Anda di halaman 1dari 93

KONFIDENSIAL

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran I Keputusan Danseskoad


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO Nomor Kep/ 68 / XI /2019
Tanggal 12 November 2019

PEMBINAAN TERITORIAL

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Geografi Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari rangkaian pulau-


pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke memiliki lautan yang sangat
luas serta beraneka ragam suku, bahasa, budaya dan agama, serta dilatar
belakangi tingkat pendidikan masyarakat yang belum merata, mengandung
kerawanan terjadinya disintegrasi bangsa. Berangkat dari titik kelemahan tersebut
di atas, untuk mengantisipasi timbulnya berbagai macam gejolak sosial yang
mengarah disintegrasi bangsa, maka dalam memelihara dan menjaga kedaulatan
negara sistem pertahanan yang digunakan adalah “Sistem Pertahanan Semesta”.

b. Sistem Pertahanan Rakyat Semesta pada hakikatnya adalah melibatkan


seluruh warga negara sesuai peran dan fungsinya. Keterlibatan setiap warga
negara dalam pertahanan negara sesuai amanat UUD 1945, dimana TNI sebagai
komponen utama Sishanta.

c. TNI AD merupakan bagian integral dari TNI, dalam rangka menunjang


keberhasilan tugas pokok TNI. Maka tugas pokok TNI AD adalah menegakkan
kedaulatan negara dan keutuhan wilayah darat Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia di wilayah daratan dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

d. Guna menunjang keberhasilan tugas pokok TNI AD yang dihadapkan


dengan kondisi geografi maupun keanekaragaman suku, bangsa, budaya dan
agama serta dikaitkan sistem pertahanan semesta, maka untuk mengantisipasi
ancaman TNI AD menggelar kekuatannya menjadi Balahanwil dan Balahanpus
TNI. Agar pelaksanaan tugas pokok berhasil, maka TNI AD memerlukan dukungan
rakyat, sehingga tercipta kemanunggalan TNI Rakyat yang kokoh dan kuat melalui
pembinaan teritorial. Dalam melaksanakan pembinaan teritorial di wilayahnya,
maka diperlukan pokok-pokok penyelenggaraan pembinaan teritorial.

KONFIDENSIAL
2

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar perwira siswa


Dikreg Seskoad.

b. Tujuan. Agar perwira siswa Dikreg Seskoad memahami tentang


pembinaan teritorial serta mampu mengaplikasikan dalam pelaksanaan tugas.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup dalam pembahasan pembinaan
teritorial ini, meliputi sejarah dan perkembangan pembinaan teritorial dengan tata urut
sebagai berikut:

a. Pendahuluan.
b. Dinamika Pembinaan Teritorial.
c. Komunikasi Sosial.
d. Penyelenggaraan Pembinaan Teritorial.
e. Evaluasi.
f. Penutup.

4. Pengertian-Pengertian.

a. Alat Juang. Alat juang adalah tersedianya komponen cadangan dan


komponen pendukung yang sudah terorganisir secara nyata dengan segenap
perangkatnya yang siap digunakan untuk melaksanakan operasi.

b. Ancaman. Ancaman adalah setiap upaya dan kegiatan, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara dan keselamatan segenap bangsa.

c. Analisa Daerah Operasi. ADO (Analisa Daerah Operasi) adalah suatu


penelaahan daerah operasi beserta segala aspeknya secara sistematis bertujuan
mencari pengaruh karakteristik medan, cuaca dan kondisi sosial terhadap cara
bertindak musuh dan cara bertindak sendiri. (Kamus Istilah ABRI Tahun 1993).

d. Binter Satnonkowil. Binter Satnonkowil adalah segala usaha, pekerjaan


dan kegiatan pembinaan teritorial yang dilaksanakan oleh Satnonkowil TNI AD di
sekitar pangkalan maupun sekitar wilayah penugasan dimana Satnonkowil tersebut
ditugaskan atau di wilayah yang sudah ditentukan oleh Dansatkowil, yang
dilaksanakan bersama instansi/komponen bangsa lainnya secara terencana,
terkoordinasi dan sinergis dalam rangka mendukung tercapainya tugas pokok
satuan.
3

e. Binter TNI AD. Binter TNI AD merupakan istilah teknis kemiliteran yang
mempunyai arti upaya, pekerjaan dan tindakan, baik secara berdiri sendiri
atau bersama dengan aparat terkait dan komponen bangsa lainnya untuk
membantu pemerintah dalam menyiapkan kekuatan pertahanan aspek darat
yang meliputi wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya serta terwujudnya
kemanunggalan TNI-Rakyat, yang dilaksanakan sesuai kewenangan dan peraturan
perundang-undangan dalam rangka tercapainya tugas pokok TNI AD.

f. Kekuatan Pertahanan. Kekuatan pertahanan adalah suatu kekuatan dari


hasil pembinaan atau pengelolaan potensi nasional yang disiapkan untuk
menghadapi ancaman, meliputi:

1) Wilayah pertahanan, yang merupakan kekuatan dari aspek geografi,


baik yang ada di permukaan dalam bentuk daerah yang telah disiapkan
sebagai mandala perang ataupun mandala operasi maupun kandungan
yang ada didalam dan diatasnya, yakni sumber daya alam yang telah
dikelola sebagai logistik wilayah untuk kepentingan pertahanan negara.

2) Kekuatan pendukung, yang merupakan kekuatan dari aspek


demografi, berupa kemampuan dan keterampilan serta upaya bela negara
yang dimiliki oleh setiap warga negara dan aspek kehidupan manusia atau
kondisi sosial, dalam bentuk ketahanan di bidang ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan Hankam dari masyarakat.

g. Kemanunggalan TNI-Rakyat. Kemanunggalan TNI-Rakyat adalah suatu


keadaan atau sikap perilaku yang menyatu dan atau bersatu padunya TNI-Rakyat,
baik secara lahir maupun batin dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional
untuk mencapai tujuan nasional.

h. Kesadaran berbangsa dan bernegara. Kesadaran berbangsa dan bernegara


adalah kesadaran sebagai bangsa dan warga negara Indonesia dalam bentuk
tingkah laku, sikap dan kehidupan pribadi di lingkungan pemukiman dalam
bermasyarakat, sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia dengan selalu
mengaitkan dirinya terhadap pencapaian cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia,
memiliki kesadaran pentingnya kesatuan dan persatuan, mencintai budaya bangsa
serta selalu mengutamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi dan
golongan.

i. Ketatalaksanaan Binter. Ketatalaksanaan Binter adalah proses kegiatan


tingkat Koramil yang diawali dengan kegiatan pengumpulan data dan tabulasi data
teritorial serta pengklasifikasian wilayah dan pembuatan laporan teritorial Koramil.
4

j. Komando Kewilayahan (Kowil). Komando kewilayahan adalah komando


yang mendapat tugas pokok pemeliharaan keadaan dan penyelenggaraan
administrasi dalam suatu daerah tertentu.

k. Komponen Utama. Komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia


yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan.

l. Komponen Cadangan. Komponen cadangan adalah sumber daya nasional


yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan
memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama.

m. Komponen Pendukung. Komponen pendukung adalah sumber daya


nasional yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan
komponen utama dan komponen cadangan.

n. Kompartemen Strategis. Kompartemen strategis adalah suatu komando


kewilayahan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mampu memberikan pertahanan dan perlawanan secara berdiri


sendiri atau berlanjut;

2) Mampu menyelenggarakan pertahanan dalam bentuk operasi


angkatan tunggal maupun operasi secara gabungan dan semesta di pulau-
pulau besar dan rangkaian kepulauan dalam daerah tanggung jawabnya;
dan

3) Terdiri dari beberapa sub kompartemen strategis yang berperan


sebagai daerah depan, daerah belakang bagi kompartemen strategis yang
bersangkutan.

o. Konflik Komunal. Konflik komunal adalah konflik yang terjadi antar


kelompok, suku, agama, ras, atau golongan dalam komunitas masyarakat tertentu.

p. Kondisi Juang. Kondisi juang adalah kondisi dinamis masyarakat dalam


kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

q. Lima Kemampuan Teritorial. Lima kemampuan teritorial adalah


kemampuan yang diprasyaratkan guna mendukung tugas pembinaan teritorial
yang meliputi kemampuan temu cepat dan lapor cepat, kemampuan penguasaan
wilayah, kemampuan pembinaan perlawanan rakyat dan kemampuan manajemen
teritorial serta kemampuan komunikasi sosial dimana masing-masing kemampuan
tersebut memiliki kecakapan, keterampilan dan kesanggupan yang harus dimiliki
oleh setiap aparat Komando Kewilayahan baik secara individu maupun dalam
hubungan satuan.
5

r. Mandala Operasi. Mandala operasi adalah sebagian dari Mandala perang


yang perlu bagi operasi militer yang bersifat ofensif, sesuai dengan kebutuhan
operasi, batas-batasnya ditentukan oleh Panglima Tinggi TNI. Tugas defensif
diserahkan kepada komando pertahanan wilayah.

s. Mandala Perang (Mandala Yudha). Mandala perang adalah wilayah negara


dan sekitarnya yang langsung terlibat dalam operasi-operasi perang baik darat, laut
maupun udara.

t. Mobilisasi. Mobilisasi adalah tindakan pengerahan dan penggunaan


secara serentak sumber daya nasional, sarana dan prasarana nasional yang telah
dibina dan dipersiapkan sebagai komponen kekuatan pertahanan dan keamanan
negara untuk digunakan secara tepat, terpadu dan terarah bagi setiap ancaman.

u. Operasi Bantuan. Operasi bantuan adalah suatu bentuk operasi yang


dilaksanakan oleh permintaan pihak yang dibantu guna memberikan bantuan
kepada unsur TNI lainnya, Polri dan unsur pemerintahan termasuk tugas bantuan
perdamaian dunia.

v. Operasi Binter. Operasi Binter adalah kegiatan dalam Binter yang


dilaksanakan atas perintah, dengan dibatasi oleh sasaran, ruang, waktu dan
dukungan.

w. Operasi Gabungan. Operasi gabungan adalah suatu bentuk operasi yang


dilaksanakan oleh TNI AD bersama komponen utama lainnya (AL dan AU) dan
dapat melibatkan komponen cadangan serta komponen pendukung dibawah suatu
komando gabungan .

x. Operasi Darat. Operasi darat adalah suatu bentuk operasi yang


dilaksanakan oleh satuan TNI AD dan dapat melibatkan komponen cadangan serta
komponen pendukung.

y. Operasi Militer untuk Perang (OMP). Operasi Militer untuk Perang (OMP)
adalah segala bentuk pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI untuk melawan
kekuatan militer negara lain yang melakukan agresi terhadap Indonesia, dan/atau
dalam konflik bersenjata dengan suatu negara lain atau lebih yang didahului
dengan adanya pernyataan perang dan tunduk pada hukum perang internasional.

z. Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Operasi Militer Selain Perang


(OMSP) adalah operasi militer yang dilaksanakan bukan dalam rangka perang
dengan militer negara lain, tetapi untuk tugas-tugas lain seperti mengatasi gerakan
separatis bersenjata, mengatasi pemberontakan bersenjata, mengatasi aksi
terorisme, mengamankan wilayah perbatasan, mengamankan objek vital nasional
6

yang bersifat strategis, melaksanakan tugas perdamaian dunia, mengamankan


Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya, memberdayakan wilayah
pertahanan, membantu tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia,
mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah
asing yang berada di Indonesia, penanggulangan bencana alam, pencarian dan
pertolongan dalam kecelakaan dan membantu pemerintah dalam pengamanan
pelayaran dan penerbangan.

aa. Operasi Teritorial. Operasi teritorial adalah operasi yang dilaksanakan oleh
satuan militer dengan sasaran, waktu, tempat dan dukungan logistik yang telah
ditetapkan sebelumnya melalui perencanaan terinci untuk mencapai suatu tugas
secara khusus yang ditetapkan atas dasar perintah dari komando atasan yang
berwenang dalam rangka menegakkan dan memelihara kewibawaan pemerintah.

bb. Pembinaan Teritorial TNI AD. Pembinaan teritorial TNI AD adalah suatu
pembinaan yang dilaksanakan terhadap doktrin, sistem dan metode, terhadap
kegiatan Binter (metode Binter), terhadap pengembangan kemampuan Binter
(Sikap Teritorial, Lima Kemampuan Teritorial, Sisrendal Binter dan
Ketatalaksanaan Binter), terhadap pengembangan kerjasama antar instansi terkait.

cc. Penggunaan Binter TNI AD. Penggunaan Binter TNI AD adalah segala
usaha dan kegiatan yang dilakukan untuk membantu pemerintah dalam rangka
mendukung operasi pada masa damai, selama perang (OMP), sesudah perang
dan OMSP.

dd. Pertahanan Negara. Pertahanan negara adalah segala usaha untuk


menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan melindungi segenap bangsa dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara, disusun dengan memperhatikan
kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.

ee. Potensi Pertahanan. Potensi pertahanan adalah sumber daya nasional


yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pertahanan.

ff. Ruang Juang. Ruang juang adalah wilayah pertahanan aspek darat yang
siap sebagai mandala operasi.

gg. Sarana dan Prasarana Pertahanan. Sarana dan prasarana pertahanan


adalah hasil budi daya manusia yang dapat digunakan sebagai alat penunjang
untuk kepentingan pertahanan negara dalam rangka mendukung kepentingan
nasional.
7

hh. Satkowil. Satkowil adalah seluruh satuan jajaran TNI AD yang sudah
tergelar di seluruh wilayah dan mempunyai tugas untuk melaksanakan
pemberdayaan wilayah pertahanan di darat, dalam rangka mewujudkan ruang,
alat, dan kondisi juang serta kemanunggalan TNI-Rakyat yang tangguh untuk
kepentingan pertahanan negara.

ii. Sikap Teritorial. Sikap teritorial adalah wujud nyata pengamalan dan
penghayatan Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI dalam bentuk
keseluruhan tingkah laku, tindak tanduk dan cara seseorang prajurit dalam
berhubungan dengan segenap lapisan masyarakat untuk mewujudkan ruang, alat,
kondisi juang dan kemanunggalan TNI-Rakyat.

jj. Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta). Sistem pertahanan semesta


adalah sistem pertahanan yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan
sumber daya nasional lainnya yang diselenggarakan secara total, terpadu, terarah,
berkesinambungan dan berkelanjutan untuk menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah negara dan melindungi keselamatan segenap
bangsa dari setiap ancaman.

kk. Strategi Pertahanan. Strategi pertahanan adalah pelaksanaan politik


pertahanan dan bagian integral dari strategi nasional, meliputi pengembangan dan
penggunaan kekuatan pertahanan untuk mewujudkan sasaran pertahanan dan
mengamankan perwujudan sasaran nasional.

ll. Sumber Daya Nasional. Sumber daya nasional adalah sumber daya
manusia, sumber daya alam dan sumber daya buatan.

mm. Sumber Daya Alam. Sumber daya alam adalah potensi yang terkandung
dalam bumi, air dan dirgantara yang dalam wujud asalnya dapat didayagunakan
untuk kepentingan pertahanan negara (Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002).

nn. Sumber Daya Buatan. Sumber daya buatan adalah sumber daya alam
yang telah ditingkatkan daya gunanya untuk kepentingan pertahanan negara
(Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002).

oo. Upaya Bela Negara. Upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara RI
tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela
negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga kehormatan bagi setiap
warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab dan
rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.

pp. Petunjuk Teritorial. Petunjuk teritorial adalah produk dasar dari Sisrendal
Binter, yang dibuat berdasarkan data teritorial secara rinci yang meliputi aspek
geografi, demografi, dan kondisi sosial. (Bujuknik Sisrendal Binter Tahun 2003).
8

qq. Program Binter. Program Binter adalah merupakan pembulatan dan


rumusan sasaran yang akan dicapai atau diwujudkan melalui penyelenggaraan
pembinaan teritorial dengan memperhitungkan berbagai faktor yang
mempengaruhi baik yang berasal dari komando atas, perkembangan lingkungan
dan hal-hal yang perlu diwaspadai maupun hal-hal khusus yang diperkirakan dapat
timbul dalam tahun yang bersangkutan. (Bujuknik Sisrendal Binter Tahun 2003).

rr. Rencana Binter. Rencana Binter adalah produk dasar Kodim dan
merupakan rumusan pokok-pokok Binter yang akan dilaksanakan untuk kurun
waktu lima tahun kedepan guna diusulkan ke Korem dalam penyusunan Renbinter
tingkat Korem. Rencana Binter merupakan proses lanjutan dari hasil Anpotwil dan
Anpothan yang dilaksanakan lima tahun sekali dan merupakan pembulatan dari
rumusan-rumusan sasaran yang ingin dicapai yang diwujudkan melalui
penyelenggaraan Binter. (Bujunik Sisrendal Binter Tahun 2003).

ss. Rencana Umum Tata Ruang. Rencana Umum Tata Ruang adalah hasil
pemanfaatan yang diwujudkan dalam struktur dan pola perencanaan ruang
(ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara) sebagai suatu kesatuan wilayah.
(Peraturan Pemerintah RI No. 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional).

tt. Sisrendal Binter. Sisrendal Binter adalah suatu kegiatan dalam


perencanaan pembinaan teritorial yang dibuat dengan baik, teratur, terkoordinasi
secara terpadu, sehingga dapat dilaksanakan secara berhasil guna dan berdaya
guna demi kepentingan kesejahteraan masyarakat serta penyusunan ketahanan
wilayah dalam rangka pertahanan negara. (Bujuknik Sisrendal Binter tahun 2003)

uu. Telaahan Binter. Telaahan Binter adalah telaahan terhadap kondisi daerah
dan lingkungan serta keadaan dan permasalahan yang dapat berpengaruh
terhadap penyelenggaraan Binter sebagaimana yang telah dirumuskan dalam
produk Renbinter lima tahun. (Bujuknik Sisrendal Binter Tahun 2003).
9

BAB II
DINAMIKA PEMBINAAN BINTER

5. Umum. Dalam perkembangan pembinaan teritorial telah mengalami dinamika


sehingga banyak terjadi perubahan-perubahan sesuai kurun waktu yang dimulai pada
masa Kemerdekaan, masa Orde Baru dan masa Reformasi hingga sampai saat ini.
Untuk menyelami perkembangan pembinaan teritorial tersebut perlu kita mengawali dari
belakang untuk mengetahui asal muasal pembinaan teritorial melalui sejarah pembinaan
teritorial sampai pada saat ini, bagaimana ancaman dan tantangan masa depan serta
implikasinya.

6. Sejarah Perkembangan Binter.

a. Masa Kemerdekaan. Sebelum mengemukakan pemikiran mengenai peran


TNI/TNI AD, khususnya berkenaan dengan pokok pikiran sinkronisasi Binter
TNI/TNI AD dengan pemerintah dan komponen bangsa lainnya, berikut
dikemukakan beberapa kutipan dari Panglima Besar Jenderal Soedirman:
“Tentara bukan merupakan suatu golongan di luar masyarakat, bukan suatu “kasta”
yang berdiri diatas masyarakat. Tentara tidak lain dan tidak lebih dari salah satu
bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu”. (Amanat yang tertuang
dalam maklumat TKR, Yogyakarta, 1 Januari 1946) (Mengikuti Jejak Panglima
Besar Soedirman, hlm. 5). “Pada situasi kritis dan sulit yang terjadi pada tanggal
19 Desember 1948, yaitu sewaktu ribuan tentara payung Belanda diterjunkan dan
menyerang Yogyakarta secara mendadak, para pemimpin republik memutuskan
untuk tetap tinggal di Yogyakarta, yang berarti mempunyai kemungkinan besar
ditawan oleh tentara Belanda. Tetapi Soedirman membuat keputusan untuk tetap
bersama prajurit dan rakyat melanjutkan perjuangan dengan perang gerilya”.
(Mengikuti Jejak Panglima Besar Soedirman, hlm. 6-7). “Kejuangan yang telah
ditunjukkan oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman meliputi semangat
pantang menyerah, rela berkorban, patriotik dan kebersamaan dengan rakyat”.
(Mengikuti Jejak Panglima Besar Soedirman, hlm. 8). Kutipan di atas dimaksudkan
untuk menunjukkan bahwa dalam sejarahnya TNI tidak dapat dipisahkan dari
rakyat. Hal ini dipertegas lagi dalam Order Harian Panglima Angkatan Perang
Republik Indonesia kepada segenap anggota Angkatan Perang Republik Indonesia
tanggal 4 Oktober 1949 (butir 2). Dalam menghadapi agresi militer Belanda II ,
seluruh potensi yang ada terlibat sesuai kemampuan profesi masing-masing yang
disebut dengan perang rakyat semesta. Angkatan Perang Indonesia disusun
dalam Batalyon Mobil dan Batalyon Teritorial. Batalyon Mobil untuk melaksanakan
penghambatan gerakan musuh dan menjadi tenaga penggempur. Sedangkan
Batalyon Teritorial menyebar menjadi inti gerakan gerilya rakyat ke berbagai
daerah berupa Komando Militer Daerah (KMD), Komando Distrik Militer (KDM),
Komando Onder Distrik Militer (KODM) dan Kader Desa. Gelar inilah yang menjadi
cikal bakal Komando Teritorial (Koter) yang saat ini kita kenal dengan
Komando Kewilayahan (Kowil) yang merupakan gelar kekuatan TNI AD dan diyakini
sebagai gelar yang memiliki efek tangkal serta sebagai langkah dini dalam
penyelenggaraan pertahanan negara.
10

b. Masa Orde Baru. Empat tahun sudah kita menderita, kita berkorban.
Dan dalam pada itu Angkatan Perang maju dalam perjuangan Kemerdekaan,
ditengah-tengah revolusi. Karenanya Angkatan Perang adalah tentara nasional,
tentara rakyat, tentara revolusi (Sardiman, 2008 : 249). Namun, dalam
perkembangannya ternyata TNI/TNI AD pada masa Orde Baru tidak sejalan
dengan ucapan Panglima Besar Soedirman : “Tentara tidak berpolitik, tidak
memihak kepada golongan, atau partai politik tertentu. Politik negara adalah politik
tentara”. Ini berarti bahwa jauh sebelum Orde Baru lahir, Panglima Besar
Soedirman sudah mengingatkan bahwa tentara harus bersikap netral. Kenyataan
menunjukkan tentara atau militer justru menjadi kepanjangan politik Orde Baru dan
berpihak pada Partai Golkar. Selanjutnya, karena salah satu bunyi trilogi
pembangunan adalah “stabilitas”, maka makin mempertegas keberadaan tentara
sebagai alat pemerintah yang dalam menjalankan tugasnya menggunakan
pendekatan keamanan (security approach). Akibatnya tentara bukan lagi tentara
rakyat yang dicintai oleh rakyat karena digunakan untuk kepentingan politik praktis.
Oleh karenanya tidak berlebihan kiranya apabila TNI/TNI-AD bermaksud kembali
ke tujuan awal yaitu fungsi pembinaan teritorial (Binter) untuk kepentingan dan
kesejahteraan (prosperity approach) melalui pendekatan Binter (menjadi tentara
rakyat sesuai dengan order harian Panglima Besar Soedirman tahun 1949).

c. Masa Pasca Reformasi Sampai Saat Ini. Bahwa tugas Binter TNI AD saat
ini berbeda dengan tugas Binter di masa Orde Baru, yakni mengedepankan
pendekatan kesejahteraan dari pada pendekatan keamanan sehingga tugas Binter
yang berorientasi pada kesejahteraan ini tidak perlu dikaitkan dengan politik
praktis. Pembinaan teritorial yang diselenggarakan TNI di masa pasca reformasi
ini juga telah dianut oleh beberapa negara lain seperti militer AS yang bukan
sebagai tentara rakyat juga melakukan tugas Binter atau pengembangan
masyarakat (Wilkinins, J : Columbus, Georgia: Civilian-military relationships spawn
economic development (1999); Thanner, M.H. : Military base closure effects on a
community : The case of Fort Ritchie Army Garrison and Cascade, Maryland
(2006) ; Chenault, J.C. : The Army’s community-based health care initiative : an
innovative military case management program (2006) dan lain-lain).

