Anda di halaman 1dari 34

TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran Keputusan Kasad

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Kep/ / /2021


Tanggal 2021

DOKTRIN LOGISTIK TNI AD

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Staf Logistik Angkatan Darat selaku pelaksana fungsi organik


militer TNI AD di bidang logistik menyelenggarakan pembinaan dan
penggunaan logistik untuk mendukung pelaksanaan fungsi utama TNI
AD baik pertempuran maupun teritorial. Untuk mewujudkan hal
tersebut, maka diperlukan sebuah pedoman berupa Doktrin Logistik TNI
AD yang merupakan jabaran dari Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi
(KEP). Doktrin logistik ini mengatur secara umum tentang pokok-pokok,
siklus, pembinaan dan penggunaan logistik TNI AD.

b. Penyelenggaraan logistik TNI AD selama ini, berpedoman pada


Keputusan Kasad Nomor Kep/495-3/XII/2013 tanggal 18 Desember
2013 tentang Naskah Sementara Doktrin Logistik TNI AD. Dihadapkan
dengan Doktrin Logistik TNI Keputusan Panglima TNI Nomor
Kep/841/X/2020 tanggal 23 Oktober 2020, terdapat perbedaan yang
signifikan. Selain itu, dengan adanya perubahan organisasi TNI AD dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Ilpengtek), maka Naskah
Sementara Doktrin Logistik TNI AD perlu direvisi sehingga menjadi lebih
operasional.

c. Revisi doktrin logistik TNI AD penting untuk dilaksanakan demi


menjamin penyelenggaraan logistik dapat berlangsung dengan tertib,
teratur, dan berkesinambungan. Dengan demikian, Doktrin Logistik
harus bersifat komprehensif dan dapat dioperasionalkan sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan logistik disatuan-satuan TNI AD. Selain
itu Doktrin Logistik juga harus dapat menjadi sumber bahan ajaran di
lembaga pendidikan di lingkungan TNI AD.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Doktrin ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran


dan penjelasan dalam penyelenggaraan Logistik di lingkungan TNI AD.

b. Tujuan. Doktrin ini bertujuan agar dapat dijadikan sebagai


pedoman dalam penyelenggaraan Logistik di lingkungan TNI AD.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Doktrin ini secara garis besar membahas


tentang pokok-pokok, siklus, pembinaan dan penggunaan logistik TNI
AD.
4

b. Tata Urut.

1) Bab I Pendahuluan.

2) Bab II Pokok-Pokok Logistik.

3) Bab III Siklus Logistik TNI AD.

4) Bab IV Pembinaan Logistik TNI AD.

5) Bab V Penggunaan Logistik TNI AD.

6) Bab VI Penutup.

4. Dasar. Penyusunan doktrin ini menggunakan dasar sebagai berikut:

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004


tentang Tentara Nasional Indonesia;

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011


tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5256);

c. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 18 Tahun 2008 tentang


Pokok-pokok Penyelenggaraan Kodifikasi Materiel Pertahanan Sistem
Nomor Sediaan Nasional di lingkungan Kemhan dan TNI;

d. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 29 Tahun 2009 tanggal 31


Desember 2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan,
Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara
di lingkungan Kemhan dan TNI;

e. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 18 Tahun 2013 tentang


Pedoman Penyelenggaraan Hibah di lingkungan Kemhan dan TNI;

f. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 66 Tahun 2014 tanggal 16


Oktober 2014 tentang penyelenggaraan pembinaan pemeliharaan
materiel di lingkungan kemenhan dan TNI;

g. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/841/X/2020 tanggal 23


Oktober 2020 tentang Doktrin Logistik Tentara Nasional Indonesia;

h. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1024/XII/2020 tanggal 12


Desember 2020 tentang Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi;

i. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/1/VII/2007 tanggal 5 Juli 2007


tentang Buku Petunjuk Administrasi tentang Tulisan Dinas di
lingkungan Angkatan Darat.

j. Keputusan Kasad Nomor Kep/495-3/XII/2013 tanggal 18


Desember 2013 tentang Naskah Sementara tentang Doktrin Logistik

5. Pengertian. (Lampiran A).


5

BAB II
POKOK-POKOK LOGISTIK TNI AD

6. Umum. Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan tugas-


tugasnya maka TNI AD salah satunya menyelenggarakan fungsi organik militer
yang didalamnya terdapat fungsi logistik. Agar fungsi logistik TNI AD dapat
diselenggarakan dengan baik, maka perlu difahami tentang pokok-pokok
logistik yang merujuk pada sejarah perkembangan logistik TNI AD sehingga
didapat asas, metode dan elemen logistik untuk digunakan sebagai pedoman
dalam pembinaan maupun penggunaan logistik TNI AD.

7. Hakikat Logistik. Logistik adalah konsep yang dianggap berevolusi


dari kebutuhan militer untuk memenuhi kebutuhan selama perang. Pada
zaman Romawi dan Yunani Kuno, dikenal perwira militer dengan sebutan
“logistikas” yang bertanggungjawab untuk menyediakan pelayanan yang
berhubungan dengan persediaan dan distribusi sumber daya (Manajemen
Logistik, Annisa Kersy Garside, Dewi Rahmasari, UMM Press 2017). Senada
dengan hal tersebut, Oxford English Dictionary mengartikan sebagai the branch
of military science having to do with procuring, maintaining and transporting
material, personnel and facilities.

Dalam sejarah awal manusia, sebelum terbentuk suatu komunitas,


setiap orang harus mencari makanan sendiri. Setelah terbentuk kelompok-
kelompok, maka terjadi perebutan sumber daya antar kelompok yang
menyebabkan adanya pertikaian antar kelompok. Setiap orang dalam
kelompok tersebut saling membantu untuk memerangi kelompok yang lain
baik berupa makanan ataupun keperluan lainnya. Orang-orang yang
memberikan dukungan kepada para pejuang dalam kelompok mereka itulah
merupakan organisasi logistik pertama.

Dalam sejarah perang di Indonesia, kegagalan Sultan Agung dalam


merebut Batavia dari VOC salah satunya disebabkan karena persediaan
logistik pasukan Mataram berhasil dihancurkan oleh VOC. Demikian pula
pada masa perang kemerdekaan, Panglima Besar Jenderal Sudirman dapat
terus bergerilya karena di sepanjang rute gerilya masyarakat selalu membantu
TNI dalam memenuhi kebutuhan logistik prajurit. Sehingga tidak salah bila
disebutkan, Logistik tidak dapat memenangkan pertempuran, akan tetapi
tanpa logistik, pertempuran tidak akan dapat dimenangkan.

8. Perkembangan Sejarah Logistik TNI-AD. Dikaitkan dengan


sejarah pertumbuhan TNI AD, maka sejarah perkembangan logistik TNI AD
dapat dibagi dalam beberapa periode yang didasarkan pada adanya peraturan
dan perundangan serta perubahan organisasi dan jabatan dilingkungan
Kemhan, TNI ataupun TNI AD.

a. Periode 1945 s.d. 1946. Periode ini merupakan periode awal


dimana logistik TNI AD belum menemukan suatu bentuk yang baku.
Pelaksanaan dukungan logistik TNI AD belum didasarkan atas suatu
sistem tertentu. Hal ini dikarenakan belum adanya integrasi dari badan-
badan perjuangan yang masing-masing masih mempunyai otonomi yang
luas dalam hal pembinaan satuan-satuannya.
6

b. Periode 1946 s.d. 1950. TNI AD sudah mulai diorganisasikan


dengan struktur organisasi yang lebih teratur. Para periode ini TNI AD
harus melaksanakan perang gerilya melawan Belanda. Terkait hal
tersebut, dukungan logistik tidak mungkin dilaksanakan secara
konvensional, sehingga pada masa ini diterapkanlah sistem logistik
PERATA, meskipun penerapannya pada waktu itu belum dituangkan
dalam suatu sistem yang teratur.

c. Periode 1950 s.d. 1955. Setelah TNI AD mengadakan


hubungan dan kerja sama serta menerima penyerahan materiel dari
tentara Belanda, maka dalam pembinaan logistik diterapkan sistem
logistik sebagaimana yang diterapkan dalam sistem logistik tentara
Belanda saat itu, termasuk pengorganisasiannya.

d. Periode 1955 s.d. 1969. Pengorganisasian badan-badan


logistik TNI AD banyak dipengaruhi oleh pengorganisasian logistik
tentara Amerika Serikat. Pembinaan logistik diselenggarakan dengan
jawatan-jawatan teknik yang tersusun dalam organisasi materiel dan
jasa tertentu secara terpisah.

e. Periode 1970 s.d. 1977. Untuk mengatasi kekurangan-


kekurangan yang dirasakan pada akhir periode 1955 s.d 1969, serta
adanya penyesuaian organisasi di lingkungan Departemen Hankam,
pengorganisasian logistik diwujudkan dalam struktur organisasi
Komando Logistik dengan komando-komando pelaksana sebagai
komando bawahan, baik di tingkat pusat maupun daerah.

f. Periode 1978 s.d. 1998. Pada masa ini terjadi perubahan


struktur organisasi Kementerian Pertahanan yang digabung dengan
Panglima ABRI yang dikenal dengan Menhankam Pangab. Sehingga
struktur organisasi dan pembinaan logistik di TNI AD mengikuti struktur
komando Menhankam Pangab baik di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah. Pemenuhan kebutuhan logistik TNI AD dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan strategi pegembangan sistem pertahanan yaitu
Profesional, Efektif, Efisien dan Modern dengan orientasi pada
pemenuhan kebutuhan sistem persenjataan dalam negeri seperti PT.
Pindad, PT. Pal, dan Industri pesawat terbang Nurtanio.

g. Periode 1998 s.d. 2005. Periode ini dikenal pula dengan


sebutan periode reformasi, dimana strategi pertahanan lebih diarahkan
pada pemenuhan Alut Sista dan Alut dengan teknologi tinggi dan strategi
penanggulangan terorisme. Pada masa ini Polri memisahkan diri dari
ABRI sehingga ABRI kembali menjadi TNI. Pemisahan ini memberikan
konsekuensi terhadap tugas TNI dan Polri. Melalui Undang-Undang
Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI, tugas TNI adalah bidang Pertahanan,
sedangkan bidang Kemanan menjadi tugas Polri. Dengan demikian
pemenuhan logistik pertahanan mengalami perubahan dimana lebih
diarahkan pada strategi pemenuhan Alut Sista. Sehingga arah
pemenuhan logitik TNI AD juga mengalami perubahan yaitu lebih
diarahkan kepada modernisasi Alut Sista dan pemenuhan logistik bagi
satuan-satuan baru di jajaran TNI AD.

h. Periode 2006 s.d. 2019. Tahun 2006 merupakan babak baru


dalam sejarah pengelolaan kekayaan Negara RI pada umumnya dan
pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) khususnya, termasuk BMN yang
7

ada di jajaran TNI AD. Hal ini karena pada tahun 2006 tersebut terbit
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah sebagai kelanjutan dari 3 (tiga) paket
Undang-Undang yang telah lahir sebelumnya yaitu Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara. Selain itu, pada masa ini telah dibentuk pula satu unit
organisasi setingkat Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang
mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengelolaan kekayaan Negara
yakni Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN).

