MARKAS BESAR
____________________________
tentang
Mengingat : 1. Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 30 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : 1. Doktrin Tentara Nasional Indonesia Tri Dharma Eka Karma sebagai
doktrin induk dalam stratifikasi doktrin di lingkungan TNI sebagaimana
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
keputusan ini dengan klasifikasi Biasa.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Juni 2018
Autentikasi
Kepala Setum TNI, Panglima TNI,
tertanda
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Maksud. Doktrin TNI Tridek ini disusun dengan maksud untuk menyajikan
aspek-aspek dalam penggunaan kekuatan dan pembinaan postur TNI sebagai
pedoman dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.
4
b. Tujuan. Tujuan disusunnya Doktrin TNI Tridek ini agar tercapai kesamaan
persepsi, keseragaman sikap, dan keselarasan dalam konteks penggunaan dan
pembinaan kekuatan TNI dalam rangka mendukung pencapaian tujuan nasional.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Doktrin TNI Tridek ini meliputi berbagai hal yang
berhubungan dengan TNI dalam rangka kepentingan penyelenggaraan pertahanan
negara dan mendukung kepentingan nasional yang disusun dengan tata urut sebagai
berikut:
a. Pendahuluan.
b. Hakikat TNI.
c. Ancaman dan Gangguan.
d. Kebijakan dan Strategi.
e. Ketentuan-ketentuan.
f. Doktrin Turunan.
g. Penutup.
4. Dasar.
5. Landasan.
BAB II
HAKIKAT TNI
10. Sejarah TNI. Dari pengalaman sejarah, TNI dapat belajar dan menggali nilai-nilai
yang berharga guna menentukan langkah-langkah TNI ke depan yang lebih maju dan
adaptif.
3) TNI Angkatan Udara (AU). Nama TNI AU bermula dari BKR Udara,
kemudian diubah menjadi TKR Jawatan Penerbangan. Selanjutnya pada
tanggal 9 April 1946 TKR Jawatan Penerbangan diganti dengan nama
Tentara Republik Indonesia Angkatan Oedara (TRI-AO) sehingga tanggal 9
8
April sampai saat ini diperingati sebagai hari jadi TNI AU. Dalam
perkembangan selanjutnya TRI-AO berganti nama menjadi Angkatan Udara
Republik Indonesia (AURI). Kemudian berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 69 Tahun 1971, AURI bertransformasi menjadi TNI AU sebagai
bagian integral dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
12. Karakter Prajurit TNI. Karakter Prajurit TNI tercermin dari nilai-nilai yang terdapat
dalam Sumpah Prajurit, Sapta Marga, 8 (Delapan) Wajib TNI, serta 11 Asas
Kepemimpinan TNI. Nilai-nilai tersebut menjadikan prajurit TNI memiliki karakter sebagai
berikut:
13. Peran, Fungsi, dan Tugas Pokok TNI. Sesuai Undang-Undang Nomor 34 Tahun
2004, TNI memiliki peran, fungsi, dan tugas sebagai berikut:
a. Peran. TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam
menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.
a. Angkatan Darat:
b. Angkatan Laut:
c. Angkatan Udara:
15. Organisasi TNI. Organisasi TNI terdiri atas Markas Besar TNI yang
membawahi Markas Besar TNI Angkatan Darat, Markas Besar TNI Angkatan Laut, dan
Markas Besar TNI Angkatan Udara. Markas Besar TNI terdiri atas Unsur Pimpinan,
Unsur Pembantu Pimpinan, Unsur Pelayanan, Badan Pelaksana Pusat, dan Komando
Utama Operasi. Markas Besar Angkatan terdiri atas Unsur Pimpinan, Unsur Pembantu
Pimpinan, Unsur Pelayanan, Badan Pelaksana Pusat, dan Komando Utama Pembinaan.
Susunan organisasi TNI diatur dalam Peraturan Presiden dan dijabarkan dalam Peraturan
Panglima TNI.
