Anda di halaman 1dari 156

i

SEKOLAH STAF DAN KOMANDO ANGKATAN DARAT

OPTIMALISASI SATUAN DENARHANUD - 003/1/F


KODAM JAYA DALAM RANGKA MENDUKUNG
OPERASI PERTAHANAN UDARA NASIONAL

KARYA TULIS MILITER ILMIAH

Nama : Amos Comenius Silaban


Nosis : 57035
Dikreg : LVII Seskoad

Diajukan dalam rangka menyelesaikan tugas akhir pendidikan


Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat

Bandung, Oktober 2019


ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Karlismil : OPTIMALISASI SATUAN DENARHANUD -


003/1/F KODAM JAYA DALAM RANGKA
MENDUKUNG OPERASI PERTAHANAN
UDARA NASIONAL

Penulis : Amos Comenius Silaban.

Nosis : 57035

Telah disetujui oleh :

Mengetahui :

Kepala Depertemen Sos dan Tek, Perwira Pembimbing,

Suparlan Purwo Utomo, S.I.P., M.Si. Heri Purwanto, S.I.P.


Kolonel Inf NRP 1900000671066 Kolonel Arh NRP 1900021391268
iii

LEMBAR PENGESAHAN

Oleh : Amos Comenius Silaban

Nosis : 57035

Judul Karlismil : OPTIMALISASI SATUAN DENARHANUD -


003/1/F KODAM JAYA DALAM RANGKA
MENDUKUNG OPERASI PERTAHANAN
UDARA NASIONAL

Telah dipaparkan dihadapan Dewan Penguji pada :

Hari, tanggal : Jumat, 01 November 2019


Waktu : 10.30 – 11.30 WIB
Tempat : Seskoad Bandung

Dinyatakan : Lulus / Tidak Lulus

1. Kolonel Arh Heri Purwanto, S.I.P. : .............................


(Perwira Pembimbing)

2. Letkol Caj (K) Nurjanah, S.Pd, M.Si : .............................


(Penguji 1)

3. Dr. Satria Wibawa, M.Si : ............................


(Penguji 2)
iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karlismil


saya ini adalah hasil karya pemikiran dan ide sendiri, bukan dari plagiat
(menyalin, menyadur, mencontoh atau mengkopi) dari karya orang lain
atau Pasis sebelumnya. Apabila Karlismil saya ternyata dikemudian hari
ditemukan bukti-bukti yang mengandung unsur plagiat atau pelanggaran
lainnya (Juklak tentang produk Pasis) maka saya bersedia menerima
sanksi dari Dewan Kehormatan Akademik sesuai ketentuan yang berlaku.

Bandung, Oktober 2019


Perwira Siswa

Amos Comenius Silaban


Mayor Arh Nosis 57035

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


v

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Perwira Siswa Sekolah Staf Komando AD, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Amos Comenius Silaban
Pangkat/Korp/NRP : Mayor Arh NRP 11050053080384
Nosis : 57035
Dikreg : LVII
Jenis Karya : Karlismil Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat Hak Bebas Royalti
Non-Eksklusif (Non-exlusive Riyalty-Free Right) atas Karya Ilmiah saya
yang berjudul : OPTIMALISASI SATUAN DENARHANUD - 003/1/F
KODAM JAYA DALAM RANGKA MENDUKUNG OPERASI
PERTAHANAN UDARA NASIONAL
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Bebas Hak Royalti
Non-Eksklusif ini Seskoad berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya dan tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bandung
Pada Tanggal : Oktober 2019
Yang menyatakan,

Amos Comenius Silaban


Mayor Arh Nosis 57035
ABSTRAKSI
vi

Nama : Amos Comenius Silaban

Nosis : 57035

Judul : OPTIMALISASI SATUAN DENARHANUD - 003/1/F


KODAM JAYA DALAM RANGKA MENDUKUNG
OPERASI PERTAHANAN UDARA NASIONAL

Perkembangan teknologi informasi telah merubah persenjataan dan


strategi militer dengan sangat cepat sehingga terjadi revolusi dalam dunia
militer, yang dikenal dengan Revolution in Military Affairs (RMA). Aplikasi
teknologi modern dibidang kedirgantaraan adalah munculnya sistem
senjata yang semakin presisi, mematikan, berjangkauan jauh, super
manuver, terintegrasi dan memiliki kemampuan perang elektronika tinggi.
Pertahanan Udara Nasional sangat tergantung pada Alutsista Hanud
beserta unsur-unsurnya. Dalam melaksanakan tugasnya, diselenggarakan
pembinaan kekuatan dalam rangka menyiapkan kekuatan operasi
termasuk didalamnya Operasi Pertahanan Udara. Agar selalu dapat
mempertahankan kesiapan operasi yang tinggi untuk menjaga kedaulatan
Negara, maka perlu adanya suatu usaha untuk mempersiapkan struktur
kekuatan TNI dalam menghadapi tugas ke depan. Namun kenyataan
yang ada di lapangan menunjukkan bahwa peranan Satuan Denarhanud-
003/1/F Kodam Jaya untuk melindungi obyek-obyek vital strategis dalam
rangka mendukung operasi pertahanan udara nasional kurang optimal.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut, maka diperlukan optimalisasi
Satuan Denarhanud-003/1/F Kodam Jaya dalam rangka mendukung
operasi pertahanan udara nasional.

Karya tulis ini mencoba menggali dan menganalisa


kemampuan Satuan Denarhanud-003/1/F Kodam Jaya terkait kualitas,
kondisi Alutsista yang dimiliki Satuan Denarhanud-003/1/F Kodam Jaya
vii

serta kemampuan gelar Alutsista Denarhanud-003/1F Kodam Jaya dalam


melindungi Obvitnas. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah
metode kualitatif. Pengumpulan dan pengolahan data kualitatif dengan
analisa deskriptif dan analisa SWOT.

Kata Kunci : Satuan Denarhanud-003/1/F Kodam Jaya, operasi


Pertahanan Udara Nasional.
viii

ABSTRACTION

Name : Amos Comenius Silaban

Dosage : 57035

Title : OPTIMIZATION OF DENARHANUD UNITS -


003/1/F KODAM JAYA IN ORDER TO SUPPORT
NATIONAL AIR DEFENSE OPERATIONS

The development of information technology has changed military weapons


and strategies very quickly resulting in a revolution in the military world,
known as Revolution in Military Affairs (RMA). Application of modern
technology in the field of aerospace is the emergence of weapons systems
that are increasingly precise, deadly, far-reaching, super maneuverable,
integrated and have high electronic warfare capabilities. National Air
Defense is highly dependent on Hanud's defense equipment and its
elements. In carrying out its duties, a coaching force is held in order to
prepare operational forces including Air Defense Operations. In order to
always be able to maintain a high level of operational readiness to
safeguard the sovereignty of the State, it is necessary to have an effort to
prepare the TNI's power structure in facing future tasks. However, the
reality on the ground shows that the role of the Denarhanud Unit-003/1 / F
Kodam Jaya to protect strategic vital objects in order to support national
air defense operations is less than optimal. In connection with these
problems, it is necessary to optimize the optimization of the Denarhanud
Unit - 003/1 / F Kodam Jaya in order to support national air defense
operations.

This paper attempts to explore and analyze the ability of the Kodam
Jaya Denarhanud - 003/1 / F unit related to quality, the Alutsista condition
owned by the Denarhanud Unit-003/1 / F Kodam Jaya as well as the
ix

ability of the Damar Denarhanud-003 / 1F Dam Jaya Unit in protecting the


National Obvitnas. The method used in this paper is a qualitative method.
Collecting and processing qualitative data with descriptive analysis and
SWOT analysis.

Keywords: Denarhanud Unit 003/1 / F Kodam Jaya, National Air Defense


operations.
x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan semesta alam, karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga Karya Tulis Militer Ilmiah dengan judul
“OPTIMALISASI SATUAN DENARHANUD - 003/1/F KODAM JAYA
DALAM RANGKA MENDUKUNG OPERASI PERTAHANAN UDARA
NASIONAL”, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
reguler Seskoad angkatan LVII TA. 2019, dapat diselesaikan sesuai
jadwal waktu yang ditentukan oleh lembaga.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mencoba
mengetengahkan bahasan tentang kualitas, kondisi Alutsista yang

dimiliki Satuan Denarhanud-003/1/F Kodam Jaya serta kemampuan gelar


Alutsista Denarhanud-003/1F Kodam Jaya dalam melindungi Obvitnas.
Penulis mengambil judul tersebut dengan pertimbangan bahwa guna
mencapai kekuatan pertahanan negara yang berbasis kemampuan
(capability-based defence) maka pemilihan Alutsista tetap
mempertimbangkan perkembangan doktrin dan lingkungan strategis yang
terjadi. Untuk itu penting diperlukan optimalisasi Satuan Denarhanud -
003/1/F Kodam Jaya dalam rangka mendukung Operasi Pertahanan
Udara Nasional.

Bandung, Oktober 2019


Perwira Siswa

Amos Comenius Silaban


Nosis 57035
xi

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ………………………………………......... i


LEMBAR PERSETUJUAN ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................... v
ABSTRAK (BAHASA INDONESIA)..................................... vi
ABSTRACT (BAHASA INGGRIS) ...................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................... x
DAFTAR ISI.......................................................................... xi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.............................................. 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................... 8
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ..................................... 8
1.3.1. Maksud Penelitian ............................................ 8
1.3.2. Tujuan Penelitian .............................................. 8
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................... 9
1.4.1 Aspek Teoritis ................................................... 9
1.4.2. Aspek Praktis..................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN


2.1. Tinjauan Pustaka ........................................................ 10
2.1.1. Kualitas Teknologi Alutsista Denarhanud – 003/1/F
Kodam Jaya guna menghadapi perkembangan ancaman
xii

serangan udara saat ini................................................ 10


2.1.2. Kondisi Alat peralatan yang dimiliki Satuan Denarhanud –
003/1/F Kodam Jaya..................................................... 22
2.1.3. Kemampuan gelar Alutsista Denarhanud 003/1F
Dam Jaya dalam melindung Obvitnas.......................... 27
2.2. Kerangka Pemikiran ..................................................... 30
2.3. Penelitian Terdahulu .................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Desain Penelitian ........................................................ 36
3.2. Data, Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ....36
3.2.1. Data Primer........................................................... 36
3.2.2. Data Sekunder ..................................................... 37
3.2.3. Teknik Pengumpulan Data .................................. 37
3.2.4. Sumber Data ....................................................... 39
3.3. Analisis Data ................................................................. 40
3.3.1. Redukasi Data .................................................... 40
3.3.2. Penyajian Data ................................................... 40
3.3.3 Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan ............... 41
3.4. Sistematika Penulisan .................................................. 42
3.5. Lokasi dan Jadwal Penelitian ....................................... 43
3.5.1. Lokasi Penelitian ................................................. 43
3.5.2. Jadwal Penelitian .................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian.............................................................. 45
4.1.1. Gambaran umum lokasi penelitian dan informan... 45
4.1.2 Deskripsi hasil wawancara dengan informan.......... 46
4.2. Pembahasan....................................................................... 60
4.2.1. Meningkatkan kualitas teknologi Alutsista yang
xiii

dimiliki Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya


guna menghadapi perkembangan ancaman serangan
udara saat ini..................................................................... 60
4.2.2. Kondisi Alutsista yang dimiliki Satuan Denarhanud –
003/1/F Kodam Jaya........................................................ 62
4.2.3. kemampuan gelar Alutsista Denarhanud 003/1F
Dam Jaya dalam melindungi Obvitnas........................... 65

BAB V PEMECAHAN MASALAH


5.1. Metode Pemecahan Masalah.......................................... 67
5.1.1. Tujuan .................................................................. 67
5.1.2. Sasaran ................................................................ 67
5.1.3. Objek ..................................................................... 68
5.1.4. Subjek .................................................................... 68
5.1.5. Prosedur Pemecahan Masalah ............................. 69
5.1.6. Gagasan Inovatif.................................................... 114

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan.................................................................... 116
6.2 Saran ........................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….. 120

LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN-1 PEDOMAN WAWANCARA……… 122
LAMPIRAN-2 SURAT IZIN PENELITIAN............ 141
LAMPIRAN-3 RIWAYAT HIDUP......................... 142
LAMPIRAN-4 DOKUMENTASI............................ 143
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang
sangat pesat dan merambah dalam berbagai kehidupan manusia
termasuk dalam dunia kemiliteran. Di dunia kemiliteran pemanfaatan
teknologi telah diterapkan pada sistem manajemen pertahanan maupun
peralatan militer diantaranya alat persenjataan pertahanan yang
digunakan dalam berbagai konflik bersenjata. Disadari bahwa konflik-
konflik bersenjata yang terjadi saat ini maupun kedepan tidak sama
dengan perang yang terjadi pada masa Perang Dunia II atau sebelumnya,
namun beberapa negara-negara maju telah memanfaatkan keunggulan
teknologi untuk kepentingan militernya dari pada mengandalkan semangat
juang prajurit, sehingga penggunaan peralatan perang berteknologi tinggi
lebih mendominasi untuk memenangkan pertempuran. Pada umumnya
Alutsista canggih didukung oleh teknologi informatika yang berbasis
elektronika dan komputer sehingga memiliki akurasi dan daya hancur
yang sangat besar sehingga pada era perang modern saat ini,
penggunaan Alutsista berteknologi tinggi sudah sangat diperhitungkan
mengingat memiliki akurasi dan daya hancur yang tinggi.
Perkembangan teknologi informasi telah merubah persenjataan
dan strategi militer dengan sangat cepat sehingga terjadi revolusi dalam
dunia militer, yang dikenal dengan Revolution in Military Affairs (RMA)1.
Aplikasi teknologi modern dibidang kedirgantaraan adalah munculnya
sistem senjata yang semakin presisi, mematikan, berjangkauan jauh,
super manuver, terintegrasi dan memiliki kemampuan perang elektronika
tinggi. Tidak ingin tertinggal, negara di kawasan Asia Tenggara dan
Australia juga mengadakan modenisasi Alutsista udara. Di kawasan ini

1
Gary Chapman, An introduction to the revolution in military affairs ,( Helsinki, 2003)
2

Australia merupakan negara yang paling agresif dalam melakukan


modernisasi armada udaranya. Modernisasi kekuatan penggempur (strike)
yang dilakukan Australia adalah program pembelian 72 unit jet tempur
siluman multi fungsi buatan Amerika Serikat, F-35 Lightning II yang
dilengkapi Rudal udara ke darat berjangkauan 270 km AGM-158 JASSM
(Joint Air-To-Surface Standoff Missile) dan pembelian 12 unit pesawat
perang elektronika EA-18 G Growler yang dilengkapi Rudal anti radiasi
AGM-88 HARM (High Speed Anti Radiation Missile)2.

Gambar 1. F-35 Lightning II (gb. Kiri) dan EF-18 G Growler (gb. Kanan)

Pengalaman hubungan diplomatik yang pasang surut antara Indonesia-


Australia menjadikan program modernisasi Australia ini sebagai potensi
ancaman serangan udara bagi Indonesia. Untuk menciptakan
perdamaian, sesuai konsep Balance of Power3 Hans Morgenthau dan
Center of Gravity Clausewitz, maka Indonesia harus menciptakan
keseimbangan kekuatan militer melalui respon yang cepat atas
perkembangan ini dengan memodernisasi sistem senjata pertahanan
udara yang berkemampuan seimbang, terutama untuk melindungi kota
yang menjadi Center of Gravity Indonesia yaitu Jakarta.
Pemanfaatan kemajuan teknologi pada sistem senjata untuk
memenangkan pertempuran telah memicu perkembangan Alutsista
2
Australian MOD, 2013 Defence White Paper, (2013)
3
Hans Morgenthau, Truth and Power: Essays of a Decade, 1960–70, (1970)
3

Udara yang cukup signifikan karena fleksibilitas yang tinggi. Beberapa


negara maju telah mengembangkan sistem senjata udara seperti pesawat
tempur modern yang berawak maupun tidak berawak dan peluru kendali
balistik serta menguji keandalannya dalam laga pertempuran di beberapa
negara yang sedang dilanda konflik bersenjata. Pengerahan jet-jet tempur
canggih membombardir posisi-posisi kekuatan lawan untuk
menghancurkan instalasi-instalasi bernilai strategis seperti pusat kendali
dan komunikasi, pangkalan militer serta Radar maupun Baterai-baterai
Arhanud sebagai bagian dari sistem pertahanan udara sehingga kekuatan
udara sekutu memegang peranan yang sangat menentukan sebelum
dilakukan operasi darat lanjutan. Negara-negara besar dan maju seperti
Amerika Serikat, Rusia, Inggris dan China, merupakan negara-negara
yang paling intensif mengembangkan sistem senjata udara yang
berteknologi tinggi seperti penggunaan pesawat stealth yang sulit
dideteksi dan dilacak oleh Radar lawan.
Untuk menghadapi kemungkinan adanya ancaman terhadap
kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia, maka TNI sesuai
dengan tugasnya menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, serta melindungi keselamatan bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara, mempunyai kemampuan tangkal yang handal sehingga dapat
mengatasi dan siap menghadapi setiap bentuk ancaman yang datang dari
luar negeri maupun dari dalam negeri. Sedangkan ancaman yang
menganggu stabilitas keamanan sekarang ini yang sering terjadi adalah
ancaman melalui media udara dalam bentuk pelanggaran-pelanggaran
wilayah udara. Pertahanan Udara Nasional sangat tergantung pada
Alutsista Hanud beserta unsur-unsurnya. Dalam melaksanakan
tugasnya, diselenggarakan pembinaan kekuatan dalam rangka
menyiapkan kekuatan operasi termasuk didalamnya Operasi Pertahanan
4

Udara. Agar selalu dapat mempertahankan kesiapan operasi yang tinggi


untuk menjaga kedaulatan Negara, maka perlu adanya suatu usaha untuk
mempersiapkan struktur kekuatan TNI dalam menghadapi tugas ke
depan. Pertimbangan tentang persepsi ancaman yang akan dihadapi
bangsa Indonesia mempengaruhi penentuan struktur kekuatan TNI.
Ancaman yang menggunakan wahana udara saat ini bervariasi, mulai dari
serangan pesawat tempur sampai dengan serangan Rudal Balistik antar
Benua.
Luasnya wilayah NKRI menjadi salah satu faktor yang akan
digunakan oleh musuh untuk bisa menerobos pertahanan udara dan
mengganggu kedaulatan negara. Dari persepsi ancaman tersebut maka
disusun peranan peranan Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya
untuk melindungi obyek-obyek vital strategis dalam rangka mendukung
operasi pertahanan udara nasional. Di wilayah Republik Indonesia
terdapat beberapa obyek vital Nasional yang bernilai strategis yang
menjadi tugas dan tanggung jawab satuan Arhanud dalam pertahanan
udara nasional untuk melindungi obyek vital tersebut dari segala bentuk
ancaman serangan udara yang datang. Keberhasilan Operasi Pertahanan
Udara Nasional akan sangat tergantung kepada kemampuan unsur-
unsurnya, salah satunya adalah kemampuan Alutsista dari satuan Artileri
Pertahanan Udara TNI AD (Arhanud). Kemampuan Alutsista satuan
Arhanud berupa menyelenggarakan fungsi pertahanan udara yaitu
pencarian sasaran (Deteksi), pengenalan sasaran (Identifikasi),
pengikutan sasaran (Tracking) dan penghancuran sasaran udara
(Destruksi). Untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas pokoknya
terutama mengadapi serangan udara modern, maka satuan Arhanud
harus terus-menerus melakukan pembinaan dengan memelihara serta
meningkatkan kemampuan tempurnya serta menambah kemampuan
Alutsista dari satuan-satuan yang ada sesuai dengan perkembangan
hakekat ancaman serangan udara saat ini dan yang akan datang.
5

Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya mempunyai tugas


pokok melindungi objek vital nasional meliputi istana presiden, bandara
Soekarno Hatta dan puspitek serpong, dengan melihat kondisi saat ini
Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya belum optimal dalam
melaksanakan tugasnya dikarenakan kemampuan Alutsista yang tidak
dapat mendukung pelaksanaan tugas pertahanan udara di daerah Ibukota
jika dihadapkan dengan kemampuan serangan udara modern musuh.
Alutsista yang digunakan sudah cukup tua dan kurang dapat
dioperasionalkan secara maksimal, kendaraan penarik Meriam yang ada
terbatas, serta untuk penggelaran Alutsista yang ada mengalami
kesulitan karena perkembangan pembangunan Ibukota yang begitu pesat.
Guna mewujudkan dan tercapainya sasaran yang diharapkan, tentunya
dalam pelaksanaan peningkatan kemampuan Satuan Denarhanud –
003/1/F Kodam Jaya dalam melindungi Ibukota Jakarta dari ancaman
serangan udara modern musuh, harus dilakukan upaya konkrit melalui
berbagai metode diantaranya pengadaan atau penggantian Alutsista
yang sudah tua dengan Sistem Senjata yang baru yaitu sistem senjata
Rudal yang memiliki mobilitas yang tinggi serta dengan mengadakan
koordinasi dengan pemerintah daerah Ibukota Jakarta dalam penyiapan
daerah gelar bagi satuan penembakan satuan Arhanud dalam
melaksanakan tugas pertahanan udara. Satuan Denarhanud – 003/1/F
Kodam Jaya memiki kekuatan Alutsista MML Poprad : 4 unit; Meriam
23 mm/Zur komposit Rudal Grom : 12 pucuk; BCCV : 2 Unit; Radar
MMSR : 1 Unit; Generator PAP-10 : 2 unit; Testing Missile : 1 unit dan 1
BCCV membawahi 6 pucuk Meriam . Karakteristik Alutsista Meriam 23
mm/Zur komposit dengan Rudal grom terdiri dari ; Mobile Multibeam
Searching Radar (MMSR) adalah satu perangkat Radar yang
digunakan untuk pengamatan situasi udara, pendeteksian sasaran dan
mengikuti sasaran udara yang ada di area pengamatannya; Battery
Command Control Vehicle (BCCV); Mobile Missile Launcher (MML)
Poprad; Meriam 23 mm/Zur Komposit dengan Rudal Grom dan
6

Generator PAP-10. Agar alat peralatan dapat digunakan dalam jangka


waktu yang lama maka kita sebagai pemakai/pengguna harus memahami
ketentuan umum dan ketentuan teknik yang telah ditentukan oleh
produsen alat tersebut dalam hal ini pabrik, sehingga peralatan tersebut
dapat digunakan semaksimal mungkin dengan mengurangi resiko
kerugian sesuai dengan standar yang diinginkan.

Gambar 2. Alutsista Denarhanud - 003/1/F Kodam Jaya (Meriam 23


mm/Zur Komposit dengan Rudal Grom, MML Poprad, Radar MMSR,
BCCV dan Generator)

Peranan Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya untuk


melindungi obyek-obyek vital strategis saat ini meliputi Istana Presiden,
bandara Soekarno Hatta dan Puspitek Serpong semakin penting dan
berat dihadapkan dengan perubahan paradigma perang dan ancaman
serangan udara modern, berdasarkan Teori Five Ring Warden yang
dikemukakan oleh Col. John A. Warden III, bahwa sasaran utama dalam
serangan untuk melumpuhkan suatu negara adalah Leadership pada ring-
1, Sistem Essentials pada ring-2, Infrastructure pada ring-3, Population
pada ring-4, Fielded Military Forces pada ring-5. Oleh beberapa negara,
terutama Amerika Serikat, teori ini banyak diaplikasikan dalam memulai
suatu serangan, seperti pada Perang Afghanistan, Perang Teluk I,
serangan Israel atas Lebanon, dan serangan AS atas Irak. Dari fakta
tersebut, terlihat bahwa pengerahan kekuatan udara untuk
7

menghancurkan obyek-obyek vital strategis lebih mendominasi tahap awal


perang untuk melumpuhkan kekuatan militer dan politik musuh serta
memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi pasukan darat dan yang
menjadi prioritas utama target serangan adalah pusat-pusat
Pemerintahan, Instalasi seperti stasiun TV dan radio, Infrastruktur, serta
Instalasi-Instalasi Militer.
Berdasarkan salah satu tujuan (Grand Strategy) dalam Renstra TNI
Angkatan Darat maka untuk mewujudkan Alutsista berteknologi yang
mutakhir guna mencapai Minimum Essential Force (MEF) dihadapkan
luas coverage area yang dilindungi dan keterbatasan kemampuan
Alutsista yang di miliki satuan Denarhanud-003 saat ini meliputi MML
Poprad : 4 unit; Meriam 23 mm/Zur komposit Rudal Grom : 12 pucuk;
BCCV : 2 Unit; Radar MMSR : 1 Unit; Generator PAP-10 : 2 unit; Testing
Missile : 1 unit dan 1 BCCV membawahi 6 pucuk Meriam , pada saat
penggelaran Alutsista tersebut tidak mampu melindungi 3 objek vital
secara bersamaan, hanya mampu melindungi 1 objek vital saja dari 3
objek vital yang menjadi tanggung jawab satuan Denarhanud – 003/1/F
Kodam Jaya. Guna mencapai kekuatan pertahanan negara yang berbasis
kemampuan (capability-based defence) maka pemilihan Alutsista tetap
mempertimbangkan perkembangan doktrin dan lingkungan strategis yang
terjadi. Untuk hal tersebutlah dipandang perlu mengoptimalkan peranan
Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya untuk melindungi obyek-
obyek vital strategis dalam rangka mendukung operasi pertahanan udara
nasional, dengan harapan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya mampu
melaksanakan tugas dengan baik dalam melindungi Obvitnas maka perlu
adanya rematerialisasi Alutsista yang sudah ada dengan Alutsista baru
seperti Rudal Starstreak dan Rudal Mistral.

1.2 Rumusan Masalah


8

1.2.1 Bagaimana kualitas teknologi Alutsista yang dimiliki Satuan


Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya guna menghadapi
perkembangan ancaman serangan udara saat ini.