Pengelolaan aset Negara dalam pengertian yang dimaksud dalam


pasal 1 ayat (1) dan Ayat (2) PP No. 6 Tahun 2006 adalah tidak sekedar
administratif semata, tetapi lebih maju berfikir dalam menangani aset
Negara, dengan bagaimana meningkatkan efisiensi, efektifitas dan
menciptakan nilai tambah dalam mengelola aset. Oleh karena itu,
lingkup pengelolaan aset Negara di lingkungan TNI AD mulai
disesuaikan dengan PP No. 6 Tahun 2006 yang mencakup perencanaan
keutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,
pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan serta
pengendalian. Proses tersebut merupakan siklus logistik yang lebih
terinci yang didasarkan pada pertimbangan perlunya penyesuaian
terhadap siklus perbendaharaan dalam konteks yang lebih luas
(keuangan Negara).

Pada Tahun 2008 dengan diterbitkannya Buku Putih Pertahanan


Indonesia, arah pembangunan TNI AD diprioritaskan untuk memperkecil
ketimpangan pertahanan di luar Pulau Jawa baik secara organisasi
maupun Alut Sista. Pengembangan materiel Alut Sista TNI AD diarahkan
pada pembaharuan dengan Alut Sista generasi baru, menggantikan Alut
Sista generasi lama yang tidak efektif untuk membangun daya tangkal.
Materiil Alut Sista berupa senjata Infanteri, senjata Artileri, senjata
Kavaleri, amunisi, kendaraan tempur, pesawat udara, alat angkut air
dan materiel Zeni secara bertahap ditambah untuk memenuhi
kebutuhan TOP/DSPP.

i. Periode 2019 s.d. sekarang. Periode ini ditandai dengan semakin


tertibnya administrasi di lingkungan TNI AD dengan dibentuknya Dinas
Pengadaan Angkatan Darat (Diasadaad) sesuai Perkasad Nomor 26
tahun 2019 tanggal 26 Desember 2019. Perubahan organisasi di tingkat
pusat ini terjadi sebagai akibat dari terbitnya Perpres RI nomor 16 tahun
2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Sehingga
organisasi pengadaan yang semula bersifat ad hoc (bentukan) dirubah
menjadi organisasi struktural sebagai Unit Kerja Pengadaan Barang dan
Jasa (UKPBJ) tingkat pusat di lingkungan TNI AD. Selain itu, sistem
pengadaan yang semula berlangsung secara manual, saat ini dirubah
menjadi elektronik yang dikenal dengan LPSE (Layanan Pengadaan
Secara Elektronik). Hal ini dimaksudkan agar pengadaan di lingkungan
TNI AD lebih terbuka, konmpetitif, efektif dan efisien.

9. Asas. Bercermin pada sejarah perkembangan logistik TNI AD, maka


terlihat beberapa hal yang mengakibatkan perubahan dalam organisasi logistik
TNI AD, diantaranya tuntutan untuk menyesuaikan dengan aturan
8

pemerintah, tuntutan untuk tertib administrasi dan adanya perkembangan


ilmu dan teknologi. Terkait hal tersebut perlu dirumuskan asas yang harus
dipedomani dalam kegiatan pembinaan maupun penggunaan logistik TNI AD,
sebagai berikut :

a. Akuntabel. Penyelenggaraan logistik TNI AD harus dapat


dipertanggung jawabkan sesuai peraturan yang berlaku.

b. Antisipasif. Penyelenggaraan logistik harus bersifat tanggap


terhadap kondisi yang sedang atau akan terjadi untuk mendukung tugas
pokok TNI AD.

c. Efektif. Penyelenggaraan logistik harus berorientasi pada tujuan


yang tepat dan berdaya guna bagi satuan-satuan TNI AD.

d. Fleksibel. Logistik harus mampu menyesuaikan dengan


kebutuhan dan perubahan keadaan yang terjadi.

e. Manfaat. Segala upaya penyelenggaraan logistik dapat


memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi satuan-satuan di
jajaran TNI AD.

f. Obyektif. Penyelenggaraan pembinaan logistik harus realistis


antara kebutuhan dan dukungan yang diberikan.

g. Prioritas. Pembinaan dan dukungan logistik dilaksanakan dengan


pertimbangan skala prioritas.

h. Responsif. Logistik harus mampu untuk memenuhi kebutuhan


yang mendesak dan berubah sewaktu-waktu dalam rangka memelihara
kestabilan kebutuhan logistik satuan.

i. Sederhana. Logistik harus sederhana dalam tata cara, prosedur


dan mekanisme penyelenggaraannya dengan mengutamakan hasil dan
daya guna yang maksimal.

j. Tepat. Logistik harus memenuhi syarat 5 (lima) tepat yaitu jenis,


mutu, jumlah, waktu dan sasaran.

k. Terarah. Pembinaan dan dukungan logistik harus diarahkan pada


pencapaian tugas pokok TNI AD.

l. Terintegrasi. Penyelenggaraan fungsi logistik TNI AD merupakan


satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan untuk mendukung tugas
pokok TNI AD.

m. Transparan. Ketentuan dan informasi logistik TNI AD bersifat jelas


dan dapat diketahui secara luas sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.

n. Valid. Penyelenggaraan fungsi logistik TNI AD harus benar/sahih


sesuai dengan aturan yang berlaku dalam mendukung tugas pokok TNI
AD.

10. Metode.
9

1) TNI AD. Penentuan metode yang akan digunakan pada pembinaan


maupun penggunaan logistik TNI AD harus mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagaimana disebutkan
dalam perkembangan sejarah logistik diatas, bahwa di lingkungan TNI
AD dibentuk jawatan-jawatan yang membidangi logistik, yang
selanjutnya berkembang menjadi Badan Pelaksana Pusat (Balakpus)
selaku Pembina Materiel Pusat. Terkait hal tersebut, maka
penyelenggaraan logistik dilaksanakan baik di tingkat pusat secara
terpusat oleh Mabesad dan para Pembina Materiel serta di daerah oleh
satker-satker TNI AD. Sehingga dalam penentuan metode di lingkungan
TNI AD terbagi menjadi Metode Terpusat dan Metode Tersebar.

a) Terpusat. Penyelenggaraan pembinaan dan dukungan atas


komoditi logistik tertentu berupa materiel dan/atau bekal, fasilitas
serta jasa yang dilaksanakan oleh Mabesad berdasarkan kebijakan
Kasad secara terpadu dan terarah melalui Pembina Materiel, yang
selanjutnya didistribusikan kepada Kotama, Balakpus dan seluruh
jajaran TNI AD demi tercapainya pembinaan dan dukungan logistik
yang efektif dan efisien. Pada pelaksanaannya dilaksanakan
melalui kegiatan perencanaan dan penentuan kebutuhan,
pengadaan, pergudangan dan distribusi, pemeliharaan,
penghapusan serta pengawasan dan evaluasi.

b) Tersebar. Penyelenggaraan pembinaan dan dukungan atas


komoditi logistik tertentu yang pelaksanaannya secara penuh
berada pada Kotama, Balakpus dan seluruh satker jajaran TNI AD.
Dilaksanakan melalui kegiatan perencanaan kebutuhan,
pengadaan, pergudangan dan distribusi, pemeliharaan serta
pengawasan dan evaluasi.

2) Mabes TNI. Logistik dalam penggunaan kekuatan yang melibatkan


Tiga Matra (TNI AD, TNI AL dan TNI AU) dilaksanakan dengan metode
Bina tunggal dan Dukungan silang.

a) Bina tunggal. Penyelenggaraan pembinaan dan dukungan


logistik yang terpadu dan terarah atas suatu jenis dan /atau jasa
tertentu, dilaksanakan oleh satu unit organisasi bagi kepentingan
unit organisasi lainnya berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Panglima TNI atas pertimbangan konsep pemakai terbanyak,
penguasaan teknis maupun pertimbangan lainnya, demi
tercapainya efektifitas dan efisiensi. TNI AD melaksanakan logistik
bina tunggal sesuai dengan fungsi.

b) Dukungan Silang. Penyelenggaraan dukungan atas komoditi


logistik tertentu yang dilaksanakan antar Angkatan sesuai
kebijakan Panglima TNI dalam rangka penyelenggaraan logistik TNI
terpadu.

11. Elemen Logistik. Elemen berasal dari bahasa Latin, elementum yang


berarti bagian-bagian dasar yang mendasari sesuatu. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan sebagai bagian (yang penting, yang
dibutuhkan) dari keseluruhan yang lebih besar. Mengacu pada hal tersebut,
elemen logistik dapat diartikan sebagai bagian-bagian penting yang mendasari
penyelenggaraan logistik di lingkungan TNI AD. Elemen logistik TNI AD perlu
ditentukan agar penyelenggaraan pembinaan maupun penggunaan logistik
dapat terarah dan mencapai hasil yang diharapkan. Elemen tersebut terdiri
10

dari pembekalan, pemeliharaan, angkutan, fasilitas dan konstruksi, kesehatan


serta administrasi logistik.

a. Pembekalan. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk


memenuhi jenis bekal yang dibutuhkan guna kesiapan Satuan-Satuan
TNI AD.

b. Pemeliharaan. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan


yang dilakukan untuk menjamin agar bekal dan/atau materiel serta
fasilitas selalu berada dalam keadaan siap pakai.

c. Angkutan. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk


memindahkan personel serta bekal dan/atau materiel ke tempat tujuan
tepat waktu secara berhasil dan berdaya guna sehingga dapat dicapai
kesiapan satuan.

d. Fasilitas dan Konstruksi. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan


kegiatan yang berkaitan untuk pemenuhan kebutuhan dan
pemeliharaan bangunan, bentuk fisik lain, fasilitas dan jasa LTGA
(Listrik, Telepon, Gas dan Air) serta kepengurusan administrasi tanah
dan bangunan TNI AD dalam rangka mendukung fungsi logistik TNI AD.

e. Kesehatan. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk


memenuhi dan menyiapkan kebutuhan dukungan kesehatan, pelayanan
kesehatan, kesehatan preventif dan materiel kesehatan serta litbang
kesehatan bagi prajurit dan PNS beserta keluarganya dalam rangka
mendukung pencapaian tugas pokok TNI AD.

f. Administrasi Logistik. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan


kegiatan administrasi logistik dalam perencanaan dan penentuan
kebutuhan, evaluasi, pengadaan, distribusi, pemeliharaan,
penghapusan, penatausahaan BMN, pengendalian inventori,
standardisasi, katalogisasi, sistem informasi pembinaan logistik,
administrasi perbendaharaan materiel, pemanfaatan aset dan pendataan
logistik wilayah.

BAB III
SIKLUS LOGISTIK TNI AD

12. Umum. Selain pokok-pokok logistik TNI AD, perlu dipahami juga
tentang siklus logistik yang ada, karena dalam penyelenggaraan pembinaan
dan penggunaan logistik secara keseluruhan akan mengikuti rangkaian
kegiatan pada siklus tersebut. E. Mustikasari pada Simposium Nasional
Akuntansi X 2007, menyebutkan ”Fungsi logistik bisa atau dapat disusun
dalam bentuk skema siklus kegiatan atau aktivitas logistik. Masing-masing
saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Rangkaian kegiatan
dalam siklus logistik tersebut meliputi perencanaan, penganggaran,
pengadaan, penyimpanan, penyaluran (distribusi), pemeliharaan, penghapusan
dan pengendalian.”