BAB III
ANCAMAN DAN GANGGUAN
16. Umum. Pada umumnya dikenal istilah ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan. Namun, doktrin ini fokus pada ancaman dan gangguan yang diarahkan pada
pendekatan tugas pokok TNI, sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2004. Ancaman dan gangguan dapat bersumber dari dalam negeri dan luar
negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung (proxy war), sedangkan aktornya
dapat berupa negara dan bukan negara, serta dalam perkembangannya dapat dilakukan
oleh aktor bukan negara yang didukung negara. Media yang digunakan melalui media
darat, laut, udara, ruang angkasa, elektronik, dan siber. Ancaman menggunakan teknologi
persenjataan modern baik berupa senjata konvensional maupun nonkonvensional.
17. Ancaman. Pada hakikatnya ancaman merupakan setiap upaya dan kegiatan
yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman tersebut dapat dilakukan musuh
dan/atau lawan dengan menggunakan perpaduan antara berbagai macam metode, aktor,
skenario, dan taktik yang dikenal dengan Hibrida. Kompleksitas ancaman hibrida ini
menjadi tantangan bagi TNI maupun komponen bangsa lainnya untuk selalu
meningkatkan kemampuan yang adaptif dengan perkembangan teknologi. Berdasarkan
jenisnya, ancaman meliputi ancaman militer dan ancaman bersenjata serta nonmiliter
yang didukung kecanggihan teknologi informasi, senjata kimia, biologi, radiologi, nuklir
dan bahan peledak (Chemical, Biological, Radiological, Nuclear and Explosive/CBRNE).
13
8) Pemberontakan bersenjata.
18. Gangguan. Gangguan adalah setiap upaya, kegiatan, dan/atau kejadian baik dari
pihak lain maupun alam yang dinilai mengganggu kepentingan nasional. Gangguan
tersebut berdampak terhadap upaya pemerintah dalam mendukung terwujudnya antara
lain: perdamaian dunia; pemberdayaan wilayah pertahanan; kelancaran tugas pemerintah
di daerah; keamanan dalam negeri (kamdagri); keselamatan jiwa; atau terhadap
keamanan pelayaran dan penerbangan dari pembajakan, perompakan, dan
penyelundupan.
16
BAB IV
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
21. Umum. Kebijakan dan strategi diperlukan oleh TNI untuk menghadapi ancaman
dan gangguan terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap
bangsa. Kebijakan dirumuskan sejalan dengan kebijakan pemerintah di bidang
pertahanan negara yang diorientasikan agar mampu melaksanakan tugas pokoknya.
Strategi TNI dirumuskan untuk merealisasikan kebijakan-kebijakan TNI dalam konteks
penggunaan dan pembinaan. Penggunaan kekuatan diarahkan untuk menghadapi
ancaman dan gangguan dalam bentuk operasi dan kegiatan, sedangkan pembinaan
meliputi pembangunan postur, penyiapan, dan penyiagaan kekuatan diarahkan agar
dapat melaksanakan operasi dan kegiatan tersebut.
22. Penggunaan.
23. Pembinaan.
BAB V
KETENTUAN-KETENTUAN
24. Umum. Untuk kelancaran dan keberhasilan setiap pelaksanaan tugas TNI
diperlukan berbagai ketentuan terkait penggunaan, pembinaan, dan ketentuan lainnya.
25. Penggunaan.
a. Asas. Dalam penggunaan kekuatan TNI baik OMP maupun OMSP dapat
menggunakan asas-asas antara lain:
b. Tataran Kewenangan.
1) Presiden.
2) Panglima TNI.
26. Pembinaan.
a. Asas.
b. Tataran Kewenangan.
1) Menteri Pertahanan:
2) Panglima TNI:
a) memimpin TNI;
a. Tantangan Tugas. Tantangan tugas akan dihadapi oleh TNI apabila ada
perubahan situasi yang mendadak, tidak dapat diprediksi, dan di luar perkiraan.
Untuk menghadapi tantangan tugas ini perlu upaya-upaya ekstra agar TNI berhasil
melaksanakan tugas.
diselenggarakan oleh K/L lainnya. Agar koordinasi berjalan lancar dan optimal,
dapat dibentuk suatu wadah atau forum baik bersifat permanen atau sementara di
berbagai level. Koordinasi dengan K/L yang memerlukan keterlibatan TNI antara
lain untuk membicarakan substansi kegiatan dan prosedur guna mengatasi
permasalahan yang dihadapi.
2) Bawah Kendali Operasi (BKO) adalah status suatu satuan yang telah
mempunyai tugas pokok tertentu, mempunyai hubungan operasional
dengan satuan atasan yang bukan satuan atasan organiknya. Satuan yang
menerima Bawah Kendali mempunyai wewenang kendali operasional
terhadap satuan yang berstatus bawah kendali.
g. Produk Hukum Panglima TNI. Selain doktrin turunan, produk lain yang
dapat dibuat antara lain adalah Peraturan Panglima TNI yang disusun dalam
rangka menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi/sederajat (bersifat delegasi) dan/atau dalam rangka kegiatan-kegiatan lain
yang perlu diatur lebih lanjut oleh TNI (bersifat atribusi). Ketentuan tentang
penyusunan Peraturan Panglima TNI sesuai dengan Peraturan Panglima TNI
tentang Pembentukan Produk Hukum di Lingkungan TNI.
2) Doktrin TNI Tridek ini sifatnya mengikat namun tidak dogmatik yang
bermakna bahwa doktrin ini bisa dikembangkan sesuai dengan
perkembangan lingkungan strategis yang terjadi. Dengan demikian, maka
ketentuan-ketentuan, aturan-aturan, prinsip, asas, dan nilai-nilai lainnya
yang ada dalam doktrin ini harus dikembangkan secara terus-menerus
melalui penelitian, analisa, dan pengkajian, serta hasil evaluasi. Di samping
itu juga harus memperhatikan berbagai faktor, baik eksternal maupun
internal yang berpengaruh langsung pada pengembangan doktrin seperti:
perubahan ancaman, kondisi geografi dan demografi, ilmu pengetahuan
dan teknologi, sumber daya, strategi dan budaya militer, kebijakan-
kebijakan pemerintah, konsep-konsep para ahli, perkembangan konsep
strategi, kampanye militer atau operasi militer, serta perkembangan doktrin-
doktrin militer secara universal.
BAB VI
DOKTRIN TURUNAN
28. Umum. Doktrin TNI Tridek adalah Doktrin Induk bagi TNI yang berada pada strata
strategi militer dan merupakan turunan dari atau setingkat di bawah doktrin dasar yaitu
Doktrin Pertahanan Negara (Hanneg). Doktrin TNI Tridek ini menjadi pedoman yang
mengikat bagi doktrin-doktrin turunannya termasuk doktrin angkatan. Pada bab ini akan
dijelaskan stratifikasi doktrin secara singkat dan doktrin turunan langsung dari Doktrin TNI
Tridek ini.
29. Stratifikasi Doktrin. Strata doktrin, baik di lingkungan Mabes TNI maupun
angkatan mempunyai bagan yang kongruen atau sama bentuknya dimulai dari doktrin
induk di tataran paling atas sampai juknis di tataran paling bawah, dengan ketentuan
penempatan masing-masing doktrin pada setiap strata seperti diuraikan di bawah ini.
Secara rinci, Stratifikasi Doktrin di Lingkungan TNI akan diatur tersendiri dalam satu
Petunjuk Referensif (Jukref) yang menjadi turunan langsung dari Doktrin TNI Tridek ini.
Bagan Stratifikasi Doktrin di Lingkungan TNI, dapat dilihat pada Lampiran B.
a. Strata Strategy. Pada strata ini terdapat doktrin induk TNI yaitu Doktrin
TNI Tridek dan doktrin angkatan.
b. Strata Operasional. Pada Strata Operasional terdapat dua level terdiri dari
Level Operasional Satu dan Operasional Dua. Pada Level Operasional Satu,
sebagai turunan langsung dari Doktrin TNI Tridek terdapat Doktrin Opsmil, Doktrin
Fungsi, dan Jukref. Sedangkan pada Level Operasional Dua, sebagai turunan dari
Doktrin Opsmil dan Doktrin Fungsi, terdapat Jukgar dan Jukref.
c. Strata Taktis. Pada Srata Taktis, sebagai turunan dari jukgar terdapat
juknis dan jukref. Dalam pelaksanaannya, juknis suatu kegiatan baik fungsi
maupun operasi akan dikonversikan menjadi protap di setiap satuan yang
menjalankan kegiatan yang sama, atau bila kondisi dan situasinya berbeda.
31
30. Doktrin Turunan. Doktrin TNI Tridek mempunyai beberapa doktrin turunan
langsung, yaitu: Doktrin Operasi Militer (Opsmil), Doktrin Fungsi, dan Jukref, dengan
penjelasan sebagai berikut:
c. Petunjuk Referensif. Jukref yang menjadi turunan dari Doktrin TNI Tridek
ini adalah petunjuk-petunjuk bersifat referensi yang diperlukan baik dalam konteks
pembinaan maupun penggunaan. Jukref dimaksud antara lain terkait: tata tulis
militer, sasaran kemampuan TNI (Capability Requirement), stratifikasi doktrin,
ketentuan penyusunan aturan pelibatan, ketentuan koordinasi TNI dengan K/L
terkait, serta jukref lainnya sesuai kebutuhan namun terkait erat dengan doktrin
induk ini.
32
BAB VII
PENUTUP
31. Doktrin TNI Tridek harus dipahami dan dihayati oleh seluruh prajurit TNI secara
utuh. Pengamalan Doktrin TNI Tridek dilaksanakan untuk mencapai kelancaran dan
keberhasilan tugas pokok TNI dengan dilandasi keyakinan dan tekad luhur melalui
penekanan sebagai berikut:
a. TNI sebagai organisasi dan sebagai individu senantiasa mawas diri untuk
tidak menyalahi dan menyimpang dari Pancasila, UUD NRI 1945, dan hakikat
perjuangan bangsa Indonesia.
b. Isi dan makna yang terkandung di dalam doktrin ini dipahami, dihayati, dan
dipedomani dalam rangka pencapaian keberhasilan setiap tugas TNI.
Panglima TNI,
tertanda
Autentikasi
Kepala Setum TNI,
Ferry Zein
Brigadir Jenderal TNI
Paraf:
Dankodiklat :
Kasetum :
Asintel :
Asops :
Aspers :
Aslog :
Aster :
33
DAFTAR PENGERTIAN
2. Aktor Negara. Aktor negara adalah suatu negara atau perwakilan resmi suatu
negara yang paling dominan memainkan perannya dalam sistem internasional.
3. Aktor Nonnegara. Aktor nonnegara adalah orang atau kelompok yang setiap
tindakannya tidak mewakili atau tidak atas nama suatu negara.
5. Ancaman. Ancaman adalah setiap upaya dan kegiatan, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
9. Ancaman Militer. Ancaman militer adalah ancaman yang dilakukan oleh militer
suatu negara kepada negara lain.
10. Aplikatif. Sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata aplikatif
adalah mengenai (berkenaan dengan) penerapan. Dalam Petunjuk Penyelenggaraan
Penyusunan dan Penerbitan Petunjuk (Jukgarsunbitjuk) TNI ini kata aplikatif bermakna
bahwa petunjuk penyelenggaraan dan petunjuk teknis merupakan petunjuk aplikatif
karena di dalamnya berisikan tentang penerapan/implementasi dari tahap-tahap kegiatan.
34
11. Arah Pembangunan Kekuatan TNI. Arah pembangunan kekuatan TNI adalah
pembangunan kekuatan yang dilaksanakan secara terencana, terarah dan berkelanjutan
dengan mengikuti perkembangan kemajuan teknologi modern dan terkini dengan
mengacu pada pembangunan kekuatan pertahanan. Pembangunan kekuatan
pertahanan tidak ditujukan sebagai bentuk perlombaan senjata, melainkan upaya
pencapaian standar profesionalisme angkatan bersenjata, dengan mendasarkan pada
visi, misi, nawacita, dan kebijakan Poros Maritim Dunia (PMD).
13. Bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
14. Bencana Alam. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
15. Bencana Nonalam. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
16. Bencana Sosial. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
17. Diplomasi Angkatan Laut (Naval Diplomacy). Diplomasi Angkatan Laut (naval
diplomacy) adalah fungsi diplomasi sesuai dengan kebijakan politik luar negeri yang
melekat pada peran Angkatan Laut secara universal sesuai dengan kebiasaan
internasional, serta sudah menjadi sifat dasar dari setiap kapal perang suatu negara yang
berada di negara lain memiliki kekebalan diplomatik dan kedaulatan penuh.
18. Diplomasi Militer. Diplomasi Militer adalah tindakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh militer untuk mendukung kebijakan politik luar negeri yang bertujuan untuk
memengaruhi kepemimpinan negara lain, baik dalam keadaan damai maupun pada
situasi bermusuhan. Bentuk Diplomasi Militer antara lain: unjuk kekuatan militer, latihan
bersama, pendidikan, pertemuan militer, kunjungan, kerja sama militer.
19. Doktrin Angkatan. Doktrin Angkatan adalah doktrin di lingkup Angkatan yang
meliputi: Doktrin TNI AD, Doktrin TNI AL, dan Doktrin TNI AU.
20. Doktrin Dasar. Doktrin Dasar adalah doktrin yang menjadi dasar bagi semua
doktrin yang berhubungan dengan pertahanan negara. Doktrin Pertahanan Negara
berada dalam strata doktrin dasar.
21. Doktrin Fungsi. Doktrin Fungsi adalah doktrin yang menjadi pedoman dalam
pelaksanaan semua fungsi manajemen TNI.
35
22. Doktrin Induk. Doktrin Induk adalah doktrin yang menjadi dasar bagi semua
doktrin yang berhubungan dengan pertahanan militer. Doktrin TNI Tridek merupakan
doktrin induk bagi TNI.
23. Doktrin Operasi Militer. Doktrin Operasi Militer adalah doktrin yang menjadi
pedoman dalam pelaksanaan operasi militer.
24. Doktrin TNI. Doktrin TNI adalah segala sesuatu yang menjadi pedoman bagi TNI
dalam melaksanakan tugas pokoknya.
25. Hambatan. Hambatan adalah usaha yang ada dan berasal dari dalam diri sendiri
yang memiliki sifat atau memiliki tujuan untuk melemahkan dan menghalangi secara tidak
konsepsional.
27. Kampanye Militer. Kampanye Militer adalah serangkaian dari beberapa operasi
gabungan yang dilaksanakan secara berurutan atau serentak, untuk mencapai sasaran
strategis pada suatu ruang dan waktu yang telah ditentukan, sebagai strategi operasional
Pangkogab.
28. Keadaan Memaksa. Keadaan memaksa adalah situasi dan keadaan yang kalau
dibiarkan akan mengakibatkan kekacauan keamanan dan kerugian negara yang lebih
besar sehingga perlu segera mengambil tindakan untuk mencegah dan mengatasi
ancaman militer dan/atau ancaman bersenjata guna menyelamatkan kepentingan
nasional.
29. Keamanan Dalam Negeri (Kamdagri). Kamdagri adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya
hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
30. Kebijakan dan Keputusan Politik Negara. Kebijakan dan keputusan politik
negara merupakan kebijakan dan keputusan politik yang dilakukan oleh pemerintah
bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan dirumuskan melalui
mekanisme hubungan kerja antara pemerintah dan DPR RI, seperti rapat konsultasi dan
rapat kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan tugas
DPR RI di bidang legislasi, pengawasan, maupun anggaran. Produk hasil rapat
konsultasi dan rapat kerja antara lain berupa kesepakatan atau hal-hal yang perlu
ditindaklanjuti oleh pemerintah agar tidak menyimpang dari apa yang sudah ditetapkan
dan/atau perlu adanya program kegiatan lain yang belum ditentukan dalam program dan
anggaran APBN dan lain sebagainya.
31. Keluarga VVIP. Yang dimaksud keluarga dalam VVIP adalah istri atau suami dari
Presiden RI dan Wakil Presiden RI, anak dan menantu Presiden RI dan Wakil Presiden
RI, keluarga tamu negara yang mendampingi kepala negara/kepala pemerintahan dalam
36
rangka kunjungan kenegaraan atau kunjungan kerja/resmi, serta istri atau suami mantan
Presiden RI dan mantan Wakil Presiden RI.
35. Komando Utama Operasi. Komando Utama Operasi adalah kekuatan TNI yang
terpusat yang berada di bawah komando Panglima TNI.
36. Komando Utama Pembinaan. Komando Utama Pembinaan adalah kekuatan TNI
yang memiliki fungsi pembinaan kekuatan matra yang berada di bawah Komando Kepala
Staf Angkatan.
c. Referensi adalah sumber rujukan atau acuan yang dapat digunakan dalam
penyusunan doktrin.
38. Latihan Bersama. Latihan Bersama adalah latihan antar Angkatan dengan
negara/beberapa negara lain.
40. Lawan. Lawan adalah sebutan bagi pihak-pihak bukan negara yang mengancam
NKRI.
41. Melindungi Segenap Bangsa dan Seluruh Tumpah Darah. Melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah adalah melindungi jiwa, kemerdekaan dan harta benda
setiap warga negara.
37
44. Menegakkan Hukum dan Menjaga Keamanan Laut. Menegakkan hukum dan
menjaga keamanan laut adalah segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan
penegakan hukum di laut sesuai dengan kewenangan TNI AL (constabulary function)
yang berlaku secara universal dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku untuk mengatasi ancaman tindakan kekerasan, ancaman navigasi, serta
pelanggaran hukum di wilayah laut yurisdiksi nasional. Menegakkan hukum yang
dilaksanakan oleh TNI AL di laut, terbatas dalam lingkup pengejaran, penangkapan,
penyelidikan dan penyidikan perkara yang selanjutnya diserahkan kepada Kejaksaan, TNI
AL tidak menyelenggarakan pengadilan.
45. Menegakkan Hukum dan Menjaga Keamanan Udara. Menegakkan hukum dan
menjaga keamanan udara adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk menjamin
terciptanya kondisi wilayah udara yang aman serta bebas dari ancaman kekerasan,
ancaman navigasi, serta pelanggaran hukum di wilayah udara yurisdiksi nasional.
49. Militer. Militer adalah kekuatan angkatan perang dari suatu negara yang diatur
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
50. Musuh. Musuh adalah sebutan bagi negara lain yang mengancam NKRI.
51. Naskah Doktrin. Naskah Doktrin (ND) adalah naskah yang berisi doktrin sebagai
pedoman bagi TNI dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan maksud isinya, ND dibagi
menjadi dua yaitu aplikatif dan referensif, sedangkan terkait turunannya, terdiri dari ND
yang mempunyai turunan dan ND yang tidak memiliki turunan.
38
52. Naskah Doktrin Aplikatif (NDA). NDA adalah naskah doktrin yang bersifat
aplikasi dimana berisi tata cara menjalankan suatu kegiatan, baik opsmil maupun fungsi.
Format dan isi NDA ini menjelaskan “Siapa, Apa yang dikerjakan, Di mana, Bilamana, dan
Bagaimana” (SiADiBiBa) dari suatu kegiatan, dengan tujuan agar penyelenggaraan suatu
kegiatan berjalan lancar. NDA pada level operasional termasuk ND yang mempunyai
turunan sampai NDA di level taktis.
53. Naskah Doktrin Referensif (NDR). NDR adalah naskah doktrin yang bersifat
referensi (petunjuk referensi) dimana pada umumnya tidak memiliki turunan, berisi:
ketentuan, kriteria, dan hal-hal lainnya yang relevan, dengan tujuan agar
penyelenggaraan suatu kegiatan berhasil optimal.
54. Objek Vital Nasional/Objek Vital Nasional yang Bersifat Strategis. Objek vital
nasional adalah objek yang bersifat strategis yang menyangkut hajat hidup orang banyak,
harkat dan martabat bangsa, serta kepentingan nasional yang ditentukan oleh keputusan
pemerintah. Objek vital nasional yang bersifat strategis antara lain Istana
Presiden/Wapres, kediaman Presiden/Wapres, bandar udara internasional, pelabuhan
internasional, eksplorasi/eksploitasi sumber daya alam, instalasi nuklir, industri biologi dan
kimia skala besar, industri pertahanan, industri dan badan keantariksaan dan perusahaan
umum Percetakan Uang Republik Indonesia (PERURI).
55. Operasi. Operasi adalah suatu rangkaian kegiatan untuk tujuan tertentu yang
memiliki komando, pengendalian, dan staf.
56. Operasi Bantuan di Luar TNI. Operasi Bantuan di Luar TNI adalah operasi yang
dilaksanakan untuk memberikan bantuan kepada unsur militer lainnya di luar Komando
Operasi untuk membantu keberhasilan operasi-operasi yang dilaksanakan.
57. Operasi Dukungan. Operasi Dukungan adalah operasi yang dilaksanakan baik
secara mandiri maupun gabungan, diarahkan untuk mendukung keberhasilan operasi
yang dilaksanakan dalam Kampanye Militer, sehingga diperoleh peningkatan daya guna
dan hasil guna operasi yang dilaksanakan. Panglima/Komandan yang
menyelenggarakan Operasi Dukungan harus benar-benar memahami tujuan dari Operasi
Dukungan yang dilaksanakan, serta meyakini bahwa Operasi Dukungan akan dapat
mendukung pencapaian tugas pokok Kampanye Militer.
58. Operasi Gabungan Utama. Operasi Gabungan Utama adalah operasi gabungan
dalam rangka tugas tempur, merupakan bagian dari kampanye militer maupun berdiri
sendiri, bukan bagian dari kampanye militer dengan tujuan untuk memadukan kekuatan
dan kemampuan angkatan yang dilibatkan. Jenis Operasi Gabungan Utama: Operasi
Udara Gabungan; Operasi Laut Gabungan; Operasi Lintas Udara; Operasi Amfibi;
Operasi Pendaratan Administrasi; Operasi Darat Gabungan; dan Operasi Pertahanan
Pantai.
59. Operasi Khusus TNI adalah Operasi Militer yang dilakukan oleh satuan tugas
yang dibentuk secara khusus (matra tunggal maupun gabungan/Koopssus TNI) bertujuan
untuk merebut, menguasai, menghancurkan dan membebaskan serta menyelamatkan
sasaran yang bernilai strategis terpilih baik di daerah musuh/lawan maupun di wilayah
sendiri yang dikuasai musuh/lawan, diselenggarakan oleh komando tugas berdiri sendiri
atau komando tugas yang merupakan rangkaian operasi lainnya dalam rangka
mendukung tugas pokok TNI.
39
60. Operasi Militer. Operasi Militer adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh instansi militer. Operasi Militer dapat berdiri sendiri dan dapat merupakan bagian
dari operasi berskala lebih besar. Operasi Militer dapat dilakukan oleh Kogab atau
Kogasgab atau Satgas.
61. Operasi Militer Perang (OMP). Operasi Militer Perang adalah segala bentuk
pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI untuk melawan kekuatan militer negara lain
yang melakukan agresi terhadap Indonesia dan/atau dalam konflik bersenjata dengan
satu negara lain atau Iebih, yang didahului dengan adanya pernyataan perang dan tunduk
pada hukum perang internasional.
62. Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Operasi Militer Selain Perang adalah
pengerahan kekuatan TNI untuk melaksanakan operasi militer yang bukan dalam rangka
perang dengan negara lain, tetapi untuk melaksanakan tugas-tugas nontempur, seperti
tugas-tugas kemanusiaan, menanggulangi akibat bencana dan untuk kepentingan
nasional lainnya, mengatasi pemberontakan bersenjata, gerakan separatis, tugas
mengatasi kejahatan lintas negara dan tugas perdamaian.
64. Operasi Teritorial. Operasi Teritorial adalah segala upaya, pekerjaan dan
kegiatan untuk menciptakan kondisi wilayah dengan mendayagunakan sumber daya
nasional serta sarana prasarana baik yang telah disiapkan maupun yang belum disiapkan
dalam ruang dan waktu, agar secara langsung maupun tidak langsung dapat melakukan
perlawanan terhadap setiap bentuk ancaman yang mengganggu kedaulatan NKRI.
66. Pembinaan. Pembinaan adalah suatu proses berlanjut dengan tujuan tercapainya
suatu kondisi yang siap untuk melaksanakan tugas fungsi dan siaga untuk digunakan
dalam tugas OMP dan OMSP. Objek dari proses ini adalah kemampuan personal,
materiel, dan sistem di mana dalam pelaksanaanya saling berkaitan.
67. Pemulih. Pemulih adalah kekuatan TNI yang mempunyai kemampuan untuk
memulihkan atau mengembalikan kondisi keamanan negara yang kacau atau hancur
akibat perang, pemberontakan, konflik komunal, huru-hara, terorisme, atau bencana alam.
Dalam konteks nasional TNI melaksanakan pemulihan bersama-sama dengan elemen
bangsa lainnya membantu fungsi pemerintah. Dalam konteks internasional, TNI turut
berperan aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia melalui upaya penciptaan dan
pemeliharaan perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri.
68. Penggunaan. Terminologi “Penggunaan” pada naskah doktrin ini adalah suatu
istilah yang secara khusus digunakan dalam konteks OMP dan OMSP yang merupakan
suatu proses pemanfaatan sumber daya yang dimiliki TNI baik SDM maupun Alutsista
dan sarana pendukungnya.
40
69. Penangkal. Penangkal adalah kekuatan TNI yang mempunyai aspek psikologis
untuk diperhitungkan oleh musuh atau lawan sehingga mereka mengurungkan niatnya
untuk melakukan tindakan yang akan mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan bangsa.
70. Penindak. Penindak adalah kekuatan TNI yang mempunyai kemampuan untuk
menindak atau menghancurkan kekuatan musuh atau lawan yang mengancam
kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.
71. Penyiagaan postur TNI. Suatu upaya dan kegiatan pembinaan postur TNI yang
dilakukan oleh Mabes TNI dalam rangka kesiagaan operasional.
72. Penyiapan postur TNI. Suatu upaya dan kegiatan pembinaan postur TNI yang
dilakukan oleh Angkatan dalam rangka kesiapan operasional.
75. Petunjuk Penyelenggaraan (Jukgar). Jukgar adalah jabaran lebih lanjut dari
Petunjuk Induk yang menjelaskan Si-A-Di-Bi-Ba sebagai pedoman bagi penyelenggara,
pelaksana, dan pelaku serta pendukung dalam menjalankan suatu kegiatan baik
operasional maupun fungsional di bidang masing-masing.
76. Petunjuk Teknis (Juknis). Juknis TNI adalah jabaran lebih lanjut dari Petunjuk
Penyelenggaraan TNI yang memuat penjelasan tentang tata cara teknis dan/atau
pelaksanaan suatu kegiatan atau pekerjaan secara terinci termasuk juga penggunaan,
pemeliharaan dan/atau perbaikan peranti keras atau materiil dalam rangka pembinaan di
lingkungan TNI.
77. Postur TNI. Postur TNI adalah wujud penampilan TNI yang tercermin dari
keterpaduan kekuatan, gelar kekuatan, dan kemampuan.
78. Proxy War. Proxy War adalah perang di suatu negara yang terjadi akibat hasutan
dari kekuatan suatu negara lainnya dengan memanfaatkan aktor nonnegara atau pihak
ketiga atas nama mereka untuk melawan negara dimaksud.
79. Ralat. Ralat adalah perubahan berupa ralat yang dilakukan bila terjadi kesalahan
ringan terkait tata tulis seperti: kesalahan ketik, perubahan makna kata dalam tata bahasa
41
umum, dalam rangka konsistensi penulisan, atau ada perubahan dokumen yang menjadi
dasar. Secara umum, ralat tidak mengubah esensi materi dari petunjuk dimaksud.
81. Rencana Operasi. Rencana Operasi adalah konsep operasi yang berisi
perencanaan yang detail dan lengkap, dituangkan dalam konsep yang masih memerlukan
pengembangan dan perubahan untuk diimplementasikan sesuai dengan perkembangan
situasi.
a. bila sudah berlaku lebih dari dua tahun dan terdapat beberapa ralat dan
amandemen; dan
b. bila ada perubahan yang bersifat esensi terhadap sebagian besar atau lebih
dari 50% isi keseluruhan suatu petunjuk.
83. Revolusi Industri 4.0. Revolusi industri 4.0. adalah suatu kondisi dunia yang
ditandai dengan munculnya berbagai teknologi baru yang digunakan dalam industri yang
antara lain menghasilkan: kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), Robotic, Cyber,
Internet of things, Virtual Reality, teknologi pencetakan/printing tiga dimensi, teknologi
neuro, dan Teknologi Nano/Micro Nano.
85. Tantangan. Tantangan adalah suatu hal atau bentuk usaha yang memiliki tujuan
untuk menggugah kemampuan.
86. Tantangan Tugas. Tantangan Tugas adalah hal-hal yang menantang TNI dalam
melaksanakan tugas di mana sebelum menjalankan tugas tersebut harus terlebih dahulu
mempertimbangkan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas diri.
S
T
DOKTRIN
R
TRIDEK
A
T DOKTRIN
E ANGKATAN
G
I
S