1.2.2. Bagaimana kondisi Alutsista yang dimiliki Satuan


Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya.

1.2.3. Bagaimana kemampuan gelar Alutsista Denarhanud -


003/1F Dam Jaya dalam melindungi Obvitnas.

1.3 Maksud dan tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian. Untuk mengetahui, mengungkapkan


dan mengoptimalkan Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya
dalam rangka mendukung operasi Pertahanan Udara Nasional.

1.3.2 Tujuan Penelitian. Penelitian yang dilaksanakan sesuai


dengan kaidah ilmiah yang benar akan menghasilkan upaya dan
solusi atas fenomena permasalahan yang ada, antara lain :

1. Untuk mengetahui kualitas teknologi Alutsista yang


dimiliki Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya guna
menghadapi perkembangan ancaman serangan udara saat
ini.

2. Untuk mengetahui kondisi Alutsista yang dimiliki


Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya.

3. Untuk mengetahui kemampuan gelar Alutsista


Dearhanud 003/1F Dam Jaya dalam melindungi Obvitnas.
9

1.4 Manfaat Penelitian.

1.4.1 Aspek Teoritis. Secara teoritis, hasil penelitian ini


diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi Satuan
Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya untuk melindungi obyek-obyek
vital strategis dalam rangka mendukung operasi Pertahanan Udara
Nasional.

1.4.2. Aspek Praktis.

1. Bagi TNI AD. Sebagai bahan masukan dalam


pengambilan kebijakan di bidang pengoptimalan Satuan
Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya dalam rangka
mendukung operasi Pertahanan Udara Nasional.

2. Bagi Lembaga Pendidikan Seskoad. Hasil penelitian


ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumbangsih
yang berharga bagi Lembaga Seskoad, khususnya tentang
optimalisasi Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya
dalam rangka mendukung operasi Pertahanan Udara
Nasional.

3. Bagi Pasis. Melatih penulis dalam pembuatan karya


tulis ilmiah militer dan memberikan pengetahuan tentang
optimalisasi Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya dalam
rangka mendukung operasi Pertahanan Udara Nasional.
10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
10

2.1. Tinjauan Pustaka.

2.1.1. Kualitas Teknologi Alutsista Denarhanud – 003/1/F


Kodam Jaya guna menghadapi perkembangan ancaman
serangan udara saat ini.

1. Perkembangan Ancaman. Hakikat Ancaman sesuai


dengan Doktrin Tridek 2012 adalah segala sesuatu yang
mengancam atau membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa Indonesia
(Keamanan Nasional/Kepentingan Nasional), baik dari segi
sumber ancaman (ancaman dari dalam negeri, luar negeri
dan azimutal), dari segi macam ancaman (ancaman militer
atau non milter), maupun dari segi aktor ancaman (ancaman
suatu negara atau bukan negara). Sumber ancaman (The
source of the threat) terhadap “Keamanan Nasional” menjadi
semakin luas, bukan hanya meliputi ancaman dari luar
(external threat) atau ancaman dari dalam (internal threat),
akan tetapi juga ancaman azimutal yang bersifat global dari
segala arah dan berbagai aspek, tanpa bisa dikategorikan
sebagai ancaman yang datang dari luar atau dari dalam.
Seirama dengan sumber ancaman tersebut, hakikat
ancaman (The nature of the threat) berubah menjadi multi
dimensional dan multi kompleks.

a. Macam Ancaman.
1) Ancaman Militer Tradisional. Ancaman
militer tradisional merupakan ancaman yang
sumbernya berasal dari kekuatan militer
negara lain,
10 yaitu berupa pengerahan kekuatan
militer secara konvensional oleh satu atau
11

beberapa negara yang ditujukan untuk


menyerang NKRI. Ancaman ini, antara lain
dapat berupa tindakan-tindakan seperti Agresi,
Invasi, Bombardemen, Blokade,
Pemberontakan bersenjata, Sabotase,
Spionase, penggunaan tentara bayaran dan
aksi-aksi provokasi yang dilakukan oleh militer
negara lain.

2) Ancaman Militer Non-Tradisional.


Ancaman militer Non-Tradisional merupakan
ancaman yang sumbernya tidak hanya
berasal dari kekuatan militer negara lain,
dapat pula berupa kejahatan terorganisir
lintas negara yang dilakukan oleh aktor-aktor
non-negara dengan memanfaatkan kondisi
dalam negeri yang tidak kondusif, atau juga
dari faktor fenomena alam. Berdasarkan
analisa kecenderungan lingkungan strategis
yang terjadi, ancaman militer non-tradisional
kedepan dapat berupa aksi separatisme,
pemberontakan, aksi radikalisme, aksi
terorisme, pembajakan, perompakan,
penyelundupan dan perdagangan senjata,
amunisi dan bahan peledak.

3) Ancaman Non-Militer (Nir-Militer).


Ancaman Non-Militer dalam konteks
pertahanan Negara pada hakekatnya adalah
ancaman yang menggunakan faktor-faktor
non-militer yang dinilai mempunyai
12

kemampuan membahayakan atau berimplikasi


mengancam kedaulatan Negara, keutuhan
wilayah Negara dan keselamatan segenap
bangsa. Ancaman Non-Militer dapat berasal
dari luar negeri atau dapat pula bersumber dari
dalam negeri. Ancaman NonMiliter
digolongkan dalam ancaman yang berdimensi
idiologi, politik, sosial budaya, informasi dan
teknologi serta keselamatan bangsa. Ancaman
Non-Militer kedepan dapat berupa aksi
kerusuhan sosial/konflik komunal, bencana
alam, bencana akibat ulah manusia, wabah
penyakit, pencurian kekayaan sumber daya
alam di laut, pencurian kekayaan hutan,
penambangan liar, pelanggaran wilayah laut
dan udara oleh sipil, penyelundupan dan
perdagangan manusia, narkoba atau bahan
berbahaya lainnya secara illegal, korupsi,
kebodohan, kemiskinan, aksi kriminal dan
kejahatan komputer (Cyber Crime).

b. Ancaman Udara. Penggunaan wahana udara


untuk menyerang negara sasaran merupakan salah
satu cara yang paling mungkin dan sering dilakukan
pada saat ini oleh ancaman militer tradisional dan non
tradisional. Alutsista udara dengan kemampuan
jelajah yang jauh, kecepatan tinggi, daya hancur yang
besar, dan presisi yang tinggi merupakan alat
penghancur yang sangat mematikan dan
menimbulkan dampak psikologis yang sangat berarti
untuk meruntuhkan moril musuh.
13

Perkembangan Alutsista udara saat ini dapat


berupa pesawat dan helikopter yang diawaki dan
dilengkapi dengan senjata Rudal jarak pendek,
menengah dan jarak jauh yang mudah
dioperasionalkan, memiliki daya hancur besar, tingkat
akurasi tinggi dan tidak mudah dideteksi oleh Radar
karena memiliki bidang tangkapan Radar (Radar
Cross Section) yang sangat kecil4. Di sisi lain,
kecanggihan Alutsista udara tersebut juga berarti
semakin meningkat pula ancaman udara yang harus
kita hadapi. Jenis ancaman udara yang sangat
mungkin kita hadapi pada saat ini dikenal dengan
istilah CUTER-FRUIT, dengan rincian sebagai berikut:

1) Cruise Missile (CM). Cruise Missile (CM)


merupakan jenis peluru kendali yang memiliki
beberapa kelebihan yaitu ketepatan yang
tinggi, daya hancur yang besar dan
mematikan. Jenis senjata ini dapat diluncurkan
dari pesawat terbang, kapal, kapal selam
ataupun peluncur darat (ground based).
Kemampuan Rudal jelajah ini dapat
membawa hulu ledak nuklir maupun hulu ledak
konvensional dan dapat mencapai jarak
jangkauan lebih dari 1000 km. Umumnya
menggunakan pemandu GPS (Global
Positioning System) dan TERCOM (Terrain
Contour Matching) sehingga dapat diprogram
untuk terbang mengikuti jalur lekuk bumi pada
ketinggian sangat rendah dan dapat
4
Chapter 2 Threat FM 44-100-2 Air Defense Artillery Reference Handbook, Sep 2000
14

menyerang sasaran dari arah tak terduga. Hal


ini menyebabkan jenis Rudal ini sangat sulit
dideteksi oleh Radar maupun secara visual.
Contoh Rudal jelajah adalah Rudal
Tomahawk yang digunakan Amerika Serikat
dan sekutunya pada Perang Teluk hingga
Perang Irak yang terkenal dengan akurasinya
pada sasaran terpilih (strategis).

2) Unmanned Aerial Vehicle (UAV).


Unmanned Aerial Vehicle (UAV) merupakan
salah satu wahana udara tak berawak yang
diterbangkan dengan cara dikendalikan dari
jarak jauh oleh operator atau dengan cara
diprogram terlebih dahulu. UAV dapat
digunakan dalam berbagai misi pertempuran
diantaranya pengintaian, perang elektronika
ataupun serangan taktis ke suatu sasaran
darat. Ketinggian terbang UAV adalah 1000
s.d. 3000 meter di atas permukaan tanah.
Beberapa jenis UAV yang banyak digunakan
dalam misi militer di dunia antar lain : MQ-1
Predator, RQ-4 Global Hawk, IAI Heron, dan
sebagainya5. UAV sudah sangat lazim
digunakan oleh berbagai kalangan karena
murah dan mudah dimodifikasi sesuai
keperluan, termasuk oleh militer maupun sipil
yang dapat menimbulkan ancaman bagi
pertahanan suatu negara.

5
en.wikipedia.org/wiki/Unmanned_aerial_vehicle
15

3) Tactical Air-to-Surface Missile (TASM).


Tactical Air-to-Surface Missile (TASM)
merupakan jenis peluru kendali yang didesain
untuk menghancurkan sasaran darat dengan
ditembakkan dari pesawat tempur taktis
ataupun pesawat pembom termasuk UAV dan
helikopter. TASM sangat ideal untuk
menghancurkan sasaran seperti jembatan
yang susah dihancurkan oleh bom
konvensional jenis lama, kendaraan tempur,
Radar maupun sasaran sejenis.
Perkembangan kemampuan Rudal saat ini
telah berkembang pesat dengan memiliki jarak
jangkau hingga mencapai ratusan kilometer.

4) Electronic Warfare (peperangan


elektronik). Electronic Warfare (peperangan
elektronik) mengacu pada tindakan yang
melibatkan penggunaan spektrum
elektromagnetik atau energi yang diarahkan
untuk mengendalikan spektrum, menyerang
musuh, menghalangi serangan musuh melalui
spektrum. Tujuan dari peperangan elektronik
ialah untuk mencegah keuntungan musuh dan
memastikan teman tidak terhalang akses ke
spektrum elektromagnetik. Peperangan
elektronik bisa dilakukan melalui udara, laut,
darat, dan luar angkasa baik dengan alat yang
berawak maupun tidak dan dapat menarget
16

manusia, komunikasi, Radar dan atau aset


yang lain.6

5) Rockets Artillery Mortar (RAM).


Rockets Artillery Mortar (RAM) memiliki
kemampuan daya hancur yang cukup luas,
mobilitas tinggi, pengisian (Reload) yang cepat
serta dapat dilengkapi dengan berbagai jenis
hulu ledak sehingga sangat efektif untuk
memberikan bantuan tembakan Artileri.
Sasaran dari RAM adalah daerah persiapan
pasukan, posisi Alutsista Pertahanan Udara,
Artileri Medan, daerah pertahanan maupun
pasukan manuver. RAM merupakan
persenjataan yang umum digunakan sebagai
bantuan tembakan bagi pasukan manuver.
Kemampuan RAM saat ini memiliki
perkembangan signifikan dalam kemampuan
rate of fire, jarak capai, akurasi, mobilitas serta
daya hancur. Hal ini menjadi salah satu
ancaman utama yang harus dieliminir untuk
menghindari kerugian bagi pasukan sendiri
dalam suatu pertempuran di darat.

6) Fixed Wing Aircraft (Pesawat Udara


Bersayap Tetap). Fixed Wing Aircraft modern
memiliki kemampuan untuk melakukan
berbagai jenis tugas (multirole), dapat
membawa berbagai macam persenjataan
seperti kanon, roket, bom, CM (Cruise Missile)
6
http://id.wikipedia.org/wiki/Peperangan_elektronik
17

dan TASM (Tactical Air-to-Surface Missile).


Fixed Wing Aircraft modern yang dioperasikan
saat ini termasuk dalam generasi ke-5
walaupun generasi ke-3 masih banyak
dioperasikan. Hampir semua negara memiliki
Fixed Wing Aircraft, namun dengan
kemampuan yang berbeda-beda. Taktik
manuver dan teknik pemboman yang
menggunakan Fixed Wing Aircraft secara
umum tidak banyak perubahan, hanya
menyesuaikan dengan karakteristik
persenjataan yang dibawa/digunakan untuk
menghancurkan sasaran, serta dilengkapi
dengan kemampuan sistem elektronik yang
lebih canggih seperti dalam navigasi, Radar ,
dan kemampuan mandiri dalam electronic
warfare.

7) Rotary Wing Aircraft (Helikopter). Rotary


Wing Aircraft memiliki kemampuan yang
beraneka ragam dan dapat digunakan dalam
berbagai macam misi. Kemampuan hovering
serta terbang rendah memanfaatkan bentuk
permukaan bumi sebagai pelindung
menjadikannya sebagai ancaman udara yang
sulit dideteksi. Kemampuan untuk membawa
persenjataan yang lebih modern dan lebih
banyak membuat Rotary Wing Aircraft memiliki
kemampuan daya hancur sasaran darat dari
jarak yang relatif dekat7. Sama dengan
7
http://id.wikipedia.org/wiki/Peperangan_elektronik
18

penggunaan pesawat sayap tetap, taktik


manuver dan teknik serangan menggunakan
Rotary Wing Aircraft tidak banyak perubahan,
menyesuaikan dengan jenis persenjataan yang
dibawa/digunakan untuk menghancurkan
sasaran.

8) Unmanned Combat Air Vehicles


(UCAV). Unmanned Combat Air Vehicle
(UCAV) adalah UAV bersenjata yang juga
dikenal sebagai sebuah pesawat  tempur tak
berawak.8 Pesawat jenis ini telah memiliki
kemampuan untuk menghancurkan sasaran
dengan penembakan maupun pemboman
secara langsung tertentu hingga mampu
bermanuver di udara. Pengembangan jenis
pesawat ini dilakukan oleh negara-negara
produsen pesawat tempur dari negara maju
baik berupa Fixed maupun Rotary Wing Aircraft
untuk meminimalisir jatuhnya kerugian
personel pada pertempuran yang
menggunakan pesawat udara. Teknik dan
taktik serangan pada UCAV hampir sama
dengan pesawat tempur konvensional pada
umumnya.

9) Intelligence, Surveillance, Target


Acquisition, and Reconnaissance (ISTAR).
ISTAR atau intelijen, pengamatan, akuisisi
sasaran dan pengintaian adalah suatu pesawat
8
http://www.tandef.net/perlukah-nkri-membentuk-skadron-uav-uas
19

udara yang mampu melaksanakan


penginderaan secara makroskopis yang
menghubungkan beberapa fungsi medan
pertempuran secara bersama-sama untuk
mendukung pasukan manuver dengan
memberdayakan sensor-sensor dan merangkai
informasi-informasi yang diperoleh secara
bersama-sama. Informasi-informasi tersebut
diperoleh dari medan pertempuran melalui
observasi secara sistematis yang dilaksanakan
dengan menempatkan personel-personel dan
berbagai macam sensor elektronik.
Pengamatan, akuisisi sasaran dan pengintaian
adalah metode yang digunakan untuk
memperoleh informasi-informasi tersebut.
Informasi yang diperoleh selanjutnya diberikan
kepada personel intelijen untuk dianalisa,
selain itu juga diberikan kepada Komandan
dan staf untuk memformulasikan rencana
bertempur. Intelijen adalah informasi-informasi
yang telah diproses sehingga relevan dan
memberikan kontribusi untuk mengetahui
keadaan di daratan, disposisi musuh dan
tujuan bertempur musuh. ISTAR biasanya
menggunakan pesawat bersayap tetap (fixed
wing aircraft) yang berfungsi untuk
mengintegrasikan proses intelijen dengan
pengamatan, akuisisi sasaran, dan pengintaian
dalam rangka meningkatkan kewaspadaan
20

Komandan terhadap situasi dan berpengaruh


terhadap pengambilan keputusan.9

10) Tactical/Theatre Ballistic Missiles (TBM).


Merupakan Misil yang diluncurkan dari darat
dengan menggunakan lintasan balistik.
Keunggulannya adalah dapat diluncurkan dari
jarak yang cukup jauh dari sasaran (3000 Km).
Jenis senjata ini mampu membawa hulu ledak
konvensional maupun hulu ledak nuklir. Jenis
senjata ini biasanya dimiliki negara-negara
maju untuk menghancurkan sasaran-sasaran
strategis musuh pada tahap awal suatu
serangan.

b. Dengan terbatasnya kemampuan Alutsista Meriam


23 MM/ZUR Komposit Rudal Grom serta Rudal Poprad
yang dimiliki Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya saat ini,
maka masih terdapat beberapa ancaman serangan udara
yang belum dapat dihadapi. Alutsista yang saat ini
dioperasikan Arhanud seluruhnya pada jenis jarak pendek,
baik Rudal maupun Meriam . Meriam yang dioperasikan
sebagian besar sudah belum dilengkapi sistem deteksi,
identifikasi dan penjejakan otomatis sehingga menurunkan
efektifitas Hanud. Kendala ini mengakibatkan tidak semua
ancaman serangan udara yang dapat dihadapi Arhanud.
Beberapa ancaman yang belum dapat dihadapi yaitu cruise
missile, EW dan ISTAR, RAM dan Tactical/Theatre Ballistic
Missiles (TBM). Untuk menghadapi cruise missile secara

9
http://en.wikipedia.org/wiki/Intelligence,_surveillance,_target_acquisition,_and_
reconnaissance
21

optimal diperlukan Rudal jarak sedang sebagai


penghadang awal dan C-RAM sebagai penghadang akhir.
EW dan ISTAR biasanya menggunakan pesawat yang
terbang pada ketinggian cukup tinggi hanya dapat dihadapi
dengan Alutsista Hanud jarak jauh dan sedang. Serangan
RAM hanya dapat dihadapi oleh Alutsista C-RAM.
Sedangkan TBM hanya dapat dihadapi oleh Rudal anti
Rudal balistik.

c. Lembaga pendidikan yang membentuk dan


mengembangkan kemampuan personel Denarhanud –
003/1/F Kodam Jaya adalah Pusat Pendidikan Arhanud
(Pusdikarhanud). Secara umum, Pusat Pendidikan Arhanud
(Pusdikarhanud) telah banyak mengeluarkan prajurit-prajurit
Arhanud yang profesional sesuai dengan bidang
kesenjataan Arhanud. Meskipun pada saat ditempatkan di
satuan, banyak prajurit Arhanud yang masih tidak mampu
mengoperasionalkan Alutsista sesuai instruksi urut-urutan
tindakan yang harus dilaksanakan. Hal tersebut menjadi
kontra produktif dihadapkan dengan tantangan tugas masa
kini karena sebenarnya teknologi Alutsista yang ada di
satuan Arhanud saat ini sudah sangat jauh ketinggalan.
Sementara peranan Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam
Jaya untuk melindungi obyek-obyek vital strategis dalam
rangka mendukung operasi pertahanan udara nasional
belum optimal. Bilamana personel Denarhanud – 003/1/F
Kodam Jaya masih saja belum mampu untuk
mengoperasionalkan Alutsista teknologi lama, bisa
dibayangkan bagaimana bila satuan-satuan Denarhanud –
003/1/F Kodam Jaya nantinya dilengkapi oleh Alutsista
yang memiliki teknologi lebih rumit dan canggih.
22

2.1.2. Kondisi Alat peralatan yang dimiliki Satuan Denarhanud


– 003/1/F Kodam Jaya. Sebagai gambaran jumlah dan jenis
Alutsista Arhanud yang dimiliki oleh negara-negara di Asia
Tenggara adalah sebagai berikut :

DATA ALUTSISTA ARHANUD NEGARA-NEGARA


DI ASIA TENGGARA

NO NEGARA KEKUATAN ALUTSISTA KET


ARHANUD
1 2 3 4
1. Australia 48 unit Rudal SAM, 30 unit Rudal
RBS-70, 7 unit Radar AN/TPQ dan
14 unit Radar RASIT
2. Malaysia 15 unit Rudal Rapier Jernas (Rapier
2000), 48 unit Rudal Manpads jenis
Starburst, Anza, SA-18 Grouse(Igla),
24 pck Meriam 35 mm dan 40 pck
Meriam 40 mm/L-70.
3. Singapura Rudal Mistral, RBS-70 dan SA-18
Grouse (Igla), 30 pck Mer 20 mm
GAI-C0, Radar AN/TPQ-36 dan
Radar AN/TPQ-37.
4. Philipina Nihil
5. Thailand Rudal SAM jenis STATIC Aspide,
Rudal FIM-43 Red eye dan HN-5A,
24 pck Mer 20 mm M-163 Vulcan, 30
pck Mer 40 mm M-1/M-42, 24 pck
Mer 20 mm M-167 Vulcan, 25 pck
Mer 37 mm Type 74, 28 pck Mer 40
23

mm/L-70, 24 pck Mer 57 mm/S-60,


Radar AN/TPQ-36 dan Radar
RASIT.

6. Kamboja Mer 14,5 mm ZPU, Mer 23 mm ZU-


23, Mer 37 mm M-1939 dan Mer 57
mm/S-60.
7. Laos Rudal SA-7 Grail, Mer ZSU-23-4,
Mer 14,5 mm ZPU, Mer 23 mm ZU-
23, Mer 37 mm M-1939 dan Mer 57
mm/S-60.
8. Myanmar Rudal HN-5 Hong Nu/Red Cherry,
SA-16 Gimlet, 12 Mer 57 mm Type
80 dan Meriam Towed, 24 Mer 37
mm/Type-74, 10 Mer 40 mm/M-1
9. Vietnam Rudal SA-7Grail, SA-16 Gimlet, SA-
18 Grouse (Igla), 12.000 pck Mer
terdiri dari Mer ZSU-23-4, Mer 14,5
mm, 30 mm, 37 mm, 57 mm, 85 mm,
100 mm.
10. Brunei Rudal SSM jenis Scud-B/Scud-C,
12 unit Rudal Rapier dengan
BlindFire dan 16 unit Mistral.
11. Papua Nugini Nihil
12. Timor Leste Nihil
Diambil dari Staf Litbang Pussenarhanud TNI AD.

Alat peralatan yang dimiliki Satuan Denarhanud – 003/1/F


Kodam Jaya secara umum masih belum memenuhi dan belum
dapat melindungi obyek-obyek vital strategis dalam rangka
mendukung operasi pertahanan udara nasional, karena kondisinya
24

sudah tidak relevan dengan perkembangan ilmu tehnologi dan


melindungi obyek-obyek vital strategis. Alat peralatan yang
digunakan Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya MML
Poprad : 4 unit; Meriam 23 mm/Zur komposit Rudal Grom : 12
pucuk; BCCV : 2 Unit; Radar MMSR : 1 Unit; Generator PAP-10 :
2 unit; Testing Missile : 1 unit dan 1 BCCV membawahi 6 pucuk
Meriam dengan kondisi sebagai berikut :

1. Meriam 23 mm/Zur Komposit dengan Rudal Grom.


Alutsista ini tergolong Alutsista cukup lama, merupakan
buatan Polandia dan masuk ke Indonesia pada tahun 2007.
Alutsista ini merupakan penggabungan antara Meriam dan
Rudal (Komposit) dan digunakan oleh Denarhanud –
003/1/F Kodam Jaya menggantikan Rudal Rapier yang
sudah tidak dapat dioperasionalkan. Alutsista ini dilengkapi
dengan Radar , BCCV, Generator. Mobilitas alut ini sangat
baik dimana Rudal berada di kendaraan, disamping ada
pula yang berada di Meriam . Kondisi Alutsista ini belum
sepenuhnya dapat dioperasionalkan dengan baik karena
keterbatasan di dalam latihan menggunakan sasaran udara
untuk penembakan dan terkadang masih mengalami
kerusakan terutama pada sigma. Saat ini Denarhanud –
003/1/F Kodam Jaya memiliki 4 Rudal Poprad dan 12
pucuk Meriam 23 mm/Zur komposit Rudal Grom.
Sesuai Surat Kapaldam Jaya Nomor B/765/IX/2009
tanggal 16 September 2009, Alutsista baru pengganti
Rudal Rapier yaitu Rudal Grom Komposit Meriam 23 mm
ZUR-23-2 KG sudah mengalami perbaikan dari tim teknisi
Polandia walaupun masih ada sedikit kerusakan.
25

2. Meriam 23 mm/Zur komposit Rudal Grom. Meriam


23 mm/Zur komposit Rudal Grom masuk dan mulai
digunakan di Indonesia pada tahun 1987 pada saat jaman
itu, merupakan senjata yang sangat handal karena memiliki
effektivitas perkenaan sampai 70%, Meriam ini dilengkapi
sarana pendukung lain berupa Radar MMSR sebagai
penangkap sasaran dan BCCV sebagai alat pengolah data
sasaran menjadi energi mekanik yang menggerakkan
Meriam ke arah sasaran secara elektrik, namun pada saat
ini Meriam 23 mm/Zur komposit Rudal Grom ini digerakkan
secara automatis dan manual atau disebut dengan tanpa
alat kendali tembak (AKT). Dikarenakan adanya ganggguan
sistem elektrik dan kendali tembak. Meriam 23 mm/Zur
komposit Rudal Grom yang digunakan Denarhanud-003/1/F
Kodam Jaya sebanyak 12 pucuk dengan kondisi beberapa
mengalami kerusakan diakibatkan terbatasnya suku cadang
dan kondisi Meriam yang sudah tua. Dengan kondisi
tersebut maka kemampuan satuan Denarhanud-003/1/F
Kodam Jaya dalam melindungi obyek vital di Ibukota Jakarta
menjadi tidak optimal.