Memberikan pencerahan mengenai berbagai pengertian atau peristilahan


yang berkenaan dengan kelekatan warga negara terhadap negara yang
berkonotasi sempit. Misalnya, perang, bela negara, dan heroisme yang selama
ini mengaitkannya dengan medan perang menggunakan persenjataan
(pengertian sempit), sebenarnya istilah-istilah tersebut dapat digunakan dalam
konteks nonmiliter, seperti memerangi kemiskinan, kebodohan atau ketertinggalan;
pahlawan devisa untuk para TKI dan kalau ada orang yang membonceng suatu
upaya kebaikan yang dilakukan oleh orang lain, disebut pahlawan kesiangan.
Dengan demikian setiap warga negara wajib menyatakan perang terhadap
narkoba, kemiskinan, kelaparan, dan lain-lain, termasuk pernyataan perang
TNI/TNI AD terhadap berbagai masalah yang dihadapi bangsa, maka fungsi Binter
TNI/TNI AD harus kembali menjadi tentara rakyat sesuai dengan order harian
Panglima Besar Soedirman tahun 1949.
11

Dengan kata lain, tugas Binter TNI/TNI AD adalah sebagai agent of change
dengan berorientasi pendekatan kesejahteraan pada kantong-kantong kemiskinan.
Implikasi bergesernya fungsi Binter TNI/TNI AD menjadi agen pembaharu (change
agent) tentu sangat bermakna bagi pengembangan TNI/TNI AD, khususnya Binter
di masa depan berkaitan dengan dinamika perubahan dari masa ke masa yang
adaptif, fleksibel sesuai keputusan politik negara. Dalam hubungan ini Binter
TNI/TNI AD dapat berperan sebagai entreprenur sosial (social entrepreneur) yang
meskipun dalam beberapa hal memiliki karakteristik yang sama dengan business
entrepreneur, seperti selain ingin lebih baik, tidak cepat puas, dan segala hal
menjadi tanggung jawab pribadi, namun baik falsafah maupun implementasinya
berbeda. Bila para business entrepreneur tujuan utamanya mencari untung
sebanyak-banyaknya, sehingga modalnya berkembang secara akumulatif, maka
para social entrepreneur akan merasa puas apabila banyak anggota masyarakat
yang makin sejahtera.

7. Ancaman dan Tantangan Masa Depan serta Implikasinya. Ancaman adalah


setiap usaha, kegiatan dan tindakan, baik yang berasal dari luar negeri/bersifat lintas
negara maupun yang timbul di dalam negeri, yang dinilai membahayakan kedaulatan dan
keutuhan negara serta keselamatan segenap bangsa. Ancaman dapat digolongkan
berdasarkan sumber (dalam dan luar negeri), jenis (militer dan nonmiliter), dan aktor
(negara dan bukan negara) dimana bentuk ancaman kedepan lebih bersifat
“hybrid threats”. Bentuk ancaman terhadap kedaulatan NKRI di masa depan adalah
eksploitasi asing dan perebutan sumber daya alam, sengketa perbatasan, kejahatan
transnasional, disintegrasi bangsa, aksi terorisme, dan lain-lain. Tantangan merupakan
semua aspek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi
permasalahan yang ada atau bekerja lebih giat untuk dapat memanfaatkan peluang yang
ada secara optimal. Tantangan pelaksanaan kegiatan Binter kedepan yang dapat
mempengaruhi pencapaian tugas dalam rangka mewujudkan sistem pertahanan semesta,
mencakup berbagai aspek yang terkait dengan geografi, demografi dan kondisi sosial.
Agar dapat melakukan langkah-langkah antisipasi terhadap bentuk ancaman dan
tantangan dimasa depan, kita perlu mengoptimalkan peran Binter. Sehingga dapat
menyiapkan secara dini berbagai potensi yang ada guna menghadapi ancaman dan
tantangan yang dapat membahayakan kedaulatan NKRI.

a. Ancaman Masa Depan. Bentuk ancaman bagi Negara Kesatuan Republik


Indonesia kedepan berkembang dari ancaman asimetris (Asymmetric Threats) atau
ancaman nonlinier ke arah ancaman yang bersifat campuran (hybrid warfare),
dimana tidak mengenal medan perang atau front serta perbedaan antara situasi
perang dan situasi damai menjadi kabur. Sulit membedakan antara pasukan
militer dan sipil. Aksi-aksi dapat dilakukan secara serentak, terselubung dan dapat
mencakup suatu daerah yang luas. Secara spesifik karakter perang masa depan
yang merupakan hybrid war menggunakan gabungan dari dua atau lebih
karakter-karakter.
12

1) Menggunakan Senjata Pemusnah Masal (Weapon of Mass


Destruction/WMD). Walaupun berbagai upaya mitigasi pengembangan dan
penggunaan senjata pemusnah masal telah dilakukan oleh hampir seluruh
negara di dunia, namun daya tangkal (deterrent effect) yang dihasilkan serta
posisi tawar dipanggung politik global masih mendorong beberapa negara di
dunia untuk mempertahankan kepemilikan dan atau mengembangkan
senjata tersebut. Dengan demikian senjata pemusnah masal dalam bentuk
kimia, biologi, radiologi, nuklir, dan bahan peledak, atau yang dikenal
dengan sebutan Chemical, Biological, Radiological, Nuclear, and Explosives
(CBRNE) harus diantisipasi secara dini dengan melibatkan segenap
komponen bangsa.

2) Menggunakan Teknologi Tinggi. Perang selalu ada di sekitar kita,


esensinya dapat berwujud pemaksaaan kehendak suatu pihak kepada pihak
lain akan selalu terjadi, walaupun strategi, taktik, dan logistiknya akan
berubah sesuai dengan kemajuan zaman. Persenjataan perang dewasa ini
sudah semakin kompleks, dalam arti selain penggunaan jenis senjata yang
berbasis teknologi perang, yang disebut sebagai hard power, juga sudah
mulai digunakan pengaruh kuat terhadap pihak lain, dalam bidang politik,
ekonomi, dan sosial budaya, sebagai jenis senjata baru yang tidak mudah
dikenal sebagai senjata untuk perang, yang disebut soft power. Kemajuan
pengembangan teknologi tinggi untuk kepentingan pertahanan, secara
umum memiliki sifat-sifat:

a) Cepat (rapid). Kecepatan menjadi salah satu faktor utama


yang menentukan keberhasilan pertempuran. Dengan teknologi
tinggi diharapkan akan meningkatkan aspek kecepatan baik untuk
menggerakkan pasukan ataupun Alutsista sehingga memberikan
keunggulan momentum dalam rangka memenangkan pertempuran.

b) Presisi. Kedepan pertempuran modern akan semakin sering


dilakukan di daerah pemukiman, sehingga akan bersinggungan
dengan populasi masyarakat sipil yang merupakan nonkombatan
berdasarkan Konvensi Jenewa. Dengan demikian maka diperlukan
teknologi tinggi yang dapat meningkatkan presisi baik manuver,
tembakan, dan informasi, sehingga dapat meminimalisir kemungkinan
jatuhnya korban masyarakat sipil dan mengurangi kerusakan yang
berlebihan (collateral damage).

c) Pesawat tanpa awak. Penggunaan teknologi tinggi yang


dikendalikan dari jauh seperti pesawat tanpa awak (Unmanned Areal
Vehicle) akan dapat mereduksi jumlah korban personel dalam
bertempur dengan musuh, serta dapat melakukan pengintaian,
pengamatan dan pengumpulan informasi sehingga tetap menjaga
kerahasiaan selama beroperasi.
13

d) Jarak jauh. Dengan teknologi tinggi maka kemampuan


senjata dapat mencapai jarak yang lebih jauh dari jarak-jarak yang
pernah dicapai sebelumnya. Meriam Armed saat ini dapat
menjangkau jarak puluhan hingga ratusan kilometer seperti Astros
maupun beberapa Alutsista lainnya yang dimiliki oleh sejumlah
negara maju.

e) Daya hancur tinggi (lethal). Tentunya menghancurkan musuh


menjadi salah satu faktor penentu kemenangan dalam pertempuran.
Daya hancur tinggi dapat dihasilkan berkat kemajuan teknologi yang
semakin menjadikan senjata memiliki efek yang mematikan dan
melumpuhkan musuh tanpa memberikan ruang bagi perlawanan
kembali. Oleh karenanya daya hancur yang tinggi sangat
dibutuhkan dalam perang masa depan.

f) Terintegrasi. ‘Network Centric’ (NC) merupakan konsep


Siskodal operasi militer modern yang mengintegrasikan seluruh
komponen atau elemen militer kedalam satu jaringan komputer militer
berbasis teknologi satelit dan jaringan internet rahasia militer yang
disebut SIPRNet. Dengan teknologi NC yang didukung infrastruktur
SIPRNet, berbagai komponen atau elemen militer di mandala operasi
dapat saling terhubung secara on-line dan real-time, sehingga
keberadaan lawan dan kawan dapat saling diketahui melalui
visualisasi di layar komputer atau laptop.

3) Memanfaatkan dunia siber (‘Cyber’). Ancaman dunia maya


(Cyber Threat) merupakan sumber ancaman baru yang sangat efektif untuk
menimbulkan dampak yang tidak kalah hebatnya dengan senjata
konvensional, termasuk dalam menciptakan fenomena konflik komunal.

b. Tantangan Masa Depan. Di era globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan


dan teknologi telah membawa perubahan yang jauh lebih signifikan di berbagai
aspek kehidupan. Dalam perspektif pertahanan negara, selain terbukanya
berbagai peluang, maka tantangan dinilai mempunyai kemampuan yang
membahayakan atau berimplikasi mengancam kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan bangsa. Tantangan memiliki karakteristik yang
berbeda dengan ancaman, namun dapat berkembang atau berakumulasi menjadi
ancaman, sehingga memerlukan kecermatan baik dalam mengidentifikasi,
mengantisipasi dan menanganinya. Dalam rangka memperoleh penilaian yang
objektif tentang tantangan, maka harus dilihat sejauh mana prediksi masa depan
dari objek pembinaan teritorial yang meliputi geografi, demografi dan kondisi sosial.
14

1) Geografi. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan iklim


tropis dan memiliki vegetasi yang sangat subur dan beragam. Wilayah
hutan Indonesia memiliki luas sekitar 130 juta hektar dari 180 juta hektar
luas Indonesia. Namun seiring dengan perkembangan zaman, sekitar
680 ribu hektar hutan hilang pertahun disebabkan pembalakan liar,
kebakaran hutan, perambahan hutan dan pengalihan hutan sumber FAO
(Indonesia peringkat ke 2 kehilangan hutan setelah negara Brazil). Kondisi
di atas juga diperparah dengan ulah manusia yang justru jauh lebih serius
mengancam keselamatan umum, antara lain perusakan lingkungan akibat
pembalakan hutan liar dan pembuangan limbah industri. Perubahan
tersebut selain berdampak terhadap aspek fisik geografis di dunia pada
umumnya dan di Indonesia pada khususnya, akan berdampak terhadap
ketersediaan pangan, air bersih dan epidemi atau pandemi penyakit baru
yang lebih persisten (terus menerus) karena telah berevolusi.

2) Demografi. Di masa depan Indonesia merupakan negara ke empat


di dunia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu sekitar 265 juta jiwa
di tahun 2018 dengan pertumbuhan penduduk 1,2% per tahun, sehingga
penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai jumlah 300 juta jiwa pada
tahun 2030. Setelah tahun 2030, Indonesia akan menghadapi tantangan
baru yaitu peningkatan penduduk usia tua yang berakibat pada tingginya
beban negara. Mayoritas penduduk Indonesia sekitar 70% akan tinggal di
daerah perkotaan, yang salah satunya terbentuk akibat tingginya mobilitas
penduduk. Mobilitas penduduk Indonesia diwarnai oleh fenomena circular
migration, dimana penduduk yang terkonsentrasi di daerah perkotaan akan
kembali ke kota asalnya pada saat-saat tertentu.

3) Kondisi sosial.

a) Aspek ideologi. Pancasila akan tetap mendapatkan ujian dari


paham-paham lain akibat pengaruh isu-isu yang mengiringi era
globalisasi. Tantangan berdimensi ideologi dapat pula berbentuk
gerakan yang dilakukan oleh kelompok yang mengklaim diri sebagai
kelompok pembaharu, namun dengan cara-cara yang tidak
konstitusional dan bertentangan dengan hukum.

b) Aspek politik. Di masa yang akan datang politik di dalam


negeri masyarakat Indonesia akan semakin cerdas dalam kehidupan
berpolitik. Penyampaian aspirasi akan disampaikan melalui partai
politik dengan jumlah yang lebih efektif dan efisien guna mencapai
pemerintahan yang bersih, seiring dengan tumbuhnya kesadaran
dalam berdemokrasi. Kondisi iklim politik yang sehat ini dapat
mendorong terbangunnya stabilitas nasional dan juga
menggambarkan suksesnya proses demokrasi. Sebaliknya bila
kondisi politik yang fluktuatif dapat mengganggu stabilitas nasional,
dan pada spektrum tertentu dapat menjadi ancaman terhadap
keutuhan bangsa.
15

c) Aspek ekonomi. Kekuatan ekonomi tidak saja menjadi alat


stabilitas dalam negeri tetapi juga merupakan salah satu alat penentu
posisi tawar setiap negara dalam hubungan antar negara atau
pergaulan internasional.

d) Aspek sosial budaya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan


teknologi terutama informasi dan komunikasi telah mendorong proses
globalisasi yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial budaya
masyarakat Indonesia.

e) Aspek Pertahanan dan Keamanan. Tugas TNI AD kedepan


sebagai bagian dari TNI dalam menjaga kedaulatan NKRI di darat
akan semakin berat seiring dengan potensi kerawanan stabilitas
keamanan nasional secara umum. Hal ini terkait dengan
pengamanan, pengawasan dan pendeteksian atas pelanggaran
wilayah kedaulatan dan yurisdiksi Indonesia yang sangat luas
dikaitkan dengan kemampuan, kekuatan dan gelar satuan TNI AD.
Terkait dengan perkembangan ekonomi dunia dan jumlah penduduk
yang tidak seimbang, jika dihadapkan dengan keterbatasan sumber
daya yang ada, baik pangan, air bersih dan energi, maka akan terjadi
kompetisi yang semakin besar di antara negara-negara di dunia.
Hal ini akan semakin meningkatkan potensi konflik di dunia, sampai
ditemukannya inovasi teknologi alternatif serta pengembangan bahan
pangan berbasis teknologi tinggi.

4) Aspek hukum dan HAM. Hukum dan HAM akan semakin


mengemuka dan dijadikan “Panglima” dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pelaksanaan tugas-tugas TNI AD harus selalu didasarkan
pada aspek legalitas. Dengan demikian, kesadaran hukum masyarakat akan
tumbuh dan berkembang dengan pesat, dan menjadikan hukum sebagai
kebutuhan bagi setiap warga negara. Penegakan hukum dalam hubungan
antar negara juga semakin menjadi prioritas, sehingga penyelesaian
persoalan yang terkait antar negara-negara juga akan mengedepankan
lewat aspek hukum.

5) Aspek teknologi dan informasi. Teknologi dan informasi yang


semakin pesat dalam era saat ini berdampak secara langsung terhadap
kehidupan dan pola pikir masyarakat Indonesia. Tayangan informasi dan
hiburan akan semakin bergeser kearah digital dan dapat diakses pada ruang
dan waktu yang jauh lebih luas dan cepat serta tidak terbatas. Hal ini akan
dapat berpengaruh terhadap moralitas serta kehidupan sosial bangsa.

6) Aspek Psikologi. Psikologi sebagai tantangan kedepan berkaitan


dengan perkembangan berbagai kondisi sosial yang lain sebagai akibat dari
derasnya arus globalisasi. Pengaruh globalisasi dan tehknologi informasi
saat ini yang tanpa batas dapat di akses di kalangan masyarakat dan
apabila tidak dapat dengan bijak di sikapi maka dapat mengganggu nilai-
nilai nasionalisme dan patriotisme, sehingga dapat merubah pola pikir
kebangsaan dan pergeseran nilai dari nasional ke global.
16

7) Aspek keselamatan umum. Keselamatan umum kedepan akan tetap


terkait dengan kondisi geografi NKRI yang terletak pada the ring of fire dan
pertemuan lempeng bumi muda benua Asia dan Australia berpotensi
menimbulkan bencana alam yang sangat besar, baik berupa letusan gunung
berapi, tsunami dan gempa bumi. Selain itu, kondisi rawan bencana juga
diakibatkan oleh ulah manusia serta kurangnya manejemen pemukiman di
Indonesia, khususnya di daerah perkotaan. Iklim tropis juga sangat
berpotensi sebagai tempat berkembangnya berbagai penyakit yang sangat
cepat menular, seperti antraks, flu burung, demam berdarah dan malaria.
Apabila tidak diantisipasi dengan baik, dapat menyebabkan epidemi bahkan
pandemi penyakit yang membahayakan masyarakat luas. Aspek gangguan
keselamatan umum dapat berasal dari potensi konflik horisontal yang
berdimensi suku, agama, ras dan antar golongan.

c. Implikasi Perkembangan Ancaman dan Tantangan Masa Depan Terhadap


Binter. Dalam konteks pembinaan teritorial, maka perkembangan ancaman dan
tantangan masa depan tersebut, berimplikasi terhadap upaya pelaksanaan Binter
dalam membangun kekuatan teritorial dengan segenap isinya yang telah
disiapsiagakan, sebagai sarana perjuangan bangsa yang kokoh, kuat, dan tidak
mengenal menyerah serta kemanunggalan TNI-Rakyat.

1) Aspek Geografi. Kondisi geografis Indonesia yang berpotensi


mengalami degradasi baik akibat pengerusakan manusia maupun dampak
negatif dari pembangunan infrastruktur dan penambangan sumberdaya
alam pada masa yang akan datang, menjadi tantangan besar bagi Apter
dalam upayanya untuk mewujudkan geografi sebagai medan juang yang
tangguh sebagai mandala perang maupun mandala operasi, baik dalam
konteks fisik geografis maupun penyiapan logistik wilayah. Tantangan
tersebut menuntut inovasi dalam pengembangan metode, sistem dan
rancang bangun penyiapan medan juang yang tangguh dalam kegiatan
Binter, dengan melibatkan segenap komponen bangsa yang lain.

2) Aspek Demografi. Kondisi demografi pada masa yang akan datang,


baik dalam hal potensi ledakan penduduk, perubahan ratio komposisi
penduduk produktif dan nonproduktif, serta semakin hetrogennya komposisi
masyarakat akibat globalisasi, sudah dapat dipastikan akan berpengaruh
secara langsung dalam kegiatan Binter, khususnya dalam komunukasi
sosial (Komsos). Menyikapi kondisi demografi saat ini maka aparat
teritorial harus mampu melakukan komunikasi sosial dan kegiatan Binter
yang proaktif, kreatif, inovatif, modern dan membumi untuk mewujudkan
patriotisme dan pejuang yang tangguh bagi kepentingan pertahanan.
17

3) Aspek Kondisi Sosial.

a) Ideologi. Pengaruh faham dan ideologi asing yang semakin


gencar akibat globalisasi, akan berdampak secara langsung dalam
penyelenggaraan kegiatan Binter, karena akan menuntut kepiawaian
Apter dalam melaksanakan metode Binter khususnya komunikasi
sosial guna menjaga tetap tegaknya ideologi Pancasila.

b) Politik. Dinamika perkembangan politik baik di dalam maupun


di luar negeri akan berdampak terhadap perumusan prioritas kegiatan
Binter dalam menjamin tetap tegaknya NKRI dari segala ancaman
dan tantangan yang muncul, seiring dengan perkembangan kekuatan
politik Indonesia dan meningkatnya tanggung jawab serta kesadaran
dalam berdemokrasi.

c) Ekonomi. Proyeksi pertumbuhan perekonomian Indonesia


yang tinggi akan berdampak terhadap perubahan pola pikir (mind set)
dan pola hidup (lifestyle), sebagian besar masyarakat Indonesia.
Hal ini seiring dengan semakin meningkatkannya kualitas kesehatan,
pendidikan, dan produktivitas bangsa. Bagi TNI AD perubahan
proyeksi pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh secara langsung
terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia akan
mempengaruhi implementasi Binter pada masa depan. Maka
perubahan kondisi ini menuntut peningkatan kualitas SDM aparat
teritorial.

d) Sosial Budaya. Dinamika kondisi sosial budaya masyarakat


Indonesia menuntut kualitas SDM Apter yang jauh lebih tinggi disertai
dengan sarana dan prasarana yang memadai, modern dan efektif.
Selain itu dalam pelaksanaan kegiatan Binter menuntut pendekatan
yang lebih fleksibel, manusiawi, modern dan selalu berorientasi satu
tahap lebih maju (one step ahead) kedepan dari kondisi saat itu.

e) Pertahanan dan Keamanan. Dihadapkan potensi ancaman


dan tantangan kedepan, maka dengan didukung oleh pesatnya laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia, anggaran pertahanan akan
ditingkatkan secara sangat signifikan. Satuan Teritorial TNI AD, selain
akan memiliki teknologi sarana dan prasarana yang canggih, dituntut
untuk mampu menyiapkan diri dalam menghadapi ancaman aktual
dan potensial dalam rangka menjaga kelangsungan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
18

4) Aspek Hukum dan HAM. Dengan dijadikannya hukum dan HAM


sebagai ‘Panglima’ dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka
setiap Apter harus memahami dan selalu berpedoman kepada hukum dalam
menjalankan tugas sehari-hari. Dengan demikian maka Apter dapat
dijadikan tauladan dalam penegakan hukum di masyarakat. Lebih jauh,
dalam rangka ikut serta secara aktif dalam upaya penegakan hukum di
masyarakat, Apter harus memiliki SDM yang memiliki kualifikasi hukum.
Kualifikasi hukum yang dimiliki oleh SDM tersebut diperlukan juga bagi
Satter dalam pelaksanaan tugas Binter, khususnya di daerah terpencil,
pulau-pulau terluar dan perbatasan.

5) Aspek Teknologi dan Informasi. Dengan semakin besarnya


pengaruh yang dapat ditimbulkan dari aspek teknologi dan informasi
terhadap kondisi sosial kemasyarakatan berimplikasi terhadap perlunya
pembaharuan dalam setiap metode Binter yang dilaksanakan oleh Satter.
Selain itu Apter harus mampu memiliki alat komunikasi modern guna
memberikan informasi, melaksanakan penggalangan, pembentukan opini
dan konter opini.

6) Aspek Psikologi. Dalam rangka membangun nasionalisme dan


patriotisme dikalangan masyarakat, Satkowil kedepan harus mampu
mendorong dan terlibat secara langsung jika memungkinkan dalam
kampanye-kampanye pembangunan jiwa nasionalisme dan patriotisme.
Bentuk kegiatan tersebut dapat berupa sosialisasi nilai-nilai kebangsaan
dalam kegiatan kemasyarakatan dan pendidikan serta produksi film
bertemakan nasionalisme dan patriotisme. Hal ini memerlukan kemampuan
dalam membuat inovasi dan kreasi yang dapat menarik perhatian
masyarakat.

