Anda di halaman 1dari 32

DISTRICT HEALTH ACCOUNT (DHA)

Oleh : HENDY CANDRAWIJAYA ANIF SETYO RINI NADYA KHOIRINA NURNANINGSIH

1. 2. 3. 4.

PENDAHULUAN
Undang undang no. 32 tahun 2004 Undang undang no. 33 tahun 2004 Desentralisasi Pemerintah Daerah Perencanaan informasi keuangan/pendanaan sangatlah terbatas DHA

PEMBAHASAN
1. 2. 3. 4. DEFINISI DHA TUJUAN DAN MANFAAT TAHAPAN PENERAPAN DHA DHA DALAM PEMBIAYAAN KESEHATAN DI INDONESIA

DEFINISI DHA
Health Account (HA)
Proses menggmbrkn aliran dana dan belanja penyelenggaraan sistem kesehatan yang merupakan monitoring semua transaksi di tingkat wilayah, kelompok penduduk dan dimensi sosial ekonomi serta epidemiologi (Than Sien dan Waheed, 2003)

National Health Account (NHA) HA tingkat nasional District Health Account (DHA) HA tingkat kota / kabupaten

Konsep Aliran Health Account


Provider Kesehatan (digunakan oleh siapa)

Sumber Dana (dari mana)

Agen Pembiayaan (diserahkan melalui siapa)

Fungsi Kesehatan (digunakan Untuk apa)

DEFINISI DHA
District Health Account (DHA) merupakan suatu cerminan atau raport yang menunjukkan hasil kinerja keuangan untuk bidang kesehatan di kabupaten / kota. District Health Account (DHA) adalah proses pencatatan dan klasifikasi data biaya kesehatan yang menggambarkan aliran dana dan belanja kesehatan dalam sebuah sistem kesehatan mulai dari sumber sampai pemanfaatannya, alokasinya menurut kelompok penduduk, sosial ekonomi dan epidemiologi.

TUJUAN DHA
1. Mengetahui situasi pembiayaan secara menyeluruh 2. Menyusun kebijakan pembiayaan kesehatan nasional 3. Menyusun anggaran tahunan kesehatan pemerintah

4. Membandingkan pembiayaan antar negara yang


kemudian dikaitkan dengan kinerja pembangunan kesehatan 5. DHA berguna untuk penyusunan PHA (Provinsi) dan NHA (Nasional)

MANFAAT DHA :
1. DHA MEMBANTU PERENCANAAN DAN ADVOKASI

Data DHA mengenai pembiayaan, sumber, pemanfaatan dan penerima manfaat akan menunjukkan: Kecukupan (sufficiency) Efektifitas dan efisiensi Equity Sustainability Partisipasi sosial

untuk mengetahui realistis tidaknya usulan pembiayaan berdasarkan kemampuan financial yang dimiliki. Identifikasi kesenjangan (gap) antara kebutuhan dengan kenyataan dana yang tersedia tahun-tahun lalu. Advokasi untuk mendapatkan dana yang memadai berdasarkan evidence DHA mempunyai manfaat bagi perencanaan berbasis fakta.

2. MENILAI KINERJA PEMBIAYAAN Kinerja pembiayaan dapat dinilai dari beberapa indikator: Kecukupan (sufficiency)apakah dana yang dikeluarkan apakah sudah memadai dari sisi besaran dan apa kendalanya Efisiensi dan efektifitas Efisiensi Sepadan hasil dengan pengorbanan sumber daya (worth spent) Efektif sasaran/ target tercapai, outcome memuaskan

Sustainabilitas Keberlanjutan kegiatan dengan dukungan dana yang memadai, terutama bersumber dari dana lokal (tergantung peran dan fungsi Pusat-ProvinsiKabupaten/kota) Equity Pemerataan yang adil, bukan sama rata. Mengandung unsur:need, geografi, sosioekonomi.

TAHAPAN PElaksanaan DHA


1. 2. 3. 4. PENGUMPULAN DATA PENGKLASIFIKASIAN DATA INTERPRETASI HASIL DAN ANALISIS DATA MENYUSUN REKOMENDASI

Tahapan 1 : PENGUMPULAN DATA


Data yang dipergunakan merupakan data primer yaitu data realisasi anggaran kesehatan yang bersumber dalam DPA SKPD masing-masing dinas/instasi atau DIPA anggaran Pusat (dekonsentrasi, Tugas Pembantuan).