13. Perencanaan. Perencanaan secara umum merupakan suatu proses


merumuskan sasaran serta menentukan langkah-langkah yang harus
dilaksanakan guna mencapai tujuan yang sudah atau telah ditentukan.
Berhubungan dengan logistik, perencanaan ini merupakan suatu proses
11

merencanakan kebutuhan barang atau juga persediaan yang pelaksanaannya


dilakukan oleh seluruh calon pemakai (user) yang setelah itu diajukan sesuai
dengan alur yang berlaku pada tiap-tiap organisasi (Mustikasari : 2007). Di
lingkungan TNI AD perencanaan logistik dilaksanakan baik secara bottom up
maupun top down. Secara bottom up, seluruh satuan mengajukan rencana
kebutuhan logistik secara berjenjang sesuai strata. Setelah seluruh rencana
pengajuan terkumpul, maka akan dilihat kesesuaian antara pengajuan satuan
dengan Renstra yang sudah disusun oleh staf perencanaan TNI AD.

Mekanisme perencanaan logistik diselenggarakan melalui rapat Dewan


Harian Penentu (Wanhartu) dan Dewan Penentu Pengadaan (Wantuada).
Wanhartu dan Wantuada dilaksanakan pada Tahun Anggaran Berjalan - 2
(TAB-2). Wanhartu dipimpin oleh Asops Kasad dengan wakil Asrena Kasad.
Secara garis besar, Wanhartu bertugas untuk menyelaraskan pengajuan
kebutuhan logistik agar sesuai dengan Renstra yang dibuat dan skala
prioritas. Wantuada sebagai kelanjutan dari hasil Wanhartu, dipimpin oleh
Wakasad. Secara Umum akan menentukan pengadaan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan operasional (ops req). Setelah
ditentukan oleh Wantuada maka, hasil tersebut akan dimasukkan dalam
Rencana Kebutuhan Anggaran (RKA) pada TAB-1.

14. Penganggaran. Penganggaran/budgetting merupakan seluruh


aktivitas atau kegiatan serta usaha untuk merumuskan perincian kebutuhan
logistik dalam suatu skala tertentu/skala standar yakni mata uang serta
jumlah biaya yang dibutuhkan (Subagya & Mustikasari). Dilingkungan TNI AD,
penganggaran logistik dilaksanakan oleh Dewan Harian Pengadaan
(Wanharada) pada setiap TAB (April s.d. Oktober) Wanharada dipimpin oleh
Aslog Kasad, secara umum bertugas untuk menganggarkan kebutuhan logistik
yang telah ditetapkan oleh Wantuada.

Di dalam penyusunan anggaran tersebut terdapat beberapa hal yang


harus diperhatikan sebagai berikut:

a. Peraturan-peraturan terkait.

b. Pertimbangan kemampuan anggaran TNI AD dan perkembangan


teknologi.

c. Sumber dan mekanisme pembiayaan.

d. Life cycle cost (LCC). Merupakan jumlah biaya yang dibutuhkan


untuk mempertahankan atau memperpanjang usia pakai suatu materiel
ataupun fasilitas yang telah ada. Untuk materiel ataupun fasilitas baru
yang akan diadakan, harus menghitung pula estimasi biaya operasional
dan pemeliharaan selama masa pakai, Transfer of Technology (TOT)
beserta komponen/fasilitas pendukung lainnya yang diperlukan.

15. Pengadaan. Pengadaan merupakan seluruh kegiatan serta usaha


di dalam menambah serta memenuhi kebutuhan barang dan jasa dengan
berdasarkan peraturan yang berlaku yakni dengan menciptakan sesuatu yang
tadinya itu belum ada menjadi ada atau juga mempertahankan sesuatu yang
telah ada itu dalam batas-batas efisien (Subagya: 1994). Proses pengadaan
barang dan jasa mengacu pada ketentuan pengadaan barang dan jasa
pemerintah yang berlaku. Pelaksana pengadaan di tingkat pusat adalah
Disadaad, sedangkan di daerah dilaksanakan oleh UKPBJ ataupun Pejabat
Pengadaan di masing-masing Kotama/Balakpus.
12

Kegiatan pengadaan barang dan jasa dilaksanakan dengan


pertimbangan sebagai berikut :

a. Jenis barang yang diadakan.

b. Kualitas dan Kuantitas barang yang diadakan.

c. Metode dan pentahapan pengadaan.

d. Waktu penyelesaian pekerjaan.

e. Sumber produksi barang (dalam negeri atau luar negeri).

f. Guarantee license barang yang diadakan.

16. Penyimpanan. Penyimpanan adalah suatu kegiatan serta usaha di


dalam melakukan pengelolaan barang persediaan (inventory) di tempat yang
telah atau sudah ditentukan untuk digunakan dikemudian hari. Penyimpanan
tersebut memiliki fungsi untuk bisa menjamin penjadwalan yang telah
ditetapkan sebelumnya sehingga biaya menjadi lebih efisien. Dengan proses
tersebut, diharapkan kualitas barang dapat dipertahankan, pencarian barang
yang lebih mudah, barang terhindar dari kerusakan, serta aman dari
pencurian ataupun sabotase dari pihak lain.

Di lingkungan TNI AD, penyimpanan dilaksanakan di gudang-gudang


yang telah ditentukan, mulai dari Gudang Pusat (Gupus), Gudang Daerah
(Gudrah) maupun Gudang Lapangan (Gudlap). Mekanisme penggungan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk Rotasi
pengeluaran barang dari gudang, TNI AD mengenal sistem First In First Out
(FIFO). Faktor-faktor yang perlu untuk diperhatikan di dalam tahap
penyimpanan ini diantaranya :

a. Pemilihan lokasi.

b. Barang (jenis, bentuk atau bahan barang).

c. Pengaturan ruang.

d. Prosedur atau sistem penyimpanan.

e. Prosedur keamanan gudang penyimpanan.

17. Penyaluran (Distribusi). Penyaluran atau distribusi merupakan


suatu kegiatan atau usaha di dalam mengelola pemindahan barang dari suatu
tempat ke tempat lain (Subagya: 1994). Distribusi di TNI AD merupakan salah
satu bagian dari elemen angkutan, dimana pelaksanaannya mempedomani
ketentuan Angkutan TNI AD. Untuk distribusi materiel hasil pengadaan,
dimana tersebut didalam kontrak, bahwa distribusi materiel termasuk didalam
klausul kontrak, maka pelaksanaan distribusi diselenggarakan oleh Penyedia.
Faktor yang mempengaruhi penyaluran barang ini diantaranya :

a. Proses administrasi

b. Proses penyampaian berita (data-data informasi)


13

c. Proses pengeluaran fisik barang

d. Proses angkutan

e. Proses pembongkaran serta pemuatan

f. Pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan

18. Pemeliharaan. Pemeliharaan secara umum merupakan suatu usaha


ataupun kegiatan untuk menjaga agar materiel tetap pada keadaan aslinya
dan siap untuk digunakan. Pemeliharaan dilaksanakan baik dalam rangka
penyimpanan di gudang-gudang maupun terhadap materiel yang digunakan.
Penyelenggaraan pemeliharaan di lingkungan TNI AD dapat dilaksanakan
secara swakelola ataupun melalui penyedia, bagi materiel tertentu yang
memerlukan pemeliharaan khusus atau memiliki teknologi yang belum bisa
dilaksanakan oleh satuan-satuan pemeliharaan TNI AD. Untuk pemeliharaan
melalui penyedia, maka tetap mengacu kepada ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam peraturan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Untuk
pemeliharaan tertentu, setelah dilaksanakan pemeliharaan, maka materiel
tersebut dilaksanakan uji kelaikan, sebelum dapat digunakan kembali oleh
satuan.

19. Penghapusan. Penghapusan secara umum merupakan suatu


kegiatan atau usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Subagya: 1994).
Penghapusan dilaksanakan untuk membebaskan pengguna dan/atau kuasa
penguna barang dalam dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas
materiel yang berada dalam penguasaannya. Alasan penghapusan antara lain
sebagai berikut :

a. Barang hilang akibat kesalahan sendiri, bencana alam,


kecelakaan, kebakaran, kecurian, kesalahan administrasi, tercecer atau
barang tidak ditemukan.

b. Teknis dan ekonomis, dalam hal ini nilai barang dianggap tidak
ada manfaatnya yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti barang
berkurang karena susut, kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, rusak
berat, kedaluwarsa, busuk, dsb.

c. Hewan dan tanaman yang mati/cacat/tidak produktif.

d. Rampasan, dalam hal ini barang tersebut merupakan barang bukti


dari suatu perkara hukum. Cara-cara penghapusan yang dilakukan
antara lain Penjualan/pelelangan, Pindah tangan, Hibah, serta
Pemusnahan.

Dalam hal Pemusnahan alutsista, terlebih dahulu dilaksanakan


kajian, demiliterisasi dan scrapping. Pemusnahan dilakukan dengan
cara dibakar, dihancurkan, ditimbun, ditenggelamkan, dijadikan sasaran
latihan tembak dan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

20. Pengendalian. Pengendalian secara umum adalah sebuah sistem


pengawasan dari hasil penilaian, pelaporan, pemantauan, serta pemeriksaan
terhadap langkah-langkah manajemen logistik yang sedang ataupun sudah
14

berlangsung (Mustikasari: 2007). Bentuk dari kegiatan atau aktivitas


pengendalian diantaranya:

a. Merumuskan tata laksana dalam bentuk norma, manual, kriteria,


standar, instruksi serta prosedur lainnya.

b. Melaksanakan  evaluasi, pengamatan serta laporan, untuk dapat


mendapatkan gambaran serta informasi tentang penyimpangan dari
rencana.

c. Melaksanakan  kunjungan staf/pengawasan kegiatan berupa


pemeriksaan materiel, administrasi dan pendataan logistik.

d. Melaksanakan supervisi.

e. Melaksnakan pelaporan Sisfodatalog dan SIMAK BMN.

PERENCANAAN &
PENENTUAN
KEBUTUHAN

PENGHAPUSAN ANGGARAN

PENGENDALIAN

PEMELIHARAAN PENGADAAN

PENYIMPANAN
& PENYALURAN

BAB IV
PEMBINAAN LOGISTIK TNI AD

21. Umum. Pembinaan logistik TNI AD dilaksanakan untuk mendukung


fungsi utama TNI AD baik pertempuran maupun teritorial. Sebagaimana telah
diuraikan sebelumnya bahwa untuk mengoptimalkan pembinaan logistik TNI
AD, maka disusun elemen-elemen logistik. Sehingga pembinaan logistik TNI
AD pada hakikatnya adalah pembinaan terhadap elemen-elemen logistik mulai
dari pembekalan, pemeliharaan, angkutan, fasilitas dan konstruksi, kesehatan
15

dan administrasi logistik untuk mendukung fungsi utama TNI AD dalam hal
pertempuran maupun Teritorial.

22. Pembinaan Pembekalan. Bekal adalah semua jenis materiel yang


diperlukan untuk kegiatan operasi, latihan dan pemeliharaan guna
melengkapi dan mendukung satuan-satuan TNI dimana materiel tersebut
dapat rusak, aus, hilang atau habis didalam pemakaian dan harus disiapkan
penggantinya. Sehimgga Pembinaan pembekalan diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan bekal bagi prajurit dan satuan – satuan TNI AD.

a. Pembagian Kelas Bekal. Dikarenakan jumlahnya yang cukup


banyak serta penyediaan yang cukup besar, untuk memudahkan dalam
pembinaan, maka bekal dibagi menjadi beberapa kelas. Berdasarkan
Keputusan Kasad Nomor Kep/495-3/XII/2013 tanggal 18 Desember
2013 tentang Naskah Sementara tentang Doktrin Logistik, Bekal terbagi
menjadi 5 Kelas Bekal, yaitu :

1) Bekal I : Makanan.

