Anda di halaman 1dari 16

TERBATAS

KOMUNIKASI SOSIAL SEBAGAI KUNCI


MENGHINDARI KONFLIK

BAB - I
PENDAHULUAN

1. Umum.
Gagalnya membangun komunikasi sosial yang baik menjadi kontra produktif
dengan pembangunan yang dijalankan pemerintah. Pembangunan yang
dilaksanakan pemerintah diupayakan untuk menciptakan perubahan-perubahan ke
arah yang lebuh baik. Pembangunan yang merupakan wahana dari atas (top down)
memerlukan sosialisasi yang baik antara pihak pelaksana dengan masyarakat
sebagai penerima, hal ini tentu memerlukan optimalisasi komunikasi antara institusi
dengan masyarakat. Pembangunan baik yang bersifat fisik maupun non fisik sering
berbenturan di masyarakat sehingga cenderung terkesan adanya ketimpangan
antara pelaku pembangunan dengan pengguna hanya karena kurangnya
komunikasi antara keduanya sehingga berujung pada pengerusakan. Hal ini terjadi
akibat dari kurang optimalisasi komunikasi sosial antar institusi terkaid di
masyarakat.
komunikasi sosial merupakan suatu proses pengaruh-mempengaruhi dalam
mencapai keterkaitan sosial yang dicita-citakan antar individu yang ada di
masyarakat. Salah satu tujuan komunikasi sosial adalah terbentuknya suatu
aktualisasi diri pribadi,stabilitas sosial,tertib sosial,penerusan nilai-nilai lama dab
baru di masyarakat sehingga dapat memupuk,membina dan memperluas kesadaran
bermasyarakat. Komunikasi sosial berkaitan erat dengan komunikasi antar
satuan/institusidalam pembangunan di bidang keamanan serta bagaimana
komunikasi harus dilakukan.
Salah satu fungsi organik TNI AD adalah menyelenggarakan bimbingan
Teritorial (Binter) yang memiliki tanggung jawab dalam menyelenggarakan
komunikasi sosial dengan berbagai komponen masyarakat dan instansi terkait.Hal
ini dilakukan dalam rangka untuk membangun ketahanan masyarakat dalam
kesadaran berbangsa dan bernegara.Makalah ini mencoba membahas tentang
TERBATAS
2

peran TNI AD dalam Binter,bagaimana langkah-langkah optimalisasi komunikasi


sosial yang di lakukan dalam mensosialisasikan program-program pembangunan
pemerintah Daerah sehingga pembangunan dapat berjalan dengan baik serta
terhindar dari konflik.

2. Maksud dan Tujuan.


a. Maksud. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan
pedoman dan penjelasan kepada aparat kewilayahan dalam memelihara
kemampuan komunikasi sosial.
b. Tujuan. Penulisan makalah bertujuan untuk menyamakan
persepsi pola pikir,sikap dan tindakan aparat kewilayahan dalam
menyelenggarakan komunikasi sosial dilapangan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.


Makalah ini ditulis dengan ruang lingkup meliputi kegiatan dalam rangka
memelihara kemampuan komunikasi sosial bagi aparat kewilayahan dengan tata
urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan
b. Peran TNI AD dalam membantu pemerintah daerah.
c. Binter sebagai metode membantu pemerintah daerah.
d. Permasalahan dalam pembinaan teritorial.
e. Solusi permasalahan pembinaan teritorial.
f. Komunikasi sosial sebagai kunci menghindari konflik.
g. Penutup.

4. Referensi.
TERBATAS
3

BAB - II
PERAN TNI AD DALAM MEMBANTU PEMERINTAH DAERAH

Peran TNI AD dalam membantu tugas pemerintah daerah tidak terlepas dari
makna yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, yang menyatakan bahwa
negara melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuki mewujudkan kesejahteraan umun, mencerdaskan kehidupan bangsa.
Melindungi dan mewujudkan kesejahteraan umum merupakan tugas dan
kewajiban negara,yang dalam hal ini karena begitu besar dan luasnya lingkup tugas
dan tanggung jawab negara,maka tugas tersebut didelegasikan menjadi tugas dan
tanggung jawab alat dan aparat negara, yang salah satunya diemban oleh TNI AD
sebagai alat pertahanan negara dan Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagai
aparatur pemerintah yang mengelola dan menjalankan pemerintahan umum.

