Anda di halaman 1dari 74

RAHASIA

MARKAS BESAR TNI ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Danseskoad


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO Nomor Kep/ /XII/2020
Tanggal Desember 2020

MANAJEMEN LOGISTIK TNI AD

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Aktivitas logistik di lingkungan militer sudah dikenal sejak kekaisaran


Yunani, Romawi dan Bizantium kuno, dimana pada saat jaman perang Yunani
pasukan yang dipimpin oleh Julius Caesar berpindah-pindah dari satu tempat
ke tempat lain. Untuk mendukung prajurit ketika berpindah tempat
dibentuklah satu tim yang disebut logistikas. Perwira militer dengan gelar
‘Logistikas’ bertanggung jawab atas distribusi dan pendanaan persediaan
perang. Tugas dari logistikas, adalah memberikan supply berupa makanan,
senjata, perbekalan ataupun informasi kepada prajurit yang berperang. Logistik
adalah konsep kebutuhan pihak militer untuk memenuhi persediaan mereka
ketika mereka beranjak ke medan perang dari markas. Seiring perubahan
jaman aktivitas logistik berkembang menjadi suatu keilmuan yang saat ini
dikenal luas sebagai manajemen logistik. Menurut Subagya (1994) Manajemen
logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai
perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran
dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat, sehingga manajemen
logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan dengan
ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan
secara efisien dan efektif. Manajemen logistik merupakan bagian dari proses
supply chain yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan keefisienan dan keefektifan penyimpanan dan aliran barang,
pelayanan dan informasi terkait dari titik permulaan (point of origin) hingga titik
konsumsi (point of consumption)

b. Sesuai doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi, salah satu fungsi organik
militer TNI AD adalah logistik yaitu menyelenggarakan pembinaan dan
dukungan logistik untuk mendukung pelaksanaan tugas satuan TNI AD, baik
untuk kepentingan pembinaan maupun penggunaan kekuatan TNI AD. Logistik
sebagai salah satu fungsi organik militer Angkatan Darat menyelenggarakan
pembinaan logistik untuk mendukung pelaksanaan tugas yang meliputi

RAHASIA
2

pembekalan, pemeliharaan, angkutan, konstruksi, kesehatan dan administrasi


logistik dalam rangka penyiapan kekuatan TNI-AD. Secara umum
penyelenggaraan pembinaan logistik TNI AD dilaksanakan dalam bentuk
manajemen logistik. Dalam rangka pelaksanaan good governance dan tertib
administrasi, pelaksanaan administrasi logistik TNI AD disesuaikan dengan
peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan pengelolaan Barang
Milik Negara (BMN) yang ada di lingkungan Kemhan/TNI selaku pengguna
Barang Milik Negara.

c. Agar dicapai pemahaman tentang pelaksanaan logistik TNI AD sebagai


fungsi organik militer sebagai bekal pengetahuan bagi para Perwira Siswa
dalam menghadapi tugas-tugas disatuan pada masa mendatang serta
terpenuhinya kebutuhan bahan ajaran pendidikan reguler Seskoad maka
disusun bahan ajaran tentang manajemen logistik TNI AD yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada


perwira siswa tentang manajemen logistik TNI AD.

b. Tujuan. Sebagai pedoman bagi perwira siswa dalam mengaplikasikan


manajemen logistik TNI AD pada pelaksanaan tugas.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Naskah Departemen ini membahas tentang Ketentuan


Pokok Penyelenggaraan Logistik, Dasar Penyelenggaraan Logistik TNI AD,
Administrasi Logistik TNI AD, Penggunaan Logistik TNI AD dan Tataran
Kewenangan

b. Tata Urut. Naskah Departemen ini disusun dengan tata urut :

1) Bab I. Pendahuluan.
2) Bab II. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Logistik
3) Bab III. Pedoman Penyelenggaraan Logistik
4) Bab IV. Administrasi Logistik TNI AD
5) Bab V. Penggunaan Logistik TNI AD.
6) Bab VI. Tataran Kewenangan
7) Bab VII. Evaluasi Akhir
8) Bab VIII. Penutup.
3

4. Dasar.

a. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/74/XII/2013 Tanggal 31 Desember


2013 Buku Petunjuk Induk tentang Logistik.

b. Keputusan Kasad Nomor Kep/589/VIII/2015 Tanggal 12 Agustus 2015


Buku Petunjuk Administrasi tentang Penghapusan Materiil Bergerak Di
Lingkungan Angkatan Darat.

c. Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor : Perkasad/46-02/XII/2012


Tanggal 28 Desember 2012 Buku Petunjuk Administrasi Tentang Pemanfaatan
Aset Tanah Dan Bangunan TNI AD.

d. Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep/537/VIII/2015


Tanggal 12 Agustus 2015 Petunjuk Administrasi tentang Prosedur Pelaksanaan
Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) Di
lingkungan TNI AD.

e. Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor KEP/639/VII/2018


Tanggal 23 Juli 2018 Petunjuk Penyelenggaraan Tentang Hibah Barang/Jasa di
Lingkungan TNI AD.

5. Pengertian. Terlampir.
4

BAB II
KETENTUAN POKOK PENYELENGGARAAN LOGISTIK TNI AD

6. Umum. Pada dasarnya manajemen logistik TNI AD adalah penyelenggaraan


fungsi logistik sebagai salah satu fungsi organik militer yang mempunyai peran
penting dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD. Oleh karena itu logistik
harus diselenggarakan dengan optimal agar mampu memberikan dukungan secara
berhasil dan berdaya guna dengan berpedoman kepada peran, tugas, fungsi dan azas
penyelenggaraan logistik.

7. Peran. Logistik sebagai bagian integral dari fungsi-fungsi TNI AD berperan


memberikan pembinaan materiil, fasilitas dan jasa kepada satuan-satuan jajaran TNI
AD dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas yang meliputi pembinaan dan
penggunaan kekuatan.

a. Peran dalam pembinaan kekuatan TNI AD. Menyiapkan, mengadakan,


membangun, memelihara dan memantapkan keberadaan materiil, fasilitas dan
jasa agar selalu dalam kondisi layak pakai baik kuantitas maupun kualitas
dalam rangka meningkatkan kemampuan Satuan TNI AD, profesionalisme
prajurit serta terpeliharanya moril dan kesejahteraan prajurit dan keluarganya
dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD.

b. Peran dalam penggunaan kekuatan TNI AD. Memberikan pelayanan


dukungan logistik kepada satuan-satuan yang melaksanakan tugas operasi.
Dukungan yang diberikan berupa materiil, fasilitas dan jasa sesuai kebutuhan
dan kebijakan Komando Atas, disiapkan sebelum, selama dan sesudah operasi
dalam rangka meningkatkan kesiapan satuan jajaran TNI AD.

c. Peran sebagai pembina tunggal komoditi logistik TNI. Memberikan


pelayanan dukungan logistik TNI yang dibinatunggalkan kepada TNI AD bagi
matra lain, baik dalam rangka pembinaan maupun penggunaan kekuatan bagi
satuansatuan matra lain dan dilaksanakan oleh Mabes TNI sesuai prosedur dan
aturan yang berlaku.

8. Tugas.

a. Tugas Pokok. Logistik di lingkungan TNI AD menyelenggarakan


pembinaan logistik untuk mendukung pelaksanaan pembinaan kekuatan dan
penggunaan kekuatan dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.
5

b. Tugas-tugas.

1) Menyelenggarakan perencanaan dan penentuan kebutuhan


materiil, fasilitas dan jasa di satuan-satuan TNI AD.

2) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan terhadap materiil


dan fasilitas secara berlanjut dan terus menerus di satuan-satuan TNI AD
sejak materiil dan fasilitas akan diadakan sampai dengan akan dihapus.

3) Menyelenggarakan pengadaan materiil, fasilitas dan jasa di


satuansatuan TNI AD.

4) Menyelenggarakan pendistribusian materiil, fasilitas dan jasa di


satuan-satuan TNI AD.

5) Menyelenggarakan pemeliharaan materiil, fasilitas dan jasa di


satuansatuan TNI AD.

6) Menyelenggarakan penghapusan materiil dan fasilitas di satuan-satuan


TNI AD.

7) Menyelenggarakan kegiatan pengurusan umum dan pengurusan


kebendaharaan atas Barang Milik Negara di lingkungan TNI AD yang
berkaitan dengan pembinaan dan penggunaan logistik.

8) Menyelenggarakan kegiatan manajemen umum dalam setiap


pelaksanaan pembinaan logistik TNI AD yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

9. Fungsi. Logistik TNI AD menyelenggarakan fungsi-fungsi logistik dalam rangka


pembinaan kekuatan dan penggunaan kekuatan berupa :

a. Pembekalan. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk


memenuhi jenis bekal dan materiil yang dibutuhkan guna kesiapan satuan-
satuan TNI AD.

b. Pemeliharaan. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang


dilakukan untuk menjamin agar materiil dan fasilitas selalu berada dalam
keadaan siap pakai setiap saat.

c. Angkutan. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk


memindahkan personel dan materiil ke tempat tujuan tepat waktu secara
berhasil dan berdaya guna sehingga dapat dicapai kesiapan satuan.
6

d. Konstruksi. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang


berkaitan dengan konstruksi bangunan beserta fasilitas dan konstruksi bentuk
fisik lainnya bagi satuan TNI AD sehingga dapat dicapai kesiapan satuan.

e. Kesehatan. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk


memenuhi dan menyiapkan kebutuhan dukungan dan pelayanan kesehatan
dalam rangka menjaga dan menjamin tercapainya kondisi sehat bagi personel
TNI AD beserta keluarganya, sehingga mampu melaksanakan tugasnya serta
dapat dicapai kesiapan satuan.

f. Administrasi Logistik. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan


administrasi logistik berupa inventarisasi, standardisasi, kodifikasi, sistem
informasi pembinaan logistik, Akuntansi Barang Milik Negara, hibah,
pemanfaatan aset di Satuan-Satuan TNI AD.

10. Fungsi Manajemen. Diterapkan dalam penyelenggaraan logistik TNI AD, pada
dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen yang bersifat umum, meliputi :

a. Perencanaan. Merupakan dasar untuk pengarahan dan pengoordinasian


dalam pembinaan sumber-sumber serta pedoman bagi setiap tindakan logistik.
Secara umum perencanaan logistik didasarkan pada :

1) Renstra dan kepentingan tugas pokok TNI AD.

2) Penyebaran/pemusatan kekuatan.

3) Hasil evaluasi data masukan dari satuan bawah dan fungsi-fungsi


terkait.

b. Pengorganisasian. Setiap kegiatan logistik harus merupakan suatu


sistem yang berorientasi pada tugas dan program yang jelas namun kenyal.
Secara umum pengorganisasian dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

1) Diselenggarakan melalui pendekatan fungsi matra dan/atau


komoditi.

2) Rentang kendali sependek mungkin.

3) Mengikuti organisasi TNI AD yang berlaku yaitu oleh penanggung


jawab fungsi di Mabesad, Kotama dan Satker-Satker
7

c. Pelaksanaan. Diselenggarakan dengan memperhatikan hal-hal


berikut :

1) Berdasarkan hasil perencanaan yang telah ditetapkan.

2) Memperhatikan skala prioritas berkaitan dengan situasi taktis dan


kendala sumber daya yang tersedia.

3) Mengutamakan produk dan jasa dalam negeri.

d. Pengawasan dan Pengendalian. Merupakan hal penting untuk


mencocokan pelaksanaan kegiatan terhadap rencana yang telah ditetapkan.
Tujuannya adalah agar dapat mengurangi penyimpangan-penyimpangan yang
mungkin timbul dalam pelaksanaan. Secara umum pengawasan dan
pengendalian diselenggarakan dengan memperhatikan hal-hal berikut :

1) Dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.

2) Pengawasan dilaksanakan melalui jalur pengawasan struktural


maupun fungsional.

3) Pengendalian dilaksanakan terpusat sesuai dengan strata, demi


tercapainya kesatuan dan keterpaduan.

11. Azas Penyelenggaraan Logistik.

a. Terarah pada tugas pokok. Pembinaan dan dukungan logistik harus


diarahkan pada pencapaian tugas pokok TNI AD.

b. Sederhana. Logistik harus sederhana dalam tata cara, prosedur dan


mekanisme penyelenggaraannya dengan mengutamakan hasil dan daya guna
yang maksimal.

c. Tepat. Logistik harus memenuhi syarat 5 (lima) tepat (jenis, mutu,


jumlah, waktu dan sasaran).

d. Kenyal. Logistik harus mampu menyesuaikan dengan kebutuhan dan


perubahan keadaan yang terjadi.

e. Prioritas. Pembinaan dan dukungan logistik dilaksanakan dengan


pertimbangan skala prioritas.

f. Akuntabel. Penyelenggaraan logistik harus dapat dipertanggung


jawabkan sesuai peraturan yang berlaku.

g. Transparan. Semua ketentuan dan informasi bersifat jelas dan dapat


diketahui secara luas oleh masyarakat pada umumnya.
8

h. Obyektif. Penyelenggaraan pembinaan logistik harus realistis antara


kebutuhan dan dukungan yang diberikan.

i. Efektifitas. Penyelenggaraan logistik harus berorientasi pada tujuan yang


tepat dan berdaya guna bagi satuan-satuan TNI AD.

j. Manfaat. Segala upaya penyelenggaraan logistik dapat memberikan


manfaat yang sebesar-besarnya bagi satuan-satuan di jajaran TNI AD.

12. Metode. Penyelenggaraan logistik TNI AD menggunakan metode sebagai


berikut :

a. Dipusatkan. Penyelenggaraan pembinaan dan dukungan atas komoditi


logistik tertentu yang dilaksanakan oleh Mabesad berdasarkan kebijakan
Kasad, yang selanjutnya didistribusikan kepada Kotama, Balakpus dan seluruh
jajaran TNI AD.

b. Organik. Penyelenggaraan pembinaan dan dukungan atas komoditi


logistik tertentu yang pelaksanaannya secara penuh berada pada Kotama,
Balakpus dan seluruh jajaran TNI AD.

c. Bina Tunggal. Penyelenggaraan pembinaan dan dukungan atas komoditi


logistik tertentu yang atas kebijakan Panglima TNI dilimpahkan kepada Kasad
guna memenuhi kebutuhan logistik antar Angkatan.

d. Dukungan Silang. Penyelenggaraan dukungan atas komoditi logistik


tertentu yang dilaksanakan antar Angkatan sesuai kebijakan Panglima TNI
dalam rangka penyelenggaraan logistik TNI terpadu.

13. Sarana dan Prasarana.

a. Buku Petunjuk yang terdiri dari Peraturan Presiden, Peraturan


Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Menteri Pertahanan,
Keputusan dan Peraturan Panglima TNI/Kasad, Bujuk Logistik TNI AD.

b. Fasilitas Layanan Pengadaan Sistem Elektronik (LPSE) TNI AD.

c. Fasilitas Pangkalan (bangunan, perkantoran, perumahan, fasilitas


latihan, fasilitas pendidikan, medan latihan dan perangkat lainnya).

d. Sarana dan prasarana nasional.

e. Gudang Pusat/Daerah.
9

14. Evaluasi.

a. Sebutkan tugas pada ketentuan pokok penyelenggaraan logistik TNI AD,

b. Sebutkan Azas dan metode pada penyelenggaraan logistik TNI AD.


10

BAB III
PEDOMAN PENYELENGGARAAN LOGISTIK

15. Umum. Penyelenggaraan logistik TNI AD diarahkan dalam rangka memenuhi


kebutuhan materiil, fasilitas dan jasa secara tepat. Agar penyelenggaraan logistik
berjalan dengan tertib dan lancar serta dapat dipertanggungjawabkan diperlukan
arah kebijakan logistik serta pedoman penyelenggaraannya.

16. Pedoman Penyelenggaraan Logistik. Penyelenggaraan logistik TNI AD baik


dalam rangka pembinaan logistik dan dukungan logistik harus mengacu pada siklus
logistik yang meliputi perencanaan/penentuan kebutuhan, penelitian dan
pengembangan, pengadaan, distribusi, pemeliharaan, penghapusan serta
administrasi pengelolaan Barang Milik Negara, sementara itu pembinaan dan
penyelenggaraan logistik wilayah dilaksanakan melalui kegiatan pengumpulan dan
pengolahan data, perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan.

a. Pembinaan Logistik. Agar dapat mengoptimalkan pembinaan logistik


pada kegiatan pembekalan, pemeliharaan, angkutan, konstruksi, kesehatan
dan administrasi logistik harus sesuai jumlah, jenis, mutu, waktu maupun
sasaran.

1) Pembekalan.

a) Pembekalan merupakan usaha, pekerjaan dan kegiatan


untuk memenuhi kebutuhan bekal dan materiil bagi satuan yang
dilaksanakan melalui kegiatan :

(1) Perencanaan penentuan kebutuhan.