2) Bekal II : Kaporsatlap.

3) Bekal III : Perminyakan.

4) Bekal IV : Alsatri/ATK-G.

5) Bekal V : Munisi dan Bahan Peledak.

Berdasarkan data diatas, maka sampai saat ini seluruh prajurit


dan satuan TNI AD hanya menerima 5 Kelas Bekal untuk mendukung
pelaksanaan tugasnya. Sehingga masih banyak materiel lain yang belum
masuk dalam dukungan bekal tetapi sangat diperlukan oleh prajurit
dalam bertugas. Ditinjau dari sisi aturan, sampai dengan saat ini belum
ada aturan yang mengatur bahwa pembagian Kelas Bekal hanya I sd V
saja. Bahkan dalam PP Nomor 3 tahun 2021 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara, pada
pasal 32 ayat 1 disebutkan 7 Kelas Bekal, yaitu:

1) Bekal I : Makanan.

2) Bekal II : Perlengkapan perseorangan.

3) Bekal III : Bahan bakar minyak dan pelumas.

4) Bekal IV : Bahan bangunan dan konstruksi.

5) Bekal V : Amunisi dan bahan peledak.

6) Bekal VI : Kesehatan.

7) Bekal VII : Suku cadang.

Sementara pada US Army dalam Army Doctrine Publications yaitu


ADP 4-0 Sustainment pada point Classes of Supplies diuraikan sebagai
berikut :

1) Class I Subsistence, including water.


16

2) Class II Clothing, individual equipment, tentage, tool sets and


tool kits, hand tools, administrative, and housekeeping supplies and
equipment (including maps). This includes items of equipment, other
than major items, prescribed in authorization/allowance tables and
items of supply (not including repair parts)

3) Class III Petroleum, oils, and lubricants: petroleum and solid


fuels, including bulk and packaged fuels, lubricating oils and
lubricants, petroleum specialty products; solid fuels, coal, and
related products.

4) Class IV Construction materials, to include installed


equipment and all fortification/barrier materials.

5) Class V Ammunition of all types (including chemical,


radiological, and special weapons), bombs, explosives, mines, fuses,
detonators, pyrotechnics, missiles, rockets, propellants, and other
associated items.

6) Class VI Personal demand items (such as health and hygiene


products, soaps, and toothpaste, writing materials, snack food, and
beverages and other items that are non-military sales items.

7) Class VII Major items: A final combination of end products


which is ready for its intended use: (principal item) for example,
launchers, tanks, mobile machine shops, vehicles.

8) Class VIII Medical materiel, including medical peculiar repair


parts, health, and welfare items.

9) Class IX Repair parts and components, including kits,


assemblies and subassemblies, reparable and nonreparable,
required for maintenance support of all equipment.

10) Class X Material to support nonmilitary programs; such as


agricultural and economic development, not included in class I
through IX

Merujuk pada beberapa hal diatas, untuk lebih melengkapi prajurit


dan satuan dalam melaksanakan tugas, maka perlu disusun suatu Kelas
Bekal Baru. Kelas Bekal ini harus mengakomodir seluruh keperluan
prajurit dalam bertugas. Selain itu, Kelas Bekal ini juga harus
mengakomodir Pembina Materiel di lingkungan TNI AD serta
memungkinkan digunakan dalam pelaksanaan OMSP terutama dalam
membantu masyarakat. Pembagian Kelas Bekal tersebut sebagai
berikut :

1) Bekal I : makanan.

2) Bekal II : kaporsatlap.

3) Bekal III : perminyakan/BMP.

4) Bekal IV : Alsatri/ATK-G, materiel Zeni, Fasilitas dan


Konstruksi.

5) Bekal V : munisi dan bahan peledak.


17

6) Bekal VI : materiel perhubungan, sisfo dan topografi.

7) Bekal VII : Alat utama (Major end items) contoh


senjata, tank, kendaraan, kapal laut, pesawat udara dan lain-lain.

8) Bekal VIII : materiel Kesehatan.

9) Bekal IX : suku cadang, alat bahan teknologi


mekanik dan pemeliharaan.

10) Bekal X : bekal lain yang tidak termasuk dalam


bekal I sampai dengan Ixn yang digunakan dalam kegiatan
kemasyarakatan. Bekal ini diberikan apabila diperlukan oleh
satuan untuk mendukung pelaksanaan tugas.

b. Pola. Pembinaan Pembekalan dilaksanakan menggunakan metode


terpusat oleh Pembina Materiel dan tersebar oleh satuan di wilayah
dengan tahapan sebagai berikut:

1) Perencanaan penentuan kebutuhan. Disusun dan disiapkan


di tingkat pusat, Balakpus pembina fungsi logistik, Kotama-
Kotama dan satuan secara terintegrasi, terpadu dan terkoordinasi.
Proses pelaksanaan perencanaan dilakukan secara bottom up dan
top down. Perencanaan serta penentuan kebutuhan bekal
dilaksanakan sesuai jenis, jumlah maupun persyaratan teknis
yang diperlukan untuk melengkapi dan mendukung organisasi
dalam rangka melaksanakan tugas pokok. Perencanaan yang baik
akan mewujudkan pemenuhan bekal yang efektif dan terarah.
Bekal yang direncanakan meliputi Bekal Kelas I sampai dengan
Kelas IX. Bekal Kelas X direncanakan dan diberikan kepada
satuan-satuan yang akan melaksanakan tugas OMSP dalam
rangka mendukung kebutuhan masyarakat.

2) Penentuan Kebutuhan Bekal. Dipengaruhi oleh kondisi


geografis wilayah nasional yang terdiri dari pulau-pulau yang
dihubungkan oleh lautan dengan jarak yang sangat panjang untuk
dijangkau, maka perlu ditata persediaan bekal untuk menghadapi
keadaan darurat. Penumpukan bekal pada suatu tempat harus
dihindari sehingga persediaan bekal tingkat pusat perlu disebar
secara seimbang, agar pembekalan dapat dilakukan secara efektif,
terarah dan terintegrasi. Dasar penyebaran persediaan bekal
dilaksanakan dengan skala prioritas dengan pertimbangan sebagai
berikut:

a) Perkiraan kebutuhan operasi dan latihan.

b) Jumlah Satuan dan kepadatan materiel.

c) Kecepatan dukungan.

d) Ancaman.

e) Lokasi.

3) Pengadaan. Mengusahakan ketersediaan bekal berdasarkan


jenis dan jumlah yang diperlukan melalui kegiatan pengadaan
dengan cara yang paling ekonomis, tepat waktu dan sesuai
18

ketentuan yang berlaku guna memenuhi kebutuhan organisasi.


Bagi materiel yang sudah selesai tahap produksi, dilaksanakan uji
fungsi kelaikan.

4) Pergudangan dan distribusi. Pergudangan dilaksanakan


melalui kegiatan penyimpanan bekal hasil pengadaan agar selalu
dalam keadaan baik sebelum didistribusikan kepada satuan.
Sedangkan distribusi dilaksanakan melalui kegiatan penyaluran
bekal hasil pengadaan, termasuk pengangkutan dan pemindahan
bekal ke/di dalam dan dari gudang-gudang yang telah ditentukan.

5) Pemeliharaan dalam penyimpanan. Melaksanakan kegiatan


pemeliharaan dalam penyimpanan untuk mempertahankan
kondisi bekal agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya dengan
menghindarkan terjadi kerusakan dan melakukan perbaikan
terhadap kerusakan yang terjadi.

6) Penghapusan. Melaksanakan penghapusan bekal yang tidak


memenuh syarat lagi berdasarkan kebijakan Komando Atas
sehingga membebaskan bendaharawan dari pertanggung jawaban
perbendaharaan Negara menurut peraturan yang berlaku.

7) Pengawasan dan evaluasi. Penyelenggaraan kegiatan


pengawasan pembekalan dilaksanakan oleh Staf Logistik dari
tingkat pusat, daerah dan satuan secara terus menerus baik di
bidang operasional maupun administrasi. Evaluasi
penyelenggaraan pembekalan dilaksanakan sesuai dengan siklus
logistik guna menjamin pelaksanaan administrasi pembekalan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini guna mewujudkan
fungsi pembekalan yang akuntabel dalam rangka mendukung
pelaksanaan tugas pokok TNI AD.

23. Pembinaan Pemeliharaan. Ditujukan untuk menjamin agar


materiel TNI AD senantiasa dalam kondisi siap pakai guna mendukung
pelaksanaan tugas prajurit dan satuan jajaran TNI AD. Pada pelaksanaannya
pemeliharaan terbagi sesuai dengan jenis materiel yang digunakan oleh
satuan. Secara umum materiel TNI AD terbagi menjadi dua bagian besar,
materiel militer bersifat umum dan materiel militer bersifat khusus. Kedua hal
ini yang menjadi dasar pembagian pemeliharaan di lingkungan TNI AD.

a. Pembagian Tingkat Pemeliharaan.

1) Materiel militer bersifat umum, yaitu materiel-materiel yang


digunakan oleh seluruh satuan TNI AD (kendaraan, senjata ringan,
munisi, dan lain-lain). Dikarenakan jumlahnya yang sangat
banyak serta tersebar diseluruh wilayah Indonesia, maka perlu
diatur tingkat pemeliharaannya agar efektif, efisien dan tepat
sasaran. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam
menentukan tingkat pemeliharaan materiel militer bersifat umum
diantaranya adalah, instalasi pemeliharaan yang tersedia,
kemampuan personel serta kelengkapan alat peralatan
pemeliharaan pada instalasi pemeliharaan tersebut. Saat ini,
instalasi pemeliharaan di TNI AD :

a) Tingkat Pusat : Bengkel Pusat (Bengpus) dan Gudang


Pusat (Gupus).
19

b) Tingkat Daerah : Bengkel Daerah (Bengrah) dan


Gudang Daerah (Gudrah) serta Depo Pemeliharaan (Dohar).

c) Tingkat Lapangan : Bengkel Lapangan (Benglap) dan


Gudang Lapangan (Gudlap).

Berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor


Skep/01/XII/2003 tanggal 1 Desember 2003 tentang Naskah
Sementara Petunjuk Administrasi Pemeliharaan Materiil TNI AD,
tingkat pemeliharaan terbagi menjadi :

a) Tingkat "0" (organik) adalah kegiatan pemeliharaan


pencegahan (Harcegah), merupakan kegiatan teknis yang
dilakukan selama materiil tersebut digunakan. Pemeliharaan
pencegahan bertujuan untuk mencegah kerusakan ringan
sebelum menimbulkan kerusakan yang lebih berat,
dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus oleh
pemakai materiil di masing-masing Satuan.

b) Tingkat I adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat


sederhana akibat dari materiil yang mengalami rusak ringan,
kegiatannya meliputi penggantian komponen dan perbaikan
dengan menggunakan peralatan yang sederhana. Tingkat
pemeliharaan ini menjadi tanggungiawab Instalasi
Pemeliharaan Lapangan.

c) Tingkat II adalah kegiatan pemeliharaan dengan


melaksanakan penggantian maupun perbaikan dengan
menggunakan peralatan khusus serta memerlukan
penyesuaian / penyetelan yang akurat dan dilaksanakan
oleh teknisi yang terampil. Tingkat pemeliharaan ini menjadi
tanggung jawab Instalasi Pemeliharaan Daerah.

d) Tingkat III adalah kegiatan pemeliharaan terhadap


materiil yang mengalami rusak berat. Kegiatannya meliputi
penggantian maupun perbaikan dengan menggunakan
peralatan tertentu yang dilaksanakan oleh teknisi yang
handal serta mampu berinovasi untuk dapat melaksanakan
modifikasi dan rehabilitasi. Tingkat pemeliharaan ini
menjadi tanggungjawab Instalasi Pemeliharaan Daerah dan
Pusat.

e) Tingkat IV adalah kegiatan pemeliharaan terhadap


materiil yang rusak berat atau kegiatan pemeliharaan yang
bersifat produksi. Tingkat pemeliharaan ini menjadi
tanggungjawab Instalasi Pemeliharaan Pusat.