7) Aspek Keselamatan Umum. Tantangan yang dimiliki oleh Bangsa


Indonesia pada aspek keselamatan umum, berimplikasi secara langsung
terhadap kualifikasi, metode dan Sarpras yang diperlukan oleh Satter.
Personel harus mampu mengenali, membuat prediksi serta mengantisipasi
sesuai kemampuan yang dimiliki dari berbagai tantangan yang dapat
mengganggu keselamatan umum, baik dari bencana alam, maupun yang
diakibatkan oleh manusia. Hal ini juga berimplikasi terhadap perumusan
prioritas dukungan dan kegiatan Binter, termasuk di dalamnya perlunya
membuat ketahanan wilayah yang diselenggarakan secara sinergis dengan
stakeholders lainnya. Dalam rangka meningkatkan keselamatan umum,
Apter harus mampu mendorong, mengajak dan mempengaruhi masyarakat
untuk berperan secara aktif dalam upaya pencegahan dan mitigasi terhadap
bencana alam dan buatan.
19

8. Evaluasi.

a. Jelaskan secara singkat sejarah Binter yang Pasis ketahui!

b. Jelaskan hal positif dari implementasi Binter dilihat dalam perjalanan sejarah
bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai peristiwa pemberontakan
bersenjata dan makar politik!

c. Jelaskan pengertian dari ancaman dan tantangan yang Pasis ketahui!

d. Jelaskan bentuk ancaman bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia di


masa depan!
20

BAB III
KOMUNIKASI SOSIAL

9. Umum. Penyelenggaraan kegiatan Komsos memerlukan ketentuan-ketentuan


yang dijadikan pedoman baik Komsos dalam rangka meningkatkan pemahaman instansi
terkait tentang penyiapan pertahanan negara secara dini, meningkatkan jalinan kerja
sama instansi terkait dengan TNI AD dalam membantu mengatasi kesulitan rakyat,
meningkatkan dukungan instansi terkait terhadap pencapaian tugas pokok TNI AD dan
meningkatkan keinginan serta peran serta masyarakat untuk berpartisipasi pada
kepentingan bidang pertahanan. Hal ini diperlukan agar kegiatan Komsos yang
dilaksanakan oleh satuan jajaran TNI AD dapat berjalan efektif, efisien, dan sinergis.
Ketentuan umum ini membahas tentang komunikasi yang efektif, komunikasi masyarakat,
komunikasi dalam strategi TNI AD dan implementasi Komsos TNI AD.

10. Komunikasi Yang Efektif.


Komunikasi berasal dari bahasa Latin communis yang berarti sama. Communico,
communication atau communicare yang berarti membuat sama (make to common).
Kesamaan yang dimaksud dalam hal ini adalah kesamaan ide dari seseorang sehingga
dapat dimiliki oleh orang lain. Dengan demikian, komunikasi adalah suatu proses
dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat
menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang
lain. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat
dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan
yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut. Dengan
demikian proses komunikasi sangat bergantung kepada kemampuan seseorang untuk
dapat memahami suatu ide dengan yang lainnya (communication depends on our ability
to understand one another). Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau
verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal
yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi tetap dapat dilakukan dengan
menggunakan media atau cara lain seperti gerak-gerik badan atau menunjukkan sikap
tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini
disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

a. Pada hakikatnya, Komunikasi berfungsi sebagai:

1) Pengontrol manusia dengan lingkungannya.


2) Beradaptasi dengan lingkungan tempat manusia berada.
3) Melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya.

b. Bila dilihat dari bentuknya, maka komunikasi dibagi menjadi empat tipe
yaitu:

1) Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication).


Untuk mengembangkan kreatifitas imajinasi, memahami dan
mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berpikir
sebelum mengambil keputusan. Mengembangkan kreatifitas imajinasi
berarti menciptakan sesuatu lewat daya nalar melalui komunikasi
dengan diri sendiri. Dengan cara ini seseorang dapat mengetahui
21

keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya, sehingga tahu diri, tahu


membawa diri, dan tahu menempatkan diri di dalam masyarakat.
2) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication).
Tipe komunikasi ini adalah sebagai bentuk usaha manusia untuk
meningkatkan hubungan manusia (human relations), menghindari dan
mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta
berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Dalam hidup
bermasyarakat seseorang dapat memperoleh kemudahan-kemudahan
dalam hidupnya karena banyak memiliki teman, seseorang juga dapat
membina hubungan yang baik, sehingga menghindari terjadinya konflik-
konflik dengan tetangga, teman kuliah, atau dengan orang lain.

3) Komunikasi publik (public communication).


Untuk menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas),
memengaruhi orang lain, memberi informasi, yang mendidik dan menghibur.
Bagi yang terlibat di dalamya, dengan mudah ia menggolongkan dirinya
dengan kelompok orang banyak. Ia berusaha menjadi bagian dari kelompok
sehingga seringkali terbawa oleh pengaruh kelompok tersebut.

4) Komunikasi massal (mass communication).


Tipe komunikasi ini pada dasarnya bertujuan untuk menyebarluaskan
informasi atau ide kepada khalayak umum. Namun dalam implementasinya,
tipe komunikasi ini ternyata memiliki pengaruh yang lebih luas yaitu
meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan
menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang. Tipe komunikasi ini
memiliki sasaran khalayak umum, namun yang membedakannya dengan
komunikasi publik, tidak menentukan segmentasi masyarakat tertentu.

Untuk menciptakan komunikasi yang efektif, terdapat lima Hukum Komunikasi


Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) yang harus
dikembangkan dan dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari
komunikasi itu sendiri yaitu Reach, yang berarti mencapai. Konsep ini pada dasarnya
relevan karena pada hakikatnya komunikasi adalah upaya bagaimana mencapai atau
meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon
positif dari orang lain. Hukum komunikasi yang efektif tersebut diantaranya adalah:

a. Penghargaan Terhadap Mitra Komunikasi (Respect).


Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah
sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan.
Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin
dihargai dan dianggap penting. Jika seseorang harus mengkritik atau memarahi
seseorang lainnya, lakukan dengan penuh penghargaan terhadap harga diri dan
kebanggaan seseorang. Jika komunikasi yang dibangun dengan rasa dan sikap
saling menghargai dan menghormati, maka dapat dibangun kerjasama yang
22

menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja baik sebagai


individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
Bahkan menurut Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and
Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam
berinteraksi dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur
dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga
mengatakan bahwa: prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah
kebutuhan untuk dihargai. Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan
harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang
harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak
tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat
memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak
tangannya.

b. Memiliki Empati (Empathy).


Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan diri pada situasi
atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam
memiliki sikap empati adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan atau
mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah
satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti
terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand-understand then be
understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and
trust). Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan memahami
dan mendengar orang lain terlebih dahulu, maka dapat membangun keterbukaan
dan kepercayaan yang diperlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi
dengan orang lain.
Rasa empati akan memampukan seseorang untuk dapat menyampaikan
pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan
(receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing)
memahami perilaku konsumen (consumer’s behavior) merupakan keharusan.
Dengan memahami perilaku konsumen, maka didapati empati dengan apa yang
menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen.
Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam
membangun kerjasama tim. Kebutuhan untuk saling memahami dan mengerti
keberadaan orang lain dalam tim. Rasa empati akan menimbulkan respek atau
penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan
unsur utama dalam membangun team work. Jadi sebelum membangun
komunikasi atau mengirimkan pesan, perlu kiranya untuk mengerti dan memahami
dengan empati calon penerima pesan. Sehingga nantinya pesan tersebut akan
dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap
perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap
yang positif. Banyak sekali yang belum dapat mendengarkan saran, masukan
apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua
arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik
(feed back) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu
23

dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising)
diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari
audiensi atau penerima pesan.
c. Terdengar dengan Baik (Audible).
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik. Jika empati berarti seseorang harus mendengar terlebih dahulu ataupun
mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa
pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga
dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada
kemampuan seseorang untuk menggunakan berbagai media maupun
perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu sesorang agar
pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal
hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat
diterima oleh penerima pesan.

d. Kejelasan Berita (Clarity).


Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum
keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga
tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan.
Ketika saya bekerja di sekretariat negara, hal ini merupakan hukum yang paling
utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi. Karena kesalahan
penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan
menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti
keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi seseorang perlu
mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan),
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau
anggota tim. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada
gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim.

e. Disampaikan Dengan Kerendahan Hati (Humble).


Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap
rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk
membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati
yang dimiliki. Jika komunikasi yang dibangun didasari pada lima hukum pokok
komunikasi yang efektif ini, maka dapat dipastikan bahwa seorang tersebut telah
menjadi komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan
hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect). Karena
inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling
menguntungkan dan saling menguatkan.

11. Komunikasi dan Masyarakat.


Komunikasi merupakan salah satu bentuk dalam melakukan hubungan dengan
masyarakat. Segala bentuk komunikasi akan memberikan kemudahan dalam
penanaman sebuah nilai yang akan membentuk nilai sosial dari sebuah masyarakat
tertentu. Dalam hal ini komunikasi yang perlu dan sangat dibutuhkan untuk dibangun
adalah komunikasi dalam memahami pentingnya pertahanan nasional. Karena pada
24

dasarnya penggunaan komunikasi ini dapat merubah suatu masyarakat menjadi lebih baik
dalam memahami pertahanan nasional. Dan yang terutama ingin mentransfer nilai
nasionalisme kepada masyarakat untuk dapat diteruskan dan dikembangkan.
Dengan adanya komunikasi yang terbangun dan sehat diharapkan dapat
memberikan dampak yang positif dan baik bagi masyarakat yang ada. Sehingga budaya
dan sosial masyarakat setempat dapat berkembang. Selain itu juga dengan komunikasi
ini dapat mendukung pertahanan nasional dengan memanfaatkan penghubung dan
pengontrol dalam tumbuh kembangnya budaya dan sosial masyarakat setempat (kearifan
lokal). Dalam memahami hubungan antara komunikasi dengan dinamika masyarakat,
maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Komunikasi Paradikmatik dalam Konsep Hubungan Masyarakat.


Komunikasi paradigmatik adalah komunikasi yang berlangsung menurut
suatu pola dan mempunyai tujuan tertentu (ceramah, kuliah, dakwah, diplomasi).
Tujuan dari komunikator menimbulkan reaksi dalam bentuk efek pada sasaran.
Komunikasi adalah suatu proses, maka dalam proses itu sedikitnya ada tiga unsur
yaitu : komunikator, komunikan dan pesan. Kasus : Gejala alam dalam bentuk
awan mendung tersebut merupakan informasi bagi anda, tetapi itu bukan
komunkasi karena tidak ada komunikatornya. Hal tersebut perlu ditegaskan bahwa
miscommunication/salah tafsir disebabkan karena tidak jelasnya sesuatu yang
dikatakan seseorang dan tidak jelasnya kepada siapa kata-kata itu ditujukan.

b. Komunikasi dan Opini public.


Publik, yaitu sekelompok orang yang bersama-sama dipengaruhi oleh suatu
kegiatan atau gagasan khusus (John Dewey). Opinion, pengekspresian suatu sikap
mengenai persoalan yang mengandung pertentangan (Cultip dan Center).
Dengan demikian, sikap yang merupakan paduan dari pikiran dan perasaan itu
pada suatu ketika dapat diekspresikan dalam bentuk tindakan/opini secara verbal.
Selama opini tersebut merupakan opini individu seseorang, tidak akan
menimbulkan permasalahan. Akan tetapi apabila opini itu merupakan opini
publik, menyangkut orang banyak, maka akan menimbulkan permasalahan. Dalam
pendekatan komunikasi Berelson melihat opini publik dari proses komunikasi
lengkap dengan semua komponennya: komunikator, pesan, komunikan dan efek.
Maka opini publik adalah efek komunikasi dalam bentuk pernyataan yang bersifat
kontroversial dari sejumlah orang sebagai pengekspresian sikap terhadap masalah
sosial yang menyangkut masalah umum.

Timbulnya opini publik pada seseorang atau sejumlah komunikan


disebabkan ia/mereka menerima suatu pesan dari komunikator. Dan pesan itu
merupakan masalah sosial yang menyangkut kepentingan umum, termasuk
kepentingan ia/mereka itu. Mula-mula pesan diterima dengan sikap saja, tetapi
25

kemudian mereka ekspresikan kepada orang-orang lain. Terjadilah proses


komunikasi yang diantara mereka ada yang pro-kontra terhadap masalah sosial
tadi.
12. Komunikasi Dalam Strategi TNI AD.
Komunikasi termasuk aspek vital dalam kemiliteran termasuk dalam upaya
pertahanan ataupun pemenangan suatu pertempuran (Sterling, 2008). Berdasarkan
orientasi militer TNI yang lebih mengutamakan pertahanan semesta, maka TNI AD
melaksanakan metode Pembinaan Teritorial (Binter) dalam rangka mempersiapkan
kekuatan militer yang berpadu dengan kekuatan dukungan rakyat. Salah satu unsur
dalam Binter adalah melaksanakan Komunikasi Sosial (Komsos) selain pembinaan
ketahanan wilayah (Bintahwil) dan Bakti TNI. Karena kekuatan militer TNI menekankan
pada kesepaduan dengan rakyat, Komsos memegang peranan penting dalam membina
kesadaran masyarakat dalam bela negara, mempersiapkan kekuatan pertahanan wilayah,
dan menumbuhkan keterpaduan dalam menyusun rencana dan struktur pertahanan
nasional di daerah (Mabes TNI AD, 2002). Karena itu, Komsos merupakan upaya TNI
AD dalam mengedepankan aspek komunikasi sebagai metode atau pendekatan dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan Binter. Artinya, Jika filosofi kekuatan pertahanan
semesta adalah rakyat, maka Komsos perlu dipandang sebagai kekuatan yang sama
pentingnya dengan instrumen penunjang Alutsista.
Binter perlu dikaitkan dalam sistem pengelolaan pertahanan negara yang memiliki
dimensi “power”. Maknanya, Binter mempunyai kekuatan sosial yang mengendalikan
masyarakat supaya pertahanan negara dapat terpelihara. Kekuasaan (power) yang
dimaksud tentu saja bukan dalam artian sempit yakni kekuasaan politik. Tetapi,
kekuasaan yang lebih bermakna luas dan halus (soft power). Hal ini sejalan dengan
perkembangan global dimana institusi militer semakin menyadari efektivitas dan
kegunaan dari ragam bentuk kekuasaan yang bergeser dari kekuasaan keras (hard
power) menuju soft power (Kummel,2006). Castells (2009) berpendapat bahwa terdapat
dua bentuk kekuasaan yaitu kekuasaan sebagai atribut dan kekuasaan sebagai kapasitas
relasional. Apabila dikaitkan dengan tujuan dan peran Komsos dalam Binter,
maka dimensi kekuasaan yang perlu dimiliki dan ditonjolkan adalah kapasitas relasional.
Dengan kata lain, aparat pelaksana Binter wajib memiliki keterampilan dalam
berkomunikasi dan bergaul dengan berbagai komponen sosial di sekitarnya, terutama
dengan kelompok-kelompok masyarakat dan pemerintah setempat. Selama ini, harus
diakui bahwa yang lebih diperlihatkan oleh aparat TNI AD kepada masyarakat adalah
bentuk kekuasaan atribut. Akibatnya, bukan rasa simpati yang diperoleh TNI AD, tetapi
justru sebaliknya. Masih banyak sentimen-sentimen negatif masyarakat yang ditujukan
kepada TNI AD baik secara perseorangan maupun lembaga. Keadaan ini perlu segera
direspon oleh TNI AD dengan melakukan reorientasi dan evaluasi pelaksanaan Komsos.
Dari perspektif Komsos sebagai kekuatan persuasif, maka kesan TNI AD sebagai
sosok menakutkan di mata masyarakat perlu dikikis karena bertentangan dengan tujuan
Komsos. Castells (2009) menambahkan bahwa keberhasilan dimensi kapasitas relasional
ditentukan oleh sifat kekuasaan yang asimetris atau resiprokal. Dengan kata lain, aparat
Binter perlu mengedepankan asas timbal balik dalam menjalin hubungan sosial,
26

memperbesar telinga guna lebih mendengarkan aspirasi masyarakat,dan menyejajarkan


diri di tengah-tengah masyarakat. Kebiasaan aparat TNI yang lebih suka meminta
kepada masyarakat harus dihapuskan dan digantikan dengan semangat kebersamaan
dan saling memberi demi terpelihara pemahaman tentang pentingnya pertahanan
teritorial.
TNI AD menyadari bahwa tantangan pelaksanaan Binter pasca reformasi
politik 1998 adalah mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap TNI dalam
melaksanakan tugas pertahanan negara. Merujuk pada konsep legitimasi dari
Habermas (O’Sullivan, 2003), maka TNI AD wajib mempertahankan dominasinya sebagai
institusi negara yang bertugas dalam aspek pertahanan negara. Jika legitimasi TNI AD
dalam menjalankan tugasnya lemah, maka negara akan menghadapi ancaman yang
serius. Namun, legitimasi sangat dipengaruhi oleh bentuk atau praktik politik demokrasi
yang berlangsung di Indonesia. Legitimasi sangat mengandalkan pada kepatuhan
(consent) yang dibangun dari makna bersama. Karena tujuan-tujuan Komsos Binter
TNI AD berpangkal dari kepatuhan komponen-komponen masyarakat terhadap konsep
Binter itu sendiri. Pada konteks inilah Komsos menjadi elemen penting bagi TNI AD
dalam mencapai bela negara, pertahanan wilayah, dan perpaduan pertahanan nasional di
daerah.

13. Implementasi Komsos TNI AD.


Sebagai metode dalam mencapai tujuan strategis Binter TNI AD, Komsos perlu
dianggap sebagai alat kepentingan TNI AD yang perlu diperjuangkan diwilayah.
Kepatuhan dan konformitas masyarakat untuk bersama-sama membangun pertahanan
yang tangguh merupakan tujuan yang dicapai oleh metode Komsos. Secara teoritis,
komunikasi yang bertujuan membawa kepentingan memiliki relevansi dengan aspek
politik. Makna politik disini bukan dimaksudkan dalam arti yang sempit atau politik
praktis, tetapi semata-mata sebagai upaya strategis dan taktis dalam mencapai
kepentingan TNI AD yang juga merupakan kepentingan nasional. McNair (2003)
menjelaskan organisasi yang mencapai tujuan strategis mengandalkan metode
komunikasi dengan pihak-pihak yang akan mendukung tujuan tersebut. Organisasi yang
mengandalkan kepemimpinan atau sekelompok kecil elit perlu mengoptimalkan
kemampuan komunikasi interpersonal seperti tampil dalam pertemuan publik,
menggalang masa, diberitakan di media massa untuk disaksikan oleh masyarakat yang
akan mendukungnya.

Berangkat dari pemahaman di atas, maka pelaksanaan fungsi komsos memerlukan


identifikasi terhadap pelaku-pelaku yang saling terkait dalam mencapai tujuan Komsos.
Pelaku utama tentunya adalah TNI AD diwilayah atau disebut Satuan Komando Wilayah
(Satkowil) sebagai struktur organisasi dan ideologi yang mengemban fungsi Binter. Oleh
karena itu, organisasi yang melaksanakan komunikasi strategis juga harus menguasai
teknik marketing, yaitu ilmu mempengaruhi perilaku masa dalam situasi yang kompetitif.
Dalam konteks kepentingan Binter TNI AD, kemampuan marketing menjadi vital
diperlukan. Hal ini mengingat dukungan masyarakat tidak bisa dilakukan dengan
meminta secara langsung, akan tetapi melalui pendekatan soft-power atau persuatif
27

dimana teknik mempengaruhi perilaku merupakan sarana yang efektif. Sementara di sisi
lain, ideologi dan orientasi hidup masyarakat yang berkembang akhir-akhir ini semakin
beragam dan sebagian bertentangan dengan nilai budaya bangsa, sehingga TNI AD akan
bersaing memperjuangkan nasionalisme dan patriotisme agar tetap menjadi prioritas bagi
masyarakat.
Aspek lain dari upaya mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut adalah melalui
kemampuan komunikasi organisasi advertising (pengiklanan) dan pengelolaan hubungan
masyarakat (McNair, 2003). Pengiklanan dalam hal ini adalah melalui penggunaan media
massa untuk membangun keberadaan atau eksistensi dan memaknai Binter terhadap
masyarakat. Dengan kata lain, Satkowil TNI AD dapat membangun citra Binter layaknya
sebuah produk yang menarik minat masyarakat. Dengan demikian diharapkan
masyarakat dapat memahami makna Binter khususnya yang berkaitan dengan sisi
kepentingan bangsa, negara, dan diri mereka sendiri. Dalam aspek hubungan
masyarakat (Public Relation) diartikan sebagai taktik pengelolaan media dan informasi
untuk memastikan suatu organisasi mendapatkan publisitas positif yang maksimum dan
meminimalisir publisitas negatif. Sebagaimana suatu organisasi yang senantiasa
memelihara pencitraan yang baik di tengah-tengah masyarakat, Satkowil TNI AD dituntut
memiliki kemampuan mengelola aspek hubungan masyarakat dengan baik. Apabila
aspek hubungan masyarakat tidak dikelola dengan maksimal, maka akan terbentuk
pencitraan yang buruk tentang TNI AD sehingga mengurangi rasa simpati masyarakat
untuk mendukung segala program Binter.

Pelaku Komsos memerlukan mitra-mitra strategis dalam melaksanakan tugas dan


fungsinya. Salah satu mitra penting Satkowil dalam melakukan tugas Komsos ialah
pemerintah daerah. Dalam pelaksanaan tugas, Satkowil berada didalam wilayah
pembangunan dan pengelolaan masyarakat dibawah kewenangan institusi pemerintah
daerah. Kualitas kerjasama antara Satkowil di wilayah dengan pemerintah daerah
sangat ditentukan oleh pelaksanaan Komsos oleh aparat Satkowil. Contohnya,
dalam penyusunan RTRW di daerah, Satkowil perlu memastikan bahwa
kepentingan-kepentingan pertahanan dapat diakomodir oleh pemerintah daerah.
Seperti penentuan daerah perlawanan, daerah pertahanan, dan penataan ruang daerah
yang bersinergi dengan ruang pertahanan lainnya. Penataan ruang yang tidak
mengindahkan unsur pertahanan akan memperlemah kekuatan pertahanan di daerah.
Karena itu, Komsos yang dilakukan Satkowil terhadap pemerintah daerah menjadi agenda
prioritas. Pihak yang perlu diperhatikan dalam program Komsos lainnya adalah
masyarakat. Masyarakat sebagai sasaran utama Komsos cakupannya bisa sangat luas.
Namun, sebesar apapun cakupan audiens, hal yang terpenting dari komunikasi politik
(strategis) ditujukan untuk meraih efek pesan terhadap masyarakat (McNair, 2003).
Untuk memaksimalkan efek pesan, maka Satkowil perlu memahami nilai-nilai budaya dan
struktur sosial masyarakat yang menjadi target Komsos supaya dapat menentukan
penggunakan simbol serta media yang paling tepat dalam menyampaikan pesan-pesan
Binter.

Mitra strategis Komsos lain selain pemerintah daerah dan masyarakat


adalah institusi media massa. Dalam sistem politik yang demokratis, media massa
28

berperan sebagai transmiter komunikasi yang berasal dari media itu sendiri,
dan penyampai pesan-pesan yang dikonstruksi oleh jurnalis (McNair, 2003). Satkowil
harus memaksimalkan peran media massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan
Binter kepada masyarakat luas. Efektivitas pesan-pesan Binter seperti tentang bela
negara, ideologi nasionalisme, patriotisme dapat diselenggarakan melalui media massa.
Karena itu, Satkowil secara otomatis harus memiliki akses yang baik terhadap
media massa. Institusi media massa itu sendiri memiliki independensi dari pengaruh
elemen-elemen lain dalam mengkonstruksi berita. Dengan demikian perlu dikaji
bagaimana regulasi media tersebut dalam memberitakan pesan-pesan Binter ataupun
tentang TNI AD secara umum.

14. Evaluasi.
Berikan gambaran dan analisis saudara tentang kelebihan dan kelemahan
impelementasi Komsos TNI AD yang dilakukan selama ini? Ajukan usulan konkret
saudara tentang bagaimana Komsos TNI AD dapat mengakselerasi kepentingan NKRI
dalam lingkup pemberdayaan wilayah pertahanan.
29

BAB IV
PENYELENGGARAAN PEMBINAAN TERITORIAL

15. Umum. Penyelenggaraan Binter TNI AD mengatur dan memberikan batasan-


batasan yang terkait dengan seluruh pelaksanaan Binter TNI AD dimana kegiatan
tersebut berperan sebagai salah satu kegiatan utama dalam pemberdayaan wilayah
pertahanan di darat dan mewujudkan kemanunggalan TNI Rakyat dalam rangka
mendukung tugas pokok TNI AD yaitu melaksanakan metode Binter dengan
menitikberatkan kepada ketentuan pokok penyelenggaraan Binter, konsepsi
penyelenggaraan Binter TNI AD dan pembinaan wilayah.

16. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Binter. Dalam UU RI Nomor 34 tahun 2004


Pasal 8 d menyatakan “Angkatan Darat bertugas melaksanakan pemberdayaan wilayah
pertahaan di darat”. Tugas pemberdayaan wilayah pertahanan di darat yang
diamanahkan oleh undang-undang kepada Angkatan Darat tersebut dilaksanakan dengan
Pembinaan Teritorial (Binter) yang dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan operasi
ataupun pembinaan, yang sifatnya sebagai salah satu fungsi utama TNI AD.
Agar penyelenggaraan Binter bisa dipahami dan dilaksanakan secara benar sesuai
dengan perundang-undangan, maka perlu adanya ketentuan pokok penyelenggaraan
Binter TNI AD mengatur dan memberikan batasan-batasan yang terkait dengan apa yang
harus dilaksanakan TNI AD dalam melaksanakan Binter TNI AD. Untuk kejelasan
berbagai hal yang terkait dengan penyelenggaraan Binter TNI AD maka setiap prajurit dan
satuan TNI AD harus bisa memahami, mempedomani dan melaksanakan ketentuan
pokok yang meliputi peran, fungsi, asas dan sifat Binter TNI AD secara benar.

a. Peran Binter TNI AD. Dalam perspektif kegiatan, Binter TNI AD memiliki
peran sebagai salah satu kegiatan utama dalam pemberdayaan wilayah
pertahanan di darat dan mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat dalam rangka
mendukung tugas pokok TNI AD dalam sistem pertahanan negara pada
kenyataannya peran ke dalam tubuh TNI AD adalah membina dan memotivasi
prajurit untuk selalu berbuat baik dengan mengimplementasikan sikap teritorial
yang baik yang dikendalikan dengan Reward and Punishment, sedangkan peran
keluar adalah untuk membina memotivasi masyarakat berbuat baik dengan
keteladanan dari prajurit TNI AD dalam rangka mewujudkan masyarakat madani
yang sejahtera.

b. Fungsi Binter TNI AD. Binter TNI AD yang diarahkan untuk membantu
pemerintah dalam pengelolaan potensi nasional melalui pembinaan kemampuan
teritorial, perlawanan wilayah, komunikasi sosial, dan bakti TNI berfungsi untuk:
30

1) Membantu pemerintah menyiapkan potensi nasional menjadi


kekuatan pertahanan aspek darat yang dipersiapkan secara dini, meliputi
wilayah pertahanan beserta kekuatan pendukungnya, untuk melaksanakan
operasi militer untuk perang, yang pelaksanaannya didasarkan pada
kepentingan pertahanan negara sesuai dengan sistem pertahanan semesta.
2) Membantu pemerintah menyelenggarakan pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib bagi warga negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

3) Membantu pemerintah memberdayakan rakyat sebagai kekuatan


pendukung.

4) Membantu tugas pemerintah untuk pemberian bantuan kemanusiaan,


menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, merehabilitasi
infrastruktur dan mengatasi masalah akibat pemogokan serta konflik
komunal.

5) Membangun, memelihara, meningkatkan dan memantapkan


kemanunggalan TNI Rakyat.

c. Asas Binter TNI AD.

1) Kekenyalan. Binter dilaksanakan dengan perencanaan yang fleksibel,


sehingga mampu merespon setiap perubahan situasi yang terjadi
dilapangan.

2) Kesatuan Komando. Binter dilaksanakan oleh seluruh satuan TNI AD


di wilayah dengan perencanaan yang terpadu serta dibawah satu komando
dan pengendalian komandan kewilayahan setempat.

3) Kesederhanaan. Binter dilaksanakan secara sederhana tetapi tepat


sasaran dan tepat guna, sehingga memudahkan pelaksanaan dilapangan.

4) Kesetaraan. Binter dilaksanakan bersama-sama komponen bangsa


lainnya, dalam posisi yang setara dan tidak ada yang menempatkan sebagai
komponen yang paling dominan, sehingga terjadi harmonisasi dalam
pelaksanaan.

5) Keterpaduan. Binter dilaksanakan secara terpadu dan lintas sektoral,


baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan,
sehingga hasilnya dapat maksimal.

6) Kewilayahan. Binter dilaksanakan secara intern oleh satuan-satuan


kewilayahan dan penyelenggaraannya berdasarkan perbagian wilayah.

7) Terencana. Penyelenggaraan Binter TNI AD harus terencana


dengan benar, sehingga hasil pelaksanaan kegiatannya maksimal dan
terukur sesuai tujuan yang diharapkan.
31

8) Terus menerus. Binter dilaksanakan sepanjang masa dan


berkesinambungan sehingga berhasil guna dan berdaya guna.

9) Tujuan. Binter TNI AD dilaksanakan dengan tujuan yang jelas dan


mudah dipahami oleh semua pihak, yaitu untuk kepentingan pertahanan
negara dan membantu mengatasi kesulitan masyarakat.
d. Sifat Binter TNI AD. Kegiatan Binter memiliki sifat sebagai kegiatan yang
terkoordinasikan, lintas sektoral, terkait dan terpadu untuk kepentingan pertahanan
negara dan membantu mengatasi kesulitan rakyat serta mendukung tercapainya
tugas pokok TNI AD.

17. Konsepsi Penyelenggaraan Binter TNI AD. Binter TNI AD dilaksanakan untuk
memberdayakan wilayah pertahanan di darat dan kekuatan pendukungnya secara dini
sesuai dengan sistem pertahanan semesta serta untuk mewujudkan kemanunggalan
TNI-Rakyat. Agar penyelenggaraan Binter TNI AD berdaya guna dan berhasil guna
maka perlu dilaksanakan pembinaan dan penggunaan Binter TNI AD.

a. Pembinaan Binter TNI AD. Pembinaan Binter TNI AD diselenggarakan


melalui pembinaan pengembangan doktrin, sistem dan metoda, pembinaan
kegiatan Binter TNI AD, pembinaan pengembangan kemampuan Binter TNI AD
dan pembinaan pengembangan kerjasama antar instansi terkait sesuai
perkembangan lingkungan strategis dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Pembinaan Pengembangan Doktrin, Sistem dan Metode.

a) Tujuan. Menyusun/merevisi, menyelenggarakan pengkajian


dan pengembangan buku-buku doktrin, sistem dan metode yang
terkait dengan pembinaan Binter TNI AD.

b) Sasaran. Tersusunnya/terevisinya, terselenggaranya peng-


kajian, pengembangan buku-buku doktrin, sistem dan metode serta
kegiatan yang terkait dengan Binter TNI AD.

c) Metode. Observasi, wawancara, pengumpulan data,


pengkajian dan pengembangan, bimbingan teknis, sosialisasi dan
revisi serta penyusunan peranti lunak tentang Binter TNI AD.

2) Pembinaan Kegiatan Binter TNI AD. Pembinaan kegiatan Binter TNI


AD adalah pembinaan terhadap metode Binter TNI AD meliputi:

a) Pembinaan Terhadap Komunikasi Sosial. Pembinaan terhadap


kegiatan komunikasi yang dilaksanakan terus-menerus oleh prajurit
TNI AD secara efektif dan efisien terhadap komponen masyarakat,
aparat pemerintah, keluarga besar TNI dan sarana media massa
lainnya untuk memperbaiki/menyempurnakan komunikasi sosial agar
32

dapat digunakan sebagai media sosialisasi, media penyamaan visi,


misi dan interpretasi media koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan
simplikasi serta sebagai sarana untuk meningkatkan, memelihara dan
memantapkan kemanunggalan TNI-Rakyat agar tercipta situasi
kondisi yang kondusif dalam rangka mendukung tercapainya tugas
pokok TNI AD.
(1) Tujuan. Menjalin hubungan kerja sama untuk
memelihara dan meningkatkan keeratan hubungan antara
TNI AD dengan segenap komponen masyarakat, aparat
pemerintah dan keluarga besar TNI.

(2) Sasaran. Terpelihara dan meningkatnya keeratan


hubungan antara TNI AD dengan segenap komponen
masyarakat, aparat pemerintah dan keluarga besar TNI.

(3) Metode. Ceramah, seminar, penyuluhan, dialog,


pengkajian dan pengembangan, penyempurnaan doktrin,
sosialisasi/bimbingan teknis, pembekalan, pelatihan,
anjangsana, olahraga, evaluasi, pidato dan lain-lain.

b) Pembinaan terhadap Bakti TNI. Pembinaan terhadap kegiatan


yang dilaksanakan terus-menerus secara efektif dan efisien untuk
memperbaiki/menyempurnakan Bakti TNI dalam bentuk dan tipe
penyelenggaraan operasi Bakti dan Karya Bakti. Guna meningkatkan
kepedulian TNI AD untuk membantu menangani permasalahan
sosial serta kemanusiaan baik atas permintaan maupun atas inisiatif
sendiri, dalam rangka membantu pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat sehingga dapat didayagunakan bagi
kepentingan pertahanan negara aspek darat.

(1) Tujuan. Menjalin hubungan kerja sama untuk


memelihara dan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui
penyelenggaraan kegiatan operasi Bakti dan Karya Bakti guna
memantapkan kemanunggalan TNI-Rakyat untuk kepentingan
pertahanan negara aspek darat.

(2) Sasaran. Terwujud dan terpeliharanya peningkatan


kesejahteraan masyarakat meliputi bidang kegiatan fisik dan
nonfisik guna memantapkan kemanunggalan TNI-Rakyat.

(3) Metode.

(a) Kegiatan fisik materiil : Pendataan,


pembangunan sarana dan prasarana, pembersihan,
penanaman dan lain-lain.
33

(b) Kegiatan nonfisik : Penyuluhan, penerangan dan


pelatihan.

(c) Memperbanyak kerjasama dan swasembada


penyelenggaraan Bakti TNI.
c) Pembinaan terhadap Pembinaan Perlawanan Wilayah.
Pembinaan terhadap ruang, alat dan kondisi (RAK) juang yang
tangguh yang dilaksanakan terus-menerus secara efektif dan efisien
untuk memperbaiki/menyempurnakan pembinaan perlawanan
wilayah melalui perencanaan, penyiapan, pengerahan dan
pengendalian dalam rangka menciptakan, memelihara dan
meningkatkan daya tangkal terhadap segala bentuk ancaman baik
yang datang dari dalam maupun dari luar negeri.

(1) Tujuan. Menjalin hubungan kerja sama untuk


menciptakan, memelihara dan meningkatkan daya tangkal
terhadap segala bentuk ancaman baik yang datang dari dalam
maupun dari luar negeri.

(2) Sasaran. Tercipta, terpelihara dan meningkatnya


daya tangkal terhadap segala bentuk ancaman baik yang
datang dari dalam maupun dari luar negeri.

(3) Metode. Pembekalan, pelatihan, pendataan, penataan


ruang, pengorganisasian, penggunaan dan evaluasi.

3) Pembinaan Pengembangan Kemampuan Binter TNI AD. Pembinaan


pengembangan kemampuan Binter TNI AD yang dititik beratkan kepada
pembinaan ke dalam, baik terhadap setiap prajurit maupun satuan TNI AD.
Untuk menyiapkan satuan dan prajurit TNI AD agar memiliki kemampuan
untuk melaksanakan Binter TNI AD secara profesional dan proporsional
perlu dilakukan pembinaan sebagai berikut:

a) Pembinaan Sikap Teritorial. Pembinaan terhadap sikap


teritorial yang dilaksanakan terus-menerus secara efektif dan efisien
untuk memelihara sikap dan kepribadian prajurit TNI AD dalam
rangka memantapkan penghayatan dan pengamalan Sapta Marga,
Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI dalam wujud sikap, pola pikir dan
pola tindak seorang prajurit TNI AD yang berhubungan dengan
segenap komponen bangsa dalam rangka memantapkan
kemanunggalan TNI-Rakyat.

(1) Tujuan. Memelihara sikap dan kepribadian prajurit TNI


AD sesuai dengan sikap teritorial yang diinginkan dalam
menjalin hubungan timbal balik dengan komponen bangsa
guna mendukung pelaksanaan tugas di wilayah.
34

(2) Sasaran. Terbentuk dan terpeliharanya sikap teritorial


setiap prajurit TNI AD untuk melaksanakan Binter TNI AD
secara profesional dan proporsional.

(3) Metode. Santi aji, santi karma, ceramah, diskusi,


Pendidikan, latihan, pelaksanaan tugas dan ketauladanan
dalam kehidupan sehari-hari dan dengan Reward And
Punishment.
b) Pembinaan Lima Kemampuan Teritorial. Pembinaan
terhadap lima kemampuan teritorial yang dilaksanakan terus-
menerus secara efektif dan efisien untuk meningkatkan dan
memelihara pengetahuan dan keterampilan yang diprasyaratkan bagi
prajurit maupun satuan TNI AD dalam rangka mendukung
pelaksanaan tugas Binter TNI AD.
(1) Tujuan. Memelihara kemampuan yang dipersyaratkan
guna mendukung tugas teritorial yang meliputi temu cepat dan
lapor cepat, menejemen teritorial, penguasaan wilayah,
pembinaan perlawanan rakyat dan komunikasi sosial.
Kemampuan tersebut harus dimiliki oleh setiap aparat
komando kewilayahan baik secara individu maupun dalam
hubungan satuan.
(2) Sasaran. Terwujudnya setiap prajurit dan satuan TNI
AD yang memiliki lima kemampuan teritorial (temu cepat lapor
cepat, menejemen teritorial, penguasaan wilayah, pembinaan
perlawanan rakyat dan komunikasi sosial) untuk
melaksanakan Binter TNI AD secara profesional dan
proporsional.
(3) Metode. Ceramah, wawancara/tanya jawab, observasi/
pengamatan, praktek/aplikasi, pendidikan, latihan dan
penugasan sehari-hari.
c) Pembinaan Sistem Perencanaan dan Pengendalian Binter.
Pembinaan terhadap sistem perencanaan dan pengendalian Binter
(Sisrendal Binter) yang dilaksanakan secara terus-menerus dengan
efisien dan efektif untuk meningkatkan dan memelihara pengetahuan
dan keterampilan dibidang perencanaan dan pengendalian produk
Binter dengan benar, teratur dan terkoordinasi.
(1) Tujuan. Memelihara pengetahuan dan keterampilan
terhadap staf Kodim sampai dengan staf Kodam dalam
merencanakan, mengorganisir, melaksanakan dan
mengendalikan produk dasar dan produk operasional.
(2) Sasaran. Terwujudnya kemampuan Sisrendal Binter
ditingkat Satuan Komando Kewilayahan (Korem dan Kodim)
untuk melaksanakan Binter TNI AD secara profesional dan
proporsional.
35

(3) Metode. Pendidikan, latihan dan pelaksanaan tugas


sehari-hari.
d) Pembinaan Ketatalaksanaan Binter. Pembinaan terhadap
ketatalaksanaan Binter, dilaksanakan terus-menerus secara efektif
dan efisien untuk meningkatkan dan memelihara pengetahuan dan
keterampilan Binter tingkat Koramil dalam rangka mendukung
kelancaran kegiatan Koramil, yang selanjutnya dijadikan sebagai
masukan bagi Kodim dalam penyusunan Sisrendal Binter Kodim
maupun produk Binter.
(1) Tujuan. Memelihara pengetahuan dan keterampilan
terhadap staf Koramil dalam merencanakan, mengorganisir,
melaksanakan dan mengendalikan kegiatan Binter.

(2) Sasaran. Terwujudnya kemampuan ketatalaksanaan


Binter bagi prajurit dan satuan di tingkat Koramil untuk
melaksanakan Binter TNI AD secara profesional dan
proporsional.

(3) Metode. Pendidikan, latihan dan pelaksanaan tugas


sehari-hari.

4) Pembinaan Pengembangan Kerja Sama Antar Instansi Terkait.


Pembinaan kerjasama antar dua instansi atau lebih yang optimal untuk
kepentingan pertahanan negara di darat dan peningkatan kesejahteraan
rakyat.

a) Tujuan. Memelihara dan meningkatkan kerjasama dengan


instansi terkait sesuai tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka
kepentingan pertahanan negara di darat dan peningkatan
kesejahteraan rakyat.

b) Sasaran. Meningkatnya hubungan kerja sama dengan


instansi terkait yang optimal untuk kepentingan pertahanan negara
dan kesejahteraan rakyat.

c) Metode.

(1) Seminar, diskusi dan rapat.


(2) Kunjungan formal maupun nonformal.
(3) Kegiatan bersama dengan instansi terkait.
(4) Memorandum of understanding (Mou) dan
penyelarasan program.

b. Penggunaan Binter TNI AD. Penggunaan Binter TNI AD diselenggarakan


untuk membantu pemerintah pada masa damai, selama perang (pada tugas OMP),
sesudah perang serta pada tugas OMSP yang bersifat tempur dan nontempur
secara berdiri sendiri atau bersama dengan instansi terkait serta komponen bangsa
36

lainnya yang implementasinya menggunakan metode Binter (Binkomsos,


Binwanwil dan Bakti TNI) berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Masa Damai.

a) Tujuan. Mewujudkan wilayah pertahanan aspek darat dan


kekuatan pendukungnya secara dini untuk kepentingan pertahanan
negara, membantu mengatasi kesulitan rakyat dan mendukung
tercapainya tugas pokok TNI AD.
b) Sasaran.
(1) Terwujudnya ruang juang yang tangguh dan memiliki
daya tangkal kewilayahan berupa wilayah pertahanan aspek
darat yang siap digunakan sebagai mandala perang atau
mandala operasi, untuk memenangkan pertempuran di darat
dalam rangka pertahanan negara yang diwujudkan dalam
klasifikasi daerah dalam bentuk daerah tempur, daerah
kumunikasi, daerah belakang dan daerah pangkal perlawanan
untuk menuver satuan dan sebagai sarana persediaan logistik
wilayah guna mendukung strategi pertahanan.
(2) Terwujudnya alat juang yang tangguh dan memiliki daya
tangkal kewilayahan berupa tersedianya komponen cadangan
yang sudah terorganisir dan komponen pendukung secara
nyata yang pengabdiannya disesuaikan dengan profesi
beserta segenap perangkatnya siap digunakan untuk kekuatan
pengganda TNI AD yang perwujudannya melalui kegiatan
bersifat fisik dan nonfisik untuk kepentingan petahanan
negara.
(3) Terwujudnya kondisi juang yang tangguh berupa kondisi
dinamis masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang tercermin dalam sikap dan
perilaku yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
UUD Negara RI Tahun 1945 sehingga memiliki daya tangkal
kewilayahan yang kuat dan mampu mendukung kepentingan
petahanan negara yang perwujudannya melalui berbagai
kegiatan dibidang idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan.
(4) Terwujudnya kemanunggalan TNI-Rakyat yang tangguh
berupa ikatan yang kokoh dan kuat serta bersatu padunya
TNI-Rakyat, baik secara fisik maupun nonfisik yang
perwujudannya melalui kegiatan Bakti TNI, Binwanwil dan
Komunikasi Sosial.
(5) Terdukungnya pencapaian tugas pokok TNI AD untuk
menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan
37

wilayah, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh


tumpah darah Indonesia.
c) Penggunaan. Penggunaan Binter TNI AD pada masa damai
diselenggarakan oleh Satkowil dan Satnonkowil bersama Pemda dan
instansi terkait serta komponen bangsa lainnya dalam membina dan
menyiapkan segenap potensi wilayah daratan untuk dijadikan sebagai
kekuatan pertahanan aspek darat yang meliputi ruang, alat dan
kondisi juang yang tangguh sesuai sistem pertahanan semesta untuk
kepentingan pertahanan negara, mengatasi kesulitan masyarakat dan
mendukung pencapaian tugas pokok TNI AD dengan penyeleng-
garaan Binter sebagai berikut:
(1) Satkowil.

(a) Penyelenggaraan Binter melalui Komsos sebagai


berikut:

i) Meningkatkan pemahaman Hanneg


kepada aparatur pemerintah, komponen
masyarakat dan KBT secara berkelanjutan
tentang bela negara, wawasan kebangsaan dan
cinta tanah air.

ii) Meningkatkan daya tangkal masyarakat


dalam rangka memantapkan ketahanan wilayah.

iii) Meningkatkan pemahaman dan partisipasi


masyarakat dalam program Bakti TNI.

(b) Penyelenggaraan Binter melalui Binwanwil


sebagai berikut:

i) Menyusun Wilhan dengan menyesuaikan


RUTR Wilhanrat dengan RTRW Pemda melalui
koordinasi dalam kegiatan Musrenbang..

ii) Memelihara dan meningkatnya ketahanan


wilayah dengan menumbuhkan kesadaran bela
negara dan terselenggaranya proses penyiapan
potensi pertahanan wilayah secara terpadu dan
terarah menjadi kekuatan pertahanan yang
tangguh.

iii) Memelihara sikap tanggap dan waspada


masyarakat terhadap kemungkinan munculnya
38

potensi ancaman melalui upaya pencegahan


dengan mengaktifkan Pamswakarsa.

iv) Membina, menyiapkan dan mengorganisir


logistik wilayah dalam rangka mendukung operasi
melalui kegiatan pendataan, pemilahan,
pemeliharaan dan rencana peruntukannya.

v) Menyusun dan memelihara data teritorial


dan ADO secara terus menerus dalam rangka
mendukung satuan yang akan melaksanakan
operasi.
vi) Membina, menyiapkan dan mengorganisir
kekuatan komponen cadangan dan komponen
untuk diklasifikasikan sebagai komponen
cadangan atau komponen pendukung.

vii) Menyusun dan menggalakkan sistem temu


cepat dan lapor cepat dengan menggunakan
sarana dan prasarana yang tersedia.

(c) Penyelenggaraan Binter melalui Bakti TNI


sebagai berikut:

i) Bidang Fisik.

aa) Membantu program pemerintah


dalam meningkatkan Sarpras kehidupan
masyarakat melalui kegiatan pembuatan/
perbaikan lapangan olahraga, jembatan,
sarana ibadah dan penyiapan air bersih
dan lain-lain.

bb) Membantu program pemerintah


dalam meningkatkan produktifitas lahan
pertanian masyarakat melalui kegiatan
pemanfaatan lahan tidur dan ketahanan
pangan.

cc) Membantu program pemerintah


dalam mengatasi kemungkinan bencana
alam, banjir dan kepunahan hutan melalui
kegiatan secara terpadu sesuai
pentahapan penanggulangan bencana
alam (pra bencana, tanggap darurat dan
pasca bencana).
39

dd) Membantu program pemerintah


dalam pengentasan kemiskinan melalui
kegiatan Bakti Sosial (pengobatan gratis,
pelayanan KB, keterampilan dll).

ee) Membantu Program pemerintah


dalam pengentasan Buta aksara melalui
kegiatan TNI manunggal Buta aksara.

ff) Membantu program pemerintah


dalam hal keluarga berencana melalui
kegiatan KB Kes TNI dan Posyandu.
ii) Bidang Nonfisik.

aa) Memantapkan kesadaran ber-


bangsa dan bernegara, bela negara dan
persatuan dan kesatuan serta cinta tanah
air masyarakat melalui kegiatan
penyuluhan, ceramah dan kepelatihan.

bb) Meningkatkan pengetahuan masya-


rakat dibidang kesehatan dan pertanian di
sekitar lingkungan satuan melalui kegiatan
pembekalan dan kepelatihan.

cc) Meningkatkan kemampuan Hansip


dan Wanra tentang kewaspadaan
keamanan lingkungan melalui kegiatan
pembekalan pengetahuan dan
keterampilan kesiapsiagaan.

(2) Satnonkowil. Penyelenggaraan Binter yang dilaksana-


kan oleh Satnonkowil dengan kegiatan Binter Satnonkowil
yang berada di sekitar pangkalan, wilayah penugasan dimana
satuan tersebut ditugaskan di daerah latihan dan
daerah/wilayah yang sudah ditentukan dengan Satkowil yang
pelaksanaannya dilakukan bersama dengan instansi/
komponen bangsa lainnya secara terencana, terkoordinir dan
sinergis dalam rangka mendukung tercapainya tugas pokok
satuan tersebut dengan kegiatan sebagai berikut :

(a) Penyelenggaraan Binter melalui Komsos sebagai


berikut:

i) Pembinaan terhadap masyarakat agar


masyarakat merasa memiliki dan merasa aman
dengan keberadaan satuan melalui kegiatan
40

penyuluhan, ceramah, olahraga bersama,


anjangsana dan lain-lain.

ii) Membina masyarakat agar mengenal


lingkungan dan kehidupan masyarakat melalui
kegiatan bersama secara terkoordinir dan
terpadu.

iii) Membina masyarakat sehingga berperan


dan ikut serta dalam membantu pengamanan
pangkalan melalui kegiatan Pamswakarsa.

iv) Meningkatkan pemahaman Hanneg


kepada komponen masyarakat melalui kegiatan
penyuluhan, ceramah, dialog dan lain-lain.
(b) Penyelenggaraan Binter melalui Binwanwil
sebagai berikut:

i) Membina masyarakat guna memelihara


dan meningkatkan kesadaran berbangsa dan
bernegara, bela negara, persatuan dan kesatuan
bangsa serta cinta tanah air melalui kegiatan
penyuluhan, ceramah, pelatihan PBB, Pramuka
dan lain-lain.

ii) Memelihara sikap tanggap dan waspada


masyarakat terhadap kemungkinan munculnya
potensi ancaman melalui upaya pencegahan
dengan kegiatan wajib lapor, Siskamling dan
lain-lain.

(c) Penyelenggaraan Binter melalui Bakti TNI


sebagai berikut:

i) Bidang Fisik.

aa) Membantu Satkowil dalam Program


karya bakti dan pekan bakti satuan melalui
kegiatan karya bakti dan pekan bakti.

bb) Membantu Satkowil dalam


membangun Sarpras kehidupan
masyarakat melalui kegiatan membangun
desa/sarpras di desa yang bersifat fasilitas
umum.

cc) Membantu Satkowil dalam


meningkatkan produktifitas lahan pertanian
masyarakat melalui kegiatan penghijauan,
pemanfaatan lahan tidur di sekitar satuan.
41

dd) Membantu Satkowil dalam


mengatasi kemungkinan bencana alam,
banjir dan kepunahan hutan melalui
kegiatan penyiapan personel dan alat
peralatan, membuat parit dan tanggul
serta penghijauan.

ee) Membantu Satkowil dalam


pengentasan kemiskinan melalui kegiatan
pembinaan usaha kecil dan kegiatan sosial
lainnya.

ff) Membantu Satkowil dalam


pengentasan Buta aksara melalui kegiatan
Kejar paket A dan B.
gg) Membantu Satkowil dalam hal
keluarga berencana melalui kegiatan
bersama Satkowil dalam KB Kes TNI.

ii) Bidang Nonfisik.

aa) Memberikan penyuluhan tentang


kesadaran berbangsa dan bernegara,
kesadaran bela negara, persatuan dan
kesatuan bangsa serta cinta tanah air
kepada masyarakat di sekitar lingkungan
satuan melalui kegiatan penyuluhan,
ceramah dan kepelatihan.

bb) Meningkatkan pengetahuan


masyarakat dibidang kesehatan dan
pertanian melalui kegiatan pembekalan
dan kepelatihan.

cc) Meningkatkan pengetahuan Hansip


dan Wanra tentang keamanan melalui
kegiatan pembekalan pengetahuan dan
keterampilan kesiapsiagaan.

2) Selama Perang (Pada Tugas OMP). Penggunaan Binter TNI AD


selama perang adalah penggunaan Binter pada Operasi Gabungan, Operasi
Darat dan Operasi Bantuan.

a) Tujuan. Mewujudkan seluruh kekuatan pertahanan wilayah


yang siap digunakan untuk mendukung kelancaran operasi di wilayah
daratan.
42

b) Sasaran. Terwujudnya seluruh kekuatan pertahanan wilayah


dalam rangka mendukung kelancaran operasi di wilayah daratan
meliputi:

(1) Siapnya ruang pertahanan sebagai mandala perang


dan mandala operasi dalam rangka pertahanan negara di
darat.

(2) Terorganisirnya komponen cadangan dan komponen


pendukung di wilayah yang siap digunakan sebagai
pengganda kekuatan TNI AD.

(3) Kesiapan daerah tertentu sebagai sumber logistik


wilayah.

(4) Kesiapan kondisi sosial yang dinamis dan stabil di


wilayah dalam rangka pertahanan negara di darat.
c) Penggunaan. Diselenggarakan oleh Satkowil secara berdiri
sendiri atau bersama Pemda dan instansi terkait serta komponen
bangsa lainnya dalam rangka mendukung Operasi Gabungan,
Operasi Darat dan Operasi Bantuan di wilayah daratan dengan
penyelenggaraan Binter sebagai berikut:

(1) Operasi Gabungan.

(a) Penyelenggaraan Binter melalui Komsos sebagai


berikut:

i) Memberikan penjelasan dan arahan


terhadap aparatur pemerintah, komponen
masyarakat dan KBT untuk mendukung pokok-
pokok kebijaksanaan pemerintah tentang perang
melalui kegiatan penyuluhan, ceramah, diskusi,
dialog dan lain-lain.

ii) Memberikan informasi dan penerangan


terhadap komponen masyarakat agar tidak
terpengaruh oleh provokasi, agitasi dan
propaganda musuh secara langsung melalui
kegiatan penyuluhan dan ceramah, secara tidak
langsung melalui media cetak dan elektronik.

iii) Membangkitkan semangat jiwa patriotisme


masyarakat untuk mengadakan perlawanan
pada setiap bentuk ancaman melalui kegiatan
pembekalan dan kepelatihan.

iv) Membangkitkan kesadaran masyarakat


untuk lebih waspada terhadap keamanan wilayah
43

sehingga tidak mudah terpengaruh oleh


provokasi, agitasi dan propaganda musuh
melalui kegiatan wajib lapor dan Pamswakarsa.

v) Memberikan penjelasan terhadap


komponen masyarakat tentang prosedur
pengendalian penduduk melalui kegiatan
sosialisasi dan penerangan pasukan.

(b) Penyelenggaraan Binter melalui Binwanwil


sebagai berikut:

i) Memberikan data teritorial dan ADO yang


diperlukan dalam rangka mendukung satuan
yang sedang melaksanakan operasi di wilayah
melalui kegiatan pendataan, pengelolaan dan
pembinaan.
ii) Mengkoordinasikan daerah tertentu dalam
rangka mendukung operasi gabungan yang
meliputi:

aa) Daerah depan, daerah komunikasi


dan daerah belakang untuk operasi
pertahanan.

bb) Daerah pangkal perlawanan,


penyangga, senja dan daerah operasi bila
operasi pertahanan berlanjut pada perang
berlarut dalam operasi gerilya.

iii) Memobilisasi komponen cadangan untuk


dijadikan sebagai pengganda kekuatan
komponen utama untuk memperbesar efek
tangkal agar wilayah daratan tidak dijadikan
medan perang melalui kegiatan pembinaan,
penyiapan dan mengorganisir kekuatan
komponen cadangan dan komponen pendukung.

iv) Mengorganisir komponen pendukung


untuk dijadikan sebagai pengganda kekuatan
komponen cadangan maupun komponen utama
guna menindak setiap bentuk ancaman terhadap
negara di wilayah daratan melalui kegiatan
pendataan dan pembinaan terhadap SDA, SDB,
Sarpras dan SDM untuk diklasifikasikan sebagai
komponen pendukung .

v) Mengerahkan logistik wilayah yang


diperlukan dalam rangka mendukung operasi
44

melalui kegiatan pembinaan, penyiapan dan


mengorganisir logistik wilayah.

(c) Penyelenggaraan Binter melalui Bakti TNI


sebagai berikut:

i) Menyelenggarakan pengendalian pen-


duduk dari daerah rawan ke daerah belakang
(daerah pengungsian) melalui kegiatan
perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan
pengawasan.

ii) Melaksanakan Karya Bakti dengan


sasaran fisik dan nonfisik guna membantu
mengatasi kesulitan rakyat melalui kegiatan
perbaikan/pembuatan fasilitas umum dan
penerangan tentang cinta tanah air, bela negara
serta wawasan kebangsaan.
(2) Operasi Darat.

(a) Penyelenggaraan Binter melalui Komsos sebagai


berikut:

i) Memberikan penjelasan dan mengarahkan


aparatur pemerintah, komponen masyarakat dan
KBT untuk mendukung pokok-pokok
kebijaksanaan pemerintah tentang perang
melalui kegiatan penyuluhan, ceramah, diskusi,
dialog dan lain-lain.

ii) Memberikan informasi dan penerangan


terhadap komponen masyarakat agar tidak
terpengaruh oleh provokasi, agitasi dan
propaganda musuh melalui kegiatan penyuluhan
dan ceramah, secara tidak langsung melalui
media cetak dan elektronik.

iii) Membangkitkan semangat jiwa patriotisme


masyarakat untuk mengadakan perlawanan pada
setiap bentuk ancaman melalui kegiatan
pembekalan dan kepelatihan.

iv) Membangkitkan kesadaran masyarakat


untuk lebih waspada terhadap keamanan wilayah
sehingga tidak mudah terpengaruh oleh
provokasi, agitasi dan propaganda musuh
melalui kegiatan wajib lapor dan Pamswakarsa.
45

v) Memberikan penjelasan terhadap


komponen masyarakat tentang prosedur
pengendalian penduduk melalui kegiatan
sosialisasi dan penerangan pasukan.

(b) Penyelenggaraan Binter melalui Binwanwil


sebagai berikut:

i) Menyiapkan dan memberikan data


teritorial dan ADO yang diperlukan dalam rangka
mendukung satuan yang sedang melaksanakan
operasi di wilayah melalui kegiatan pendataan,
pengelolaan dan pembinaan.

ii) Mengkoordinasikan daerah tertentu dalam


rangka mendukung operasi darat dengan
pemerintah daerah dan satuan/badan/dinas/
instansi yang terkait, meliputi:
aa) Daerah depan, komunikasi dan
belakang untuk operasi pertahanan.

bb) Daerah pangkal perlawanan,


penyangga, senja dan daerah operasi bila
operasi pertahanan berlanjut pada perang
berlarut dalam operasi gerilya.

iii) Memobilisasi komponen cadangan untuk


dijadikan sebagai pengganda kekuatan
komponen utama untuk memperbesar efek
tangkal agar wilayah daratan tidak dijadikan
medan perang melalui kegiatan pembinaan,
penyiapan dan mengorganisir kekuatan
komponen cadangan dan komponen pendukung.

iv) Mengorganisir komponen pendukung


untuk dijadikan sebagai pengganda kekuatan
komponen cadangan maupun komponen utama
guna menindak setiap bentuk ancaman terhadap
negara di wilayah daratan melalui kegiatan
pendataan dan pembinaan terhadap SDA, SDB,
Sarpras dan SDM untuk diklasifikasikan sebagai
komponen pendukung.

iv) Mengerahkan logistik wilayah yang


diperlukan dalam rangka mendukung operasi
46

melalui kegiatan pembinaan, penyiapan dan


mengorganisir logistik wilayah.

(c) Penyelenggaraan Binter melalui Bakti TNI


sebagai berikut:

i) Menyelenggarakan pengendalian pen-


duduk dari daerah rawan ke daerah belakang
(daerah pengungsian) melalui kegiatan
perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan
pengawasan.

ii) Melaksanakan Karya Bakti dengan


sasaran fisik dan nonfisik guna membantu
mengatasi kesulitan rakyat melalui kegiatan
perbaikan/pembuatan fasilitas umum dan
penerangan tentang cinta tanah air, bela negara
serta wawasan kebangsaan.
(3) Operasi Bantuan.

(a) Penyelenggaraan Binter melalui Komsos sebagai


berikut:

i) Memberikan penjelasan dan mengarahkan


aparatur pemerintah, komponen masyarakat dan
KBT untuk siap membantu berupa informasi,
tenaga dan keahliannya guna mendukung
operasi bantuan melalui kegiatan penyuluhan,
ceramah, diskusi, dialog dan lain-lain.

ii) Memberikan penjelasan terhadap


komponen masyarakat untuk siap membantu
berupa pengerahan logistik wilayah dan sarana
prasarana yang dibutuhkan dalam mendukung
operasi bantuan melalui kegiatan sosialisasi dan
penerangan pasukan.

(b) Penyelenggaraan Binter melalui Binwanwil


sebagai berikut:

i) Memberikan data teritorial dan ADO yang


diperlukan dalam rangka mendukung operasi
bantuan melalui kegiatan pendataan,
pengelolaan dan pembinaan.
47

ii) Mengkoordinasikan daerah tertentu dalam


rangka mendukung operasi bantuan sesuai
kompartementasi daerah yang sudah
dipersiapkan sebelumnya dengan pemerintah
daerah dan satuan/badan/dinas/instansi yang
terkait.

iii) Menggunakan dan memobilisasi tenaga


ahli dari komponen masyarakat untuk
mendukung operasi bantuan melalui kegiatan
pembinaan, penyiapan dan mengorganisir
kekuatan komponen cadangan dan komponen
pendukung.

iv) Mengerahkan logistik wilayah yang


diperlukan dalam rangka mendukung operasi
bantuan melalui kegiatan pembinaan, penyiapan
dan mengorganisir logistik wilayah.
3) Sesudah Perang.

a) Tujuan. Menyiapkan kembali kekuatan pertahanan yang


rusak akibat perang menjadi ruang, alat dan kondisi juang yang
tangguh untuk menghadapi berbagai bentuk ancaman berikutnya,
menyelenggarakan rehabilitasi wilayah, pengendalian kerusakan
daerah dan mengembalikan kondisi juang masyarakat seperti
semula.

b) Sasaran.

(1) Terwujudnya kembali ruang, alat dan kondisi juang yang


tangguh untuk menghadapi berbagai bentuk ancaman
berikutnya.

(2) Terselenggaranya rehabilitasi wilayah dan pengendalian


kerusakan daerah di wilayah.

(3) Terselenggaranya pengembalian kondisi juang


masyarakat berupa semangat berbangsa dan bernegara, bela
negara, persatuan dan kesatuan serta cinta tanah air.

c) Penggunaan. Penggunaan Binter TNI AD sesudah perang


diselenggarakan oleh Satkowil dan Satnonkowil bersama Pemda dan
instansi terkait serta komponen bangsa lainnya melalui kegiatan yang
terencana dan berkelanjutan dalam rangka menyiapkan kembali
kekuatan pertahanan akibat perang menjadi ruang, alat dan kondisi
juang yang tangguh untuk menghadapi berbagai bentuk ancaman
berikutnya, menyelenggarakan rehabilitasi wilayah, pengendalian
48

kerusakan daerah dan mengembalikan kondisi juang masyarakat


seperti semula dengan penyelenggaraan Binter sebagai berikut:

(1) Satkowil.

(a) Penyelenggaraan Binter melalui Komsos.


Memberikan penerangan/penyuluhan tentang :

i) Kondisi dinamis masyarakat yang


berhubungan dengan Ipoleksosbudhankam guna
mengembalikan kondisi juang masyarakat di
wilayah.

ii) Semangat kerjasama antara aparatur


pemerintah, komponen masyarakat dan KBT
dalam rangka merehabilitasi wilayah.

iii) Tempat pengungsian, tempat berobat,


dapur umum, tempat peribadatan dan lain-lain
kepada komponen masyarakat.
iv) Kesadaran berbangsa dan bernegara,
bela negara, persatuan dan kesatuan bangsa
dan cinta tanah air kepada komponen
masyarakat.

v) Sistem keamanan lingkungan/wilayah


melalui pemberdayaan masyarakat dan
pengamanan swakarsa kepada komponen
masyarakat.

vi) Penanganan rehabilitasi kesehatan,


mental dan psikologi masyarakat dalam rangka
mengembalikan kondisi juang masyarakat
kepada komponen masyarakat.

vii) Temu cepat dan lapor cepat yang


berkaitan dengan penyakit, keamanan, bantuan
logistik dan lain-lain kepada komponen
masyarakat.

(b) Penyelenggaraan Binter melalui Binwanwil.

i) Membangun kembali kesadaran


berbangsa dan bernegara, bela negara,
persatuan dan kesatuan bangsa dan cinta tanah
air kepada komponen masyarakat untuk
peranserta dalam pertahanan wilayah melalui
kegiatan penyuluhan, ceramah dan kepelatihan
yang menumbuhkan kembali kecintaan
49

masyarakat terhadap tanah air, kesadaran


berbangsa dan bernegara dan wawasan
kebangsaan.

ii) Merancang, menyusun, menyiapkan dan


membina kembali komponen cadangan dan
pendukung yang ada sebagai pengganda
kekuatan utama guna menghadapi ancaman
perang berikutnya melalui kegiatan pendataan,
penganalisaan dan pengorganisiran serta
pembinaan.

iii) Merancang, menyusun dan menyiapkan


kembali sistem keamanan lingkungan/wilayah
melalui pemberdayaan masyarakat dalam
Pamswakarsa.

iv) Menyusun dan menyiapkan kembali


pendataan teritorial dan Analisa Daerah Operasi
(ADO) guna kepentingan operasi yang akan
datang.
v) Merancang dan menyusun kembali sistem
temu cepat dan lapor cepat kepada komponen
masyarakat terhadap bahaya yang mengancam
kehidupan baik yang datang dari dalam negeri
maupun dari luar negeri melalui kegiatan
penerangan/penyuluhan tentang wajib lapor dan
Pamswakarsa.

vi) Menyusun kembali sistem ketahanan jiwa


juang masyarakat yang menyangkut kondisi
dinamis di bidang Ipoleksosbudhankam masya-
rakat guna kepentingan Hanneg melalui kegiatan
penyuluhan, pelatihan dan ceramah.

(c) Penyelenggaraan Binter melalui Bakti TNI.

i) Dibidang fisik.

aa) Membantu memfungsikan dan


menormalisasikan roda pemerintahan
melalui koordinasi dan kerjasama untuk
menjaga dan menegakkan wibawa
pemerintah daerah.

bb) Menghimpun data dan keterangan/


informasi yang obyektif tentang kerusakan
daerah akibat perang melalui kegiatan
penyebaran personel keberbagai daerah
yang rusak.
50

cc) Membantu memfungsikan sarana


dan prasarana umum melalui kegiatan
rehabilitasi dan rekontruksi yang
dilaksanakan secara terpadu.

dd) Menyelenggarakan Bakti TNI yang


dipadukan dengan program pembangunan
daerah dengan prioritas pada daerah yang
terparah mengalami kerusakan melalui
rehabilitasi dan merekontruksi infrastruktur
untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat sehari-hari.

ee) Menyelenggarakan Bakti TNI yang


dipadukan dengan program pembangunan
daerah dengan prioritas pada daerah yang
terparah mengalami kerusakan melalui
kegiatan pembangunan sarana dan
prasarana pemerintah guna memperlancar
perputaran roda pemerintahan.
ff) Menyelenggarakan Bakti TNI yang
dipadukan dengan program pembangunan
daerah mengenai penanganan rehabilitasi
kesehatan, mental dan psikologis
masyarakat pasca perang dalam rangka
mengembalikan kondisi juang masyarakat
melalui kerjasama instansi terkait untuk
pengobatan, pembinaan mental dan
psikologi.

gg) Menyelenggarakan Bakti TNI yang


dipadukan dengan program pembangunan
daerah mengenai penanganan kembali
lahan-lahan pertanian yang rusak akibat
perang melalui kegiatan Operasi Bakti dan
Karya Bakti.

hh) Merehabilitasi dan merekonstruksi


wilayah yang berkaitan degan sarana dan
prasarana utama masyarakat yang rusak
akibat perang melalui kegiatan kerjasama
dengan pemda dan instansi terkait.

ii) Di bidang Nonfisik.


51

aa) Menyelenggarakan penyuluhan


terhadap kondisi sosial masyarakat
tentang kesehatan, mental dan psikologi
secara terpadu.

bb) Menyelenggarakan penyuluhan


sistem keamanan lingkungan/wilayah
melalui pemberdayaan masyarakat dalam
Pamswakarsa dengan menggerakkan
komponen masyarakat.

cc) Menyelenggarakan penyuluhan


guna membangkitkan kembali tentang
kesadaran berbangsa dan bernegara, bela
negara, persatuan dan kesatuan bangsa
dan cinta tanah air kepada komponen
masyarakat untuk peran serta dalam
pertahanan wilayah.
(2) Satnonkowil.

(a) Penyelenggaraan Binter melalui Komsos.

i) Membantu Satkowil memberikan


penerangan/penyuluhan tentang kondisi dinamis
masyarakat yang berhubungan dengan
Ipoleksosbudhankam guna mengembalikan
kondisi juang masyarakat dengan mengerahkan
prajurit yang berkemampuan Komsos.

ii) Membantu Satkowil memberikan


penerangan/penyuluhan tentang semangat
kerjasama antara aparatur pemerintah,
komponen masyarakat dan KBT dalam rangka
merehabilitasi wilayah dengan mengerahkan
prajurit yang memiliki kemampuan dan dedikasi
yang tinggi.

iii) Membantu Satkowil memberikan


penerangan penyuluhan kepada komponen
masyarakat tentang tempat pengungsian, tempat
berobat, dapur umum, tempat peribadatan dan
lain-lain dengan menjelaskan melalui peta
grafik/bagan daerah sehingga dimengerti oleh
komponen masyarakat.
52

iv) Membantu Satkowil memberikan


penerangan/penyuluhan kembali tentang
kesadaran berbangsa dan bernegara, bela
negara, persatuan dan kesatuan bangsa dan
cinta tanah air kepada komponen masyarakat
sehingga dapat dipahami dan dimengerti.

v) Membantu Satkowil memberikan


penerangan/penyuluhan kembali kepada
komponen masyarakat tentang sistem keamanan
lingkungan/wilayah melalui pemberdayaan
masyarakat dan pengamanan swakarsa.

vi) Membantu Satkowil memberikan


penerangan/penyuluhan kembali kepada
komponen masyarakat tentang penanganan
rehabilitasi kesehatan, mental dan psikologi
masyarakat dalam rangka mengembalikan
kondisi juang masyarakat melalui kerjasama
dengan instansi terkait.
vii) Membantu Satkowil memberikan
penerangan/penyuluhan kembali kepada
komponen masyarakat tentang temu cepat dan
lapor cepat yang berkaitan dengan penyakit,
keamanan, bantuan logistik dan lain-lain melalui
pengerhan prajurit bersama masyarakat untuk
menemukan penyakit yang timbul, untuk
menemukan titik rawan keamanan daerah
logistik.

(b) Penyelenggaraan Binter melalui Binwanwil.

i) Membantu Satkowil membangun kembali


kesadaran berbangsa dan bernegara, bela
negara, persatuan dan kesatuan bangsa, cinta
tanah air kepada komponen masyarakat untuk
peran serta dalam pertahanan wilayah melalui
kegiatan penyuluhan, ceramah dan kepelatihan
yang menumbuhkan kembali kecintaan
masyarakat terhadap tanah air, kesadaran
berbangsa dan bernegara dan wawasan
kebangsaan.

ii) Merancang, menyusun, menyiapkan dan


membina kembali komponen cadangan dan
pendukung yang ada sebagai pengganda
kekuatan utama guna menghadapi ancaman
perang berikutnya melalui kegiatan pendataan,
53

penganalisaan dan pengorganisiran serta


pembinaan.

iii) Membantu Satkowil merancang,


menyusun dan menyiapkan kembali sistem
keamanan lingkungan/wilayah melalui
pemberdayaan masyarakat untuk Pamswakarsa.

iv) Membantu Satkowil menyusun dan


menyiapkan kembali pendataan teritorial dan
Analisa Daerah Operasi (ADO) guna kepentingan
operasi yang akan datang melalui kegiatan
penyiapan data-data teritorial.

v) Membantu Satkowil merancang dan


menyusun kembali sistem temu cepat dan lapor
cepat kepada komponen masyarakat terhadap
bahaya yang mengancam kehidupan baik yang
datang dari dalam negeri maupun dari luar negeri
melalui kegiatan penerangan/penyuluhan tentang
wajib lapor dan Pamswakarsa.
vi) Membantu Satkowil menyusun kembali
sistem ketahanan jiwa juang masyarakat yang
menyangkut kondisi dinamis di bidang
Ipoleksosbudhankam masyarakat guna
kepentingan Hanneg melalui kegiatan
penyuluhan, pelatihan dan ceramah.

(c) Penyelenggaraan Binter melalui Bakti TNI.

i) Di bidang fisik.

aa) Membantu Satkowil memfungsikan


dan menormalisasikan roda pemerintahan
melalui koordinasi dan kerjasama untuk
menjaga dan menegakkan wibawa
pemerintah daerah.

bb) Membantu Satkowil menghimpun


data dan keterangan/informasi yang
obyektif tentang kerusakan daerah akibat
perang melalui kegiatan penyebaran
personel keberbagai daerah yang rusak.

cc) Membantu Satkowil memfungsikan


sarana dan prasarana umum melalui
kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi yang
dilaksanakan secara terpadu.
54

dd) Membantu Satkowil menyeleng-


garakan Bakti TNI yang dipadukan dengan
program pembangunan daerah dengan
prioritas pada daerah yang terparah
mengalami kerusakan melalui rehabilitasi
dan merekontruksi infrastruktur untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
sehari-hari.

ee) Membantu Satkowil menyeleng-


garakan Bakti TNI yang dipadukan dengan
program pembangunan daerah dengan
prioritas pada daerah yang terparah
mengalami kerusakan melalui kegiatan
pembangunan infrastruktur dan Sarpras
untuk kepentingan masyarakat.

ff) Membantu Satkowil menyeleng-


garakan Bakti TNI yang dipadukan dengan
program pembangunan daerah mengenai
penanganan rehabilitasi kesehatan,
mental dan psikologis masyarakat pasca
perang dalam rangka mengembalikan
kondisi juang masyarakat melalui
kerjasama dengan instansi terkait untuk
pengobatan, pembinaan mental dan
psikologi.
gg) Membantu Satkowil menyeleng-
garakan Bakti TNI yang dipadukan dengan
program pembangunan daerah mengenai
penanganan kembali lahan-lahan
pertanian yang rusak akibat perang
melalui kegiatan kerjasama dengan
departemen pertanian untuk penanaman
terhadap tanaman yang rusak.
hh) Membantu Satkowil merehabilitasi
dan merekonstruksi wilayah yang
berkaitan dengan sarana dan prasarana
utama masyarakat yang rusak akibat
perang melalui kegiatan perbaikan/
pembangunan terhadap Sarpras yang
mengalami kerusakan.
ii) Di bidang Nonfisik.
55

aa) Membantu Satkowil menyeleng-


garakan penyuluhan terhadap kondisi
sosial masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan, mental dan psikologi secara
terpadu.
bb) Membantu Satkowil menyeleng-
garakan penyuluhan sistem keamanan
lingkungan/wilayah melalui pemberdayaan
masyarakat dalam Pamswakarsa secara
terpadu.
cc) Membantu Satkowil menyeleng-
garakan penyuluhan guna membangkitkan
kembali tentang kesadaran berbangsa
dan bernegara, bela negara, persatuan
dan kesatuan bangsa, cinta tanah air
kepada komponen masyarakat untuk
peran serta dalam pertahanan wilayah
secara terpadu.
4) Pada Tugas OMSP.

a) Tujuan.

(1) Bersifat Tempur. Mengerahkan kekuatan wilayah


pertahanan beserta kekuatan pendukungnya, mengatasi,
menanggulangi, menjaga, mencegah dari kemungkinan bentuk
ancaman yang dapat membahayakan kedaulatan, keutuhan
wilayah dan keselamatan bangsa.

(2) Bersifat Nontempur. Mendukung dan memperlancar


program pemerintah/otoritas sipil, membangun kesadaran
masyarakat dari kemungkinan adanya niat untuk melakukan
tindakan pelanggaran hukum yang dapat menimbulkan atau
meningkatnya eskalasi menjadi kerusuhan massa, serta
menyelamatkan/mengamankan/mencegah berkembangnya
ke-rugian jiwa dan harta benda untuk mengatasi kesulitan
rakyat yang timbul akibat kecelakaan atau bencana alam
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan keselamatan
rakyat.

b) Sasaran.

(1) Operasi militer selain perang yang bersifat tempur.

(a) Pada operasi mengatasi gerakan separatis


bersenjata.

i) Menghilangkan niat masyarakat untuk


memisahkan diri dari NKRI.
56

ii) Terpisahnya gerakan separatis bersenjata


dengan komponen masyarakat.

iii) Terputusnya hubungan komunikasi antara


gerakan separatis didalam negeri dan luar
negeri.

iv) Melemahnya kekuatan gerakan separatis


bersenjata.

v) Hilangnya niat masyarakat untuk


membantu atau memberikan informasi,
dukungan logistik dan lain-lain kepada separatis
bersenjata.

(b) Pada operasi mengatasi pemberontakan


bersenjata.

i) Menghilangkan niat masyarakat untuk


melaksanakan pemberontakan terhadap
pemerintahan yang sah.
ii) Terpisahnya pemberontakan bersenjata
dengan komponen masyarakat.

iii) Terputusnya hubungan komunikasi antara


pemberontakan bersenjata didalam negeri.

iv) Melemahnya kekuatan pemberontakan


bersenjata.

v) Hilangnya niat masyarakat untuk


membantu atau memberikan informasi, dukungan
logistik dan lain-lain kepada pemberontakan
bersenjata.

(c) Pada operasi mengatasi aksi terorisme.

i) Menghilangkan niat masyarakat untuk


melakukan tindakan terorisme.

ii) Terdeteksinya tempat, organisasi,


kegiatan dan jaringan aksi teroris di seluruh
wilayah.

iii) Hancurnya kekuatan dan alat peralatan


jaringan aksi teroris.
57

iv) Terciptanya kepekaan masyarakat


terhadap provokasi teroris serta kemampuan
untuk memberikan informasi yang berguna bagi
TNI AD.

(d) Pada operasi mengamankan wilayah perbatasan.

i) Mantapnya stabilitas keamanan di wilayah


perbatasan darat antar negara.

ii) Terjaganya batas wilayah di daerah


perbatasan darat antar negara.

iii) Terjaganya Sumber Daya Alam (SDA)


dan Sumber Daya Buatan (SDB) sepanjang garis
perbatasan darat antar negara.

iv) Mantapnya kesadaran berbangsa dan


bernegara, bela negara, persatuan dan kesatuan
serta cinta tanah air disepanjang garis
perbatasan antar negara.
(e) Pada operasi mengamankan objek vital nasional
yang bersifat strategis.

i) Terwujudnya keamanan sekitar objek vital


nasional yang bersifat strategis dari segala
bentuk ancaman.

ii) Terwujudnya partisipasi komponen


masyarakat disekitar objek vital dalam
mengamankan objek vital nasional yang bersifat
strategis.

(f) Pada operasi melaksanakan tugas perdamaian


dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri.
Terwujudnya kepentingan perdamaian dunia guna
menjaga keterlibatan internasional sesuai dengan
resolusi PBB atau organisasi internasional lainnya guna
mencegah berlanjutnya konflik, terjadinya pelanggaran
hukum internasional dan pelanggaran HAM, mencegah
timbulnya korban rakyat sipil yang tidak berdosa atau
tugas bantuan kemanusiaan.

(2) Operasi militer selain perang yang bersifat nontempur.

(a) Operasi Memberdayakan Wilayah Pertahanan


dan Kekuatan Pendukungnya.
58

i) Terwujudnya potensi nasional menjadi


kekuatan pertahanan yang dipersiapkan secara
dini yang meliputi wilayah pertahanan di darat
beserta kekuatan pendukungnya untuk
melaksanakan operasi militer untuk perang.

ii) Terwujudnya pelatihan dasar kemiliteran


secara wajib bagi warga negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

iii) Terwujudnya pemberdayaan rakyat


sebagai kekuatan pendukung.

iv) Terwujudnya pembangunan, pemelihara-


an, peningkatan dan kemantapan kemanung-
galan TNI AD dan Rakyat.

(b) Operasi Membantu Pemerintahan di Daerah.

i) Terselenggaranya program pemerintah


dalam mengatasi kesulitan rakyat.
ii) Terselenggaranya program yang telah
dibuat pemerintah/otoritas sipil.

iii) Terwujudnya kelancaran tatanan


pemerintahan di daerah rawan.

(c) Operasi membantu Kepolisian Negara RI dalam


rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat
yang diatur dalam undang-undang. Terwujudnya
pembinaan terhadap masyarakat agar tidak mudah
terpengaruh dan terprovokasi dalam konflik komunal,
kerusuhan massa yang berskala tinggi, mencegah
timbulnya korban jiwa dan harta benda, serta membantu
pengamanan kegiatan yang berskala nasional dan
internasional.

(d) Operasi membantu menanggulangi akibat


bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan
kemanusiaan. Terselamatkan dan teramankannya
masyarakat dari kerugian jiwa dan harta benda serta
teratasinya kesulitan rakyat akibat kecelakaan atau
bencana alam.

(e) Operasi Membantu Pencarian dan Pertolongan


Dalam Kecelakaan (SAR). Terwujudnya keterpaduan
satuan jajaran TNI AD dengan Pemda dan Instansi
terkait serta komponen masyarakat secara terorganisir
59

dalam rangka pencarian, pertolongan personel serta


harta benda yang terjadi akibat kecelakaan (SAR).

(f) Operasi Membantu Pemerintah dalam


Pengamanan Pelayaran dan Penerbangan terhadap
Pembajakan, Perompakan dan Penyelundupan.
Terwujudnya keterpaduan satuan jajaran TNI AD
dengan Pemda dan Instansi terkait serta komponen
masyarakat secara terorganisir dalam rangka
mengamankan pelayaran, penerbangan terhadap
pembajakan, perompakan dan penyelundupan.

a) Penggunaan.

(1) Operasi militer selain perang yang bersifat tempur.

(a) Penggunaan Binter pada operasi mengatasi


gerakan separatis bersenjata, operasi mengatasi
pemberontakan bersenjata, operasi mengatasi aksi
terorisme, operasi mengamankan wilayah perbatasan
serta operasi mengamankan objek vital nasional
yang bersifat strategis diselenggarakan dengan
mengerahkan kekuatan wilayah pertahanan beserta
kekuatan pendukungnya dalam rangka mengatasi,
menanggulangi, menjaga, mencegah dari kemungkinan
bentuk ancaman yang dapat membahayakan
kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa.

i) Penyelenggaraan Binter pada operasi


mengatasi gerakan separatis bersenjata.

aa) Satkowil.

- Memberikan informasi dan


penerangan terhadap komponen
masyarakat agar tidak terpengaruh
oleh provokasi gerakan separatis
bersenjata.

- Memberikan penyuluhan
kepada komponen masyarakat
untuk mengaktifkan temu cepat dan
lapor cepat terhadap keberadaan
dan kegiatan separatis bersenjata.

- Memberikan data teritorial


dan ADO dalam rangka mendukung
satuan yang akan melaksanakan
operasi di wilayah.
60

- Membina, menyiapkan dan


mengkoordinasikan penggunaan
kompartemensasi wilayah sesuai
dengan klasifikasi daerah.

- Membina dan mengorganisir


komponen masyarakat melalui
kegiatan Pendidikan Latihan
Kesiapsiagaan (PLS), Pendidikan
Kewarganegaraan dan Bela Negara
(PKBN) dan Pramuka guna
meningkatkan kesadaran ber-
bangsa dan bernegara, bela
negara, persatuan dan kesatuan
serta semangat cinta tanah air
dalam rangka membangun per-
lawanan wilayah guna memisahkan
dan memutuskan hubungan antara
masyarakat dengan gerakan
separatis bersenjata.
- Kerja sama dengan instansi
terkait untuk menghancurkan
hubungan komunikasi antara
gerakan separatis dalam negeri dan
luar negeri.

- Membina, menyiapkan dan


mengerahkan logistik wilayah
dalam rangka mendukung satuan
yang melaksanakan operasi.

- Mewujudkan Kemanung-
galan TNI-Rakyat melalui kegiatan
metode Binter meliputi komunikasi
sosial pembinaan perlawanan
wilayah, dan Bakti TNI dengan
sasaran pembangunan yang
bersifat fisik dan nonfisik berupa
kondisi dinamis masyarakat yang
meliputi aspek Ipoleksosbud-
hankam dalam rangka mencegah
pengaruh separatis terhadap
masyarakat sehingga membatasi
ruang gerak separatis.
61

- Membatasi ruang gerak


dengan mengisolasi daerah yang
digunakan gerakan separatis
bersenjata.

bb) Satnonkowil. Menyelenggarakan


Binter Satnonkowil dalam rangka
mendukung tugas satuan, dengan
kegiatan sebagai berikut:

- Membantu Satkowil dalam


membina wilayah sesuai dengan
pengklasifikasian daerah yang telah
ditentukan oleh Satkowil.

- Membantu Satkowil mem-


berikan penyuluhan tentang daya
tangkal masyarakat dalam rangka
memantapkan ketahanan wilayah
terhadap gerakan separatis
bersenjata.
- Menyiapkan personel satuan
yang memiliki kemampuan khusus
dalam mendukung Satkowil guna
meningkatkan kesadaran ber-
bangsa dan bernegara, kesadaran
bela negara, kesatuan dan
persatuan serta cinta tanah air
dalam rangka membangun per-
lawanan wilayah guna memisahkan
dan memutuskan hubungan antara
masyarakat dengan gerakan
separatis bersenjata.

- Membantu Satkowil mem-


berikan informasi dan penerangan
terhadap komponen masyarakat
agar tidak terpengaruh oleh
provokasi, agitasi dan propaganda
gerakan separatis bersenjata.

- Membantu Satkowil mem-


berikan penyuluhan kepada
komponen masyarakat guna
mengaktifkan sistem temu cepat
dan lapor cepat terhadap ancaman
dari kelompok separatis bersenjata.
62

- Mewujudkan Kemanung-
galan TNI-Rakyat melalui kegiatan
pembinaan perlawanan wilayah,
komunikasi sosial dan Bakti TNI
dengan sasaran pembangunan
yang bersifat fisik dan nonfisik
dalam rangka mendukung
penyelenggaraan Binter Satkowil
menghadapi kelompok separatis di
wilayah.

ii) Penyelenggaraan Binter pada operasi


mengatasi pemberontakan bersenjata.

aa) Satkowil.

- Memberikan informasi dan


penerangan terhadap komponen
masyarakat agar tidak terpengaruh
oleh provokasi pemberontakan
bersenjata.
- Memberikan penyuluhan
kepada komponen masyarakat
untuk mengaktifkan temu cepat dan
lapor cepat terhadap keberadaan
dan kegiatan pemberontakan
bersenjata.

- Memberikan data teritorial


dan ADO dalam rangka mendukung
satuan yang akan melaksanakan
operasi di wilayah.

- Membina, menyiapkan dan


mengkoordinasikan penggunaan
kompartemensasi wilayah sesuai
dengan klasifikasi daerah.

- Membina dan mengorganisir


komponen masyarakat melalui
kegiatan PKBN dan Pramuka guna
meningkatkan kesadaran ber-
bangsa dan bernegara, bela
negara, persatuan dan kesatuan
serta semangat cinta tanah air
dalam rangka membangun per-
lawanan wilayah guna memisahkan
63

dan memutuskan hubungan antara


masyarakat dengan pemberontak
bersenjata.

- Kerja sama dengan instansi


terkait untuk menghancurkan
hubungan komunikasi antara
pemberontakan dalam negeri dan
luar negeri.

- Membina, menyiapkan dan


mengerahkan logistik wilayah
dalam rangka mendukung satuan
yang melaksanakan operasi.

- Mewujudkan Kemanung-
galan TNI-Rakyat melalui kegiatan
metode Binter meliputi komunikasi
sosial pembinaan perlawanan
wilayah, dan Bakti TNI dengan
sasaran pembangunan yang
bersifat fisik dan nonfisik berupa
kondisi dinamis masyarakat yang
meliputi aspek Ipoleksosbud-
hankam dalam rangka mencegah
pengaruh pemberontakan terhadap
masyarakat sehingga membatasi
ruang gerak pemberontakan
bersenjata.

- Membatasi ruang gerak


dengan mengisolasi daerah yang
digunakan pemberontakan ber-
senjata.

bb) Satnonkowil. Menyelenggarakan


Binter Satnonkowil dalam rangka
mendukung tugas pokok satuan, dengan
kegiatan sebagai berikut:

- Membantu Satkowil dalam


membina wilayah sesuai dengan
pengklasifikasian daerah yang telah
ditentukan oleh Satkowil.

- Membantu Satkowil mem-


berikan penyuluhan tentang daya
tangkal masyarakat dalam rangka
memantapkan ketahanan wilayah
64

terhadap pemberontakan bersen-


jata.

- Menyiapkan personel satuan


yang memiliki kemampuan khusus
dalam mendukung Satkowil guna
meningkatkan kesadaran ber-
bangsa dan bernegara, kesadaran
bela negara, kesatuan dan per-
satuan serta cinta tanah air dalam
rangka membangun perlawanan
wilayah guna memisahkan dan
memutuskan hubungan antara
masyarakat dengan pemberontakan
bersenjata.

- Membantu Satkowil mem-


berikan informasi dan penerangan
terhadap komponen masyarakat
agar tidak terpengaruh oleh
provokasi, agitasi dan propaganda
pemberontakan bersenjata.
- Membantu Satkowil mem-
berikan penyuluhan kepada
komponen masyarakat guna
mengaktifkan sistem temu cepat
dan lapor cepat terhadap ancaman
dari kelompok pemberontakan
bersenjata.
- Mewujudkan Kemanung-
galan TNI-Rakyat melalui kegiatan
pembinaan perlawanan wilayah,
komunikasi sosial dan Bakti TNI
dengan sasaran pembangunan
yang bersifat fisik dan nonfisik
dalam rangka mendukung penye-
lenggaraan Binter Satkowil
menghadapi kelompok pemberon-
takan bersenjata di wilayah.
iii) Penyelenggaraan Binter pada operasi
Mengatasi Aksi Terorisme.
aa) Satkowil.
- Menginventarisir dan mem-
validasi data teritorial secara terus
menerus serta membina daerah
65

yang memungkinkan berkembang-


nya organisasi teroris di wilayah.
- Melakukan pembinaan ter-
hadap mitra karib untuk digunakan
sebagai jaring informasi di wilayah
melalui kegiatan penyuluhan atau
penerangan tentang temu cepat
lapor cepat terhadap aksi terorisme.
- Melakukan penyuluhan
kepada komponen masyarakat
tentang peningkatan kepekaan
masyarakat terhadap provokasi
terorisme.
- Membina komponen masya-
rakat melalui kegiatan pembinaan
kesadaran berbangsa dan
bernegara, kesadaran bela negara,
kesatuan dan persatuan serta
semangat cinta tanah air untuk
melakukan perlawanan terhadap
aksi teroris.
- Mengaktifkan sistem temu
cepat dan lapor cepat di lingkungan
masyarakat tentang tempat,
organisasi dan kegiatan teroris di
wilayah.

- Memberdayakan pemerintah
daerah dan instansi terkait secara
terpadu disemua lini guna
menertibkan administrasi kepen-
dudukan dan barang dalam rangka
pengawasan terhadap lalu lintas
orang dan barang yang dicurigai
dan masuk melalui bandara,
pelabuhan, dan wilayah per-
batasan.

- Membina dan memberdaya-


kan instansi terkait daerah dalam
pengawasan terhadap pedagang
yang menyediakan bahan kimia,
bahan dasar peledak yang terkait
dengan proses pembuatan bahan
peledak.
66

- Memberdayakan forkominda
dalam rangka meningkatkan
kegiatan deteksi dan cegah dini
terhadap orang dan kegiatan
organisasi yang terkait dengan
terorisme.

- Membina daerah terpencil


dan terisolir melalui kegiatan
pembinaan perlawanan wilayah,
komunikasi sosial dan Bakti TNI
dengan sasaran pembangunan
yang bersifat fisik dan nonfisik
dalam rangka meningkatkan daya
tangkal masyarakat terhadap
pengaruh dari kegiatan organisasi
terorisme di wilayah.

bb) Satnonkowil. Menyelenggarakan


Binter Satnonkowil dalam rangka
mendukung tugas pokok satuan, dengan
kegiatan sebagai berikut:
- Membantu Satkowil dalam
membina komponen masyarakat
melalui kegiatan pembinaan
kesadaran berbangsa dan
bernegara, kesadaran bela negara,
kesatuan dan persatuan serta
semangat cinta tanah air untuk
melakukan perlawanan terhadap
aksi teroris.
- Membantu Satkowil meng-
aktifkan sistem temu cepat dan
lapor cepat dilingkungan masya-
rakat tentang tempat, organisasi,
dan kegiatan teroris di wilayah.
- Membantu Satkowil menge-
rahkan melakukan pembinaan
terhadap mitra karib untuk
digunakan sebagai jaring informan.
- Membantu Satkowil melaku-
kan penyuluhan kepada komponen
masyarakat tentang peningkatan
kepekaan masyarakat terhadap
provokasi terorisme.
67

- Membantu Satkowil dalam


pengawasan terhadap pedagang
yang menyediakan bahan kimia,
bahan dasar peledak yang terkait
dengan proses pembuatan bahan
peledak.
- Membantu Satkowil dalam
rangka meningkatkan kegiatan
deteksi dan cegah dini terhadap
orang dan kegiatan organisasi yang
terkait dengan terorisme.
- Membantu Satkowil dalam
membina daerah melalui kegiatan
pembinaan perlawanan wilayah,
komunikasi sosial dan Bakti TNI
dengan sasaran pembangunan
yang bersifat fisik dan nonfisik
dalam rangka meningkatkan daya
tangkal masyarakat terhadap
pengaruh dari kegiatan organisasi
terorisme di wilayah.
iv) Penyelenggaraan Binter pada Operasi
Mengamankan Wilayah Perbatasan.

aa) Satkowil.

- Membina seluruh daerah


yang berada disepanjang garis
perbatasan dalam rangka menjamin
tegaknya wilayah negara di
perbatasan wilayah darat dengan
negara lain dari penyelundupan,
ilegal logging, traficking, perusakan/
pergeseran batas wilayah dan
pelanggar batas wilayah termasuk
mengamankan kegiatan survei dan
pemetaan.

- Memberikan pencerahan dan


penyuluhan kepada komponen
masyarakat tentang kesadaran
berbangsa dan bernegara,
kesadaran bela negara, kesatuan
dan persatuan serta semangat cinta
tanah air disepanjang garis
perbatasan darat antar negara.
68

- Membina komponen masya-


rakat di wilayah perbatasan guna
mengaktifkan sistem temu cepat
dan lapor cepat dalam rangka
deteksi dini terhadap kemungkinan
adanya pelanggaran yang
dilakukan oleh negara lain terhadap
wilayah perbatasan darat antar
negara.

- Membina, menyiapkan dan


meningkatkan daya tangkal
masyarakat melalui kegiatan
pembinaan perlawanan wilayah,
komunikasi sosial dan Bakti TNI
dengan sasaran pembangunan fisik
dan nonfisik terhadap kondisi
dinamis masyarakat agar tidak
terpengaruh oleh perkembangan
situasi yang meliputi Ipoleksosbud
dari negara lain.
bb) Satnonkowil. Menyelenggarakan
Binter Satnonkowil sesuai program satuan
tugas pengamanan perbatasan dengan
kegiatan sebagai berikut:

- Membantu Satkowil mem-


bina seluruh daerah yang berada di
sepanjang perbatasan dalam
rangka menjamin tegaknya wilayah
negara di perbatasan wilayah darat
dengan negara lain dari
penyelundupan, ilegal logging,
traficking, perusakan/pergeseran
batas wilayah dan pelanggar batas
wilayah termasuk mengamankan
kegiatan survei dan pemetaan.

- Membantu Satkowil mem-


berikan pencerahan dan
penyuluhan kepada komponen
masyarakat tentang kesadaran
berbangsa dan bernegara,
kesadaran bela negara, kesatuan
dan persatuan serta semangat cinta
tanah air disepanjang garis
perbatasan darat antar negara.
69

- Membantu Satkowil mem-


bina komponen masyarakat di
wilayah perbatasan guna meng-
aktifkan sistem temu cepat dan
lapor cepat dalam rangka deteksi
dini terhadap kemungkinan adanya
pelanggaran yang dilakukan oleh
negara lain terhadap wilayah
perbatasan darat antar negara.

- Membantu Satkowil mem-


bina, menyiapkan dan meningkat-
kan daya tangkal masyarakat
melalui kegiatan pembinaan
perlawanan wilayah, komunikasi
sosial dan Bakti TNI dengan
sasaran pembangunan fisik dan
nonfisik terhadap kondisi dinamis
masyarakat agar tidak terpengaruh
oleh perkembangan situasi yang
meliputi Ipoleksosbud dari negara
lain.
v) Penyelenggaraan Binter pada Operasi
Mengamankan Objek Vital Nasional yang bersifat
Strategis.
aa) Satkowil.
- Membina wilayah pada
daerah tertentu yang berada
disekitar objek vital menjadi daerah
terlarang, tertutup dan terbatas bagi
masyarakat dalam rangka menjaga
objek-objek vital nasional yang
bersifat strategis.
- Membina, menyiapkan dan
mengorganisir komponen masya-
rakat disekitar objek vital melalui
kegiatan pelatihan yang diarahkan
untuk mengaktifkan sistem temu
cepat dan lapor cepat dalam rangka
menjaga dan menghadapi setiap
ancaman dan perkembangan
situasi yang terjadi pada daerah
sekitar objek vital nasional yang
bersifat strategis.
- Membina, menyiapkan dan
meningkatkan daya tangkal masya-
rakat melalui kegiatan pembinaan
70

perlawanan wilayah dan komunikasi


sosial guna menjaga ketahanan di
bidang Ipoleksosbudhankam dalam
rangka menghadapi perkembangan
situasi yang mengancam objek vital
nasional yang bersifat strategis.
bb) Satnonkowil. Menyelenggarakan
Binter Satnonkowil dalam mendukung
tugas pokok satuan dalam rangka
pengamanan objek vital nasional yang
bersifat strategis, dengan kegiatan
sebagai berikut:
- Membantu Satkowil mem-
bina daerah di sekitar obyek vital
melalui kegiatan penyuluhan dan
penerangan terhadap masyarakat
dalam rangka mengamankan objek
vital nasional yang bersifat strategis
dari segala bentuk ancaman berupa
sabotase, perusakan dan peng-
hancuran sebagian atau seluruh
objek vital.
- Membantu Satkowil mem-
bina dan meningkatkan daya
tangkal masyarakat di sekitar obyek
vital nasional yang bersifat strategis
melalui program pembinaan
perlawanan wilayah dan komunikasi
sosial guna menjaga ketahanan di
bidang Ipoleksosbudhankam dalam
rangka menghadapi perkembangan
situasi yang mengancam objek vital
nasional yang bersifat strategis.

(b) Penggunaan Binter pada operasi melaksanakan


tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik
luar negeri diselenggarakan untuk kepentingan
perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar
negeri Indonesia, adanya mandat dari PBB atau
organisasi internasional lainnya yang diakui oleh
pemerintah serta sesuai dengan keputusan politik
Indonesia dengan penyelenggaraan Binter sebagai
berikut:

i) Pembinaan terhadap masyarakat di


daerah penugasan untuk membantu mengatasi
71

kesulitannya dan mempercepat proses


perdamaian.

ii) Membangun komunikasi sosial dengan


pasukan tetangga, pemerintah setempat, Media
masa dan LSM/NGO yang beroperasi di wilayah
tersebut.

iii) Membangun komunikasi sosial dengan


masyarakat setempat guna menimbulkan
kesadaran untuk mentaati kesepakatan
perdamaian, mencegah berlanjutnya konflik,
mencegah terjadinya pelanggaran hukum
internasional dan pelanggaran HAM, mencegah
jatuh korban rakyat sipil yang tidak berdosa atau
tugas bantuan kemanusiaan di bidang
kesehatan, pendidikan dan logistik.

iv) Menyelenggarakan Bakti TNI bersama


masyarakat untuk membangun kembali
daerahnya masing-masing yang rusak akibat
pertikaian.
(2) Operasi militer selain perang yang bersifat nontempur.

(a) Operasi memberdayakan wilayah pertahanan


dan kekuatan pendukungnya. Penggunaan Binter
TNI AD pada tugas pemberdayaan wilayah pertahanan
dan kekuatan pendukungnya secara dini untuk
membantu dan mendorong pemerintah dalam
menyiapkan potensi nasional menjadi kekuatan
pertahanan, menyelenggarakan pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib bagi warga negara dan
memberdayakan rakyat sebagai kekuatan pendukung
dalam rangka Sishanta dengan penyelenggaraan Binter
sebagai berikut:

i) Satkowil.

aa) Membina wilayah dalam rangka


membantu pemerintah menyiapkan
potensi nasional menjadi kekuatan
pertahanan yang dipersiapkan secara dini
untuk kepentingan pertahanan negara
sesuai Sishanta.
72

bb) Membina, menyiapkan dan


mengorganisir komponen cadangan
melalui kegiatan pelatihan dasar
kemiliteran sebagai pengganda kekuatan
TNI AD dalam rangka mendukung operasi.

cc) Membina, menyiapkan dan


mengorganisir komponen pendukung
sebagai pengganda kekuatan komponen
cadangan dalam rangka mendukung
operasi.

dd) Mewujudkan Kemanunggalan TNI-


Rakyat melalui Bakti TNI dengan sasaran
pembangunan yang bersifat fisik dan
nonfisik guna membina dan meningkatkan
daya tangkal masyarakat dalam
perlawanan rakyat dalam rangka
mendukung kepentingan Hanneg.

ee) Menyiapkan data teritorial dan ADO


dalam rangka mendukung satuan yang
akan melaksanakan operasi di wilayah.
ff) Menyiapkan daerah pertahanan
dengan mensinkronisasikan antara RUTR
Wilhanrat dan RTRW Pemda sehingga
terwujudnya klasifikasi daerah untuk
kepentingan Hanneg yang digunakan
pada:

- Tugas OMP dengan


menyiapkan wilayah sebagai
daerah depan, komunikasi dan
belakang;

- Bila tugas OMP berkembang


menjadi perang berlarut dalam
operasi gerilya, menyiapkan daerah
pangkal perlawanan, penyangga,
senja dan operasi.

- Tugas OMSP yang bersifat


tempur dengan menyiapkan wilayah
sebagai daerah penghancuran,
konsolidasi, stabilisasi dan
belakang.
73

gg) Membina kondisi sosial masyarakat


untuk mewujudkan ketahanan di bidang
Ipoleksosbudhankam dalam rangka
kepentingan Hanneg.

hh) Mewujudkan Kemanunggalan TNI-


Rakyat melalui Bakti TNI dengan sasaran
pembangunan yang bersifat fisik dan
nonfisik untuk Hanneg.

ii) Satnonkowil. Menyelenggarakan Binter


Satnonkowil sesuai program satuan pada daerah
yang berada disekitar pangkalan dalam rangka
mendukung tugas pokok satuan, dengan
kegiatan sebagai berikut :

aa) Membantu Satkowil membina untuk


membantu pemerintah menyiapkan
potensi nasional menjadi kekuatan
pertahanan yang dipersiapkan secara dini
untuk kepentingan pertahanan negara
sesuai Sishanta.
bb) Membantu Satkowil membina,
menyiapkan dan mengorganisir komponen
cadangan melalui kegiatan pelatihan dasar
kemiliteran sebagai pengganda kekuatan
TNI AD dalam rangka mendukung operasi.

cc) Membantu Satkowil membina,


menyiapkan dan mengorganisir komponen
pendukung sebagai pengganda kekuatan
komponen cadangan dalam rangka
mendukung operasi.

dd) Membantu Satkowil mewujudkan


Kemanunggalan TNI-Rakyat melalui Bakti
TNI dengan sasaran pembangunan yang
bersifat fisik dan nonfisik untuk
kepentingan Hanneg.

ee) Membantu Satkowil membina


kondisi sosial masyarakat untuk
mewujudkan ketahanan di bidang
Ipoleksosbudhankam dalam rangka
kepentingan Hanneg.
74

(b) Operasi membantu pemerintahan di daerah.


Penggunaan Binter TNI AD pada tugas membantu
Pemda adalah membantu memperlancar program
pemerintah/otoritas sipil dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan keselamatan rakyat dengan
penyelenggaraan Binter sebagai berikut:

i) Satkowil.

aa) Membina dan menyiapkan wilayah


khususnya pada daerah yang terpencil
dan terisolir dalam rangka membantu
memperlancar program pembangunan
yang bersifat fisik dan nonfisik dalam
meningkatkan kesejahteraan dan
keselamatan rakyat melalui Bakti TNI.

bb) Membina, menyiapkan dan


mengorganisir komponen masyarakat
melalui kegiatan PKBN dan Pramuka guna
meningkatkan kesadaran berbangsa dan
bernegara, kesadaran bela negara,
kesatuan dan persatuan serta semangat
cinta tanah air dalam rangka mendukung
program pembangunan daerah di wilayah.
cc) Membina, menyiapkan dan
meningkatkan daya tangkal masyarakat
melalui kegiatan pembinaan perlawanan
wilayah dan komunikasi sosial dengan
sasaran berupa kondisi dinamis
masyarakat yang meliputi ketahanan
Ipoleksosbudhankam yang mampu
menghadapi segala bentuk ancaman
terhadap program pembangunan di
wilayah.

ii) Satnonkowil. Menyelenggarakan Binter


Satnonkowil sesuai program satuan untuk
mendukung tugas pokok satuan, dengan
kegiatan sebagai berikut:

aa) Membantu Satkowil dalam


membina daerah dalam rangka
mendukung kelancaran pelaksanaan
program pembangunan yang bersifat fisik
dan nonfisik di daerah.
75

bb) Membantu Satkowil membina


komponen masyarakat guna
meningkatkan kesadaran berbangsa dan
bernegara, kesadaran bela negara,
kesatuan dan persatuan serta semangat
cinta tanah air dalam rangka mendukung
program pembangunan di daerah.

cc) Membantu Satkowil membina dan


meningkatkan daya tangkal masyarakat
melalui kegiatan pembinaan perlawanan
wilayah dan komunikasi sosial dengan
sasaran berupa kondisi dinamis
masyarakat yang meliputi ketahanan
ipoleksosbudhankam yang mampu
menghadapi segala bentuk ancaman
terhadap program pembangunan di
daerah.

(c) Operasi membantu kepolisian negara RI dalam


rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat
yang diatur dalam undang-undang. Penggunaan Binter
TNI AD pada tugas membantu Kepolisian Negara
Republik Indonesia diselenggarakan dengan melakukan
pembinaan terhadap komponen masyarakat sehingga
mengurungkan niat melanggar hukum, mencegah
meluasnya konflik komunal, kerusuhan massa yang
berskala tinggi, mencegah timbulnya korban jiwa dan
harta benda, serta membantu pengamanan kegiatan
yang berskala nasional dan internasional dengan
penyelenggaraan Binter sebagai berikut:

i) Satkowil.

aa) Membina dan mengerahkan


komponen masyarakat pada daerah-
daerah tertentu yang memiliki tingkat
kerawanan kondisi sosial guna membantu
keamanan dan ketertiban masyarakat
untuk menciptakan kondisi daerah yang
kondusif.

bb) Membina, menyiapkan dan


mengorganisir komponen masyarakat
melalui kegiatan pembinaan perlawanan
wilayah dan komunikasi sosial yang
76

diarahkan untuk membangun sistem


pengamanan swakarsa.

cc) Mewujudkan Kemanunggalan TNI-


Rakyat melalui kegiatan Bakti TNI dengan
sasaran pembangunan yang bersifat fisik
dan nonfisik guna membina dan
meningkatkan daya tangkal masyarakat
dalam perlawanan rakyat dalam rangka
mendukung tugas keamanan dan
ketertiban masyarakat yang dilaksanakan
oleh Polri di wilayah.

ii) Satnonkowil. Menyelenggarakan Binter


Satnonkowil sesuai program satuan dalam
rangka mendukung tugas pokok satuan, dengan
kegiatan sebagai berikut:

aa) Membantu Satkowil membina


daerah rawan kondisi sosial dalam rangka
mencegah meningkatnya eskalasi
ancaman dan gangguan Kamtibmas.

bb) Membantu Satkowil membina,


menyiapkan dan mengorganisir
masyarakat melalui kegiatan program
Binter satuan yang meliputi pembinaan
perlawanan wilayah, komunikasi sosial
dan Bakti TNI yang diarahkan untuk
membangun sistem pengamanan
swakarsa.

cc) Mewujudkan Kemanunggalan TNI-


Rakyat melalui Bakti TNI dengan sasaran
pembangunan yang bersifat fisik dan
nonfisik guna membina dan meningkatkan
daya tangkal masyarakat dalam
perlawanan rakyat dalam rangka
mendukung tugas satuan.

(d) Operasi Membantu Menanggulangi Akibat


Bencana Alam, Pengungsian, dan Pemberian Bantuan
Kemanusiaan. Penggunaan Binter TNI AD pada tugas
membantu menanggulangi akibat bencana alam,
pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan
diselenggarakan untuk menyelamatkan, mengamankan,
mencegah bertambahnya kerugian jiwa dan harta
benda serta mengatasi kesulitan rakyat yang timbul
77

akibat kecelakaan atau bencana alam dengan


mengerahkan komponen masyarakat dan sarana
prasarana yang tersedia dengan penyelenggaraan
Binter sebagai berikut:

i) Satkowil.

aa) Saat terjadi bencana. Melaksana-


kan tanggap darurat yang meliputi:

- Pengkajian secara cepat dan


tepat terhadap lokasi, kerusakan,
dan sumber daya.

- Penentuan status keadaan


darurat bencana.

- Penyelamatan dan evakuasi


masyarakat yang terkena bencana.

- Membantu proses penyiapan


lokasi pengungsian, pos kesehatan
dan dapur umum.

- Membantu mengendalikan
pemenuhan kebutuhan dasar.
- Membantu proses perlin-
dungan terhadap kelompok rentan.

- Membantu proses pemulihan


dengan segera sarana dan
prasarana vital.

bb) Pasca bencana. Membantu


pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi yang meliputi:

- Merehabilitasi akibat ben-


cana.

- Pemulihan sosial psikologis,


fungsi pemerintahan dan fungsi
pelayanan publik.

- Pelayanan kesehatan.

- Mengatasi wabah penyakit.


78

- Mengatasi bahaya kela-


paran.

- Membantu pengungsi.

ii) Satnonkowil. Membantu Satkowil saat


terjadi bencana dan pasca bencana dengan
kegiatan sebagai berikut:

aa) Saat terjadi bencana. Menge-


rahkan personel satuan dalam membantu
proses kegiatan dalam rangka:

- Penyelamatan dan evakuasi


masyarakat yang terkena bencana.

- Memperlancar pemenuhan
kebutuhan dasar.

- Membantu melindungi ter-


hadap kelompok rentan.

bb) Pasca bencana. Mengerahkan


personel satuan dalam membantu proses
kegiatan dalam rangka:
- Perbaikan lingkungan daerah
bencana dan sarana prasarana
umum.
- Membantu pengungsi.
(e) Operasi Membantu Pencarian dan Pertolongan
Dalam Kecelakaan (SAR). Penggunaan Binter TNI AD
pada tugas membantu pencarian dan pertolongan
dalam kecelakaan (SAR) diselenggarakan melalui
pembinaan, pengorganisasian dan pengerahan
komponen masyarakat yang siap dipadukan dengan
satuan jajaran TNI AD dalam rangka menemukan,
menyelamatkan dan mengamankan korban jiwa dan
atau harta benda akibat kecelakaan atau bencana alam
dengan penyelenggaraan Binter sebagai berikut:
i) Satkowil.
aa) Membina wilayah pada daerah-
daerah tertentu yang memiliki tingkat
kerawanan tinggi dari kecelakaan dan
bencana dalam rangka mencegah dan
mengurangi jatuhnya korban jiwa serta
79

kerugian materiil yang diakibatkan oleh


kecelakaan serta bencana alam di
wilayah.
bb) Membina, menyiapkan dan
mengorganisir komponen masyarakat
melalui kegiatan komunikasi sosial yang
diarahkan untuk mewujudkan kemampuan
masyarakat untuk mencari, menemukan,
menyelamatkan personel dan harta benda
dihadapkan dengan kemungkinan
terjadinya bencana alam dan kecelakaan.
ii) Satnonkowil. Menyelenggarakan Binter
Satnonkowil sesuai program satuan yang
memiliki kerawanan terhadap kecelakaan dan
bencana dalam rangka mendukung tugas pokok
satuan, dengan kegiatan sebagai berikut:
aa) Membantu membina, menyiapkan
dan pengorganisir komponen masyarakat
melalui kegiatan komunikasi sosial yang
diarahkan untuk mewujudkan kemampuan
untuk mencari, menemukan, menyela-
matkan personel dan harta benda
dihadapkan dengan kemungkinan
terjadinya bencana alam dan kecelakaan.
bb) Membantu melaksanakan pen-
carian, penemuan dan penyelamatan
korban personel dan harta benda dilokasi
kecelakaan dan bencana.
(f) Operasi Membantu Pemerintah Dalam
Pengamanan Pelayaran dan Penerbangan Terhadap
Pembajakan, Perompakan dan Penyelundupan.
Penggunaan Binter TNI AD diselenggarakan melalui
pembinaan, pengorganisasian dan pengerahan
komponen masyarakat yang siap dipadukan dengan
satuan jajaran TNI AD dalam rangka membantu
pemerintah untuk pengamanan pelayaran dan
penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan
penyelundupan dengan penyelenggaraan Binter
sebagai berikut:
i) Satkowil.
aa) Membina wilayah pada daerah-
daerah tertentu yang memiliki tingkat
kerawanan tinggi dari pembajakan,
perompakan dan penyelundupan dalam
membantu pemerintah daerah dalam
80

rangka mengamankan pelayaran dan


penerbangan terhadap pembajakan,
perompakan dan penyelundupan selama
berada di wilayah daratan.
bb) Membina, menyiapkan dan
mengorganisir komponen cadangan dan
pendukung melalui kegiatan pembinaan
perlawanan wilayah dan komunikasi sosial
yang diarahkan untuk mengaktifkan sistem
pengamanan swakarsa dan sistem temu
cepat lapor cepat terhadap ancaman
pembajakan, perompakan dan penye-
lundupan di wilayah.
ii) Satnonkowil. Menyelenggarakan Binter
Satnonkowil sesuai program satuan yang rawan
pembajakan, perompakan dan penyelundupan
dalam rangka mendukung tugas pokok satuan,
dengan kegiatan sebagai berikut:
aa) Membina wilayah pada daerah-
daerah tertentu dalam rangka membantu
Satkowil dalam mengamankan pelayaran
dan penerbangan terhadap pembajakan,
perompakan dan penyelundupan di
wilayah.
bb) Menyiapkan personel satuan yang
memiliki kemampuan khusus dalam
rangka membantu Satkowil pada kegiatan
yang diarahkan untuk membangun sistem
pengamanan swakarsa dan sistem temu
cepat lapor cepat terhadap ancaman
pembajakan, perompakan dan penyelun-
dupan di wilayah.

18. Pembinaan Wilayah. Pembinaan Teritorial (Binter) pada hakikatnya merupakan


bagian dari Pembinaan Wilayah dalam rangka menciptakan ketahanan nasional yang
maksimal dan efektif dengan melalui pendekatan kesejahteraan dan Hankam guna
mencapai kepentingan nasional.

a. Pengertian Pembinaan Wilayah.

1) Pembinaan wilayah adalah segala upaya, pekerjaan dan kegiatan


yang berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pengembangan,
pengerahan serta pengedalian segala kemampuan potensi dan kondisi
wilayah untuk kepentingan nasional dalam rangka tujuan nasional.

2) Pembinaan wilayah dilaksanakan secara terus menerus, baik


sebelum, selama maupun sesudah negara dalam keadaan darurat.
(darurat sipil, darurat militer dan darurat perang)
81

b. Tujuan.

1) Tujuan pembinaan wilayah adalah untuk mewujudkan ketahanan


nasional yang maksimal dan efektif, dengan titik berat pendekatan
kesejahteraan untuk memberikan daya dan hasil guna yang
sebesar-besarnya bagi kepentingan nasional dalam rangka mencapai
tujuan nasional.

2) Yang dimaksud dengan kepentingan nasional ( Pasal 12 UU


Pertahanan Negara ) adalah tetap tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945, serta terjaminnya kelancaran dan keamanan pembangunan
nasional yang berkelanjutan guna mewujudkan tujuan pembangunan dan
tujuan.

3) Kepentingan nasional diwujudkan dengan memperhatikan tiga,


kaedah pokok, yaitu sebagai berikut:

a) Tata kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia


berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

b) Upaya pencapaian tujuan nasional dilaksanakan melalui


pembangunan nasional yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
dan berketahanan nasional berdasarkan wawasan nusantara.

c) Sarana yang digunakan adalah seluruh potensi dan kekuatan


nasional didayagunakan secara menyeluruh dan terpadu.
c. Penyelenggaraan Pembinaan Wilayah.

1) Pembinaan wilayah dilaksanakan oleh segenap aparatur negara dan


segenap masyarakat termasuk TNI dan Polri serta komponen bangsa
lainnya.

2) Keterlibatan TNI dalam pembinaan wilayah, sebagaimana


diamanatkan dalam UU RI Nomor 34 tahun 2004 pasal 7 dilakukan oleh
TNI dengan Operasi Militer Selain Perang yaitu membantu tugas
pemerintahan di daerah diwujudkan melalui program Operasi Bhakti TNI
maupun Operasi Bhakti TNI lainnya baik untuk kepentingan kesejahteraan
maupun untuk kepentingan pertahanan negara. Yang dimaksud membantu
tugas pemerintah di daerah adalah membantu pelaksanaan fungsi
pemerintah dalam kondisi dan situasi yang memerlukan sarana, alat, dan
kemampuan TNI untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang
dihadapi, antara lain membantu mengatasi akibat bencana alam,
merehabilitasi infrastruktur, serta mengatasi masalah akibat pemogokan dan
konflik komunal.

3) Keterlibatan TNI AD dalam Pembinaan Wilayah, sebagaimana


diamanatkan dalam UU RI Nomor 34 tahun 2004 pasal 8 ayat d,
82

melaksanakan “Pemberdayaan Wilayah Pertahanan di darat” dilaksanakan


oleh TNI AD melalui Binter sebagai Fungsi Utama TNI AD. Tugas
pemberdayaan wilayah pertahanan didarat merupakan tugas yang
dikhususkan kepada TNI AD dalam rangka penyiapan atau pembinaan
wilayah yang di istilahkan dalam kamus Militer dengan Pembinaan Teritorial.

4) Pembinaan Sumber Daya Manusia.

a) Pendataan potensi sumber daya manusia. Pemberdayaan


sumber daya manusia untuk kepentingan pertahanan di awali dengan
pendataan potensi sumber daya manusia diantaranya: tenaga
profesi, tenaga ahli, tenaga pendidik, tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, dan lain-lain.

b) Pembinaan sumber daya manusia. Dalam melaksanakan


pembinaan sumber daya manusia harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:

(1) Pemberdayaan sumber daya manusia diarahkan pada


terwujudnya kualitas kemampuan, keterampilan, dan
kepribadian, serta sikap mental sebagai warga negara
Indonesia yang memiliki motivasi, keuletan, etos kerja dan
semangat pengabdian untuk membangun bangsa dan negara
Indonesia. Pemberdayaan tersebut dilaksanakan melalui
pendidikan dan pelatihan yang baik.
(2) Kualifikasi tersebut perlu didukung dengan kualitas
kesehatan dan kesejahteraan yang baik melalui peningkatan
kemampuan ekonomi dan dukungan jaminan sosial yang
memadahi. Kualitas sumber daya manusia yang baik harus
dapat menjamin ketersediaan komponen cadangan dan
komponen pendukung pertahanan negara yang siap
dioperasionalkan.

(3) Pembinaan potensi pertahanan negara diarahkan dalam


upaya mentransformasikan sumber daya manusia pertahanan
menjadi komponen cadangan dan komponen pendukung yang
dilakukan secara terarah, terpadu dan berkesinambungan
sejalan dengan kebijakan penggunaan komponen pertahanan
negara.

(4) Mendorong pemerintah daerah untuk melaksanakan


kegiatan penyiapan kualitas sumber daya manusia,
berkoordinasi dan bekerjasama dengan instansi vertikal
kementerian/LPNK terkait dalam menyelenggarakan pendidi-
kan dan kursus keterampilan terkait dengan keahlian tertentu.
83

(5) Menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang


bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, meningkatkan
kemampuan dan keterampilan bela negara, rasa nasionalisme,
semangat juang, etos kerja, nilai-nilai bangsa dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, serta kebutuhan daerah
yang didukung melalui peningkatan kualitas kesehatan dan
kesejahteraan dengan cara melaksanakan pembinaan
kesehatan masyarakat, pemerataan pembangunan,
pemasyarakatan kegiatan olahraga, pembinaan kehidupan
keagamaan yang harmonis dengan mengutamakan dialog dan
menghindari kekerasan, kebebasan berpolitik yang
bertanggung jawab, pemberdayaan ekonomi masyarakat,
perluasan lapangan kerja, penegakan hukum dan keadilan,
serta peningkatan rasa aman masyarakat.

5) Pembinaan Sumber Daya Alam.

a) Pendataan potensi sumber daya alam dan sumber daya


buatan. Pemberdayaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
untuk kepentingan pertahanan di awali dengan pendataan potensi
sumber daya alam dan sumber daya buatan diantaranya sumber
daya alam (gas bumi, batu bara, besi, timah, emas, dll) dan sumber
daya buatan (kawasan waduk, hutan buatan, kawasan budidaya,
kawasan cagar alam dan lain-lain)

b) Pembinaan sumber daya alam dan sumber daya buatan.


Dalam melaksanakan pembinaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(1) Berkoordinasi dan bekerjasama dengan Kementerian/
LPNK terkait dan pemerintah daerah untuk meningkatkan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional yang
diarahkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat.

(2) Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional


ditempuh dengan pengelolaan dan pengeksploitasian potensi
sumber daya alam seperti energi, sumber daya mineral,
kehutanan, kelautan, perikanan, pertanian, wilayah tertorial
yang dikelola secara terpadu, terarah dan berkesinambungan.
Pengelolaan dan pengeksploitasian potensi sumber daya alam
harus mengutamakan kemampuan sumber daya manusia
bangsa Indonesia dengan memperhatikan keseimbangan dan
kesinambungan lingkungan hidup.

(3) Bekerjasama dengan instansi vertikal Kementerian/


LPNK dan pemerintah daerah melaksanakan tugas pembinaan
dan pengawasan terhadap pengelolaan dan pengeksploitasian
sumber daya alam di daerah. Pengelolaan dan peng-
eksploitasian sumber daya alam bertujuan meningkatkan
84

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional untuk


menunjang kesejahteraan masyarakat Indonesia dan
membangun hubungan logistik pertahanan.

(4) Berkoordinasi dan bekerjasama dengan Kementerian/


LPNK terkait dan pemerintah daerah untuk meningkatkan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional yang
diarahkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat.

(5) Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional


tersebut ditempuh dengan mengelola sumber daya buatan
seperti perindustrian, perdagangan, pariwisata, pertambangan,
perbankan, transportasi, telekomunikasi, ketenagakerjaan, dan
jasa lainnya yang dikelola secara terpadu, terarah dan
berkesinambungan. Pengelolaan potensi sumber daya
buatan tersebut harus mengutamakan kemampuan sumber
daya manusia bangsa Indonesia dengan memperhatikan
keseimbangan dan kesinambungan tata kelola usaha.

(6) Bekerjasma dengan instansi vertikal Kementerian/LPNK


dan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas
pembinaan dan pengawasan secara terpadu dan terkoordinasi
terhadap pengelolaan sumber daya buatan di daerah.
Pengelolaan sumber daya buatan bertujuan untuk
meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
nasional untuk menunjang kesejahteraan masyarakat
Indonesia dan membangun sistem ketahanan nasional.
(7) Pengelolaan sumber daya alam/sumber daya buatan
yang dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun swasta harus
dilindungi dengan kepastian hukum dan/atau peraturan
perundang-undangan yang terkait serta diarahkan agar supaya
tetap dirasakan dan diperuntukkan bagi kesejahteraan
masyarakat, serta diarahkan untuk mendukung kemampuan
pertahanan.

(8) Pemberdayaan sumber daya alam dan buatan (sumber


daya alam/sumber daya buatan) harus dapat mendorong
kemajuan dan pertumbuhan ekonomi nasional secara makro
dan mikro yang dapat menyentuh kebutuhan masyarakat di
daerah. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam/
sumber daya buatan harus menjadi perhatian pemerintah di
daerah dengan memperhatikan aspek kesejahteraan dan
pertahanan sehingga manfaatnya dapat dirasakan seluruh
rakyat Indonesia.
85

c) Sesuai konsep sistem pertahanan semesta, penataan wilayah


pertahanan diarahkan untuk mendukung pelaksanaan operasi dalam
rangka menjaga keselamatan rakyat dan mempertahankan
kedaulatan negara. Berdasarkan Keputusan Kepala Staf Angkatan
Darat Nomor Kep/ 507/VII/2015 tanggal 31 Juli 2015 tentang petunjuk
teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Pertahanan Darat berisi tentang
penentuan daerah pertahanan darat, dimana daerah pertahanan
darat ditentukan atau disiapkan guna mengantisipasi bila terjadi
perang konvensional dengan negara lain yang berguna dalam
melakukan taktik perang, yang terdiri dari:

(1) Daerah pertempuran adalah daerah yang disiapkan


sebagai medan pertempuran utama guna menghancurkan
musuh. Di daerah ini diharapkan tidak untuk pengembangan
fisik sarana dan prasarana yang bersifat strategis, tetapi dapat
dikembangkan untuk perkebunan, pertanian sehingga apabila
daerah ini digunakan tidak akan terlalu merugikan masyarakat,
selanjutnya daerah ini diharapkan dapat mendukung
pertempuran. Daerah pertempuran dapat berupa wilayah
daratan yang disesuaikan dengan hakekat ancaman serta
pertimbangan strategi pertahanan yang dikembangkan.
Pengerahan daerah untuk digunakan sebagai daerah
pertempuran yang meliputi unsur wilayah sarana dan
prasarana harus dapat mendukung tujuan pertempuran
dilaksanakan melalui mobilisasi dan pengakhirannya melalui
demobilisasi.
(2) Daerah komunikasi adalah bagian dari kawasan
dinamis yang dipersiapkan dalam rangka menghadapi
keadaan perang. Dalam penataan ruang provinsi dan
penataan ruang kabupaten/kota perlu mewujudkan satu atau
beberapa daerah komunikasi yang letaknya dikoordinasikan
oleh pemerintah daerah dengan komando militer di daerah.
Daerah komunikasi sebagai daerah penghubung antara
daerah pertempuran dan daerah belakang (pangkalan-
pangkalan aju) guna melancarkan operasi penghancuran
musuh. Di daerah komunikasi hendaknya dikembangkan
pembangunan yang dapat mendukung operasi.

(3) Daerah belakang adalah bagian dari kawasan dinamis


yang dipersiapkan dalam rangka menghadapi keadaan
perang. Dalam penataan ruang provinsi dan ruang
kabupaten/kota perlu mewujudkan satu atau beberapa daerah
belakang yang letaknya dikoordinasikan oleh pemerintah
daerah dengan komando militer di daerah. Daerah belakang
merupakan daerah yang disiapkan sebagai daerah pangkal
pertahanan akhir, guna pengembangan kekuatan untuk
86

menghancurkan musuh. Daerah ini dirancang untuk dapat


berswadaya dan berswasembada dalam keadaan damai
maupun perang, menjadi daerah yang disiapkan mendukung
logistik wilayah; dan

(4) Daerah pangkal perlawanan adalah daerah yang


merupakan bagian dari kawasan dinamis yang dipersiapkan
dalam rangka perang. Dalam penataan ruang provinsi dan
ruang kabupaten/kota perlu mempersiapkan beberapa daerah
pangkal perlawanan. Daerah pangkal perlawanan dipilih dan
disiapkan untuk menjadi tumpuan dilancarkannya operasi
perlawanan wilayah dengan operasi gerilya. Di daerah ini
dikembangkan daerah pertanian dan dibangun sarana
prasarana fisik yang berkaitan dengan pembinaan masyarakat.

(5) Konsepsi tersebut merupakan konsep pemberdayaan


wilayah pertahanan dalam perspektif TNI yang dimaknai
sebagai ruang bagi berlangsungnya kegiatan operasi militer.
Upaya mempersiapkan wilayah itulah yang menjadi inti dari
kegiatan pemberdayaan wilayah pertahanan. Pemberdayaan
wilayah pertahanan terbagi dalam sejumlah daerah yang
lokasinya disesuaikan dengan fungsi daerah-daerah tersebut.
Konsep yang hampir serupa dianut juga dalam penataan
wilayah fungsi pemerintahan, dengan perbedaan utama
terletak pada tujuan yang ingin dicapai dari penataan wilayah.
Dalam perspektif militer, pemberdayaan wilayah pertahanan
diarahkan untuk menunjang fungsi pertahanan dan
keamanan, sedangkan dalam perspektif sipil, penataan
wilayah diorientasikan untuk mencapai kesejahteraan rakyat.
Konsep penataan wilayah secara normatif termuat dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang. Pada Bab I Ketentuan Umum
Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa:

(a) Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang


penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting secara nasional terhadap
kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan,
termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai
warisan dunia.

(b) Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang


penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi
terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan.
87

(c) Kawasan strategis kabupaten/kota adalah


wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan.

Sedangkan pada Bab III Klasifikasi Penataan Ruang,


diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan,
wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis
kawasan.

(a) Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas


sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.

(b) Penataan ruang berdasarkan fungsi utama


kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan
budidaya.

(c) Penataan ruang berdasarkan wilayah


administratif terdiri atas penataan ruang wilayah
nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

(d) Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan


terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan
penataan ruang kawasan perdesaan.

(e) Penataan ruang berdasarkan nilai strategis


kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan strategis
nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi,
dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
Tujuan penataan wilayah sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun
2007, antara lain agar tercapai tujuan untuk mewujudkan
ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif,
dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional. Berdasarkan kedua perspektif tersebut,
tampak bahwa konsep pemberdayaan wilayah pertahanan
dengan pembangunan wilayah sesungguhnya tidak jauh
berbeda, karena pada prinsipnya berkaitan dengan pengaturan
penggunaan ruang, sehingga dapat saja dipadukan antara
orientasi kesejahteraan yang menjadi tugas pokok Pemerintah
Daerah dan orientasi pertahanan keamanan yang menjadi
tugas pokok TNI. Pemberdayaan wilayah pertahanan tidak
hanya menjadi tanggung jawab TNI, tapi tanggung jawab
penyelenggara negara, termasuk daerah. Apalagi bila
dikaitkan dengan konsep otoritas sipil, maka yang berwenang
dalam menentukan arah kebijakan pemberdayaan wilayah
pertahanan ada di tangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
88

sebagai pemegang otoritas di level daerah. Karena itu,


Pemerintah Daerah dengan Kodim harus berinisiatif
membangun kerjasama dalam pemberdayaan wilayah
pertahanan, meski belum ada pedoman dari pusat, demi
kepentingan umum.
6) Pembinaan Sarana dan Prasarana.
a) Pendataan potensi Sarana dan Prasarana. Pemberdayaan
Sarana dan Prasarana untuk kepentingan pertahanan di awali
dengan pendataan potensi Sarana dan Prasarana diantaranya:
radar sipil, pelabuhan udara, pelabuhan laut, sarana tranportasi dan
lain-lain.
b) Pembinaan Sarana dan Prasarana. Dalam melaksanakan
pembinaan sarana dan prasarana harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
(1) Pemberdayaan sarana dan prasarana (sarpras) harus
dapat menopang seluruh kegiatan pembangunan di segala
bidang, sehingga kemajuan dan pertumbuhan kehidupan
bangsa terlihat secara nyata sampai di daerah.
Pembangunan, penggunaan dan pemanfaatan sarana dan
prasarana perekonomian, industri pertanian, industri
pertambangan senantiasa mengkaitkan atau dapat
dikonversikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
upaya peningkatan kemampuan penyelenggaraan pertahanan
negara (kemampuan produksi peralatan dan perlengkapan
pertahanan negara) harus menjadi perhatian pemerintah di
daerah dengan memperhatikan aspek pemerataan
kesejahteraan dan pertahanan sehingga manfaatnya dapat
dirasakan seluruh rakyat Indonesia.
(2) Bekerjasama dengan kementerian/LPNK terkait dan
pemerintah daerah untuk menopang pembangunan di segala
bidang yang diarahkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan
masyarakat. Pembangunan sarpras tersebut ditempuh
dengan penyiapan sarpras yang terkait dengan perindustrian,
perdagangan, pariwisata, pertambangan, perbankan,
transportasi, telekomunikasi, ketenagakerjaan dan
berkesinambungan.

(3) Bekerjasama dengan instansi vertikal kementerian/


LPNK dan pemerintah daerah melaksanakan tugas pembinaan
dan pengawasan secara terpadu dan terkoordinasi terhadap
penyiapan sarpras di daerah.

(4) Penyiapan sarpras yang ditujukan untuk meningkatkan


daya dukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
nasional dalam rangka menunjang kesejahteraan masyarakat
89

Indonesia dan membangun pemberdayaan wilayah


pertahanan.

(5) Penyiapan sarpras harus mampu digunakan dalam


jangka waktu yang lama dengan kualitas yang baik untuk
menghemat proses perawatan dan renovasi, sehingga sumber
daya yang ada dapat diarahkan untuk pengembangan sarpras
di daerah lain. Penyiapan sarpras juga diarahkan untuk
membuka isolasi antar daerah yang selama ini masih
ketinggalan dalam pembangunan dan dapat merangsang
pertumbuhan ekonomi di daerah. Penyiapan sarpras,
khususnya industri pertahanan yang memiliki nilai strategis
dibina dan diarahkan untuk mendukung kemampuan
pertahanan.

19. Evaluasi.

a. Fungsi Binter TNI AD diarahkan untuk membantu pemerintah dalam


pengelolaan potensi nasional melalui pembinaan kemampuan teritorial, perlawanan
wilayah, komunikasi sosial, dan bakti TNI. Jelaskan fungsi Binter TNI AD dalam
membantu pemerintah!

b. Jelaskan penggunaan Binter TNI AD pada masa damai!

c. Kepentingan nasional diwujudkan dengan memperhatikan tiga kaedah


pokok, sebutkan tiga kaedah pokok tersebut!

d. Keterlibatan TNI dalam pembinaan wilayah, sebagaimana diamanatkan


dalam UU RI Nomor 34 tahun 2004 pasal 7 dilakukan oleh TNI dengan Operasi
Militer Selain Perang yaitu membantu tugas pemerintahan di daerah diwujudkan
melalui program Operasi Bhakti TNI maupun Operasi Bhakti TNI lainnya, baik
untuk kepentingan kesejahteraan maupun untuk kepentingan pertahanan negara.
Jelaskan yang dimaksud membantu tugas pemerintah di daerah tersebut !
e. Jelaskan peranan Binter dalam operasi membantu Pemerintah di daerah!

f. Jelaskan kegiatan Binter dalam operasi membantu Kepolisian Negara RI


dalam rangka tugas kamtibmas yang diatur dalam Undang Undang!

g. Jelaskan penyelenggaraan Binter dalam pelaksanaan pengendalian


penduduk di daerah pertempuran!

h. Jelaskan kegiatan penyelenggaraan Binter pada tahap operasi pencegahan!

i. Jelaskan penyelenggaraan operasi Binter pada tahap operasi perlawanan


wilayah!

j. Jelaskan penyelenggaraan Binter sesudah perang!


90

BAB V
EVALUASI
(Bukan Naskah Ujian)
 

20. Evaluasi.

a. Jelaskan hal positif dari implementasi Binter dilihat dalam perjalanan sejarah
bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai peristiwa pemberontakan
bersenjata dan makar politik!

b. Jelaskan bentuk ancaman bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia di


masa depan!

c. Fungsi Binter TNI AD diarahkan untuk membantu pemerintah dalam


pengelolaan potensi nasional melalui Pembinaan Kemampuan Teritorial,
91

Perlawanan Wilayah, Komunikasi Sosial, dan Bakti TNI. Jelaskan fungsi Binter TNI
AD dalam membantu pemerintah!

d. Kepentingan nasional diwujudkan dengan memperhatikan tiga kaedah


pokok, sebutkan tiga kaedah pokok tersebut!

e. Keterlibatan TNI dalam pembinaan wilayah, sebagaimana diamanatkan


dalam UU RI Nomor 34 tahun 2004 pasal 7 dilakukan oleh TNI dengan Operasi
Militer Selain Perang yaitu membantu tugas pemerintahan di daerah diwujudkan
melalui program Operasi Bhakti TNI maupun Operasi Bhakti TNI lainnya, baik
untuk kepentingan kesejahteraan maupun untuk kepentingan pertahanan negara.
Jelaskan yang dimaksud membantu tugas pemerintah di daerah tersebut!

f. Berikan gambaran dan analisis saudara tentang kelebihan dan kelemahan


implementasi Komsos TNI AD yang dilakukan selama ini? Ajukan usulan konkret
saudara tentang bagaimana Komsos TNI AD dapat mengakselerasi kepentingan
NKRI dalam lingkup pemberdayaan wilayah pertahanan.

g. Jelaskan peranan Binter dalam operasi mengatasi gerakan separatis


bersenjata!

h. Jelaskan peranan Binter dalam rangka mengatasi Terorisme!

i. Jelaskan peranan Binter dalam rangka melaksanakan tugas perdamaian


dunia sesuai dengan kebijaksanaan politik luar negeri!

j. Jelaskan peranan Binter dalam operasi membantu Pemerintah di daerah!

k. Jelaskan kegiatan Binter dalam Operasi membantu Kepolisian Negara RI


dalam rangka tugas kamtibmas yang diatur dalam Undang Undang!

l. Jelaskan penyelenggaraan Binter dalam pelaksanaan pengendalian


penduduk di daerah pertempuran!

m. Jelaskan kegiatan penyelenggaraan Binter pada tahap operasi pencegahan!

n. Jelaskan penyelenggaraan operasi Binter pada tahap operasi perlawanan


wilayah!

o. Jelaskan peranan penyelenggaraan operasi Binter pada tahap operasi


serangan balas!

p. Jelaskan peranan penyelenggaraan operasi Binter pada tahap operasi


pemulihan keamanan!

q. Jelaskan penyelenggaraan Binter sesudah perang!

r. Jelaskan peranan Binter sesudah perang!


92

s. Jelaskan kegiatan Binter Sesudah Perang!

t. Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan Binter perlu adanya komunikasi


yang intensif baik dari komando atas maupun dari jajaran Satkowil sebagai
pelaksana dilapangan dengan menggunakan sarana komunikasi yang ada
diwilayahnya. Sebutkan apa saja kegiatan yang dilaksanakan Dansatkowil untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan Binter!

KONFIDENSIAL

BAB VI
PENUTUP
 

21. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman bagi Gadik dan Pasis Dikreg Seskoad dalam memahami SBS. Studi Wilayah
Pertahanan Mata Pelajaran Pembinaan Teritorial. Demi kesempurnaan naskah ini, maka
masih diperlukan masukan berupa saran dan tanggapan dari semua pihak. Naskah ini
tentunya bersifat dinamis, masih dapat dikembangkan seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pembangunan TNI di masa datang.

a.n. Komandan Seskoad


Kepala Departemen Teritorial,
93

Asep Djunaedi, S.I.P.


Kolonel Inf NRP 1010032840367

KONFIDENSIAL

KONFIDENSIAL

Anda mungkin juga menyukai