(2) Pengadaan.
(3) Penggudangan dan distribusi.
(4) Pemeliharaan dalam penyimpanan.
(5) Pungutan dan penghapusan.

b) Karena kondisi geografi wilayah nasional yang terdiri dari


pulau-pulau yang dihubungkan oleh lautan dengan jarak yang
sangat panjang untuk dijangkau oleh kemampuan angkutan, maka
perlu ditata tingkat persediaan bekal untuk menghadapi keadaan
darurat. Penumpukan bekal pada suatu tempat harus dihindari
sehingga persediaan bekal tingkat pusat perlu disebar secara
seimbang. Dasar penyebaran persediaan bekal adalah :

(1) Perkiraan kebutuhan operasi dan latihan.


(2) Jumlah Satuan dan kepadatan materiil.
(3) Kecepatan dukungan.
11

(4) Ancaman.
(5) Pertimbangan lokasi.

c) Pelaksanaan dan penyelenggaraan dukungan bekal awal dan


dukungan bekal ulang bagi satuan-satuan TNI AD yang
melaksanakan tugas operasi menjadi tanggung jawab Komando
Atas sesuai dengan kelas bekal yang telah ditentukan sebagai
berikut :
(1) Bekal I/Makanan.
(2) Bekal II/Kaporsatlap.
(3) Bekal III/Perminyakan.
(4) Bekal IV/Alsatri/ATK-G
(5) Bekal V/Bekal Munisi dan Bahan Peledak.

d) Pemenuhan materiil dan peralatan lainnya bagi satuan-


satuan TNI AD yang melaksanakan tugas operasi menjadi tanggung
jawab TNI AD dan kekurangannya menjadi tanggung jawab
Komando Atas.

2) Pemeliharaan.

a) Pemeliharaan merupakan usaha, pekerjaan dan kegiatan


untuk menjamin agar bekal dan materiil dalam kondisi siap pakai,
yang dapat dilaksanakan dengan kegiatan :
(1) Pemeliharaan Pencegahan.
(2) Perbaikan.
(3) Modifikasi.
(4) Uji Fungsi.
(5) Pembangunan kembali.

b) Untuk menentukan tugas, wewenang dan tanggung jawab


pelaksana pemeliharaan, maka ditentukan tingkat-tingkat
pemeliharaan sebagai berikut :

(1) Tingkat 0 dilaksanakan oleh Satuan pemakai/organik.

(2) Tingkat I dan II dilaksanakan oleh instansi daerah yang


diajukan dan satuan pemeliharaan lapangan.

(3) Tingkat III dilaksanakan oleh instalasi pemeliharaan


daerah.
12

(4) Tingkat IV dilaksanakan oleh instalasi pemeliharaan


pusat.

(5) Khusus Penerbad.

(a) Tingkat ringan dilaksanakan oleh Skadron.

(b) Tingkat sedang dilaksanakan oleh Denharsabang.

(c) Tingkat berat dilaksanakan oleh Bengpus.

3) Angkutan.

a) Untuk memenuhi kebutuhan pemindahan personel, bekal


dan materiil dilakukan dengan cara lintas darat, lintas air, lintas
udara, pengedropan dan muatan gantung helikopter (sling load).

b) Penyelenggaraan angkutan untuk mendukung operasi dan


latihan atau tugas-tugas lain dilakukan dengan pentahapan
sebagai berikut :

(1) Angkutan pendahuluan yaitu angkutan dari pangkalan


satuan ke titik embarkasi/muat.

(2) Angkutan pokok yaitu pelaksanaan angkutan dari titik


embarkasi/muat ke titik debarkasi/bongkar.

(3) Angkutan lanjutan yaitu pelaksanaan angkutan dari titik


debarkasi/bongkar ke tujuan, sasaran atau daerah operasi
dan latihan.

c) Penyelenggaraan angkutan dibagi menjadi garis-garis


angkutan yang terdiri atas :

(1) Garis angkutan I, tanggung jawab Komandan Satuan


dan dilaksanakan oleh Satuan.

(2) Garis angkutan II, tanggung jawab Pangkotama dan


dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Angkutan Kotama.

(3) Garis angkutan III, tanggung jawab Kasad


dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Angkutan Mabesad.

(4) Garis angkutan IV, tanggung jawab Panglima TNI dan


dilaksanakan oleh Mabes TNI.

4) Konstruksi.

a) Penyelenggaraan konstruksi untuk memenuhi kebutuhan


bangunan, bentuk fisik lain, fasilitas dan jasa dibedakan dalam
beberapa golongan yaitu :
13

(1) Alut Sista.


(2) Alut.
(3) Bangunan.
(a) Bangunan militer.
(b) Bangunan non militer.
(4) LTGA (Listrik, Telepon, Gas dan Air).

b) Dalam melaksanakan fungsi konstruksi perlu diperhatikan :


(1) Setiap pembuatan konstruksi pada dasarnya adalah
investasi yang digunakan dalam jangka relatif panjang. Oleh
karena itu dalam pembuatan rancang bangun Alut Sista, Alut
dan bangunan harus dibuat rencana induk yang sudah
dikaitkan dengan seluruh aspek pertahanan.
(2) Penyelenggaraan konstruksi diupayakan merujuk pada
teknologi maju dan modern.
(3) Metode penyelenggaraan konstruksi mengutamakan dan
memperhatikan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.

5) Kesehatan. Penyelenggaraan kesehatan diarahkan kepada


terselengaranya bantuan administrasi kesehatan bagi TNI AD secara
berdaya dan berhasil guna yang meliputi :

a) Dukungan kesehatan untuk tugas operasi, pendidikan dan


latihan diatur dengan Perpres pelayanan kesehatan tertentu
berkaitan dengan kegiatan operasional Kemhan, TNI dan Polri
mulai dilaksanakan pada TA. 2014.

b) Pelayanan kesehatan untuk Prajurit, PNS dan keluarganya


diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan.

6) Administrasi logistik. Penyelenggaraan kegiatan pengurusan umum


dan kebendaharaan pengelolaan Barang Milik Negara di lingkungan TNI
AD yang berkaitan dengan pembinaan logistik, meliputi :

a) Administrasi utama terdiri dari :


(1) Perencanaan dan penentuan kebutuhan.
(2) Penelitian dan pengembangan.
(3) Pengadaan.
(4) Pendistribusian.
(5) Pemeliharaan.
14

(6) Penghapusan.

b) Administrasi pendukung terdiri dari :


(1) Pengendalian inventory.
(2) Standardisasi.
(3) Kodifikasi.
(4) Sistem informasi pembinaan logistik.
(5) Akuntansi Barang Milik Negara.
(6) Pemanfaatan aset.
(7) Hibah.
(8) Penyusunan dan sosialisasi Buku Petunjuk Logistik.

c) Administrasi perencanaan dan anggaran logistik.

d) Administrasi pembinaan logistik wilayah.

b. Dukungan Logistik.

1) Pelayanan Pusat. Diselenggarakan oleh Badan Pelaksana Tingkat


Pusat (Balakpus) ditujukan kepada satuan-satuan jajaran TNI AD.

2) Pelayanan Daerah. Diselenggarakan oleh Badan Pelaksana Tingkat


Daerah ditujukan kepada semua satuan TNI AD yang berada di daerah
pelayanan yang menjadi tanggung jawabnya.

3) Pelayanan Satuan. Diselenggarakan oleh unsur logistik organik.

c. Logistik Wilayah. Penyelenggaraan logistik wilayah harus berada dalam


konsep kerangka strategi pembangunan nasional secara lintas sektoral yang
dijabarkan dalam rancangan pembangunan daerah. TNI AD sebagai komponen
TNI menyelenggarakan logistik wilayah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
oleh komando atas bagi kepentingan sistem pertahanan semesta. Guna
mewujudkan kemampuan wilayah dalam mendukung perlawanan rakyat secara
berlanjut yaitu dengan melakukan pembinaan logistik wilayah melalui kegiatan
pengumpulan dan pengolahan data, perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaan. Logistik wilayah dibutuhkan untuk mendukung tugas-tugas yang
diwujudkan oleh Satkowil di jajaran TNI AD.

17. Evaluasi.

a. Jelaskan tentang pedoman penyelenggaraan logistik.

b, Jelaskan tentang dukungan logistik dan logistik wilayah.


15

BAB IV
ADMINISTRASI LOGISTIK

18. Umum. Administrasi Logistik merupakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan
yang bertujuan meningkatkan tertib administrasi dalam penyelengaraan logistik.
Penyelenggaraan pembinaan administrasi logistik didasarkan pada peraturan
pemerintah yang berlaku dan dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan selaku
pengelola Barang Milik Negara serta ketentuan pengadaan barang/jasa pemerintah
yang tertuang dalam Keputusan Presiden RI. Semua materiil, fasilitas dan jasa yang
dibeli/dipelihara atas biaya anggaran negara yang ada di lingkungan TNI AD selaku
pengguna Barang Milik Negara harus dipertanggungjawabkan.

19. Administrasi utama.

a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan. Kegiatan dalam merencanakan


dan menentukan jenis, jumlah dan persyaratan teknis materiil, fasilitas dan
jasa yang dibutuhkan selama kurun waktu tertentu dalam rangka menjamin
tetap tersedianya segala kebutuhan logistik TNI AD. Tujuan penentuan
kebutuhan adalah untuk menjamin tetap dapat dilaksanakannya pembinaan
kemampuan TNI AD, sehingga mampu menyelenggarakan setiap misi yang
diembannya. Penentuan kebutuhan diperhitungkan atas dasar kebutuhan
untuk membangun kekuatan yang bersifat investasi, kebutuhan rutin
pembinaan serta kebutuhan untuk mendukung kesiapan dan kesiagaan
operasi, penggelaran kekuatan dan operasi-operasi dalam penggunaan
kekuatan.

b. Penelitian dan pengembangan. Kegiatan ilmiah yang dilakukan secara


berlanjut di bidang materiil dan fasilitas. Kegiatan penelitian dan
pengembangan sudah dimuali sejak materiil dan fasilitas akan diadakan
sampai dengan pada waktunya akan dihapuskan. Tujuan penelitian dan
pengembangan adalah untuk memperoleh data bagi penentuan pengadaan
materiil dan fasilitas yang tepat serta upaya penyempurnaan dan
pengembangan, pada gilirannya akan diperoleh efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan misi TNI. Beberapa aspek yang diperlukan dalam penyelenggaraan
penelitian pengembangan antara lain adalah perkembangan teknologi, doktrin,
strategi, taktik-taktik, misi, postur manusia, kondisi geografi dan kemampuan
sumber daya yang tersedia.
16

c. Pengadaan. Kegiatan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan


materiil, fasilitas dan jasa yang diperlukan berdasarkan hasil
perencanaan/penentuan kebutuhan. Tujuan pembinaan pengadaan adalah
tercapainya pemenuhan kebutuhan bekal, materiil, fasilitas dan jasa dalam
jenis, kualitas, kuantitas dan waktu yang tepat dengan mempertimbangkan
faktor harga yang tepat dan wajar. Sumber pengadaan dapat dari luar negeri
ataupun dari dalam negeri.

d. Distribusi. Kegiatan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran materiil,


fasilitas dan jasa kepada satuan pengguna dan/atau gudang wilayah maupun
gudang pusat TNI AD. Tujuan pembinaan fungsi distribusi adalah untuk
menjamin agar kebutuhan satuan pengguna dapat dipenuhi secara efisien dan
tepat dalam jenis, kualitas, kuantitas dan waktu. Distribusi dilaksanakan atas
dasar perencanaan dari atas ataupun didasarkan atas permintaan dari satuan
bawah.

e. Pemeliharaan. Kegiatan untuk mempertahankan materiil dan fasilitas


agar tetap dalam keadaan siap pakai. Dalam penyelenggaraan pembinaan
pemeliharaan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Secara garis besar terdapat empat jenis tingkat pemeliharaan yaitu


Tingkat 0 (organik), Tingkat I, Tingkat II, Tingkat III dan Tingkat IV,

2) Sumber pemeliharaan dapat berasal dari luar negeri ataupun dalam


negeri.

3) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

f. Penghapusan. Kegiatan untuk menghapus materiil TNI AD selaku


pengguna barang milik negara dari daftar Barang Negara milik TNI AD dengan
menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
membebaskan pengguna dan/atau kuasa penguna barang dalam hal ini TNI AD
dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas materiil/Barang Milik Negara
yang berada dalam penguasaannya. Tujuan pembinaan penghapusan adalah :
1) Membebaskan pengguna dan/atau Kuasa Pengguna Barang Milik
Negara dari pertanggungjawaban materiil/Barang Milik Negara dan/atau
fasilitas.
2) Memanfaatkan materiil dan/atau fasilitas yang telah dihapuskan ke
dalam bentuk lain.
4) Mencegah timbulnya pengaruh negatif/kerugian lebih lanjut.
5) Memanfaatkan ruang penyimpanan lebih efektif.
6) Merupakan sumber penerimaan keuangan kas negara.
17

20. Administrasi pendukung.


a. Inventory. Kegiatan untuk menentukan suatu jumlah inventarisasi yang
minimum, namun dapat menjamin kemampuan dukungan secara optimal
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Persediaan pengamanan/cadangan (stock level).


2) Laju pengeluaran dan pemakaian.
3) Tenggang waktu pengadaan.
4) Titik pemesanan ulang.
5) Jumlah pesanan ekonomis.
6) Kapasitas simpanan.
7) Kemampuan sumber.

b. Standardisasi. Penyederhanaan, penyempurnaan dan penyeragaman


jenis, merek dan tipe materiil serta fasilitas TNI AD. Pembinaan standardisasi
didasarkan pada persyaratan taktis dan teknis TNI AD serta diselenggarakan
secara bertahap sesuai kemampuan Negara. Hasil penyelenggaraan pembinaan
standardisasi akan membantu tercapainya kemudahan, efektifitas dan efesiensi
penyelenggaraan logistik.

c. Kodifikasi. Melaksanakan identifikasi kodifikasi materiil dan/atau


fasilitas milik TNI AD, sehingga dapat dicapai kesatuan pengertian dan
keseragaman bahasa dengan tujuan untuk memberikan kemudahan dalam
daur pembinaan guna efisiensi pembinaan logistik, khususnya dalam
penyelenggaraan fungsi penentuan kebutuhan, pengadaan, distribusi
pemeliharaan dan pengendalian inventori.

d. Sistem Informasi pembinaan logistik. Penataan aliran data pembinaan


materiil, fasilitas dan jasa TNI AD mulai dari pelaksana fungsi kepada
pengambil keputusan dalam hal ini pimpinan TNI AD dan sebaliknya menata
penyaluran informasi dari pengambil keputusan kepada pelaksana fungsi.
Penyelenggaraan sistem informasi pembinaan logistik pada dasarnya terbagi
dalam tiga kegiatan yaitu pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian
data yang dikerjakan baik secara manual maupun komputerisasi.

e. Administrasi perbendaharaan Barang Milik Negara (BMN). Meliputi


kegiatan-kegiatan yang menjamin tercapainya ketertiban dan kelancaran
administrasi pengurusan umum serta pengurusan perbendaharaan atas
materiil dan fasilitas Barang Milik Negara yang dilaksanakan di seluruh satuan-
satuan TNI AD sebagai aset kekayaan negara.
18

f. Pemanfaatan aset. Pendayagunaan Barang Milik Negara yang tidak


dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi TNI AD, dalam bentuk
sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan dan bangun serah guna/bangun
guna serah dengan tidak mengubah status kepemilikan.

g. Hibah. Setiap penerimaan Negara dalam bentuk devisa, devisa yang


dirupiahkan, rupiah, barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari
Pemberi Hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri
atau luar negeri.

h. Peranti Lunak (Buku Petunjuk Logistik). Kegiatan penyusunan dan


sosialisasi Buku Petunjuk penyelenggaraan logistik TNI AD yang menyangkut
peraturan-peraturan, petunjuk, sistem dan prosedur tentang pengelolaan
Barang Milik Negara di lingkungan TNI AD yang didasarkan pada Peraturan
Presiden RI, Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Pertahanan
serta Peraturan Panglima TNI.

21. Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN).

Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN)
adalah sub sistem dari Sistem Akuntansi Instansi (SAI), merupakan sistem
inventarisasi. Kekuatan aset atau kekayaan negara memerlukan tata cara Prosedur
yang mengatur tentang pelaporan BMN untuk menghasilkan informasi terhadap aset
atau kekayaan Negara

a. Kebijakan di Bidang Barang Milik Negara.

1) Persediaan.

a) Persediaan merupakan aset yang berwujud barang atau


perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan
operasional pemerintah, bahan atau perlengkapan yang digunakan
dalam proses produksi, termasuk barang dalam produksi yang
akan dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintah.

b) Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli


dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang habis pakai
seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen
peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen
bekas.
19

c) Persediaan dapat meliputi barang konsumsi, amunisi, bahan


untuk pemeliharaan, suku cadang, persediaan untuk tujuan
strategis/berjaga-jaga, pita cukai dan leges, bahan baku, barang
dalam proses/setengah jadi, tanah/bangunan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, hewan dan tanaman untuk dijual
atau diserahkan kepada masyarakat.