Pada prakteknya pembagian tingkat pemeliharaan diatas,


sulit untuk diterapkan, hal ini dikarenakan perkembangan
teknologi yang ada menyebabkan instalasi pemeliharaan lapangan
harus memiliki kemampuan minimal setingkat dengan intalasi
pemeliharaan daerah, sedangkan instalasi pemeliharaan daerah di
tiap kodam hanya terdapat 1 saja. Hal ini menyebabkan banyak
materiel yang tidak dapat diperbaiki secara optimal. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka tingkat pemeliharaan dirubah
menjadi :
20

a) Pemeliharaan Tingkat Satuan, yaitu kegiatan


pemeliharaan yang dilaksanakan oleh Satuan
pemakai/organik, berupa harcegah dan pemeliharaan yang
bersifat sederhana akibat dari materiel yang mengalami
rusak ringan, kegiatannya meliputi penggantian komponen
(accu, ban, oli/pelumas, dll) dan perbaikan dengan
menggunakan peralatan yang sederhana.

b) Pemeliharaan Tingkat Daerah, yaitu kegiatan


pemeliharaan yang dilaksanakan oleh instalasi pemeliharaan
daerah termasuk diantaranya Depo pemeliharaan dan
instalasi pemeliharaan lapangan, berupa kegiatan
pemeliharaan terhadap materiil yang mengalami rusak berat.
Kemampuan instalasi pemeliharaannya sampai dengan
penggantian maupun perbaikan dengan menggunakan
peralatan tertentu yang dilaksanakan oleh teknisi yang
handal. Area service pemeliharaan sesuai dengan Kotama
masing-masing. Khusus Depo Pemeliharaan, Area service
meliputi satuan jajaran Pussen masing-masing.

c) Pemeliharaan Tingkat Pusat, yaitu kegiatan


pemeliharaan yang dilaksanakan oleh instalasi pemeliharaan
pusat, berupa kegiatan pemeliharaan terhadap materiil yang
rusak berat atau kegiatan pemeliharaan yang bersifat
produksi serta mampu berinovasi untuk dapat
melaksanakan modifikasi dan rehabilitasi.

Dalam kondisi tertentu dimana pemeliharaan materiel


memerlukan teknologi diluar kemampuan Pembina Materiel
baik pusat maupun daerah, maka dapat bekerja sama
dengan pihak pabrikan.

2) Materiel militer bersifat khusus, yaitu materiel-materiel yang


hanya digunakan oleh satuan dari kecabangan tertentu,
pemeliharaan dilaksanakan oleh Pembina Materiel masing-masing,
antara lain:

a) Materiel Zeni. Pemeliharaan diatur oleh Pusziad.

b) Materiel Perhubungan. Pemeliharaan diatur oleh


Pushubad.

c) Materiel Kesehatan. Pemeliharaan diatur oleh


Puskesad.

d) Materiel Angkutan Air, Perawatan dan Perbekalan


udara serta keterminalan. Pemeliharaan diatur oleh
Pusbekangad.

e) Materiel Angkutan Udara. Pemeliharaan diatur oleh


Puspenerbad.

f) Materiel Topografi. Pemeliharaan diatur oleh Dittopad.

g) Pemeliharaan hewan dilaksanakan oleh Satuan


Pemakai dan Pusbekangad, dalam kondisi tertentu
21

pemeliharaan hewan dapat bekerjasama dengan dinas


terkait.

h) Dalam kondisi tertentu dimana pemeliharaan materiel


memerlukan teknologi diluar kemampuan Pembina Materiel
maka dapat bekerja sama dengan pihak pabrikan.

i) Khusus pemeliharaan fasilitas dan konstruksi diatur


dalam fungsi fasilitas dan konstruksi.

b. Pola. Pembinaan pemeliharaan dilaksanakan menggunakan


metode terpusat oleh Pembina Materiel dan tersebar oleh satuan di
wilayah sesuai dengan tataran kewenangan dan jenis materiel, dengan
tahapan sebagai berikut:

1) Perencanaan. Pembinaan pemeliharaan dilaksanakan


melalui perencanaan yang terukur dan terarah untuk mewujudkan
pemeliharaan yang efektif sehingga mampu menyelenggarakan
dukungan pemeliharaan guna mendukung tugas pokok TNI AD.

2) Pengorganisasian. Pembinaan pemeliharaan dilaksanakan


melalui penyusunan dan pembentukan organisasi yang adaptif
terhadap lingkungan strategis, hal ini untuk mewujudkan
pemeliharaan yang terintegrasi antara satuan-satuan TNI AD
sehingga mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD.

3) Pelaksanaan. Pembinaan pemeliharaan dilaksanakan


melalui pelaksanaan tugas dan sistem kerja yang profesional,
modern, dan adaptif sesuai dengan program kerja dan anggaran
yang telah disusun. Fungsi pemeliharaan dilaksanakan melalui
pembagian tahapan sebagai berikut:

a) Pemeliharaan Pencegahan (Harcegah). Melaksanakan


kegiatan teknis yang harus dilakukan pada materiel guna
mencegah kerusakan yang lebih berat.

b) Perbaikan. Melaksanakan penggantian atau


memperbaiki komponen/bagian tertentu yang mengalami
kerusakan agar kondisinya menjadi baik sehingga siap
operasional.

c) Modifikasi. Melaksanakan kegiatan dan pekerjaan


menambah atau merubah komponen agar memiliki
kemampuan yang lebih baik dari sebelumnya.

d) Repowering. Proses penggantian materiel yang lebih


tua dengan yang lebih baru, yang memiliki kapasitas lebih
besar atau efisiensi yang menghasilkan peningkatan daya
yang dihasilkan.

e) Pembangunan kembali. Melaksanakan kegiatan


perbaikan yang dilakukan pada mesin/alat peralatan lain
secara lengkap sehingga dapat berfungsi seperti semula.

f) Uji fungsi. Melaksanakan kegiatan ilmiah yang bersifat


teknis di bidang materiel yang meliputi fungsi pemeriksaan,
percobaan dan perbandingan guna menilai dan menentukan
22

kualifikasi materiel sesuai dengan persyaratan standar


operasional yang telah ditetapkan. Uji Fungsi hasil
pelaksanaan pemeliharaan terhadap materiel TNI AD
dilaksanakan oleh Dislaikad.

g) Rangkaian pelaksanaan kegiatan pemeliharaan


dimaksudkan untuk dapat memperpanjang usia pakai
materiel-materiel di satuan TNI AD.

h) Untuk meningkatkan kualitas hasil pemeliharaan


materiel, instalasi pemeliharaan di tingkat pusat maupun di
daerah harus dilengkapi dengan sarana prasarana, fasilitas,
perlengkapan dan sumber daya manusia yang
mengawakinya.

4) Pengawasan dan evaluasi. Kegiatan pengawasan


penyelenggaraan pemeliharan logistik dilaksanakan oleh Staf
Logistik dari tingkat pusat, daerah dan satuan secara terus
menerus baik di bidang operasional maupun administrasi logistik.
Untuk kegiatan evaluasi penyelenggaraan pemeliharaan logistik
dilaksanakan guna menjamin pelaksanaan pemeliharaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Pengawasan dan evaluasi sangat
penting guna mewujudkan fungsi pemeliharaan yang akuntabel
dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD.

24. Pembinaan Angkutan. Angkutan TNI AD bertujuan untuk


memperlancar gerakan pasukan dan pemindahan bekal dan/atau materiel
baik taktis maupun administrasi secara terencana, berkesinambungan,
keterpaduan, dinamis, dan bermanfaat untuk mendukung tugas pokok TNI
AD. Penyelenggaraan Angkutan dilaksanakan mulai dari tingkat satuan,
Kotama, Mabesad sampai dengan Mabes TNI yang terbagi dalam Garis
Angkutan.

a. Pembagian Garis Angkutan. Untuk memudahkan pelaksanaan


dan pengawasan, Angkutan di lingkungan TNI AD dibagi kedalam empat
Garis Angkutan sebagai berikut :

1) Garis angkutan I yaitu kegiatan pemindahan personel,


materiel dan bekal yang dilaksanakan oleh Satuan dengan
menggunakan sarana angkutan organik Satuan dan menjadi
tanggung jawab Komandan Satuan.

2) Garis angkutan II yaitu kegiatan pemindahan personel,


materiel dan bekal yang dilaksanakan oleh Badan Pelaksana
Angkutan Kotama dalam wilayah Kotama termasuk instalasi-
instalasinya sampai ke titik perbekalan menggunakan sarana dan
fasilitas angkutan TNI, Pemerintah dan swasta yang menjadi
tanggung jawab Pangkotama.

3) Garis angkutan III yaitu kegiatan pemindahan personel,


materiel dan bekal dari pusat ke daerah/Kodam ataupun
sebaliknya yang dilaksanakan menggunakan sarana dan fasilitas
angkutan TNI, Pemerintah dan swasta yang menjadi tanggung
jawab Mabesad.
23

4) Garis angkutan IV, kegiatan pemindahan personel, materiel


dan bekal ke luar wilayah Indonesia dengan menggunakan sarana
dan fasilitas angkutan TNI, Pemerintah dan swasta dan menjadi
tanggung jawab Mabes TNI.

b. Pola. Pembinaan angkutan dilaksanakan menggunakan metode


terpusat dan tersebar, dengan tahapan sebagai berikut:

1) Perencanaan. Pembinaan angkutan dilaksanakan melalui


perencanaan yang terukur dan terarah guna mewujudkan fungsi
angkutan TNI AD yang efektif sehingga mampu menyelenggarakan
dukungan angkutan guna mendukung tugas pokok TNI AD.

2) Pengorganisasian. Pembinaan angkutan dilaksanakan


melalui penyusunan dan pembentukan organisasi untuk
mewujudkan angkutan yang terintegrasi dan adaptif terhadap
lingkungan strategis sehingga mampu memberikan dukungan
angkutan guna pelaksanaan tugas pokok TNI AD.

3) Pelaksanaan.

a) Pembinaan angkutan dilaksanakan melalui


pelaksanaan tugas dan sistem kerja yang profesional,
modern, dan adaptif sesuai dengan program kerja dan
anggaran yang telah disusun.

b) Penyelenggaraan Angkutan dilaksanakan melalui


pembagian tahapan Garis Angkutan, mulai dari Garis
Angkutan I sampai dengan Garis Angkutan IV.

c) Penggunaan Angkutan Udara TNI AD diatur oleh


Mabesad dan/atau Mabes TNI sesuai dengan tugas/misi
yang dilaksanakan.

d) Apabila dalam pergeseran personel, materiel maupun


bekal sesuai Garis Angkutan menggunakan sarana
Angkutan Air, maka dibentuk Keterminalan untuk
memudahkan pengecekan personel, materiel maupun bekal
yang akan digeser posisinya. Pembentukan Keterminalan
dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Angkutan di Pusat dan
Daerah sesuai kewenangan.

4) Pengawasan dan evaluasi. Kegiatan pengawasan


penyelenggaraan angkutan dilaksanakan oleh Staf Logistik dari
tingkat pusat, daerah dan satuan secara terus menerus baik di
bidang operasional maupun administrasi logistik. Untuk kegiatan
evaluasi penyelenggaraan angkutan guna menjamin pelaksanaan
dukungan angkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal
ini guna mewujudkan fungsi angkutan yang akuntabel dalam
rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD.

25. Pembinaan Fasilitas dan Konstruksi. Ditujukan untuk memenuhi


kebutuhan pembangunan dan pemeliharaan bangunan maupun bentuk fisik
lain serta menjamin tersedianya fasilitas dan jasa LTGA (Listrik, Telepon, Gas
dan Air) maupun kepengurusan administrasi tanah dan bangunan di jajaran
TNI AD. Dalam melaksanakan konstruksi, perlu diperhatikan bahwa setiap
24

pembuatan konstruksi pada dasarnya adalah investasi yang digunakan dalam


jangka panjang. Oleh karena itu dalam pembuatan rancang bangun harus
dibuat rencana induk yang sudah dikaitkan dengan seluruh aspek
pertahanan. Penyelenggaraan konstruksi diupayakan merujuk pada teknologi
maju dan modern serta memperhatikan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

a. Pembagian Tugas. Penyelenggaraan Fasilitas dan konstruksi


terbagi menjadi :

1) Bidang fasilitas.   

a) Menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan


konstruksi bangunan maupun bentuk fisik lain.

b) Menyelenggarakan kegiatan pengurusan administrasi


tanah dan bangunan guna mendapatkan legalitas formal
dalam penggunaannya.

2) Bidang jasa.  Menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan


dengan urusan jasa LTGA di lingkungan TNI AD.

b. Pola. Pembinaan fasilitas dan konstruksi dilaksanakan


menggunakan metode terpusat dan tersebar, dengan tahapan sebagai
berikut:

1) Perencanaan kebutuhan. Merencanakan kebutuhan fasilitas


bangunan dengan cara penentuan Rencana Anggaran Biaya (RAB),
gambar dan spesifikasi teknis bangunan maupun bentuk fisik lain
untuk melengkapi dan mendukung organisasi dalam rangka
melaksanakan tugas pokoknya. Perencanaan yang baik akan
mewujudkan pemenuhan kebutuhan bangunan maupun bentuk
fisik lain yang efektif dan bermanfaat bagi satuan-satuan TNI AD.

2) Pengadaan. Mengusahakan ketersediaan fasilitas bangunan


dan prasarananya guna memenuhi kebutuhan organisasi melalui
kegiatan pengadaan jasa Konstruksi atau swakelola dengan cara
paling ekonomis sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3) Persiapan. Melaksanakan persiapan pekerjaan konstruksi


berupa pembuatan sarana pendukung di luar dari bagian denah
pekerjaan yang akan dikerjakan sedemikian rupa agar tidak
mengganggu pekerjaan konstruksi.

4) Pemeliharaan. Melaksanakan kegiatan pemeliharaan fasilitas


bangunan dan prasarananya untuk mempertahankan kondisi
sehingga berfungsi sebagaimana mestinya melalui kegiatan
perbaikan kerusakan fasilitas bangunan dan prasarananya.

5) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan terhadap


pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang dihadapkan kepada
kualitas, kuantitas, metode, pelaksanaan serta waktu yang
ditetapkan.
25

6) Pengamanan. Meliputi kegiatan pengamanan personil,


materiel dan lingkungan. Pengamanan personil dalam rangka
menciptakan keselamatan dan Kesehatan kerja melalui
penyediaan sarana keselamatan guna mencegah terjadinya
kecelakaan kerja. Pengamanan materiel, meliputi kegiatan dalam
rangka pengamanan materiel sehingga mencegah terjadinya
kerusakan dan kehilangan materiel. Pengaman lingkungan,
meliputi kegiatan dalam rangka pengamanan lingkungan sekitar
sehingga mencegah terjadinya hal-hal yang dapat menghambat
dan merugikan pelaksanaan pekerjaan maupun merugikan
masyarakat sekitar.

7) Pencocokan dan Penelitian (Coklit). Melaksanakan


administrasi Coklit yang berpedoman pada kewajaran penggunaan
jasa Listrik, Telepon, Gas dan Air (LTGA) sesuai norma indeks dari
penyedia jasa yang telah disetujui oleh Pembina fungsi teknis. Hal
ini untuk mewujudkan pelayanan jasa LTGA yang efisien dan
ekonomis serta dapat dipertanggung jawabkan.

8) Penghapusan. Melaksanakan penghapusan fasilitas


bangunan dan prasarana yang sudah tidak memenuhi persyaratan
teknis berdasarkan ketentuan sehingga membebaskan
bendaharawan dari pertanggungjawaban perbendaharaan Negara
menurut peraturan yang berlaku. Hal ini untuk mewujudkan
fasilitas konstruksi yang efisien dan ekonomis dalam rangka
mendukung tugas pokok TNI AD.

9) Pelaporan. Melaksanakan administrasi pelaporan secara


bertingkat dan berlanjut dari tingkat Satuan, Kotama maupun
Pusat secara periodik maupun khusus sesuai ketentuan yang
berlaku.

10) Pengawasan dan evaluasi. Kegiatan pengawasan


penyelenggaraan fasilitas dan konstruksi dilaksanakan oleh Staf
Logistik dari tingkat pusat, daerah dan satuan secara terus
menerus baik di bidang operasional maupun administrasi logistik.
Untuk kegiatan evaluasi penyelenggaraan fasilitas dan konstruksi
dilaksanakan guna menjamin pelaksanaan administrasi logistik
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini guna mewujudkan
fungsi fasilitas dan konstruksi yang akuntabel dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD.

26. Pembinaan Kesehatan. Ditujukan untuk memberikan dukungan


kesehatan, pelayanan kesehatan, kesehatan preventif bagi prajurit dan PNS
beserta keluarganya serta melaksanakan pembinaan materiel kesehatan untuk
mendukung pencapaian tugas pokok TNI AD.

a. Klasifikasi Fasilitas Kesehatan. Untuk dapat memberikan


pelayanan kesehatan secara optimal, maka fasilitas kesehatan
diklasifikasikan menjadi :

1) Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Merupakan


eselon pelaksana di tingkat Angkatan Darat.

2) Rumah Sakit (Rumkit) Tingkat II. Merupakan eselon


pelaksana di tingkat Kodam.
26

3) Rumkit Tingkat III, IV dan Rumkitban. Merupakan eselon


pelaksana di tingkat Korem.

4) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama lainnya. Merupakan


eselon pelaksana di tingkat satuan.

b. Pola. Pembinaan kesehatan dilaksanakan menggunakan metode


terpusat dan tersebar. Adapun kegiatan yang dilaksanakan sebagai
berikut:

1) Perencanaan. Pembinaan Kesehatan dilaksanakan melalui


perencanaan yang terukur dan terarah untuk mewujudkan
dukungan Kesehatan yang efektif sehingga mampu mendukung
tugas pokok TNI AD.

2) Pengorganisasian. Pembinaan Kesehatan dilaksanakan


melalui penyusunan dan pembentukan organisasi yang adaptif
terhadap lingkungan strategis, hal ini untuk mewujudkan
dukungan kesehatan yang terintegrasi antara satuan-satuan TNI
AD sehingga mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI
AD.

3) Pelaksanaan. Pembinaan Kesehatan dilaksanakan melalui


pelaksanaan tugas dan sistem kerja yang profesional, modern, dan
adaptif sesuai dengan program kerja dan anggaran yang telah
disusun. Fungsi Kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan sebagai
berikut:

a) Dukungan kesehatan. Pembinaan dukungan


kesehatan ditujukan untuk mewujudkan kondisi prajurit
yang sehat, siap tugas setiap saat.

b) Pelayanan kesehatan. Pembinaan pelayanan


kesehatan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan bagi
satuan dan prajurit Angkatan Darat, PNS, beserta
keluarganya.

c) Kesehatan preventif. Pembinaan kesehatan preventif


untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi satuan dan
prajurit Angkatan Darat, PNS beserta keluarganya melalui
upaya promotif, preventif, dan keluarga berencana (KB) serta
kesehatan reproduksi (KR).

d) Pembinaan Materiil kesehatan. Pembinaan materiil


kesehatan sesuai dengan siklus pembinaan materiil
kesehatan dan peraturan yang berlaku untuk mewujudkan
kesiapan operasional satuan sesuai fungsi satuan
kesehatan.

e) Penelitian dan pengembangan (Litbang) kesehatan.


Menyelenggarakan pembinaan Litbang Organisasi dan insani
serta Sismet dan Matkes dengan bekerjasama Lembaga
penelitian lainnya.

4) Pengawasan dan evaluasi. Kegiatan pengawasan


penyelenggaraan dukungan kesehatan dilaksanakan oleh Staf
27

Logistik dari tingkat pusat, daerah dan satuan secara terus


menerus baik di bidang operasional maupun administrasi logistik.
Untuk kegiatan evaluasi penyelenggaraan kesehatan dilaksanakan
sesuai dengan siklus logistik guna menjamin pelaksanaan
administrasi logistik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal
ini untuk mewujudkan fungsi dukungan kesehatan yang
akuntabel dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI
AD.

27. Pembinaan Administrasi Logistik. Pembinaan administrasi logistik


diselenggarakan untuk mewujudkan pengurusan administrasi seluruh
kegiatan logistik secara baik dan benar serta akuntabel sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

a. Pembagian Administrasi Logistik.

1) Administrasi Utama. Meliputi seluruh pelaksanaan


kegiatan terkait penyelenggaraan tugas-tugas logistik, yang terdiri
dari :

a) Perencanaan dan penentuan kebutuhan.

b) Pengadaan.

c) Pendistribusian.

e) Pemeliharaan.

f) Penghapusan.

g) Penatausahaan BMN.

2) Administrasi Pendukung. Meliputi seluruh pelaksanaan


kegiatan yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas logistik pada
administrasi utama, terdiri dari :

a) Inventory.

b) Standardisasi.

c) Katalogisasi.

d) Sistem Informasi pembinaan logistic (Sisfolog).

e) Pemanfaatan.

3) Administrasi Terkait. Suatu kegiatan administrasi yang


dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan fungsi yang lain di
TNI AD, dalam hal ini administrasi logistik adalah pendataan
logistik wilayah.

b. Pola.

1) Penyelenggaraan Administrasi Utama meliputi:

a) Perencanaan dan penentuan kebutuhan. Kegiatan


dalam merencanakan dan menentukan jenis, jumlah dan
persyaratan teknis bekal dan/atau materiel, fasilitas dan
28

jasa yang dibutuhkan selama kurun waktu tertentu dalam


rangka menjamin tetap tersedianya segala kebutuhan
logistik TNI AD. Hal ini dilakukan untuk menjamin tetap
terselenggaranya pembinaan kemampuan TNI AD, sehingga
mampu menyelenggarakan setiap misi yang diembannya.
Penentuan kebutuhan diperhitungkan atas dasar kebutuhan
untuk membangun kekuatan yang bersifat investasi,
kebutuhan rutin pembinaan serta kebutuhan untuk
mendukung kesiapan dan kesiagaan operasi, penggelaran
kekuatan dan operasi-operasi dalam penggunaan kekuatan.

b) Pengadaan. Kegiatan administrasi untuk mewujudkan


terpenuhinya kebutuhan bekal dan/atau materiel, fasilitas
dan jasa yang diperlukan berdasarkan hasil
perencanaan/penentuan kebutuhan. Kegiatan ini
dilaksanakan untuk mencapai pemenuhan kebutuhan
dalam jenis, kualitas, kuantitas dan waktu yang tepat
dengan mempertimbangkan faktor harga yang tepat dan
wajar, sumber pengadaan dapat berasal dari luar negeri
ataupun dari dalam negeri.

c) Distribusi. Kegiatan administrasi penerimaan,


penyimpanan dan penyaluran bekal dan/atau materiel,
fasilitas dan jasa kepada satuan pengguna dan/atau gudang
wilayah maupun gudang pusat TNI AD. Kegiatan ini
dilaksanakan untuk menjamin agar kebutuhan satuan
pengguna dapat dipenuhi secara efisien dan tepat dalam
jenis, kualitas, kuantitas dan waktu. Distribusi
dilaksanakan atas dasar perencanaan dari atas ataupun
didasarkan atas permintaan dari satuan bawah/satuan
pengguna. Kegiatan administrasi yang dilaksanakan oleh
satuan pengguna setelah menerima distribusi bekal
dan/atau materiel fasilitas maka Satuan pengguna segera
membuat pengusulan Penetapan Status Penggunaan (PSP)
paling lama 6 bulan sejak bekal dan/atau materiel fasilitas
diterima.

d) Pemeliharaan. Kegiatan administrasi untuk


mengoptimalkan kesiapan teknis termasuk perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian kebutuhan bekal dan/atau
materiel serta fasilitas selama usia pakai guna mendukung
satuan tugas.

e) Penghapusan. Kegiatan untuk menghapus materiel


TNI AD selaku pengguna Barang Milik Negara dari Daftar
Barang TNI AD dengan menerbitkan surat keputusan dari
pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna
dan/atau kuasa penguna barang dalam hal ini TNI AD dari
tanggung jawab administrasi dan fisik atas materiel/Barang
Milik Negara yang berada dalam penguasaannya. Kegiatan
ini dilaksanakan dalam rangka:

(1) Membebaskan pengguna dan/atau Kuasa


Pengguna Barang Milik Negara dari
pertanggungjawaban materiel/Barang Milik Negara
dan/atau fasilitas.
29

(2) Memanfaatkan materiel dan/atau fasilitas yang


telah dihapuskan ke dalam bentuk lain.

(3) Mencegah timbulnya pengaruh negatif/kerugian


lebih lanjut.

(4) Memanfaatkan ruang penyimpanan lebih efektif.

(5) Merupakan sumber penerimaan keuangan kas


negara.

f) Penyelenggaraan kegiatan penatausahaan Barang


Milik Negara. Meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi
dan pelaporan untuk menjamin tercapainya ketertiban dan
kelancaran administrasi pengurusan umum serta
pengurusan perbendaharaan atas materiel dan fasilitas
Barang Milik Negara yang dilaksanakan di seluruh satuan-
satuan TNI AD sebagai aset kekayaan negara. Dalam
penyelenggaraannya terbagi menjadi:

(1) Pembukuan. Segala usaha, pekerjaan dan


kegiatan dalam rangka melaksanakan pendaftaran
dan pencatatan Barang Milik Negara kedalam daftar
barang.

(2) Inventarisasi. Segala usaha, pekerjaan dan


kegiatan dalam rangka melaksanakan pendataan,
pencatatan dan pelaporan hasil pendataan Barang
Milik Negara.

(3) Pelaporan. Segala usaha, pekerjaan dan


kegiatan dalam rangka melaksanakan penyusunan
dan penyampaian data serta informasi Barang Milik
Negara secara semesteran dan tahunan.

g) Pengawasan dan Evaluasi. Kegiatan pengawasan


penyelenggaraan fungsi utama logistik dilaksanakan oleh
Staf Logistik dari tingkat pusat, daerah dan satuan secara
terus menerus baik di bidang operasional maupun
administrasi logistik. Untuk kegiatan evaluasi
penyelenggaraan fungsi utama logistik dilaksanakan sesuai
dengan siklus logistik dari tingkat pusat, daerah dan satuan
guna menjamin pelaksanaan administrasi logistik sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

2) Penyelenggaraan administrasi pendukung meliputi:

a) Inventory. Kegiatan untuk menentukan suatu jumlah


inventarisasi yang minimum, namun dapat menjamin
kemampuan dukungan secara optimal. Pengendalian
inventori dilaksanakan melalui kegiatan penyediaan
data/informasi untuk perencanaan kebutuhan, program dan
anggaran materiel, pengarahan pengadaan, pengarahan
distribusi, pemeliharaan dan penghapusan materiel.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
30

(1) Persediaan pengamanan/cadangan (stock level).

(2) Laju pengeluaran dan pemakaian.

(3) Tenggang waktu pengadaan.

(4) Titik pemesanan ulang.

(5) Jumlah pesanan ekonomis.

(6) Kapasitas penyimpanan.

(7) Kemampuan sumber.

b) Standardisasi. Penyederhanaan, penyempurnaan dan


penyeragaman jenis, merek dan tipe bekal dan/atau materiel
serta fasilitas TNI AD. Pembinaan standardisasi didasarkan
pada kualitas dihadapkan pada persyaratan taktis dan
teknis TNI AD yang diselenggarakan secara bertahap sesuai
kemampuan Negara. Hasil penyelenggaraan pembinaan
standardisasi akan membantu tercapainya kemudahan,
efektifitas dan efesiensi penyelenggaraan logistik.

c) Katalogisasi. Melaksanakan identifikasi kodifikasi


bekal dan/atau materiel serta fasilitas milik TNI AD,
sehingga dapat dicapai kesatuan pengertian dan
keseragaman bahasa dengan tujuan untuk memberikan
kemudahan dalam daur pembinaan guna efisiensi
pembinaan logistik, khususnya dalam penyelenggaraan
fungsi penentuan kebutuhan, pengadaan, distribusi
pemeliharaan dan pengendalian inventori.

d) Sistem Informasi pembinaan logistik. Penataan aliran


data pembinaan bekal dan/atau materiel, fasilitas dan jasa
TNI AD mulai dari pelaksana fungsi kepada pengambil
keputusan dalam hal ini pimpinan TNI AD dan sebaliknya
menata penyaluran informasi dari pengambil keputusan
kepada pelaksana fungsi. Penyelenggaraan sistem informasi
pembinaan logistik pada dasarnya terbagi dalam tiga
kegiatan yaitu pengumpulan data, pengolahan data dan
penyajian data yang dikerjakan baik secara manual maupun
komputerisasi.

e) Pemanfaatan. Pendayagunaan Barang Milik Negara


yang belum dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi TNI AD, dalam bentuk Sewa, Pinjam Pakai, Kerja
Sama Pemanfaatan (KSP), Bangun Serah Guna/Bangun
Guna Serah (BSG/BGS), Kerja Sama Penyediaan
Infrastruktur (KSPI) dan Kerja Sama Terbatas untuk
Pembiayaan Infrastruktur (KETUPI) dengan tidak mengubah
status kepemilikan sesuai dengan ketentuan aturan
perundang-undangan yang berlaku.

f) Pengawasan dan evaluasi. Kegiatan pengawasan


penyelenggaraan fungsi pendukung logistik dilaksanakan
31

oleh Staf Logistik dari tingkat pusat, daerah dan satuan


secara terus menerus baik di bidang operasional maupun
administrasi logistik. Untuk kegiatan evaluasi dilaksanakan
sesuai dengan siklus logistik guna menjamin pelaksanaan
administrasi logistik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3) Penyelenggaraan administrasi terkait. Dalam Doktrin


Logistik TNI penyelenggaraan administrasi terkait yang
dilaksanakan oleh TNI AD adalah pendataan Logistik Wilayah. Staf
logistik Angkatan Darat sebagai penyelenggara fungsi organik
militer melaksanakan pendataan logistik wilayah melalui kegiatan
pengumpulan dan pengolahan data, perencanaan,
pengorganisasian dan pelaksanaan, bekerjasama dengan satkowil.

BAB V
PENGGUNAAN LOGISTIK TNI AD

28. Umum. Penggunaan logistik TNI AD pada dasarnya adalah


penyelenggaraan dukungan logistik dengan tujuan tercapainya kebutuhan
logistik melalui pendayagunaan/pengerahan materiel, fasilitas dan jasa yang
tersedia. Kegiatan pemenuhan logistik tersebut harus memenuhi lima tepat,
yaitu tepat sasaran, jenis, mutu, jumlah, waktu dan tempat sesuai dengan
kebutuhan baik dalam rangka OMP maupun OMSP. Pada pelaksanaan
dukungan logistik dalam rangka OMSP dapat dimasukkan tambahan
dukungan bagi masyarakat terdampak sesuai dengan keperluan. Khusus
logistik wilayah, penggunaannya dikoordinasikan dengan pemerintah pusat
atau pemerintah daerah setempat melalui Mabes TNI dan Kotama setempat.

29. Penggunaan Pembekalan. Dilaksanakan menggunakan metode


terpusat, tersebar, bina tunggal dan dukungan silang, sesuai dengan jenis
bekal dan kebijakan Kasad maupun Panglima TNI dengan kegiatan sebagai
berikut:

a. Dukungan pembekalan sebelum operasi diarahkan untuk


melengkapi kebutuhan bekal satuan agar satuan dalam kondisi siap
operasi.

b. Dukungan bekal didasarkan atas kekuatan, jarak tempuh, jangka


waktu dan spesifikasi. Hal ini guna mewujudkan kebutuhan bekal yang
efektif, tepat dan terintegrasi. Kebutuhan bekal dilayani oleh unsur
organik atau oleh Instalasi pelayanan daerah yang menyediakan pada
titik bekal.

c. Pelaksanaan pemenuhan dukungan awal bekal bagi satuan yang


akan melaksanakan operasi dilaksanakan oleh pembina bekal secara
berjenjang diajukan sampai dengan Slog TNI dibawah kendali Staf
Logistik Angkatan Darat.

d. Bagi satuan yang sudah dinyatakan lengkap dukungan bekal


untuk pelaksanaan operasi dilaksanakan pengecekan gelar dukungan
bekal mulai dari tingkat satuan, daerah, sampai tingkat pusat.

e. Pemenuhan dukungan makanan di daerah operasi dalam bentuk


makanan panas dapat dilaksanakan melalui dukungan jasa intendans
untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD.
32

f. Distribusi ulang bekal selama pelaksanaan operasi dapat


dilaksanakan sesuai kebutuhan. Bekal ulang penyelenggaraannya
dilakukan oleh Mabes TNI dalam rangka memenuhi kebutuhan operasi.

g. Bagi pasukan yang selesai melaksanakan tugas operasi, harus


segera mengembalikan bekal yang tidak boleh dibawa, kegiatan
dukungan logistik di daerah operasi berangsur-angsur dialihkan untuk
mendukung perjalanan kembali ke pangkalan.

h. Setelah pasukan sampai ke pangkalan, segera diadakan


pemeriksaan bekal untuk memelihara kesiapan selanjutnya.

i. Pengawasan dan evaluasi. Kegiatan pengawasan dan evaluasi


penyelenggaraan dukungan pembekalan dilaksanakan oleh Staf Logistik
dari tingkat pusat, daerah dan satuan secara terus menerus. Hal ini
guna mewujudkan dukungan pembekalan yang akuntabel untuk
mendukung satuan-satuan TNI AD.

30. Penggunaan Pemeliharaan. Dilaksanakan menggunakan metode


terpusat dan tersebar, dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Dilaksanakan melalui kegiatan pemeliharaan materiel organik


satuan, berupa penyiapan senjata, Ranpur, Ranmor, alat perhubungan,
Matzi, dan alat utama lain untuk memenuhi kebutuhan dan kondisi
materiel agar siap operasi.

b. Kegiatan pemeliharaan meliputi pelaksanaan pemeliharaan secara


intensif selama operasi terhadap bekal dan/atau materiel, fasilitas dan
jasa oleh instalasi pemeliharaan di daerah operasi.

c. Penyediaan suku cadang materiel pada instalasi pemeliharaan


dimaksudkan agar materiel yang dibawa ke daerah operasi dapat
dilakukan perbaikan sehingga dalam kondisi siap pakai dan dilayani oleh
unsur Instalasi pemeliharaan daerah.

d. Penyediaan suku cadang untuk pemeliharaan yang berada pada


Sathar, disiapkan pada instalasi pembekalan sampai ke titik distribusi
satuan. Hal ini untuk mewujudkan sistem pemeliharaan yang tepat dan
efektif.

e. Penarikan bekal/materiel yang rusak dari garis depan dilakukan


tanpa mengganggu penarikan mundur pasukan, dikumpulkan pada
beberapa titik kumpul.

f. Pengembalian pada kondisi semula bekal dan materiel purna tugas


dilaksanakan oleh Balak Kotama yang bersangkutan sesuai program
guna mengembalikan kesiapan bekal dan materiel bagi satuan tersebut
untuk kembali siap operasional.

g. Pengawasan dan evaluasi. Kegiatan pengawasan dan evaluasi pada


dukungan pemeliharaan dilaksanakan oleh Staf Logistik dari tingkat
pusat, daerah dan satuan. Hal ini guna mewujudkan dukungan
pemeliharaan yang akuntabel dalam rangka mendukung pelaksanaan
tugas.

31. Penggunaan Angkutan. Dilaksanakan menggunakan metode


terpusat, tersebar dan dukungan silang, dengan kegiatan sebagai berikut:
33

a. Menyiapkan pemindahan pasukan dan bekal/materiel dari daerah


pangkalan ke tempat embarkasi/muat, dengan menggunakan alat
angkutan yang tersedia secara efektif dan efisien yang mencakup sarana
angkutan darat, laut dan udara sesuai kebutuhan untuk mendukung
operasi.

b. Penyiapan kebutuhan, pengerahan dan penggunaan materiel,


fasilitas serta jasa angkutan, dapat menggunakan sarana angkutan baik
organik TNI-AD maupun nonorganik TNI-AD dihadapkan pada
ketersediaan sarana angkutan yang ada di daerah, sehingga terwujud
dukungan angkutan yang ekonomis dan adaptif bagi satuan-satuan TNI
AD.

c. Penyelenggaraan kegiatan pergeseran pasukan dan bekal/materiel


serta fasilitas lain dalam rangka mendukung operasi dilaksanakan
melalui tahapan kegiatan angkutan pendahuluan yaitu angkutan dari
pangkalan satuan ke titik embarkasi (pelabuhan laut/udara
pemberangkatan) menggunakan sarana angkutan darat. Selanjutnya
pelaksanaan angkutan pokok yaitu pelaksanaan angkutan dari titik
embarkasi ke titik debarkasi (pelabuhan laut/udara tujuan)
menggunakan sarana angkutan laut atau angkutan udara. Setelah itu
dilanjutkan Angkutan lanjutan yaitu pelaksanaan angkutan dari titik
debarkasi ke sasaran/rahpur, menggunakan angkutan darat.

d. Untuk menjamin ketegasan dan kelancaran pelaksanaan angkutan


dianut metode menurut ketentuan, spesifikasi dan stratifikasi modus
transportasi (modus angkutan).

e. Kegiatan angkutan selama pelaksanaan operasi meliputi


pendorongan personel, bekal dan materiel serta fasilitas lainnya dari
belakang ke garis depan.

f. Menyelenggarakan evakuasi baik personel maupun materiel serta


tawanan dan materiel rampasan operasi dan lain-lain.

g. Menyiapkan pengaturan pemindahan personel dan bekal/materiel


serta fasilitas lain dari daerah operasi ke tempat embarkasi/muat
dengan menggunakan sarana angkutan darat, laut dan udara sesuai
kebutuhan.

h. Melaksanakan pemindahan personel dan bekal/materiel serta


fasilitas lain dari tempat embarkasi/muat ke pangkalan dengan
menggunakan sarana angkutan darat, laut dan udara sesuai kebutuhan
untuk mendukung purna tugas.

i. Pengawasan dan evaluasi. Kegiatan pengawasan dan evaluasi


penyelenggaraan dukungan angkutan dilaksanakan oleh Staf Logistik
dari tingkat pusat, daerah dan satuan secara terus menerus. Hal ini
guna mewujudkan dukungan angkutan yang akuntabel pada
pelaksanaan tugas.

32. Penggunaan Fasilitas dan Konstruksi. Dilaksanakan menggunakan


metode terpusat dan tersebar, dengan tahapan sebagai berikut:

a. Sebelum Pelaksanaan Operasi. Pemenuhan kebutuhan fasilitas


dan konstruksi bangunan maupun bentuk fisik lain serta jasa LTGA
34

dipenuhi secara keseluruhan sebelum pelaksanaan operasi mulai dari


tahap perencanaan, persiapan dan pelaksanaan pembangunan fasilitas
dan konstruksi. Kegiatan perencanaan dan persiapan dimaksudkan
untuk mencapai pemenuhan kebutuhan fasilitas dan konstruksi yang
tepat, terintegrasi dan ekonomis.

b. Selama Pelaksanaan Operasi. Penggunaan Fasilitas dan


Konstruksi serta jasa LTGA yang telah disediakan sebelum operasi
sesuai kebutuhan, macam dan jenis operasi satuan-satuan TNI AD.
Dalam penggunaan fasilitas dan konstruksi selama pelaksanaan operasi
diadakan pemeliharaan bangunan maupun bentuk fisik lainnya agar
terjamin penggunaannya selama pelaksanaan operasi, sehingga dapat
dicapai efektifitas dan efisiensi selama mendukung operasi.

c. Setelah Pelaksanaan Operasi. Rehabilitasi daerah dilakukan secara


bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang diarahkan
untuk memperbaiki kerusakan fasilitas bangunan dan prasarana pasca
operasi di wilayah yang terdampak akibat operasi.

d. Pengawasan dan evaluasi. Kegiatan pengawasan dan evaluasi


penyelenggaraan dukungan fasilitas dan konstruksi dilaksanakan oleh
Staf Logistik dari tingkat pusat, daerah dan satuan secara terus
menerus. Hal ini guna mewujudkan dukungan fasilitas dan konstruksi
yang akuntabel dalam melaksanakan tugas.

33. Penggunaan Kesehatan. Dilaksanakan menggunakan metode


terpusat, tersebar dan dukungan silang, dengan kegiatan sebagai berikut:

a. Kegiatan Rikkes bagi anggota satuan yang akan melaksanakan


tugas operasi.

b. Menyiapkan dukungan obat-obatan yang akan digunakan mulai


dari persiapan, selama perjalan sampai di daerah operasi.

c. Penyiapan instalasi/fasilitas pelayanan kesehatan disiapkan mulai


dari pangkalan sampai ke tempat debarkasi/bongkar.

d. Penyiapan jalur evakuasi personel dan Rumah Sakit Rujukan.

e. Pertolongan kesehatan terutama ditujukan pada penyelamatan


jiwa/pencegahan maut dan pencegahan cacat setiap prajurit. Dalam
pelaksanaan tugas kegiatan berupa pertolongan pertama termasuk
pertolongan gawat darurat.

f. Hospitalisasi diselenggarakan pada instalasi kesehatan lapangan


rantai evakuasi yang juga dikaitkan dengan instalasi rumah sakit daerah
(Rumkit tingkat IV, III dan II) serta instalasi kesehatan lain di luar TNI-
AD dan RSPAD sebagai rumah sakit rujukan tingkat pusat.

g. Melaksanakan kegiatan evakuasi personel sesuai jalur evakuasi


yang ada.

h. Kegiatan preventif lapangan ditujukan untuk pencegahan penyakit


dan peningkatan derajat kesehatan prajurit, meliputi antara lain sanitasi
lapangan, profilaksis, pengawasan dan pemeriksaan makanan dan
pencegahan penyakit menular.
35

i. Pelaksanaan Rikkes purna tugas oleh Satkes wilayah setempat


menjelang pergeseran pasukan meninggalkan daerah operasi bila
memungkinkan.

j. Melaksanakan tindak lanjut dari hasil rikkes purna tugas


ditangani oleh Satkes organik sendiri atau Satkes wilayah setempat.

k. Menyelenggarakan intel medik.

l. Pengawasan dan evaluasi. Kegiatan pengawasan dan evaluasi


penyelenggaraan dukungan kesehatan dilaksanakan oleh Staf Logistik
dari tingkat pusat, daerah dan satuan secara terus menerus. Hal ini
untuk mewujudkan dukungan dukungan kesehatan yang akuntabel
untuk mendukung satuan-satuan TNI AD dalam pelaksanaan tugas.
BAB VI
PENUTUP

34. Pemberlakuan. Doktrin Logistik TNI AD berkedudukan dibawah


Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi yang merupakan pedoman dalam
penyelenggaraan tugas-tugas TNI AD. Doktrin Logistik TNI AD pada hakikatnya
merupakan doktrin yang bersifat filosofis dan fundamental tentang
penyelengaraan Logistik Angkatan Darat. Secara filosofis, Doktrin ini berisikan
ajaran utama, dasar, asas dan prinsip dalam mewujudkan penyelenggaraan
logistik Angkatan Darat sesuai peraturan pemerintah yang berlaku saat ini.

35. Pengamalan. Secara fundamental, berbagai ajaran-ajaran diamalkan


dalam bentuk penyelenggaraan logistik Angkatan Darat yang terdiri dari
pembinaan, dukungan dan penggunaan logistik dalam rangka pembinaan dan
penggunaan kekuatan matra darat dan penyiapan kekuatan TNI AD. Doktrin
ini menjadi rujukan bujuk-bujuk turunannya berdasarkan stratifikasi doktrin.

36. Pengembangan dan Perubahan.

a. Pengembangan. Doktrin Logistik tidak dogmatis sehingga


sewaktu-waktu dapat diubah, namun perubahannya disesuaikan pada
faktor-faktor yang berpengaruh. Ajaran-ajaran yang ada dalam doktrin
ini harus dikembangkan secara terus menerus secara holistik, integral
dan komprehensif melalui pengembangan doktrin secara kritis dan
reflektif sesuai dengan buku petunjuk tentang Sistem Pengembangan
Doktrin Logistik TNI-AD.

b. Perubahan. Perubahan terhadap isi Doktrin Logistik TNI-AD


berupa saran atau kritik yang membangun agar ditujukan kepada Kasad
melalui Dankodiklatad sesuai mekanisme umpan balik.

a.n. KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


DANKODIKLAT,

AM. PUTRANTO, S.Sos.


LETNAN JENDERAL TNI
36

Anda mungkin juga menyukai