Anda di halaman 1dari 6

Aksiologis adalah cabang filsafat yang mempersoalkan nilai.

Nilai yang menjadi energi atau

motivasi suatu ilmu dapat bertumbuh dan berkembang sesuai watak nilai yang menuntunnnya,

dimana selalu dijadikan dasar pertimbangan sehingga suatu ilmu akan selalu eksis dan berhadapan

dengan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan atas fakta. Perbedaan secara filsafati antara

pertimbangan fakta dan pertimbangan nilai adalah jika pertimbangan fakta ialah pertimbangan atas

realita tertentu walaupun hanya dalam bentuk apa adanya dan hanya merupakan pernyataan

deskriptif tentang kualitas empiris atau yang berkaitan dengan hubungan antara sesuatu hal.

Sedangkan pertimbangan nilai ialah pertimbangan yang berkaitan dengan penilaian yang dapat

saja berlangsung secara subjektif dan objektif.

Pertimbangan nilai yang mungkin dianggap sebagai ekspresi tentang perasaan atau keinginan

seseorang disebut pertimbangan subjektif, tapi jika sesuatu yang diinginkan adalah tercapainya

suatu tujuan yang dikehendaki disebut pertimbangan objektif. Nilai secara konseptual adalah

sesuatu yang diinginkan, baik dalam tataran subjektif maupun dalam tataran objektif. Ketika nilai-

nilai itu menjadi keinginan dari semua orang dan menjadi aturan tingkah laku yang bersifat khusus

atau yang mengatur orang-orang, maka nilai berubah menjadi norma. Norma jika diberikan

kekuatan pengaturan dan pemakasaannya berubah menjadi hukum. Dan kalau isi hukum itu pada

suatu waktu dapat diterima semua orang dengan tidak memandang adanya pengaruh ruang, waktu

dan keadaan, karena pada saat itu norma atau hukum berubah menjadi asas atau aturan tingkah

laku yang bersifat umum.

Administrasi bagi nilai, norma maupun asas adalah menjadi tempat untuk menerapkan semua itu

atau kelas sosial atau masyarakat secara keseluruhan. Pada waktu berlangsungnya ilmu

administrasi klasik, nilai-nilai yang diharapkan untuk dimaksimalkan adalah nilai efisien,

efektivitas, ekonomi dan rasionalitas. Nilai efisien adalah nilai yang menghendaki terjadinya
perbandingan yang terbaik antara output dan input. Sedangkan nilai efektivitas adalah nilai yang

menghendaki adanya pengaruh yang diharapkan dapat diwujudkan, sehingga substansinya adalah

keteraturan yang dapat menciptakan kesesuaian dan ketepatan apa yang direncakan dengan apa

yang terlaksana. Dari sinilah berkembang berbagai teori atau model efektivitas, sebagaiman

diuraikan oleh Azhar yang terdiri dari :

(1) Model tujuan rasional seperti pengukuran efektivitas.

(2) Model hubungan manusia seperti pengukuran kepemimpinan pada umumnya.

(3) Model sistem terbuka yaitu pengukuran yang didasarkan pada asumsi bahwa organisasi

tergantung pada pertukaran antara “pelayanan atau barang” yang dihasilkan oleh organisasi

dengan lingkungannya agar bisa bertahan.

(4) Model proses internal yaitu pengukuran bahwa efektivitas proses internal. Menurut

persepsi partisipan dalam simulasi organisasi dianggap sebagai suatu yang penting dalam

seluruh tahap perkembangan tersebut.

Nilai ekonomi adalah nilai yang dikehendaki agar diperoleh hasil yang maksimal dengan

biaya yang seminimal mungkin. Sedangkan nilai rasional adalah nilai yang didasarkan

pertimbangan rasio dan bukan pada akal sehat semata (common sense). Nilai-nilai lainnya

yang berkembang sesuai perkembangan administrasi sebagai ilmu, sebagai berikut.

1. Nilai Pengembangan Organisasi Dan Atau Kelembagaan

Organisasi adalah asosiasi dari sejumlah individu yang membentuk suatu hubungan kerja

dalam satu kesatuan kegiatan. 4 Nilai mendasar tentang aktualisasi organisasi, yaitu :

(1) Nilai ilmu yaitu nilai ilmiah yang dikembangkan dalam rangka penegakan keteraturan

dalam penataan kegiatan organisasi.


(2) Nilai inkremental yaitu nilai keterbatasan yang dimiliki oleh manusia dalam rangka

penciptaan keteraturan dalam organisasi.

(3) Nilai pluralis yaitu nilai keragaman sebagai fakta yang dihadapi dalam rangka

pengembangan keteraturan dalam organisasi.

(4) Nilai kritik yaitu nilai skeptis yang dikembangkan dalam menata keteraturan organisasi.

Secara fungsional ada 3 keteraturan sebagai substansi administrasi yaitu fungsi pertama

berkaitan proses dialog pikir manusia tentang apa yang ingin dicapai, bagaimana

mencapainya dan apa yang harus dilakukan dalam pencapaian yang disebut fungsi

perencanaan. Fungsi kedua berkaitan pelaksanaan yang mengandung banyak aspek, maka

nilai-nilai yang dikembangkan dalam fungsi keteraturan kedua mencakup fungsi kedua.

Semua aspek kegiatan pelaksanaan inilah yang disebut fungsi organizing, fungsi staffing,

fungsi direction, fungsi commanding dan fungsi motivation. Fungsi ketiga bersentuhan

nilai kesesuaian dari apa yang diinginkan dengan apa yang dilaksanakan disebut fungsi

pengawasan. Ketiga fungsi inilah menggunkan peran akal dan rasio manusia.

Nilai inkremental sebagai nilai pembatas dari kemampuan manusia adalah menjadi

pendorong dalam bekerjanya organisasi. Manusia administrasi hanyalah bekerja

berdasarkan pertimbangan terbaik antara output dan input dan itulah yang disebut efisien.

Selanjutnya nilai pluralis adalah nilai keragaman yang selalu ada dan berpeluang untuk

selalu muncul, tidak saja dalam rangka pengembangan organisasi, tetapi juga pada saat

organisasi dibentuk. Oleh karena itu, timbul pertanyaan apakah organisasi atau individu

yang harus diutamakan dalam pengembangan atau pembentukan organisasi. Simon

mengatakan bahwa yang terpenting bukan organisasinya, tetapi kepribadian orangnya.

Menurutnya organisasi itu penting karena pada lingkungan organisasi terdapat banyak daya
yang membentuk serta mengembangkan sifat-sifat serta kepribadian pribadi, organisasi

memberikan sarana kepada orang-orang yang duduk dalam jabatan yang

bertanggungjawab untuk menjalankan kekuasaan serta pengaruhnya terhadap orang lain

dan organisasi memberikan pengalaman. Selain nilai diatas, ada nilai kritis yang berarti

nilai yang selalu menuntut keteraturan dalam penataan organisasi yang berupa keragu-

raguan terhadap organisasi yang berlangsung.

2. Nilai Pengembangan Model Hubungan Kemanusiaan Dalam Organisasi

Model (makna abstraksi) hubungan kemanusiaan dalam organisasi dilihat dalam tampilan

pola atau bagan yang akan memperlihatkan adanya jaringan hubungan manusia dalam

pelaksanaan tugas yang dibentuk secara fungsionalisme yang tercermin dalam struktur

organisasi atau jenjang hubungan yang diperlakukan dalam mencapai tujuan bersama.

Model (makna teori) hubungan kemanusiaan dalam organisasi adalah suatu pola yang

melukiskan hubungan-hubungan kausalitas yang diarahkan pada pemecahan permasalahan

hubungan dalam organisasi. Model (makna paradigma) hubungan kemanusiaan dalam

organisasi berarti suatu model yang melukiskan fokus jaringan hubungan kemanusiaan

dalam organisasi. Model (makna perspektif) hubungan kemanusiaan dalam organisasi

adalah model hubungan kemanusiaan yang didekati dari sisi organisasi. Nilai-nilai yang

mendorong perkembangan konotasi model Model hubungan kemanusiaan dalam

organisasi terdiri dari :

(1) Nilai kepuasaan kerja yaitu nilai-nilai keperilakuan individu dalam organisasi.

(2) Nilai perkembangan pribadi yaitu nilai-nilai individu yang secara psikologis harus

dipertimbangkan dalam keteraturan.

(3) Nilai harga diri individu.


3. Nilai Dalam Model Pilihan Publik

Nilai dalam model pilihan publik yang menjadi energi dan motivasi pengembangan ilmu

administrasi terdiri dari 3 macam nilai, yaitu :

1) Nilai pilihan atau kehendak warga Negara yaitu nilai-nilai demokratis, nilai-nilai

keberdayaan yang harus dikembangkan dalam keteraturan yang dikehendaki, sehingga hal

ini harus berhadapan dengan tuntutan nilai awal seperti nilai efisiensi. Ilmu administrasi

terbebani oleh persoalan nilai yang semakin kompleks sehingga lahirlah teori perumusan

kebijakan publik dan teori pengambilan keputusan.

2) Nilai kesempatan mempergunakan pelayanan yang sama. Nilai ini bersentuhan dengan

kebutuhan masyarakat, diaman pelayanan yang diberikan tidak mutlak menjadi monopoli

pemerintah (administrator), tetapi kewajiban swasta dan masyarakat. Nilai inilah yang

menjadi energi pengembangan teori pelayanan dan teori good government.

3) Nilai persaingan. Nilai ini memunculkan teori pemberdayaan, teori partisipasi, teori

demokrasi dan teori demokrasi. Keragaman dengan potensi yang dimiliki memberi peluang

terjadinya persaingan dan saat itulah peluang terjadinya pilihan publik.

4. Nilai Mutakhir Dalam Pengembangan Administrasi

Nilai yang berkembang sejalan dengan asksiologi administrasi adalah :

(1) Nilai daya tanggap adalah nilai yang mendorong administrasi untuk tanggap terhadap

lingkungan. Nilai ini melahirkan studi ekologi administrasi.

(2) Nili partisipasi pekerja dan warga Negara dalam pembuatan keputusan. Inilah yang

melahirkan keberdayaan atau demokratisasi dalam sistem pengambilan keputusan yang

diharapkan adanya keterlibatan seluruh komponen Negara.

(3) Nilai keadilan sosial. Nilai yang menghendaki keluaran pelayanan masyarakat yang
disamaratakan menurut kelas sosial.

(4) Nilai pilihan warga Negara. Nilai yang menghendaki perencanaan bentuk-bentuk

pelayanan alternative untuk memperluas pilihan. Tumpang tindah dapat dicegah dengan

melakukan kontrak-kontrak sosial.

(5) Nilai tanggung jawab administrasi untuk efektivitas program.

Semua ini adalah nilai-nilai mutakhir yang harus diwujudkan dalam kerangka keteraturan

yang dikembangkan oleh administrasi. Apakah administrasi dapat mengendalikan semua

nilai itu ataukah semua nilai itu akan memberi warna pada kinerja administrasi dalam

rangka menciptakan keteraturan dalam kerja sama, adalah hasil yang diharapkan dapat

tumbuh melalui penelitian, pengkajian-pengkajian ilmiah, lebih-lebih pengkajian secara

filsafat aksiologis.

Anda mungkin juga menyukai