(1) Pengakuan. Dalam hal pengakuan, persediaan dapat


diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau
kepenguasaannya berpindah, diberlakukan sebagai berikut :

(a) Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat


berdasarkan hasil inventarisasi; dan
(b) Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang
dimiliki dan akan dipakai dalam pekerjaan
pembangunan fisik yang dikerjakan secara swakelola,
dimasukkan sebagai perkiraan aset untuk KDP dan
tidak dimasukkan sebagai persediaan.

(2) Pengukuran. Pengukuran dilakukan sebagai berikut :

(a) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan


pembelian, maka biaya perolehan persediaan meliputi :

i. harga pembelian, biaya pengangkutan,


biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat dibebankan pada perolehan
persediaan.
ii. potongan harga, rabat, dan lainnya yang
serupa mengurangi biaya perolehan.
iii. nilai pembelian yang digunakan adalah
biaya perolehan persediaan yang terakhir
diperoleh.

(b) Biaya standar apabila diperoleh dengan


memproduksi sendiri maka biaya standar persediaan
meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan
yang diproduksi dan biaya overhead tetap dan variabel
yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam
proses konversi bahan menjadi persediaan.

(c) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya


seperti donasi, rampasan atau hibah.
20

(3) Pengungkapan. Dalam pengungkapan persediaan


disajikan di neraca sebesar nilai moneternya dan di dalam
CRB harus diungkapkan:

(a) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam


pengukuran persediaan;

(b) Penjelasan persediaan seperti barang atau


perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan
masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan
dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk di
jual atau diserahkan kepada masyarakat dan barang
yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan
untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;

(c) Kondisi persediaan;

(d) Hal-hal lain yang perlu diungkapkan berkaitan


dengan persediaan, misalnya persediaan yang diperoleh
melalui donasi, rampasan atau hibah; dan

(e) Persediaan dengan kondisi rusak atau usang


tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan
dalam CRB.

2) Aset Tetap. Unsur-unsur aset yang dikelompokkan sebagai aset


tetap adalah sebagai berikut :

a) Tanah.

(1) Tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai


dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi
siap pakai.
(2) Tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh TNI AD,
misalnya tanah yang digunakan TNI AD di suatu daerah,
hanya diakui bila kepemilikan tersebut berdasarkan isi
perjanjian dari pemilik sebelumnya atau pemerintah daerah
dan sudah memiliki sertifikasi berbadan hukum milik TNI
AD, hal tersebut dapat diakui dan masuk ke dalam aset
tetap.

(a) Pengakuan. Aset tetap berupa tanah dapat


diakui apabila :
21

i. tanah tersebut berwujud dan mempunyai


masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan,
biaya perolehannya dapat diatur secara handal;
ii. tidak dimaksudkan untuk di jual dalam
kondisi normal entitas dan diperoleh dengan
maksud untuk digunakan;
iii. kepemilikan atas tanah ditunjukan dengan
adanya bukti bahwa telah terjadi perpindahan
hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara
hukum seperti sertifikat tanah; dan
iv. perolehan tanah belum didukung dengan
bukti secara hukum, maka tanah tersebut harus
diakui pada saat terdapat bukti bahwa
penguasaannya telah berpindah, misalnya telah
terjadi pembayaran dan penguasaan atas
sertifikat tanah masih atas nama pemilik
sebelumnya.

(b) Pengukuran. Pengukuran tanah dilakukan


sebagai berikut :

i. tanah dinilai dengan biaya perolehan yang


mencangkup harga pembelian atau biaya
pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan
dalam rangka memperoleh hak, biaya
pematangan, pengukuran, penimbunan dan
biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah
tersebut siap pakai.
ii. nilai tanah juga meliputi nilai bangunan
tua yang terletak pada tanah yang di beli jika
bangunan tua tersebut tidak dipergunakan,
maka bangunan tersebut dimusnahkan.
iii. apabila penilaian tanah dengan
menggunakan biaya perolehan tidak
memungkinkan maka nilai tanah didasarkan
pada nilai wajar/harga taksiran pada saat
perolehan.
iv. pengukuran tanah harus memperhatikan
kebijakan pemerintah tentang pedoman
kapitalisasi dan penilaian BMN tidak ada nilai
22

satuan minimum untuk tanah, sehingga berapa


pun nilai tanah dikapitalisasi.
v. pengukuran tanah disesuaikan dengan
perkembangan harga Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP).

(c) Pengungkapan. Dalam pengungkapan tanah


disajikan di neraca sebesar nilai moneternya dan di
dalam CRB harus diungkapkan :

i. dasar penilaian yang digunakan.


ii. rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan
akhir periode menurut jenis tanah yang
menunjukan :

i) penambahan.
ii) pelepasan.
iii) mutasi lainnya.

b) Gedung dan bangunan. Gedung dan bangunan yang


dikelompokkan sebagai aset tetap mencakup seluruh gedung dan
bangunan yang dibeli atau dibangun dengan maksud untuk dipakai
dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap
pakai, termasuk dalam kategori ini, BMN yang berupa bangunan
gedung, bangunan menara, rambu-rambu dan tugu titik kontrol
pasti.

(1) Pengakuan. Aset tetap berupa gedung dan bangunan


dapat diakui apabila :

(a) Gedung dan bangunan tersebut berwujud dan


mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan, biaya perolehannya dapat diukur secara handal;
(b) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kondisi
normal entitas dan diperoleh dengan maksud untuk
digunakan;
(c) Pada saat gedung dan bangunan telah diterima
atau diserahkan hak kepemilkannya dan/atau pada
saat pengusaannya berpindah serta telah siap dipakai;
dan
(d) Pengakuan gedung dan bangunan dapat
dihandalkan jika terdapat bukti bahwa telah terjadi
23

perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan


secara hukum;

(2) Pengukuran. Pengukuran gedung dan bangunan


dilakukan sebagai berikut :

(a) Dinilai dengan biaya perolehan jika tidak


memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada
nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.
(b) Biaya perolehan gedung dan bangunan
menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh gedung dan bangunan sampai siap
dipakai.
(c) Biaya perolehan gedung dan bangunan yang
dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya
langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya
tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan
pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa
peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi
berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut
seperti pengurusan IMB, notaris, dan pajak.
(d) Jika gedung dan bangunan diperoleh melalui
kontrak, biaya perolehan meliputi nilai kontrak, biaya
perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa
konsultan, serta pajak.
(e) Gedung dan bangunan yang diperoleh dari
sumbangan (donasi) dicatat sebesar nilai wajar pada
saat perolehan.
(f) Pengukuran gedung dan bangunan harus
memperhatikan kebijakan pemerintah tentang
pedoman kapitalisasi dan penilaian BMN, gedung dan
bangunan yang diperoleh sebelum 1 Januari 2002,
yang diperoleh sejak 1 Januari 2002 dengan nilai
satuan paling sedikit lebih dari atau sama dengan Rp.
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan yang
diperoleh dari pengalihan dikapitalisasi sebagai aset
tetap, serta gedung dan bangunan dengan kategori ini
dibukukan dan dilaporkan di dalam daftar BMN dan
laporan BMN intrakompatabel.
24

(3) Pengungkapan. Dalam pengungkapan, gedung dan


bangunan disajikan di neraca sebesar nilai moneternya dan
di dalam CRB diungkapkan:

(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk


menentukan nilai; dan
(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode yang menunjukkan:

i. penambahan.
ii. pengembangan.
iii. penghapusan.

c) Peralatan dan mesin. Peralatan dan mesin yang


dikelompokkan sebagai aset tetap mencakup mesin-mesin dan
kendaraan bermotor, alat elektronik dan seluruh inventaris yang
nilainya signifikan dan masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan dan dalam kondisi siap pakai, yang wujud fisik.

(1) Peralatan dan mesin bisa meliputi :

(a) alat besar.


(b) alat angkutan.
(c) alat bengkel dan alat ukur.
(d) alat pertanian.
(e) alat kantor dan rumah tangga.
(f) alat studio dan pemancar komunikasi.
(g) alat kedokteran dan kesehatan.
(h) alat laboratorium.
(i) alat persenjataan.
(j) Computer.
(k) alat pengelohan dan pemurnian.
(l) alat bantu eksplorasi.
(m) alat pengeboran.
(n) alat produksi.
(o) alat pengelolaan dan pemurnian.
(p) alat bantu eksplorasi.
(q) alat keselamatan kerja.
(r) alat peraga.
(s) peralatan proses/produksi.
(t) rambu-rambu.
(u) peralatan olahraga.
(v) alat khusus (jihandak).
25

(2) Pengakuan. Aset tetap berupa peralatan dan mesin


dapat diakui apabila:

(a) Peralatan dan mesin tersebut harus berwujud


dan mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan, biaya perolehannya dapat diukur secara handal;
(b) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kondisi
normal entitas dan diperoleh dengan maksud untuk
digunakan; dan
(c) Pada saat peralatan dan mesin telah diterima
atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada
saat penguasaannya berpindah serta telah siap di
pakai.

(3) Pengukuran. Pengukuran peralatan dan mesin


dilakukan sebagai berikut :

(a) Biaya perolehan peralatan dan mesin


menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah
dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin
tersebut sampai siap dipakai;
(b) Biaya perolehan atas peralatan dan mesin yang
berasal dari pembelian meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya instalasi, pajak, serta biaya
langsung lainnya untuk memperoleh dan
mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut
siap digunakan;
(c) Biaya perolehan peralatan dan mesin yang
diperoleh melalui kontrak meliputi nilai kontrak, biaya
perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan dan jasa
konsultan serta pajak;
(d) Biaya perolehan peralatan dan mesin yang
dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya
langsung untuk tenaga kerja, bahan baku dan biaya
tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan
pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa
peralatan dan semua biaya lainnya yang terjadi
berkenaan dengan pembangunan peralatan dan mesin
tersebut;
26

(e) Peralatan dan mesin yang diperoleh dari


sumbangan (donasi) dicatat sebesar nilai wajar pada
saat perolehan; dan
(f) Pengukuran peralatan dan mesin harus
memperhatikan kebijakan pemerintah tentang
pedoman kapitalisasi dan penilaian BMN. Peralatan
dan mesin yang diperoleh sebelum 1 Januari 2005,
dengan nilai satuan minimum lebih dari atau sama
dengan Rp. 300.000,00 serta yang diperoleh dari
pengalihan kapitalisasi sebagai aset tetap. Peralatan
dan mesin dengan kategori ini dibukukan dan
dilaporkan di dalam daftar BMN dan laporan BMN
Intrakomptabel. Peralatan dan mesin yang diperoleh
sejak 1 Janurai 2005 tetapi nilai satuannya kurang
dari Rp. 300.000,00 tidak dikapitalisasi
(dianggap/dimasukkan sebagai modal). Peralatan dan
mesin dengan kategori ini dibukukan di dalam daftar
BMN dan laporan BMN ekstrakomptabel.

(4) Pengungkapan. Dalam pengungkapan, peralatan dan


mesin disajikan di neraca sebesar nilai moneternya dan di
dalam CRB diungkapkan:

(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk


menentukan nilai.
(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode yang menunjukan:

i. Penambahan.
ii. Pengembangan.
iii. Penghapusan.

d) Jalan, irigasi dan jaringan. Jalan, irigasi dan jaringan yang


dikelompokkan sebagai aset tetap mencangkup jalan, irigasi dan
jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dikuasai oleh
pemerintah dalam kondisi siap pakai BMN yang termasuk dalam
kategori ini yaitu jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi dan
jaringan.

(1) Pengakuan. Aset tetap berupa jalan, irigasi dan


jaringan dapat diakui apabila:
27

(a) Jalan, irigasi dan jaringan tersebut berwujud dan


mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan, biaya perolehannya dapat diatur secara handal.
(b) Tidak dimaksudkan untuk di jual dalam kondisi
normal entitas dan diperoleh dengan maksud untuk
digunakan.
(c) Pada saat jalan, irigasi dan jaringan telah
diterima atau diserahkan hak kepemilikannya
dan/atau pada saat pengusaannya berpindah serta
telah siap dipakai.

(2) Pengukuran. Pengukuran jalan, irigasi dan jaringan


dilakukan sebagai berikut :

(a) Biaya perolehan jalan, irigasi dan jaringan


menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh jalan, irigasi dan jaringan sampai siap
dipakai;
(b) Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan jaringan
yang diperoleh melalui kontrak meliputi biaya
perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa
konsultan, biaya pengosongan, pajak, dan
pembongkaran bangunan lama;
(c) Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan jaringan
yang dibangun dengan secara swakelola meliputi biaya
langsung dan tidak langsung yang terdiri dari meliputi
biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya
perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya
pengosongan, pajak dan pembongkaran bangunan
lama;
(d) Jalan, irigasi dan jaringan yang diperoleh dari
sumbangan (donasi) dicatat sebesar nilai wajar pada
saat perolehan; dan
(e) Pengukuran jalan, irigasi dan jaringan harus
memperhatikan kebijakan pemerintah tentang
pedoman kapitalisasi dan penilaian BMN tidak ada nilai
satuan minimum untuk jalan, irigasi dan jaringan
sehingga berapa pun nilainya dikapitalisasi.
28

(3) Pengungkapan. Dalam pengungkapan jalan, irigasi


dan jaringan disajikan di neraca sebesar nilai moneternya
dan di dalam CRB diungkapkan:

(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk


menentukan nilai; dan
(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode yang menunjukkan:

i. Penambahan.
ii. Pengembangan.
iii. Penghapusan.

e) Aset tetap lainnya. Aset tetap lainnya mencakup koleksi


perpustakaan/buku, barang bercorak kesenian/ kebudayaan/
olahraga, hewan dan tanaman termasuk dalam kategori aset tetap
lainnya yaitu aset tetap dalam renovasi dan nilai renovasi atas aset
tetap yang bukan miliknya.

(1) Pengakuan. Aset tetap lainnya dapat diakui pada saat


aset tetap lainnya telah diterima atau diserahkan hak
kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya
berpindah serta telah siap pakai; dan
(2) Pengukuran. Pengukuran aset tetap lainnya
dilakukan sebagai berikut:

(a) Biaya perolehan aset tetap lainnya


menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh aset tersebut sampai siap pakai;
(b) Biaya perolehan aset tetap lainnya yang diperoleh
melalui kontrak meliputi pengeluaran nilai kontrak,
biaya perencanaan dan pengawasan, pajak, serta biaya
perizinan;
(c) Biaya perolehan aset tetap lainnya yang diadakan
melalui swakelola meliputi biaya langsung dan tidak
langsung yang terdiri atas biaya bahan baku, tenaga
kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan
pengawasan, biaya perizinan, pajak dan jasa
konsultan;
(d) Pengukuran aset tetap lainnya harus
memperhatikan kebijakan pemerintah tentang
pedoman kapitalisasi dan nilai BMN, tidak ada nilai
satuan minimum untuk aset tetap lainnya berupa
29

koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak


kesenian/budaya hingga beberapapun nilainya
dikapitalisasi; dan
(e) Aset tetap lainnya berupa hewan, ikan, dan
tanaman yang dikapitalisasi hanya yang diperoleh
sebelum 1 Januari 2002, sedangkan hewan, ikan, dan
tanaman yang diperoleh sejak 1 Januari 2002 tidak
dikapitalisasi dan aset tetap lainnya berupa alat
olahraga yang diperoleh sebelum 1 Januari 2002 dan
yang diperoleh sejak 1 Januari 2002 dengan nilai
satuan paling sedikit lebih dari atau sama dengan Rp.
300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) dibukukan dan
dilaporkan dalam daftar dan laporan BMN
intrakomptabel, di luar itu dibukukan dan dilaporkan
dalam daftar dan laporan BMN ekstrakomptabel.

(3) Pengungkapan. Dalam pengungkapan aset tetap


lainnya disajikan di neraca sebesar nilai moneternya.

f) Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP). Unsur KDP merupakan


aset tetap yang mencangkup tanah, peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan dan aset tetap lainnya
yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya
membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai.

(1) Pengakuan. KDP dapat diakui apabila:

(a) Dimaksudkan untuk digunakan dalam


operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam jangka panjang;
(b) Biaya perolehannya dapat diukur secara handal
dan masih dalam proses pengerjaan; dan
(c) KDP dipindahkan ke aset tetap yang
bersangkutan setelah pekerjaan konstruksi tersebut
dinyatakan selesai dan siap digunakan sesuai dengan
tujuannya.

(2) Pengukuran. Pengukuran KDP dilakukan sebagai


berikut:

(a) Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan


secara swakelola meliputi:
30

i. biaya yang berhubungan langsung dengan


kegiatan konstruksi yang mencangkup biaya
pekerja lapangan termasuk penyelia, biaya
bahan, pemindahan sarana, peralatan dan
bahan-bahan dari/dan ke lokasi konstruksi,
penyewaan sarana dan peralatan, serta biaya
rancangan dan bantuan teknis yang
berhubungan langsung dengan kegiatan
konstruksi; dan
ii. biaya yang dapat didistribusikan dalam
kegiatan pada umumnya, dan dapat dialokasikan
ke konstruksi tersebut mencakup biaya asuransi,
biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak
secara langsung berhubungan dengan konstruksi
tertentu, dan biaya-biaya lain yang dapat
diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang
bersangkutan seperti biaya inspeksi.