DASAR HUKUM
Dasar hukum yang terkait dengan pembinaan teritorial dalam mendukung
ketahanan nasional tersebut, adalah:
a. UUD 1945 Pasal 30(2) tentang Pertahanan dan Keamanan
Negara:”Usaha pertahanan dan Keamanan Negara dilaksanakan melalui
sistem Pertanan dan Keamanan Rakyat Semesta oleh TNI dan Polri, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat sebagai Kekuatan Pendukung”.
b. UU RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 7 ayat
(2):”sistem Pertahanan Negara dalam menghadapi ancaman militer
menempatkan TNI sebagai Komponen Utama dengan didukung oleh
cadangan dan komponen Pendukung”.
c. UU RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI Pasal 8d,tentang tugas TNI
AD : “Angkatan Darat bertugas melaksanakan pemberdayaan Wilayah
pertahanan di darat”.
TERBATAS
4

Pemberdayaan Wilayah Pertahanan di Darat dilaksanakan secara terus


menerus dan berkesinambungan sesuai ketatalaksanakaan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku. Tugas Angkatan Darat ada 4 (empat) sesuai Pasal 8 UU RI
No.34 tahun 2004 yaitu :
a. Melaksanakan tugas TNI matra darat dibidang pertahanan.
b. Melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah
perbatasan darat dengan negara lain.
c. Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan
kekuatan matra darat.
d. Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan didarat.

Khusus tentang peran TNI dalam membantu tugas pemerintah tidak terlepas
dari tugas ke 9 yang tercantum dalam tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP)
yang diatur dalam UU RI No. 34 tahun 2004 tentang TNI yakni membantu tugas
pemerintah di daerah. Sehingga memang sudah sewajarnya dan menjadi
kewajiban dari TNI untuk turut serta aktip membantu pemerintah di daerah yang
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi daerah masing-masing.
Demikian pula halnya bagi pemerintah atau pemerintah daerah, seyogyanya
lebih merasa nyaman dengan peran TNI tersebut, karena keberadaannya yang
dalam hal ini di daerah diwakili oleh satuan Komando Kewilayahan (Kowil) adalah
sebagai Counterpart dalam bekerja dalam rangka mewujudkan tujuan negara.
Sekali-kali bukan untuk mengambil alih atau mencampuri urusan dalam
pemerintahan daerah, karena pada dasarnya tugas pokok Kowil adalah mewujudkan
ketahana wilayah sedangkan tugas pokok pemerintah daerah adalah mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
Antara pemerintah daerah dan Kowil diibaratkan dua sisi mata uang yang
tidak bisa dipisahkan, keduanya saling membutuhkan dan saling mengisi untuk pada
akhirnya uang tersebut mempunyai nilai. Implementasi nyatanya adalah bahwa
pembangunan didaerah dalam rangka kesejahteraan rakyat membutuhkan
prakondisi aman dan tentram. Demikian pula halnya kekuatan TNI mewujudkan
TERBATAS
5

kondisi aman dan tentram juga ditopang oleh tingkat ekonomi yang baik yang
berasal dari kesejahteraan maasyarakat.
Dengan menyadari keterkaitan antara tugas TNI dan tugas pemerintah
daerah, maka peran Komando kewilayahan (Kowil) dalam membantu tugas
pemerintah di daerah menjadi penting dan merupakan bagian internal yang tidak
dapat dipisahkan. Agar peran ini dapat berdaya guna dan tepat sasaran tentunya
perlu dikoordinasikan dan disinergikan dengan program kerja pemerintah daerah.
Menyadari tentang pentingnya koordinasi dan sinegritas seperti disampaikan
diatas, hal tersebut dapat dijadikan entry point bagi aparat Kowil untuk berperan aktif
membantu pemerintah daerah yang pelaksanaannya dapat melalui metode Binter
agar program yang diajukan oleh Kowil dapat terarah dan dipertangung jawabkan
sesuai dengan aturan yang berlaku.

BAB - III
BINTER SEBAGAI METODE MEMBANTU PEMERINTAH DAERAH

Pembinaan Teritorial (Binter) merupakan salah satu tugas pokok dari


Komando Kewilayahan yang dilaksanakan untuk memberdayakan potensi wilayah
menjadi kekuatan wilayah dalam bentuk ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh
guna penyiapan pertahanan negara.
Penyelenggaran Binter diharapkan dapat mencapai hasil yang optimal agar
mampu memberdayakan potensi wilayah menjadi kekuatan yang dapat dijadikan
modal untuk membantu Pemda meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pembinaan teritorial dilaksanakan secara terus-menerus dengan melibatkan instansi
terkait terutama Pemerintah, Masyarakat atau Lembaga non Departemen serta TNI
AD sebagai inti secara terpadu dengan menggunakan metoa Binter yang meliputi
Bhakti TNI, Pembinaan Ketahanan Wilayah (Bintahwil) dan Pembinaan Komunikasi
Sosial.
Dalam kaitannya dengan intern aparat Kowil itu sendiri, bermuara pada
kwalitas dan kwantitas penguasaan mereka terhadap metode binter yang pada
akhirnya berakibat pada tidak optimalnya pelaksanaan binter.
TERBATAS
6

5. Bhakti TNI.
Bhakti TNI merupakan salah satu metode yang dilakukan oleh aparat Kowil
untuk dapat membantu Pemda dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ada
dua kendala yang sering ditemui yang berkaitan dengan pelaksanaan Bhakti TNI,
yaitu : Pertama secara kwalitas aparat Kowil belum terlatih dalam berkoordinasi
dan membuat perencanaan Bhakti TNI yang harus di singkronkan dengan
perencanaan pembangunan di wilayah, yang mengakibatkan antara program TNI
dengan program Pemda terkesan berjalan sendiri-sendiri. Kedua, secara kwantitas
program Bhakti TNI yang dilaksanakan sangat minim. Hal ini terkait juga dengan
kurangnya kesempatan yang diberikan oleh pemda dan minimnya koordinasi yang
dilakukan aparat kewilayahan seperti Dandim/Kasdim di tingkat
Kabupaten/Kotamadya dan Danramil/Babinsa di tingkat Kecamatan/Desa.

6. Pembinaan Ketahanan Wilayah.


Dalam pelaksanaan pembinaan ketahanan wilayah membantu tugasa
Pemda, aparat Kowil juga masih sering menghadapi permasalahan yang disebabkan
oleh penguasaan Kowil itu sendiri baik secara kwalitas maupun kwantitas.
Secara Kwalitas kemampuan aparat Kowil berkomunikasi kepada Pemda
dan masyarakat untuk menciptakan ketahanan wilayah belum merata. Hal tersebut
mengakibatkan menurunnya ketahanan wilayah yang menimbulkan kerawanan
tersendiri dalam bentuk gangguan dan ancaman keamanan, yang pada akhirnya
akan menghambat pelaksanaan pembangunan di wilayah.
Secara kwantitas tingkat komunikasi antara Kowil dengan Pemda sangat
minim terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan Bintahwil, yang pada
akhirnya menyebabkan rendahnya pemahaman Pemda dan masyarakat terhadap
arti pentingnya ketahanan wilayah.
TERBATAS
7

7. Pembinaan Komunikasi Sosial.


Permasalahan yang timbul diseputar kemampuan pembinaan komunikasi
sosial secara kwalitas adalah kemampuan komunikasi sosial aparat Kowil belum
merata dan terlatih yang mengakibatkan sulitnya tercipta pemahaman dan
penerimaan Binter oleh sebagian kalangan masyarakat. Dan secara kwantitas
adalah frekuensi komunikasi yang dilaksanakan oleh aparat Kowil terhadap Pemda,
tokoh masyarakat dan tokoh agama masih kurang yang berakibat minimnya
partisipasi Pemda dan masyarakat untuk melakssanakan program-program yang
dirancangkan oleh pihak TNI.

BAB - IV
SOLUSI PERMASALAHAN PEMBINAAN TERITORIAL

Keberhasilan pembangunan daerah, khususnya dalam peningkatan


kesejahteraan masyarakat tidak lepas dari situasi yang kondusif, situasi ini bisa
terwujud bila masyarakat mempunyai ketangguhan, keuletan dan ketahanan dari
pengaruh-pengaruh negatif. Hal tersebut dapat dicapai dengan penerapan metode
Binter yang terencana, tepat dan terarah agar berhasil dan berdaya guna.
Menyadari bahwa metode Binter penting dalam mendukung tugas Pemda,
maka diperlukan langkah yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang timbul
diseputar Binter, agar aparat Kowil dapat menoptimalkan pelaksanaan tugasnya
membantu Pemda. Langkah yang dapat diambil meliputi :
Pertama, melalui Kebijakan yaitu perlu adanya regulasi setingkat UU dan PP
yang diusulkan kepada pemerintah dengan mencantumkan pelibatan Pemda secara
proposional dalam pelaksanaan Bhakti TNI yang dapat dijadikan dasar acuan bagi
TNI dalam hal ini aparat Kowil untuk membantu Pemda. Dengan adanya kebijakan
berupa PP tersebut, menjadikan metode Binter yang dilaksanakan oleh Kowil
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat baik kepada Kowil itu sendiri maupun
pemda yang dijadikan pegangan dari mulai perencanaan, pelaksanaan sampai
dengan pengakhiran program-program kesejahteraan rakyat yang juga disinergikan
dengan program membangun ketahanan wilayah di daerah.
TERBATAS
8

Kedua, melalui Sosialisasi tentang metode Binter yang meliputi Bhakti TNI,
Bintahwil dan Binkomsos kepada Pemda dengan memberikan pemahaman dan
penjelasan tentang pentingnya ketiga metode Binter tersebut untuk membantu
Pemda dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya
pemahaman yang lebih mendalam tentang Binter kepada Pemda, akan menjadikan
lebih mudah bagi pihak Pemda untuk menerima dan mendukung program-program
Binter yang ditawarkan oleh pihak Kowil.
Ketiga, melalui Latihan dan Pendidikan kepada aparat Kowil yang
berhubungan dengan penyelenggaran Bhakti TNI, Bintahwil dan Binkomsos. Materi
latihan dititik beratkan pada kemampuan penyelenggaraan administrasi dan
koordinasi lintas sektoral serta kemampuan berkomunikasi yang efektif. Latihan dan
Pendidikan ini dirasa sangat penting sebagai modal dasar aparat Kowil dalam
bertugas karena dari kemampuan orang perorang aparat Kowil inilah dapat
mempresentasikan kinerja Kowil dalam membantu tugas Pemda.
Keempat, melalui Evaluasi dan Revisi Piranti Lunak yang mengatur
tentang penyelenggaran Binter agar pelaksanaan Binter selalu up to date dengan
situasi dan kondisi terkini dengan pengoperasionalannya mencantumkan pelibatan
Pemda secara proposional yang terkoordinasi dan terintegrasi. Langkah ini menjadi
penting karena perkembangan lingkungan strategis menyebabkan banyak sekali
perubahan dan dinamika kehidupan yang perlu diselaraskan satu sama lainnya.
Demikian pula halnya dengan piranti lunak yang dimiliki oleh Kowil yang dijadikan
dasar pegangan mereka merencanakan dan melaksanakan Binter, tentunya juga
harus selaras dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

BAB - V
KOMUNIKASI SOSIAL SEBAGAI KUNCI MENGHINDARI KONFLIK

Komunikasi adalah proses menyalurkan informasi, ide, penjelasan,


perasaaan, pertanyaan dari orang ke orang atau dari kelompok ke kelompok.
Komunikasi adalah proses interaksi antara orang-orang atau kelompok-kelompok
yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang-orang dan kelompok-
kelompok dalam suatu organisasi. ¹
TERBATAS
9

Komunikasi dapat diartikan sebagai usaha untuk menyampaikan maksud


tertentu kepada orang lain sehingga orang tersebut dapat memahami maksud yang
disampaikan. Komunikasi dapat juga diartikan sebagai suatu proses penyampaian
makna (Meaning) dari pengirim kepada penerima dengan menggunakan media
tertentu. ²
Komunikasi Sosial adalah cara yang diselenggarakan oleh satua jajaran TNI
AD yang berhubungan dengan perencanaan, kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan keeratan hubungan dengan segenap komponen bangsa guna
mewujudkan saling pengertian dan kebersamaan yang memungkinkan timbulnya
keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dibidang pertahanan.³
Komunikasi sosial merupakan suatu hubungan yang dilaksanakan antara
individu dengan kelompok atau anatar kelompok (komunikan) dalam mencapai satu
tujuan yang ingin dicapai bersama (interaksi). Kegiatan dan hubungan yang lebih
diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial dalam rangka mengenal,
mengetahui, memahami dan terjadi hubungan (contact) sehingga terjadi suatu
kesepakatan bersama. Ujung interaksi adalah sebagai sarana untuk mengenal lebih
dekat, sehingga menghasilkan empaty maupun introyeksi. Melalui komunikasi sosial
akan menumbuh kembangkan sekaligus sebagai wahana untuk mengaktualisasi
masalah-masalah yang dibawa oleh masing-masing komunikan, dalam hal ini
anggota masyarakat sebagai individu,kelompok dan institusi.
Salah satu tujuan komunikasi sosial adalah terbentuknya suatu aktualisasi diri
pribadi, stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru di
masyarakat sehingga dapat memupuk, membina dan memperluas kesadaran
bermasyarakat. Komunikasi sosial berkaitan erat dengan komunikasi antar
satua/institusi dalam pembangunan dibidang keamanan serta bagaimana
komunikasi harus dilakukan, sehingga berperan sebagai penunjang pelaksana
program-program pembangunan lain dalam rangka menciptakan perubahan pada
suatu sistem sosial yakni perubahan sosial (social changes) yang aman.

