Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MUTU PELAYANAN KESEHATAN

DOSEN PENGAMPU:

Rapotan Hasibuan, SKM, M.KES

DISUSUN OLEH:

Mayang Dwi Octavia 0801202262

Viona Afiqah 0801203305

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberi kesempatan, taufik dan hidayah, serta inayahnya sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya

Tak lupa pula kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada dosen kami yang
telah memberikan petunjuk dalam terselesaikannya tugas makalah ini. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kami telah berusaha semaksimal
mungkin dalam menyusun tugas makalah yang sangat sederhana ini.

Oleh sebab itu, Kami sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi
perbaikan tugas makalah ini kedepannya. Semoga makalah ni dapat berguna dan bemanfaat
untuk kita semua. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, 5 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................

A. LATAR BELAKANG...................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................
C. TUJUAN.........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................

A. Definisi dan Ruang Lingkup Mutu Pelayanan Kesehatan............................................


B. Ciri-Ciri dalam Mutu Pelayanan Kesehatan.................................................................
C. Fungsi dan Jenis-Jenis Mutu Pelayanan Kesehatan......................................................
D. Metode dalam Penentuan Mutu Pelayanan Kesehatan.................................................
E. Sudut Pandang Islam terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan.........................................
F. Contoh Kasus pada Bidang Pelayanan Kesehatan Khususnya BPJS...........................

BAB III PENUTUP..................................................................................................................

A. KESIMPULAN..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bidang kesehatan yang paling terpengaruh oleh dampak globalisasi, yakni antara lain
bidang perumahsakitan, tenaga kesehatan, industri farmasi, alat kesehatan dan asuransi
kesehatan. Di bidang perumahsakitan misalnya, manajemen pelayanan kesehatan belum
efisien. Mutunya masih relatif rendah. Disinilah justru letak keunggulan rumah sakit swasta
asing yang telah terbiasa bekerja dengan sistem manajemen profesional. Kehadiran rumah
sakit swasta asing akan menguntungkan kelompok konsumen tertentu karena mempunyai
lebih banyak pilihan pelayanan kesehatan yang kian bermutu, namun rumah sakit swasta
nasional akan tersaingi dan kesenjangan pelayanan kesehatan antara kelompok yang mampu
dan yang kurang mampu akan menjadi lebih lebar.

Oleh karena itu upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah langkah
terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha Indonesia di sektor kesehatan. Hal ini tidak
ringan karena peningkatan mutu tersebut bukan hanya untuk rumah sakit saja tetapi berlaku
untuk semua tingkatan pelayanan kesehatan mulai dari Puskesmas Pembantu dan Puskesmas,
baik di fasilitas pemerintahan maupun swasta.

Peningkatan kualitas pelayanan adalah salah satu isu yang sangat krusial dalam
manajemen, baik dalam sektor pemerintah maupun sektor swasta. Hal ini terjadi karena di
satu sisi tuntunan masyarakat terhadap perbaikan kualitas pelayanan dari tahun ke tahun
menjadi semakin besar, sedangkan disisi lain, praktek penyelenggaraan pelayanan tidak
mengalami perbaikan yang berarti.

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia diamanatkan bahwa Kesehatan


merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana yang tercantum dalam
pasal 28 H ayat (1) : “ setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal
dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja definisi dan ruang lingkup Mutu Pelayanan Kesehatan?


2. Apa saja ciri-ciri dalam Mutu Pelayanan Kesehatan?
3. Apa saja fungsi dan jrnis Mutu Pelayanan Kesehatan?
4. Bagaimana metode dalam Penentuan Mutu Pelayanan Kesehatan?
5. Bagaimana sudut pandang Islam terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan?
6. Apa saja contoh kasus dalam bidang pelayanan kesehatan khususnya BPJS!

C. TUJUAN

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah


2. Untuk menambah wawasan bagi pembaca maupun pendengar
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Ruang Lingkup Mutu Pelayanan Kesehatan

Menurut kamus Bahasa Indonesia, mutu adalah ukuran, derajat, atau taraf tentang
baik buruknya suatu produk barang atau jasa. Mutu adalah perpaduan sifat-sifat dan
karakteristik produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan pemakai atau pelanggan
(Bustami, 2011).

Menurut A.A. Gde Muninjaya (2011), mutu adalah apa yang diharapkan atau
ditentukan oleh konsumen. Erwin Suryatama (2014) mendefinisikan bahwa mutu adalah
gambaran karakteristik langsung dari suatu produk. Kualitas bisa diketahui dari segi bentuk,
penampilan, performa suatu produk, dan juga bisa dilihat dari segi fungsinya serta segi
estetisnya.

Dening dalam Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin (2009) mendefinisikan mutu
atau kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Dari beberapa
definisi tersebut, maka dapat diketahui bahwa mutu adalah ukuran yang dibuat oleh
konsumen terhadap produk atau jasa yang dilihat dari segala dimensi atau karakteristik untuk
memenuhi tuntutan kebutuhan, keamanan, dan kenyamanan konsumen.

Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang


sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber
daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisien dan efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat
konsumen (Bustami, 2011).

Menurut Kemenkes RI (2010) dalam A.A. Gde Muninjaya (2011), mutu pelayanan
kesehatan meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan,
tidak saja yang dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan rata-rata
penduduk tapi tetapi juga sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.
Mutu layanan kesehatan akan selalu menyangkut dua aspek yaitu pertama aspek teknis dari
penyedia layanan kesehatan itu sendiri dan kedua, aspek kemanusiaan yang timbul sebagai
akibat hubungan yang terjadi antara pemberi layanan kesehatan dan penerima layanan
kesehatan (Pohan, 2006).

Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efektif dan
efisien sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara
menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil
penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan sehingga tercapai derajat kesehatan
yang optimal (Nursalam, 2014).

B. Ciri-Ciri dalam Mutu Pelayanan Kesehatan

1. Kenyataan bahwa “bahan baku” dari industri jasa kesehatan adalah manusia. Tujuan
utama dalam industri rumah sakit adalah melayani kebutuhan manusia, bukan semata-
mata menghasilkan produk dengan proses dan biaya yang seefisien mungkin. Unsur
manusia perlu mendapatkan perhatian dan tanggung jawab utama pengelola rumah
sakit. Perbedaan ini mempunyai dampak penting dalam manajemen, khususnya
menyangkut pertimbangan etika dan nilai kehidupan manusia.
2. Kenyataan bahwa dalam industri rumah sakit yang disebut sebagai pelanggan tidak
selalu mereka yang menerima pelayanan. Pasien adalah mereka yang diobati di rumah
sakit. Akan tetapi, kadang-kadang bukan mereka sendiri yang menentukan rumah
sakit mana mereka harus dirawat. Berbeda dengan bisnis restoran, dimana setelah
masuk restoran, maka si pelangganlah yang menentukan menu yang akan dibelinya di
restoran itu. Perbedaan mendasar inilah yang perlu mendapatkan perhatian yang amat
penting bagi para pengelola rumah sakit.
3. Kenyataan menunjukkan bahwa pentingnya peran para professional, termasuk dokter,
perawat, ahli farmasi, fisioterapi, radiographer, ahli gizi dll. Maka dari itu perlu
hubungan dengan para professional perlu dipelihara dengan baik, karena hubungan
antara dokter dengan rumah sakit adalah hubungan simbiosis.

C. Fungsi dan Jenis-Jenis Mutu Pelayanan Kesehatan

Fungsi

1. Melaksanakan pelayanan kesehatan umum kepada masyarakat


2. Melaksanakan pemeriksaan dan pengobatan kepada masyarakat agar terhindar dari
penyakit
3. Memberi penyuluhan pada pasien/ masyarakat tentang pentingnya kesehatan
4. Menjadikan masyarakat senantiasa sehat dan sejahtera
5. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat

Jenis

1. Pelayanan Kedokteran / Medis (Private Good) Pelayanan kesehatan yang dimaksud


dalam kelompok pelayanan medis / kedokteran (medical services) ini ditandai
dengan cara pengorganisasiannya yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau
secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution), adapun tujuan utamanya
adalah untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan serta sasarannya
terutama untuk perseorangan dan keluarga.
2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat (public Good) Pelayanan kesehatan yang
dimaksud dalam kelompok pelayanan kesehatan masyarakat (public health services)
ini ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama
dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya terutama untuk kelompok dan
masyarakat.

D. Metode dalam Penentuan Mutu Pelayanan Kesehatan

 Urgency : Urgensi adalah seberapa mendesaknya kebutuhan/ masalah dari segi waktu.
 Seriousness : Pada aspek ini, kita melihat seberapa serius/ parah dampak masalah
tersebut terhadap produktivitas organisasi, seberapa membahayakan sistem, dan dan
seberapa dampaknya dapat mempengaruhi keberhasilan.
 Growth : Pada aspek ini, kita mengkaji seberapa besar isu tersebut dapat tumbuh/
meluas/ berkembang menjadi masalah lain atau makin memburuk jika masalah
tersebut tidak segera diatasi.

Dalam berbagai literatur, terdapat beberapa metode lain yang digunakan untuk
menetapkan prioritas masalah di pelayanan kesehatan. Masing-masing melihat lebih dari satu
aspek yang menjadi bahan pertimbangan penetapan prioritas masalah. Proses penetapan
prioritas masalah juga umumnya melibatkan pihak lain di luar fasilitas kesehatan, yaitu dinas
kesehatan dan komponen-komponen pemerintah lainnya, tenaga kesehatan, serta perwakilan
dari masyarakat.
Berbagai negara di dunia dengan manajemen pelayanan kesehatan yang baik
menerapkan beberapa prinsip dalam menetapkan prioritas penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Di Norwegia, penetapan prioritas masalah dilakukan dengan mempertimbangkan
prinsip severity, efek potensial, cost-effectiveness, serta sumber pendanaan. Adapun di
Belandam prinsip penetapan prioritas mempertimbangkan seberapa pentingnya pelayanan (is
care necessary), seberapa efisien pelayanan dapat diberikan, seberapa efektif pelayanan, serta
apakah dapat dibiarkan menjadi tanggung jawab individu (personal).

E. Sudut Pandang Islam terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan

Permasalahan klien (pasien) dengan segala keunikannya tersebut harus dihadapi


dengan pendekatan silaturrahmi (interpersonal) dengan sebaik-baiknya didasari dengan iman,
ilmu dan amal. Untuk dapat memberikan asuhan medik dan asuhan keperawatan kepada
pasien, dokter dan perawat dituntut memiliki keterampilan intelektual, interpersonal, teknikal,
serta memiliki kemampuan berdakwah amar ma’ruf nahi munkar yang berpedoman pada
kaidah-kaidah Islam, medik dan keperawatan yang mencakup:

1. Pertama, menerapkan konsep, teori dan prinsip dalam keilmuan terkait asuhan medik
dan asuhan keperawatan dengan mengutamakan pedoman pada Alquran dan hadis;
2. Kedua, melaksanakan asuhan medik dan asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan islami melalui kegiatan kegiatan pengkajian yang berdasarkan bukti
(evidence-based healthcare);
3. Ketiga, mempertanggungjawabkan atas segala tindakan dan perbuatan yang
berdasarkan bukti (evidence-based healthcare);
4. Keempat, berlaku jujur, ikhlas dalam memberikan pertolongan kepada pasien baik
secara individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat dan semata-mata
mengharapkan ridha Allah Swt, dan;
5. Kelima, bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan menyelesaikan masalah pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada asuhan medik dan asuhan keperawatan yang berdasarkan bukti
(evidence-based healthcare).

Praktik dengan lima pendekatan tersebut merupakan integrasi kemampuan klinis


individual dengan bukti klinis eksternal yang terbaik dan yang tersedia dari penelitian klinis
yang sistematis (akurasi dan presisi tes diagnostik, kekuatan tanda-tanda prognosis,
kemangkusan serta keamanan terapi, rehabilitasi dan tindakan prevensi).
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang islami di RS, para dokter dan perawat
muslim haruslah mencerminkan pada pengetahuan, sikap dan keterampilan profesional. Islam
telah menetapkan beberapa sifat-sifat terpuji bagi manusia. Sifat-sifat itu harus dimiliki oleh
dokter dan perawat Muslim. Secara khusus, dokter dan perawat yang melaksanakan
pelayanan kesehatan harus mempunyai sifat-sifat sbb: (1) tulus ikhlas karena Allah (QS. Al-
Bayyinah: 5); (2) penyantun (QS. Al-A’raf: 56, QS. Al-Baqarah: 263); (3) ramah (QS. Ali
Imran: 159); (4) sabar (QS. Asy-Syura: 43); (5) tenang (HR. Ibnu Sa’ad); (6) tegas (HR.
Ahmad dan Bukhari); (7) patuh pada peraturan (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Daud); (8)
bersih (QS. At-Taubah: 108, QS. Al-Muddattsir: 4, HR. Abu Daud); (9) penyimpan rahasia
(QS. An-Nisa: 148, QS. An-Nur: 19, HR. Ibnu Majjah, Abu Daud, Muslim, Abu Hurairah);
(10) dapat dipercaya (QS. Al-Mukminun: 1-11, QS. Al-Anfal: 27, QS. An-Nisa: 58, HR.
Ahmad); (11) bertanggung jawab (QS. Al-Isra’: 36, HR. Ibnu Hibban, Anas bin Malik, dan
Ahmad).

Seperti diketahui, dalam pelayanan kesehatan terdapat asuhan medis dan asuhan
keperawatan. Asuhan medis dilaksanakan oleh dokter dan asuhan keperawatan dilakukan
oleh perawat. Sebagai hamba Allah, para dokter dan perawat yang bekerja di RS Islam adalah
seorang muslim, yang mempunyai tujuan hidup hasanah fid-dunya dan hasanah fil-akhirah. Ia
semata-mata mengabdi kepada Allah Swt (QS. Al-An’am: 112), dengan cara menjauhi semua
larangan Allah (QS. Ali Imran: 110) dan mematuhi semua perintah Allah, Rasul-Nya dan Ulil
Amri.

Dokter dan perawat muslim harus menyadari dan menginsyafi bahwa mengobati
orang sakit karena Allah, adalah suatu amal yang amat tinggi nilainya. Dengan demikian,
mereka telah melaksanakan dakwah Islam, bahwa Allah-lah yang telah menurunkan penyakit
dan Dia pulalah yang menurunkan obatnya. Dokter dan perawat hanya dapat mengenali jenis
penyakit dan mengobati dan merawat pasien, namun hanya Allah jualah yang
menyembuhkan. Dokter dan perawat muslim harus menghilangkan angggapan bahwa dialah
yang menyembuhkan pasiennya. Dengan demikian para dokter dan perawat muslim harus
menyadari mereka adalah khalifah Allah dalam pelayanan kesehatan.

F. Contoh Kasus pada Bidang Pelayanan Kesehatan Khususnya BPJS

Banyaknya masyarakat mengatakan program Jaminan Kesehatan Nasional yang


pelaksanaannya dipercayakan pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
masih jauh dari makna keadilan. Dia menilai penerapan BPJS Kesehatan masih memiliki
persoalan dalam banyak hal.

1. Yang pertama, persoalan BPJS Kesehatan sudah muncul sejak proses aktivasi kartu.
BPJS menerapkan aturan bahwa kartu pengguna BPJS baru bisa aktif sepekan setelah
pendaftaran diterima. "Padahal sakit menimpa tanpa terduga dan tak mungkin bisa
ditunda,"
2. Selanjutnya, rujukan lembaga jasa kesehatan yang ditunjuk BPJS Kesehatan juga
terbatas dan tidak fleksibel. Peserta BPJS hanya boleh memilih satu fasilitas
kesehatan untuk memperoleh rujukan dan tak bisa ke faskes lain meski sama-sama
bekerja sama dengan BPJS. Keterbatasan itu, menyulitkan orang yang sering
bepergian dan bekerja di tempat jauh.
3. Selanjutnya adalah rumitnya alur pelayanan BPJS Kesehatan karena menerapkan alur
pelayanan berjenjang. Sebelum ke rumah sakit, peserta wajib terlebih dulu ke faskes
tingkat pertama, yaitu puskesmas.
4. Dan banyak peserta BPJS mengeluhkan pembayaran biaya pengobatan yang tak
ditanggung sepenuhnya oleh BPJS. Harli menilai, sesuai dengan Pasal 2 Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS seharusnya menyelenggarakan sistem jaminan
sosial berdasar asas kemanusiaan, manfaat, dan keadilan sosial bagi semua rakyat
Indonesia.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods)
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan
masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan
jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

.
DAFTAR ISI

Alimul, Aziz. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika.

__________. 2004. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika.

2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Anjaswati, Tri. 2002. Analisis Tingkat Kepuasan Klien terhadap Perilaku “Caring” Perawat.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi IV).
Jakarta : Rineka Cipta.

BPS. 2008. Pendataan Program Perlindungan Sosial. BPS. Jakarta.

Depkes. 2008. Petunjuk Tehnis Program Jaminan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas dan
Jaringannya. Jakarta : Dirjen Binkesmas.

Aditama. Tjandra Yoga. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Universitas Indonesia Press.
Jakarta, 2002.

Ahmad Djojosugito, Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Kesehatan Menyongsong


AFTA 2003, Pusat Data dan Informasi PERSI, Jakarta, 2001.

Anda mungkin juga menyukai