Data lain yang di entry


1. Belanja kesehatan perusahaan swasta 1. Premi jamsostek 2. Belanja kesehatan perusahaan swasta 2. Belanja asuransi kesehatan (belanja RT dari susuenas) 3. Belanja ranjal pkm (belanja RT dari susenas) 4. Belanja irna pkm (belanja RT dari susenas) 5. Belanja fasilitas kesehatan swasta (blanja RT dari SUSENAS) 6. Belanja RT ke RSUD (brdasarkn penerimaan / retribusi px umum ke RSUD)

Data keuangan dikumpulkan melalui jejaring informasi yang sudah dibangun bersama-sama antara dinas kesehatan serta SKPD yang terkait pembangunan kesehatan. Sektor terkait pembangunan kesehatan antara lain : 1. Rumah Sakit Daerah 2. Rumah Sakit Swasta 3. Kantor PMD 4. DPKAD 5. DPU 6. BKK-PP dan KB 7. Bappeda

TAHAPAN 2. PENGKLASIFIKASIAN DATA (a-f) memudahkan dalam proses entri dan analisis data, meliputi : a. Sumber Biaya

b. Pengelola anggaran

c. Penyelenggara pelayanan program

d. Jenis kegiatan

e. Mata anggaran

f. Jenis program

g. Jenjang Kegiatan

h. Penerima Manfaat

TAHAPAN 3. INTEPRETASI HASIL DAN ANALISIS DATA


1. Porsi pembiayaan kesehatan pemerintah sebesar 31,17 % dari seluruh total pembiayaan kabupaten. 2. Anggaran kesehatan perkapitan penduduk sebesar $53,35 3. Realisasi anggaran kesehatan diluar gaji sebesar 10,54 % dari total APBD Kabupaten. 4. Biaya kesehatan berdasarkan pengelola anggaran pemerintah sebesar 30,02 % 5. Porsi pembiayaan kesehatan yang diselenggarakan oleh Dinkes sebesar 12,31 % dari seluruh total anggaran kabupaten.

TAHAPAN 4. MENYUSUN REKOMENDASI


1. Perlunya advokasi anggaran lebih intensif guna menaikan anggaran kesehatan sehingga mencapai 5 % dari anggaran pemerintah pusat diluar gaji dan 10 % dari anggaran pendapatan dan belanja daerah diluar gaji . 2. Peningkatan anggaran guna program-program prioritas yaitu untuk penurunan AKI, AKB, Gizi Buruk, DBD, TBC. 3. Peningkatan anggaran untuk kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat untuk mendukung upaya preventif dan promotif.

DISTRIC HEALTH ACCOUNT (DHA) DALAM PEMBIAYAAN KESEHATAN DI INDONESIA


Proses DHA bisa menjadi masukan untuk proses desentralisasi fiskal yang lebih berkeadilan. Hasil analisa yang dihasilkan akan menjadi rujukan penting untuk alokasi DAU, DAK, Dekon, TP, dan Jamkesmas. Analisa health account juga diperlukan sebagai dasar untuk melakukan reformasi pembiayaan kesehatan dan untuk perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja.(Dinkes Kupang, 2007)

Masalah dan tantangan dalam sub-sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia : 1. Prospek beban biaya kesehatan NHA, PHA dan DHA dibutuhkan Karena kecenderungan meningkatnya beban pembiayaan kesehatan nasional.
Peningkatan karena INFLASI biaya kesehatan, yang disebabkan oleh kenaikan harga input pelayanan kesehatan (obat, teknologi kesehatan dan biaya tenaga kesehatan)

2. Beban pembiayaan kesehatan penduduk miskin Manfaat DHA untuk apakah suatu daerah cukup mampu untuk membiayai atau turut membiayai pemeliharaan kesehatan penduduk miskin.
Misalnya, Pemda Kutai Kertanegara (APBD mendekati Rp 4 triliun), Pemda Bengkalis (APBD sekitarRp 2.6 triliun) seharusnya mampu mengalokasikan lebih besar untuk pembiayaan pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Dengan perkataan lain, kalau DHA dilakukan diseluruh Indonesia, bisa dikembangkan formula nasional dimana peranan pusat diarahkan sebagai instrument pemerataan (equalizing role).

3. Reformasi pembiayaan NHA/PHA dan DHA dibutuhkan terkait kebijakan dan rencana besar untuk melakukan reformasi sistem pembiayaan kesehatan.
Pada tingkat nasional, undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) mengarahkan agar Asuransi Kesehatan Sosial dikembangkan di Indonesia. Sementara itu di banyak daerah telah dikembangkan sistem pembiayaan kesehatan daerah yang modelnya cukup beragam. Ada yang menerapkan sistem asuransi sukarela bersubsidi (Toba Samosir), asuransi model JPKM terpadu (Jaminan Kesehatan Jembrana), pelayanan dasar gratis (Kota Medan, Kota Batam), dll.

Hasil NHA dan DHA akan membantu strategi yang tepat dalam mengembangkan sistem asuransi tersebut.
4. Standar Pelayanan Minimum Proses penyusunan Standar Pelayanan Minimum (SPM) seperti diamanatkan dalam UU No. 32/2004 dan PP No. 38/2007 adalah salah satu proses desentralisasi untuk menyerahkan fungsi tertentu kepada daerah, termasuk tanggung jawab pembiayaan, pelaksanaan dan pertanggung jawaban kinerja fungsi tersebut.

Berdasarkan masalah tersebut maka Kebutuhan akan kegiatan health account baik pada tingkat nasional (NHA) maupun daerah (PHA dan DHA) semakin dibutuhkan

DAFTAR PUSTAKA http://www.dinkes-kotakupang.web.id/wartadinkes/158-analisa-data-district-healthaccount-dha.html http://dinkes.bantulkab.go.id/documents/201 20725083524-dha-2012.pdf

Anda mungkin juga menyukai