BAB - I
PENDAHULUAN
1. Umum.
Gagalnya membangun komunikasi sosial yang baik menjadi kontra produktif
dengan pembangunan yang dijalankan pemerintah. Pembangunan yang
dilaksanakan pemerintah diupayakan untuk menciptakan perubahan-perubahan ke
arah yang lebuh baik. Pembangunan yang merupakan wahana dari atas (top down)
memerlukan sosialisasi yang baik antara pihak pelaksana dengan masyarakat
sebagai penerima, hal ini tentu memerlukan optimalisasi komunikasi antara institusi
dengan masyarakat. Pembangunan baik yang bersifat fisik maupun non fisik sering
berbenturan di masyarakat sehingga cenderung terkesan adanya ketimpangan
antara pelaku pembangunan dengan pengguna hanya karena kurangnya
komunikasi antara keduanya sehingga berujung pada pengerusakan. Hal ini terjadi
akibat dari kurang optimalisasi komunikasi sosial antar institusi terkaid di
masyarakat.
komunikasi sosial merupakan suatu proses pengaruh-mempengaruhi dalam
mencapai keterkaitan sosial yang dicita-citakan antar individu yang ada di
masyarakat. Salah satu tujuan komunikasi sosial adalah terbentuknya suatu
aktualisasi diri pribadi,stabilitas sosial,tertib sosial,penerusan nilai-nilai lama dab
baru di masyarakat sehingga dapat memupuk,membina dan memperluas kesadaran
bermasyarakat. Komunikasi sosial berkaitan erat dengan komunikasi antar
satuan/institusidalam pembangunan di bidang keamanan serta bagaimana
komunikasi harus dilakukan.
Salah satu fungsi organik TNI AD adalah menyelenggarakan bimbingan
Teritorial (Binter) yang memiliki tanggung jawab dalam menyelenggarakan
komunikasi sosial dengan berbagai komponen masyarakat dan instansi terkait.Hal
ini dilakukan dalam rangka untuk membangun ketahanan masyarakat dalam
kesadaran berbangsa dan bernegara.Makalah ini mencoba membahas tentang
TERBATAS
2
4. Referensi.
TERBATAS
3
BAB - II
PERAN TNI AD DALAM MEMBANTU PEMERINTAH DAERAH
Peran TNI AD dalam membantu tugas pemerintah daerah tidak terlepas dari
makna yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, yang menyatakan bahwa
negara melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuki mewujudkan kesejahteraan umun, mencerdaskan kehidupan bangsa.
Melindungi dan mewujudkan kesejahteraan umum merupakan tugas dan
kewajiban negara,yang dalam hal ini karena begitu besar dan luasnya lingkup tugas
dan tanggung jawab negara,maka tugas tersebut didelegasikan menjadi tugas dan
tanggung jawab alat dan aparat negara, yang salah satunya diemban oleh TNI AD
sebagai alat pertahanan negara dan Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagai
aparatur pemerintah yang mengelola dan menjalankan pemerintahan umum.
DASAR HUKUM
Dasar hukum yang terkait dengan pembinaan teritorial dalam mendukung
ketahanan nasional tersebut, adalah:
a. UUD 1945 Pasal 30(2) tentang Pertahanan dan Keamanan
Negara:”Usaha pertahanan dan Keamanan Negara dilaksanakan melalui
sistem Pertanan dan Keamanan Rakyat Semesta oleh TNI dan Polri, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat sebagai Kekuatan Pendukung”.
b. UU RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 7 ayat
(2):”sistem Pertahanan Negara dalam menghadapi ancaman militer
menempatkan TNI sebagai Komponen Utama dengan didukung oleh
cadangan dan komponen Pendukung”.
c. UU RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI Pasal 8d,tentang tugas TNI
AD : “Angkatan Darat bertugas melaksanakan pemberdayaan Wilayah
pertahanan di darat”.
TERBATAS
4
Khusus tentang peran TNI dalam membantu tugas pemerintah tidak terlepas
dari tugas ke 9 yang tercantum dalam tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP)
yang diatur dalam UU RI No. 34 tahun 2004 tentang TNI yakni membantu tugas
pemerintah di daerah. Sehingga memang sudah sewajarnya dan menjadi
kewajiban dari TNI untuk turut serta aktip membantu pemerintah di daerah yang
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi daerah masing-masing.
Demikian pula halnya bagi pemerintah atau pemerintah daerah, seyogyanya
lebih merasa nyaman dengan peran TNI tersebut, karena keberadaannya yang
dalam hal ini di daerah diwakili oleh satuan Komando Kewilayahan (Kowil) adalah
sebagai Counterpart dalam bekerja dalam rangka mewujudkan tujuan negara.
Sekali-kali bukan untuk mengambil alih atau mencampuri urusan dalam
pemerintahan daerah, karena pada dasarnya tugas pokok Kowil adalah mewujudkan
ketahana wilayah sedangkan tugas pokok pemerintah daerah adalah mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
Antara pemerintah daerah dan Kowil diibaratkan dua sisi mata uang yang
tidak bisa dipisahkan, keduanya saling membutuhkan dan saling mengisi untuk pada
akhirnya uang tersebut mempunyai nilai. Implementasi nyatanya adalah bahwa
pembangunan didaerah dalam rangka kesejahteraan rakyat membutuhkan
prakondisi aman dan tentram. Demikian pula halnya kekuatan TNI mewujudkan
TERBATAS
5
kondisi aman dan tentram juga ditopang oleh tingkat ekonomi yang baik yang
berasal dari kesejahteraan maasyarakat.
Dengan menyadari keterkaitan antara tugas TNI dan tugas pemerintah
daerah, maka peran Komando kewilayahan (Kowil) dalam membantu tugas
pemerintah di daerah menjadi penting dan merupakan bagian internal yang tidak
dapat dipisahkan. Agar peran ini dapat berdaya guna dan tepat sasaran tentunya
perlu dikoordinasikan dan disinergikan dengan program kerja pemerintah daerah.
Menyadari tentang pentingnya koordinasi dan sinegritas seperti disampaikan
diatas, hal tersebut dapat dijadikan entry point bagi aparat Kowil untuk berperan aktif
membantu pemerintah daerah yang pelaksanaannya dapat melalui metode Binter
agar program yang diajukan oleh Kowil dapat terarah dan dipertangung jawabkan
sesuai dengan aturan yang berlaku.
BAB - III
BINTER SEBAGAI METODE MEMBANTU PEMERINTAH DAERAH
5. Bhakti TNI.
Bhakti TNI merupakan salah satu metode yang dilakukan oleh aparat Kowil
untuk dapat membantu Pemda dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ada
dua kendala yang sering ditemui yang berkaitan dengan pelaksanaan Bhakti TNI,
yaitu : Pertama secara kwalitas aparat Kowil belum terlatih dalam berkoordinasi
dan membuat perencanaan Bhakti TNI yang harus di singkronkan dengan
perencanaan pembangunan di wilayah, yang mengakibatkan antara program TNI
dengan program Pemda terkesan berjalan sendiri-sendiri. Kedua, secara kwantitas
program Bhakti TNI yang dilaksanakan sangat minim. Hal ini terkait juga dengan
kurangnya kesempatan yang diberikan oleh pemda dan minimnya koordinasi yang
dilakukan aparat kewilayahan seperti Dandim/Kasdim di tingkat
Kabupaten/Kotamadya dan Danramil/Babinsa di tingkat Kecamatan/Desa.
BAB - IV
SOLUSI PERMASALAHAN PEMBINAAN TERITORIAL
Kedua, melalui Sosialisasi tentang metode Binter yang meliputi Bhakti TNI,
Bintahwil dan Binkomsos kepada Pemda dengan memberikan pemahaman dan
penjelasan tentang pentingnya ketiga metode Binter tersebut untuk membantu
Pemda dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya
pemahaman yang lebih mendalam tentang Binter kepada Pemda, akan menjadikan
lebih mudah bagi pihak Pemda untuk menerima dan mendukung program-program
Binter yang ditawarkan oleh pihak Kowil.
Ketiga, melalui Latihan dan Pendidikan kepada aparat Kowil yang
berhubungan dengan penyelenggaran Bhakti TNI, Bintahwil dan Binkomsos. Materi
latihan dititik beratkan pada kemampuan penyelenggaraan administrasi dan
koordinasi lintas sektoral serta kemampuan berkomunikasi yang efektif. Latihan dan
Pendidikan ini dirasa sangat penting sebagai modal dasar aparat Kowil dalam
bertugas karena dari kemampuan orang perorang aparat Kowil inilah dapat
mempresentasikan kinerja Kowil dalam membantu tugas Pemda.
Keempat, melalui Evaluasi dan Revisi Piranti Lunak yang mengatur
tentang penyelenggaran Binter agar pelaksanaan Binter selalu up to date dengan
situasi dan kondisi terkini dengan pengoperasionalannya mencantumkan pelibatan
Pemda secara proposional yang terkoordinasi dan terintegrasi. Langkah ini menjadi
penting karena perkembangan lingkungan strategis menyebabkan banyak sekali
perubahan dan dinamika kehidupan yang perlu diselaraskan satu sama lainnya.
Demikian pula halnya dengan piranti lunak yang dimiliki oleh Kowil yang dijadikan
dasar pegangan mereka merencanakan dan melaksanakan Binter, tentunya juga
harus selaras dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
BAB - V
KOMUNIKASI SOSIAL SEBAGAI KUNCI MENGHINDARI KONFLIK
Timur Kabupaten Flores Timur. Pertikaian tersebut merupakan kelanjutan dari kedua
belah pihak yang terjadi pada tanggal 02 Oktober 2012 dengan latar belakang
permasalahan kepemilikan status tanah sekolah SMANSA yang dibangun
diperbatasan antara kedua desa tersebut.4
Menciptakan komunikasi yang baik sehingga timbul interaksi sosial yang dapat
merealisasikan tujuan yang sama dalam masyarakat serta berguna untuk
mewujudkan pembangunan dalam segala aspek kehidupan.
TNI AD sebagai bagian dari komponen bangsa berusaha mewujudkannya
dalam suatu wadah pembinaan teritorial yang pada intinya untuk memberdayakan
potensi daerah dimana suatu kelompok masyarakat ada. Dengan tujuan
meningkatkan ketahanan suatu wilayah. Konsepsi pemberdayaan wilayah ini
sebenarnya realisasi dari inovasi-inovasi yang muncul dari akibat interaksi sosial
yang bermuara dari adanya komunikasi sosial dalam sistem sosial yang ada. Artinya
bahwa TNI AD ikut serta dalam mengambil bagian untuk mengatasi permasalahan
keamanan yang timbul dalam komunitas masyarakat karena masyarakat merupakan
komponen yang besar bangsa yang apabila salah dalam menangani masalah yang
timbul dalam masyarakat,akan berpengaruh terhadap integrasi bangsa. Hal ini akan
dapat dicapai bila ada kesepahaman antara masyarakat, TNI AD, masyarakat
dengan institusi terkait melalui forum komunikasi sosial.
Dalam hal ini pula TNI AD mempunyai tugas dalam pemberdayaan wilayah
membantu pemerintah dalam pendayagunaan segala potensi yang terkandung
dalam wilayah geografis sosiologis dan geografis teritorial serta demografinya untuk
menghasilkan out put yang maksimal guna kepentingan seluruh masyarakat dan
negara Indonesia serta mencegah sedini mungkin kejadia-kejadian pertikaian antar
desa. Pemberdayaan wilayah ini tidak lepas kaitannya dengan proses interaksi yang
dilaksanakan oleh TNI AD terhadapa komponen masyarakat dengan tujuan
utamanya adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat yang akan berdampak
pada ketahanan wilayah dimana komunitas suatu masyarakat ada. Secara
sederhana bahwa permasalahan sosial yang timbul harus dapat ditanggapi oleh
sistem sosial termasuk didalamnya adalah TNI AD. Sistem sosial yang ada ini harus
mampu melihat permasalahan yang timbul untuk kenudian diatasi secara sinergis.
Koordinasi anatar TNI AD, masyarakat dengan instansi terkait sangat
diharapkan dengan mengedepankan kebersamaan dalam rangka menyelesaikan
permaslahan melalui komunikasi sebagai sarana.
TERBATAS
13
Dengan komunikasi juga dapat mewujudkan setiap daya yang dimiliki dapat
diaplikasikan serta dikerahkan kepada penyelesaian setiap permasalahan yang
berdaya guna dan berhasil guna demi kesejahteraan masyarakat. Pada tingkat
sistem sosial ini, TNI AD tentunya tidak dapat bekerja sama dengan pihak lain tanpa
ada komunikasi yang jelas dan wujud interaksi sosial yang sinergis sebagai proses
komunikasi yang dibentuk atas dasar kepentingan bersama yang disatukan, guna
mencapai tujuan yang lebih besar, sehingga ke depan tidak ada lagi
pertikaian/bentrok antar desa di Adonara Nusa Tenggar Timur (NTT) maupun di
Bima Nusa Tenggara Barat (NTB)
BAB - VI
PENUTUP
TERBATAS
TERBATAS
TERBATAS