(b) Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan


kontrak konstruksi meliputi:

i. Termin yang telah dibayarkan kepada


kontraktor sehubungan dengan tingkat
penyelesaian pekerjaan.
ii. Pembayaran klaim kepada kontraktor atau
pihak ketiga sehubungan dengan pelaksanaan
kontrak konstruksi.

(3) Pengungkapan. Dalam pengungkapan KDP disajikan


di neraca sebesar nilai moneternya dan dalam CRB
diungkapkan pula:

(a) Rincian kontrak KDP berikut tingkat


penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya;
(b) Nilai kontrak konstruksi dan sumber
pembiayaannya;
(c) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan;
(d) Uang muka kerja yang diberikan; dan
(e) Retensi.

3) Aset tak berwujud. Aset tak berwujud meliputi software komputer,


lisensi dan franchise, hak cipta (copyright), paten dan hak lainnya, dan
hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang.
31

a) Pengakuan. Aset tak berwujud dapat diakui adanya:

(1) Penambahan yakni peningkatan nilai aset tak berwujud


yang disebabkan pengadaan baru dan biaya penambahan
dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan aset
tak berwujud tersebut;
(2) Pengembangan peningkatan nilai aset tak berwujud
karena peningkatan manfaat ekonomis dan/atau sosial;
(3) Pengurangan yakni penurunan nilai aset tak berwujud
dikarenakan berkurangnya kuantitas aset tersebut; dan
(4) Untuk hasil kajian yang tidak dapat diidentifikasikan
dan tidak memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial
maka tidak dapat dikapitalisasi sebagai aset tak berwujud.

b) Pengukuran. Pengukuran aset tak berwujud dinilai sebesar


pengeluaran yang terjadi dengan belanja modal non fisik yang
melekat pada aset itu setelah dikurangi dengan biaya lain yang
tidak dapat dikapitalisir.

c) Pengungkapan. Dalam pengungkapan, Aset Tak Berwujud


disajikan sebesar nilai moneternya dan di dalam CRB diungkapkan
pula:

(1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan


nilai; dan
(2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode yang menunjukkan :

(a) Penambahan.
(b) Pengembangan.
(c) Penghapusan.

4) Aset lain-lain. Aset lain-lain digunakan untuk mencatat aset


lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset tak berwujud,
tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, tuntutan ganti
rugi dan kemitraan, dengan pihak ketiga dan Aset tetap yang dihentikan
dari penggunaan aktif pemerintahan tidak memenuhi definisi aset tetap
dan harus dipindahkan ke pos aset lain-lain.

a) Pengakuan. Aset tetap diakui sebagai aset lain-lain apabila:

(1) Pada saat dinilai kondisi aset tetap tersebut rusak


berat, tetapi belum ada Surat Keputusan Penghapusan.
32

(2) Pengakuan atas aset lain-lain ditentukan jenis


transaksinya meliputi penambahan dan pengurangan.
(3) Penambahan yaitu peningkatan nilai aset lain-lain yang
disebabkan perpindahan dari pos aset tetap.
(4) Pengurangan yaitu penurunan nilai aset lain-lain
dikarenakan telah dikeluarkan Surat Keputusan
Penghapusan dan harus dieliminasi dari Neraca.

b) Pengukuran. Pengukuran aset lain-lain dinilai sebesar


biaya perolehannya atau nilai yang tercatat sebelumnya pada pos
aset tetap.
c) Pengungkapan. Dalam pengungkapan aset lain-lain
disajikan neraca sebesar nilai moneternya dan di dalam CRB
diungkapkan pula:

(1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan


nilai
(2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode yang menunjukkan :

(a) Penambahan.
(b) Pengurangan.

5) Aset Barang Bersejarah. Unsur-unsur aset yang dikelompokkan


sebagai aset barang bersejarah adalah sebagai berikut:

a) Aset barang bersejarah tidak disajikan di neraca namun aset


tersebut harus diungkapkan dalam CRB.
b) Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset barang
bersejarah dikarenakan kepentingan budaya, lingkungan dan
sejarah.
c) Contoh dari aset barang bersejarah yaitu bangunan barang
bersejarah, monumen, tempat purbakala (archaeological sites)
seperti candi dan karya seni (works of art).
d) Karakteristik sebagai ciri khas dari suatu aset barang
bersejarah :

(1) Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya


tidak mungkin secara penuh dilambangkan dengan nilai
keuangan berdasarkan harga pasar.
(2) Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau
membatasi secara ketat pelepasannya untuk dijual.
33

(3) Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus


meningkat selama waktu berjalan walaupun kondisi fisiknya
semakin menurun.
(4) Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya dan
untuk beberapa kasus dapat mencapai ratusan tahun.

e) Aset barang bersejarah diharapkan untuk dipertahankan


dalam waktu yang tak terbatas, dibuktikan dengan peraturan
perundang-undangan.
f) Aset barang bersejarah dicatat dalam kuantitasnya tanpa
nilai, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit
monument.
g) Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan,
rekonstruksi harus dibebankan sebagai belanja tahun terjadinya
pengeluaran tersebut, termasuk seluruh biaya yang berlangsung
untuk menjadikan aset barang bersejarah tersebut dalam kondisi
dan lokasi yang ada pada periode berjalan.
h) Beberapa aset barang bersejarah memberikan potensi
manfaat lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai
contoh bangunan barang bersejarah digunakan untuk ruang
perkantoran, untuk kasus tersebut, aset ini akan diterapkan
prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya.
i) Aset barang bersejarah dibukukan di dalam daftar barang
bersejarah dan dilaporkan di dalam laporan barang bersejarah.

b. Prosedur Pelaksanaan SIMAK BMN tingkat Kotama/Balakpus (UAPPB-


W).
1) Perencanaan.

a) Merencanakan kegiatan pelaporan aset TNI AD yang telah


dimasukkan ke dalam SIMAK BMN tingkat Kotama; dan
b) Menerima ADK untuk selanjutnya diarsipkan ke dalam
SIMAK BMN.

2) Persiapan.

a) Melakukan pendataan ADK terhadap aset TNI AD guna


dimasukkan ke dalam SIMAK BMN;
b) Melakukan rekonsiliasi pendahuluan terhadap laporan BMN
pada SIMAK BMN tingkat Kotama; dan
c) Membandingkan data-data pada aset BMN dengan kenyataan
guna tidak terjadi kesalahan pada akuntansi SIMAK BMN.
34

3) Pelaksanaan.

a) Proses Semester:

1) Menerima LBKPS beserta ADK dan CRB dari UAKPB.


2) Menggabungkan ADK dan LBKPS yang diterima dari
UAKPB ke dalam DBPP-W intrakomptabel, DBPP-W
ekstrakomptabel, DBPP-W barang bersejarah, DBPP-W
persediaan dan CRB.
3) Membuat LBPPW-S dan CRB.
4) Meminta pengesahan penanggung jawab UAPPB-W atas
LBPPW-S dan CRB.
5) Menyampaikan LBPPW-S beserta ADK dan CRB ke
baku III dan Kanwil DJKN Kemkeu di wilayah masing-masing
untuk dilakukan rekonsiliasi.
6) Menyampaikan LBPPW-S yang sudah direkonsiliasi
beserta ADK dan CRB ke UAPPB-E1.
7) Mengirimkan ADK hasil pengadaan kotama/balakpus
kepada satuan penerima di daerah/Balakdam.
8) Mengarsipkan DBPP-W, LBPPW-S dan CRB secara
tertib.

b) Proses Tahunan:

1) Menerima LBKPT beserta ADK dan CRB dari UAKPB.


2) Membuat dan meminta pengesahan penanggung jawab
UAPPB-W atas LBPPW-T dan CRB.
3) Menyampaikan LBPPW-T beserta ADK dan CRB ke
baku III dan Kanwil DJKN Kemkeu di wilayah masing-masing
untuk dilakukan rekonsiliasi.
4) Menyampaikan LBPPW-T yang sudah direkonsiliasi
beserta ADK dan CRB ke UAPPB-E1.
5) Mengirimkan ADK hasil pengadaan kotama/balakpus
kepada satuan penerima di daerah/Balakdam.
6) Mengarsipkan DBPP-W, LBPPW-T dan CRB secara
tertib.
7) Melakukan back up data dan tutup tahun.

4) Pengakhiran.
35

a) Memelihara data SIMAK BMN dengan baik dan benar.


b) Mengarsipkan data-data yang telah masuk dengan baik dan
benar.
c) Dokumen/laporan yang dihasilkan tingkat UAPPB-W antara
lain:

1) DBPP-W Intrakomptabel.
2) DBPP-W Ekstrakomptabel.
3) DBPP-W Barang Bersejarah
4) DBPP-W Persediaan.
5) LBPPW-S
6) LBPPW-T.
7) CRB.

c. Prosedur Pelaksanaan SIMAK BMN tingkat Satker (UAKPB).

1) Perencanaan.

a) Merencanakan kegiatan pelaporan aset TNI AD yang telah


dimasukkan ke dalam SIMAK BMN;
b) Menerima ADK yang telah diterima untuk dimasukkan ke
dalam SIMAK BMN; dan
c) Mengarsipkan ADK yang telah diterima untuk dimasukkan ke
dalam SIMAK BMN.

2) Persiapan.

a) Melakukan pendataan ADK terhadap aset TNI AD guna


dimasukkan ke dalam SIMAK BMN;
b) Melakukan rekonsiliasi pendahuluan terhadap laporan BMN
pada SIMAK BMN; dan
c) Membandingkan data-data pada aset BMN dengan kenyataan
guna tidak terjadi kesalahan pada akuntansi SIMAK BMN.

3) Pelaksanaan.

a) Proses Semester:
(1) Menerima LBPKPS beserta ADK dan CRB dari UAPKPB.
(2) Menggabungkan ADK dan LBPKPS yang diterima dari
UAPKPB ke dalam DBKP intrakomptabel, DBKP
ekstrakomptabel, DBKP barang bersejarah dan CRB.
(3) Membukukan data transaksi BMN ke dalam DBKP
Intrakomptabel, DBKP ekstrakomptabel, DBKP Barang
36

Bersejarah, dan DBKP Persediaan berdasarkan dokumen


sumber.
(4) Membuat dan/atau memutakhirkan KIB, DBR dan
DBL.
(5) Membuat Laporan BMN dan CRB pada akhir semester.
(6) Meminta pengesahan penanggung jawab UAKPB.
(7) Menyampaikan LBKPS beserta ADK dan CRB ke KPKNL
untuk dilakukan rekonsiliasi.
(8) Melaksanakan rekonsiliasi BMN internal dengan baku
IV dalam rangka laporan semester.
(9) Menyampaikan LBKPS yang sudah direkonsiliasi
beserta ADK dan CRB ke UAPPB-W/UAPPB-E1.
(10) Mengarsipkan DBKP, LBKPS dan CRB secara tertib.

b) Proses Tahunan:

(1) Meneriman LBPKPT, LKB dan CRB beserta ADK dari


UAPKPB.
(2) Menginstruksikan kepada setiap penanggung jawab
ruangan untuk melakukan pengecekan ulang kondisi BMN
yang berada di ruangan masing-masing.
(3) Mencatat perubahan kondisi BMN yang telah disahkan
oleh penanggung jawab ruangan ke dalam SIMAK BMN.
(4) Membuat LBKPT berdasarkan saldo DBKP
intrakomptabel, DBKP ekstrakomptabel, DBKP barang
bersejarah, DBKP persediaan dan CRB.
(7) Meminta persetujuan penanggung jawab UAKPB atas
LBKPT, LKB dan CRB.
(8) Menyampaikan LBKPT beserta ADK dan CRB ke KPKNL
untuk dilakukan rekonsiliasi.
(9) Melaksanakan rekonsiliasi BMN internal dengan baku
IV dalam rangka laporan tahunan.
(10) Menyampaikan LBKPT yang sudah direkonsiliasi
beserta ADK dan CRB ke UAPPB-W atau ke UAPPB-E1.
(11) Mengarsipkan DBKP, LBKPT dan CRB secara tertib.
(12) Melakukan proses back up data dan tutup tahun.

4) Pengakhiran.

a) Memelihara data SIMAK BMN dengan baik dan benar.


b) Mengarsipkan data-data yang telah masuk dengan baik dan
benar.
37

c) Dokumen/laporan yang dihasilkan tingkat UAKPB antara


lain:
(1) DBKP Intrakomptabel.
(2) DBKP Ekstrakomptabel.
(3) DBKP Barang Bersejarah.
(4) DBKP Persediaan.
(5) KIB Tanah.
(6) KIB Bangunan Gedung.
(7) KIB Bangunan Air.
(8) KIB Alat Besar.
(9) KIB Alat Angkutan Bermotor.
(10) KIB Alat Persenjataan.
(11) DBL.
(12) DBR.
(13) LBKPS.
(14) LBKPT.
(15) CRB.

d. Prosedur Pelaksanaan SIMAK BMN tingkat Subsatker (UAPKPB).

1) Perencanaan.

a) Merencanakan kegiatan pelaporan aset TNI AD yang telah


dimasukkan ke dalam SIMAK BMN tingkat Satker.
b) Menerima ADK untuk selanjutnya diarsipkan ke dalam
SIMAK BMN.

2) Persiapan.

a) Melakukan pendataan ADK terhadap aset TNI AD guna


dimasukkan ke dalam SIMAK BMN.
b) Melakukan rekonsiliasi pendahuluan terhadap laporan BMN
pada SIMAK BMN tingkat Satker.
c) Membandingkan data-data pada aset BMN dengan kenyataan
guna tidak terjadi kesalahan pada akuntansi SIMAK BMN.

3) Pelaksanaan.

a) Proses Semester:
(1) Membukukan data transaksi BMN ke dalam DBPKP
intrakomptabel, DBPKP ekstrakomptabel, DBPKP barang
bersejarah, dan DBPKP persediaan berdasarkan dokumen
sumber.
38

(2) Membuat dan/atau memutakhirkan KIB, DBR, dan


DBL.
(3) Membuat LBPKP dan CRB pada tiap akhir semester.
(4) Meminta pengesahan penanggung jawab UAPKPB.
(5) Menyampaikan LBPKP semester, LBPKPS dan CRB
beserta ADK ke UAKPB.
(6) Mengarsipkan DBPKP, LBPKP semester, LBPKPS dan
CRB secara tertib.

b) Proses Tahunan:

(1) Menginstruksikan kepada setiap penanggung jawab


ruangan untuk melakukan pengecekan ulang kondisi BMN
yang berada di ruangan masing-masing.
(2) Mencatat perubahan kondisi BMN yang telah disahkan
oleh penanggung jawab ruangan ke dalam SIMAK BMN.
(3) Membuat LBPKPT berdasarkan saldo DBPKP
intrakomptabel, DBPKP ekstrakomptabel, DBPKP barang
bersejarah, DBPKP persediaan, dan CRB.
(4) Meminta persetujuan penanggung jawab UAPKPB atas
LBPKPT, LKB dan CRB.
(5) Menyampaikan LBPKPT, LKB dan CRB beserta ADK ke
UAKPB.
(6) Mengarsipkan DBPKP, LBPKPT dan CRB secara tertib.
(7) Melakukan proses back up data dan tutup tahun.

4) Pengakhiran.

a) Memelihara data SIMAK BMN dengan baik dan benar.


b) Mengarsipkan data-data yang telah masuk dengan baik dan
benar.
c) Dokumen/laporan yang dihasilkan tingkat UAPKPB antara
lain:
(1) DBPKP Intrakomptabel.
(2) DBPKP Ekstrakomptabel.
(3) DBPKP Barang Bersejarah
(4) DBPKP Persediaan.
(5) KIB Tanah.
(6) KIB Gedung dan Bangunan.
(7) KIB Bangunan Air.
(8) KIB Alat Angkutan Bermotor.
(9) KIB Alat Persenjataan.
39

(10) KIB Alat Besar.


(11) DBL.
(12) DBR.
(13) LBPKPS.
(14) LBPKPT.
(15) CRB.

