Ruang Tindakan min. 120
cm
3. Ruang Tindakan Persalinan
dilenagkapi srub/zink sebagai
fasilitas cuci tangan petugas
4. Ruang dilengkapi tempat
penyimpanan linen bersih,
instrumen, obat-obatan dan
perbekalan tindakan kebidanan
dan kegawat daruratan neonatus
5. Litrik pada tiap meja obgyn min.
5 buah kotak kontak, minimal
dipasang pada ketinggian
±1,25m dari permukaan lantai
6. Toilet pasien aksesibel, pintu
toilet membuka keluar
7. Persyaratan listrik dan gas medik
mengikuti “Pedoman Teknis
Instalasi Gas Medik dan Vakum
Medik di RS”
8. Persyaratan Tata Udara
mengikuti “Pedoman Teknis
Prasarana Rumah Sakit : Sistem
Instalasi Tata Udara”
4.1.4 Denah Ruang Instalasi Rawat Inap di Ruang Bersalin

4.1.5 Deskripsi Kegiatan Instalasi Rawat Inap di Ruang Bersalin


4.2 Panduan Hand Hygiene di RSIA Kasih Ibu Manado

4.2.1 Definisi

Proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengn

menggunakan sabun biasa (Handsoap) da air mengalir atau memakai cairan antiseptik

berbasis alkohol (handscrub).

Tujuan dari kebersihan tangan untuk mencegah terjadinya infeksi Rumah Sakit yang

berasal dari petugas rumah sakit ke pasien maupun sebaliknya dan dari pasien ke

pasien lain melalui tangan petugas khsus. Tujua hand hygiene:

b. Mencegah transmisi penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan melalui kontak

c. Menurunkan angka kejadian infeksi rumah sakit

d. Meningkatkan kesadaran diri tentang perlunya melakukan kebersihan tangan

4.2.2 Kebijakan Kebersihan Tangan

Dalam keputusan kebijakan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu Manado,

No. 253/SK/PPI.9.1.1/RSIA-KI/IX, disebutkan bahwa kebijakan kebersihan tangan

terdiri dari kebijakan umum dan kebijakan khsus.

Kebijakan Umum :

1. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien

2. Setiap petugas harus bekerja sesuai standar profesi, standar prosedur operasional

yang berlaku, etika profesi, etika umum dan menghormati hak pasien

3. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan secara teratur dan kalibrasi

sesuai ketentuan yang berlaku


4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam

K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

5. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam kecuali unit-unit tertentu

6. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan

7. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin

minimal satu bulan sekali

8. Semua unit wajib membuat laporan bulanan, triwulan dan tahunan

Kebijakan Khusus :

1. Sebelum melakukan kebersihan tangan pastikan perhiasan cincin, termasuk cincin

kawin, gelang, arloji idak dipakai

2. Setiap petugas wajib melakukan 5 moment kebersihan tangan, yaitu :

a. Sebelum kontak dengan pasien

b. Sebelum tindakan aseptik

c. Setelah terkena cairan tubuh pasien

d. Setelah kontak dengan pasien

e. Setelah kontak dengan lingkungan pasien

3. Kebersihan tangan dilakkan dengan 2 cara, yaitu hand scrub dan hand wash

4. Mencuci tangan dengan handwash di air mengalir selama 40-60 detik jika tangan

tampak kotor

5. Mencuci tangan dengan handscrub selama 20-30 detik jika tangan tidak tampak

kotor

6. Hand scrub maksimal dilakukan 7 kali atau tangan dalam kondisi kotor dan

terkontaminasi dengan cairan tubuh pasien

7. Kebersihan tangan dilakukan dengan 6 langkah sesuai dengan WHO


4.2.3 Standar Prosedur Operasional

4.2.3.1 Cuci Tangan dengan Air Mengalir

Merupakan proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari

kulit tangan dengan menggunakan sabun/antiseptik dan air. Adapun tujuan yaitu:

9. Untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah

mikro organisme sementara

10. Untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial

Adapun prosedur perisapan yang diperlukan untuk membersihkan tangan dengan

air dan sabun/antiseptik yaitu air mengalir, sabun/antiseptik, lap tangan bersih

sekali pakai/tissue.

Prosedur cuci tangan dengan air mengalir dilakukan ketika:

1. Bila jelas terlihat kotor atau terkontaminasi dengan bahan yang mengandung

protein (darah, cairan tubuh) tangan harus dicci dengan sabun dan air mengalir

2. Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan

Indikasi kebersihan tangan, lakukan segera 5 saat ketika melakukan kebersihan

tangan:

1. Sebelum kontak dengan pasien

2. Sebelum tindakan aseptik

3. Setelah terkena cairan tubuh

4. Setelah kontak dengan pasien

5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien


Berikut prosedur membersihkan tangan dengan air dan sabun/antiseptik:

1. Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih

2. Tuangkan sabun/antiseptik secukupnya

3. Gosok tangan dengan posisi telapak pada telapak

4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan lakukan

sebaliknya

5. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari

6. Jari-jari dalam dari kedua tangan saling mengunci

7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan

sebaliknya

8. Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan sebaliknya

9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir

10. Keringkan tangan dengan handuk sekali pakai atau tissu towel sampai benar-

benar kering

Gunakan handuk sekali pakai atau tissu towel untuk menutup kran. Lakukan

selama 40-60 detik.