3. Kendaraan Penarik. Di dalam melaksanakan


pertahanan udara terhadap obyek vital nasional strategis,
Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya memerlukan
kendaraan penarik untuk menarik Meriam dan mengangkut
personel menuju daerah gelar yang telah ditentukan. Jenis
kendaraan Meriam yang digunakan oleh Satuan
Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya terdiri dari kendaraan
truk 2,5 T Reo dan Land Rover yang digunakan untuk
menarik Meriam 23 mm/Zur komposit Rudal Grom. Kondisi
kendaraan penarik Meriam Satuan Denarhanud – 003/1/F
26

Kodam Jaya secara kuantitas masih jauh dari yang


diharapkan, dengan kondisi sebagai berikut : 10

KONDISI
NO JENIS MATERIIL SAT TOP NYATA KET
BB RR RB
1 2 3 4 5 6 7 8 9
DENRUDAL 003
1. Truk ¾ Ton Land Unit 28 28 23 5 -
Rover
2. Truk 2,5 Ton Unit 17 5 3 1 1

Dengan keadaan kondisi penarik Meriam di Satuan


Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya yang belum memenuhi
standard maka di dalam melindungi obyek-obyek vital
strategis dalam rangka mendukung operasi pertahanan
udara nasional belum dapat dilaksanakan dengan optimal
disamping itu keterbatasan kendaraan penarik Meriam
mengakibatkan kendala di dalam pelaksanaan latihan
Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya dalam
melindungi obyek-obyek vital strategis dalam rangka
mendukung operasi pertahanan udara nasional.

2.1.3. Kemampuan gelar Alutsista Denarhanud 003/1F Dam


Jaya dalam melindung Obvitnas.

10
Laporan Evaluasi Program Kerja Denarhanud-003/1/F Kodam Jaya Semester 1 TA
2012, Lampiran V Data Materiil.
27

1. Kemampuan Gelar Satbak Satuan Denarhanud –


003/1/F Kodam Jaya melindungi obyek vital nasional.
Ibukota Jakarta merupakan sentral pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan barometer
segala aspek kehidupan negara ini, hal-hal sekecil apapun
yang terjadi di Jakarta akan sangat berpengaruh terhadap
situasi Nasional dan bahkan Internasional. Dengan
perkembangan situasi Jakarta tersebut maka upaya untuk
menjaga dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi
di Jakarta diperlukan kesiapan pengamanan dan pertahanan
Wilayah dan salah satunya adalah pengamanan Obyek Vital
yang berada di Jakarta. Taktik penggelaran Satuan
Penembakan dari Satuan Arhanud dalam
menyelenggarakan pertahanan udara secara umum
menggunakan Sistem GLB dan Sistem 2/3 R, 11 demikian
juga Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya yang
berada di wilayah Ibukota Jakarta menggunakan prinsip
penggelaran yang sama, namun permasalahan yang
dihadapi adalah dengan perkembangan pembangunan yang
serba cepat dan kurang berjalannya tata ruang kota Jakarta
sebagian besar daerah sudah tertutup oleh bangunan-
bangunan sehingga tidak memenuhi dasar-dasar
penggelaran, kondisi tersebut akan menurunkan
kemampuan Gelar Satbak (Satuan Penembakan) dari
Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya dalam
melaksanakan tugas Pertahanan Udara Aktif di wilayah
Ibukota jakarta, hal tersebut terjadi karena :

a. Obyek vital di Ibu Kota jakarta yang harus


dilindungi relatif luas sedangkan kemampuan
11
Buku Prosedur Pengendalian Tempur Arhanud, Hal 24
28

Alutsista Arhanud TNI AD yang ada dalam


melaksanakan perlindungan memiliki keterbatasan
karena jumlah senjata sehingga penentuan titik gelar
tidak dapat memenuhi jarak saling Bantu.

b. Pembangunan dan perkembangan di wilayah


Jakarta yang sangat pesat memacu pembangunan
gedung-gedung bertingkat yang tinggi dan menjulang
dimana mana tanpa mengindahkan aspek tata ruang
yang direncanakan yang telah mencakup tentang
kepentingan pertahanan, terutama dalam pertahanan
udara sehingga daerah gelar tidak memenuhi syarat-
syarat daerah gelar.

c. Dengan perubahan yang sangat signifikan


tentang pembangunan gedung–gedung, saat ini
sangat sulit menemukan daerah gelar yang baik,
disamping daerah gelar tidak memenuhi lagi syarat-
syarat gelar juga daerah gelar yang dulu digunakan
saat ini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
mendirikan bangunan ataupun digunakan hal lain.

Pola Gelar Obvit Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya


29

= OBVIT BANDARA SOETTA


= OBVIT ISTANA NEGARA
= OBVIT PUSPITEK SERPONG

Ditinjau dari pelaksanaan tugas pokoknya Satuan


Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya mempunyai tugas pokok
melindungi objek vital nasional meliputi Istana Presiden,
bandara Soekarno Hatta dan Puspitek Serpong, kurangnya
dukungan anggaran yang cukup untuk pemeliharaan alat
peralatan Dearhanud 003/1F Dam Jaya, menjadikan belum
optimalnya peranan Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam
Jaya untuk melindungi obyek-obyek vital strategis,
mengingat dukungan anggaran yang ada masih terbatas
untuk pemeliharaan alat peralatan Dearhanud - 003/1F
Kodam Jaya guna mendukung operasi pertahanan udara
nasional. Serta perlunya penambahan dari sarana prasarana
sehingga dengan adanya sarana prasarana yang memadai
maka Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya mampu
melaksanakan tugas pokoknya melindungi objek vital
nasional meliputi Istana Presiden, Bandara Soekarno Hatta
dan Puspitek Serpong.

2.2. Kerangka Pemikiran.


30

Agar meningkatnya peranan Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam


Jaya untuk melindungi obyek-obyek vital strategis yang diharapkan guna
mendukung operasi Pertahahan Udara Nasional, maka Pertahanan Udara
Nasional sangat tergantung pada Alutsista Hanud beserta unsur-
unsurnya. Dalam melaksanakan tugasnya, diselenggrakan pembinaan
kekuatan dalam rangka menyiapkan kekuatan operasi termasuk
didalamnya Operasi Pertahanan Udara. Agar selalu dapat
mempertahankan kesiapan operasi yang tinggi untuk menjaga kedaulatan
Negara, maka perlu adanya suatu usaha untuk mempersiapkan struktur
kekuatan TNI dalam menghadapi tugas ke depan dihadapkan pada
luasnya wilayah NKRI menjadi salah satu faktor yang akan digunakan
oleh musuh untuk bisa menerobos pertahanan udara dan mengganggu
kedaulatan negara. Dari persepsi ancaman tersebut maka disusun
peranan peranan Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya untuk
melindungi obyek-obyek vital strategis dalam rangka mendukung operasi
pertahanan udara nasional.
Dengan latar belakang dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan
diatas, peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang peranan Satuan
Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya untuk melindungi obyek-obyek vital
strategis dalam rangka mendukung operasi Pertahanan Udara Nasional,
untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada diagram kerangka pemikiran
di bawah ini :

Gambar 2.1 (Diagram Kerangka Pemikiran)

TEORI YANG
DIGUNAKAN

PERMASALAHAN

1. KUAL TEKNOLOGI
DENARH–003/1/F DAM
JAYA DALAM
MENGHADAPI
ANCAMAN SERUD
2. KONDISI ALUT SAT
31

LATAR BELAKANG

1. MELINDUNGI OBYEK- OPTIMALISASI PERANAN


OBYEK VITAL STRATEGIS SATUAN DENARHANUD –
2. MENDUKUNG OPERASI 003/1/F KODAM JAYA
PERTAHANAN UDARA
NASIONAL
HASIL YG DICAPAI:

1. TERLINDUNGINYA OBVIT
NAS MELIPUTI ISTANA
PRESIDEN, BANDARA
SOEKARNO HATTA DAN
PENGOPTIMALAN PUSPITEK SERPONG
ALUTSISTA
1.REMATERIALISASI 2. TERDUKUNGNYA
2.UPGREDING OPERASI PERTAHAHAN
UDARA NASIONAL

2.3 Penelitian Ilmiah Terdahulu.


Dalam mengembangkan penulisan Karya Tulis Militer ini, peneliti
mendasari kepada beberapa penelitian sebelumnya, diantaranya :

2.3.1 Pengaruh kemampuan Alutsista Arhanud TNI AD dalam


rangka menghadapi serangan udara modern, 12 ditulis oleh Mayor Arh
Antonius Andre Wira Kurniawan, S.AP. Tulisan ini membahas
tentang pemanfaatan kemajuan teknologi pada sistem senjata untuk
memenangkan pertempuran telah memicu perkembangan Alutsista
Udara yang cukup signifikan karena fleksibilitas yang tinggi.
Beberapa negara maju telah mengembangkan sistem senjata udara
seperti pesawat tempur modern yang berawak maupun tidak
berawak dan peluru kendali balistik serta menguji keandalannya

12
Mayor Arh Antonius Andre Wira Kurniawan, S.AP, Karya Tulis tentang Pengaruh
kemampuan alut sista Arhanud TNI AD dalam rangka menghadapi serangan udara
modern, Seskoad 2013.
32

dalam laga pertempuran di beberapa negara yang sedang dilanda


konflik bersenjata.
Dihadapkan kepada kondisi nyata Alutsista Arhanud TNI AD
saat ini yang sudah sangat tua dan ketinggalan teknologinya
tentunya tidak dapat mengimbangi perkembangan ancaman udara
masa kini sehingga berdampak pada terbatasnya kemampuan
satuan Arhanud untuk mampu melaksanakan tugas pokoknya
memberikan perlindungan udara secara berdaya guna dan berhasil
guna. Kondisi nyata Alutsista yang ada baik Meriam maupun Rudal
Arhanud dalam keadaan tidak siap operasional, hampir sebagian
besar Alutsista Arhanud TNI AD yang dimiliki saat ini merupakan
aset lama dengan masa usia pakainya sangat tua, bahkan masih
terdapat Alutsista Arhanud dengan usia pakainya telah mencapai
lebih dari 60 tahun yang tentunya teknologinya sangat jauh tertinggal
apabila dibandingkan dengan perkembangan teknologi Alutsista
udara saat ini.
Berdasarkan salah satu tujuan (Grand Strategy) dalam
Renstra TNI Angkatan Darat sesuai dengan Renstra Kemhan dan
TNI Tahun 2010-2014 maka untuk mewujudkan Alutsista
berteknologi yang mutakhir guna mencapai Minimum Essential Force
(MEF) dilakukan pengadaan dan/atau mengganti Alutsista sesuai
skala prioritas dihadapkan kepada kemungkinan ancaman. Guna
mencapai kekuatan pertahanan negara yang berbasis kemampuan
(capability-based defence) maka pemilihan Alutsista tetap
mempertimbangkan perkembangan doktrin dan lingkungan strategis
yang terjadi. Oleh karenanya modernisasi Alutsista didasarkan
kepada beberapa pertimbangan strategis maupun taktis melalui
pengadaan baru yang sesuai dengan kriteria/standar yang
diinginkan. Alutsista Arhanud yang dibutuhkan saat ini adalah
sistem senjata yang berteknologi tinggi memiliki kemampuan cepat
tembak tinggi, Kill Probability tinggi, jarak tembak efektif yang relatif
33

jauh dan mampu menembak sasaran pada ketinggian sangat rendah


sampai dengan rendah sesuai perkembangan ancaman serangan
udara saat ini.

2.3.2 Orasi ilmiah Dies Natalis ke-9 Universitas Pertahanan, oleh :


Laksamana Muda TNI Dr. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., D.E.S.D.
Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan tentang Modernisasi Sistem
Pertahanan Udara TNI melindungi keutuhan wilayah dan kedaulatan
NKRI,13 dalam orasinya menyampaikan lingkungan strategis di
kawasan Indo-Pasifik semakin dinamis. Pengembangan kekuatan
udara menjadi salah satu aspek yang “diperlombakan” di kawasan
Indo-Pasifik. Matra udara sangat strategis untuk memudahkan
dimenangkannya peperangan sehingga semakin banyak negara
yang meningkatkan kekuatan militernya di bidang ini. Akuisisi
pesawat tempur canggih dan proliferasi senjata nuklir, Rudal
balistik, dan Rudal jelajah semakin tinggi di kawasan Indo-Pasifik.
Kondisi ini bisa dinilai suatu potensi power imbalance dari perspektif
Indonesia sehingga menimbulkan kerentanan sistem pertahanan
negara dari ancaman serangan udara yang semakin modern, efektif,
dan mematikan. Oleh karena itu, dibutuhkan pembangunan atau
measurement pada postur kekuatan TNI khususnya di bidang sistem
pertahanan udara agar dapat lebih responsif dan mampu untuk
melindungi kedaulatan dan pertahanan negara dari ancaman udara.
Guna meningkatkan kemampuan sistem deteksi, tracking,
dan identifikasi ancaman udara yang terintegrasi, perlu dilakukan
langkah sebagai berikut: 1) Ditambahkannya jumlah Radar di
bawah Kohanudnas untuk meningkatkan wilayah pantauan Radar .
Akuisisi aset deteksi berbasis udara bersifat mobile seperti Airborne
Early Warning Aircraft untuk TNI AU, serta mobile Radar untuk TNI
13
Laksamana Muda TNI Dr. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., D.E.S.D, Orasi Ilmiah
tentang Karya Tulis tentang Modernisasi Sistem Pertahanan Udara TNI melindungi
keutuhan wilayah dan kedaulatan NKRI, Unhan 2018.
34

AU dan TNI AD. Kapal perang dengan kemampuan deteksi udara


kawasan untuk TNI AL juga perlu dilakukan untuk memaksimalkan
pantauan Radar atas wilayah udara seluruh perairan nasional. 2)
Agar mampu secara efektif mendeteksi obyek dan ancaman di
udara, Kohanudnas harus memiliki Radar yang berjangkauan lebih
luas misalnya Radar berjenis Over The Horizon (OTH) yang mampu
menjangkau hingga ribuan kilometer. Radar jenis ini sebaiknya
dioperasikan di titik-titik terluar strategis seperti Aceh, Padang/Pulau
Siberut, Lampung, Yogyakarta, Kupang, Merauke, Biak, Morotai,
Tarakan, Pekanbaru, dan tentunya Pulau Natuna yang sistemnya
wajib dibuat terintegrasi secara nasional. Tujuannya adalah agar
Kohanudnas mampu sejauh, Modernisasi Sistem Pertahanan Udara
TNI. Melindungi Keutuhan Wilayah dan Kedaulatan NKRI dan sedini
mungkin mendeteksi ancaman udara yang akan masuk ke
Indonesia.

Dari kedua tulisan tersebut, pada umumnya menjelaskan dihadapkan


kepada kondisi nyata Alutsista Arhanud TNI AD saat ini yang sudah
sangat tua dan ketinggalan teknologinya tentunya tidak dapat
mengimbangi perkembangan ancaman udara masa kini sehingga
berdampak pada terbatasnya kemampuan satuan Arhanud untuk mampu
melaksanakan tugas pokoknya memberikan perlindungan udara secara
berdaya guna dan berhasil guna. Kondisi nyata Alutsista yang ada baik
Meriam maupun Rudal Arhanud dalam keadaan tidak siap operasional,
hampir sebagian besar Alutsista Arhanud TNI AD yang dimiliki saat ini
merupakan aset lama dengan masa usia pakainya sangat tua, bahkan
masih terdapat Alutsista Arhanud dengan usia pakainya telah mencapai
lebih dari 60 tahun yang tentunya teknologinya sangat jauh tertinggal
apabila dibandingkan dengan perkembangan teknologi Alutsista udara
saat ini.
35

36

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian.


Pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
pendekatan metode kualitatif. Penggunaan metode ini bertujuan untuk
36

mendapatkan data yang mendalam, yaitu data yang sebenarnya atau data
yang mengandung makna, data tersebut bersifat pasti yang merupakan
suatu nilai dibalik data yang tampak. Generalisasi dalam penelitian
kualitatif ini termasuk transferability artinya hasil penelitian tersebut dapat
digunakan di Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya, manakala Denarhanud
– 003/1/F Kodam Jaya tersebut memiliki karakteristik wilayah yang tidak
jauh berbeda. Penelitian yang akan dilakukan peneliti di wilayah
Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya ini menggunakan metode kualitatif
guna melihat dan meneliti kondisi obyek secara alamiah. Teknik
pengumpulan data akan dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan),
analisis data yang diterapkan bersifat induktif, dan hasil yang diperoleh
dari penelitian selama di lapangan diarahkan untuk mendapatkan makna.

3.2 Data, Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data.

3.2.1. Data Primer.


Data yang diperoleh langsung, dari narasumber tanpa
perantara dalam penelitian kualitatif disebut dengan (key informan).
Berupa kata-kata, pokok-pokok isi pembicaraan key informan
dipandu dengan panduan wawancara dan hasil pengamatan
terhadap fenomena-fenomena yang diteliti yang terjadi di lapangan.
Berkaitan dengan penelitian ini maka, teknik pengambilan Key
informan dengan cara : “Purposive sampling yaitu dalam
menentukan informan dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.
Pertimbangan yang dimaksud adalah bahwa informan yang akan
dijadikan sumber data penelitian sangat paham dan menguasai
permasalahan sesuai tujuan36penelitian atau pejabat yang menjabat
pada bidang tersebut. Selanjutnya data yang diperoleh dari
informan kemudian dikumpulkan menjadi satu informasi yang saling
terkait “ (Sugiono, 2009 : 219).
37

Dalam penelitian ini terdapat beberapa pihak yang dianggap


penting untuk dijadikan sumber informasi. Dengan demikian
adapun key informan yang peneliti wawancarai dan diminta
keterangannya secara mendalam yang berhubungan dengan
penelitian ini adalah terhadap Stakeholder yang terkait di
Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya.

3.2.2. Data Sekunder.


Data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya.
Data yang diperoleh dengan mengadakan pencatatan, pengamatan
dan pengkajian terhadap dokumen-dokumen yang mendukung
penelitian ini. Jenis data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini
adalah data yang diperoleh dari hasil telaah dokumen.

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data.

1. Teknik pengamatan atau observasi. Yaitu peneliti


melakukan pengamatan dilapangan dan pencatatan
langsung secara sistimatis terhadap gejala atau fenomena
yang diselidiki. Untuk menjaga orisinilitas dan akurasi data
yang diperoleh di lapangan. Metode observasi ini, dapat juga
dilakukan seorang peneliti dengan menyiapkan seperangkat
instrumen penelitian, yang dikenal dengan “Checklist
observation”.

2. Teknik wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti


melakukan pengumpulan data primer dan data sekunder
yang terkait dengan objek penelitian. Data primer diperoleh
dengan teknik wawancara yang merupakan pembicaraan
dengan nara sumber dengan tujuan memperoleh informasi
sehingga dapat digunakan menjadi data bagi penelitian.
38

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian


terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh
sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara mendalam (in–depth
interview), yaitu proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang
yang diwawancarai, dengan menggunakan pedoman (guide)
wawancara.
Esterberg dalam (sugiyono :2010:72) mendefinisikan
interview sebagai berikut “a meeting of two persons to
exchange information and idea throught question and
responses, resulting in communication and joint construction
of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dilakukan
terhadap Stakeholder yang terkait di Denarhanud – 003/1/F
Kodam Jaya.

3. Teknik dokumentasi. Teknik ini dipergunakan untuk


mengumpulkan sejumlah data sekunder dengan membaca,
mempelajari dan menganalisa berbagai dokumen yang
relevan dengan obyek penelitian baik berupa buku-buku,
tulisan-tulisan, berita, data statistik, peraturan perundang-
undangan, dokumen-dokemunen resmi, dan laporan hasil
kerja serta hasil penelitian yang materi dan isinya berkaitan
dengan masalah yang diteliti.

4. Teknik triangulasi. Proses Triangulasi sebagai proses


elaborasi, sebagai berikut :
39

1) Observasi    = Minimal  9 – 10  kali.


2) Wawancara = Minimal  5 – 6  kali.
3) Dokumentasi = Minimal  4 – 5 macam.

3.2.3. Sumber Data.


Data adalah sesuatu yang nyata, fakta mengenai objek yang
dapat mengurangi derajat ketidakpastian tentang suatu keadaan
atau kejadian (Kristanto, Pengertian tentang data, 2004, p. 4). Data
juga diterjemahkan sebagai sebuah sumber yang harus diolah dan
dikendalikan agar dapat dibentuk menjadi sesuatu yang lebih
berguna dan bermanfaat (L. Whitten Jeffery, 2004). Data yang ingin
diperoleh peneliti dalam kegiatan penelitian ini adalah data dan
fakta di lapangan serta faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan optimalisasi Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam
Jaya dalam rangka mendukung Operasi Pertahanan Udara
Nasional.
Sumber data yang dilibatkan dalam penelitian ini terdiri dari
sumber primer dan sekunder. Sumber primer dalam penelitian ini
adalah Stakeholder yang terkait di Denarhanud – 003/1/F Kodam
Jaya, meliputi : Komandan Detasemen / Wakil Komandan
Detasemen, Komandan Baterai, Pasipamops, Komandan Peleton,
Operator Rudal Poprad, Operator Radar MMSR dan Awak Pucuk
Meriam 23 mm/Zur komposit Rudal Grom. Sumber sekunder yang
digunakan sebagai sumber data penelitian didapatkan melalui
telaahan dokumen yang terkait dengan objek penelitian yang akan
dilaksanakan.

3.3. Analisis Data.

3.3.1. Redukasi Data.


40

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan


perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan (Miles dan
Huberman (1992:16). Langkah-langkah yang dilakukan adalah
menajamkan analisis, menggolongkan atau pengkategorisasian ke
dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data
sehingga dapat ditarik dan diverifikasi.
Data yang di reduksi antara lain seluruh data mengenai
permasalahan penelitian. Data yang di reduksi akan memberikan
gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah peneliti
melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data
tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di
lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, semakin
kompleks dan rumit. Oleh karena itu, reduksi data perlu dilakukan
sehingga data tidak bertumpuk agar tidak mempersulit analisis
selanjutnya.

3.3.2. Penyajian Data.


Setelah data di reduksi, langkah analisis selanjutnya adalah
penyajian data. Penyajian data merupakan sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. (Miles dan
Huberman, 1992 : 17). Penyajian data diarahkan agar data hasil
reduksi terorganisaikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga
makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori serta
diagram alur. Penyajian data dalam bentuk tersebut mempermudah
peneliti dalam memahami apa yan terjadi. Pada langkah ini, peneliti
berusaha menyusun data yang relevan sehingga informasi yang
41

didapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu untuk menjawab


masalah penelitian.
Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting
menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Dalam
melakukan penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan
secara naratif, akan tetapi disertai proses analisis yang terus
menerus sampai proses penarikan kesimpulan. Langkah berikutnya
dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan
berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data.

3.3.3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan.


Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari
semua data yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian.
Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari
atau memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan,alur
sebab akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penarikan
kesimpulan terlebih dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data
serta penarikan kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-kegiatan
sebelumnya. Sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman,
proses analisis tidak sekali jadi, melainkan interaktif, secara bolak-
balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah
melakukan verifikasi maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan
hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan
kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data.
Penarikan kesimpulan ini merupakan tahap akhir dari pengolahan
data.

3.4. Sistematika Penulisan.

3.4.1. Bab I. Pendahuluan.


42

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang latar


belakang, Rumusan Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian serta
Manfaat Penelitian.

3.4.2. Bab II. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran.


Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang tinjauan
pustaka yang berisikan tentang konsep/teori yang terkait dengan
masalah penelitian, serta kerangka pemikiran yang merupakan
hipotetikal atau asumsi yang dirumuskan peneliti berdasarkan
konsep/teori yang diuraikan di tinjauan pustaka.

3.4.3. Bab III. Metode Penelitian.


Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang disain
penelitian yang berisikan data, teknik pengumpulan data dan
sumber data, analisis data, sistematika penulisan serta lokasi dan
jadwal penelitian.

3.4.4. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan.


Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang hasil
penelitian mencangkup uraian hasil analisis data yang telah
disistematiskan dan diarahkan untuk mengungkap berbagai fakta.
Kemudian membahasa penjelasan mengenai hasil penelitian yang
telah dilaksanakan.

3.4.5. Bab V. Pemecahan Masalah.


Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang Model
pemecahan masalah yang digunakan berupa analisis SWOT serta
gagasan inovatif.

3.4.6. Bab VI. Penutup.


43

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang hasil


kesimpulan dari hasil pelaksanaan penelitian berikut saran dan
masukan.

3.5. Lokasi dan Jadwal Penelitian.

3.5.1. Lokasi Penelitian.


Penelitian dilaksanakan di Denarhanud – 003/1/F Kodam
Jaya.

3.5.2. Jadwal Penelitian.

Tabel 3.2. (Jadwal Penelitian)

N KEGIATAN BULAN
O FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP
44

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Studi Pendahuluan
2 Studi Kepustakaan
3 Membuat KUP
4 Pengajuan KUP
5 Pengumpulan Data
(Observasi, Wawan-
cara dan
Dokumentasi)
6 Pengolahan Data
7 Analisis Data
8 Menyusun Laporan
9 Konsultasi Bimbingan
10 Revisi – revisi
11 Sidang Karlismil

Lampiran :
A. Daftar Pustaka.
B. Pedoman Wawacara.

45

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian.

4.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian dan informan.


45

Penelitian dilaksanakan di Denarhanud – 003/1/F Kodam


Jaya yang merupakan bagian dari satuan Arhanud yang berada
dibawah Resimen Arhanud-1/Faletehan Kodam Jaya, dimana
membawahi juga Yonarhanudse-6 dan Yonarhanudse-10.
Denarhanud Rudal - 003/1/F Dam Jaya dibentuk berdasarkan
Surat Perintah Kasad Nomor Sprin/607/IV/1988 tanggal 21 April
1988 tentang pembentukan Organisasi Denarhanud Rudal - 003
Dam Jaya. Setahun kemudian dikeluarkan Surat perintah Kasad
Nomor Sprin/444/II/1989 tanggal 1 Maret 1989 tentang persiapan
untuk peresmian berdirinya Denarhanud Rudal - 003/1/F Dam Jaya
Organik Menarhanud 1 Dam Jaya.
Denarhanud Rudal 003/1/F Dam Jaya memiliki tugas pokok
menyelenggarakan pertahanan udara aktif untuk melindungi obyek
vital nasional yang ada di wilayah Kodam Jaya, yaitu: Istana
Negara, Jakarta; Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang; dan Pusat
Penelitian Ilmu dan Teknologi (Puspitek), Serpong, Tangerang.
Dengan cara penghancuran atau mengurangi serangan udara
musuh, berupa pesawat terbang, peluru balistik ataupun peluru
kendali (Rudal ).
Dalam penelitian ini penulis menetapkan beberapa
narasumber / informan diantaranya dapar dilihat pada tabel
dibawah ini

Tabel 4.1.
Daftar Nama Narasumber / Informan

No Nama Jabatan
Kapten Arh Rizky Electrika Saptian
1. Wadanden
Saputra
46

Arhanud – 003/1/F
Danrai B
2. Kapten Arh Nanang Imam Saputra
Denarh-003/1/F
Danton Har
3. Letda Arh Muhamad Jafar, S.A.P.
Arhanud – 003/1/F

Babak Satbak – 1 Ton


4. Sertu Ardo Irvan Nur Cahyo
Rudal Arhanud – 003/1/F

Operator Radar MMSR


5. Sertu Novi Purnama Mulid
Arhanud – 003/1/F

Babak Cuk 2 Ton 1 Rai A


6. Serda Syahrial Anggara Putra
Arhanud – 003/1/F

4.1.2. Deskripsi hasil wawancara dengan informan.

1. Kualitas Teknologi Alutsista yang dimiliki Satuan


Denarhanud – 003/1/F Kodam.
Sumber ancaman (The source of the threat) terhadap
“Keamanan Nasional” menjadi semakin luas, bukan hanya
meliputi ancaman dari luar (external threat) atau ancaman
dari dalam (internal threat), akan tetapi juga ancaman
azimutal yang bersifat global dari segala arah dan berbagai
aspek, tanpa bisa dikategorikan sebagai ancaman yang
datang dari luar atau dari dalam. Seirama dengan sumber
ancaman tersebut, hakikat ancaman (The nature of the
threat) berubah menjadi multi dimensional dan multi
kompleks.
Perkembangan Alutsista udara saat ini dapat berupa
pesawat dan helikopter yang diawaki dan dilengkapi dengan
47

senjata Rudal jarak pendek, menengah dan jarak jauh yang


mudah dioperasionalkan, memiliki daya hancur besar,
tingkat akurasi tinggi dan tidak mudah dideteksi oleh Radar
karena memiliki bidang tangkapan Radar (Radar Cross
Section) yang sangat kecil. Dengan terbatasnya kemampuan
Alutsista Meriam 23 MM/ZUR Komposit Rudal Grom serta
Rudal Poprad yang dimiliki Denarhanud – 003/1/F Kodam
Jaya saat ini, maka masih terdapat beberapa ancaman
serangan udara yang belum dapat dihadapi. Kualitas
Alutsista yang saat ini dioperasikan Arhanud seluruhnya
pada jenis jarak pendek, baik Rudal maupun Meriam .

Hasil wawancara dan diskusi dengan Wadanden


Arhanud – 003/1/F Kapten Arh Rizky Electrika Saptian
Saputra menyatakan bahwa :

“Kemampuan ancaman udara saat ini bisa terjadi


kapan saja, darimana saja dan dari negara yang secara
politik bersebrangan dengan negara kita kekuatan serangan
udara belum kita ketahui, namun kita harus siap menghadapi
kemungkinan yang paling buruk sekalipun”

“Alutsista yang ada tidak mampu menghadapi


ancaman udara yang berkembang saat ini karena Alutsista
yang kita miliki sudah tidak relevan baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya.”

Selanjutnya terkait kualitas Alutsitsa yang dimiliki


Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam, menurut hasil
wawancara dan diskusi dengan Danrai B Denarh-003/1/F
Kapten Arh Nanang Imam Saputra menyatakan bahwa :
48

“Untuk perlatan yang ada khususnya kualitas Alutsista


di satuan kami dihadapkan dengan tugas pokok kami dalam
melindungi 3 obyek vital negara, sangat tidak mumpuni,
terutama dari jarak capai yang hanya mencapai 5 km,
dihadapkan dengan kemajuan teknologi dan wahana udara
yandg ada saat ini, Alutsista yang kami miliki sudah tidak
efektif lagi dalam melaksanakan perlindungan udara.”

“Menurut saya kualitas Alutsista yang cocok untuk


menggantikan Alutsista yang ada, adalah Rudal yang
bersifat manpads, sehingga dapat digelar secara cepat dan
dapat digelar di medan-medan yang sulit ditempuh oleh
kendaraan contohnya Rudal LGLA-A buatan rusia yang
telah teruji kemampuannya”.

Dari hasil wawancara tersebut, penulis mencoba


membandingkan dengan pernyataan dari narasumber /
informan Staf dan Komandan Satuan Bawah, sebagai
berikut :

Hasil wawancara dan diskusi dengan Babak Satbak –


1 Ton Rudal Sertu Ardo Irvan Nur Cahyo menyatakan bahwa
:

“Alat dukung Rudal yang sudah ada di Denarhanud


merupakan Alutsista TNI AD, merupakan alat dukung Rudal
TNI AD jumlahnya 1 alat yaitu Radar MMSR”.

Hasil wawancara dan diskusi dengan Operator Radar


MMSR Sertu Novi Purnama Mulid menyatakan bahwa :
49

“Radar MMSR yang ada di satuan Denarhanud-


003/1/F merupakan Alutsista TNI AD, untuk alat yang dimiliki
satuan Denarhanud - 003 yaitu 1 Radar MMSR, 2 BCCV, 12
Meriam 23 mm ZUR dan 4 satbak Rudal Poprad”
Hasil wawancara dan diskusi dengan Babak Cuk 2
Ton 1 Rai A Sertu Syahrial Anggara Putra menyatakan
bahwa :

“Alat dukung termasuk satu bagian dengan Alutsista


TNI AD di Denarhanud 003 terdapat alat dukung Meriam
berupa 1 unit MMSR dan 2 unit BCCV dan setuju, karena
berfungsi vital dan merupakan suatu satuan tembak dalam
penggelaran Alutsista ”.

2. Kondisi Alat peralatan yang dimiliki Satuan


Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya.
Alat peralatan yang dimiliki Satuan Denarhanud –
003/1/F Kodam Jaya secara umum masih belum memenuhi
dan belum dapat melindungi obyek-obyek vital strategis
dalam rangka mendukung operasi pertahanan udara
nasional, karena kondisinya sudah tidak relevan dengan
perkembangan ilmu tehnologi dan melindungi obyek-obyek
vital strategis. Alat peralatan yang digunakan Satuan
Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya MML Poprad : 4 unit;
Meriam 23 mm/Zur komposit Rudal Grom : 12 pucuk; BCCV
: 2 Unit; Radar MMSR : 1 Unit; Generator PAP-10 : 2 unit;
Testing Missile : 1 unit dan 1 BCCV membawahi 6 pucuk
Meriam .
50

Hasil wawancara dan diskusi dengan Wadanden


Arhanud – 003/1/F Kapten Arh Rizky Electrika Saptian
Saputra menyatakan bahwa :

“Alutsista yang ada di satuan saat ini sudah tidak


relevan baik dari segi kualitas maupun kuantitas,
persenjataan yang kemampuannya jauh tertinggal dengan
teknologi persenjataan yang berkembang saat ini dan di lain
pihak persenjataan yang kita miliki saat ini sering mengalami
kerusakan baik disebabkan karena tidak adanya teknisi yang
profesional dan minimnya suku cadang yang tersedia”

“Kemampuan Alutsista yang dimiliki satuan inii sudah


tidak efektif untk mengatasi ancaman serangan udara yang
berkembang saat ini sehingga diperlukan modernisasi
Alutsista yang sudah jauh lebih modern serta penigkatan
sumber daya manusia prajurit arhanud.”

“Alutsista yang ada tidak mampu menghadapi


ancaman udara yang berkembang saat ini karena Alutsista
yang kita miliki sudah tidak relevan baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya.”

Selanjutnya terkait kondisi Alutsitsa yang dimiliki


Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam, menurut hasil
wawancara dan diskusi dengan Danrai B Denarh-003/1/F
Kapten Arh Nanang Imam Saputra menyatakan bahwa :
“Kondisi kemampuan Alutsista baterai Denarhanud-
003/1/F dapat tercapai dengan penugasan teknologi
informasi dan kondisi alat peralatan namun didukung dengan
Alutsista yang memadai pula.”
51

“Untuk perlatan yang ada khususnya kualitas Alutsista


di satuan kami dihadapkan dengan tugas pokok kami dalam
melindungi 3 obyek vital negara, sangat tidak mumpuni,
terutama dari jarak capai yang hanya mencapai 5 km,
dihadapkan dengan kemajuan teknologi dan wahana udara
yandg ada saat ini, Alutsista yang kami miliki sudah tidak
efektif lagi dalam melaksanakan perlindungan udara.”

“Menurut saya kualitas Alutsista yang cocok untuk


menggantikan Alutsista yang ada, adalah Rudal yang
bersifat manpads, sehingga dapat digelar secara cepat dan
dapat digelar di medan-medan yang sulit ditempuh oleh
kendaraan contohnya Rudal LGLA-A buatan rusia yang telah
teruji kemampuannya”.

Hasil wawancara dan diskusi dengan Danton Har


Denarh-003/1/F Letda Arh Muhamad Jafar, S.A.P.
menyatakan bahwa :

“Alutsista yang digunakan secara umum kondisinya


sudah tidak relevan dengan perkembangan ilmu tehnologi
dan perkembangan ancaman. Alutsista yang digunakan
satuan Arhanud Kodam Jaya terdiri dari Sista Meriam
57mm S-60 tanpa AKT, Sista Meriam 57mm S-60 Retrofit
dan Sista Meriam Udara 23 mm/Zur Komposit dengan
Rudal Grom.

“Potensi kendala yang akan dihadapi adalah dalam


pemeliharaan alat perlatan senjata tersebut karena dalam
suku cadang yang terbatas dan tenaga ahli yang belum
52

memadai sehingga pemeliharaan akan menjadi kendala


kedepan”

“Untuk anggaran kami belum tau, tapi dengan


penyediaan suku cadang dan tenaga ahli yang memadai
akan memberikan peralatan senjata tersebut berfungsi
dengan maksimal dan baik dalam mendukung operasional
dalam latihan-latihan yang akan dilaksanakan dan masa
pakai lebih lama.”.

Dari hasil wawancara tersebut, penulis mencoba


membandingkan dengan pernyataan dari narasumber /
informan Staf dan Komandan Satuan Bawah, sebagai
berikut :

Hasil wawancara dan diskusi dengan Babak Satbak –


1 Ton Rudal Sertu Ardo Irvan Nur Cahyo menyatakan
bahwa :

“Setuju, alat dukung Rudal ditetapkan sebagai


Alutsista TNI AD karena membantu alat operasional dalam
latihan”

“Pemanfaatan alat pendukung Rudal di satuan


arhanud saat ini adalah sebagai alat pendeteksi arah jumlah
pesawat.”.

Hasil wawancara dan diskusi dengan Operator Radar


MMSR Sertu Novi Purnama Mulid menyatakan bahwa :
53

“Untuk kondisi Radar MMSR yang sekarang dimiliki


satuan Denarhanud-003/1/F sudah tidak memenuhi syarat
untuk mendukung tugas prajurit arhanud di era sekarang,
tetapi apabila ada Alutsista Radar yang memiliki
kemampuan yang melebihi Radar MMSR dan bisa
mendukung tugas prajurit arhanud mungkin bisa menjadi
saran untuk diajukan, sperti Radar jenis Weibel, Radar ini
memiliki daya tangkap dan mampu mengidentifikasi target
bergerak di wilayah udara yang terbang tanpa transponden
dengan radius 300 km”

Hasil wawancara dan diskusi dengan Babak Cuk 2


Ton 1 Rai A Sertu Syahrial Anggara Putra menyatakan
bahwa :

“Siap perlu, untuk menunjang kegiatan-kegiatan


latihan peleton, baterai maupun drill komplek”

“Alat dukung termasuk satu bagian dengan Alutsista


TNI AD di Denarhanud 003 terdapat alat dukung Meriam
berupa 1 unit MMSR dan 2 unit BCCV dan setuju, karena
berfungsi vital dan merupakan suatu satuan tembak dalam
penggelaran Alutsista”.

“Memanfaatkan peralatan atau perlengkapan baru


untuk mendukung tugasnya di lapangan : Sangat setuju,
karena peremajaan Alutsista serta alat pendukungnya dapat
meningkatkan keefektifan serta kesiapan satuan”

“Untuk saat ini alat pemanfaatan alat dukung Meriam


kurang maksimal, dikarnakan jika ada kerusakan dan spare
54

part di datangkan dari luar negeri dan kita belum bisa


memperbaiki”.

3. Kemampuan gelar Alutsista Denarhanud-003/1F Dam


Jaya dalam melindung Obvitnas.
Ditinjau dari pelaksanaan tugas pokoknya Satuan
Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya mempunyai tugas pokok
melindungi objek vital nasional meliputi Istana Presiden,
bandara Soekarno Hatta dan Puspitek Serpong, kurangnya
dukungan anggaran yang cukup untuk pemeliharaan alat
peralatan Dearhanud 003/1F Dam Jaya, menjadikan belum
optimalnya peranan Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam
Jaya untuk melindungi obyek-obyek vital strategis,
mengingat dukungan anggaran yang ada masih terbatas
untuk pemeliharaan alat peralatan Dearhanud - 003/1F
Kodam Jaya guna mendukung operasi pertahanan udara
nasional. Serta perlunya penambahan dari sarana prasarana
sehingga dengan adanya sarana prasarana yang memadai
maka Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya mampu
melaksanakan tugas pokoknya melindungi objek vital
nasional meliputi Istana Presiden, Bandara Soekarno Hatta
dan Puspitek Serpong.
Ibukota Jakarta merupakan sentral pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan merupakan
barometer segala aspek kehidupan negara ini, hal-hal
sekecil apapun yang terjadi di Jakarta akan sangat
berpengaruh terhadap situasi Nasional dan bahkan
Internasional. Dengan perkembangan situasi Jakarta
tersebut maka upaya untuk menjaga dan mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan terjadi di Jakarta diperlukan kesiapan
pengamanan dan pertahanan Wilayah dan salah satunya
55

adalah pengamanan Obyek Vital yang berada di Jakarta.


Taktik penggelaran Satuan Penembakan dari Satuan
Arhanud dalam menyelenggarakan pertahanan udara secara
umum menggunakan Sistem GLB dan Sistem 2/3 R,
demikian juga Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya
yang berada di wilayah Ibukota Jakarta menggunakan
prinsip penggelaran yang sama, namun permasalahan yang
dihadapi adalah dengan perkembangan pembangunan yang
serba cepat dan kurang berjalannya tata ruang kota Jakarta
sebagian besar daerah sudah tertutup oleh bangunan-
bangunan sehingga tidak memenuhi dasar-dasar
penggelaran, kondisi tersebut akan menurunkan
kemampuan Gelar Satbak (Satuan Penembakan) dari
Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya dalam
melaksanakan tugas Pertahanan Udara Aktif di wilayah
Ibukota jakarta.

Hasil wawancara dan diskusi dengan Wadanden


Arhanud – 003/1/F Kapten Arh Rizky Electrika Saptian
Saputra menyatakan bahwa :

“Kondisi saat ini wilayah Jakarta sudah padat


penduduk sehingga lahan–lahan gelar sudah tidak
memungkinkan lagi maka kita harus meiliki jenis
persenjataan yang harus bisa disesuaikan dengan kondisi
medan dan mobilitas yang ada di Jakarta dan sekitarnya”

“Obyek vital yang menjadi tugas pokok satuan ini


belum dapat tercover karena dengan minimnya Alutsista
persenjataan yang dimilki satuan tidak mencukupi untuk
melindungi obyek vital yang berada di 3 tempat, Alutsista
56

yang dimiliki satuan hanya mampu melindungi satu obyek


vital apalagi dengan kondisi Alutsista yang dimiliki banyak
kendala atau rusak ”

“Gelar arhanud yang ideal kita laksanakan dengan


meningkatkan jumlah Alutsista dan kulaitas Alutsista yang
lebih modern di kaitkan dengan pola gelar Alutsista arhanud
yang melindungi obyek vital dari segala arah.”

“Satuan ini melaksanakan gelar pertahanan udara


yang dilaksanakan oleh Kohanudnas di bawah pimpinan
Pangkohanudnas yang bermarkas di Halim, latihan ini diikuti
oleh 3 matra baik dari TNI AD, AL, dan AU, satuan ini
bertugas mengamankan obyek vital seperti Istana Negara,
Bandara Soekarno Hatta dan Puspitek Serpong.”

Selanjutnya terkait gelar Alutsitsa yang dimiliki Satuan


Denarhanud – 003/1/F Kodam, menurut hasil wawancara
dan diskusi dengan Danrai B Denarhanud-003/1/F Kapten
Arh Nanang Imam Saputra menyatakan bahwa :

“Untuk menigkatkan kemapuan satuan baterai kami,


maka harus dimulai dari penigkatan kemampuan awak dan
kemampuan personel dalam melaksanakn tugas pokoknya
sesuai dengan jabatan yangia duduki, sehingga prajurit
tersebut tau harus berbuat apa didalam melaksanakan
tugasnya, sehingga apabila tiap personel telah dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik maka kemampuan
baterai pun meningkat.”
57

Hasil wawancara dan diskusi dengan Danton Har


Denarh-003/1/F Letda Arh Muhamad Jafar, S.A.P.
menyatakan bahwa :

“Kategori mampu, dimana personel dalam peleton


sudah dapat mengoperasikan senjata dan drill dengan baik
dan benar”

“Untuk kemampuan dari pesonel yang mengawaki


Radar MMSR terkendala dari kemampuan untuk mengatasi
apabila ada kerusakan ringan selain karena awak Radar
MMSR hanya sebatas pengguna tetapi pada saat ada
perbaikan dari pihak teknisi Polandia, awak Radar MMSR
tidak diberitau bagaimana cara mengatasi kerusakan di
Radar MMSR tersebut”.

“Untuk tingakat keamanan penggunaan alat dukung


Radar MMSR sebagai taktik peleton sangat tidak
mendukung atau kurang karena untuk operasional Radar
MMSR sendiri kurang maksimal dan banyak komponen-
komponen Radar MMSR yang rusak setelah perbaikan dari
teknisi Polandia dan operator Radar MMSR sendiri tidak
tahu dan tidak paham mengenai hal itu”.

“Sudah, karena dalam setiap latihan drill setiap


anggota disampaikan tentang alat peralatan senjata yang
kami miliki, baik itu ketentuan umum maupun ketentuan
teknik senjata itu dan juga untuk para bintara-bintara pelatih
pun sudah mampu menguasai senjata tersebut dengan baik”
58

“Sudah ada, bujuk yang diperoleh buat satuan-satuan


maupun bujuk yang diperoleh di Lemdik oleh bintara-bintara
yang sudah melaksanakan kursus atau spesialisasi dari
senjata yang ada di satuan”

“Anggaran dari TNI AD untuk menyelenggarakan


latihan penggunaan alat dukung Meriam 23 mm/Zur ada
dukungan berupa uang makan serta uang saku”

Dari hasil wawancara tersebut, penulis mencoba


membandingkan dengan pernyataan dari narasumber /
informan Staf dan Komandan Satuan Bawah, sebagai
berikut :

Hasil wawancara dan diskusi dengan Babak Satbak –


1 Ton Rudal Sertu Ardo Irvan Nur Cahyo menyatakan bahwa
:

“Ya, perlu perubahan taktik dengan perkembangan


kemajuan tekonologi pada zaman saat ini untuk bentuknya
adalah pola gelar dan mengganti Alutsista supaya arhanud
kedepan menjadi lebih kuat dan modern”

Hasil wawancara dan diskusi dengan Operator Radar


MMSR Sertu Novi Purnama Mulid menyatakan bahwa :

“Radar MMSR sendiri tidak memiliki kemampuan


mendeteksi lawan atau kawan (IFF) selain itu dari kondisi
daya tangkap Radar MMSR yang sering mengalami
gangguan/kerusakan dari komponen komponen Radar
59

MMSR sehingga untuk pengoperasian Radar MMSR sendiri


tidak bisa maksimal”

“Dengan kondisi Radar MMSR yang mengalami


kerusakan ringan saat tidak mendukung kinerja dari prajurit
arhanud khususnya prajurit Denarhanud-003 dalam
menjalankan tugasnya yaitu melindungi objek vital di wilayah
sekitar Satuan Denarhanud-003”

“Dalam latihan militer untuk pengoperasian Radar


MMSR ada SOP nya”

Hasil wawancara dan diskusi dengan Babak Cuk 2


Ton 1 Rai A Sertu Syahrial Anggara Putra menyatakan
bahwa :

“Siap perlu karena kondisi Alutsista yang kita punya


kalah teknologi denga negara lain serta perubahan pola
gelar untuk satbak sudah tidak sesuai dengan
perkembangan zaman kendala dari banyaknya obvit yang
harus dijaga, sedangkan daya tangkap sasaran dari Radar
yang kita punya masih kurang maksimal serta perlunya
pergantian Alutsista dikarenakan usia sudah lebih 12 tahun”

“Siap ada, kita sesuai modul latihan seperti model


lattis dan latihan UST”

“Siap, kurikulum dari ops yang mengatur giat latihan-


latihan dan yang menyiapkan rengar dan renlapnya”
4.2 Pembahasan
60

4.2.1 Bagaimana kualitas teknologi Alutsista yang dimiliki


Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya guna menghadapi
perkembangan ancaman serangan udara saat ini.
Seirama dengan sumber ancaman yang sumbernya berasal
dari kekuatan militer negara lain, yaitu berupa pengerahan
kekuatan militer secara konvensional oleh satu atau beberapa
negara yang ditujukan untuk menyerang NKRI. Ancaman ini,
antara lain dapat berupa tindakan-tindakan seperti Agresi, Invasi,
Bombardemen, Blokade, Pemberontakan bersenjata, Sabotase,
Spionase, penggunaan tentara bayaran dan aksi-aksi provokasi
yang dilakukan oleh militer negara lain.
Ancaman Militer Non-Tradisional. Ancaman militer Non-
Tradisional merupakan ancaman yang sumbernya tidak hanya
berasal dari kekuatan militer negara lain, dapat pula berupa
kejahatan terorganisir lintas negara yang dilakukan oleh aktor-aktor
non-negara dengan memanfaatkan kondisi dalam negeri yang tidak
kondusif, atau juga dari faktor fenomena alam. Berdasarkan analisa
kecenderungan lingkungan strategis yang terjadi, ancaman militer
non-tradisional kedepan dapat berupa aksi separatisme,
pemberontakan, aksi radikalisme, aksi terorisme, pembajakan,
perompakan, penyelundupan dan perdagangan senjata, amunisi
dan bahan peledak.
Ancaman Non-Militer (Nir-Militer). Ancaman Non-Militer
dalam konteks pertahanan Negara pada hakekatnya adalah
ancaman yang menggunakan faktor-faktor non-militer yang dinilai
mempunyai kemampuan membahayakan atau berimplikasi
mengancam kedaulatan Negara, keutuhan wilayah Negara dan
keselamatan segenap bangsa. Ancaman Non-Militer dapat berasal
dari luar negeri atau dapat pula bersumber dari dalam negeri.
Ancaman NonMiliter digolongkan dalam ancaman yang berdimensi
idiologi, politik, sosial budaya, informasi dan teknologi serta
61

keselamatan bangsa. Ancaman Non-Militer kedepan dapat berupa


aksi kerusuhan sosial/konflik komunal, bencana alam, bencana
akibat ulah manusia, wabah penyakit, pencurian kekayaan sumber
daya alam di laut, pencurian kekayaan hutan, penambangan liar,
pelanggaran wilayah laut dan udara oleh sipil, penyelundupan dan
perdagangan manusia, narkoba atau bahan berbahaya lainnya
secara illegal, korupsi, kebodohan, kemiskinan, aksi kriminal dan
kejahatan komputer (Cyber Crime).
Ancaman Udara merupakan salah satu cara yang paling
mungkin dan sering dilakukan pada saat ini oleh ancaman militer
tradisional dan non tradisional. Alutsista udara dengan kemampuan
jelajah yang jauh, kecepatan tinggi, daya hancur yang besar, dan
presisi yang tinggi merupakan alat penghancur yang sangat
mematikan dan menimbulkan dampak psikologis yang sangat
berarti untuk meruntuhkan moril musuh. Jenis ancaman udara
yang sangat mungkin kita hadapi pada saat ini dikenal dengan
istilah CUTER-FRUIT.
Kualitas teknologi Alutsista yang dimiliki Satuan Denarhanud
– 003/1/F Kodam Jaya guna menghadapi perkembangan ancaman
serangan udara saat ini, dengan terbatasnya kemampuan Alutsista
Meriam 23 MM/ZUR Komposit Rudal Grom serta Rudal Poprad
yang dimiliki Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya saat ini, maka
diperlukan Rudal jarak sedang sebagai penghadang awal dan C-
RAM sebagai penghadang akhir. EW dan ISTAR biasanya
menggunakan pesawat yang terbang pada ketinggian cukup tinggi
hanya dapat dihadapi dengan Alutsista Hanud jarak jauh dan
sedang. Serangan RAM hanya dapat dihadapi oleh Alutsista C-
RAM. Sedangkan TBM hanya dapat dihadapi oleh Rudal anti Rudal
balistik.
Selanjutnya dilengkapi dengan Radar Arhanud yang
dipersyaratkan memiliki kemampuan pengendalian tempur
62

(pemberitaan, analisa dan pendistribusian sasaran udara),


Interoperable dengan Radar Peringatan Dini (Early Warning) dalam
Sistem Pertahanan Udara Nasional serta terintegrasi dengan alat
kendali tembak. Adapun persyaratan teknisnya antara lain :

1. Memiliki jarak tangkap awal sampai dengan 100 km.


2. Kemampuan Identifi-cation Friend or Foe (IFF).
3. Mampu menangkap minimal 20 sasaran pada waktu
yang bersamaan.
4. Sistem jaringan nirkabel.
5. Dapat bergerak sendiri.
6. Dilengkapi dengan perlengkapan komunikasi dan
transmisi data.
7. Memiliki sistem navigasi yang dapat terintegrasi
dengan subsistem lain.
8. Dilengkapi alat penghubung (interface) ke Radar
Peringatan Dini.
9. Mempunyai sistem lawan Pernika yang handal.