22. Pemanfaatan Aset. Pemanfaatan aset TNI AD pada dasarnya adalah kekayaan
milik negara yang pemanfaatannya harus dapat dipertanggungjawabkan, memenuhi
syarat administrasi pembinaan maupun perbendaharaan materiil Angkatan Darat.
Pemanfaatan aset TNI AD harus dilaksanakan secara selektif dengan
mempertimbangkan kelangsungan operasional Satuan, khususnya terhadap tanah
dan bangunan yang belum digunakan, apabila dimanfaatkan akan mendapatkan nilai
ekonomis serta bermanfaat untuk kegiatan satuan. Dalam pengelolaan anggaran yang
merupakan hasil dari pemanfaatan aset tanah dan bangunan di lingkungan TNI AD
harus dipertanggungjawabkan secara transparan dan akuntabel kepada semua pihak.

a. Ketentuan Administrasi. Merupakan prosedur atau tata cara yang


harus dipenuhi dalam proses pelaksanaan Pemanfaatan Aset Tanah dan
Bangunan TNI AD baik yang diselenggarakan di Tingkat Pusat maupun Tingkat
Wilayah. Pemanfaatan tanah dan/atau bangunan TNI AD adalah
pendayagunaan tanah dan/atau bangunan yang belum dipergunakan sesuai
dengan tugas pokok TNI AD serta tidak mengubah status kepemilikan meliputi:

1) Sewa Tanah dan Bangunan. Adapun ketentuan pelaksanaan sewa


diatur sebagai berikut :

(a) Pertimbangan untuk penyewaan tanah dan/atau bangunan


dilakukan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan tanah
dan/atau bangunan yang belum digunakan untuk mendukung
dan menunjang pelaksanaan tugas pokok TNI AD sehingga dapat
mencegah penggunaan BMN berupa tanah dan/atau bangunan
oleh pihak lain secara tidak sah.

(b) Tanah dan/atau bangunan yang dapat disewakan adalah


tanah dan/atau bangunan yang status penggunaannya berada
pada Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 (PPB-E1) atau
Pembantu Pengguna Barang Wilayah (PPB-W).

(c) Pihak yang dapat menyewakan tanah dan/atau bangunan:

(1) PPB-E1, untuk tanah dan/atau bangunan yang berada


pada PPB-E1 dengan persetujuan Pengelola Barang.
40

(2) PPB-W, untuk tanah dan/atau bangunan yang berada


pada PPB-W dengan persetujuan Pengelola Barang.

(d) Pihak yang dapat menyewa tanah dan/atau bangunan


meliputi:
(1) Pemerintah Daerah.
(2) Badan Usaha Milik Negara.
(3) Badan Usaha Milik Daerah.
4) Badan Hukum lainnya antara lain perseroan terbatas,
koperasi dan yayasan.
5) Perorangan.

(e) Tanah dan/atau bangunan yang dapat disewakan adalah


tanah dan/atau bangunan yang dalam kondisi belum atau tidak
digunakan oleh PPB-E1 atau PPB-W.

(f) Jangka waktu sewa tanah dan/atau bangunan paling lama 5


(lima) tahun sejak ditandatanganinya perjanjian, dan dapat
diperpanjang.

(h) Perpanjangan jangka waktu sewa tanah dan/atau bangunan


yang dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Untuk sewa yang dilakukan oleh PPB-E1, perpanjangan


dilakukan setelah dievaluasi oleh PPB-E1 dan Pengguna
Barang serta disetujui oleh Pengelola Barang.
(2) Untuk sewa yang dilakukan oleh PPB-W, perpanjangan
dilakukan setelah dievaluasi oleh PPB-W, PPB-E1 dan
Pengguna Barang serta disetujui oleh Pengelola Barang.

(i) Penghitungan nilai tanah dan/atau bangunan dalam rangka


penentuan besaran sewa minimum dilakukan sebagai berikut :

(1) Penghitungan nilai tanah dan/atau bangunan yang


berada pada PPB-E1 dilakukan oleh Tim yang ditetapkan oleh
PPB-E1 dan dapat melibatkan instansi teknis terkait
dan/atau penilai.
(2) Penghitungan nilai tanah dan/atau bangunan yang
berada pada PPB-W dilakukan oleh Tim yang ditetapkan oleh
PPB-W dan dapat melibatkan instansi teknis terkait dan/atau
penilai.

(j) Penetapan nilai sewa atas tanah dan/atau bangunan sebagai


berikut :
41

(1) Nilai sewa atas tanah dan/atau bangunan yang berada


pada PPB-E1 ditetapkan oleh PPB-E1 berdasarkan hasil
perhitungan penilai setelah dapat persetujuan dari Pengelola
barang.
(2) Nilai sewa atas tanah dan/atau bangunan yang berada
pada PPB-W ditetapkan oleh PPB-W berdasarkan hasil
perhitungan penilai setelah dapat persetujuan dari Pengelola
barang.

(k) Pembayaran uang sewa dilakukan secara sekaligus paling


lambat pada saat penandatanganan kontrak.

(l) Selama masa sewa, pihak penyewa atas persetujuan PPB-W


dan PPB-E1 dapat mengubah bentuk bangunan tanpa mengubah
konstruksi dasar bangunan, dengan ketentuan biaya ditanggung
oleh pihak penyewa dan bagian yang ditambahkan pada bangunan
tersebut menjadi BMN.

(m) Seluruh biaya yang timbul dalam rangka penilaian,


dibebankan pada APBN.

(n) Rumah Negara Golongan I dan Golongan II yang disewakan


kepada pejabat negara/pegawai negeri, pelaksanaannya
berpedoman pada ketentuan yang mengatur mengenai rumah
negara.

(o) Nilai tarif sewa tanah dan/atau bangunan di lingkungan TNI


AD ditetapkan sebesar 0% (nol persen) dari formula tarif sewa yang
diatur serta terlampir pada sublampiran c peraturan ini apabila
digunakan untuk:

(1) Kantor yang sekaligus menjadi tempat usaha Koperasi


Primer di lingkungan TNI AD dalam rangka menunjang tugas
pokok satuan.
(2) Kantor Koperasi Sekunder di lingkungan TNI AD dalam
rangka menunjang tugas pokok.
(3) Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang
diselenggarakan oleh yayasan di lingkungan TNI AD.
(4) Panti asuhan atau panti jompo.
(5) Kegiatan di bidang keagamaan.
(6) Perpustakaan dan rumah pintar.
42

(p) Nilai tarif sewa minimum atas tanah dan/atau bangunan di


lingkungan TNI AD yang dimanfaatkan untuk kepentingan sosial,
kemanusiaan dan/atau pendidikan tinggi yang penyelenggaraannya
dilaksanakan oleh koperasi atau yayasan yang berada di
lingkungan TNI AD ditetapkan sebesar 50% (lima puluh persen)
dari formula tarif sewa yang diatur serta terlampir pada
sublampiran c peraturan ini.

(q) Tarif sewa atas pemanfaatan tanah dan bangunan untuk


kepentingan pendidikan tinggi dapat dinilai dengan tarif sampai
dengan 0% (nol persen) sepanjang memenuhi ketentuan :

(1) Apabila 50% (lima puluh persen) atau lebih mahasiswa


merupakan anggota aktif TNI AD atau putra/putri anggota
TNI AD.
(2) Dalam hal jumlah mahasiswa yang merupakan anggota
aktif TNI AD atau putra/putri anggota TNI AD kurang dari
50% (lima puluh persen) dan/atau koperasi/yayasan
penyelenggara pendidikan mengalami kesulitan keuangan
yang dapat dibuktikan dengan Laporan Keuangan yang telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik selama 2 tahun berturut-
turut.

(r) Perhitungan nilai tarif sewa tanah dan bangunan di


lingkungan TNI AD yang dimanfaatkan untuk kegiatan
komersial, penyelenggaraannya dilaksanakan oleh koperasi atau
yayasan yang berada di lingkungan TNI AD ataupun pihak ketiga
dengan mematuhi ketentuan formula tarif sewa yang diatur serta
terlampir pada sublampiran c peraturan ini.

(s) Seluruh penerimaan yang berasal dari sewa tanah dan/atau


bangunan di lingkungan TNI AD wajib disetorkan ke rekening kas
umum negara.

(t) Nilai tarif sewa dapat direview apabila terdapat perubahan


akibat situasi dan kondisi yang berpengaruh secara signifikan.

(u) Peruntukan sewa sebagaimana dimaksud dalam ketentuan


sewa pada ayat 14) dan 15), tidak dapat diubah selama masa sewa.

(v) Dalam hal peruntukan sewa sebagaimana dimaksud pada


ayat 14) tidak dapat dipertahankan selama masa sewa, Pengguna
Barang mengajukan permohonan persetujuan untuk peruntukan
43

baru atas sewa tanah dan/atau bangunan tersebut kepada


Pengelola Barang.

(w) Pembayaran uang sewa dilakukan secara sekaligus paling


lambat pada saat perubahan atau penambahan kontrak.

3) Kerjasama Pemanfaatan. Adapun ketentuan pelaksanaan


kerjasama pemanfaatan diatur sebagai berikut :

(a) Pertimbangan kerjasama pemanfaatan aset tanah dan/atau


bangunan TNI AD dilakukan untuk mengoptimalkan
pendayagunaan tanah dan/atau bangunan yang belum digunakan
untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD sehingga
dapat meningkatkan penerimaan negara bukan pajak, serta upaya
mengamankan aset tanah dan/atau bangunan tanpa didasarkan
pada ketentuan yang berlaku.
(b) Tanah dan/atau bangunan yang dapat dijadikan objek
kerjasama pemanfaatan adalah tanah dan bangunan yang status
penggunaannya ada pada PPB-E1 atau PPB-W yang telah
memenuhi bukti kepemilikan yang sah.
(c) Pihak yang dapat memberikan kerjasama pemanfaatan tanah
dan/atau bangunan :

(1) PPB-E1, untuk tanah dan/atau bangunan yang berada


pada PPB-E1 dengan persetujuan Pengelola Barang.
(2) PPB-W, untuk tanah dan/atau bangunan yang berada
pada PPB-W dengan persetujuan Pengelola Barang.

(d) Pihak yang dapat menerima kerjasama pemanfaatan tanah


dan/atau bangunan meliputi :

(1) Badan Usaha Milik Negara.


(2) Badan Usaha Milik Daerah.
(3) Badan Hukum lainnya antara lain perseroan terbatas,
koperasi dan yayasan.
(d) Perorangan.

(e) Kerjasama pemanfaatan tidak mengubah status tanah


dan/atau bangunan yang menjadi objek kerjasama pemanfaatan.
44

(f) Sarana dan prasarana yang menjadi bagian dari pelaksanaan


kerjasama pemanfaatan adalah tanah dan/atau bangunan sejak
pengadaannya.
(g) Jangka waktu kerjasama pemanfaatan tanah dan/atau
bangunan paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak
ditandatanganinya perjanjian dan dapat diperpanjang.
(h) Penerimaan negara yang wajib disetorkan mitra kerjasama
pemanfaatan selama jangka waktu kerjasama pemanfaatan, terdiri
dari :

(1) Kontribusi tetap.


(2) Pembagian keuntungan hasil pendapatan kerjasama
pemanfaatan tanah dan/atau bangunan.

(i) Penghitungan nilai aset tanah dan/atau bangunan yang


berada pada PPB-E1 maupun PPB-W dalam rangka menentukan
nilai kontribusi tetap dilakukan oleh Penilai yang ditugaskan oleh
Pengelola Barang sesuai batas kewenangannya.
(j) Penetapan kontribusi tetap, ditetapkan oleh Pengelola Barang
berdasarkan hasil perhitungan penilai.
(k) Pembayaran kontribusi tetap oleh mitra kerjasama
pemanfaatan untuk pembayaran pertama harus dilakukan pada
saat penandatanganan perjanjian kerjasama pemanfaatan dan
pembayaran kontribusi tahun berikutnya harus dilakukan paling
lambat tanggal 31 Maret setiap tahun sampai berakhirnya
perjanjian kerjasama pemanfaatan, dengan penyetoran ke rekening
Kas Negara.
(l) Pembagian keuntungan hasil pendapatan harus disetor ke
rekening Kas Negara paling lambat tanggal 31 Maret tahun
berikutnya.
(m) Keterlambatan pembayaran kontribusi tetap dan pembagian
keuntungan oleh mitra kerjasama pemanfaatan dari tanggal yang
telah disepakati dalam perjanjian dikenakan denda minimal 0,001
(satu per seribu) per hari.
(n) Mitra kerjasama pemanfaatan ditentukan melalui pemilihan
calon mitra kerjasama pemanfaatan (tender) yang dilakukan
dengan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan
pengadaan barang/jasa, kecuali tanah dan/atau bangunan yang
bersifat khusus dapat dilakukan penunjukan langsung.
45

(o) Surat persetujuan kerjasama pemanfaatan dari Pengelola


Barang dinyatakan tidak berlaku apabila dalam jangka waktu satu
tahun sejak ditetapkan tidak ditindaklanjuti dengan
penandatanganan surat perjanjian kerjasama pemanfaatan.
(q) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) harus atas nama
Pemerintah Republik Indonesia.
(r) Dalam rangka memberikan persetujuan kerjasama
pemanfaatan, Pengelola Barang menugaskan penilai untuk :

(1) Melakukan penilaian tanah dan/atau bangunan.


(2) Menghitung/mereview kewajaran usulan kontribusi
tetap.
(3) Menghitung/mereview kewajaran usulan formulir
pembagian keuntungan.

(s) Seluruh biaya yang timbul pada tahap persiapan dan


pelaksanaan kerjasama pemanfaatan, antara lain meliputi biaya
perizinan, konsultan pengawas, biaya konsultan hukum dan biaya
pemeliharaan objek kerjasama pemanfaatan menjadi beban mitra
kerjasama pemanfaatan.

4) Bangun Serah Guna (BSG) dan Bagun Guna Serah (BGS). Adapun
ketentuan pelaksanaan BSG dan BGS diatur sebagai berikut :

a) Pertimbangan BSG dan BGS dilakukan untuk menyediakan


bangunan dan fasilitasnya dalam rangka penyelenggaraan tugas
pokok TNI AD, yang dana pembangunannya tidak disediakan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
b) Tanah dan/atau bangunan yang dapat dijadikan objek
BGS/BSG adalah BMN yang berupa tanah yang status
penggunaannya berada pada PPB-E1 maupun PPB-W.
c) Pihak yang dapat melaksanakan BGS/BSG tanah dan/atau
bangunan adalah PPB-E1 maupun PPB-W atas persetujuan
Pengelola Barang.
d) Pihak-pihak yang dapat menjadi mitra BGS/BSG adalah :

(1) Badan Usaha Milik Negara.


(2) Badan Usaha Milik Daerah.
(3) Badan Hukum lainnya.

e) Selama masa pengoperasian BGS/BSG, PPB-E1 atau PPB-W


harus dapat menggunakan langsung objek BGS/BSG, beserta
sarana dan prasarananya untuk penyelenggaraan tugas pokok dan
46

fungsinya berdasarkan penetapan dari Pengguna Barang, paling


sedikit 10% (sepuluh persen) dari luas objek dan sarana prasarana
BGS/BSG dimaksud.
f) Jangka waktu pengoperasian BGS/BSG oleh mitra BGS/BSG
paling lama 30 (tiga puluh) tahun terhitung sejak perjanjian
ditandatangani dan pelaksanaan BGS/BSG hanya dapat dilakukan
dengan Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah
serta badan hukum lainnya.
g) Kewajiban mitra BGS/BSG selama jangka waktu
pengoperasian:
(1) Membayar kontribusi ke rekening kas umum negara.
(2) Tidak menjaminkan, menggadaikan dan/atau
memindahtangankan objek BGS/BSG.
(3) Memelihara objek BGS/BSG agar tetap dalam kondisi
baik.

h) Pemilihan mitra BGS/BSG dilaksanakan melalui tender


dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta/
peminat.
i) Penghitungan nilai tanah dalam rangka penentuan nilai limit
terendah besaran kontribusi dilakukan oleh penilai yang ditetapkan
oleh PPB-E1 atau PPB-W.
j) Nilai limit terendah besaran kontribusi atas pelaksanaan
BGS/BSG Barang Milik Negara ditetapkan oleh PPB-E1 maupun
PPB-W berdasarkan hasil perhitungan penilai.
k) Pembayaran kontribusi dari mitra BSG/BGS, kecuali untuk
pembayaran pertama yang harus dilakukan pada saat
ditandatanganinya perjanjian BSG/BGS, harus dilakukan paling
lambat tanggal 31 Januari setiap tahun sampai dengan berakhirnya
perjanjian BSG/BGS dimaksud, dengan penyetoran ke rekening kas
umum negara.
l) Keterlambatan pembayaran kontribusi dari tanggal tersebut
pada butir 11) akan dikenakan denda minimal sebesar 1 ‰ (satu
per seribu) per hari.
m) Dalam hal mitra tidak melakukan pembayaran kontribusi
sebanyak tiga kali secara berturut-turut dalam jangka waktu
pengoperasian BGS/BSG, maka PPB-E1 maupun PPB-W dapat
membatalkan perjanjian secara sepihak.
n) Seluruh biaya yang timbul pada tahap persiapan dan
pelaksanaan kerjasama pemanfaatan, antara lain meliputi biaya
47

perizinan, konsultan pengawas, biaya konsultan hukum, dan biaya


pemeliharaan objek BGS/BSG, dan biaya audit oleh aparat
pengawas fungsional menjadi beban mitra kerjasama pemanfaatan.
o) Setelah masa pengoperasian BGS/BSG berakhir, objek
pelaksanaan BGS/BSG harus diaudit oleh petugas pengawas
fungsional sebelum diserahkan kepada Pengelola Barang dan/atau
PPB-E1 atau PPB-W.

p) Setelah masa pemanfaatan berakhir, bangunan beserta


sarana dan prasarana hasil BGS/BSG ditetapkan status
penggunaannya oleh Pengelola Barang.
q) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam rangka BGS/BSG
harus atas nama Pemerintah Republik Indonesia.

b. Pelaksanaan Kerjasama Pemanfaatan Aset Tanah dan Bangunan TNI


AD Tingkat Wilayah. Langkah-langkah dan tata cara pelaksanaan Kerjasama
Pemanfaatan aset dan tanah bangunan TNI AD tingkat Wilayah sebagai berikut:

1) Tahap persiapan, menyiapkan data-data sebagai berikut :

a) Pertimbangan yang mendasari usulan kerjasama


pemanfaatan.
b) Bukti kepemilikan.
c) Gambar lokasi dan luas.
d) Nilai perolehan.
e) NJOP tanah dan/atau bangunan.
f) Jangka waktu kerjasama pemanfaatan.