¹ Oteng Sutisna 1989


² FandyTjiptonon & Anastasia Diana 2001
³ Puster, Bujuknik Komunikasi Sosial tahun 2002 hal.3
TERBATAS
10

8. Wujud Komunikasi Sosial.


Negara kita pada saat ini sedang berupaya untuk memperbaiki tingkat
ekonomi guna menunjang kesejahteraan yang dapat dirasakan oleh seluruh lapisan
masyarakat. Dalam rangka kegiatan pembanngunan baik secara fisik maupun non
fisik terus dilakukan dengan mengedepankan aktualisasi integritas pada suatu
tatanan negara kita dimana persatuan dan kesatuan bangsa menjadi pondasi
mendasar guna mencapai kemajuan bangsa ini. Sasaran pembangunan diharapkan
memang benar-benar menyentuh langsung ke arah kebutuhan masyarakat (Buttom
up). Hal ini akan dapat dicapai bila ada penyampaian yang optimal dari rakyat
karena sesuai dengan aspirasi masyarakat. Komunikasi pembangunan yang
berwujud dari dan untuk masyarakat artinya melalui aspirasi pembangunan yang
direncanakan, dibangun dan dinikmati oleh masyarakat.
Pembangunan yang dilaksanakan diupayakan untuk menciptakan perubahan-
perubahan kearah yang lebih baik, sehingga program-program pembangunan yang
dirancangkan senantiasa bersifat ide-ide pembaharuan (inovasi) baik yang berupa
fisik maupun non fisik. Pembangunan yang merupakan wahana dari atas (top down)
hanya memerlukan sosialisasi yang baik anatara pihak pelaksana dengan
masyarakat sebagai penerima. Hal ini akan kembali memerlukan optimalisasi
komunikasi antara institusi dengan masyarakat.
Namun dalam upaya peningkatan tersebut ada beberapa kejadian yang
membuat kerugian dan menghambat laju pembangunan, seperti kerugian yang
ditimbulkan oleh kerusuhan yang terjadi dibeberapa tempat.
Pembanguna baik yang bersifat fisik yang meliputi pembangunan infrastruktur
maupun bersifat non fisik yang meliputi pembangunan suprastruktur dan
pemberdayaan manusia (sumber daya manusia) pada pelaksanaannya sering
berbenturan di masyarakat. Hal seperti ini cenderung terkesan adanya ketimpangan
antara pelaku pembangunan dengan pengguna hanya karena kurangnya
komunikasi antara keduanya berujung pada pengrusakan. Akibat dari kurang
optimalnya komunikasi sosial antar institusi terkait di masyarakat, salah satunya
adalah penyerangan yang dilakukan oleh warga Desa Lewonara terhadap warga
Desa Lewobunga di dusun Riang Bunga Desa Lewobunga Kecamatan Adonara
TERBATAS
11

Timur Kabupaten Flores Timur. Pertikaian tersebut merupakan kelanjutan dari kedua
belah pihak yang terjadi pada tanggal 02 Oktober 2012 dengan latar belakang
permasalahan kepemilikan status tanah sekolah SMANSA yang dibangun
diperbatasan antara kedua desa tersebut.4