4.2.2. Bagaimana kondisi Alutsista yang dimiliki Satuan


Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya.
Alutsista yang digunakan Satuan Denarhanud – 003/1/F
Kodam Jaya secara umum masih belum memenuhi dan belum
dapat melaksanakan tugas Perhanan Udara Aktif dari serangan
udara modern musuh karena kondisinya sudah tidak relevan
dengan perkembangan ilmu tehnologi dan perkembangan ancaman
dari pesawat udara musuh yang saat ini lebih maju dan canggih.
Alutsista yang digunakan Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam
Jaya terdiri dari Sista Meriam Udara 23 mm/Zur Komposit dengan
Rudal Grom serta Rudal Poprad dengan kondisi sebagai berikut :
63

1. Meriam Udara 23 mm/Zur Komposit dengan Rudal


Grom. Alutsista ini tergolong Alutsista yang baru merupakan
buatan Polandia dan masuk ke Indonesia pada tahun 2007.
Alutsista ini merupakan penggabungan antara Meriam dan
Rudal (Komposit) dan digunakan oleh Denarhanud Rudal
003 menggantikan Rudal Rapier yang sudah tidak dapat
dioperasionalkan. Alutsista ini dilengkapi dengan Radar,
BCCV, Generator. Mobilitas alut ini sangat baik dimana
Rudal berada di kendaraan, disamping ada pula yang
berada di Meriam . Kondisi Alutsista ini belum sepenuhnya
dapat dioperasionalkan dengan baik karena keterbatasan di
dalam latihan menggunakan sasaran udara untuk
penembakan dan terkadang masih mengalami kerusakan
terutama pada sigma. Saat ini Denarhanud Rudal 003
memiliki 4 Rudal Poprad dan 12 pucuk Meriam 23 mm Zur.
Sesuai Surat Kapaldam Jaya Nomor B/765/IX/2009 tanggal
16 September 2009, Alutsista baru pengganti Rudal Rapier
yaitu Rudal Grom Komposit Meriam 23 mm ZUR-23-2 KG
sudah mengalami perbaikan dari tim teknisi polandia
walaupun masih ada sedikit kerusakan, adapun yang
mengalami kerusakan sebagai berikut :

a. Rudal Poprad : No. 180077001 A02


mengalami kerusakan pada Zigma. No. 180077002
A02 mengalami kerusakan pada Baterai Za 12
Volt/100 Ah dengan ukuran 26x25, 5x20 cm drop dan
Program BLK pusat komunikasi error.

b. Meriam 23 mm/Zur Grom : No. 0603041


Kerusakan pada Baterai 12 Volt/170 Ah, 950 A (EN)
dengan ukuran 26x25, 5x20 cm drop, Karet sandaran
64

untuk bidik sasaran darat rusak dan Charger baterai


dibawa ke Polandia untuk diperbaiki. No. 0603042
Kerusakan pada Karet pengunci misille grom rusak,
Rangkaian elektrik mekanik tembak dibawa ke
Polandia, Elevasi elektrik dibawa ke Polandia dan
Handset Dancuk dibawa ke Polandia untuk diperbaiki.
No. 0607043 Kerusakan pada Karet sandaran untuk
bidik sasaran darat rusak. No. 0607044 Kerusakan
pada Baterai 12 Volt/170 Ah, 950 A (EN) dengan
ukuran 51x22, 3x19,5 cm drop, Karet sandaran untuk
bidik sasaran darat rusak dan Karet penentu jarak
rusak. No. 0608045 Kerusakan pada Karet sandaran
untuk bidik sasaran darat rusak dan Karet penentu
jarak rusak. No. 0608046 Kerusakan pada Baterai 12
Volt/170 Ah, 950 A (EN) dengan ukuran 51x22,
3x19,5 cm drop, Karet sandaran untuk bidik sasaran
darat rusak, Pasak pelindung peredam api rusak dan
Tidak bisa mengirim data Meriam ke BCCV. No.
0608047 Kerusakan pada Kabel AP2A No.
K805803/A dibawa ke Polandia, Tombol headset kecil
1 dan 2 tidak berfungsi dan STZ gangguan. No.
0610050 Kerusakan pada Head-set dancuk tidak bisa
mengirim voice dan Headset dibawa ke Polandia
untuk diperbaiki. No. 0611051 Kerusakan pada Head-
set tidak bisa mengirim voice tapi dapat menerima
voice, Headset dibawa ke Polandia untuk diperbaiki
dan Tutup konsule operator dibawa ke Polandia untuk
diperbaiki.

2. BCCV WD-95 : No. 18507001 A01A kerusakan pada


RST 3 tidak berfungsi. No. 18507002 A01A kerusakan pada
65

Baterai ZA 12 Volt/100 Ah dengan ukuran 26x25, 5x20 cm


drop, Tabung air lift bocor dan Alternator kendaraan
defender rusak.

3. Radar MMSR kerusakan pada Komponen pengisi


daya/tegangan listrik BWL tidak berfungsi.

4.2.3. Bagaimana kemampuan gelar Alutsista Denarhanud


003/1F Dam Jaya dalam melindungi Obvitnas.
Satuan Denarhanud-003/1F Dam Jaya dapat menggelar
Alutsista nya dengan mudah, cepat dan mampu memberikan efek
tangkal yang dasyat terhadap segala bentuk kemungkinan
ancaman serangan udara yang datang yaitu :

1. Tersedianya daerah/posisi gelar yang baik dalam


melindungi obyek vital antara lain :

a. Tersedia jalan pendekat menuju daerah gelar


relative cukup baik dan lancar.
b. Terdapat jalan keluar dan masuk ke daerah
gelar yang baik, tanah keras dan relative rata.
c. Medan depan dan arah pokok tidak terhalang
sehingga dengan mudah dapat melaksanakan
peninjauan dan penembakan pesawat musuh yang
menyerang.
d. Daerah gelar relatif luas sehingga dapat
menempatkan Satbak dan sarana pendukung lainnya.

2. Alutsista Meriam dan Rudal di gelar secara


komposit dan masal, hal ini dimaksudkan antara lain adalah :
66

a. Memberikan kedalaman pada pertahanan


sehingga pesawat musuh yang datang dari segala
arah dapat dihadapi dengan memberikan kepadatan
tembakan.

b. Mampu saling memberikan tembakan yang


bertujuan untuk saling menutupi kelemahan masing-
masing jenis senjata dan pertahanan akan lebih
efektif dan efisien.

3. Jarak saling Bantu. Jarak daerah gelar satu dengan


yang lainnya masih dalam jarak saling Bantu sehingga bila
salah satu satbak mendapat serangan maka satbak lainnya
akan dapat memberikan bantuan dengan tembakan
terhadap pesawat yang menyerang.

4. Penggelaran jauh kedepan. Hal ini dilakukan untuk


memberikan tembakan kepada pesawat musuh seawal
sebelum pesawat musuh melepaskan tembakan.

67

BAB V
PEMECAHAN MASALAH
67

5.1 Metode Pemecahan Masalah. Pemecahan masalah adalah


bagian dari proses berpikir. Sering dianggap merupakan proses paling
kompleks di antara semua fungsi kecerdasan, pemecahan masalah telah
didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan
modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau
dasar. Proses ini terjadi jika suatu organisme atau sistem kecerdasan
buatan tidak mengetahui bagaimana untuk bergerak dari suatu kondisi
awal menuju kondisi yang dituju. Permasalahan yang dihadapi dalam
peranan Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya untuk melindungi
obyek-obyek vital strategis dalam rangka mendukung operasi pertahanan
udara nasional khususnya pada kualitas teknologi Alutsista , kondisi alat
peralatan yang dimiliki Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya dan
kemampuan gelar Alutsista , dapat dianalisis melalui metode pemecahan
dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity
and Threat).

5.1.1. Tujuan. Meningkatnya peranan Satuan Denarhanud –


003/1/F Kodam Jaya untuk melindungi obyek-obyek vital strategis
dalam rangka mendukung operasi pertahanan udara nasional
guna menghadapi perkembangan ancaman serangan udara saat
ini.

5.1.2. Sasaran. Untuk meningkatkan kemampuan Satuan


Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya dalam melaksanakan tugas
pokoknya, yaitu menyelenggarakan pertahanan udara secara aktif
untuk melindungi obyek-obyek vital strategis dengan
menghancurkan, meniadakan, mengurangi hasil guna dan daya
guna serangan udara musuh baik yang menggunakan pesawat
tempur, pesawat tanpa awak ataupun menggunakan peluru balistik
dan Rudal, maka perlu ditetapkan sasaran yang ingin dicapai yaitu :
68

1. Terwujudnya Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam


Jaya yang memiliki Alutsista dan sarana pendukung yang
modern sesuai dengan perkembangan teknologi sehingga
memiliki efek tangkal yang handal dalam menghadapi
kemungkinan ancaman serangan udara modern.

2. Tersedianya daerah-daerah penggelaran yang telah


disiapkan di sekitar wilayah obyek vital yang dilindungi
dalam keadaan baik dan sesuai dengan syarat-syarat
penggelaran.

5.1.3. Objek. Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya


dibawah Resimen Arhanud 1/Faletehan meliputi batalyon
Arhanudse-6. Batalyon Arhanudse-10, Detasemen Rudal -003
yang merupakan obyek dalam rangka meningkatkan kemampuan
Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya.

5.1.4. Subjek.

1. Panglima TNI. Panglima TNI sebagai pimpinan


tertinggi di lingkungan TNI yang memegang komando
pengendalian serta yang mempunyai wewenang dalam
penggunaan kekuatan satuan jajaran TNI.

2. Kepala Staf TNI-AD. bertanggung jawab


melaksanakan pembinaan kekuatan dan kemampuan
satuan-satuan yang ada di jajaran TNI AD sehingga memiliki
tingkat kesiapan operasional yang tinggi, termasuk Satuan
Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya dalam rangka
mendukung operasi pertahanan udara nasional.
69

3. Pangdam Jaya/ Jayakarta. Bertanggung jawab


melaksanakan pembinaan kekuatan satuan-satuan yang ada
dibawahnya sehingga memiliki tingkat kesiapan operasional
yang tinggi dalam mendukung pelaksanaan tugas pokoknya.

4. Danpussenarhanud. Selaku pembina teknis


kecabangan Arhanud, selalu merencanakan dan
menetapkan standarisasi terhadap kesiapan kemampuan
satuan Artileri pertahanan udara serta melaksanakan
pengkajian dan revisi terhadap doktrin-doktrin atau bujuk-
bujuk yang sudah tidak sesuai.

5. Dandenarhanud – 003/1/F Kodam Jaya. Bertanggung


jawab untuk melaksanakan pembinaan terhadap satuannya
guna meningkatkan kemampuan dalam rangka
melaksanakan tugas pokok.

5.1.5. Prosedur Pemecahan Masalah.


Analisis SWOT yang terdiri dari analisis internal dan
eksternal, digunakan untuk menentukan dan menganalisis prosedur
pemecahan masalah, karena faktor-faktor internal dan eksternal di
dalam organisasi memiliki tingkat kohesi dan kombinasi yang tinggi
untuk saling mempengaruhi. Analisis lingkungan internal bertujuan
untuk mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai faktor yang
menjadi kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness), dimana
kajian internal pada hakekatnya merupakan analisis dan evaluasi
atas kondisi, kinerja dan permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan pembangunan14.
Penggunaan SWOT tidak terbatas pada organisasi sipil saja,
melainkan dapat digunakan di lingkungan organisasi TNI termasuk
14
Tunggal Amin Wijaya, Manajemen Stratejik (Suatu pengantar), Harvindo, 2008, Hal 32
70

untuk penyelesaian persoalan di Satuan Denarhanud – 003/1/F


Kodam Jaya. Misalnya untuk menentukan langkah-langkah yang
tepat di dalam organisasi militer seperti Satuan Denarhanud –
003/1/F Kodam Jaya untuk melindungi obyek-obyek vital strategis
dalam rangka mendukung operasi pertahanan udara nasional.
Sehingga diperoleh target kedepannya yang memiliki dasar kuat
serta berbasis kebutuhan yang bermanfaat bagi organisasi.

1. Analisa SWOT pada kualitas teknologi Alutsista


yang dimiliki Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya.
Perkembangan teknologi pesawat tempur semakin
meningkat, tidak hanya memiliki kemampuan mengusung
beragam senjata tetapi juga menembakkan senjatanya
dengan berbagai teknik dan taktik serangan udara, seperti
teknik High Altitude Bombing, High Altitude Dive Bombing,
Toss Bombing, Over Shoulder Bomb, Pop Up, Stand Off
Bombing, Lay Down Bombing dan taktik seperti Split Attack,
Fragmentation Separation, Trail Attack.
Ancaman serangan udara tidak hanya dapat dilakukan
oleh pesawat tempur tetapi juga dilakukan oleh sistem
senjata Rudal Balistik yang diluncurkan dari darat maupun
laut. Beberapa sistem senjata yang dikembangkan negara
lain saat ini diantaranya adalah Tactical Ballistic Missile
(TBM), Large Caliber Rockets (LCR) dan Cruise Missiles
(CM) sebagai ancaman udara yang tidak boleh diabaikan.
Dihadapkan pada kemungkinan ancaman serangan udara
tersebut, maka penggantian Alutsista Arhanud dengan
peralatan yang lebih canggih menjadi kebutuhan mendesak.
Oleh karenanya pengadaan Alutsista Arhanud yang memiliki
tingkat perkenaan (kill probality), cepat tembak, mobilitas dan
reaksi cepat yang tinggi serta kecepatan misil diatas Mach 2
71

menjadi kebutuhan pokok bagi satuan Arhanud di masa


mendatang.
Kondisi Alutsista yang digunakan Satuan Denarhanud
– 003/1/F Kodam Jaya banyak yang sudah tidak dapat
dioperasionalkan secara maksimal, hal ini telah dijelaskan
secara rinci dalam pembahasan sebelumnya. Dihadapkan
dengan perkembangan teknologi kedirgantaraan dan
kemungkinan ancaman serangan udara yang datang,
cenderung telah menggunakan peralatan mutahir serta
modern, menjadikan suatu tantangan yang cukup berat bagi
satuan Arhanud bila masih tetap menggunakan Alutsista
dengan kondisi yang dimiliki saat ini.
Berdasarkan pada faktor kondisi Alutsista yang
digunakan Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya,
analisa SWOT dilaksanakan dengan melihat seluruh faktor
internal dan eksternal dan menganalisa faktor mana yang
paling dominan untuk dapat diambil suatu strategi yang
paling dominan. Strategi yang digunakan akan lebih
mengutamakan aspek yang paling dominan dan dapat
dievaluasi dalam kurun waktu tersebut. Faktor-faktor tersebut
dapat dijabarkan dengan tabel sebagai berikut :

Strength Weakness
- Alutsista yang ada - Terbatasnya
dapat meng-cover kemampuan Alutsista
wilayah Ibu Kota Meriam 23 MM/ZUR
Jakarta Komposit Rudal Grom
- Alutsista yang ada serta Rudal Poprad
dalam kondisi baik
- Radar Dalbak/ dalpur
dapat dioperasionalkan

INTERNAL
72

EKSTERNAL

Opportunities Strategi S – O Strategi W – O


- Dilengkapi dengan
Radar Arhanud
- Dilengkapi dengan
perlengkapan
komunikasi dan
transmisi data
Threats
- Pengerahan Strategi S – T Strategi W – T
kekuatan militer
secara konvensional
dari negara lain

a. Strategi-(S–O) adalah strategi mengoptimalkan


kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada
pada Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya
untuk mendukung keberhasilan pertahanan udara
nasional. Kekuatan yang dimiliki dalam kualitas
teknologi Alutsista dari hasil penelitian untuk dapat
diimplementasikan kedalam operasi pertahanan
udara nasional, antara lain :
1) Memiliki Alutsista Arhanud yang ada
sudah sesuai dengan tuntutan tugas di
bandingkan dengan kemampuan ancaman
serud modern.
2) Memiliki Alutsista Arhanud sudah sesuai
dengan kondisi Jakarta yang penuh dengan
Gedung bertingkat.
73

3) Memiliki Radar yang dimiliki satuan


dapat melaksanakan tracking terhadap
pesawat udara.
4) Kendaraan Penarik tidak menjadi
permasalahan dalam penyiapan pada
pelaksanaan tugas terutama di daerah Ibu
Kota.

Kekuatan yang dimiliki Satuan Denarhanud –


003/1/F Kodam Jaya secara analisis bisa dikatakan
baik dan sangat menunjang. Strategi (S–O)
mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang yang ada bisa diterapkan untuk
dikembangkan dalam mendukung keberhasilan
pertahanan udara nasional, hal ini bisa dilihat dari
fakta-fakta Alutsista yang ada dalam kondisi baik,
Radar Dalbak/ dalpur dapat dioperasionalkan,
dilengkapi dengan Radar Arhanud dan dilengkapi
dengan perlengkapan komunikasi dan transmisi data.

b. Strategi–(W–O) adalah kelemahan yang


dimiliki oleh Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam
Jaya untuk mendukung keberhasilan pertahanan
udara nasional. Kelemahan yang dimiliki pada
kualitas teknologi Alutsista Satuan Denarhanud –
003/1/F Kodam Jaya dari hasil penelitian yaitu
terbatasnya kemampuan Alutsista Meriam 23
MM/ZUR Komposit Rudal Grom serta Rudal Poprad.
Kelemahan (Weaknesses) yang dimiliki
Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya secara
analisis ditemui hal-hal yang perlu ditingkatkan
74

dihadapkan kedalam keberhasilan pertahanan udara


nasional. Strategi (W – O) mengurangi kelemahan
untuk memanfaatkan Peluang di Satuan Denarhanud
– 003/1/F Kodam Jaya bisa di minimalisir dengan
peningkatan dilengkapi dengan Radar Arhanud dan
dilengkapi dengan perlengkapan komunikasi dan
transmisi data.
c. Strategi-(S–T). Kekuatan yang dimiliki Satuan
Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya diantaranya
Alutsista yang ada dapat mengcover wilayah Ibu
Kota Jakarta, Alutsista yang ada dalam kondisi baik
dan Radar Dalbak/ dalpur dapat dioperasionalkan.
Di samping itu, Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam
Jaya juga memiliki potensi ancaman yang
memungkinkan seperti adanya pengerahan kekuatan
militer secara konvensional dari negara lain. Strategi
S – T diterapkan di Satuan Denarhanud – 003/1/F
Kodam Jaya untuk mencegah dan mengatasi
hambatan dengan menggunakan kekuatan yang
dimiliki, melalui peningkatan Alutsista yang ada dapat
meng-cover wilayah Ibu Kota Jakarta, Alutsista yang
ada dalam kondisi baik dan Radar Dalbak/ dalpur
dapat dioperasionalkan.

d. Strategi-(W – T). Strategi W – T diterapkan


untuk mencegah dan mengatasi hambatan di Satuan
Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya dengan
mengurangi kelemahan, sehingga menjadi sebuah
peluang untuk dapat mengatasi permasalahan yang
ada di Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya.
Kelemahan tersebut yaitu terbatasnya kemampuan
75

Alutsista Meriam 23 MM/ZUR Komposit Rudal Grom


serta Rudal Poprad dalam mendukung pertahanan
udara nasional.
Kelemahan tersebut dapat diatasi/ dieliminir
oleh Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya
dengan peningkatan pengadaan Alutsista Meriam 23
MM/ZUR Komposit Rudal Grom serta Rudal Poprad
dalam mendukung pertahanan udara nasional.

Maka diambil langkah-langkah yang kongkrit dalam


mengoptimalisasikan Alutsista yang dimiliki dengan
melakukan upaya-upaya peningkatan kemampuan Alutsista
antara lain sebagai berikut :

a. Upaya-upaya yang dilakukan adalah :

1) Alutsista Meriam .

a) Meningkatkan sistem
pemeliharaan Alutsista dan
perlengkapan secara teratur, sistematik
dan melaksanakan pengecekan secara
rutin dengan menempatkan personel
yang mempunyai keahlian motir yang
khusus menangani Meriam sehingga
Alutsista yang dimiliki tetap terjaga dan
terpelihara dengan baik dan siap untuk
di operasional setiap saat.

b) Melaksanakan pengkajian
terhadap Meriam 23 MM/ZUR Komposit
76

Rudal Grom yang dimiliki, hal ini


dilakukan oleh Pussenarhanud untuk
mendapatkan permasalahan yang
dihadapi serta menganalisa
penyebabnya selanjutnya menentukan
solusi tentang langkah-langkah
optimalisasi Alutsista Meriam 23
MM/ZUR Komposit Rudal Grom yang
akan dilakukan agar dapat memiliki
kemampuan yang dapat dihandalkan.

c) Mengingat Meriam Meriam 23


MM/ZUR Komposit Rudal Grom
merupakan senjata yang cukup tua dan
sudah tidak diproduksi lagi oleh negara
pembuat maka untuk mendapatkan suku
cadang sangat kesulitan sehingga
dilaksanakan upaya kerja sama dengan
negara tetangga atau negara lain yang
menggunakan Alutsista Meriam sejenis
sebagai Alat utama sistem senjata
pertahanan udara di negaranya.

d) Melaksanakan kerja sama


dengan industri strategis yang terdapat
di Indonesia, dengan tujuan untuk
menghidupkan kembali peralatan
elektronik pada Meriam tersebut,
sehingga Meriam dapat dikendalikan
secara remote dan memiliki kecepatan
berotasi serta berelevasi yang
77

sebanding dengan kecepatan pesawat


tempur yang datang menyerang dengan
demikian satbak akan mampu
melepaskan tembakan/perlawanan
terhadap pesawat yang menyerang.
Kerja sama tersebut adalah sebagai
berikut :

(1) Dengan PT. LEN yang


memiliki SDM cukup baik dan
telah mampu membuat pesawat
terbang serta membuat peralatan
militer lainnya, dimanfaatkan
untuk melaksanakan modernisasi
terhadap Meriam 23 MM/ZUR
Komposit Rudal Grom dengan
karakteristik yang telah
ditentukan sehingga Meriam 23
MM/ZUR Komposit Rudal Grom
memiliki kemampuan sesuai
dengan yang diharapkan.

(2) Dengan PT. Pindad yang


telah mampu membuat peralatan
militer misalnya telah dapat
membuat peluru roket untuk
pesawat terbang dan peluru
exoset untuk kapal laut
dimanfaatkan untuk melakukan
pembuatan munisi Meriam 23
MM/ZUR Komposit Rudal Grom
78

yang saat ini jumlahnya sangat


terbatas.

(3) Melaksanakan kerja sama


dengan industri lain di dalam
negeri yang memiliki SDM di
bidang otomotif untuk
mengembangkan kendaraan
penarik Meriam dengan
kemampuan yang tinggi dan daya
jelajah yang handal mampu
digunakan diberbagai medan di
Indonesia.

e) Melaksanakan kerja sama


dengan negara-negara maju untuk
dapat membangun dan
mengembangkan kemampuan Meriam
23 MM/ZUR Komposit Rudal Grom
sehingga Satbak Meriam 23 MM/ZUR
Komposit Rudal Grom memiliki fungsi
deteksi, identifikasi, penjajakan dan
penghancuran sasaran dan seluruh
peralatan yang ada dapat
dioperasionalkan secara elektronik.
2) Alutsista Rudal. Melaksanakan
pemeliharaan dan menambah kekuatan
Alutsista Rudal terutama yang bersifat
Shoulder launched/Man Portable Air Defence
System (MANPADS) atau portable sehingga
memiliki mobilitas yang tinggi.
79

3) Pengadaan Radar peringatan setempat.


Peranan Radar peringatan setempat sangat
diperlukan satuan Arhanud dalam
melaksanakan penyelengggaraan pertahanan
udara karena Radar berfungsi sebagai
pencarian sasaran, identifikasi sasaran dan
penjejakan untuk memberikan kesiapan
Satbak-Satbak dalam mengantisipasi setiap
ancaman serangan udara yang datang.
Pengadaan Radar peringatan setempat
dengan minimal kemampuan menangkap
sasaran sampai radius 100 sampai dengan
300 km dengan jangkauan penangkapan yang
relatif jauh akan memberikan waktu yang
cukup kepada Satbak untuk mempersiapkan
segala perlengkapan yang digunakan dalam
menghadapi sasaran yang datang.

4) Kendaraan Penarik. Melaksanakan


pemeliharaan dan menambah kekuatan
Kendaraan Penarik Meriam terutama yang
bersifat taktis sehingga memiliki mobilitas yang
tinggi dan sesuai dengan TOP di saruan.

2. Analisa SWOT pada pengembangan dan


peningkatan Alutsista yang dimiliki Satuan Denarhanud
– 003/1/F Kodam Jaya.
Berdasarkan pada faktor kondisi pengembangan dan
peningkatan Alutsista yang dimiliki Satuan Denarhanud –
003/1/F Kodam Jaya, analisa SWOT dilaksanakan dengan
80

melihat seluruh faktor internal dan eksternal dan


menganalisa faktor mana yang paling dominan untuk dapat
diambil suatu strategi yang paling dominan. Strategi yang
digunakan akan lebih mengutamakan aspek yang paling
dominan dan dapat dievaluasi dalam kurun waktu tersebut.
Faktor-faktor tersebut dapat dijabarkan dengan tabel
sebagai berikut :

Strength Weakness
INTERNAL
- Alutsista yang ada - Belum memenuhi dan
dalam kondisi baik belum dapat
seperti Sista Meriam melaksanakan tugas
Udara 23 mm/Zur Perhanan Udara Aktif
Komposit dengan
EKSTERNAL
Rudal Grom

Opportunities Strategi S – O Strategi W – O


- Dilengkapi dengan
Radar Arhanud
- Dilengkapi dengan
perlengkapan
komunikasi dan
transmisi data
Threats
- Sudah tidak relevan Strategi S – T Strategi W – T
dengan
perkembangan ilmu
tehnologi dan
perkembangan
ancaman
81

a. Strategi-(S–O) adalah strategi mengoptimalkan


kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada
pada Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya
untuk mendukung keberhasilan pertahanan udara
nasional. Kekuatan yang dimiliki dalam
pengembangan dan peningkatan Alutsista dari hasil
penelitian untuk dapat diimplementasikan kedalam
operasi pertahanan udara nasional, adalah Alutsista
yang ada dalam kondisi baik seperti Sista Meriam
Udara 23 mm/Zur Komposit dengan Rudal Grom.
Kekuatan yang dimiliki Satuan Denarhanud –
003/1/F Kodam Jaya secara analisis bisa dikatakan
baik dan sangat menunjang. Strategi (S–O)
mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang yang ada bisa diterapkan untuk
dikembangkan dalam mendukung keberhasilan
pertahanan udara nasional, hal ini bisa dilihat dari
fakta-fakta Alutsista yang ada dalam kondisi baik
seperti Sista Meriam Udara 23 mm/Zur Komposit
dengan Rudal Grom.

b. Strategi–(W–O) adalah kelemahan yang


dimiliki oleh Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam
Jaya untuk mendukung keberhasilan pertahanan
udara nasional. Kelemahan yang dimiliki pada
pengembangan dan peningkatan Alutsista Satuan
Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya dari hasil
penelitian yaitu belum memenuhi dan belum dapat
melaksanakan tugas Perhanan Udara Aktif.
Kelemahan (Weaknesses) yang dimiliki
Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya secara
82

analisis ditemui hal-hal yang perlu ditingkatkan


dihadapkan kedalam keberhasilan pertahanan udara
nasional. Strategi (W – O) mengurangi kelemahan
untuk memanfaatkan Peluang di Satuan Denarhanud
– 003/1/F Kodam Jaya bisa di minimalisir dengan
peningkatan dilengkapi dengan Radar Arhanud dan
dilengkapi dengan perlengkapan komunikasi dan
transmisi data.

c. Strategi-(S–T). Kekuatan yang dimiliki Satuan


Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya adalah Alutsista
yang ada dalam kondisi baik seperti Sista Meriam
Udara 23 mm/Zur Komposit dengan Rudal Grom. Di
samping itu, Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam
Jaya juga memiliki potensi ancaman yang
memungkinkan seperti kondisi Alutsista sudah tidak
relevan dengan perkembangan ilmu tehnologi dan
perkembangan ancaman. Strategi S – T diterapkan di
Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya untuk
mencegah dan mengatasi hambatan dengan
menggunakan kekuatan yang dimiliki, melalui
peningkatan dan pengembangan Alutsista yang ada
dalam kondisi baik seperti Sista Meriam Udara 23
mm/Zur Komposit dengan Rudal Grom.

d. Strategi-(W – T). Strategi W – T diterapkan


untuk mencegah dan mengatasi hambatan di Satuan
Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya dengan
mengurangi kelemahan, sehingga menjadi sebuah
peluang untuk dapat mengatasi permasalahan yang
ada di Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya.
83

Kelemahan tersebut yaitu Alutsista yang dimiliki belum


memenuhi dan belum dapat melaksanakan tugas
Perhanan Udara Aktif dalam mendukung pertahanan
udara nasional.
Kelemahan tersebut dapat diatasi/ dieliminir
oleh Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya
dengan peningkatan dan pengembangan Alutsista
yang ada dalam kondisi baik seperti Sista Meriam
Udara 23 mm/Zur Komposit dengan Rudal Grom
dalam mendukung pertahanan udara nasional.

Maka diambil langkah-langkah yang kongkrit dalam


pengembangan dan peningkatan Alutsista yang dimiliki
Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya dengan
melakukan upaya-upaya sebagai berikut :

a. Alutsista Meriam. Pengadaan Meriam baru


beserta peralatan pendukung lainnya yang memiliki
kemampuan menembak sasaran udara sampai
dengan jarak 50 km, dengan kemampuan jarak
tembak yang relatif jauh maka akan dapat
memberikan perlindungan udara terhadap dua atau
tiga obyek vital sekaligus serta mampu melindungi
obyek-obyek vital strategis dari upaya pengerusakan
dan penghancuran pihak musuh melalui wahana
udara. Sehingga akan didapat efisiensi penggelaran
sekaligus efektifitas dalam pelaksanaan tugas pokok.

b. Alutsista Rudal. Penggantian dan


pengembangan Alutsista Arhanud melalui pengadaan
oleh TNI AD tentunya harus melalui pengkajian
84

secara konprehensif selain persyaratan teknis juga


kemampuan operasional yang harus dimiliki antara
lain keandalan (Reliable), daya hancur (Lethal),
ketahanan (Survivable), mampu menyesuaikaan
dengan lingkungan operasi (Adaptable) serta dapat
bertahan lama (Sustainable). Hal ini tentunya
dimaksudkan untuk mendapatkan Alutsista Rudal
yang tidak hanya mampu menghadapi ancaman
udara modern saat ini tetapi juga disesuaikan dengan
lingkungan operasi.

1) Menghimpun dan mencari keterangan


serta mempelajari perkembangan persenjataan
pertahanan udara di dunia, khususnya tentang
perkembangan jenis Rudal jarak menengah
dan jarak jauh yang sekiranya baik dan cocok
untuk dapat dioperasionalkan di Indonesia,
mudah dalam pengoperasian dan
pemeliharaan serta lama usia pakainya dengan
bertujuan dalam jangka panjang akan
diproyeksikan sebagai pengganti Rudal Rapier
yang sudah tidak dapat dioperasionalkan.

2) Melaksanakan penelitian atau


pengkajian sehingga Rudal yang dipilih
sebagai pengganti benar-benar dapat
digunakan dalam waktu yang relatif lama dan
memiliki kemampuan antara lain :

a) Memiliki kemampuan menembak


sasaran dengan jarak 40 km – 200 km,
85

dengan jarak capai yang cukup jauh


tersebut dapat memberikan beberapa
keuntungan yaitu dapat menembak
sasaran yang datang seawal mungkin
sebelum sasaran tersebut melepaskan
persenjataan yang dibawanya dan lebih
memberikan keleluasaan dalam mencari
daerah gelar yang mendekati ideal
karena memiliki jarak saling bantu yang
relatif jauh serta mampu melindungi
obyek vital yang cukup luas.

b) Karena jenis Rudal memiliki


keterbatasan kemampuan dalam
melakukan penembakan, khususnya
saat menghadapi serangan udara yang
berkelompok atau datang secara
bergelombang maka Rudal yang
digunakan harus memiliki sistem Radar
dan pengolahan data serta memiliki
ketepatan perkenaan tembakan minimal
99%.

c) Mudah dioperasionalkan, cepat


dalam penggelaran dan memiliki
mobilitas yang relatif tinggi serta dapat
dioperasionalkan untuk menembak
sasaran lebih dari satu sasaran dalam
waktu yang bersamaan.
86

d) Masa pakai Misille diatas 15


tahun, mudah dalam pemeliharaan dan
bila masa pakainya telah habis masih
dapat di perpanjang masa pakainya.

e) Tahan dan mampu


dioperasionalkan di berbagai medan di
Indonesia.

3) Melaksanakan presentasi dan pengujian


secara terinci terhadap beberapa jenis Rudal
yang masuk nominasi untuk dipilih agar
memberikan keyakinan bahwa Rudal tersebut
benar benar memenuhi ketentuan yang telah
disepakati.

4) Melaksanakan pelatihan dalam


pengope-rasionalan, pemeliharaan dan
perbaikan serta hal-hal lainnya.

5) Pengadaan Rudal jenis Manpads yang


lebih praktis dan mobile sehingga mudah di
dalam penggelaran dihadapkan dengan kondisi
Kota Jakarta yang banyak gedung tinggi.

6) Mengembangkan gelar komposit antara


Meriam dan Rudal sehingga dapat
memberikan kedalaman dan saling bantu serta
mampu menutup kekurangan satu dengan
lainnya.
87

7) Perkembangan teknologi Rudal Darat-


Udara ditandai dengan adanya peningkatan
kemampuan baik dari jarak capai, daya hancur
dan ketepatan perkenaan (precision). Secara
umum perkembangan teknologi Rudal Darat-
Udara saat ini dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu : Teknologi Propulsi dan Material.
Propulsi saat ini menggunakan Roket
berbahan bakar padat (solid propellant)
dengan material yang terus dikembangkan
sehingga mempunyai sifat ringan, tensile
strength tinggi dan pembuatannya relatif lebih
mudah. Teknologi Explosive. Perkembangan
teknologi di bidang daya ledak (explosive)
dibangun pada bagian Hulu Ledak (Warhead)
dengan sistem penyala awal (Fuze).
Perkembangan tersebut menghasilkan
Warhead dengan daya ledak tinggi dan sistem
penyala awal (Fuze) yang dapat dioperasikan
dalam segala macam kondisi. Teknologi
Pengendalian. Perkembangan teknologi
pengendalian Rudal Darat-Udara pada
umumnya menggunakan sistem Remote
Guidance dan Homing Guidance.

a) Remote Guidance. Disini antara


lain :

i. Laser Beam Rider. Misil


mendeteksi posisi relatifnya dari
sorotan sinar laser yang
88

dihasilkan oleh peluncurnya yang


arahnya dikendalikan secara
manual oleh operator maupun
secara otomatis, kemudian misil
tersebut terbang menuju ke arah
pusat sorotan sinar laser
tersebut. Rudal dengan sistem
ini antara lain : Starstreak, RBS-
70 dan 9 M119 Svir.

ii. Radio Command


Guidance. Command Post saat
ini dilengkapi automatic tracking
dan sensor yang mampu meng-
ukur arah, jarak dan kecepatan
sasaran serta mengubahnya
menjadi perintah koreksi
kemudian mentransmisikannya
ke Rudal. Rudal dengan sistem
ini antara lain : SA-1 Guild, SA-2
Guidelines, SA-3 Goa, SA-15
Gauntlet, Nike Ajax, Nike
Hercules dan Nike Zeus.

iii. Radar Beam Rider. Rudal


yang dilengkapi detector mampu
mendeteksi sudut deviasi arah
terbang dengan garis pandang
(line of sight) antara Command
Post dengan sasaran. Kemudian
mengolah deviasi tadi menjadi
89

perintah koreksi arah. Rudal


dengan sistem ini antara lain :
Rapier dan RIM-2 Terrier.

iv. Wire Guidance. Metoda


pengendaliannya seperti Radio
Command, hanya sinyal
pengendalian dikirim dari alat
pengendalian pada peluncur
melalui kawat yang selalu
menghubungkan peluncur
dengan Rudal selama
terbangnya. Rudal dengan
sistem ini antara lain : Rudal anti
tank TOW dan AT-3 Sagger.

b) Homing Guidance. Rudal


mendekati dan mengarah ke sasaran
berdasarkan sinyal dari sistem sensor
yang menjadikan sinyal kendali bagi
sistem kemudi. Terdapat tiga jenis
Homing Missile yaitu :

i. Active Homing. Rudal


dilengkapi transmitter yang
terpasang pada nose untuk
memancarkan energi ke arah
sasaran. Pantulan energi dari
sasaran dievaluasi oleh receiver
yaitu : jarak, arah dan kecepatan
sasaran, selanjutnya data diolah
90

untuk koreksi arah terbang Rudal.


Rudal dengan sistem ini antara
lain : AIM-120 AMRAAM dan R-
77 / AA-12 Adder.

ii. Semi Active Homing.


Diperuntukkan bagi sasaran yang
tidak dapat memberikan
pancaran sehingga perlu disinari
dengan berkas sinar laser oleh
suatu designator yang
menembakkan berkas laser.
Pantulan oleh sasaran yang
dipancarkan kembali ditangkap
oleh sensor dalam Rudal . Rudal
dengan sistem ini antara lain : R-
33 / AA-9 Amos dan Bendix RIM-
8 Talos.

iii. Passive Infra Red (fire and


forget). Misil mendeteksi sasaran
melalui pencari infra red (infra red
seeker) dan gerakan angular
(siku-siku) absolut. Pengendalian
terbang misil hanya dilaksanakan
misil itu sendiri, sehingga
dikatakan fire and forget.
Operator hanya perlu
mendeteksi, mengunci sasaran
untuk dikirimkan ke seeker misil
dan kemudian menembakkan
91

misil. Rudal dengan sistem ini


antara lain : Mistral, Poprad, FIM-
92 Stinger dan AGM-65 Maverick.

8) Alternatif Alutsista Rudal Arhanud. Dari


sumber-sumber informasi terbuka, diketahui
bahwa banyak sekali jenis Alutsista Rudal
Arhanud yang dapat dijadikan alternatif untuk
memenuhi kebutuhan rematerialisasi Alutsista
Arhanud dalam rangka mewujudkan kekuatan
pokok minimum TNI AD. Namun demikian,
hanya ada beberapa produsen yang secara
langsung memperkenalkan produk mereka
sesuai mekanisme yang berlaku di lingkungan
TNI AD diantaranya :

a) Sista Rudal Starstreak. Sistem


senjata ini adalah produk Thales Inggris
yang telah dipakai di 5 negara di dunia.
Menurut keterangan produsen yang
disampaikan dalam presentasi di TNI
AD, sistem senjata ini telah menjadi
andalan beberapa negara pemakainya
dalam pertempuran yang sebenarnya
(combat proven). Negara-negara yang
telah melengkapi angkatan
bersenjatanya dengan Rudal Mistral
antara lain Afrika Selatan, Amerika,
Belanda, Inggris dan Perancis. Secara
teknis, karakteristik dan kemampuan
92

Rudal Starstreak dapat digambarkan


sebagai berikut:

i. Mampu menembak
sasaran udara pada jarak 7.000
meter dan ketinggian 5.000 meter
dengan waktu reaksi 4 detik pada
peluncur Multi Mission System
(MMS) dan kurang dari 10 detik
pada peluncur Lightweight
Multiple Launcher (LML).
ii. Menggunakan sistem yang
berbasis teknologi laser beam
guide.
iii. Tingkat kill probability 95
%.
iv. Kecepatan terbang misil
mencapai 1.100 meter/detik.
v. Dalam setiap misil terdapat
3 buah dart dan 600 butir
tungsten untuk memperbesar
daya hancur misil terhadap
sasaran.
vi. Dilengkapi dengan Radar
yang dapat menangkap dan
mendistribusikan 200 sasaran
kepada 24 satuan-satuan tembak
sekaligus.
vii. Dilengkapi dengan sistem
Indentification Friend or Foe
(IFF).
93

viii. Dilengkapi dengan impact


fuze.

b) Sista Rudal Mistral. Sista Rudal


Mistral yang diproduksi oleh MBDA dari
Negara Perancis memiliki karakteristik
umum antara lain :

i. Tingkat kill probability 97


%.
ii. Pengoperasian mudah.
iii. Perawatan mudah.
iv. Usia pakai 10 tahun bias
diperpanjang sampai dengan 25
tahun.
v. Sedangkan karakteristik
teknisnya antara lain ; Rudal
dilengkapi fuze berupa "Impact
fuze dan proximity fuze”,
vi. Kecepatan Rudal 2,5
mach, dikendalikan dengan infra
red homing.
vii. Jarak tembak efektif 6,2
km, ketinggian 4 km dan waktu
reaksi 5 detik.
viii. Radar pada Alutsista
Mistral memiliki kemampuan
mendeteksi awal 30 km (MCP),
penjejakan awal 30 km, mampu
menangkap 20 sasaran pada
waktu yang bersamaan.
94

ix. Memiliki kemampuan


ECCM (Electronic Counter
Counter Measures), memiliki
kemampuan Identification Friend
or Foe (IFF).

c) Sista Rudal RBS-70. Sistem


senjata ini adalah produk Saab Bofors
Dynamics Swedia yang telah dipakai di
19 negara di dunia. Negara-negara yang
telah melengkapi angkatan
bersenjatanya dengan Rudal RBS-70
antara lain Argentina, Australia, Bahrain,
Bangladesh, Brasil, Finlandia,
Indonesia, Iran, Irlandia, Latvia,
Lithuania, Meksiko, Norwegia, Pakistan,
Singapura, Swedia, Thailand, Tunisia
dan Venezuela. Secara teknis,
karakteristik dan kemampuan Rudal
RBS-70 jenis Bolide dapat digambarkan
sebagai berikut:

i. Mampu menembak
sasaran udara pada jarak 8.000
meter dan ketinggian 5.000
meter.
ii. Menggunakan sistem yang
berbasis teknologi laser beam
guide.
iii. Tingkat kill probability
mencapai 95 %.
95

iv. Kecepatan terbang misil


mencapai 680 meter/detik.
v. Dalam setiap misil terdapat
3.000 butir tungsten untuk
memperbesar daya hancur misil
terhadap sasaran.
vi. Dilengkapi dengan sistem
Indentification Friend or Foe
(IFF).
vii. Dilengkapi dengan impact
fuze. TNI AD telah memiliki 1
Baterai Arhanud yang
menggunakan Sista Rudal RBS-
70 jenis MK-2 yaitu di
Yonarhanud-2/2/Kostrad Malang.

c. Radar . Dalam perkembangannya kedepan


Radar memiliki jangkauan yang lebih jauh hingga 100
s.d. 300 Km, kemampuannya dalam menentukan
azimut dan ketinggian sasaran lebih canggih karena
sudah menggunakan sistem ”Tiga Dimensi (Radar
3D)”. Radar modern bersifat multibeam surveillance
sensor umumnya sudah dilengkapi dengan
”identifikasi teman atau lawan” Identification Friend or
Foe (IFF) serta dapat memberikan peringatan dini.
Adapun spesifikasi teknis Radar yang menggunakan
teknologi terkini sebagai berikut :

1) Menggunakan 2 mode operasi :


a) Surveillance Mode (SM) : 20
RPM (update 3 detik).
96

b) Engagement Mode (EM) : 40


RPM (update 1,5 detik).

2) Memiliki kemampuan pengendalian


tembakan dan gap filler.

3) Mampu menangkap s.d 200 sasaran.

4) Mampu menangkap sasaran s.d. jarak


250 Km pada mode Surveillance Mode (SM)
dan jarak 100 Km pada Engagement Mode
(EM), dengan ketinggian s.d 25 Km (80.000
feet) dan kecepatan s.d 1200 m/detik.

5) Memiliki elevasi -7° s.d +70°.

6) Mampu menangkap dan mengklasifikasi


sasaran yang berupa pesawat terbang,
helikopter, misil maupun UAV.
7) Memiliki kemampuan anti jamming,
agilitas frekuensi dan mampu menangkal s.d
15 jenis jammers.

d. Kendaraan Penarik.

1) Melakukan sistem pemeliharaan dan


perbaikan secara periodik mulai dari
pemeliharaan harian, mingguan dan
pemeliharaan bulanan serta melaksanakan
pemeriksaan kendaraan secara teratur
terhadap kendaraan yang dimiliki sehingga
97

tetap dapat difungsikan untuk siap


dioperasionalkan.

2) Membuat pengajuan kekurangan


kendaraan untuk mendapatkan penambahan
jumlah kendaraan penarik yang sesuai dengan
TOP/DSPP kepada komando atas, dengan
memanfaatkan kendaraan Reo buatan korea
yang rusak ringan dan sudah tidak
digunakan/dipakai lagi oleh satuan Infantri,
dilakukan dengan melaksanakan pemeliharaan
dan perbaikan oleh personel montir yang
terdapat di satuan Arteleri yang telah
berpengalaman menangani kendaraan jenis
Reo.

3) Melaksanakan pembinaan dan


peningkatan kemampuan montir dengan cara
mengirimkan montir tersebut untuk mengikuti
kursus perbaikan kendaraan baik di lembaga
pendidikan ataupun di luar instansi militer
dengan tujuan agar personel tersebut memiliki
kemampuan yang baik dalam pemeliharaan
dan perbaikan menjadikan seluruh kendaraan
yang ada selalu siap untuk digunakan.

4) Melaksanakan koordinasi dengan


instansi yang terkait dalam pengadaan
kendaraan untuk dapat memprioritaskan
penambahan kendaraan kepada satuan
Arhanud yang berada di Wilayah Jakarta.
98

5) Mengajukan kekurangan kendaraan


penarik untuk memenuhi kebutuhan
penggelaran Alutsista.

6) Pemenuhan sarana dan prasarana


pendukung yang seharusnya dimiliki
disesuaikan dengan TOP/DSPP satuan
dengan jalan melaksanakan koordinasi dengan
Pussenarhanud sebagai pembina teknis
kecabangan dan mengajukan kebutuhan yang
diperlukan kepada komando atas, seperti alat
simulasi penembakan yang dapat
meningkatkan kemampuan dalam
melaksanakan penembakan sasaran udara,
perlengkapan lain yang mendesak dan sangat
dibutuhkan satuan Arhanud adalah sistem dan
alat komunikasi yang terintegrasi antara
Satuan Arhanud dengan Kohanudnas dalam
rangka pengiriman berita sasaran.

3. Analisa SWOT pada pengembangan dan


peningkatan kemampuan gelar Alutsista Denarhanud
003/1F Dam Jaya dalam melindungi Obvitnas.
Berdasarkan pada faktor pengembangan dan
peningkatan kemampuan gelar Alutsista Denarhanud
003/1F Dam Jaya dalam melindungi Obvitnas, analisa
SWOT dilaksanakan dengan melihat seluruh faktor internal
dan eksternal dan menganalisa faktor mana yang paling
dominan untuk dapat diambil suatu strategi yang paling
dominan. Strategi yang digunakan akan lebih
99

mengutamakan aspek yang paling dominan dan dapat


dievaluasi dalam kurun waktu tersebut. Faktor-faktor
tersebut dapat dijabarkan dengan tabel sebagai berikut :

Strength Weakness
INTERNAL
- Daerah Gelar satbak - Kemampuan gelar
di Ibu Kota sudah satuan arhanud masih
dapat mengcover kurang sesuai apabila
seluruh Obvitnas yang dihadapkan pada
dilindungi ancaman menghadapi
- Daerah Gelar satbak serangan udara modern
di Ibukota sudah sesuai - Belum dapat
apabila ditinjau dari mengcover seluruh
sistem komunikasi Obvitnas yang
EKSTERNAL
yang digunakan dilindungi

Opportunities Strategi S – O Strategi W – O


- Dilengkapi dengan
Radar Arhanud
- Dilengkapi dengan
perlengkapan
komunikasi dan
transmisi data
Threats
- Unsur Danraimer Strategi S – T Strategi W – T
dalam pelaksanaan
penggelaran
mengalami kesulitan
memilih daerah gelar
100

satbak

a. Strategi-(S–O) adalah strategi


mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang yang ada pada Satuan Denarhanud –
003/1/F Kodam Jaya untuk mendukung keberhasilan
pertahanan udara nasional. Kekuatan yang dimiliki
dalam gelar Alutsista dari hasil penelitian untuk
dapat diimplementasikan kedalam operasi pertahanan
udara nasional, antara lain daerah Gelar satbak di Ibu
Kota sudah dapat mengcover seluruh Obvitnas yang
dilindungi dan daerah gelar satbak di Ibukota sudah
sesuai apabila ditinjau dari sistem komunikasi yang
digunakan
Kekuatan yang dimiliki Satuan Denarhanud –
003/1/F Kodam Jaya secara analisis bisa dikatakan
baik dan sangat menunjang. Strategi (S–O)
mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang yang ada bisa diterapkan untuk
dikembangkan dalam mendukung keberhasilan
pertahanan udara nasional, hal ini bisa dilihat dari
fakta-fakta gelar Alutsista yang ada dalam kondisi
baik, Radar Dalbak/ dalpur dapat dioperasionalkan,
dilengkapi dengan Radar Arhanud dan dilengkapi
dengan perlengkapan komunikasi dan transmisi data.

b. Strategi–(W–O) adalah kelemahan yang


dimiliki oleh Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam
Jaya untuk mendukung keberhasilan pertahanan
udara nasional. Kelemahan yang dimiliki pada gelar
Alutsista Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya
101

dari hasil penelitian yaitu kemampuan gelar satuan


arhanud masih kurang sesuai apabila dihadapkan
pada ancaman menghadapi serangan udara modern
dan belum dapat mengcover seluruh Obvitnas yang
dilindungi.
Kelemahan (Weaknesses) yang dimiliki
Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya secara
analisis ditemui hal-hal yang perlu ditingkatkan
dihadapkan kedalam keberhasilan pertahanan udara
nasional. Strategi (W – O) mengurangi kelemahan
untuk memanfaatkan Peluang di Satuan Denarhanud
– 003/1/F Kodam Jaya bisa di minimalisir dengan
peningkatan dilengkapi dengan Radar Arhanud dan
dilengkapi dengan perlengkapan komunikasi dan
transmisi data.

c. Strategi-(S–T). Kekuatan yang dimiliki Satuan


Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya diantaranya
Daerah Gelar satbak di Ibu Kota sudah dapat
mengcover seluruh Obvitnas yang dilindungi dan
Daerah Gelar satbak di Ibukota sudah sesuai apabila
ditinjau dari sistem komunikasi yang digunakan. Di
samping itu, Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam
Jaya juga memiliki potensi ancaman yang
memungkinkan seperti adanya unsur Danraimer
dalam pelaksanaan penggelaran mengalami kesulitan
memilih daerah gelar satbak. Strategi S – T diterapkan
di Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya untuk
mencegah dan mengatasi hambatan dengan
menggunakan kekuatan yang dimiliki, melalui
peningkatan Daerah Gelar satbak di Ibu Kota sudah
102

dapat mengcover seluruh Obvitnas yang dilindungi


dan Daerah Gelar satbak di Ibukota sudah sesuai
apabila ditinjau dari sistem komunikasi yang
digunakan.

d. Strategi-(W – T). Strategi W – T diterapkan


untuk mencegah dan mengatasi hambatan di Satuan
Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya dengan
mengurangi kelemahan, sehingga menjadi sebuah
peluang untuk dapat mengatasi permasalahan yang
ada di Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya.
Kelemahan tersebut yaitu unsur Danraimer dalam
pelaksanaan penggelaran mengalami kesulitan
memilih daerah gelar satbak.
Kelemahan tersebut dapat diatasi/ dieliminir
oleh Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya
dengan peningkatan Daerah Gelar satbak di Ibu Kota
sudah dapat mengcover seluruh Obvitnas yang
dilindungi dan Daerah Gelar satbak di Ibukota sudah
sesuai apabila ditinjau dari sistem komunikasi yang
digunakan.

Suatu daerah gelar bagi Satuan Tembak Arhanud


merupakan syarat yang juga harus terpenuhi dalam
pelaksanaan tugas pertahanan udara aktif, terutama dalam
rangka melindungi obyek-obyek vital strategis, dalam
pelaksanaan tugasnya, satuan tembak Arhanud memiliki
prsosedur tetap daerah gelar yang pasti, dalam Renhanud
Komandan Dahanud Jakarta. Komandan Dahanud Jakarta
di jabat oleh Komandan Resimen Arhanud-1/Faletehan
Kodam Jaya. Dalam menyiapkan daerah gelar tersebut ada
103

beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain


mengkoordinasikan agar lokasi yang menjadi daerah gelar
pasti dan lokasi gelar cadangan bagi satuan tembak
Arhanud dibebaskan dari area pembangunan wilayah.
Sehingga dalam rapat koordinasi pembangunan daerah
dapat mengakomodir kepentingan pertahanan negara dan
kepentingan pembangunan daerah. Dengan demikian
kepentingan pembangunan daerah dapat seiring jalan
dengan kepentingan pertahanan negara. Dengan demikian
maka pihak pemerintah daerah harus mengetahui syarat -
syarat yang harus dipenuhi untuk menjadikan daerah yang
dapat dijadikan daerah gelar satuan Arhanud, dan menjadi
bahan acuan bagi mereka, persyaratan yang ditetapkan dan
memenuhi daerah gelar satuan tembak Arhanud antara lain :

a. Lokasi yang menjadi tempat gelar satbak


Arhanud harus luas dengan kondisi tanah yang relatif
keras, sehingga dapat dilalui kendaraan penarik dan
Meriam Arhanud yang akan keluar dan masuk ke
daerah gelar satbak. Kendaraan penarik Meriam
adalah truk 2,5 T sedangkan Meriam Arhanud rata-
rata mempunyai berat 4,7 Ton, dengan demikian
satuan tembak membutuhkan lokasi untuk gelar
dengan kondisi tanah yang cukup luas dan keras agar
kendaraan penarik dan Meriam bisa manuver dan
tidak ambles di lokasi gelar.

b. Memiliki lapangan tinjau dan lapangan tembak


yang luas, pandangan jauh kedepan dan kesegala
arah. Persyaratan ini sangat diperlukan mengingat
penembakan sasaran udara harus dapat membidik
104

sasaran /pesawat udara dari jarak yaang cukup jauh


dan pesawat udara musuh dapat datang dari berbagai
arah. Lapangan tinjau dan lapangan tembak dilokasi
gelar tidak terhalang, baik oleh benda alam ataupun
benda buatan, sehingga awak Meriam dapat
melakukan pembidikan dan mengikuti arah datangnya
pesawat udara musuh, pada akhirnya awak Meriam
dan Rudal akan dapat menembak sasaran pada saat
pesawat udara musuh masuk pada jarak tembak
efektif Meriam dan Rudal .

c. Jauh dari tegangan tinggi. Selain dapat


mengganggu sistem komunikasi dan navigasi yang
ada di satuan tembak Meriam ataupun Rudal, juga
akan membahayakan satuan tembak itu sendiri dan
mengganggu kepentingan masyarakat yang lebih
luas. Sebab pada saat penembakan sasaran atau
pesawat udara musuh kabel tegangan tinggi dapat
terkena tembakan yang dampaknya akan dapat
membahayakan gelar satuan tembak dan dapat
menghentikan suplai arus listrik untuk daerah lain.
Kerugian lain adalah pihak PLN akan mengalami
kerusakan instalasi dan kerugian yang cukup besar
sebagai dampak putusnya / rusaknya kabel tegangan
tinggi terkena tembakan. Sehingga daerah gelar yang
baik harus jauh dari tegangan tingi. Dampak yang lain
adalah tegangan tinggi dapat mempengaruhi sistem
navigasi pada Meriam dan Rudal , dengan demikian
akan mengacaukan pembidikan dan penembakan
sasaran karena sistem navigasi akan terganggu.
105

d. Memenuhi persyaratan taktik pertahanan


udara. Di dalam taktik pertahanan udara kita
mengenal beberapa macam teknik penggelaran
satuan tembak, diantaranya adalah metode gelar
tikar, metode gelar garis lempar bom, metode lintas
ganti serta metode jarak saling bantu. Penggunaan
taktik dalam pertahanan udara disesuaikan dengan
situasi, kondisi, lokasi gelar dan macam tugas yang
dihadapi satuan Arhanud. Untuk tugas pertahanan
obyek vital nasional, taktik yang paling sesuai adalah
metode garis lempar bom. Perhitungan metode gelar
ini menggunakan perhitungan antara kecepatan
pesawat, jarak tembak efektif Meriam yang digunakan
serta diameter bangunan obyek vital yang dilindungi.
Sehubungan dengan persyaratan tersebut, maka
satuan Arhanud yang digelar dalam rangka operasi
pertahanan udara perlu dipersiapkan lokasi gelar
satuan tembak yang memenuhi persyaratan.

1) Satuan Arhanud selalu melaksakan


peninjauan medan secara berkala dan
mendata medan-medan terbuka yang dapat
digunakan sebagai daerah penggelaran Satbak
Arhanud, dapat berupa ladang yang relatif rata
atau tempat-tempat sarana olah raga yang
terbuka misalnya lapangan bola, areal ladang
palawija dan lain-lainnya yang terdapat di
sekitar daerah obyek vital yang dilindungi.

2) Menyelenggarakan pertahanan udara


dengan pola GLB dengan penggelaran Meriam
106

terletak pada posisi terluar dari LPM sehingga


satbak-satbak dapat tergelar lebih keluar dan
mampu mengantisipasi atau menangkal
terhadap Pesawat udara musuh yang
melepaskan senjatanya dari jarak jauh namun
tidak lepas dari taktik dan teknik penggelaran
satbak Meriam yang berlaku.

3) Pelaksanaan penggelaran Satbak


Meriam atau Rudal tidak terpaku dengan
ketentuan penggelaran yang ideal namun
penggelaran menyesuaikan dengan keadaan
medan yang dapat dijadikan daerah gelar
tetapi tetap berpedoman batas pergeseran
masih dalam batas-batas toleransi.

4) Dengan pengadaan Alutsista Meriam


dan Rudal yang memiliki kemampuan
menembak antara 7 km – 15 km maka
penggelaran Satbak dapat dilakukan jauh di
pinggiran kota namun masih mampu
memberikan perlindungan udara terhadap
obyek vital dan mampu memberikan daya
tangkal yang tinggi terhadap serangan udara
musuh yang datang.

5) Memelihara dan mempertahankan


daerah gelar lama yang masih dapat di
gunakan dengan melaksanakan koordinasi
dengan Pemda agar daerah gelar tersebut dan
lingkungan sekelilingnya tidak digunakan areal
107

perumahan atau areal bangunan lainnya,


hanya khusus digunakan sebagai areal
penghijauan atau areal pertanian.

6) Membuat daerah gelar yang telah


dipersiapkan secara permanen disekitar obyek
vital pada setiap daerah gelar sehingga tidak
lagi menyulitkan dalam mencari dan
menentukan daerah gelar yang relatif baik dan
memenuhi persyaratan daerah gelar serta
melaksanakan koordinasi dengan Pemda
khususnya mengenai tata ruang untuk sekitar
daerah gelar tidak diijinkan mendirikan
bangunan.

7) Dengan pengadaan Alutsista Meriam


dan Rudal yang memiliki kemampuan
menembak antara 7 km – 15 km maka
penggelaran Satbak dapat dilakukan di
pinggiran kota yang masih terdapat daerah-
daerah relatif terbuka selanjutnya koordinasi
atau memberikan masukan kepada unsur
pemda dalam penyusunan tata ruang dalam
rangka pengembangan wilayah Ibukota agar
pada areal tertentu yang digunakan sebagai
daerah gelar Satbak Arhanud dipertahankan
kondisinya dan tidak digunakan sebagai areal
pemukiman ataupun perkantoran.

8) Menyiapkan Daerah gelar di Satuan-


satuan yang digunakan sebagai daerah gelar
108

cadangan untuk penyelenggaraan pertahanan


udara yang membutuhkan waktu dan kesiapan
yang cepat untuk mengantisipasi terjadinya
serangan udara musuh yang datang secara
mendadak.

9) Menggelar satbak-satbak secara


berlapis dan tersebar di sekitar obyek vital
yang dilindungi, yang bertujuan untuk dapat
menembak pesawat udara musuh seawal
mungkin sebelum pesawat tersebut sempat
melepaskan senjatanya untuk menyerang atau
menghancurkan obyek vital yang dilindungi.
Hal ini dapat dilakukan dikaitkan dengan
pengembangan organisasi Yonarhanud yang
terdiri dari 4 Rai Tempur dan 1 Rai Markas
maupun satuan yang memiliki Alutsista Rudal .

10) Serangan udara tidak hanya diarahkan


kepada penghancuran obyek vital nasional
yang bernilai strategis saja tetapi juga
bertujuan untuk melumpuhkan roda
pemerintahan dan komando pengendalian
sehingga penggelaran pertahanan udara
disamping melindungi obyek vital Nasional,
penyelenggaraannya juga untuk melindungi
Wilayah Ibukota Jakarta dari serangan udara
musuh.

Dengan adanya Alutsista yang baru yang telah kami


sampaikan diatas terutama Alutsista Rudal Strastrek, Rudal
109

Mistral, Rudal RBS akan merubah taktik maupun prosedur


tetap penggelaran pada Renhanud, dikarenakan pada
Alutsista yang menggunakan Rudal akan lebih efektif dalam
pelaksanaan tugas pertahanan udara yang disebabkan
karena tidak menggunakan kendaraan penarik yang berat
dan besar, dan Sistem Rudal tersebut dapat di bawa oleh
operator atau Manpads. Dalam pelaksanaan operasi yang
dilaksanakan di Ibukota Jakarta yang terdiri dari gedung-
gedung bertingkat dan jalan yang padat, maka akan lebih
efektif menggunakan atap dari gedung-gedung bertingkat
tersebut untuk menggelar sistem senjata Rudal yang bersifat
Manpads dan didukung sistem Radar yang di tempatkan di
sentral obyek vital tersebut.

Untuk menggambarkan posisi hubungan variabel


kualitas teknologi Alutsista, kondisi Alutsista dan gelar
Alutsista Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya secara
simultan dan bereksinambungan maka dibuat bentuk tabel
external factor analysis strategic (EFAS) dan tabel internal
factor analysis strategic (IFAS).

Tabel 6.1 Tabel Internal Factor Analysis Strategic (IFAS)

BOBOT RATING POINT


URAIAN
(B) (R) (BXR)
Strength a. Alutsista yang ada 0,1 4 0,4
(kekuatan) dapat mengcover wilayah
Ibu Kota Jakarta
b. Alutsista yang ada 0,12 2 0,24
dalam kondisi baik
c Radar Dalbak/ dalpur
110

dapat dioperasionalkan 0,1 1 0,1


d. Alutsista yang ada
dalam kondisi baik seperti 0,05 3 0,15
Meriam Udara 23 mm/Zur
Komposit dengan Rudal
Grom
e. Daerah Gelar satbak di
Ibu Kota sudah dapat
mengcover seluruh
Obvitnas yang dilindungi
f. Daerah Gelar satbak di 0,07 3 0,21
Ibukota sudah sesuai
apabila ditinjau dari sistem
komunikasi yang
digunakan 0,07 4 0,28

JUMLAH 0,51 1,38


Weakness a. Terbatasnya 0,08 -1 -0,08
(kelemahan) kemampuan Alutsista
Meriam 23 MM/ZUR
Komposit Rudal Grom
serta Rudal Poprad.
b. Belum memenuhi dan 0,18 -2 -0,36
belum dapat
melaksanakan tugas
Perhanan Udara Aktif. 0,08 -2 -0,16
c. Kemampuan gelar
satuan arhanud masih
kurang sesuai apabila
dihadapkan pada ancaman
111

menghadapi serangan
udara modern 0,15 -2 -0,3
d. Belum dapat mengcover
seluruh Obvitnas yang
dilindungi
JUMLAH 0,49 -0,9
Hasil Strength - Weakness 1 0,48

Tabel 6.2 Tabel External Factor Analysis Strategic (EFAS)


URAIAN BOBOT RATING POINT
(B) (R) (BXR)
Opportuni a. Dilengkapi dengan Radar 0,38 4 1,52
ties Arhanud
(peluang) b. Dilengkapi dengan 0,15 3 0,45
perlengkapan komunikasi
dan transmisi data.
JUMLAH 0,53 1,97
Threat a. Pengerahan kekuatan 0,14 -1 -0,14
ness militer secara konvensional
(ancama dari negara lain.
n) b. Sudah tidak relevan 0,18 -2 -0,36
dengan perkembangan ilmu
tehnologi dan perkembangan
ancaman.
c. Unsur Danraimer dalam 0,15 -2 -0,3
pelaksanaan penggelaran
112

mengalami kesulitan memilih


daerah gelar satbak
JUMLAH 0,47 -0,8
Hasil Opportunities - Threatness 1 1,17

NO EKSTERNAL NILAI INTERNAL NILAI


1 Opportunities 1,97 Strengths 1,38
2 Threats 0,8 Weakness 0,9
Selisih 1,17 Selisih 0,48

Gambar 1
Kuadran Prioritas Strategi

Opportunities

Strategi S-O
1,17

Weakness Strengths
0,48

Threatness

Dengan melihat gambar-1. Prioritas Strategi terlihat bahwa


untuk strategi prioritas adalah :
113

S-O : Alutsista yang ada dapat mengcover wilayah Ibu Kota


Jakarta, Alutsista yang ada dalam kondisi baik, Radar Dalbak/
dalpur dapat dioperasionalkan, Daerah Gelar satbak di Ibu Kota
sudah dapat mengcover seluruh Obvitnas yang dilindungi dan
Daerah Gelar satbak di Ibukota sudah sesuai apabila ditinjau dari
sistem komunikasi yang digunakan, strategi adalah: “Meningkatkan
kemampuan Alutsista Meriam 23 MM/ZUR Komposit Rudal Grom
serta Rudal Poprad”
W-O: Terbatasnya kemampuan Alutsista Meriam 23
MM/ZUR Komposit Rudal Grom serta Rudal Poprad, Belum
memenuhi dan belum dapat melaksanakan tugas Perhanan Udara
Aktif, Kemampuan gelar satuan arhanud masih kurang sesuai
apabila dihadapkan pada ancaman menghadapi serangan udara
modern dan belum dapat mengcover seluruh Obvitnas yang
dilindungi, strategi adalah: “Meningkatkan Radar Arhanud dan
dilengkapi dengan perlengkapan komunikasi serta transmisi data”
S-T : Alutsista yang ada dapat mengcover wilayah Ibu Kota
Jakarta, Alutsista yang ada dalam kondisi baik, Radar Dalbak/
dalpur dapat dioperasionalkan, Daerah Gelar satbak di Ibu Kota
sudah dapat mengcover seluruh Obvitnas yang dilindungi dan
Daerah Gelar satbak di Ibukota sudah sesuai apabila ditinjau dari
sistem komunikasi yang digunakan, strategi adalah: “Meningkatkan
Unsur Danraimer dalam pelaksanaan penggelaran”
W-T : Terbatasnya kemampuan Alutsista Meriam 23
MM/ZUR Komposit Rudal Grom serta Rudal Poprad, Belum
memenuhi dan belum dapat melaksanakan tugas Perhanan Udara
Aktif, Kemampuan gelar satuan arhanud masih kurang sesuai
apabila dihadapkan pada ancaman menghadapi serangan udara
modern dan belum dapat mengcover seluruh Obvitnas yang
dilindungi, strategi adalah: “Meningkatkan Radar Arhanud dan
dilengkapi dengan perlengkapan komunikasi serta transmisi data”.
114

5.1.6. Gagasan Inovatif.

1. Melakukan Validasi satuan Detasemen Arhanud-003/1/F di


menjadi satuan Batalyon Arhanud, dimana yang semula setingkat
Detasemen yang terdiri dari 2 Baterai Meriam dan 1 Ton Rudal di
tambah menjadi tingkat Batalyon yaitu terdiri dari 2 Baterai Meriam
dan 2 Batera Rudal dan 1 Baterai Markas.

2. Melaksanaan pengadaan Alutsista sistem Rudal yang lebih


efektif, efisien dan modern hingga pengadaan Rudal jarak
Menengah dan jarak jauh sesuai dengan kajian yang telah
dilakukan oleh Pussenarhanud Kodiklat TNI AD.

3. Melaksanakan perbaikan dan penambahan kendaraan


penarik Meriam untuk dapat memenuhi kebutuhan di dalam
pergerakan Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya, sehingga
dapat melaksanakan penggelaran secara cepat, tepat dan efektif.

4. Menyiapkan suatu tempat yang dapat digunakan sebagai


daerah gelar bagi Satuan Penembakan dari Satuan Arhanud TNI
AD dalam melaksanakan tugas pertahanan udara di Jakarta.
Apabila menggunakan Alutsista Rudal yang memiliki mobilitas
yang tinggi akan membuat atap gedung-gedung bertingkat menjadi
daerah gelar sistem senjata Rudal Strastrek, Mistral maupun RBS
yang bersifat Manpads.
115

116

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan.

6.1.1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini


berpengaruh terhadap teknologi militer baik darat, laut dan udara
terutama pada kemampuan bertempur. Dari sisi perkembangan
persenjataan angkatan udara telah banyak diciptakan berbagai
macam dan jenis pesawat tempur dengan kemampuan manuver
tinggi, mempunyai kecepatan diatas kecepatan suara dan daya
jelajah lebih jauh serta mampu membawa berbagai jenis senjata
penghancur yang dahsyat merupakan suatu bentuk ancaman yang
harus dihadapi oleh unsur-unsur pertahanan udara Nasional.

6.1.2. Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya mempunyai


tugas pokok menyelenggarakan pertahanan udara untuk
melindungi obyek vital nasional yang bernilai strategis, kondisi saat
ini tidak dapat melaksanakan tugasnya secara optimal dikarenakan
kemampuan kualitas Alutsista yang tidak dapat mendukung
116

pelaksanaan tugas pertahanan udara di daerah Ibukota jika


dihadapkan dengan kemampuan serangan udara modern musuh.
Kondisi Alutsista yang digunakan sudah cukup tua dan tidak dapat
dioperasionalkan secara maksimal, kendaraan penarik Meriam
yang ada terbatas, serta untuk penggelaran Alutsista yang ada
mengalami kesulitan karena perkembangan pembangunan Ibukota
yang begitu pesat.

6.1.3. Pengaruh perkembangan lingkungan strategis baik Global,


Regional dan Nasional memunculkan beberapa peluang dan
kekuatan yang dapat dimanfaatkan atau dikembangkan untuk
118
dapat mengatasi/menghilangkan kendala-kendala yang dihadapi
yaitu dengan melakukan upaya modernisasi kemampuan Satuan
Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya dalam menyelenggarakan
pertahanan udara yang mampu mewujudkan satuan Arhanud yang
profesional, efektif, efisien dan modern dan mampu menangkal
segala bentuk ancaman serangan udara yang datang dengan
langkah-langkah antara lain peningkatan pemeliharaan,
modernisasi, pengadaan, dan evaluasi kegiatan yang telah
dilakukan.

6.1.4. Guna mewujudkan dan tercapainya sasaran yang


diharapkan, tentunya dalam pelaksanaan peningkatan kemampuan
Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya dalam melindungi
Ibukota Jakarta dari ancaman serangan udara modern musuh,
harus dilakukan upaya konkrit melalui berbagai metode diantaranya
pemeliharaan, pengadaan atau penggantian Alutsista yang sudah
tua dengan Sistem Senjata yang baru yaitu sistem senjata Rudal
yang memiliki mobilitas yang tinggi serta dengan mengadakan
koordinasi dengan pemerintah daerah Ibukota Jakarta dalam
117

penyiapan daerah gelar bagi satuan penembakan satuan Arhanud


dalam melaksanakan tugas pertahanan udara.

6.2. Saran.

6.2.1. Mohon ijin agar satuan Detasemen Arhanud-003/1/F di


Validasi menjadi satuan Batalyon Arhanud, dimana yang semula
setingkat Detasemen yang terdiri dari 2 Baterai Meriam dan 1 Ton
Rudal di tambah menjadi tingkat Batalyon yaitu terdiri dari 2
Baterai Meriam dan 2 Batera Rudal dan 1 Baterai Markas. Dari
Validasi Satuan tersebut diharapkan dapat mengcover seluruh
obyek vital di Ibukota Jakarta dan melindungi Ruang Udara Jakarta
dengan “Umbrella System” sehingga wilayah Ibukota Jakarta dapat
terlindungi dari berbagai arah ancaman serangan udara musuh.

6.2.2. Melaksanaan pengadaan Alutsista sistem Rudal yang lebih


efektif, efisien dan modern hingga pengadaan Rudal jarak
Menengah dan jarak jauh sesuai dengan kajian yang telah
dilakukan oleh TNI AD. Rudal Mistral dan Starstreak memiliki
karakteristik taktis antara lain mobilitas tinggi, dapat beroperasi
siang dan malam di segala medan dan cuaca serta dapat
beroperasi secara berdiri sendiri.

6.2.3. Perlunya perbaikan dan penambahan kendaraan penarik


Meriam untuk dapat memenuhi kebutuhan di dalam pergerakan
Satuan Denarhanud – 003/1/F Kodam Jaya, sehingga dapat
melaksanakan penggelaran secara cepat, tepat dan efektif.

6.2.4. Perlunya suatu tempat yang dapat digunakan sebagai


daerah gelar bagi Satuan Penembakan dari Satuan Arhanud TNI
AD dalam melaksanakan tugas pertahanan udara di Jakarta.
Apabila menggunakan Alutsista Rudal yang memiliki mobilitas yang
tinggi akan membuat atap gedung-gedung bertingkat menjadi
118

daerah gelar sistem senjata Rudal Strastrek, Mistral maupun RBS


yang bersifat Manpads.

Bandung, Oktober 2019


Perwira Siswa

Amos Comenius Silaban


Mayor Arh Nosis 57035
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku.
Laksamana Muda TNI Dr. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., D.E.S.D,
Orasi Ilmiah tentang Karya Tulis tentang Modernisasi Sistem
Pertahanan Udara TNI melindungi keutuhan wilayah dan
kedaulatan NKRI, Unhan 2018.
Mayor Arh Antonius Andre Wira Kurniawan, S.AP, Karya Tulis
tentang Pengaruh kemampuan Alutsista Arhanud TNI AD
dalam rangka menghadapi serangan udara modern,
Seskoad 2013.

B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang – undang nomor 34 tahun 2004 tentang TNI
Undang –undang nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
Keputusan Kasad Nomor Kep/718/XII/2014 tanggal 10 Desember
2014, Petunjuk Induk tentang Artileri Pertahanan Udara
Peraturan Pangkohanudnas Nomor Perpang/04/IX/2010 tanggal 29
September 2010, tentang Prosedur Tetap Operasi
Pertahanan Udara Nasional Panglima Komando Pertahanan
Udara Nasional
119

C. Tesis/Disertasi
Laporan Evaluasi Program Kerja Denarhanud-003/1/F Kodam Jaya
Semester 1 TA 2012, Lampiran V Data Materiil.

D. Majalah/Artikel
Australian MOD, 2013 Defence White Paper, (2013)
Chapter 2 Threat FM 44-100-2 Air Defense Artillery Reference
Handbook, Sep 2000
Gary Chapman, An introduction to the revolution in military affairs,
(Helsinki, 2003)
Hans Morgenthau, Truth and Power: Essays of a Decade, 1960–70,
(1970)

E. Kamus
-
F. Internet
en.wikipedia.org/wiki/Unmanned_aerial_vehicle
http://en.wikipedia.org/wiki/
Intelligence,_surveillance,_target_acquisition,_and_
reconnaissance
http://id.wikipedia.org/wiki/Peperangan_elektronik
http://www.tandef.net/perlukah-nkri-membentuk-skadron-uav-uas
120

Lampiran 1. Pedoman Wawancara


PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA DENGAN


DANDENARHANUD-003/1/F / WADANDENARHANUD-003/1/F

Petunjuk Pengisian :
1. Mohon dengan hormat kepada Bapak untuk menjawab seluruh
kalimat pertanyaan/pernyataan yang telah disediakan.
2. Mohon sedianya agar setiap jawaban yang diberikan disertai
dengan alasannya.

Identitas Informan :
Nama : Rizky Electrika Saptian Saputra
Pangkat / NRP : Kapten Arh / 11090032180987
Jabatan : Wadanden Arhanud - 003
Pendidikan : SLTA

Pertanyaan Penelitian :
NO PERTANYAAN JAWABAN
121

1 2 3
1 Mohon diceritakan secara singkat apa Satuan ini mnelaksanakan
pengalaman bapak yang berkaitan dengan gelar pertahanan udara yang
operasi pertahanan udara di satuan ini ? dilaksanakan oleh
Kohanudnas di bawah
pimpinan Pangkohanudnas
yang bermarkas di Halim,
latihan ini diikuti oleh 3 matra
baik dari TNI AD, AL, dan AU,
satuan ini bertugas
mengamankan obyek vital
seperti Istana Negara,
Bandara Soekarno Hatta dan
Puspitek Serpong
2 Menurut pendapat bapak bagaimana Kemampuan ancaman udara
kemampuan ancaman udara saat ini ? saat ini bisa terjadi kapan saja,
darimana saja dan dari negara
yang secara politik
bersebrangan dengan negara
kita kekuatan serangan udara
belum kita ketahui, namun kita
harus siap menghadapi
kemungkinan yang paling
buruk sekalipun
3 Menurut pendapat bapak teknologi Alutsista Alutsista yang ada di satuan
disatuan masih relevan dengan masa saat saaat ini sudah tidak relevan
ini ? baik dari segi kualitas maupun
kuantitas, persenjataan yang
kemampuannya jauh tertinggal
dengan teknologi persenjataan
yang berkembang saat ini dan
122

di lain pihak persenjataan


yaqng kita miliki saat ini sering
mengalami kerusakan baik
disebabkan karena tidak
adanya tekhnisi yang
profesional dan minimnya
suku cadang yang tersedia
4 Menurut pendapat bapak apakah ada Ada, kondfisi saat ini wilayah
hubungan kemampuan udara terhadap Jakarta sudah padat penduduk
gelar Arhanud di Jakarta? Bagaimana sehingga lahan –lahan gelar
kondisi saat ini ? sudah tidak memungkinkan
lagi maka kita harus meiliki
jenis persenjataan yang harus
bisa disesuaikan dengan
kondisi medan dan mobilitas
yang ada di Jakarta dan
sekitarnya
5 Menurut pengetahuan bapak bagaimana Kemapuan Alutsista yang
kemampuan Alutsista yang dimiliki satuan dimiliki satuan inii sudah tidak
ini ? efektif untk mengatasi
ancaman serangan udara
yang berkembang saat ini
sehingga diperlukan
modernisasi Alutsista yang
sudah jauh lebih modern serta
penigkatan sumber daya
manusia prajurit arhanud
6 Menurut pendapat bapak Alutsista yang Alutsista yang ada tidak
ada mampu menghadapi ancaman udara mampu menghadapi ancaman
yang berkembang saat ini ? udara yang berkembang saat
ini karena Alutsista yang kita
123

miliki sudah tidak relevan baik


dari segi kualitas maupun
kuantitasnya
7 Apa yang bapak ketahui tentang obyek vital Obyek vital yang di lindungi
yang dilindungi sesuai Tupok Satuan ? sesuai tupok satuan diatas
adalah melindungi aset-aset
negara yang berada di wilayah
jangkaun satuan seperti Istana
Negara, Bandara Soekarno
Hatta, dan Puspitek Serpong
8 Menurut pendapat bapak obyek vital yang Obyek vital yang menjadi
menjadi tugas pokok satuan apakah sudah tugas pokok satuan ini belum
mampu tercaver oleh gelar Alutsista yang dapat tercover karena dengan
dimiliki satuan ? minimnya Alutsista
persenjataan yang dimilki
satuan tidak mencukupi untuk
melindungi obyek vital yang
berada di 3 tempat, Alutsista
yang dimiliki satuan hanya
mampu melindungi satu obyek
vital apalagi dengan kondisi
Alutsista yang dimiliki banyak
kendala atau rusak
9 Menurut pendapat bapak bagaimana gelar Gelar arhanud yang ideal kita
Arhanud yang ideal untuk melindungi obyek laksanakan dengan
vital yang menjadi tugas pokok satuan ? meningkatkan jumlah Alutsista
dan kulaitas Alutsista yang
lebih modern di kaitkan
dengan pola gelar Alutsista
arhanud yang melindungi
obyek vital dari segala arah
124

LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA DENGAN


KOMANDAN BATERAI DENARHANUD – 003/1/F KODAM JAYA

Petunjuk Pengisian :
1. Mohon dengan hormat kepada Bapak untuk menjawab seluruh
kalimat pertanyaan/pernyataan yang telah disediakan.
2. Mohon sedianya agar setiap jawaban yang diberikan disertai
dengan alasannya.

Identitas Informan :
Nama : Nanang Imam Saputra
Pangkat / NRP : Kapten Arh / 21970062200377
Jabatan : Danrai B Denarh-003
Pendidikan : SMA (Umum)
Caba PK ’97 CAPA ’11 (Militer)

Pertanyaan Penelitian :
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 2 3
1 Bagaimana menurut Bapak dalam Untuk menigkatkan kemapuan
meningkatkan kemampuan satuan Baterai ? satuan baterai kami, maka
125

harus dimulai dari penigkatan


kemampuan awak dan
kemampuan personel dalam
melaksanakn tugas pokoknya
sesuai dengan jabatan yangia
duduki, sehingga prajurit
tersebut tau harus berbuat apa
didalam melaksanakan
tugasnya, sehingga apabila
tiap personel telah dapat
melaksanakan tugasnya
dengan baik maka
kemampuan baterai pun
meningkat
2 Apakah Bapak sudah melaksanakan Kegiatan dan pelatihan sudah
kegiatan dan pelatihan pada satuan kami latihan secara rutin
bawahan ? secara bertahap mulai dari
tingkat pucuk sampai tingkat
baterai, sehingga kemapuan
anggota tetap terpelihara
dengan baik
3 Bagamana menurut bapak kondisi alat- Untuk perlatan yang ada
peralatan Baterai yang tersedia mampu, khususnya Alutsista di satuan
dalam mendukung operasi pertahanan kami dihadapkan dengan
udara ? tugas pokok kami dalam
melindungi 3 obyek vital
negara, sangat tidak mumpuni,
terutama dari jarak capai yang
hanya mencapai 5 km,
dihadapkan dengan kemajuan
teknologi dan wahana udara
126

yandg ada saat ini, Alutsista


yang kami miliki sudah tidak
efektif lagi dalam
melaksanakan perlindungan
udara
4 Apakah menurut bapak penguasaan Optimalisasi kemampuan
teknologi informasi dan kondisi alat- bateai Denarhanud-003 dapat
peralatan mampu mengoptimalkan tercapai dengan penugasan
kemampuan Baterai Denarhanud – 003/1/F teknologi informasi dan kondisi
Kodam Jaya ? alat peralatan namun didukung
dengan Alutsista yang
memadai pula
5 Menurut bapak Alutsista apa yang cocok Menurut saya Alutsista yang
menggantikan Alutsista yang ada ? cocok untuk menggantikan
Alutsista yang ada, adalah
Rudal yang bersifat manpads,
sehingga dapat digelar secara
cepat dan dapat digelar di
medan-medan yang sulit
ditempuh oleh kendaraan
contohnya Rudal Igla-s
buatan rusia yang telah teruji
kemampuannya
127

LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA DENGAN


KOMANDAN PELETON DENARHANUD – 003/1/F KODAM JAYA

Petunjuk Pengisian :
1. Mohon dengan hormat kepada Bapak untuk menjawab seluruh
kalimat pertanyaan/pernyataan yang telah disediakan.
2. Mohon sedianya agar setiap jawaban yang diberikan disertai
dengan alasannya.

Identitas Informan :
Nama : Muhamad Jafar, S.A.P.
Pangkat / NRP : Letda Arh / 21980294600379
Jabatan : Danton Har
Pendidikan : S-1 (Umum)
Secapa (Militer)

Pertanyaan Penelitian :
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 2 3
1 Bagaimana menurut bapak apakah Sudah, karena dalam setiap
pemakai/pengguna alat peralatan latihan drill setiap anggota
memahami ketentuan umum dan ketentuan disampaikan tentang alat
teknik yang telah ditentukan ? peralatan senjata yang kami
128

miliki, baik itu ketentuan umum


maupun ketentuan teknik
senjata itu dan juga untuk para
bintara-bintara pelatih pun
sudah mampu menguasai
senjata tersebut dengan baik
2 Bagaimana kemampuan personel peleton Kategori mampu, dimana
saat ini dalam menggunakan alat personel dalam peleton sudah
peralatan ? dapat mengoperasikan senjata
dan drill dengan baik dan
benar
3 Apakah ada buku petunjuk latihan yang Sudah ada, bujuk yang
dimiliki yang bisa menjadi pedoman latihan diperoleh buat satuan-satuan
peleton dalam menggunakan alat maupun bujuk yang diperoleh
peralatan ? di Lemdik oleh bintara-bintara
yang sudah melaksanakan
kursus atau spesialisasi dari
senjata yang ada di satuan
4 Bagaimana tingkat keamanan penggunaan Aman, dalam hal ini apabila
alat peralatan sebagai taktik peleton ? personel mengikuti prosedur
dlama penggunaan alat
persenjataan dengan benar
kegiatan latihan akan berjalan
dengan baik dan aman
5 Apa yang menjadi potensi kendala Potensi kendala yang
pemanfaatan alat peralatan dalam taktik akandihadapi adalah dalam
bertempur peleton ? pemeliharaan alat perlatan
senjata tersebut karena dalam
suku cadang yang terbatas
dan tenaga ahli yang belum
memadai sehingga
129

pemeliharaan akan menjadi


kendala kedepan
6 Menurut Bapak berapa anggaran yang Untuk anggaran kami belum
harus dikeluarkan untuk membeli alat tau, tapi dengan penyediaan
peralatan beserta untuk latihan suku cadang dan tenaga ahli
operasionalnya ? yang memadai akan
memberikan peralatan senjata
tersebut berfungsi dengan
maksimal dan baik dalam
mendukung operasional dalam
latihan-latihan yang akan
dilaksanakan dan masa pakai
lebih lama
130

LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA DENGAN


OPERATOR RUDAL POPRAD
DENARHANUD – 003/1/F KODAM JAYA

Petunjuk Pengisian :
1. Mohon dengan hormat kepada Bapak untuk menjawab seluruh
kalimat pertanyaan/pernyataan yang telah disediakan.
2. Mohon sedianya agar setiap jawaban yang diberikan disertai
dengan alasannya.

Identitas Informan :
Nama : Ardo Irvan Nur Cahyo
Pangkat / NRP : Sertu / 21140022110693
Jabatan : Babak Satbak – 1 Ton Rudal
Pendidikan : Secaba PK

Pertanyaan Penelitian :
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 2 3
1 Berkaitan dengan tugas operator Rudal Ya, perlu perubahan taktik
Poprad, apakah menurut Denarhanud perlu dengan perkembangan
adanya perubahan taktik dari kondisi yang kemajuan tekonologi pada
sudah ada saat ini dihadapkan dengan zaman saat ini untuk
pertahanan udara negara lain yang sudah bentuknya adalah pola gelar
modern? Jika ya, dalam bentuk Apa ? dan mengganti Alutsista
supaya arhanud kedepan
131

menjadi lebih kuat dan modern


2 Menurut saudara apakah peleton perlu
memanfaatkan peralatan atau perlengkapan
baru untuk mendukung tugasnya di
lapangan ?
3 Jika saat ini ada teknologi Rudal yang Setuju, karena dapat
mampu menjadi alat dukung personel lewat membantu Rudal untuk dapat
udara dan dapat mendukung tugas, apakah menangkap sinyal serangan
saudara setuju alat tersebut menjadi bagian musuh dalam bertempur
dalam taktik bertempur ? Apa alasannya?
4 Bagaimana pemanfaatan alat dukung Rudal Pemanfaatan alat pendukung
di satuan Denarhanud saat ini ? Rudal di satuan arhanud saat
ini adalah sebagai alat
pendeteksi arah jumlah
pesawat
5 Apakah alat dukung Rudal yang sudah ada Ya, meruapakan alat dukung
di Denarhanud merupakan Alutsista TNI AD Rudal TNI AD saaat ini
saat ini? dan ada berapa alat yang sekarang jumlahnya 1 alat yaitu Radar
dimiliki Denarhanud ? MMSR
6 Apakah Saudara setuju alat dukung Rudal Setuju, karena membantu alat
ditetapkan sebagai Alutsista TNI AD ? operasional dalam latihan
7 Jika Rudal Poprad digunakan untuk latihan Ada, karena sebagai dasar
militer oleh personel Peleton, adakah Modul untuk latihan
latihan yang digunakan sebagai pedoman ?
8 Apakah ada Kurikulum latihan yang dimiliki Ada, selalu dipedomani dalam
oleh Denarhanud untuk menyelenggarakan pelaksanaan latihan
latihan taktik peleton ?
9 Apakah ada anggaran dari TNI AD untuk Ada, untuk anggaran berupa
menyelenggarakan latihan penggunaan alat uang saku, uang makan, uang
dukung Rudal Poprad ? pemeliharaan
132

LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA DENGAN


OPERATOR RADAR MMSR DENARHANUD – 003/1/F KODAM JAYA

Petunjuk Pengisian :
1. Mohon dengan hormat kepada Bapak/Ibu untuk menjawab seluruh
kalimat pertanyaan/pernyataan yang telah disediakan.
2. Mohon sedianya agar setiap jawaban yang diberikan disertai
dengan alasannya.

Identitas Informan :
Nama : Novi Purnama Mulid
Pangkat / NRP : Sertu / 21140068811192
Jabatan : Operator Radar MMSR
Pendidikan : Secaba PK 2014

Pertanyaan Penelitian :
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 2 3
1 Jika saat ini ada Radar MMSR yang Untuk kondisi Radar MMSR
mampu menjadi alat dukung personel lewat yang sekaran dimiliki satuan
udara dan dapat mendukung tugas, apakah Denarhanud-003/1/F sudah
saudara setuju alat tersebut menjadi bagian tidak memenuhi syarat untuk
dalam taktik bertempur ? Apa alasannya ? mendukung tugas prajurit
arhanud di era sekarang,
tetapi apabila ada Alutsista
Radar yang memiliki
kemampuan yang melebihi
133

Radar MMSR dan bisa


mendukung tugas prajurit
arhanud mungkin bisa menjadi
saran untuk diajukan, sperti
Radar jenis Weibel, Radar ini
memiliki daya tangkap dan
mampu mengidentifikasi target
bergerak di wilayah udara
yang terbang tanpa
transponden dengan radius
300 km
2 Bagaimana pemanfaatan Radar MMSR di Dengan kondisi Radar MMSR
satuan Denarhanud saat ini ? yang mengalami kerusakan
ringan saat tidak mendukung
kinerja dari prajurit arhanud
khususnya prajurit
Denarhanud-003 dalam
menjalankan tugasnya yaitu
melindungi objek vital di
wilayah sekitar Satuan
Denarhanud-003
3 Apakah Radar MMSR yang sudah ada di Radar MMSR yang ada di
Denarhanud merupakan Alutsista TNI AD satuan Denarhanud 003
saat ini? dan ada berapa alat yang sekarang merupakan Alutsista TNI AD
dimiliki Denarhanud ? yang saat ini, untuk alat yang
dimiliki satuan Denarhanud
003 yaitu 1 Radar MMSR, 2
bccv, 12 Meriam 23 mm ZUR
dan 4 satbak Rudal Poprad

4 Apa yang menjadi potensi kendala Radar MMSR sendiri tidak


134

pemanfaatan Radar MMSR dalam taktik memiliki kemampuan


bertempur ? mendeteksi lawan atau kawan
(IFF) selain itu dari kondisi
daya tangkap Radar MMSR
yang sering mengalami
gangguan/kerusakan dari
komponen komponen Radar
MMSR sehingga untuk
pengoperasian Radar MMSR
sendiri tidak bisa maksimal
5 Bagaimana kemampuan personel Radar Untuk kemampuan dari
MMSR saat ini dalam menggunakan alat pesonel yang mengawaki
dukung Radar MMSR ? Radar MMSR terkendala dari
kemampuan untuk mengatasi
apabila ada kerusakan ringan
selain karena awak Radar
MMSR hanya sebatas
pengguna tetapi pada saat
ada perbaikan dari pihak
teknisi Polandia, awak Radar
MMSR tidak diberitau
bagaimana cara mengatasi
kerusakan di Radar MMSR
tersebut
6 Bagaimana tingkat keamanan penggunaan Untuk tngakt keamanan
alat dukung Radar MMSR sebagai taktik penggunaan alat dukung
peleton ? Radar MMSR sebagai taktik
peleton sangat tidak
mendukung atau kurang
karena untuk operasional
Radar MMSR sendiri kurang
135

maksimal dan banyak


komponen-komponen Radar
MMSR yang rusak setelah
perbaikan dari teknisi Polandia
dan operator Radar MMSR
sendiri tidak tahu dan tidak
paham mengenai hal itu
7 Apakah ada SOP penggunaan alat dukung Dalam latihan militer untuk
Radar MMSR dalam latihan militer ? pengoperasian Radar MMSR
ada SOP nya

LAMPIRAN
136

PEDOMAN WAWANCARA

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA DENGAN


AWAK PETEMBAK MERIAM 23 MM/ZUR
DENARHANUD – 003/1/F KODAM JAYA

Petunjuk Pengisian :
1. Mohon dengan hormat kepada Bapak untuk menjawab seluruh
kalimat pertanyaan/pernyataan yang telah disediakan.
2. Mohon sedianya agar setiap jawaban yang diberikan disertai
dengan alasannya.

Identitas Informan :
Nama : Syahrial Anggara Putra
Pangkat / NRP : Serda / 21170260351296
Jabatan : Babak Cuk 2 Ton 1 Rai A
Pendidikan : Secaba PK TA 2017

Pertanyaan Penelitian :
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 2 3
1 Berkaitan dengan tugas awak petembak Siap perlu karena kondisi
Meriam , apakah menurut Denarhanud Alutsista yang kita punya
perlu adanya perubahan taktik dari kondisi kalah teknologi denga negara
yang sudah ada saat ini dihadapkan dengan lain serta perubahan pola
pertahanan udara negara lain yang sudah gelar untuk satbak sudah tidak
modern? Jika ya, dalam bentuk Apa ? sesuai dengan perkembangan
zaman kendala dari
banyaknya obvit yang harus
dijaga, sedangkan daya
tangkap sasaran dari Radar
137

yang kita punya masih kurang


maksimal serta perlunya
pergantian Alutsista
dikarenakan usia sudah lebih
12 tahun
2 Menurut saudara apakah peleton perlu Siap perlu, untuk menunjang
memanfaatkan peralatan atau perlengkapan kegiatan-kegiatan latihan
baru untuk mendukung tugasnya di peleton, baterai maupun drill
lapangan ? komplek
3 Jika saat ini ada teknologi Meriam yang Sangat setuju, karena
mampu menjadi alat dukung personel lewat peremajaan Alutsista serta
udara dan dapat mendukung tugas, apakah alat pendukungnya dapat
saudara setuju alat tersebut menjadi bagian meningkatkan keefektifan
dalam taktik bertempur ? Apa alasannya? serta kesiapan satuan
4 Bagaimana pemanfaatan alat dukung Siap, untuk saat ini alat
Meriam di satuan Denarhanud saat ini ? pemanfaatan alat dukung
Meriam kurang maksimal,
dikarnakan jika ada kerusakan
dan spare part kia datangkan
dari luar negeri dan kita belum
bisa memperbaiki
5 Apakah alat dukung Meriam yang sudah Alat dukung termasuk satu
ada di Denarhanud merupakan Alutsista bagian dengan Alutsista TNI
TNI AD saat ini? dan ada berapa alat yang AD di Denarhanud 003
sekarang dimiliki Denarhanud ? terdapat alat dukung Meriam
berupa 1 unit MMSR dan 2
unit BCCV

6 Apakah Saudara setuju alat dukung Meriam Siap setuju, karena berfungsi
ditetapkan sebagai Alutsista TNI AD ? vital dan merupakan suatu
satuan tembak dalam
138

penggelaran Alutsista
7 Jika Meriam 23 mm/Zur digunakan untuk Siap ada, kita sesuai modul
latihan militer oleh personel Peleton, adakah latihan seperti model lattis dan
Modul latihan yang digunakan sebagai lat UST
pedoman ?
8 Apakah ada Kurikulum latihan yang dimiliki Siap, kurikulum dari ops yang
oleh Denarhanud untuk menyelenggarakan mengatur giat latihan-latihan
latihan taktik peleton ? dan yang menyiapkan rengar
dan renlapnya
9 Apakah ada anggaran dari TNI AD untuk Untuk anggara latihan yang
menyelenggarakan latihan penggunaan alat berupa lattis, UST ada
dukung Meriam 23 mm/Zur ? dukungan berupa uang makan
serta uang saku
139

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN 2 SURAT IJIN PENELITIAN


MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO
Bandung, 27 Mei 2019

Nomor : B / 107a -12/ 10 /1/ Set


Klasifikasi : Biasa
Lampiran : -
Perihal : Permohonan izin melaksanakan Penelitian
guna penyusunan Karlismil Ilmiah Kepada

Yth. Dandenarhanud-003

1. Dasar :
a. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/35a/XI/2016 tanggal 15
November 2016 tentang Pengesahan Kurikulum Pendidikan
Reguler Seskoad;
b. Keputusan Komandan Seskoad Nomor Kep/2/I/2019
tanggal 2 Januari 2019 tentang Rencana Operasional Pendidikan
Reguler LVII Seskoad TA 2019 Pasis Dikreg LVII Seskoad TA
2019.
c. Surat Perintah Komandan Seskoad Nomor Sprin/
602/V/2019 tanggal 15 Mei 2019 tentang penunjukan personel
sebagai perwira pengawas dan peserta dalam pelaksanaan
pengumpulan data/penelitian Karlismil Ilmiah Pasis Dikreg LVII
Seskoad TA 2019.
2. Sehubungan dasar tersebut di atas, dengan ini diajukan
permohonan izin dan bantuan Bapak/Ibu untuk berkenan menerima
kunjungan a.n. Mayor Arh Amos Silaban,S.H, M.M NRP 11050053080384
Perwira Siswa Dikreg LVII Seskoad TA 2019 Bandung dalam rangka
untuk melaksanakan pengumpulan data dan penelitian di Instansi Bapak
guna penyusunan Karlismil Ilmiah yang akan dilaksanakan pada tanggal
10 s.d 14 Juni 2019.

3. Demikian mohon dimaklumi.

Tembusan:

1. Kasad
2. Pangdam Jaya
3. Aspers Kasad
4. Komandan Seskoad
5. Danmen Arhanud-1/F
140

Lampiran 3. Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

NAMA : AMOS C. SILABAN, S.H,M.M


PANGKAT : MAYOR
KORPS : ARH
NRP : 11050053080384
TTL : JAMBI, 18-03-1984

PENDIDIKAN :

A. UMUM : SD 1996
SMP 1999
SMA 2002
S-1 2009
S-2 2018

B. MILITER : AKMIL 2005


SESARCAB ARH 2006
DIKLAPA I 2012
DIKLAPA II 2015
SESKOAD 2019

C. RIWAYAT JABATAN : Pama Yonarhanudse-15 2006


Danton 3 Rai P Yonarhanudse-15 2007
Danton 3 Rai Q Yonarhanudse-15 2008
Danton 2 Rai R Yonarhanudse-15 2008
Danton 1 Rai Q Yonarhanudse-15 2010
Paops Rai Q Yonarhanudse-15 2011
Pasipers Yonarhanudse-15 2012
Pasiops Yonarhanudse-15 2012
Danrai P Yonarhanudse-15 2014
Danrai Q Yonarhanudse-15 2015
Kasi Binmatsus Bagbinsat 2015
Kasi Siapsat Bagbinsat 2016
Dandenarhanud-003/1/F Kodam Jaya 2017

Lampiran 4. Dokumentasi
DOKUMENTASI
141

WAWANCARA DENGAN WADANDENARHANUD-003/1/F KODAM JAYA


KAPTEN ARH RIZKY ELEKTRIKA SAPTIAN SAPUTRA

WAWANCARA DENGAN WADANDENARHANUD-003/1/F KODAM JAYA


KAPTEN ARH NANANG IMAM SAPUTRA
142

WAWANCARA DENGAN WADANDENARHANUD-003/1/F KODAM JAYA


LETDA ARH MUHAMAD JAFAR, S.A.P.

WAWANCARA DENGAN WADANDENARHANUD-003/1/F KODAM JAYA


SERTU ARDO IRVAN NUR CAHYO
143

WAWANCARA DENGAN WADANDENARHANUD-003/1/F KODAM JAYA


SERTU NOVI PURNAMA MULID

WAWANCARA DENGAN WADANDENARHANUD-003/1/F KODAM JAYA


SERDA SYAHRIAL ANGGARA PUTRA

Anda mungkin juga menyukai