2) Tahap pengajuan usulan :

a) PPB-W mengajukan usulan kerjasama pemanfaatan tanah


dan/atau bangunan secara berjenjang kepada Pengguna Barang
untuk persetujuan Pengelola Barang.

b) Membentuk Tim Peneliti (bila diperlukan) mengenai


kelayakan kemungkinan kerjasama tanah atau bangunan termasuk
dari segi kepentingan pertahanan meliputi :

(1) Kelengkapan permohonan persetujuan.


(2) Kesesuaian antara bentuk dan jangka waktu kerjasama
pemanfaatan yang disampaikan dengan ketentuan peraturan
perundangan.
(3) Kesesuaian antara besarnya kontribusi tetap dan
pembagian keuntungan dengan hasil nilai.
48

(4) Hak dan kewajiban para pihak.


(5) Pertimbangan kelayakan aset untuk kerjasama
pemanfaatan berdasarkan ketentuan optimalisasi
pemberdayaan BMN dalam rangka mendukung tugas pokok
TNI AD.

c) Tim Peneliti yang dibentuk terdiri dari personel Pengelola


Barang, Pengguna Barang dan PPB-W yang kompeten untuk
melakukan penelitian atas tanah dan/atau bangunan yang akan
dilakukan kerjasama pemanfaatan serta penyiapan hal-hal yang
bersifat teknis.
d) Hasil penelitian dituangkan dalam berita acara.

e) Pengguna Barang mengajukan usulan persetujuan kepada :

(1) Ka KPKNL, dalam bentuk kerjasama pemanfaatan


untuk jangka waktu paling lama 30 tahun dengan nilai tanah
berdasarkan Surat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
sampai dengan Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
(2) Ka Kanwil, dalam bentuk kerjasama pemanfaatan
untuk jangka waktu paling lama 30 tahun dengan nilai tanah
berdasarkan Surat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
lebih dari Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai
dengan Rp. 2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta
rupiah).
(3) Menkeu, dalam bentuk kerjasama pemanfaatan untuk
jangka waktu paling lama 30 tahun dengan nilai tanah
berdasarkan Surat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
lebih dari Rp. 2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta
rupiah).

f) Pengajuan usulan kerjasama pemanfaatan sekurang-


kurangnya memuat :

(1) Perjanjian kerjasama pemanfaatan tanah dan/atau


bangunan.
(2) Daftar rincian tanah dan/atau bangunan yang telah
diperjanjikan kerjasama pemanfaatannya.
(3) Berita Acara Serah Terima.
(4) Dokumen pendukung, seperti sertifikat/Akta Jual
Beli/Keputusan Kasad, Kartu Inventarisasi Barang.
49

(5) Dokumen terkait lainnya.

3) Tahap persetujuan, Pengelola Barang menerbitkan surat


persetujuan paling sedikit memuat :

a) Objek kerjasama pemanfaatan.


b) Nilai tanah dan/atau bangunan.
c) Besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan.
d) Jangka waktu kerjasama pemanfaatan.

4) Tahap pelaksanaan :

a) Berdasarkan persetujuan kerjasama pemanfaatan tersebut,


PPB-W membentuk Tim Pelaksana dengan tugas melakukan tender
untuk mendapatkan mitra kerjasama pemanfaatan.
b) Tim Pelaksana beranggotakan personel dari Mabesad dan
unsur terkait.
c) Pelaksanaan tender mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan pengadaan barang/jasa, kecuali BMN yang
bersifat khusus dapat dilakukan penunjukan langsung.
d) Pengguna Barang menetapkan mitra kerjasama pemanfaatan
berdasarkan hasil pelaksanaan pemilihan, disertai dengan
penetapan besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan.
e) Penetapan kontribusi tetap dengan persetujuan Pengelola
Barang berdasarkan hasil perhitungan penilai.

f) Pelaksanaan kerjasama pemanfaatan dituangkan dalam


naskah perjanjian dalam Akta Notaris, antara Pengelola Barang
dengan mitra kerjasama pemanfaatan, yang antara lain memuat :
(1) Objek kerjasama pemanfaatan.
(2) Mitra kerjasama pemanfaatan.
(3) Besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan.
(4) Hak dan kewajiban para pihak.
(5) Mekanisme pembayaran.
(6) Sanksi.
(7) Jangka waktu kerja sama pemanfaatan dengan
memperhatikan azas optimalisasi daya guna dan hasil guna
Barang Milik Negara dan peningkatan penerimaan Negara.
(8) Pembayaran kontribusi tetap oleh mitra kerjasama
pemanfaatan untuk pembayaran pertama harus dilakukan
pada saat ditandatanganinya perjanjian kerjasama
pemanfaatan, dan bayaran kontribusi tahun berikutnya harus
dilakukan paling lambat tanggal 31 Maret setiap tahun
50

sampai berakhirnya perjanjian kerjasama pemanfaatan,


dengan penyetoran ke rekening kas umum Negara.
(9) Pembagian keuntungan hasil pendapatan harus disetor
ke rekening kas umum negara paling lambat tanggal 31 Maret
tahun berikutnya.
(10) Keterlambatan pembayaran kontribusi tetap dan
pembagian keuntungan dikenakan denda paling sedikit
sebesar 1 ‰ (satu per seribu) per hari.
(11) Seluruh biaya yang timbul pada tahap persiapan
sampai pelaksanaan kerjasama pemanfaatan, antara lain
meliputi biaya perijinan, konsultan pengawas, biaya konsultan
hukum, dan biaya pemeliharaan objek kerjasama
pemanfaatan, menjadi beban mitra kerjasama pemanfaatan.
(12) Surat persetujuan kerjasama pemanfaatan dari
Pengelola Barang dinyatakan tidak berlaku apabila dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun sejak ditetapkan tidak
ditindaklanjuti dengan penandatanganan surat perjanjian
kerjasama pemanfaatan.
(13) Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) harus atas nama TNI
AD.
(14) Penyerahan tanah dan/atau bangunan yang menjadi
objek kerjasama pemanfaatan dituangkan dalam berita acara
serah terima.
(15) PPB-W, PPB-E1 dan Pengguna Barang melaksanakan
monitoring, evaluasi dan penatausahaan pelaksanaan
kerjasama pemanfaatan tanah dan/atau bangunan.
(16) Perpanjangan jangka waktu kerjasama pemanfaatan
tanah dan/atau bangunan dilakukan setelah dievaluasi oleh
PPB-W, PPB-E1, Pengguna Barang dan disetujui oleh
Pengelola Barang.
(17) Permohonan perpanjangan jangka waktu kerjasama
pemanfaatan disampaikan kepada Pengguna Barang melalui
PPB-W paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya
jangka waktu kerjasama pemanfaatan.
(18) Setelah berakhirnya jangka waktu kerjasama
pemanfaatan, mitra menyerahkan objek kerjasama
pemanfaatan, berikut dengan sarana dan prasarana yang
menjadi bagian dari pelaksanaan kerjasama pemanfaatan,
dilengkapi dengan dokumen terkait kepada PPB-W serta
51

dilaporkan secara berjenjang kepada Pengguna Barang dan


Pengelola Barang yang dituangkan dalam berita acara serah
terima.
(19) Perjanjian kerjasama pemanfaatan sekurang-
kurangnya di buat rangkap 5 (lima) :
(a) 1 (satu) rangkap Mitra kerja.
(b) 1 (satu) rangkap PPB-W.
(c) 1 (satu) rangkap PPB-E1
(d) 1 (satu) rangkap Pengguna Barang.
(e) 1 (satu) rangkap Pengelola Barang.

5) Tahap pengakhiran, PPB-W melaporkan secara berjenjang melalui


Pengguna Barang melaksanakan laporan kepada Pengelola Barang
disertai perjanjian kerjasama pemanfaatan.
6) Diagram prosedur pengajuan usulan kerjasama pemanfaatan tanah
dan/atau bangunan sebagaimana tersebut dalam sublampiran F
peraturan ini.

c. Pelaksanaan BGS/BSG Aset Tanah dan Bangunan TNI AD Tingkat


Wilayah. Langkah-langkah dan tata cara pelaksanaan BGS/BSG aset tanah
dan bangunan TNI AD tingkat Wilayah adalah sebagai berikut :

1) Tahap persiapan, menyiapkan data-data sebagai berikut :

a) Pertimbangan yang mendasari usulan BGS/BSG.


b) Dokumen pendukung berupa lokasi/alamat.
c) Status dan bukti kepemilikan serta luas.
d) Harga perolehan/NJOP.
e) Rencana pembangunan gedung yang diinginkan.
f) Jangka waktu BGS/BSG.

2) Tahap pengajuan usulan :

a) PPB-W mengajuan usulan BGS/BSG tanah dan/atau


bangunan secara berjenjang kepada Pengguna Barang untuk
persetujuan Pengelola Barang.
b) Membentuk Tim Peneliti (bila diperlukan) mengenai
kelayakan kemungkinan BGS/BSG tanah dan/atau bangunan
termasuk dari segi kepentingan pertahanan.
c) Tim Peneliti dibentuk terdiri dari personel Pengelola Barang,
Pengguna Barang dan PPB-W yang kompeten untuk melakukan
penelitian atas tanah dan/atau bangunan.
d) Tim Hasil penelitian dituangkan dalam berita acara.
52

e) Pengajuan usulan BGS/BSG sekurang-kurangnya memuat:

(1) Perjanjian kerjasama pemanfaatan tanah dan/atau


bangunan.
(2) Daftar rincian tanah dan/atau bangunan yang telah
diperjanjikan kerjasama pemanfaatannya.
(3) Berita Acara Serah Terima.
(4) Dokumen pendukung, seperti sertifikat/Akta Jual
Beli/Keputusan Kasad, Kartu Inventarisasi Barang.
(5) Dokumen terkait lainnya.

3) Tahap persetujuan, Pengelola Barang menerbitkan surat


persetujuan yang paling sedikit memuat :

a) Objek BGS/BSG.
b) Nilai Kontribusi.
c) Mitra BGS/BSG.
d) Jangka waktu BGS/BSG.

4) Tahap pelaksanaan :

a) Pengelola Barang menetapkan tanah yang akan dijadikan


objek BGS/BSG berdasarkan hasil penelitian kelayakan tersebut.
b) Pengelola Barang membentuk tim yang beranggotakan unsur
Pengelola Barang, Pengguna Barang PPB-W serta dapat
mengikutsertakan unsur instansi/lembaga teknis yang kompeten.
c) Tim bertugas untuk melakukan pengkajian tanah yang akan
dijadikan objek BGS/BSG serta menyiapkan hal-hal yang bersifat
teknis, termasuk tetapi tidak terbatas untuk menyiapkan rincian
kebutuhan bangunan dan fasilitas yang akan ditenderkan,
penelitian indikasi biaya yang diperlukan untuk penyediaan
bangunan dan fasilitasnya, dan melakukan tender calon mitra
BGS/BSG.
d) Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan
perhitungan nilai limit terendah besaran kontribusi BGS/BSG atas
BMN yang akan menjadi objek BGS/BSG.
e) Penilai menyampaikan laporan penilaian kepada Pengelola
Barang melalui Tim.
f) Tim menyampaikan laporan kepada Pengelola Barang terkait
dengan hasil pengkajian atas tanah, dengan disertai perhitungan
nilai limit terendah besaran kontribusi BGS/BSG dari penilai.
g) Berdasarkan laporan tim dimaksud, Pengelola Barang
menerbitkan surat penetapan nilai tanah yang akan dilakukan
53

BGS/BSG dan nilai limit terendah kontribusi atas pelaksanaan


BGS/BSG, dan rencana kebutuhan bangunan dan fasilitasnya.
h) Berdasarkan surat penetapan tersebut, tim melakukan
tender pemilihan mitra BGS/BSG.
i) Hasil pelaksanaan tender disampaikan kepada Pengelola
Barang untuk ditetapkan dengan menerbitkan surat keputusan
pelaksanaan BGS/BSG.
j) Pelaksanaan BGS/BSG dituangkan dalam perjanjian
BGS/BSG antara PPB-W dengan mitra BGS/BSG.
k) Mitra BGS/BSG menyetorkan ke rekening kas umum negara
uang kontribusi tetap setiap tahun paling lambat tanggal 31
Januari kecuali untuk tahun pertama selambat-lambatnya pada
saat perjanjian BGS/BSG ditandatangani.
l) Setelah pembangunan selesai, mitra BSG menyerahkan objek
BSG beserta fasilitasnya kepada PPB-W, yang dituangkan dalam
berita acara serah terima BMN.
m) Mitra BSG mengoperasikan objek BSG setelah penyerahan
objek BSG sesuai dengan perjanjian BSG.
n) PPB-W melakukan monitoring, evaluasi, dan penatausahaan
pelaksanaan BGS Barang Milik Negara dimaksud.
o) Penyerahan kembali objek BGS beserta fasilitasnya kepada
Pengelola Barang dilaksanakan setelah masa pengoperasian BGS
yang diperjanjikan berakhir dan dituangkan dalam suatu berita
acara serah terima BMN.

5) Tahap pengakhiran, PPB-W melalui Pengguna Barang


melaksanakan laporan kepada Pengelola Barang disertai perjanjian
BGS/BSG.

23. Hibah.

a. Ketentuan Administrasi. Merupakan prosedur atau tata cara yang


harus dipenuhi dalam proses penyelenggaraan pengelolaan hibah Angkatan
Darat yang meliputi syarat hibah dan penyiapan dokumen administrasi hibah.

1) Pendapatan Hibah. Penerimaan TNI AD yang berasal dari


badan/lembaga negara atau perorangan, pemerintah negara asing,
badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, baik dalam bentuk
rupiah/devisa, barang/jasa yang tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah dan manfaatnya dapat secara langsung digunakan untuk
mendukung tugas dan fungsi TNI AD.
54

2) Belanja Hibah. Pengeluaran TNI AD dalam bentuk uang,


barang/jasa kepada Kementerian/Lembaga/Dinas/Instansi, yang secara
spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib, tidak
mengikat dan tidak berlangsung terus-menerus.
3) Jenis hibah berdasarkan mekanisme pencairannya. Hibah
dibedakan menjadi :

a) Hibah Terencana. Hibah yang dilaksanakan melalui


mekanisme perencanaan ke Bappenas, diterima dari pemberi hibah
dan dibelanjakan oleh penerima hibah yang pencairan dananya
melalui KPPN. Hibah ini secara administrasi hanya dilaksanakan
oleh Pemerintah Pusat.
b) Hibah Langsung. Hibah yang dilaksanakan tidak melalui
mekanisme perencanaan, diterima secara langsung dari pemberi
hibah dan dibelanjakan secara langsung tanpa melalui pencairan
dana dari KPPN. Agar mekanisme penerimaan dan penggunaan
hibah langsung oleh TNI AD sesuai mekanisme APBN, maka TNI AD
wajib :

(1) Hibah langsung bentuk uang untuk kegiatan agar


melaksanakan registrasi, ijin pembukaan rekening, revisi
DIPA dan pengesahan ke KPPN.
(2) Hibah langsung bentuk barang/jasa agar
melaksanakan registrasi, pengesahan pencatatan ke KPPN.

4) Ciri-ciri Hibah Langsung. Adapun ciri-ciri hibah langsung antara


lain :

a) Perjanjian hibah ditandatangani oleh Kasatker TNI AD atau


Pejabat yang diberi kuasa.
b) Pencairan dananya tidak melalui KPPN, namun
pengesahannya dilakukan di KPPN.
c) Hibah dapat diperoleh secara langsung dari pihak pemberi
hibah dalam bentuk uang dan barang/jasa.
d) Pengadaan barang/jasa dapat dilaksanakan oleh pemberi
hibah atau TNI AD sendiri.

5) Fungsi Hibah. Fungsi hibah antara lain sebagai berikut :

a) Menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi TNI AD.


b) Menunjang penyediaan sarana dan fasilitas satuan.
c) Menunjang peningkatan kualitas pembinaan sumber daya manusia
(SDM) TNI AD.
55

d) Membantu menyiapkan rancangan kegiatan pembangunan Satuan TNI


AD.
e) Mendukung pengembangan riset dan teknologi militer.

f) Mendukung peningkatan fungsi pertahanan dan keamanan.


g) Mendukung kegiatan kemanusiaan.

6) Dokumen Sumber Hibah. Dokumen sumber yang terkait dengan


hibah antara lain:

a) Dokumen Induk.

(1) Perjanjian hibah/dokumen yang dipersamakan beserta


perubahan perjanjiannya.
(2) Ringkasan perjanjian hibah dan rencana penarikan/realisasi hibah.
(3) Nomor register hibah.

b) Dokumen sumber transaksi dan dokumen pendukung.

(1) Surat Pengesahan Hibah Langsung (SPHL).


(2) Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung (SP2HL).
(3) Surat Pengesahan Pengembalian Pendapatan Hibah
Langsung (SP3HL).
(4) Surat Perintah Pengesahan Pengembalian Pendapatan
Hibah Langsung (SP4HL).
(5) Surat Perintah Pengesahan Pendapatan Hibah
Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga (SP3HL-BJS).
(6) Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk
Barang/Jasa/Surat Berharga (MPHL-BJS).
(7) Persetujuan MPHL-BJS (Persetujuan Memo Pencatatan
Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga).
(8) Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung
(SPTMHL).
(9) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).
(10) Berita Acara Serah Terima (BAST).
(11) Rekening Koran.
(12) Memo Persetujuan.

c) Dokumen Alokasi Pagu Belanja Hibah/Allotment.

(1) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).


(2) Revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (Revisi DIPA).
(3) Rencana Kerja dan Anggaran Bendahara Umum Negara
(RKA-BUN).
56

(4) Rencana Kerja dan Anggaran TNI AD (RKA-TNI AD).

d) Dokumen realisasi Belanja Hibah.

(1) Surat Perintah Pembayaran/Surat Perintah Pencairan


Dana (SPM/SP2D).
(2) Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB).
(3) Memo penyesuaian.
(4) Berita Acara Serah Terima (BAST).

7) Sumber Penerimaan Hibah. Sumber Penerimaan Hibah meliputi :

a) Hibah dalam negeri berasal dari :

(1) Lembaga keuangan dalam negeri.


(2) Lembaga non keuangan dalam negeri.
(3) Pemerintah Daerah.
(4) Perusahaan asing yang berdomisili dan melakukan
kegiatan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(5) Lembaga lainnya.
(6) Perorangan.

b) Hibah luar negeri berasal dari :

(1) Negara asing.


(2) Lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa.
(3) Lembaga multilateral.
(4) Lembaga keuangan asing.
(5) Lembaga non keuangan asing.
(6) Lembaga keuangan nasional yang berdomisili dan
melakukan kegiatan usaha di luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
(7) Perorangan.

8) Lingkup Pemberian Hibah. Pemberian hibah TNI AD meliputi


hibah dalam negeri antara lain :

a) Lembaga/organisasi kemasyarakatan.
b) Lembaga/organisasi kepemudaan.
c) Lembaga/organisasi pendidikan.
d) Lembaga/organisasi swasta.
e) Pemerintah Daerah.

9) Bentuk Hibah Langsung yang diterima TNI AD. meliputi :


57

a) Barang/jasa.
b) Bentuk Uang untuk kegiatan.
10) Pertimbangan penerimaan hibah. Pertimbangan penerimaan hibah
harus memenuhi kriteria dari aspek:

a) Teknis. Apabila sesuai dengan kebutuhan dan dapat


digunakan untuk kepentingan pertahanan negara dandapat
menambah kekuatan dan kemampuan operasional dalam
menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi Angkatan Darat.
b) Ekonomis. Apabila uang untuk kegiatan dan barang/jasa
yang dihibahkan, lebih menguntungkan daripada dilakukan
pengadaan barang baru serta biaya operasional dan
pemeliharaannya lebih kecil dari pada manfaat yang diperoleh.
c) Politis. Apabila mempererat hubungan bilateral dan/atau
memperhatikan dampak politis dari penerimaan hibah.
d) Strategis. Apabila sesuai dan sejalan dengan Renstra
Pembangunan Pertahanan Negara, meningkatkan kekuatan dan
kemampuan pertahanan Negara serta tidak menimbulkan
keterikatan dan ketergantungan dikemudian hari.
e) Kemanusiaan. Apabila uang untuk kegiatan dan
barang/jasa yang dihibahkan guna penanggulangan masalah
akibat terjadinya bencana alam, membantu masyarakat dan
sebagainya.

11) Pertimbangan pemberian hibah. Pertimbangan pemberian hibah


harus memenuhi kriteria dari aspek :

a) Teknis. Apabila secara fisik barang sudah idle capacity


dan/atau sudah tidak layak pakai digunakan oleh TNI AD dalam
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya dan terjadi perubahan
spesifikasi teknis karena penggunaan dan perkembangan teknologi.
b) Ekonomis. Apabila barang berlebih (idle) di lingkungan TNI
AD lebih menguntungkan TNI AD bila dihibahkan karena biaya
operasional dan pemeliharaannya lebih besar daripada manfaat
yang diperoleh dan secara umum tidak diperlukan lagi oleh TNI AD.
c) Politis. Apabila mempererat hubungan bilateral,
memenuhi permintaan dari negara sahabat dan tidak bertentangan
dengan kebijakan politik Pemerintah.
d) Strategis. Apabila dipandang dapat meningkatkan
hubungan kerjasama pertahanan kedua Negara, mendukung
58

kepentingan pertahanan Negara, mendukung misi perdamaian dan


menciptakan stabilitas kawasan.
e) Kemanusiaan. Apabila kegiatan dalam rangka
penanggulangan masalah akibat terjadinya bencana alam,
membantu masyarakat dalam rangka membangun kembali sarana
dan prasarana yang rusak akibat huru-hara dan/atau peperangan
dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang berlaku.

12) Dana Pendamping. Terdapat beberapa ketentuan pada dana


pendamping sebagai berikut :

a) Dana pendamping adalah dana yang diajukan oleh penerima


hibah di lingkungan TNI AD secara berjenjang kepada Kemhan RI
melalui Panglima TNI guna mendukung proses penerimaan hibah
agar berjalan dengan tertib dan lancar.
b) Pengajuan dana pendamping tersebut kemudian diajukan
oleh Kemhan RI kepada Kemenkeu RI.
c) Untuk kegiatan hibah yang melebihi tahun anggaran berjalan
(lintas tahun) dana hibah dan/atau dana pendamping yang sudah
diterima/disetujui Kemhan RI dan/atau TNI AD diusulkan kepada
Kemenkeu RI untuk ditetapkan dalam Pagu APBN tahun
berikutnya disesuaikan dengan perjanjian hibah.

b. Kegiatan Pengelolaan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa. Panitia


pengelolaan hibah melaksanakan proses administrasi, dengan kegiatan sebagai
berikut :

1) Perencanaan.

a) Membentuk tim pengkaji dan melaksanakan pengkajian serta


perundingan hibah.
b) Keputusan penerimaan hibah yang memerlukan
pertimbangan politis dan strategis, dilaporkan secara berjenjang
kepada Komando atas.
c) Setiap pelaksanaan hibah dilaksanakan dengan kegiatan
penandatanganan kerjasama atau MoU antara kedua belah pihak,
yang selanjutnya direalisasikan dalam BAST kemudian dilaporkan
ke Satuan Atas.

2. Persiapan.

a) Memutuskan untuk menerima/menolak hibah sesuai dengan


batas kewenangannya.
59

b) Menandatangani perjanjian hibah sesuai dengan batas


kewenangannya.
c) Membentuk tim penerima hibah sesuai dengan batas
kewenangannya.

3) Pelaksanaan. Proses tahapan pelaksanaan hibah langsung bentuk


barang/jasa dapat dijelaskan sebagai berikut

1 2

Penyusunan Permohonan Registrasi


BAST
DONOR DJPU
Pemberian No.
Penandatanganan Register · SP3H
L-
JS
BAST KPA/Ka BJS
MPHL-B
SP3HL-B
JS
4
Satker 3 · SPTM
HL
SPTMHL Persetujuan Permohonan Pengesahan · BAST
SPTJM L- Pendapatan
PH
M BJS
KPP DJPU
N Pengesahan
Pengesahan
Belanja
· Mencatat dalam SIMAK BMN, LRA dan Neraca
· Menjelaskan Hibah dalam CaLB
· Menatausahakan dok. Terkait penerimaan hibah

a) Membuat BAST (Berita Acara Serah Terima) Antara pemberi


dan penerima yang memuat antara lain :

(1) Tanggal serah terima.


(2) Pihak pemberi dan penerima hibah.
(3) Tujuan penyerahan.
(4) Nilai nominal.
(5) Bentuk hibah.
(6) Rincian harga per barang.

b) Membuat surat permohonan nomor registrasi yang ditujukan


kepada EAS DJPU. Dengan dilampirkan antara lain :

(1) Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung


(SPTMHL).
(2) Berita Acara Serah Terima (BAST) atau Perjanjian hibah
atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Ringkasan hibah.
(4) BAST minimal memuat :
60

i. Tanggal serah terima.


ii. Pihak pemberi dan penerima.
iii. Tujuan penyerahan.
iv. Nilai nominal.
v. Bentuk hibah.
vi. Rincian harga per barang.

c) Setelah nomor registrasi diterima oleh satker TNI AD


selanjutnya mengajukan Pengesahan dengan membuat SP3HL-BJS
dalam rangkap 3 kepada DJPU Kemenkeu RI Cq. Direktur Evaluasi
Akuntansi dan Setelmen. Dengan dilampiri :

(1) BAST.
(2) SPTMHL.

d) Setelah disahkan oleh DJPU selanjutnya melaporkan data


aset hibah kepada KPPN dengan di lampiri SPTMHL, SP3HL-BJS
dan SPTJM. Kemudian KPPN akan menerbitkan persetujuan MPHL-
BJS.

4) Pengakhiran.

a) Setelah mendapatkan persetujuan MPHL-BJS dari KPPN


selanjutnya Satker penerima hibah mencatat penerimaan hibah ke
dalam neraca SIMAK BMN.
b) Berdasarkan MPHL-BJS satker penerima hibah melaporkan
penerimaan hibah kepada Pangkotama (areal servis) tembusan
kepada Pembina Materiil/Bekal Daerah.
c) Hibah barang yang sudah terdata dan tercatat di tiap-tiap
Kotama/Balakpus dilaporkan kepada Kasad up Aslog dan
tembusan kepada Pembina Materiil/Bekal Pusat.
d) Satker penerima hibah melakukan kegiatan rekonsiliasi
secara berjenjang sesuai dengan tingkat organisasinya.

c. Kegiatan Pengelolaan Hibah Langsung Bentuk Uang untuk Kegiatan.


Panitia pengelolaan hibah langsung bentuk uang untuk kegiatan melaksanakan
proses administrasi, dengan kegiatan sebagai berikut :

1) Perencanaan.

a) Membentuk tim pengkaji dan melaksanakan pengkajian serta


perundingan hibah.
b) Membuat rencana penerimaan hibah langsung bentuk uang
untuk kegiatan.
61

c) Penerimaan hibah yang memerlukan pertimbangan politis


dan strategis, dilaporkan secara berjenjang kepada Komando atas.
2) Persiapan.

a) Memutuskan untuk menerima/menolak hibah langsung


dalam negeri sesuai dengan batas kewenangannya.
b) Membentuk tim penerima hibah langsung dalam bentuk uang
sesuai dengan batas kewenangannya.

3) Pelaksanaan. Proses tahapan pelaksanaan hibah langsung


bentuk uang untuk kegiatan dimulai dari Kepala Satker/Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) selaku penerima hibah melaksanakan penandatanganan
perjanjian hibah langsung bentuk uang sesuai dengan batas
kewenangannya, kemudian langkah berikutnya dapat digambarkan
sebagai berikut :

Pemberian no Permintaan ijin buka


register rek melalui Pusku
DJPU Kemhan
- DJPBN-
1 2 Dit. PKN
DEAS
Permintaan no KPA/ Persetujuan
register Ka pembukaan Rek

Pengesahan SPHL
Satker Usulan
Pengesahan revisi
DIPA
KPPN 4 3 DJPBN
-Dit.
Pengesahan
PA
Pengajuan SP2HL(Copy Rek, Revisi DIPA
SPTMHL, SPTJM & Copy setuju)
Rek)

a) Langkah Pertama. Kepala Satker/Kuasa Pengguna


Anggaran (KPA) selaku penerima hibah mengajukan permohonan
nomor registrasi dengan format dan petunjuk pengisian
sebagaimana tercantum pada Lampiran I kepada Direktorat
Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan. Bila
disetujui, nomor register akan diberikan oleh DJPU kepada TNI
AD/satker yang mengajukan. Pengajuan registrasi dengan
melampirkan :

(1) Perjanjian hibah (MoU) yang ditandatangani oleh Ka


Satker penerima hibah dan pemberi hibah yang didahului
62

dengan penandatanganan kerjasama (MoU) antara kedua


belah pihak.
(2) Ringkasan hibah (Grant Summary) yang ditandatangani
oleh Ka Satker.
(3) Nilai nominal dan keterangan lain yang diketik pada
ringkasan hibah (Grant Summary) sesuai dengan nilai
nominal dan keterangan lain pada perjanjian hibah (MoU)
atau dokumen yang dipersamakan.

b) Langkah Kedua.

(1) Kepala Satker/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) selaku


penerima hibah mengajukan ijin pembukaan rekening ke
Bendahara Umum Negara (BUN) yaitu Menteri
Keuangan/Kuasa BUN melalui Pangkotama/Balakpus,
Kasad, Panglima TNI dan Kapusku Kemhan secara berjenjang
oleh Badan Keuangan sampai diterimanya ijin pembukaan
rekening dari BUN/Kuasa BUN.
(2) BUN/Kuasa BUN Membuka dan menetapkan rekening
tersebut sebagai rekening hibah.
(3) Atas dasar persetujuan pembukaan rekening dari
BUN/Kuasa BUN, Kuasa Pengguna Anggaran memberikan
kuasa kepada Pejabat Keuangan Satuan Kerja masing-masing
untuk membuka rekening hibah untuk mendanai kegiatan
yang disepakati dalam perjanjian hibah atau dokumen yang
dipersamakan.

c) Langkah Ketiga. Kepala Satker/Kuasa Pengguna Anggaran


(KPA) selaku penerima hibah mengajukan revisi DIPA sesuai
ketentuan tentang tata cara revisi anggaran yang berlaku.

(1) Kepala Satker TNI AD selaku Kuasa Pengguna


Anggaran melakukan usul revisi DIPA/penyesuaian pagu
belanja yang bersumber dari penerimaan hibah langsung
bentuk uang untuk kegiatan kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) DJPB
Kemkeu di wilayah masing-masing dengan tembusan Kasad
u.p. Asrena Kasad, Aslog Kasad, Dirkuad,
Pang/Dan/Gub/Dir/Ka Kotama/Balakpus untuk selanjutnya
DIPA petikan Satker penerima hibah tersebut dapat disahkan
sesuai peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara revisi
anggaran.
63

(2) Pengajuan revisi DIPA dilengkapi dokumen pendukung


berupa :

(a) Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri


matriks perubahan (semula-menjadi);
(b) SPTJM yang ditandatangani oleh KPA; dan
(c) ADK RKA DIPA Revisi.

(3) Pengajuan revisi DIPA/penyesuaian pagu belanja


adalah sebesar yang direncanakan akan dilaksanakan
sampai dengan akhir Tahun Anggaran Belanja, paling tinggi
sebesar perjanjian hibah atau dokumen yang dipersamakan.
(4) Untuk pendapatan hibah langsung dalam negeri yang
bersifat Tahun Jamak (Multi Years), pelaksanaan revisi
penambahan pagu DIPA dapat digabungkan dengan revisi
penambahan pagu DIPA dari rencana penerimaan hibah
tahun berikutnya.
(5) Penerima dapat langsung menggunakan yang berasal
dari hibah tanpa menunggu terbitnya revisi DIPA.

4) Langkah Keempat.

a) Setelah revisi DIPA, satuan penerima hibah mengajukan


SP2HL dengan format dan petunjuk pengisian sebagaimana
tercantum pada Lampiran I, atas seluruh pendapatan hibah
langsung dalam bentuk uang sebesar yang telah diterimanya pada
tahun anggaran berjalan kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN) mitra kerja yang bersumber dari dalam negeri.
b) Dalam rekening SP2HL melampirkan :

(1) Fotokopi rekening atas rekening hibah.