Unit terkait dalam cuci tangan dengan air mengalir yaitu IGD, Rawat Inap, Rawat

Jalan, OK, Farmasi, Laboratorium, Gizi, Laundry, Security, Parkir, Rekam Medik,

House keeping, SDM dan Umum.

4.2.3.2 Lima Moment Cuci Tangan

Merupakan 5 saat melakukan praktek kebersihan tangan. Tujuannya untuk

mencegah penyebaran infeksi dan menurunkn penyebaan mikro organisme multi

resisten. Prosedur lima moment cuci tangan dilakukan saat :


1. Sebelum kontak dengan pasien

2. Sebelum tindakan aseptik

3. Setelah kontak dengan cairan tubuh

4. Setelah kontak dengan pasien

5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Adapun unit terkait dalam 5 moment cuci tangan yaitu IGD, Rawat Inap, Rawat

Jalan, OK, Farmasi, Laboratorium, Gizi, Laundry, Security, Parkir, Rekam Medi,

House keeping, SDM dan Umum.

4.2.3.3 Mencuci Tangan dengan Handscrub

Merupakan cara membersihkan tangan yang lebih bersih dan leih efektif

membunuh flora resisdent dan flora transien dengan antiseptik berbasis alkohol.

Tujuan mencuci tangan dengan handscrub yaitu untuk menurunkan jumlah flora

tangan awal yang lebih besar dan menegah penyebaran infeksi nosokomial.

Dalam persiapan pembersihan tangan dengan antiseprik berbasis alkohol pastinya

harus ersedia alkohol handscrub di tempat-tempat tertentu.

Berikut prosedur mencuci tangan dengan handscrub :

1. Bila tangan tidak jelas terlihat kotor, atau terkontaminasi, harus digunakan

antiseptik berbasis alkohol

2. Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan

3. 5 saat ketika melakukan kebersihan tangan

a. Sebelum kontak dengan pasien

b. Sebelum tindakan aseptik

c. Sebelum terkena cairan tubuh

d. Setelah kontak dengan pasien


e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

4. Tuangkan bahan anti septik berbasis alkohol ke dalam tangan

5. Gosok tangan dengan posisi telapak pada telapak

6. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan lakukan

sebaliknya

7. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari

8. Jari-jari dalam dari kedua tangan saling mengunci

9. Gosok ibu jai kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan

sebaliknya

10. Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan sebaliknya

Lakukan selama 20-30 detik.

Adapun unit yang terkait yaitu IGD, Rawat Inap, Rawat Jalan, OK, Farmasi,

Laboratorium, Gizi, Laundry, Security, Parkir, Rekam Medik, House keeping,

SDM dan Umum.


DAFTAR PUSTAKA

1. Mandawati M. Dampak Akreditasi Rumah Sakit: Studi Kualitatif Terhadap Perawat Di

RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah, 2018;

4(4): 23-29.

2. Sutoto, Utarini A. Mendorong Riset dan Berbagi Pengalaman Untuk Peningkatan Mutu

dan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Journal of Hospital Accreditation, 2019; 1(1):

1-2.

3. Hendroyogi S, Harsono M. Keterkaitan Antara Persepsi Pentingnya Akreditasi Rumah

Sakit Dengan Partisipasi, Komitmen, Kepuasan Kerja, Dan Kinerja Karyawan. Jurnal

Ekonomi Manajemen Sumber Daya, 2016; 18(2): 122-137.

4. _________, Instrumen Surveistandar Nasionalakreditasi Rumah Sakit Edisi 1, 2018

5. Sutoto. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1: Komisi Akreditasi Rumah

Sakit; 2017

6. Susilo D. Kepatuhan Pelaksanaan Kegiatan Hand Hygienepada Tenaga Kesehatan Di

Rumah Sakit X Surabaya. Jurnal Wiyata, 2015; 2(2): 200-204

7. Ningsih R, Noprianty R, Somantri I. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Kebersihan

Tanganoleh Petugas Kesehatan Di Rumah Sakitdustira Cimahi. Jurnal Pendidikan

Keperawatan Indonesia, 2017;3(1):57–68

8. Ismainar H. Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Yogyakarta: CV Budi Utama; 2019

9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Manajerial Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008.

10. Halimatussakdiah. Manajemen Persalinan Oleh Perawat Dan Bidan Di Ruang

Bersalinrumah Sakit Pemerintah Aceh. Idea Nursing Journal. 2016;2(2):37-42


11. Purwandari A, Manueke I, Anggraini R. Studi Kasus Manajemen Asuhan Kebidanan

Pada Ny. D.N Dengan Persalinan Normal Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang

Kota Manado. Jurnal Ilmiah Bidan, 2014; 2(1): 46-60


12.
Profil RSIA Kasih Ibu. 2017. Profil Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu Tahun

2017.Kota Manado

13. Pratama B, Koeswo M, Rokhmad K. Faktor Determinan Kepatuhan Pelaksanaan Hand

Hygiene pada Perawat IGD RSUD dr. Iskak Tulungagung. Jurnal Kedokteran Brawijaya,

2015; 28(2): 195-199

14. Ernawati E, Tri A, Wiyanto S. Penerapan Hand Hygiene Perawat di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 2014; 28(1): 89-94

Anda mungkin juga menyukai