9. Implementasi Komunikasi Sosial.


Komunikasi sosial antara masyarakat dengan institusi terkait dapat
diwujudkan apabila terjadi interaksi sosial dengan inovasi-inovasi baru sebagai
konsekuensi wujud dari tujuan/kebutuhan yang sama. Inovasi-inovasi baru yang
muncul tersebut dapat di implementasikan dalam mengatasi permasalahan yang
timbul dalam suatu sitem sosial yang ada di masyarakat dan mengurangi gesekan-
gesekan di masyarakat.
Permasalahan-permasalahan dakam komunitas masyarakat, perlu
mendapatkan perhatian oleh sistem sosial yang ada terutama hal-hal yang berkaitan
dengan kehidupan sosial yang bersifat menunjang kehidupan masyarakat.
Implementasi yang paling penting adalah pembangunan non fisik adalah
pemahaman tentang pentingnya “Komunikasi” dan cara “berinteraksi” antara
masyarakat dengan institusi terkait sehingga akan terjadi kesejahteraan yang
diharapkan.
Melalui komunikasi sosial inovasi-inovasi dapat diakomodir oleh pihak-pihak
terkait yang bersentuhan langsung dengan kehidupan sosial, baik itu kelompok
masyarakat, organisasi, institusi pemerintah dan institusi lain (lembaga-lembaga
sekolah) yang dapat mengambil bagian dalam mengatasi setiap permasalahan
sosial dimasyarakat, ke depan akan terwujud keamanan dan kenyamanan bersama.
Dalam kaitan bentrokan yang terjadi di masyarakat Kecamatan Adonara
Timur Kabupaten Flores Timur diatas guna menghilangkan, mengurangi
kemungkinan rasa dendam dan emosional yang mempengaruhi mereka dan
berlanjut pada aksi penyerangan maka perlu adanya komunikasi secara optimal
bersama aparat keamanan setempat dengan melibatkan tokoh adat kedua belah
pihak.
4. Pangdam IX Udayana, Wing Handoko ST dalam pernyataannya tanggal 18 Oktober 2012
TERBATAS
12

Menciptakan komunikasi yang baik sehingga timbul interaksi sosial yang dapat
merealisasikan tujuan yang sama dalam masyarakat serta berguna untuk
mewujudkan pembangunan dalam segala aspek kehidupan.
TNI AD sebagai bagian dari komponen bangsa berusaha mewujudkannya
dalam suatu wadah pembinaan teritorial yang pada intinya untuk memberdayakan
potensi daerah dimana suatu kelompok masyarakat ada. Dengan tujuan
meningkatkan ketahanan suatu wilayah. Konsepsi pemberdayaan wilayah ini
sebenarnya realisasi dari inovasi-inovasi yang muncul dari akibat interaksi sosial
yang bermuara dari adanya komunikasi sosial dalam sistem sosial yang ada. Artinya
bahwa TNI AD ikut serta dalam mengambil bagian untuk mengatasi permasalahan
keamanan yang timbul dalam komunitas masyarakat karena masyarakat merupakan
komponen yang besar bangsa yang apabila salah dalam menangani masalah yang
timbul dalam masyarakat,akan berpengaruh terhadap integrasi bangsa. Hal ini akan
dapat dicapai bila ada kesepahaman antara masyarakat, TNI AD, masyarakat
dengan institusi terkait melalui forum komunikasi sosial.
Dalam hal ini pula TNI AD mempunyai tugas dalam pemberdayaan wilayah
membantu pemerintah dalam pendayagunaan segala potensi yang terkandung
dalam wilayah geografis sosiologis dan geografis teritorial serta demografinya untuk
menghasilkan out put yang maksimal guna kepentingan seluruh masyarakat dan
negara Indonesia serta mencegah sedini mungkin kejadia-kejadian pertikaian antar
desa. Pemberdayaan wilayah ini tidak lepas kaitannya dengan proses interaksi yang
dilaksanakan oleh TNI AD terhadapa komponen masyarakat dengan tujuan
utamanya adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat yang akan berdampak
pada ketahanan wilayah dimana komunitas suatu masyarakat ada. Secara
sederhana bahwa permasalahan sosial yang timbul harus dapat ditanggapi oleh
sistem sosial termasuk didalamnya adalah TNI AD. Sistem sosial yang ada ini harus
mampu melihat permasalahan yang timbul untuk kenudian diatasi secara sinergis.
Koordinasi anatar TNI AD, masyarakat dengan instansi terkait sangat
diharapkan dengan mengedepankan kebersamaan dalam rangka menyelesaikan
permaslahan melalui komunikasi sebagai sarana.
TERBATAS
13

Dengan komunikasi juga dapat mewujudkan setiap daya yang dimiliki dapat
diaplikasikan serta dikerahkan kepada penyelesaian setiap permasalahan yang
berdaya guna dan berhasil guna demi kesejahteraan masyarakat. Pada tingkat
sistem sosial ini, TNI AD tentunya tidak dapat bekerja sama dengan pihak lain tanpa
ada komunikasi yang jelas dan wujud interaksi sosial yang sinergis sebagai proses
komunikasi yang dibentuk atas dasar kepentingan bersama yang disatukan, guna
mencapai tujuan yang lebih besar, sehingga ke depan tidak ada lagi
pertikaian/bentrok antar desa di Adonara Nusa Tenggar Timur (NTT) maupun di
Bima Nusa Tenggara Barat (NTB)

BAB - VI
PENUTUP
TERBATAS
TERBATAS
TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai