TAHUN 2021
2
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit pada Pasal 29
ayat (1) huruf o, disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan upaya kesehatan Rumah Sakit
mempunyai kewajiban memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan
bencana. Kemudian dalam penjelasan pasal 29 ayat (1) huruf o, disebutkan bahwa yang
dimaksud memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanganan bencana adalah bahwa
Rumah Sakit dibangun serta dilengkapi dengan sarana, prasarana dan peralatan yang dapat
difungsikan serta dipelihara sedemikian rupa untuk mendapatkan keamanan, mencegah
kebakaran/bencana dengan terjaminnya keamanan, kesehatan dan keselamatan pasien,
petugas, pengunjung, dan lingkungan Rumah Sakit
Menurut penjelasan Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 yang
dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu Rumah
Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya
asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen risiko terhadap terhadap pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan
solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko
A. Latar Belakang
3
Selain itu Rumah Sakit sebagai tempat kerja harus dikelola dengan baik. Oleh karena itu
pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja dan menjamin lingkungan
kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja ( UU No. 36
Tahun 2009, psl 164 ayat 6 ).
B. Tujuan
1. Memberikan panduan sistimmanajemen risiko yang baku danberlaku dirumah sakit
2. Memastikansistimmanajemenrisikoberjalandengan baik agar proses identifikasi,
analisa, dan pengelolaan risiko ini dapat memberikan manfaat bagi keselamatan pasien
dan peningkatan mutu rumah sakit secara keseluruhan
3. Membangun sistim monitoring dan komunikasi serta konsultasi yang efektif demi
tercapainya tujuan diatas dan penerapan yang berkesinambungan
4
BAB II
TATA LAKSANA ICRA
Monitoring dan evaluasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memastikan
pelaksanaan kegiatan tetap pada jalurnya sesuai pedoman dan perencanaan program dalam
rangka pengendalian suatu program, selain juga memberikan informasi kepada pengelola
program akan hambatan dan penyimpangan yang terjadi sebagai masukan dalam
melakukan evaluasi. Dalam program PPI monitoring dan evaluasi bertujuan untuk
mengukur keberhasilan pelaksanaan program dan kepatuhan penerapan oleh petugas serta
evaluasi angka kejadianHAIs melalui pengkajian risiko infeksi/Infection Control Risk
Assesment(ICRA), audit, dan monitoring dan evaluasi lainya secara berkala yang
dilakukan oleh Komite atau Tim PPI
Salah satu program dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan adalah melakukan pengkajian risiko.Pengkajian risiko sebaiknya
dilakukansetiapawal tahunsebelum memulai program dan dapat setiap saat ketika
dibutuhkan
A. Definisi
1. Risiko adalah potensi terjadinya kerugian yg dapat timbul dari proses kegiatan saat
sekarang atau kejadian dimasa datang (ERM,RiskManagement Handbook for Health
CareOrganization)
2. Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan dampaknya. Suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses
secara rinci dan berurutan, baikkejadianyang aktualmaupunyangpotensialberisiko
ataupun kegagalan dan suatu yang rentan melalui proses yang logis, dengan
memprioritaskan area yang akan diperbaiki berdasarkan dampak yang akan di
timbulkan baik aktual maupun potensial dari suatu proses perawatan, pengobatan
ataupun pelayanan yang diberikan
3. Pencatatan risiko adalah pencatatan semua risiko yang sudah diidentifikasi, untuk
kemudian dilakukan pemeringkatan (grading) untuk menentukan matriks risiko
dengan kategori merah, kuning dan hijau
5
4. ICRA adalah proses multi disiplin yang berfokus pada pengurangan
infeksi,pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi pasien,
fasilitas dan program :
a. Fokus pada pengurangan risiko dari infeksi
b. Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan
fasilitas, dan
c. Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan lingkungan perawatan, yang
memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial
d. ICRA merupakan pengkajian yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif
terhadap risikoinfeksi terkait aktifitaspengendalian infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan serta mengenali ancaman/bahaya dari aktifitas tersebut
B. Tujuan:
Untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya HAIs pada pasien, petugas dan
pengunjung di rumah sakit dengan cara :
1. External
a. Terkait dengan komunitas: Kejadian KLB dikomunitas yang berhubungan
dengan penyakit menular: influenza, meningitis
b. Penyakit lain yg berhubungan dengan kontaminasi pada makanan, air seperti
hepatitis A dan salmonella
c. Terkaitdenganbencana alam:tornado,banjir,gempa, dan lain- lain
d. Kecelakaan massal : pesawat, bus, dan lain-lain
2. Internal
a. Risiko terkait pasien:Jenis kelamin,usia,populasi kebutuhan khusus
6
b. Risiko terkait petugas kesehatan
➢ Kebiasaan kesehatan perorangan
➢ Budaya keyakinan tentang penyakit menular
➢ Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit
➢ Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (Kebersihan tangan,
pemakaian APD , tehnik isolasi),
➢ Skrening yang tidak adekuat terhadap penyakit menular
➢ Kebersihan tangan
➢ NSI
c. Risiko terkait pelaksanaan prosedur
➢ Prosedur invasif yang dilakukan
➢ Peralatan yang dipakai
➢ Pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu tindakan
➢ Persiapan pasien yang memadai
➢ Kepatuhan terhadap tehnik pencegahan yang direkomendasikan
d. Risiko terkait peralatan
Pembersihan, desinfektan dan sterilisasi untukproses peralatan
➢ Instrumen bedah
➢ Prostesa
➢ Pemrosesan alat sekali pakai
➢ Pembungkusan kembali alat
➢ Peralatan yang dipakai
e. Risiko terkait lingkungan
➢ Pembangunan / renovasi
➢ Kelengkapan peralatan
➢ Pembersihan lingkungan
1. Identifikasi risiko
7
b. Identifikasi aktivitas-aktivitas dan pekerjaan yang menempatkan pasien, tenaga
kesehatan dan pengunjung pada risiko
c. Identifikasi agen infeksius yang terlibat, dan
d. Identifikasi cara transmisi
2. Analisa resiko
a. Mengapa hal ini terjadi ?
b. Berapa sering hal ini terjadi ?
c. Siapa saja yang berkontribusi terhadap kejadian tersebut ?
d. Dimana kejadian tersebut terjadi ?
e. Apadampakyangpalingmungkinterjadijikatindakanyangsesuai tidak dilakukan ?
f. Berapa besar biaya untuk mencegah kejadian tersebut ?
3. Kontrol resiko
a. Mencari strategi untuk mengurangi risiko yang akan mengeliminasi
ataumengurangirisikoataumengurangikemungkinanrisikoyang ada menjadi
masalah
b. Menempatkan rencana pengurangan risiko yang sudah disetujui pada masalah
4. Monitoring resiko
a. Memastikan rencana pengurangan risiko dilaksanakan
b. Hal ini dapat dilakukan dengan audit dan atau surveilans dan memberikan
umpan balik kepada staf dan manajer terkait
8
Sumber: Basic Consepts ofInfection Control,IFEC, 2011
9
Jenis risiko dan tingkat risiko berbeda di setiap unit fasilitas pelayanankesehatan,sepertidi
IGD,ICU,instalasibedah,rawatinap, laboratorium, renovasi/pembangunan, dan lainnya.
Pencatatan risiko adalah pencatatan semua risiko yang sudah diidentifikasi,untuk
kemudian dilakukanpemeringkatan (grading) untuk menentukan matriks risiko
dengan kategori merah, kuning dan hijau. Pemeringkatan (grading) dalam bentuk
table sebagai berikut :
10
11
SKOR : Nilai Probabilitas X Nilai Risiko/Dampak X Nilai Sistem yang ada
Untuk Kasus yang Membutuhkan Penanganan Segera
Tindakan sesuaiTingkat dan Band Risiko
12
13
Pengkajian risiko pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan didapatkan melalui masukandari lintas unit yaitu :
1. Pimpinan
2. Anggota tim PPIRS, IPCN / IPCN-link
3. Staf medik
4. Perawat
5. Laboratorium
6. Unit Produksi Makanan
7. Unit Pelayanan Laundri
14
8. Unit Perawatan Intensif
9. Unit Rawat Jalan
10. Unit Sanitasi dan Lingkungan
11. Instalasi Sterilisasi Pusat
12. Instalasi Laboratorium
13. Instalasi Farmasi
14. Instalasi Jenazah
15. Koordinator lain yang diperlukan
16. Komite Mutu
17. Staf PPIRS
18. IPCD/IPCO/IPCN/IPCN-link
19. Petugas kesehatan lain
20. Bidang Keperawatan
21. Bidang Teknik
22. Administrasi
15
D. AUDIT
Audit berarti melakukan pengecekan terhadap praktik aktual terhadap standar yang
ada, termasuk tentang membuat laporan ketidakpatuhan atau isu-isu yang dipertimbangkan
oleh tenaga kesehatan lainnya atau oleh Tim PPI. Pemberitahuanhasilauditkepadastafdapat
membantu mereka untuk mengidentifikasi dimana perbaikan yang diperlukan. Audit
internal termasuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektifitasproses
manajemenrisiko RS.
16
1. Metode Audit
17
2. Persiapan Tim Audit
Pengisian kuisioneroleh pegawai tentang praktik PPIyang aman harus dibagikan dan
disosialisasikan sebelum adanya audit.Kuisioner dapat dikembangkan terus-menerus
membantu penentuan praktik areayangharusdiaudit.Responden mencantumkan
identitasdengan pekerjaan(contoh:perawat,dokter,radiographer, costumerservices).
3. Prinsip-prinsip Dasar
18
b. Chart sebab akibat yang menggambarkan bukti untuk praktik
yangoptimaldandigunakan jugauntukRCAdariketidaksesuaian, dalam
hubungannya dengan standar
c. SOP untuk bundletermasuk kriteria spesifik
d. Lembar pengumpul data
e. Penjelasan bundlekepada staf klinik (grup diskusi, presentasi slide).
Bundles secara khusus terdiri atas set kritikal kecil dari suatu prosedur (biasanya 3-5),
semuanya ditentukan oleh bukti kuat, dimanaketikadilakukan bersama-
samamenciptakanperbaikanyang bagus. Secara sukses dalam melengkapi setiap
langkah adalah suatu proses langsung dan bisa diaudit.
4. Jenis audit :
A. Tool kit audit dari “the Community and Hospital Infection Control Association”
Kanada
B. Toolkit audit WHO
C. Audit dilaksanakan pada :
➢ Kebersihan tangan (kesiapandanpraktik,suplaisepertisabun, tissue, produk
handrubberbasis alkohol)
➢ Memakai kewaspadaan standar/praktik rutin
➢ Menggunakan kewaspadaan isolasi
➢ Menggunakan APD
➢ Monitoring peralatan sterilisasi
➢ Pembersihan, disinfeksi, dan sterilisasi peralatan pakai ulang seperti
bronkoskopi, dan instrument bedah
➢ Pembersihan area lingkungan perawatan
➢ Praktik HD, peralatan dan fasilitas
➢ Praktik PPI di OK,aseptik,danantiseptikpra-bedah,kontrolalur, persiapan kulit
pasien, pencukuran (pada daerah khusus), kebersihan tangan bedah, dan
antibiotika profilaksis
➢ Praktik dan alat medis yang diproses ulang diklinik dan kantor dokter
➢ Isu-isu keselamatan kerja seperti tertusuk benda tajam/jarum, vaksinasi
petugas
➢ Manajemen KLB
➢ Alat audit sendiri untuk Komite PPI
19
Data audit dapat digunakan sebagai tujuan/target tahunan program PPI. Juga dapat
membantu dalam pengambilan keputusan pemenuhan standar di fasyankes
D. Laporan
Hasil audit yang telah lengkap dikaji ulang bersama pihak manajemen dan staf di
area yang diaudit sebelum dilaporkan.Di dalam laporan harus diinformasikan
bagaimana audit dilakukan, metode yang dipakai, data kepatuhan, temuan, dan
rekomendasi. Laporan audit bisa tercakup di dalam :
20
21
F. MONITORING DANEVALUASIBERKALA
Laporan Asassmen resiko ICRA dilakukan setahun sekali (pada awal tahun).
22
BAB III
DAFTAR RESIKO / RISK REGISTER
A. ICRA – Daftar Resiko dan Analisis ; Prosedur Therapy Cairan dan Proses Asuhan Invasif
Resiko yang Sangat Sering Mungkin Jarang Sangat Mengancam Kemungkinan Memperpanjang Dampak Tidak
No Skors
diidentifiasi Sering Terjadi Jarang nyawa / kehilangan masa rawat inap klinis / signifikan
(4-5 kali (1-2
anggota tubuh fungsi finansial (Dampak Sangat Tidak
( ≥ 1 / minggu (5-10 kali kali / ( < 4 kali Baik Cukup Kurang
/ fungsi tubuh/anggota moderate klinis / Baik ada
kali / / bulan) bulan) / tahun)
gerak finansial
hari)
sedikit)
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1 Kurangnya 4 3 36
kepatuhan mencuci
tangan sebelum
pemasangan infus
23
2 Tindakan aseptik dan 3 3 2 18
antiseptik yang
kurang / tidak tepat
4 Teknik pemasangan 1 4 4 16
infus yang salah
5 Penyuntikan obat 1 1 4 4
tidak melalui
threeway
6 Penambahan obat 2 1 3 6
kedalam botol cairan
infus melalui
penusukan badan
botol / dasar botol.
24
8 Penggantian infus 3 3 3 27
tidak segera
dilakukan setelah
dijumpai tanda awal
phlebitis.
25
Sistem Saat Ini
Sangat Sering Mungkin Jarang Sangat Mengancam Kemungkinan Memperpanjang Dampak Tidak
No Resiko yang diidentifiasi Skors
Sering Terjadi Jarang nyawa / kehilangan masa rawat inap klinis / signifikan
(4-5 kali (1-2
anggota fungsi finansial (Dampak Sangat Tidak
( ≥ 1 kali / (5-10 kali kali / ( < 4 kali Baik Cukup Kurang
tubuh / tubuh/anggota moderate klinis / Baik ada
/ hari) minggu / bulan) bulan) / tahun)
fungsi gerak finansial
sedikit)
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
26
14 Kejadian perawat tertusuk 2 1 4 8
jarum
15 Lain-lain :
a.
b.
c.
27
SKALA PRIORITAS ICRA TERAPY CAIRAN
JENIS
NO KELOMPOK SKOR PRIORITAS TUJUAN KHUSUS STRATEGI EVALUASI PROGRESS/ANALISA
RESIKO
1. Percabangan/ 48 Pasien mendapat 1.Meminimalkan resiko 1.Pemantauan kompatibilitas Obat parenteral dalam program Pelaksanaan rekomendasi
terapi yang optimal inkompatibilitas obat obat injeksi pada program terapi pasien diberikan sesuai kompatibilitas obat yang
pencampuran
injeksi pada program terapi pasien (di ICU) kompatibilitasnya dengan obat lain dilakukan oleh apoteker (di
obat injeksi
terapi pasien ICU)
2.Pembuatan daftar
2.Memperhatikan stabilitas kompatibilitas dan
obat parenteral yang di inkompatibilitas obat injeksi
administrasikan ke pasien yang sering digunakan pasien
2. Penyiapan obat 24 Penyiapan obat 1. Mengurangi resiko 1.Pelatihan farmasi tentang 1.Obat disiapkan dengan tahap- Angka kejadian phlebitis
injeksi/infus parenteral kontaminasi pada teknis aseptis (penyiapan tahap aseptis yang benar karena kontaminasi
dilakukan secara penyiapan obat parenteral obat parenteral) menurun
2.Obat parenteral direkonstitusi
benar dan aseptis
2.Rekonstitusi obat 2.Membuat daftar stabilitas dengan benar
parenteral dapat dilakukan rekonstitusi obat parenteral
dengan benar
3.Membuka layanan PIO untuk
tenaga kesehatan terkait
28
stabilitas dan pemberian obat
parenteral
3. Pemberian Terapi 18 Proses pemberian Mengurangi resiko phlebitis 1.Pembatasan penyimpanan 1.Pemberian terapi elektrolit Tidak ada kasus phlebitis
Elektrolit terapi elektrolit terkait pemberian elektrolit elektrolit konsentrat di ruang konsentrat ke pasien tetap yang dikarenakan
Konsentrat (KCl) konsentrat untuk konsentrat perawatan dilakukan secara aseptis pemberian KCl yang kurang
pasien tepat
2.Dilakukan crosscheck dan di 2.Lembar pemantauan elektrolit
dokumentasikan ke dalam konsentrat terisi dengan jelas dan
lembar pemantauan lengkap dan tersimpan dengan
elektrolit konsentrat baik
4 Pemberian Terapi 16 Proses pemberian 1.Administrasi obat 1.Dilaksanakannya SPO 1.SPO pemberian obat kemoterapi Pemantauan jumlah kasus
Obat Sitostatika obat kemoterapi kemoterapi pada pasien pemberian obat kemoterapi dilakukan oleh pihak terkait KTD, KNC atau medication
pada pasien dilakukan dengan tepat dengan benar dengan benar error dalam pemberian obat
dilakukan dengan dan aman. kemoterapi
2.Membuat kebijakan untuk 2. Personal yang akan masuk ke
benar
2.Meningkatkan keamanan melakukan skrining flu untuk ruang perawatan dilakukan
petugas maupun keluarga keluarga pasien yang masuk skrining flu
pasien terhadap paparan ke dalam ruang perawatan
obat kemoterapi. kemoterapi.
29
4.Ditempatkan petugas/perawat
khusus yang telah terlatih dan
bersertifikat.
5. Penyiapan/ 16 Penanganan obat Terjaminnya keamanan 1.Rekonstitusi obat kemoterapi 1.SPO dilakukan oleh pihak terkait Tidak ada kasus terkait
kemoterapi yang baik dari segi petugas dilakukan oleh Farmasi di secara benar rekonstitusi obat kemoterapi
rekonstitusi obat
aman baik untuk maupun produk steril yang ruang khusus (R.vincristin)
sitostatika 2.Pemeriksaan standar (lembar
petugas maupun dihasilkan dan alat khusus pencampuran
maintenance alat) agar HPI tetap
produk yang sitostatika yaitu HPI (Hospital
aman dan sesuai dengan standar
dihasilkan Pharmacy Isolator) untuk
melindungi dari 3.Penilaian teknis aseptis
petugas yang
paparan obat dan sterilitas dilakukan oleh petugas
produk dapat terjaga.
30
pencampuran obat
kemoterapi.
6. Pengenceran 9 Proses 1.Mencegah pemberian 1. Pengenceran elektrolit Data permintaan dan pengerjaan 1.Semua pengenceran KCl
Elektrolit pengenceran elektrolit konsentrat dalam konsentrat dilakukan oleh pengenceran elektrolit konsentrat dilakukan oleh Farmasi di
Konsentrat (KCl) elektrolit bentuk pekat farmasi terdokumentasi dengan baik ruang steril Vincristin.
konsentrat
2. Dokumentasi proses 2. Pengenceran elektrolit 2. Petugas melakukan
pengenceran elektrolit konsentrat di lakukan di pengenceran dengan
konsentrat tempat khusus (clean room memperhatikan teknis
sederhana) aseptis
3.Pengenceran elektrolit
konsentrat didahului dengan
perhitungan osmolaritas
larutan
4. Dokumentasi proses
pengenceran elektroli
31
pemasangan iv masih di atas
cateter target yang
3. Monitoring dan ditetapkan
audit 2. Pergantian
pelaksanaan HH alkes untuk
4. Kaji fas alkes pemasangan
yang tersedia infus baru di
5. Monitoring terapi area tertentu
cairan yang saja.
diberikan apakah 3. Edukasi HH
jenis pekat atau 75% kehadiran
tidak 4. SPO sudah
selesai direvisi
2 Infeksi Saluran Kemih 12 3 Menurunkan Insiden ISK 1. Edukasi staf 1. Data triwulan
insiden ISK menurun 2. Monitoring dan insidenm ISK
audit berkurang masih
pelaksanaan di atas target
pemasangan yang ditetapkan
kateter urin 2. Edukasi HH
menetap. 75% kehadiran .
32
3. Kaji fas alkes 3. SPO sudah
yang tersedia selesai direvisi
4. Monitoring dan 4. Perawatan dan
audit pelaksanaan penggantian
HH kateter
dilaksanakan
sesuai SPO
33
4. SPO sudah
selesai direvisi
34
3. SPO sudah
direvisi
35
C. ICRA – Daftar Resiko dan Analisis ; Sterilisasi
36
37
38
39
40
41
42
43
D. ICRA – Daftar Resiko dan Analisis ; Laundr
44
45
E. ICRA – Daftar Resiko dan Analisis ; Gizi
46
47
48
F. ICRA – Daftar Resiko dan Analisis ; Farmasi
49
G. ICRA – Daftar Resiko dan Analisis ; ICU
50
H. ICRA – Daftar Resiko dan Analisis ; K – 3
51
52
I. ICRA – Daftar Resiko dan Analisis ; Kamar Operasi
53
J. ICRA – Daftar Resiko dan Analisis ; Laboratorium
54
K. ICRA – Daftar Resiko dan Analisis ; Radiologi
55
L. ICRA – Daftar Resiko dan Analisis ; Rawat Inap
56
BAB IV
HASIL ANALISIS MANAJEMEN RESIKOICRA
57
58
59
60
61
62