(2) SPTMHL.
(3) SPTJM.
(4) Fotokopi surat persetujuan pembukaan rekening untuk
pengajuan SP2HL pertama kali.

c) Atas dasar pengajuan SP2HL maka Kantor Pelayanan


Pembendaharan Negara (KPPN) menerbitkan SPHL, selanjutnya
satuan penerima melakukan pencatatan atas pendapatan hibah.
d) Jasa giro/bunga yang diperoleh dari rekening hibah
disetorkan ke kas Negara sebagai penerimaan Negara Bukan Pajak
64

(PNBP), kecuali ditentukan lain dalam perjanjian hibah atau


dokumen lain yang dipersamakan.
e) Rekening yang sudah tidak digunakan sesuai dengan tujuan
pembukaannya wajib ditutup.
f) Sisa uang dari hibah langsung dalam bentuk uang saldonya
disetor ke Rekening Kas Umum Negara (RKUN) atau dapat
dikembalikan kepada pemberi hibah sesuai perjanjian hibah atau
dokumen lain yang dipersamakan.
g) Atas pengembalian sisa hibah langsung bentuk uang kepada
pemberi hibah, penerima hibah menyampaikan SP4HL untuk
proses pengesahan pengembalian pendapatan hibah langsung
bentuk uang dengan format dan petunjuk pengisian sebagaimana
tercantum pada Lampiran I melalui badan keuangan masing-
masing dengan dilampiri :

(1) Copy rekening atas rekening hibah.


(2) Copy surat pengiriman/transfer kepada pemberi hibah.
(3) SPTJM.

(6) Atas dasar pengajuan SP4HL maka KPPN menerbitkan SP3HL


selanjutnya penerima melalui badan keuangan masing-masing
membukukan pengurangan saldo kas dari hibah dan melaporkan
secara berjenjang sampai di tingkat Pusku Kemhan.

d. Pengakhiran.

1) Menyusun laporan.

a) Mekanisme pelaporan atas penerimaan hibah langsung dalam


bentuk uang untuk kegiatan dilaksanakan melalui pengesahan
BUN/Kuasa BUN.
b) Atas semua penerimaan hibah langsung bentuk uang untuk
kegiatan diungkapkan secara memadai pada Catatan Atas Laporan
Keuangan (CaLK) dan SIMAK BMN (khusus hibah uang untuk
kegiatan yang bersifat belanja barang tidak perlu diungkap secara
memadai pada SIMAK BMN, namun hanya bersifat penambahan
pagu alokasi anggaran pada DIPA).
c) Melaporkan penerimaan hibah dalam Laporan Keuangan
(CaLK, LRA dan Neraca). Mekanisme pelaporan penerimaan hibah
langsung dalam bentuk uang dilaksanakan melalui pengesahan
BUN/Kuasa BUN.
65

2) Melaksanakan rekonsiliasi penerimaan hibah.

a) Unit Akutansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) Pengelola


hibah melakukan rekonsialiasi sampai ke tingkat Unit Akutansi
Pengguna Anggaran (UAPA) sesuai tingkatan organisasi dengan
BUN/Kuasa BUN atas transaksi pendapatan hibah secara
semesteran dan belanja hibah secara bulanan.
b) Satker melakukan rekonsiliasi atas belanja yang bersumber
dari hibah dan belanja barang untuk pencatatan persedian hibah,
belanja modal untuk pencatatan aset tetap atau aset lainnya dari
hibah dengan KPPN secara bulanan.
c) Dalam hal ini ketidakcocokkan saat rekonsiliasi, kedua belah
pihak melakukan penelusuran. Hasil rekonsiliasi dituangkan dalam
Berita Acara Rekonsiliasi (BAR).

3) Pembukuan, rekonsiliasi dan pelaporan keuangan terkait hibah


dilaksanakan sesuai Sistem Akuntansi Hibah yang berlaku.
4) Penatausahaan dokumen terkait hibah.

24. Evaluasi.

a. Sebutkan dan jelaskan apa yang dimaksud dengan administrasi utama !

b. Sebutkan dan jelaskan apa yang dimaksud dengan administrasi


pendukung !
66

BAB V
PENGGUNAAN LOGISTIK TNI AD

25. Umum. Penggunaan logistik dalam mendukung tugas TNI AD dilaksanakan


sebelum, selama dan sesudah operasi baik untuk OMP maupun OMSP dilakukan
melalui pembinaan logistik yang pada dasarnya diselenggarakan oleh seluruh
Komandan Satuan jajaran TNI AD. Pembinaan logistik dilaksanakan melalui upaya
pembinaan terhadap unsur-unsur logistik yaitu materiil, fasilitas dan jasa, yang
dilakukan secara berlanjut, terpadu antara pusat dan daerah, sehingga terwujud
kemampuan dukungan logistik secara optimal.

26. Penggunaan Logistik Sebelum Operasi. Dukungan logistik sebelum operasi,


dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan penyiapan satuan dan latihan pratugas
bagi Satuan TNI AD yang akan melaksanakan ke daerah operasi sesuai dengan
kebutuhan dan jenis operasi.

a. Pembekalan.

1) Dukungan logistik sebelum operasi, untuk melengkapi kebutuhan


bekal, materiil dan fasilitas satuan agar satuan dalam kondisi siap
operasi.
2) Dukungan bekal didasarkan atas kekuatan, jarak tempuh, jangka
waktu dan spesifikasi. Kebutuhan bekal dilayani oleh unsur organik atau
oleh Instalasi pelayanan daerah yang menyediakan pada titik bekal.

b. Pemeliharaan.

1) Kegiatan pemeliharaan materiil organik satuan, berupa penyiapan


senjata Ranpur, Ranmor, alat perhubungan dan alat utama lain untuk
memenuhi kebutuhan dan kondisi materiil agar siap operasi.
2) Penyediaan suku cadang materiil pada instalasi pemeliharaan
dimaksudkan agar materiil yang dibawa ke daerah operasi dapat
dilakukan perbaikan sehingga dalam kondisi siap pakai dan dilayani oleh
unsur Instalasi pemeliharaan daerah.

c. Angkutan. Menyiapkan pemindahan pasukan dan bekal/materiil dari


daerah pangkalan ke tempat embarkasi/muat, dengan menggunakan alat
angkutan yang tersedia secara efektif dan efisien yang mencakup sarana
angkutan darat, laut dan udara sesuai kebutuhan untuk mendukung operasi.
67

d. Konstruksi. Meliputi kegiatan penyiapan materiil, Alut, Alut Sista serta


fasilitas dan jasa sesuai kebutuhan, macam dan jenis operasi.
e. Kesehatan. Kegiatan kesehatan meliputi :

1) Rikkes anggota satuan yang akan melaksanakan tugas operasi.


2) Menyiapkan dukungan obat-obatan yang akan digunakan mulai
dari persiapan, selama perjalan sampai di daerah operasi.
3) Penyiapan instalasi/fasilitas pelayanan kesehatan disiapkan mulai
dari pangkalan sampai ke tempat debarkasi/bongkar.

27. Penggunaan Logistik Selama Operasi. Dukungan logistik selama operasi


untuk memenuhi kebutuhan bekal, materiil, fasilitas dan jasa bagi satuan, dalam
rangka memperlancar dan mendukung keberhasilan operasi dengan memberikan
dukungan bekal ulang.

a. Pembekalan. Mendistribusikan dukungan bekal, materiil, fasilitas dan


jasa selama operasi. Pemenuhan kebutuhan terhadap bekal tersebut dilakukan
terus menerus sesuai norma dan kebutuhan. Bekal ulang penyelenggaraannya
dilakukan oleh Komando atas dalam rangka mendukung pelaksanaan operasi.

b. Pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan meliputi :

1) Melaksanakan pemeliharaan secara intensif selama operasi


terhadap materiil, fasilitas dan jasa oleh instalasi pemeliharaan di daerah
operasi.
2) Penyediaan suku cadang untuk pemeliharaan yang berada pada
Sathar, disiapkan pada instalasi pembekalan sampai ke titik distribusi
satuan.

c. Angkutan. Kegiatan angkutan selama operasi meliputi :

1) Mendorong bekal dan materiil dari belakang ke garis depan.


2) Meningkatkan mobilitas satuan dalam pergeseran pasukan di
daerah operasi.
3) Menyelenggarakan evakuasi dan lain-lain.

d. Konstruksi. Pemenuhan kebutuhan konstruksi berupa materiil, Alut


Sista, Alut serta fasilitas dan jasa sesuai kebutuhan, macam dan jenis operasi.

e. Kesehatan.

1) Pertolongan kesehatan terutama ditujukan pada penyelamatan


jiwa/pencegahan maut dan pencegahan cacat setiap prajurit. Dalam
68

pelaksanaan tugas kegiatan berupa pertolongan pertama termasuk


pertolongan gawat darurat.

2) Hospitalisasi diselenggarakan pada instalasi kesehatan lapangan


rantai evakuasi yang juga dikaitkan dengan instalasi rumah sakit daerah
(Rumkit tingkat IV, III dan II) serta instalasi kesehatan lain di luar TNI AD
dan RSPAD sebagai rumah sakit rujukan tingkat pusat.

3) Kegiatan preventif lapangan ditujukan untuk pencegahan penyakit


dan peningkatan derajat kesehatan prajurit, meliputi antara lain sanitasi
lapangan, profilaksis, pengawasan dan pemeriksaan makanan dan
pencegahan penyakit menular.

28. Penggunaan Logistik Sesudah Operasi. Dukungan logistik sesudah operasi


diberikan untuk melengkapi kembali kebutuhan logistik guna kesiapan operasi
selanjutnya.

a. Pembekalan.

1) Bagi pasukan sesudah operasi, harus segera mengembalikan


bekal/materiil yang tidak boleh dibawa.

2) Kegiatan dukungan logistik di daerah operasi berangsur-angsur


dialihkan untuk mendukung perjalanan kembali ke pangkalan. Setelah
pasukan sampai ke pangkalan, segera diadakan pemeriksaan
bekal/materiil untuk memelihara kesiapan selanjutnya.

b. Pemeliharaan.

1) Penarikan bekal/materiil yang rusak dari garis depan dilakukan tanpa


mengganggu penarikan mundur pasukan, dikumpulkan pada beberapa
titik kumpul.

2) Mengembalikan pada kondisi semula bekal dan materiil purna tugas


dilaksanakan oleh Balak Kotama yang bersangkutan sesuai program
guna mengembalikan kesiapan bekal dan materiil bagi satuan tersebut
untuk kembali siap operasional.

c. Angkutan. Menyiapkan pengaturan pemindahan pasukan dan


bekal/materiil dari daerah operasi ke tempat embarkasi/muat, selanjutnya
pemindahan dari tempat embarkasi/muat ke pangkalan dengan menggunakan
sarana angkutan darat, laut dan udara sesuai kebutuhan untuk mendukung
purna tugas.
69

d. Konstruksi. Rehabilitasi daerah dilakukan secara fungsional diarahkan


untuk memperbaiki kerusakan sarana, prasarana serta fasilitas dan jasa pasca
operasi.

e. Kesehatan.

1) Dilaksanakan Rikkes purna tugas oleh Satkes wilayah setempat


menjelang pergeseran pasukan meninggalkan daerah operasi bila
memungkinkan.

2) Tindak lanjut dari hasil rikkes purna tugas tersebut ditangani oleh
Satkes organik sendiri atau Satkes wilayah setempat.

29. Evaluasi.

a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penggunaan logistic ?

b. Sebutkan dan jelaskan penggunaan logisti sebelum dan selama operasi ?


70

BAB VI
TATARAN KEWENANGAN

30. Umum. Pembinaan dan dukungan logistik pada dasarnya dilaksanakan oleh
seluruh Komandan Satuan jajaran TNI AD. Agar pelaksanaan pembinaan dan
dukungan logistik berjalan tertib, teratur, lancar dan sesuai aturan yang berlaku
diatur wewenang dan tanggung jawab bagi setiap penyelenggara maupun pengguna
logistik TNI AD di tingkat Pusat, Kotama dan Satuan.

31. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Pusat.

a. Kasad. Menjabarkan pokok-pokok kebijakan Panglima TNI dalam


membantu mewujudkan penyelenggaraan dukungan logistik sesuai wewenang
dan tanggung jawabnya sebagai berikut:

1) Menentukan kebijakan dan strategi penyiapan kekuatan logistik


TNI AD.

2) Menentukan pola pembinaan dan dukungan logistik TNI AD dalam


rangka pembinaan dan penggunaan kekuatan TNI AD.

3) Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Panglima


TNI.

b. Aslog Kasad.

1) Merumuskan dan menyusun kebijakan dan strategi penyiapan


kekuatan logistik TNI AD.

2) Melaksanakan pembinaan dan dukungan logistik TNI AD dalam


rangka pembinaan dan penggunaan kekuatan.

3) Menyusun rencana, mengawasi dan mengendalikan dukungan


logistik untuk seluruh Satuan TNI AD baik yang berada di pangkalan
maupun di daerah operasi.

4) Memberikan supervisi teknis kepada Aslog Kotama atas


penyelenggaraan logistik di Kotama.

5) Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Kasad.

c. Dan/Dir/Ka Balakpus.

1) Melaksanakan pembinaan logistik sesuai fungsi dan


kedudukannya.

2) Melaksanakan dukungan logistik sesuai bidang tugasnya.


71

3) Memberikan asistensi teknis kepada Balak Pembina Materiil


Kotama sesuai dengan jalur LKT (Lapangan Kekuasaan Teknis).

4) Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Kasad.

32. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Kotama.

a. Pangkotama.

1) Menjabarkan pokok-pokok Kebijakan Kasad dalam mewujudkan


kebijakan logistik dan strategi penyiapan kekuatan logistik TNI AD di
Kotama.

2) Menentukan pola pembinaan dan dukungan logistik TNI AD dalam


rangka pembinaan maupun penggunaan kekuatan logistik Kotama.

3) Mengawasi serta mengendalikan penyelenggaraan logistik di


Kotama.

4) Menyelenggarakan pembinaan logistik wilayah, yang meliputi


kegiatan-kegiatan pengumpulan dan pengolahan data perencanaan,
pengorganisasian dan pelaksanaan.

5) Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Kasad.

b. Aslog Kotama.

1) Menyusun rencana penyelenggaraan pembinaan dan dukungan


logistik sesuai Kebijakan Pangkotama.

2) Melaksanakan pembinaan dan dukungan logistik Kotama


masingmasing.

3) Menyelenggarakan dukungan logistik bagi satuan organik Kotama


dan membantu dukungan logistik bagi satuan yang bertugas operasi di
wilayahnya.

4) Memberikan supervisi kepada Dan/Kabalak Pembina Materiil


Kotama.

5) Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada


Pangkotama.

c. Dan/Kabalak Kotama.

1) Melaksanakan pembinaan logistik sesuai fungsinya.

2) Melaksanakan dukungan logistik sesuai fungsinya.


72

3) Melaksanakan petunjuk teknis fungsi masing-masing dari


Balakpus, sesuai jalur LKT.

4) Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada


Pangkotama.

33. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satuan.

a. Komandan Satuan.

1) Menyelenggarakan logistik di satuan.

2) Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan pelayanan logistik


di satuan.

3) Menyelenggarakan pembinaan administrasi logistik di satuan.

4) Dalam pelaksanaan logistik satuan bertanggung jawab kepada


Pang/Dan/Ka Atasan langsungnya.

b. Unsur Logistik.
1) Menyelenggarakan logistik di satuannya.
2) Melaksanakan pelayanan logistik di satuan.
3) Melaksanakan tertib administrasi logistik di satuan.
4) Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada
Komandan Satuan.

34. Evaluasi.

a. Sebutkan tataran kewenangan dalam penyelenggaraan logistik TNI AD !

b. Sebutkan dan jelaskan kewenangan penyelenggaraan logistik pada


tingkat satuan !
73

BAB VII
EVALUASI AKHIR

35. Evaluasi Akhir. Evaluasi akhir pokok bahasan Manajemen Logistik TNI AD
sebagai berikut :

a. Sebutkan dan jelaskan peran dan tugas Logistik pada ketentuan pokok
penyelenggaraan logistik TNI AD !

b. Jelaskan secara singkat tentang pembinaan logistik !

c. Jelaskan Visi dan Misi perencanaan TNI AD !

d. Jelaskan secara singkat tentang administrasi utama !

e. jelaskan secara singkat kebijakan di bidang Barang Milik Negara !

f. jelaskan secara singkat mekanisme penatausahaan penerimaan hibah


langsung barang di ligkungan TNI AD !

g. Jelaskan jenis / bentuk pemanfaatan aset TNI AD

h. Jelaskan wewenang dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan dan


penggunaan logistik di tingkat Kotama dan Satker !
RAHASIA
74

BAB VIII
PENUTUP

42. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan ajaran
untuk pedoman bagi Dosen dan Perwira Siswa dalam proses belajar mengajar
Manajemen Logistik. Demi kesempurnaan naskah ini, maka masih diperlukan
masukan berupa saran dan tanggapan dari semua pihak agar naskah ini dapat lebih
valid dan sempurna seiring dengan tuntutan perkembangan pembangunan TNI AD di
masa datang.

KOMANDAN SEKOLAH STAF DAN KOMANDO TNI AD,

Dr. ANTON NUGROHO, MMDS., M.A.


MAYOR JENDERAL TNI

TELAH DITELITI OLEH


PEJABAT PARAF TANGGAL
Kabagminjemen
Kadepjemen
Kabidjaminmutudik
Wadirdik Seskoad
Dirdik Seskoad
Kasetum
Wadan Seskoad

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai